Deskripsi konflik interpersonal dalam pemenuhan kebutuhan yang dialami para remaja di Asrama Stella Duce II Trenggono tahun 2 dan implikasinya terhadap penyusunan topik program manajemen konflik TA.20-/2011 - USD Repository
DESKRIPSI KONFLIK INTERPERSONAL
DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN YANG DIALAMI PARA REMAJA
DI ASRAMA STELLA DUCE 2 TRENGGONO TAHUN II
DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENYUSUNAN
TOPIK PROGRAM MANAJEMEN KONFLIK T.A 2010/2011
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Disusun Oleh:
Seprianus Kiding
NIM: 041114043
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
DESKRIPSI KONFLIK INTERPERSONAL
DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN YANG DIALAMI PARA REMAJA
DI ASRAMA STELLA DUCE 2 TRENGGONO TAHUN II
DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENYUSUNAN
TOPIK PROGRAM MANAJEMEN KONFLIK T.A 2010/2011
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Disusun Oleh:
Seprianus Kiding
NIM: 041114043
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“aku adalah pelayan biasa yang tidak berguna; aku hanya melakukan apa yang harus aku lakukan” “aku memandangnya, aku memperhatikannya, aku melihatnya, dan dari padanya aku menarik suatu pelajaran” PERSEMBAHANSkripsi ini kupersembahkan untuk Ibuku tercinta, Cornelia Sanda, di surga
Keluargaku di Mangkutana Siapa saja yang percaya bahwa hari esok akan lebih baik daripada sekarang
ABSTRAK
DESKRIPSI KONFLIK INTERPERSONAL
DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN YANG DIALAMI PARA REMAJA
DI ASRAMA STELLA DUCE 2 TRENGGONO TAHUN II
DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENYUSUNAN
TOPIK PROGRAM MANAJEMEN KONFLIK T.A 2010/2011
Seprianus Kiding
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2011
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk : (1) mengungkap tingkat konflik interpersonal dalam pemenuhan kebutuhan yang dialami oleh para remaja penghuni asrama Stella Duce 2 Trenggono Yogyakarta pada tahun II tahun ajaran 2010/2011 dan (2) mengungkap kebutuhan apa sajakah, yang dalam pemenuhannya, para remaja yang tinggal di asrama Stella Duce 2 Trenggono Yogyakarta tahun II tahun ajaran 2010/2011 sangat potensial untuk mengalami konflik interpesonal.
Subjek penelitian ini adalah para remaja penghuni asrama Stella Duce 2 Trenggono Yogyakarta pada tahun II tahun ajaran 2010/2011 yang berjumlah 37 orang. Instrumen yang digunakan adalah Kuesioner Konflik Interpersonal Dalam Pemenuhan Kebutuhan yang disusun oleh peneliti. Kuesioer dengan reliabilitas
= 0,926 tersebut memiliki 46 item pertanyaan dengan 4 alternatif jawaban
r xx yaitu: amat sering, sering, jarang, dan amat jarang.
Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah pengkategorisasian yang disusun berdasarkan model distribusi normal yang terdiri dari lima jenjang yaitu kategori sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi (Azwar, 1990:108).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) dalam pemenuhan kebutuhan para remaja penghuni asrama Stella Duce 2 Trenggono Yogyakarta pada tahun II tahun ajaran 2010/2011, terdapat 1 orang (2,70%) responden termasuk dalam kategori
“sangat rendah” dalam mengalami konflik interpesonal, 2 orang (5,40%) responden termasuk dalam kategori “rendah” dalam mengalami konflik interpesonal, 19 orang (51,35 %) responden termasuk dalam kategori
“sedang” dalam mengalami konflik interpesonal, 15 orang (40,54%) responden termasuk dalam kategori
“tinggi” dalam mengalami konflik interpesonal, dan tidak ada (0%) responden yang termasuk dalam kategori
“sangat tinggi”; dan (2) Aspek- aspek kebutuhan para remaja di asrama Stella Duce 2 Trenggono tahun II yang tergolong sering menimbulkan konflik interpersonal dalam pemenuhannya antara lain yaitu kebutuhan untuk: berprestasi, bergabung, mandiri, mengimbangi, membela diri, menghormati, menghindari bahaya, menghindari rasa hina, memelihara/merawat, bermain, rasa haru, memperoleh rasa iba, serta kebutuhan untuk memahami.
