Perbedaan religiositas antara siswa Katolik di sekolah umum dengan sekolah Katolik - USD Repository

  PERBEDAAN RELIGIOSITAS ANTARA SISWA KATOLIK DI SEKOLAH UMUM DENGAN SEKOLAH KATOLIK SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.) Program Studi Psikologi Oleh: Novian Tri Gunawan NIM: 079114090 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

HALAMAN MOTTO

  "

Tidak ada yang perlu dikawatirkan ketika kita

benar-benar bersandar pada Kasih Tuhan”.

  

Jesus i believe in You

psychology: second religion, imperfect, usefull

  Karya ini aku persembahkan untuk………. Tuhan kekasih jiwaku, Keluargaku, dan semua orang yang membutuhkannya…. Semoga bermanfaat…..

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian orang lain, kecuali yang telah saya sebutkan dalam kutipan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 15 Juli 2011 Penulis

  Novian Tri Gunawan

  

PERBEDAAN RELIGIOSITAS ANTARA SISWA KATOLIK

DI SEKOLAH UMUM DENGAN SEKOLAH KATOLIK

Novian Tri Gunawan

  

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan tingkat religiositas antara siswa Katolik

di sekolah umum dengan sekolah Katolik. Hipotesis dari penelitian ini adalah siswa Katolik yang

bersekolah di sekolah Katolik religiositasnya lebih tinggi dibandingkan siswa Katolik di sekolah

umum. Peneliti mengambil hipotesis ini karena melihat adanya perbedaan situasi dan kondisi

antara kedua sekolah tersebut. Sekolah Katolik mempunyai porsi lebih banyak dalam penanaman

tradisi katolik dan kegiatan-kegiatan keagamaan dibandingkan sekolah umum. Subjek dalam

penelitian ini adalah siswa-siswi SMU remaja akhir beragama katolik yang berjumlah 100 orang,

yang terdiri atas 50 siswa bersekolah disekolah negeri dan 50 siswa yang bersekolah di sekolah

Katolik. Alat pengumpul data yang digunakan adalah skala religiositas. Skala tersebut telah

melalui seleksi item dengan tryout, dan diperoleh 29 item dengan koefisien reliabilitas alpha

sebesar 0,926. Hasil analisis data penelitian diperoleh signifikansi sebesar 0,102. Hal ini berarti

tidak ada perbedaan tingkat religiositas antara siswa sekolah umum dan sekolah Katolik. Hal ini

juga menandakan bahwa hipotesis awal penelitian, yaitu siswa Katolik yang bersekolah di sekolah

Katolik tingkat religiositasnya lebih tinggi dibandingkan siswa Katolik di sekolah umum ditolak.

Kata Kunci : Religiositas, sekolah umum, sekolah Katolik

RELIGIOSITY DIFFERENCE BETWEEN CATHOLIC STUDENTS

  

Novian Tri Gunawan

ABSTRACT

This aim of research to look at different levels of religiosity between Catholic students in

public schools with Catholic schools. The hypothesis of the research was that Catholic students

who study in Catholic schools, the religiosity was higher than Catholic students in public schools.

Researchers was take the hypothesis because notice any differences between the two situations and

conditions on that school. Catholic schools have more portions in the planting of the Catholic

tradition and religious activities than public schools. The subjects of research were 100 last teens

Catholic students of high school, was consist of 50 students who study in public schools and 50

students study in Catholic schools. The instrument used was the scale of religiosity. The scale had

items sorting by tryouts so there were 29 items with 0,926 alpha reliability coefficient. The result

of data analisis gained significance 0.102 (p >0,05). It means there was no difference in the level

of religiosity between public school students and Catholic schools. It also indicated that the

hypothesis of the research, that the Catholic students who study in Catholic schools, the

religiosity was higher than Catholic students in public schools was rejected.

  Keywords: Religiosity, public schools, Catholic schools

  

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Novian Tri Gunawan Nomor Mahasiswa : 079114090 Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

  

PERBEDAAN RELIGIOSITAS ANTARA SISWA KATOLIK

DI SEKOLAH UMUM DENGAN SEKOLAH KATOLIK

  beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, me- ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 16 Juli 2011 Yang menyatakan,

KATA PENGANTAR

  Puji syukur kepada Bapa maha kasih yang telah memberikan segala rahmat yang saya perlukan untuk menyelesaikan karya ini. Sebuah kebahagiaan bagi saya dapat berterimakasih kepada orang-orang yang turut berkarya dalam hidup saya khususnya mereka yang telah membantu selesainya studi saya dan penelitian ini :

  1. Bapa di surga dan Tuhan Yesus yang memberikan keajaiban setiap hari dalam hidup saya dan semua manusia.

  2. Dr. Christina Siwi Handayani selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

  3. Ibu Titik selaku Kaprodi, tolong bantu buk semoga bimbingan skripsi (klasikal informal) seperti bimbingan pak Heri tetap ada, karena membantu sekali untuk mahasiswa.

  4. Y. Heri Widodo, M.Si. selaku dosen pembimbing akademik sekaligus pembimbing skripsi, terima kasih telah membantu “menunda” saya berhenti kuliah pada awal semester, terimakasih juga telah

  mengorbankan waktunya untuk membimbing saya dan teman-teman menulis skripsi.

  5. Ibu Dra. Lusia Pratidarmanastiti, MS. dan Bapak C. Wijoyo Adinugroho, S. Psi selaku dosen penguji skripsi, yang telah membimbing dan memberikan masukan untuk menyempurnakan karya sederhana ini.

  6. Segenap dosen Fakultas Psikologi yang telah berbagi ilmu dan pengetahuannya selama saya menempuh studi di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

  7. Bp. Aufridus Atmadi yang telah mensupport dan membantu saya hingga bisa tetap kuliah di Sanata Dharma hingga selesai.

  8. Teman-teman fakultas Psikologi, Lanang, Riko, Cicil, Yani, teman satu payung Krisen dan “Power Rangers Skripsi”: Bondhan, Avi, Krisna, Hayu…tengkyu prend telah banyak berbagi.

  9. Ibu Lestari Prodjosuto, ibu Yulia, dan Yayasan Aulia yang telah memberi saya kesempatan untuk bisa bekerja sambil kuliah.

  10. Bapak, ibu, Nenek, Kakek yang selalu mendukung dengan doa-doa dan harapan-harapan untuk tidak putus asa.

  11. Fr. Deddy, Anjar, Danang, Rino, Vita, bulik, om Tiok semua saudara dan sahabat-sahabatku yang membantu dalam bentuk apaun.

  12. Agnes istriku tercinta, yang membantu dan mendukung dengan “secangkir teh cintanya” 

  13. Si kecil Riean yang sering “mengganggu” dan berebut laptop denganku saat mengerjakan skripsi…” Le…kalo skripsiku sudah jadi

  kamu bisa ngegame sepuasnya…”

  14. Semua pihak yang tidak bisa penulis tulis satu persatu. Terimakasih semuanya. Semoga kasih Bapa selalu menyertai kalian semua………

  Penulis, Novian Tri Gunawan

  DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL........................................................................................... i

  HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................ii HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................iii HALAMAN MOTTO ..........................................................................................iv HALAMAN PERSEMBAHAN...........................................................................v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..............................................................vi

  ABSTRAK...........................................................................................................vii ABSTRACT ........................................................................................................viii LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ..............................ix KATA PENGANTAR .........................................................................................x DAFTAR ISI .......................................................................................................xii

  DAFTAR TABEL ............................................................................................... xvi DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xvii

  DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................xviii

  BAB I : PENDAHULUAN ................................................................................. 1 A. Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1 B. Rumusan Masalah...................................................................................... 9 C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 9 D. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 9 BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 10

  1 Pengertian Remaja .............................................................................. 10

  2 Ciri-ciri Remaja Akhir......................................................................... 10

  3 Tugas Perkembangan Remaja Akhir ................................................... 11

  4 Perkembangan Religiositas Remaja .................................................... 12

  B. Religiositas................................................................................................. 14

  1 Pengertian Religiositas........................................................................ 14

  2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Religiositas .................................. 17

  3 Riset-Riset Terkait Religiositas ........................................................... 18

  C. Jenis Sekolah ............................................................................................. 20

  1 Sekolah Umum .................................................................................... 20

  1.1 Pengertian Sekolah Umum .......................................................... 20

  1.2 Religiositas di Sekolah Umum .................................................... 20

  2 Sekolah Berbasis Agama Katolik ....................................................... 21

  2.1 Pengertian Sekolah Berbasis Agama Katolik .............................. 22

  1.2 Religiositas di Sekolah Katolik ................................................... 23

  D. Dinamika Perbedaan .................................................................................. 24

  E. Hipotesis .................................................................................................... 28

  F. BAGAN DINAMIKA PERBEDAAN ....................................................... 29

  BAB III : METODOLOGI PENELITIAN......................................................... 30 A. Jenis Penelitian........................................................................................ .30 B. Variabel Penelitian .................................................................................. .30 C. Definisi Operasional................................................................................ .30

  E. Sampling ....................................................................................................32

  I. Analisis Data............................................................................................... .36

  2 Hasil Diskriptif......................................................................................39

  1 Uji Hipotesis .........................................................................................39

  D. Hasil Penelitian .......................................................................................... .39

  2 Uji Homogenitas ...................................................................................39

  1 Uji Normalitas.......................................................................................38

  BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. .37 A. Pelaksanaan Penelitian............................................................................... .37 B. Data Demografi Subjek Penelitian............................................................. .38 C. Uji Asumsi ................................................................................................. .38

  1 Uji Hipotesis .........................................................................................36

  2 Uji Homogenitas .................................................................................. .36

  F. Metode dan Alat Pengambilan Data ..........................................................32

  1 Uji Normalitas.......................................................................................36

  H. Uji Asumsi .................................................................................................. .36

  4 Hasil Uji coba Skala Religiositas..........................................................35

  3 Estimasi Reliabilitas..............................................................................35

  2 Seleksi Item...........................................................................................35

  1 Estimasi Validitas .................................................................................34

  G. `Kredibilitas Alat Ukur ................................................................................34

  E. Pembahasan................................................................................................. .41

  BABV KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. .46

  A. Kesimpulan................................................................................................ .46

  B. Saran .......................................................................................................... .46 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... .47 LAMPIRAN ....................................................................................................... .51