ABSTRACT
THE DESCRIPTION OF INTERPERSONAL CONFLICTS
IN FULFILLING THE NEEDS UNDERGONE BY THE SECOND-YEAR
RESIDENTS OF THE STELLA DUCE 2 TRENGGONO DORMITORY
AND ITS IMPLICATIONS FOR CONFLICT MANAGEMENT PROGRAM
TOPICS DEVELOPMENT IN SCHOOL YEAR 2010/2011
Seprianus Kiding
Sanata Dharma University
Yogyakarta
2011
This descriptive study aimed at finding out the following: (1) the level of interpersonal conflict in fulfilling the needs undergone by the second-year residents of the Stella Duce 2 Trenggono Dormitory Yogyakarta in School Year 2010/2011 and (2) to know the needs of these adolescents which in their fulfillment were potential to arise interpersonal conflicts in the School Year 2010/2011.
The subjects of this research were 37 second-year residents of the Stella Duce 2 Trenggono Dormitory Yogyakarta, School Year 2010/2011. The instrument used was Interpersonal Conflict in Needs Fulfillment Questionnaire which was constructed by the researcher. The questionnaire reliability index was 0.926 and consisted of 46 items with four alternative answers, namely, very frequently, frequently, rarely, and very rarely.
Data analysis was conducted through data categorisation based on the normal distribution model. The data was categorized into five levels, namely,
very low, low, medium, high , and very high (Azwar, 1990:108).
The results of the study indicated that (1) in fulfilling their needs, the second-year residents of the Stella Duce 2 Trenggono Dormitory Yogyakarta, School Year 2010/2011 underwent interpersonal conflict in these categories: 1 respondent (2.7%) was in the very low category, 2 respondents (5.4%) were in the low category, 19 respondents (51.35%) were in the medium category, 15 respondents (40.54%) were in the high category, and no respondents (0 %) was in the very high category; (2) Aspects of these needs which in their fulfillments often caused interpersonal conflicts were the needs for: achievement, affiliation, autonomy, counteraction, dependence, deference, harm-avoidance, infavoidance, nurturance, play, sentience, succorance, and understanding.
KATA PENGANTAR
Penulis bersyukur kepada Tuhan atas kasih karunia dan penyelenggaraanNya dalam kehidupan penulis, sehingga penulis dimampukan untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini. Berbagai pengalaman yang luar biasa telah penulis alami sejak memulai dan mengakhiri penelitian ini bersama Tuhan dan bersama orang-orang yang Ia kirim untuk menemani lankah hidup penulis.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini pun tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: Dr. M. M. Sri Hastuti, M. Si., Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma yang sekaligus menjadi dosen pembimbing, yang telah memberikan izin untuk penelitian dan memberikan bimbingan, perhatian, dan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan pemulisan skripsi ini; Ibu Dra. M.J. Retno Priyani. M.Si.,
Ibu A. Setyandari, S.Pd., S.Psi. Psi., M.A., Bapak Drs. R.H. Dj. Sinurat,
M.A., Bapak Drs. Gendon Barus, M.Si., Br. Y. Triyono, S.J, S.S, M.Sc.,
Bapak Drs T.A. Prapancha Hari, M.Si., dan (Alm.) Bapak Drs. Wens
Tanlain, M.Pd. atas segala bantuan ide, masukan, dan dukungan semangat yang
telah diberikan kepada penulis sepanjang proses penulisan skipsi ini.
Terima kasih penulis ucapkan untuk para responden penelitian, para
penghuni asrama Stella Duce Trenggono dan asrama Stella Duce Samirono
tahun II tahun ajaran 2010/2011 beserta kepada para pendampingnya yang sangat membantu penulis dalam melakukan penelitian ini.
Terima kasih untuk segenap karyawan Universitas Sanata Dharma: Mas
Moko, Mas Anton, Mas Agus dan Mbak Agnes yang telah membantu
pengurusan segala keperluan administrasi penulis. Terima kasih juga untuk para penghuni Pascasarjana USD: Bapak Prof. Dr. A. Supratiknya, Bapak Dr. St.
Sunardi, Ibu Devi Ardhiani, M.Hum., Bapak Drs. F.X. Mukarto, M.S., Ph.D.,
Bapak Dr. B.B. Dwijatmoko, M.A., Ibu Dr. Sri Novita Dewi, M.S., M.A.,
Romo Baskara S.J., Romo G. Budi Subanar S.J, Mbak Hengky, Mbak Lely,
Mas Mul, Mbak Lia, Eska, Nindnya, beserta para mahasiswa S2 IRB dan
KBI atas kebersamaan dan berbagai pengalaman berharga yang penulis boleh
alami selama berkarya di ruang workstation Pascasarjana USD.Terima kasih juga penulis ucapkan untuk teman-teman angkatan BK 2005 kebawah yang telah memberikan dukungan dan semangat: Putri Ndut, Oki,
Iwit, Satrio, Aurel, Puri, Judith, Marcella, Nisa, Novi, Bul-Bul, Ryan, Ike,
Heni, Br. Cahyo, para Suster-Suster BK, dan siapa saja. Terima kasih atas
sapaan, dukungan dan seyuman yang penulis terima dari kalian semua. saya yakin semua sudah dicatat di atas sana.
Untuk teman-teman angkatan BK 2004 ke atas: Asep, Bismo, Kris, Sigit,
Siska, Ria, Dwi, Pitra, Putri, Ayuk, Erna, Angga, Maria, Dita, Tio, Natalia,
Mbk Ratna, Hana, Br. Yulius, dan lain-lain. Terima kasih karena telah
menemani penulis di tahun terakhir: Bagi yang belum lulus, maaf penulis harus mendahului. Penulis sudah berusaha semampunya untuk menemani kalian semua.
Terima kasih juga untuk sahabat-sahabat CLC Yogyakarta: Ibu Magda, Ibu
Nancy, Pak Gun, Pak Narto, Pak Adhi, Rm. Bismoko, Rm. Hartono Budi,
S.J, Rm. Ardian. Pr., Maria, Winda, Dhidi, Cik Laura, Vena, Indira, Fr.
Rudi, dan lain-lain atas segala doanya. Terima kasih pula untuk Geng Ifo: Ana,
Dian, Ayuk, Adven, Putri, Sanggo, dan Ika; atas segala canda tawa dan sharing
pengalaman yang sungguh menguatkan hati, atas kesediaan mendengarkan atas setiap keluhan penulis. Penulis sangat bahagia pernah mengenal kalian semua.
Terima kasih untuk para teman seperjalanan dari Sulawesi sekaligus sebagai pendoaku di Seminari Anging Mammiri: Fr. Oslan Lewi, Fr. Hendrik Palimbo,
Fr. Junarto Timbang, Fr. Octovianus Tandilolo, Fr. Petrus Rimba, dan
Yoseph Andriat. Terima kasih untuk segala doa dan dukungan kalian semua
khususnya disaat-saat terakhir.