  

DAFTAR TABEL

  1. Blue Print Skala Religiositas......................................................................... 33

  2. Tabel Skala Religiositas Hasil Seleksi Item...................................................33

  3. Tabel Skor Jawaban Subjek Pada Skala Religiositas.................................... 34

  4. Tabel Data Subjek ..........................................................................................38

  5. Tabel Data Teoritis Dan Empiris.....................................................................40

  

DAFTAR GAMBAR

  1. Bagan Perbedaan Antara Sekolah Umum dan Sekolah Katolik ............. 29

  

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1 : Skala .............................................................................................. 51

  1.1 Skala Religiositas Tryout ........................................................................ 52

  1.2 Skala Religiositas (Setelah Seleksi Item dan Proporsional) ................... 60 Lampiran 2 : Hasil Analisis Aitem Dan Reabilitas............................................. 63

  2.1 Reliabilitas Skala Religiositas 80 Item .................................................. 63

  2.2 Reliabilitas Skala Religiositas 29 Item .................................................. 66 Lampiran 3 : Hasil Uji Asumsi ........................................................................... 67

  4.1 Uji Normalitas......................................................................................... 67

  4.2 Uji Homogenitas ..................................................................................... 67 Lampiran 4 : Hasil Uji Hipotesis dan Hasil Diskriptif........................................ 68

  4.1 Uji Hipotesis ........................................................................................... 68

  4.2 Hasil Deskriptif ...................................................................................... 68 Lampiran 5 : Wawancara .................................................................................... 69

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyak orang seringkali bertanya pada dirinya sendiri atau orang lain

  tentang tujuan hidup mereka, tentang apa makna hidup mereka, tentang spirit atau roh apa yang mampu memberi tuntunan pada arah hidup mereka, serta pertanyaan-pertanyaan yang mendasar lainnya. Jawaban dari pertanyaan- pertanyaan itu tentu saja sangat beragam. Meskipun jawaban setiap orang tidak selalu sama, namun ketika seseorang mampu memahami makna, tujuan, dan arah hidup, maka akan tumbuh semangat dan harapan pada hidup yang dijalaninya. Hal ini tidak mengherankan sebab menurut Frankl (dalam Schultz, 1991), jika seseorang tidak berjuang menemukan kebermaknaan hidup maka ia akan mengalami kehampaan hidup. Dalam menghadapi kehampaan hidup, Trulear (dalam Santrock, 2007a) mengungkapkan bahwa religiositas adalah salah satu sarananya. Menurut Trulear religiositas memberikan berbagai jawaban dan tuntunan mengenai tujuan, makna, dan arah hidup bagi banyak orang termasuk juga bagi remaja.

  Religiositas sendiri menurut Gazalba (dalam Ghufron, Risnawita, 2010) berasal dari kata religi dalam bahasa latin “religio” yang akar katanya adalah religure yang berarti mengikat. Lebih lanjut Gazalba mengungkapkan religiositas pada umumnya memiliki aturan dan kewajiban yang harus individu atau kelompok dalam hubungannya dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam sekitarnya. Sementara itu Mgr.Ignasius Suharyo (dalam Komisi Kataketik Keuskupan Agung Semarang, 2009) mengatakan bahwa religiositas adalah relasi manusia dengan Allah, manusia dengan sesama, manusia dengan alam, dan manusia dengan dirinya sendiri. Pendapat lain diungkapkan Tom Jacobs (dalam Swastanti, 2007) bahwa religiositas merupakan iman personal yang diungkapkan dalam agama dan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari.

  Sumber dari agama adalah religiositas, untuk itu dalam prakteknya, religiositas sulit dilepaskan dari agama. Religiositas sendiri lebih mengarah pada agama yang di anut seseorang untuk itu pada penelitian ini lebih spesifik di pilih salah satu agama yaitu Katolik.

  Religiositas mempunyai peran penting dalam kehidupan seseorang, yaitu membantu memahami bagaimana cara seseorang hidup dan mengalami kehidupan (Zimbardo dalam Swastanti, 2007). Religiositas penting bagi berbagai tingkatan usia, mulai sebagai peneguh ketika seorang lanjut usia menghadapi fase kematian, sebagai pedoman dan harapan ketika seorang dewasa sedang menghadapi kesulitan hidup, hingga menstabilkan prilaku serta menawarkan perlindungan dan rasa aman, khususnya bagi remaja yang sedang mencari eksistensi dirinya seperti yang dikemukakan oleh Adam & Gullota (dalam Sarwono, 2005).