Terima kasih juga untuk saudara-saudari tercintaku, Rinus, Tio, Adi, Fitri,
MbakyuQ Trias Prias Hayu, Irene Mixtiani, Mbak Priski, Yeni, Novi, Sinok
Tyas, Nino, Diah Resti, Sulis, Anni, Mitha, Asti, Brigitta, Mitchelle , Ta’bi,
Poppy, Gabby, Icha, Dipra, Cisil, Arum dan Ebby yang selalu menghibur
penulis dengan seribu satu macam cara yang unik.Terima kasih spesial untuk, gadis pencinta baju kotak-kotak, Lucya Ratna
Panditasari. Terima kasih untuk atas kehadiran dan cintamu disaat-saat terakhir
yang membuat penulis enggan untuk meninggalkan kampus USD tercinta ini.Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya. Terima kasih, Tuhan memberkati.
Yogyakarta, 31 Maret 2011 Penulis
DAFTAR ISI
Halamani
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………….
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii
…………………………. HALAMAN PENGESAHANiii ……………………………………………..
HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN
…………………………… iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA v
…………………….vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI …………. ABSTRAK …………………………………………………………………. vii ABSTRACT
………………………………………………………………. viii KATA PENGANTAR
ix ……………………………………………………..
DAFTAR ISI
……………………………………………………………….. xii DAFTAR TABEL …………………………………………………………. xv DAFTAR LAMPIRAN
……………………………………………………. xvii
BAB I. PENDAHULUAN
1
…………………………………………………
A. Latar Belakang Masalah 1 …………………………………………...
B. Rumusan Masalah 7 ………………………………………………….
C. Tujuan Penelitian 7 …………………………………………………..
D. Manfaat
8 Penelitian…………………………………………………
E. Batasan Istilah 9 ……………………………………………………...
BAB II. KAJIAN PUSTAKA ……………………………………………... 11
A. Konflik Interpersonal ……………………………………………… 11
1. Pengertian konflik interpersonal ……………………………… 11
2. Latar belakang tumbuhnya konflik interpersonal …………….. 11
3. Unsur-unsur yang terdapat dalam Konflik Interpersonal …….. 12
B. Kebutuhan (Needs)
………………………………………………………. 17
1. Pengertian kebutuhan …………………………………………. 17
2. Macam-macam kebutuhan menurut Murray
18 ………………….
3. Pengaruh kebutuhan dalam munculnya konflik interpersonal...
25 C. Langkah-Langkah Pemecahan Konflik Interpersonal …………….. 28
1. Assessment (Penafsiran) ………………………………………. 29
2. Acknowledgement (Pengakuan) ……………………………… 29
3. Attitude (Sikap) ………………………………………………. 29
4. Action (Aksi) …………………………………………………. 30
D. Remaja …………………………………………………………….. 33
1. Pengertian remaja …………………………………………….. 33
2. Tugas perkembangan …………………………………………. 34
3. Konflik remaja dalam pemenuhan kebutuhannya ……………. 35
E. Asrama …………………………………………………………….. 40
1. Pengertian asrama …………………………………………….. 40
2. Asrama Stella Duce 2 Trenggono …………………………….. 41
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
……………………………….. 46
A. Jenis Penelitian 46 …………………………………………………….
B. Variabel Penelitian ……………………………………………….. 47
C. Subjek Penelitian ………………………………………………….. 47
D. Instrumen Penelitian/Alat Ukur …………………………………… 48
1. Jenis alat ukur ……………………………………………….. 48
………………………
109
99 Daftar Pustaka ……………………………………………………
C. Saran-saran ………………………………………………………...
95 B. Kesimpulan ………………………………………………………... 98
95 A. Ringkasan ………………………………………………………….
90 BAB VI. PENUTUP ……………………………………………………….
MANAJEMEN KONFLIK BAGI PARA REMAJA DI ASRAMA STELLA DUCE 2 TRENGGONO TAHUN II
T.A. 2010/2011 ….……………………………………………….
69 BAB V. USULAN TOPIK MATERI UNTUK PROGRAM
66 D. Pembahasan ………………………………………………………..
65 C. Kategorisasi Item yang Berpotensi Menyebabkan Konflik Interpersonal dalam Pemenuhan Kebutuhan
2. Format pernyataan …………………………………………... 48
B. Kategorisasi Secara Umum Konflik Interpersonal dalam Pemenuhan Kebutuhan yang Dialami Para Remaja di Asrama Stella Duce 2 Trenggono Tahun II T.A 2010/2011 ……………...
A. Pengumpulan Data ………………………………………………… 65
………………... 65
59 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
…………………………………….………
6. Pertanggungjawaban mutu kuesioner ………………………. 52 E. Teknik Analisis Data...
5. Uji coba alat ukur …………………………………………… 50
4. Kisi-kisi ……………………………………………………... 49
3. Penentuan skor ……………………………………………… 48
Lampiran
DAFTAR TABEL
Tabel HalamanTabel 1 Jadwal Rutin/Harian Asrama Stella Duce 2 Trenggono
43 …
Tabel 2 Pembinaan Terpadu Asrama Stella Duce
44 ………………... Tabel 3 Kisi-kisi Kuesioner Konflik Interpersonal dalam
Pemenuhan Kebutuhan pada Remaja di Asrama Stella Duce II Trenggono tahun II T.A. 2010/2011 Sebelum Uji Coba
49 ………………………………………………………. Tabel 4 Item yang Gugur Setelah Uji Coba
54 ……………………….. Tabel 5 Item yang Direvisi
55 ……………………………………….. Tabel 6 Distribusi item Kuesioner Konflik Interpersonal dalam
Pemenuhan Kebutuhan pada Remaja di Asrama Stella Duce II Trenggono tahun II T.A. 2010/2011 Setelah Uji Coba
57 ……………………………………………………... Tabel 7 Kategorisasi Tingkat Konflik Interpersonal dalam
Pemenuhan Kebutuhan Pada Remaja di Asrama Stella Duce II Trenggono tahun II T.A. 2010/2011 ..
61 …….……. Tabel 8 Pengkategorisasian Potensi Timbulnya Konflik
Interpersonal dari Skor Kuesioner Konflik Interpersonal dalam Pemenuhan Kebutuhan pada Para Remaja di Asrama Stella Duce II Trenggono tahun II T.A.
63 2010/2011……………………………………………… Tabel 9 Pengkategorisasian Tingkat Konflik Interpersonal dalam Pemenuhan Kebutuhan yang dialami Para Remaja di Asrama Stella Duce 2 Trenggono tahun II T.A. 2010/2011
65 Tabel 10 Pengkategorisasian Item-item yang Berpotesi Menyebabkan Konflik Interpersonal dalam Pemenuhan Kebutuhan yang Dialami Para Remaja di Asrama Stella Duce 2 Trenggono tahun II T.A. 2010/2011
67 ………….. Tabel 11 Pengkategorisasian Item-item yang Berpotesi
Menyebabkan Konflik Interpersonal dalam Pemenuhan Kebutuhan yang Dialami Para Remaja di Asrama Stella Duce 2 Trenggono tahun II T.A. 2010/2011 ..
67 ………….. Tabel 12 Aspek-aspek Kebutuhan Para Remaja di Asrama Stella
Duce 2 Trenggono Tahun II T.A. 2010/2011 yang Tergolong Tinggi Potensinya dalam Menimbulkan Konflik Interpersonal Dalam Pemenuhan Kebutuhan
68 ……
Tabel 13 Usulan Topik Materi untuk Program Manajemen Konflik bagi Para Remaja di Asrama Stella Duce 2 Trenggono tahun II
92 T.A. 2010/2011 ………………………………..
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran HalamanLampiran 1 Skala Konflik dalam Pemenuhan Kebutuhan ……
112 Lampiran 2 Reliabilitas dan Penghitungan Koefisien Korelasi
Ujicoba Kuesioner ……………………………….