  Dalam perkembangan remaja, religiositas merupakan bagian penting bagi jiwa mereka (Sarwono, 2005). Remaja membutuhkan religiositas sebagai Ghufron, Risnawita, 2010). Remaja memang perlu mengetahui makna hidup mereka. Hal ini seperti dijelaskan oleh tokoh kepribadian sehat Frankl (dalam Schultz, 1991), yang mengemukakan bahwa ketika seseorang mampu menemukan makna hidup, maka orang tersebut dapat memilih, mengontrol, dan bertanggung jawab terhadap nasib dan kehidupan mereka. Sejalan dengan hal itu tokoh psikologi eksistensial Rollo May (dalam Feist dan Feist, 2009) juga mengatakan bahwa penyakit yang banyak diderita pada zaman modern ini adalah kehampaan atau non being. Lebih lanjut menurut May, seseorang yang mengalami kehampaan maka saat itu ia kehilangan alasan untuk menjadikan dirinya sebagai sesuatu yang berharga, mereka tidak memiliki arah hidup sehingga tanpa tujuan atau target ia akan menjadi sakit dan mulai terlibat dalam berbagai macam perilaku yang menghancurkan serta merugikan dirinya.

  Remaja yang mengalami kekosongan biasanya akan mencari kesenangan semu yang mengarah pada prilaku yang merugikan dirinya sendiri. Sebagai pelarian dari kesepian dan ketidakmampuan menemukan makna hidup maka tidak sedikit dari mereka yang berpaling ke hal-hal negatif seperti alkohol, obat-obatan terlarang, dan hal-hal erotis (Komisi Pendidikan Konferensi Waligereja Indonesia, Majelis Nasional Pendidikan Katolik, 1991). Untuk membantu menemukan makna hidup remaja sehingga mengurangi kemungkinan remaja terlibat dalam hal-hal negatif, mereka perlu bersentuhan dengan hal-hal yang terkait dengan religiositas.

  Para peneliti telah menemukan bahwa religiositas memiliki berbagai dampak positif bagi remaja, salah satunya mampu menjadi benteng dari hal- hal yang bersifat negatif. Religiositas penting bagi remaja sebab kuat lemahnya religiositas remaja akan mempengaruhi kemungkinan remaja terjerumus dalam obat-obatan terlarang (Jessor dalam Bahr, Maughan, Marcos, dan Li, 1998). Hal ini didukung oleh penelitian longitudinal yang dilakukan oleh Jessor selama 3 tahun, bahwa remaja yang memiliki religiositas yang tinggi cenderung tidak memakai narkoba dan sebaliknya remaja yang memiliki religiositas rendah cenderung memakai narkoba.

  Penelitian Jessor ini konsiten dengan penelitian Bahr et al. (1998) yang berhasil mengidentifikasi bahwa semakin besar religiositas remaja, semakin kecil kemungkinan seorang remaja akan menggunakan alkohol, ganja, atau amfetamin dan depresi. Sementara itu penelitian Longest dan Vaisey (2008) memperkuat penemuan sebelumnya tentang narkoba dan religiositas. Penelitian ini menemukan bahwa remaja yang memiliki religiositas dengan mengidentifikasi sebagai seorang pengikut agama, kecil kemungkinannya menggunakan ganja dibandingkan mereka yang mengidentifikasi dirinya sebagai remaja yang tidak religius.

  Di Indonesia sendiri Badan Litbang Agama dan Diklat keagamaan, Departemen Agama Republik Indonesia melakukan penelitian mengenai penanggulangan dan penyalahgunaan narkoba dengan pendekatan religiositas.

  Hasilnya dari 57 responden Madrasah Aliyah, 96,45% yakin bahwa nilai-nilai terjerumus pada narkoba. Penelitian lain yaitu dari YCAB tahun 2005 pada 11.593 pelajar di 200 SMU dan SMK se DKI Jakarta menyimpulkan bahwa religiositas menjadi faktor pencegah signifikan seseorang menggunakan narkoba dibandingkan faktor-faktor lain. Sebanyak 14,2% responden mengaku tidak menggunakan narkoba dengan alasan karena larangan agama.

  Religiositas begitu penting bagi kehidupan remaja remaja seperti telah diungkapkan diatas, untuk itu kita perlu meneliti faktor apa yang mempunyai peran signifikan dalam pengembangan religiositas. Banyak faktor yang terkait dengan perkembangan religiositas seseorang, menurut Thouless (dalam Azizah, tanpa tahun) mengungkapkan setidaknya ada empat faktor yang mempengaruhi perkembangan religiositas. Faktor pertama adalah faktor intelektual, yaitu menyangkut proses pemikiran verbal terutama dalam pembentukan keyakinan-keyakinan agama. Kedua adalah faktor pengalaman, yaitu pengalaman yang membangun sikap religius. Ketiga adalah faktor kebutuhan diantaranya kebutuhan untuk memperoleh keamanan, cinta kasih, harga diri dan kebutuhan yang timbul karena adanya kematian. Faktor keempat adalah faktor sosial meliputi semua pengaruh sosial diantaranya pendidikan dan pengajaran dari orang tua, tradisi-tradisi dan tekanan sosial. Pada penelitian ini akan menyoroti faktor sosial, yaitu pendidikan dan pengajaran khususnya di sekolah. Sekolah merupakan salah satu faktor yang mendukung perkembangan religiositas karena sekolah adalah tempat dimana individu dikenalkan tentang adanya hal yang transenden yang mengatasi segala sesuatu, serta diajarkan tentang masalah moral (Heawood dalam Azizah, tanpa tahun).