118 Lampiran 3 Tabulasi Data Penelitian
………………………… 122
Lampiran 4 Surat Keterangan Ijin Ujicoba ……………………
123 Lampiran 5 Surat keterangan Ijin Penelitian
………….……… 124
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Konflik bukan merupakan suatu hal yang asing dalam hidup manusia. Konflik juga bukan hal yang baru timbul karena peradaban modern. Sejak
zaman dahulu, konflik telah hadir dalam kenyataan hidup sehari-hari. Dalam mitologi Yunani, Romawi, India, Mesir, atau Jawa, digambarkan berbagai konflik yang terjadi baik ditengah dewa-dewa, mahluk-mahluk yang bukan manusia, maupun diantara mereka dengan manusia. Hal ini dapat ditemukan dalam cerita Mahabarata, kisah-kisah tentang para dewa rakyat Yunani di Olympus, dan berbagai cerita lainnya. Semua ini mau menunjukkan bahwa konflik adalah suatu gejala yang tidak terpisahkan dari hidup manusia.
Dalam kehidupan sosial, kapan saja dan di mana saja, manusia memang tidak akan pernah lepas dari apa yang disebut dengan konflik.
Konflik merupakan bagian integral dari kehidupan manusia dan tidak dapat dihindari. Setiap manusia pasti akan mengalami konflik dan konflik ini akan terus selalu ada sepanjang mahluk hidup yang bernama manusia masih memiliki kebutuhan. P. Wehr (Chandra, 1992:17) dalam bukunya Conflict
Resolution menyimpulkan bahwa konflik dan pertikaian adalah hal yang
tidak terhindarkan dalam setiap kelompok sosial. Layaknya hukum kekekalan energi yang mengatakan bahwa energi itu tidak dapat dimusnahkan, maka demikian pula halnya dengan konflik, yaitu bahwa konflik adalah sesuatu hal yang tidak dapat dimusnahkan namun dapat diubah kedalam bentuk lain yang lebih bermanfaat. Secara personal seluruh manusia mengalami konflik di dalam lingkup keluarga. Dalam tingkatan yang lebih luas, konflik terjadi dalam hubungan sosial, seperti tawuran pelajar, konflik industri dalam bidang ekonomi, konflik antar etnis, hingga konflik antar negara.
Kehidupan masa remaja sendiri senantiasa menarik untuk dibicarakan. Hal ini disebabkan kompleksnya permasalahan-permasalahan yang ada di dalam kehidupan masa remaja. Ibarat sebuah rumah, jika kehidupan masa anak adalah pondasi yang menentukan masa depan selanjutnya, maka pada masa remaja, individu bagai rumah yang sudah terbentuk dan pada masa dewasa, rumah tidak lagi mengalami perubahan yang mendasar. Masa transisi antara masa anak dan masa dewasa inilah yang seringkali menimbulkan kegelisahan. Pada masa peralihan ini akan timbul banyak kesulitan yang akan dialami oleh remaja berkaitan dengan penyesuaian terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan sosialnya.
Masa remaja ditandai dengan adanya perkembangan yang pesat pada diri individu dari segi fisik, psikis, dan sosialnya. Berkaitan dengan hubungan sosial pada remaja, hampir seluruh waktu yang digunakan remaja adalah berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, antara lain dengan orangtua dan saudara saudari di rumah, guru dan murid-murid yang lain di sekolah, teman-teman bermain, atau dalam kelompok/organisasi tertentu (kelompok olahraga, kesenian, OSIS, paduan suara, dll). Remaja cenderung bergabung dan berinteraksi dengan kelompok sosialnya untuk mengembangkan ketrampilan-ketrampilan sosialnya. Kondisi tersebut sejalan dengan salah satu tugas perkembangan yang harus dipenuhi oleh remaja yaitu memperluas hubungan interpersonal dan berkomunikasi secara lebih dewasa dengan kawan sebaya baik pria maupun wanita (Hurlock, 2004:10).