  Di Indonesia setidaknya ada 2 jenis sekolah yang terkait dengan hal itu yaitu sekolah umum dan sekolah berbasis agama. Sekolah umum adalah suatu lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran, yang sifatnya menyeluruh, tidak untuk hal-hal yang khusus atau tertentu saja. Sekolah ini berlaku untuk semua golongan dan agama. Tujuan sekolah umum diungkapkan oleh Drost (1998), yaitu membentuk manusia mulia yang berkepribadian menuju kedewasaan dan berpendidikan umum sehingga dapat langsung melanjutkan keperguruan tinggi atau langsung mencari tempat di masyarakat agraris, perdagangan, perindutrian, kepegawaian, dan sebagainya. Pada penelitian ini sekolah umum diwakili oleh sekolah negeri yang tidak berasaskan agama tertentu. Sekolah yang kedua adalah sekolah berbasis agama. Pada sekolah ini agama menjadi latar belakang berdirinya sekolah dan menjadi dasar dalam sistem pendidikan serta kegiatan-kegiatan di sekolah. Misi dan visi sekolah berbasis agama terkait pada asas agama tertentu yang “dianut” sekolah, sehingga mempengaruhi kondisi dan situasi sekolah.

  Pada penelitian ini sekolah berbasis agama lebih spesifik pada sekolah Katolik. Kitab Hukum Kanonik, (1999) (Kan.803.1) menyatakan definisi sekolah Katolik ialah:

  

“Suatu sekolah yang dibimbing oleh otoritas gerejawi yang

berwenang atau oleh badan hukum gerejawi publik atau pula yang

  Sekolah berbasis agama seperti sekolah Katolik memberikan pengetahuan dan pengalaman agama yang lebih banyak dibandingkan sekolah umum yang lebih berfokus pada segi akademis (Suyanto dalam Azizah, tanpa tahun). Sementara itu secara spesifik Romo FX. Didik Bagiyowinadi, Pr seorang pastor Katolik dari Keuskupan Agung Malang mengungkapkan nilai

  plus sekolah Katolik, yaitu pendidikan tidak hanya mentransfer ilmu

  pengetahuan terlebih membantu anak atau kaum muda berkembang seutuhnya. Hal ini karena sekolah Katolik mempunyai kekhasan. Kekhasan itu di ungkapkan dalam pedoman pendidikan Katolik yaitu dalam Gravissimus

  Educationis. Kekhasan itu diwujudkan oleh sekolah-sekolah Katolik dalam

  kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pendidikan Katolik seperti bina iman berupa rekoleksi, retret, serta perayaan sakramental seperti misa sekolah, penerimaan sakramen tobat, dan lain-lain (Bagiyowinadi, 2006). Selain itu ada bentuk-bentuk penanaman kebudayaan Katolik seperti doa Rosario pada Mei dan Oktober, serta perayaan Paskah dan Natal. Sekolah berbasis agama seperti sekolah Katolik selain porsi kegiatan keagamaan lebih banyak, intensitas siswa untuk berelasi dengan simbol-simbol keagamaan di sekolahpun cukup tinggi.

  Berbeda dengan sekolah Katolik, pada sekolah umum, kegiatan- kegiatan yang sifatnya pendidikan Katolik relatif lebih sedikit. Minimnya pendidikan Katolik salah satunya karena kurang adanya dukungan dari sekolah (Bagiyowinadi, 2006). Lebih lanjut menurut Bagiyowinadi di sekolah lingkungan yang mayoritas atau di lingkungan yang serba majemuk. Situasi demikian bila tidak hati-hati dapat mengendorkan religiositas anak. Sebagai minoritas memungkinkan remaja menjadi minder terhadap keyakinannya, atau terpengaruh keyakinan yang berbeda sehingga penghayatan terhadap agama mereka menurun.

  Perbedaan situasi yang demikian sangat memungkinkan adanya perbedaan religiositas siswa di kedua sekolah tersebut. Pada penelitian ini peneliti ingin melihat perbedaan tingkat religiositas antara siswa Katolik yang bersekolah di sekolah Katolik dengan siswa Katolik bersekolah di sekolah umum. Penelitian tentang religiositas ini cukup penting, karena religiositas sendiri terbukti mempunyai peran yang signifikan dalam kehidupan remaja, khususnya menjadi benteng bagi remaja dalam menghadapi pengaruh negatif dari lingkungan seperti narkoba. Terkait dengan perkembangan religiositas tersebut, peneliti ingin melihat apakah jenis sekolah mempunyai peran yang signifikan dalam pengembangan religiositas siswanya. Bila terbukti salah satu jenis sekolah mempunyai peran signifikan, tentu saja perlu perhatian lebih, dalam upaya menjaga dan mengembangkan hal-hal yang telah dilakukan sekolah dalam rangka meningkatkan religiositas siswanya.

B. Rumusan Masalah

  Peneliti ingin menggali apakah ada perbedaan religiositas antara siswa Katolik yang bersekolah di sekolah berbasis agama Katolik dengan siswa Katolik yang bersekolah di sekolah umum.

  C. Tujuan Penelitian

  Peneliti ingin mendapatkan data empiris yang menunjukkan adanya ada perbedaan religiositas antara siswa Katolik yang bersekolah di sekolah berbasis agama Katolik dengan siswa Katolik yang bersekolah di sekolah umum.

  D. Manfaat Penelitian

  1. Manfaat Teoritis Menambah kepustakaan penelitian mengenai tingkat religiositas remaja dengan basis sekolah yang berbeda sehingga dapat membantu dan mengembangkan penelitan-penelitan selanjutnya dengan tema yang terkait dengan religiositas.

  2. Manfaat Praktis Membantu para orang tua untuk mengarahkan anak-anaknya memilih sekolah yang tepat terkait dengan pentingnya religiositas anak.

  Membantu sekolah untuk melihat hal-hal penting yang mampu meningkatkan religositas siswa.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja

  1. Pengertian Remaja

  Remaja atau adolescene berasal dari kata Latin adolescere yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”. Istilah adolescence, mempunyai arti yang luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang penuh gejolak, tekanan serta perubahan (Hurlock, 1990). Lebih lanjut Hurlock membedakan usia perkembangan remaja dibagi menjadi 2 periode yaitu: awal (13-16/16 tahun) dan akhir (16/17-18 tahun). Sementara WHO (dalam Sarwono, 2005) juga membagi tahapan perkembangan remaja menjadi 2 yaitu remaja awal (10- 14th) dan remaja akhir (15-20 th). Dalam penelitian ini subyek yang dipilih adalah mereka yang berada pada usia remaja akhir.

  2. Ciri-ciri Remaja Akhir

  Menurut Hurlock (1990) masa remaja sering disebut juga masa ambang dewasa karena pada masa ini remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa, dengan tujuan agar dianggap dewasa oleh lingkungannya. Oleh karena itu banyak diantara mereka mulai mencoba merokok, mengkonsumsi alkohol, menggunakan obat-obat terlarang, dan terlibat dalam prilaku seksual. Semua ini untuk membentuk citra yang mereka inginkan. Remaja juga lebih sering merasa nyaman bersama kelompok sebaya dipengaruhi oleh teman sebaya dari pada keluarga. Penerimaan teman sebaya sangat penting bagi remaja di samping itu teman sebaya merupakan tempat berbagi pengalaman dan perasaan (Gunarsa, 2004). Lebih lanjut menurut Gunarsa gejala Konformitas muncul dalam relasi remaja yaitu tekanan dari kelompok sebaya baik nyata atau tidak sehingga ia mengadopsi sikap dan perilaku orang lain baik teman sebayanya atau ketua kelompok. Bagi remaja konformitas dapat berfungsi positif yaitu membantu proses pembentukan identitas diri yang positif (Gunarsa, 2004; Monks, Knoers, Haditono, 2004).

  Ciri khas lain remaja akhir menurut Windradiri (tanpa tahun) yaitu: kestabilan bertambah, lebih matang dalam menghadapi masalah, keterlibatan orang dewasa dalam hidupnya berkurang, ketenangan emosional bertambah, lebih realistis, seta lebih banyak perhatian pada lambang-lambang kematangan seperti merokok, minum-minuman keras dan lain-lain. Lebih lanjut menurut Windradiri hal yang menjadi kebahagiaan remaja akhir yaitu ketika mereka dapat menyesuaikan diri secara baik dengan dirinya sendiri, lingkungan sekitarnya dan dengan Tuhan. Hal tersebut diantaranya diwujudkan dalam terpenuhinya kebutuhan kasih sayang, penerimaan oleh lingkungan dan mampu berprestasi.

3. Tugas Perkembangan Remaja Akhir

  Menurut Hurlock (1990), Ada berbagai tugas perkembangan remaja akhir yang harus dipenuhi, beberapa diantaranya adalah:

  1. Mencapai kemandirian secara emosional.

  3. Memilih pekerjaan dan mempersiapkan diri untuk bekerja

  4. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan dan kehidupan keluarga

  5. Mengembangkan kemampuan dan konsep-konsep intelektual untuk tercapainya kompetensi sebagai warga negara

  6. Menginginkan dan mencapai perilaku yang dapat dipertanggungjawabkan secara sosial

  7. Memperoleh rangkaian sistem nilai dan etika sebagai pedoman perilaku.

4. Perkembangan Religiositas Remaja

  Remaja merupakan salah satu tingkatan usia yang dalam masa perkembangannya erat terkait dengan religiositas (Santrock, 2007a). Menurut Sarwono (2005) religiositas merupakan bagian penting bagi jiwa remaja. Banyak remaja menaruh minat pada religiositas dan menganggap religiositas berperan penting dalam kehidupan, namun tidak sedikit remaja yang mulai meragukan konsep dan keyakinan akan religiositasnya, yang sering di tafsirkan sebagai “keraguan religius” (Hurlock, 1990). Lebih lanjut menurut Hurlock remaja yang meragukan konsep keyakinannya bukan karena ingin menjadi atheis melainkan ingin menerima sesuatu yang bermakna, berdasarkan keinginan mereka. Remaja yang lebih sedikit mengunjungi tempat ibadah dan mengikuti kegiatan agama lebih menunjukkan remaja yang kecewa pada sesuatu yang bersifat monoton dan terorganisasi. Remaja yang berusia 17 atau 18 tahun lebih banyak memberikan komentar yang mengungkapkan kebebasan, makna, dan harapan ketika membuat penilaian religius (Santrock, 2007b).