Akan tetapi, adanya interaksi tersebut menyebabkan remaja juga mengalami persoalan-persoalan dalam hubungannya dengan orang lain hingga pada akhirnya menimbulkan suatu konflik interpersonal dengan individu lain. Sebagai contoh, persoalan-persoalan yang dapat memicu timbulnya konflik antara lain:
1. ketika individu berinteraksi dengan individu lain yang berbeda kebutuhan dan tidak saling melengkapi (misalnya, seseorang yang memiliki kebutuhan akan otonomi yang tinggi, berinteraksi dengan orang lain yang memiliki kebutuhan untuk mendominasi yang tinggi pula)
2. ketika individu berintraksi dengan individu lain yang juga memiliki kebutuhan yang sama namun sesuatu yang menjadi pemuas kebutuhan terbatas (misalnya, ketika ada beberapa orang pria yang sama-sama menyukai seorang wanita yang sama),
3. ketika individu berinteraksi dengan individu yang lain yang cenderung memaksakan kebutuhannya (misalnya ketika berinteraksi dengan individu lain yang sangat tinggi kebutuhan akan pembelaan dirinya).
Selain contoh di atas, masih banyak persoalan lain yang dapat memicu terjadinya konflik pada remaja ketika berinteraksi, antara lain, adanya silang pendapat, gaya berbicara yang bisa saja disalah artikan maksudnya oleh pihak yang berasal dari daerah lain, dan lain sebagainya. Hal ini mungkin terjadi mengingat masa remaja masih merupakan masa yang labil, suatu masa dimana remaja masih berusaha untuk menemukan jati diri sesungguhnya (Alwisol, 2009:98).
Dalam penelitian ini, peneliti secara khusus hendak mendeskripsikan konflik interpersonal yang terjadi di lingkungan asrama. Peneliti melihat bahwa hidup bersama di asrama cenderung lebih memungkinkan terjadinya konflik interpersonal antara penghuni satu dengan penghuni asrama yang lainnya. Peneliti berasumsi demikian karena mendapat informasi dari para suster pendamping di asrama yang menceritakan tentang konflik yang terjadi di dalam asrama yang mereka damping. Hal seperti itu juga pernah penulis alami ketika tinggal di dalam asrama selama empat tahun.
Lingkungan asrama yang dipilih oleh peneliti sebagai tempat penelitian yaitu lingkungan asrama Stella Duce 2 Trenggono. Asrama Stella Duce 2 Trenggono menjadi pilihan peneliti karena di asrama tersebut memiliki program pendampingan (tahunan) terhadap penghuni asrama dengan tema manajemen konflik. Dengan demikian, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan sumbangan saran berupa topik materi yang dapat dipakai pada saat pelaksanaan Program Manajemen Konflik.
Sebagian besar dari penghuni asrama Stella Duce 2 Trenggono merupakan anak remaja yang berasal luar kota Yogyakarta, dan bahkan ada juga yang berasal dari luar pulau Jawa seperti Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Irian Jaya. Asal penghuni asrama yang beragam ini, pada akhirnya memberikan pengaruh terhadap munculnya keberagaman di lingkungan asrama, mulai dari keberagaman suku, keberagaman bahasa, keberagaman budaya, serta karakteristik kepribadian masing-masing. Meski munculnya keberagaman bukanlah satu-satunya tolak ukur dari munculnya suatu konflik interpersonal, namun dapat ditarik suatu opini bahwa dengan adanya keberagaman tersebut dapat ikut berpengaruh terhadap terciptanya suatu konflik interpersonal antar sesama penghuni asrama. Adanya perbedaan nilai-nilai yang dianut yang kemudian menjadi acuan perilaku dari masing-masing individu dalam berinteraksi dapat ikut memberikan kontribusi dari terciptanya suatu konflik.