  Furter (dalam Monk, 2004) mengungkapkan bahwa remaja akhir berarti remaja telah memahami nilai-nilai, dan tidak hanya memperoleh pengertian saja melainkan juga dapat menjalankannya. Sejalan dengan perkembangan intelektualnya remaja sudah mampu menginternalisasi penilaian moral dan ajaran agama menjadi nilai pribadi.

  James Fowler mengajukan enam tahap perkembangan religiositas yang merujuk teori perkembangan Erikson, Piaget, Kohlber (dalam Santrock, 2007a):

  1. Tahap iman intuitif-proyektif (masa kanak-kanak awal). Anak menemukan gambaran intuitif sendiri mengenai yang baik dan yang jahat dan mulai percaya malaikat dan hal-hal gaib.

  2. Iman mistis-literal (masa kanak-kanak pertengahan dan akhir). Anak mulai bernalar logis, konkret, namun tidak abstrak. Pandangan mereka tentang Tuhan sangat menyerupai gambaran mereka mengenai orang tua yang memberikan hadiah untuk kebaikan yang dilakukan dan hukuman untuk keburukan yang dilakukan.

  3. Iman sintetis-konvensional (transisi antara masa kanak-kanak dan remaja,

  remaja awal) Anak-anak mulai mengintegrasikan hal-hal yang pernah

  dipelajari mengenai agama ke dalam suatu system yang koheren. Benar salahnya prilaku ditinjau apakah prilaku itu membahayakan relasi atau apa yang akan dikatakan orang lain. Remaja mulai seringkali melibatkan sebuah relasi pribadi dengan Tuhan. Tuhan dipandang sebagai sosok yang “selalu ada untukku”

  4. Iman induktif-reflektif (transisi masa remaja dan masa dewasa, dewasa

  awal). Tahap ini pertama kali individu mulai bertanggung jawab terhadap

  keyakinan religiusnya, dalam hal ini orang muda mulai bertanggung jawab terhadap kehidupannya sendiri dan mereka memperluas usahanya untuk mengikuti rangkaian kehidupan tertentu.

  5. Iman Konjugtife (masa dewasa pertengahan) Menyadari keterbatasan orang mulai terbuka terhadap paradoks dan mengandung berbagai sudut pandang yang bertolak belakang.

  6. Iman universal (masa dewasa pertengahan atau masa dewasa akhir) merupakan transendensi dari keyakinan tertentu untuk mencapai penghayatan kesatuan dengan semua keberadaan dan komitmen untuk mengatasi berbagai rintangan yang memecah belah. Peristiwa yang menimbulkan konflik tidak dipandang sebagai paradok. Hanya sedikit orang yang dapat mencapai tahap ini.

  Menjadi remaja menurut Furter (dalam Swastanti, 2007) berarti memahami nilai-nilai, namun tidak hanya memperoleh pengertian saja melainkan juga dapat menjalankannya.

B. Religiositas

1. Pengertian Religiositas

  Religiositas menurut Gazalba (dalam Ghufron, Risnawita, 2010) berasal yang berarti mengikat. Religiositas pada umumnya memiliki aturan dan kewajiban yang harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh pemeluknya. Hal itu berfungsi untuk mengikat seseorang atau sekelompok orang dalam hubungannya dengan Tuhan, sesama manusia dan alam sekitarnya. Pengertian lain religiositas yang dikemukakan oleh Hardjana (2005), yaitu perasaan dan kesadaran akan hubungan dan ikatan kembali manusia dengan Allah karena manusia dapat mengenal serta mengalami kembali Allah, dan percaya kepada- Nya. Sementara itu Majelis Pendidikan Katolik Keuskupan Agung Semarang, Komisi Kataketik Keuskupan Agung Semarang, (2001) mendefinisikan religiositas sebagai kemampuan manusia untuk melihat kebaikan Allah dalam sesama sehingga menumbuhkan persaudaraan sejati, sikap saling mencintai, saling mengharapkan, cinta lingkungan dan lain-lain demi kesejahteraan bersama. Dalam kehidupan sehari-hari religiositas lebih mengarah pada sikap beragama seseorang seperti yang diungkapkan Tom Jacobs (dalam swastanti, 2007), religiositas merupakan iman personal yang diungkapkan dalam agama dan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari.

  Banyak pemaknaan religiositas oleh tokoh-tokoh di Indonesia, diantaranya dalam Pendidikan Religiositas oleh Komisi Kataketik Keuskupan Agung Semarang, setidaknya ada tiga tokoh yang menyampaikan pemahamannya tentang religiositas. Mgr. Ign. Suharyo, mengatakan bahwa religiositas adalah relasi manusia dengan Allah, manusia dengan sesama manusia, manusia dengan alam, dan manusia dengan dirinya sendiri. Sementara itu Nurcholis Madjid kedalaman tertentu yang menyentuh emosi dan jiwa manusia, atau kebermaknaan hidup. Tidak jauh berbeda YB. Mangun Wijaya menegaskan bahwa religiositas cenderung melihat segala sesuatu yang berhubungan dengan lubuk hati, getaran hati nurani pribadi, serta sikap personal.

  Religiositas sangat berhubungan dengan agama, sebab sumber dari agama adalah religiositas (Hardjana, 2005). Menurut Hardjana dari religiositas muncul agama yang memiliki empat unsur utama yaitu: dogma atau ajaran; ibadat atau kultus; moral atau etika; lembaga atau organisasi. Dalam praktek kehidupan sehari-hari agama sulit dilepaskan dari religiositas. Kepercayaan terhadap dogma agama, ritual keagamaan, dan prilaku keagamaan merupakan perwujudan dari religiositas.

  Menurut Glock (dalam Paloutzian, 1996), ada lima aspek dalam religiositas, yaitu:

  1. Religious Belief (Dimensi Ideologi / Keyakinan), aspek ini berkaitan dengan tingkatan sejauh mana seseorang meyakini ajaran agamanya serta mengakui hal-hal yang dogmatik dalam agamanya. Misalnya keyakinan akan sifat-sifat Tuhan, adanya malaikat, surga, para nabi, dan lain sebagainya.

  2. Religious Practice (Dimensi ritual), aspek ini berkaitan dengan tingkatan sejauh mana seseorang menjalankan kewajiban-kewajiban ritual agamanya, seperti mengikuti misa di gereja, puasa, shalat, dan lain-lain.

  3. Religious Feeling (Dimensi Eksperensial / penghayatan), Aspek ini perasaan atau pengalaman keagamaan. Misalnya mengalami perasaan dekat dengan Tuhan, tersentuh membaca ayat-ayat kitab suci.

  4. Religious Knowledge (Dimensi Intelektual), aspek ini berkaitan sejauh mana orang mengetahui dan memahami ajaran agamanya terutama dalam kitab suci, hadist, Injil, dan lain sebagainya.

  5. Religious Effect (Dimensi konsekuensial), aspek ini melihat sejauh mana prilaku seseorang di motivasi oleh ajaran agamaya dalam kehidupan sosial, yaitu hubungan dengan dunia dan sesama. Misalnya mendermakan harta, menjenguk orang sakit dan lain-lain.

  Berdasarkan uraian di atas dalam penelitian ini religiositas didefinisikan sebagai suatu ikatan yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, sesama, lingkungan, dan dirinya sendiri yang diungkapkan dalam agama dan diwujudkan melalui keyakinan seseorang terhadap ideologi agamanya, melakukan ritual agamanya, menghayati dan mempunyai pengetahuan terhadap agamanya, serta prilaku seseorang dimotivasi oleh ajaran agamanya.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Religiositas

  Menurut Thouless (dalam azizah, tanpa tahun) ada empat faktor yang mempengaruhi perkembangan religiositas, yaitu:

  1. Faktor sosial, meliputi semua pengaruh sosial diantaranya pendidikan dan pengajaran dari orang tua, tradisi-tradisi dan tekanan sosial. Hal ini mencakup semua pengaruh sosial dalam perkembangan sikap religius, sosial untuk menyesuaikan diri dengan berbagai pendapat dan sikap yang disepakati lingkungan.

  2. Faktor pengalaman, diantaranya pengalaman-pengalaman yang membangun sikap religiositas seperti pengalaman konflik moral atau pengalaman emosional.

  3. Faktor kebutuhan, diantaranya untuk memperoleh keamanan, cinta kasih, harga diri dan kebutuhan yang timbul karena adanya kematian.

  4. Faktor intelektual, diantaranya yang menyangkut proses pemikiran verbal terutama dalam pembentukan keyakinan-keyakinan agama. Tiap orang mempunyai religius berbeda karena proses pemikiran verbal yang berbeda-beda pula tiap orang.

3. Riset-Riset Terkait Religiositas

  Bahr, Maughan, Marcos, dan Li (1998) melakukan penelitian tentang keluarga, religiositas, dan risiko penggunaan narkoba remaja. Penelitian ini dimulai sejak tahun 1994 menggunakan sampel 13.250 remaja di Amerika. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa siswa yang mempunyai religiositas yang tinggi cenderung untuk tidak menggunakan obat atau untuk memiliki teman dekat yang menggunakan narkoba. Penelitian ini juga menemukan bahwa remaja yang cenderung memiliki religiositas, ia mempunyai ikatan yang kuat juga dengan ibu. Selain itu ditemukan hubungan positif antara ikatan ayah-remaja dan tingkat religiositas, namun hubungan ini lebih lemah dibandingkan hubungan

  Penelitian lain yang dilakukan Bahr dan Hoffman (2008) tentang religiositas, relasi teman sebaya, dan penggunaan obat-obatan terlarang pada remaja di Utah, Amerika Serikat menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda. Penelitian ini menemukan bahwa Remaja yang religius cenderung untuk tidak merokok, menggunakan alkohol, dan menggunakan ganja dibandingkan remaja yang tidak religius. Religiositas individu cenderung mampu mengurangi pengaruh penggunaan narkoba pada responden yang merokok, minum berat, dan menggunakan ganja tetapi tidak untuk pengguna obat terlarang lainnya. Penelitian ini juga menemukan remaja yang bersekolah di sekolah-sekolah yang religius kecil kemungkinannya untuk merokok dibandingkan remaja di sekolah- sekolah yang rendah religiositasnya.