Selain konflik interpersonal antar sesama penghuni asrama, konflik interpersonal dapat juga terjadi antara penghuni asrama dengan pihak pemilik/pengelola asrama. Kehidupan di dalam asrama yang tidak lepas dari berbagai peraturan dan kebijakan yang ditetapkan oleh pihak pemilik/pengelola asrama tentunya akan sangat berbeda dengan situasi ketika para penghuni asrama tinggal dalam rumah atau keluarga masing- masing. Hal seperti dia atas juga berpotensi untuk menimbulkan konflik interpersonal antara penghuni dengan pemilik/pengelola asrama.
Jika ingin dicermati secara lebih seksama, konflik interpersonal, khususnya yang dialami oleh para remaja sebenarnya bisa menjadi salah satu sarana untuk menunjang perkembangan pribadi dan perkembangan relasi antar pribadi. Konflik intrapersonal bisa dipandang sebagai suatu dinamika dalam hidup bersama. Konflik (terlebih dalam hubungan yang akrab) dapat membantu seseorang lebih maju dalam berpikir secara kritis, lebih maju dalam wawasan, lebih maju dalam wacana dan bisa belajar untuk menghargai akan adanya beda pendapat; adanya konflik interpersonal dalam kasus tertentu misalnya adu pendapat, akan sangat membantu untuk menemukan suatu pemikiran yang lebih baik dan lebih tersaring mutunya.
Hanya saja yang menjadi masalahnya yaitu pengetahuan dan ketrampilan yang memadai untuk mengelola konflik sering tidak dimiliki oleh para remaja yang terlibat dalam konflik. Akibatnya konflik tidak hanya tidak berhasil dikelola, malah sebaliknya, usaha yang dilakukan untuk membantu menyelesaikan konflik malah memperparah konflik yang ada.
Oleh karena itu sangat dibutuhkan bantuan dari pihak yang lebih berkompeten, dalam hal ini individu dewasa ataupun mereka yang sudah terbiasa dalam menangani konflik dangan tujuan agar remaja yang mengalami konflik dapat memanajemen konflik yang mereka alami dan menyelesaikannya dengan baik. Bantuan yang diberikan dapat berupa pendampingan langsung terhadap pihak-pihak yang mengalami konflik untuk mengatasi konflik yang tengah terjadi atau dapat pula berupa pembekalan kepada remaja tentang bagaimana memanajemen suatu konflik.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah tingkat konflik interpersonal dalam pemenuhan kebutuhan yang dialami oleh para remaja yang tinggal di asrama Stella Duce 2 Trenggono Yogyakarta tahun II T.A. 2010/2011 ?
2. Kebutuhan apa sajakah yang dalam pemenuhannya, para remaja yang tinggal di asrama Stella Duce 2 Trenggono Yogyakarta tahun
II T.A. 2010/2011 sangat potensial untuk mengalami konflik interpesonal?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengungkap tingkat konflik interpersonal dalam pemenuhan kebutuhan yang dialami oleh para remaja penghuni asrama Stella Duce 2 Trenggono Yogyakarta pada tahun II T.A. 2010/2011.
2. Mengungkap kebutuhan apa sajakah, yang dalam pemenuhannya, para remaja yang tinggal di asrama Stella Duce 2 Trenggono Yogyakarta tahun II T.A. 2010/2011 sangat potensial untuk mengalami konflik interpesonal.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis Secara teoritis, penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai konflik interpersonal dalam pemenuhan kebutuhan yang dialami oleh remaja penghuni asrama Stella Duce 2 Trenggono Yogyakarta pada tahun II T.A. 2010/2011.
2. Manfaat praktis
a. Pihak pemilik/pengelola asrama Penelitian ini akan mendeskripsikan kondisi nyata tentang konflik interpersonal dalam pemenuhan kebutuhan yang dialami oleh remaja yang tinggal di asrama Stella Duce 2 Trenggono Yogyakarta tahun II T.A. 2010/2011. Dengan demikian, pemilik/pengelola asrama akan memperoleh informasi berkaitan dengan konflik interpersonal yang dialami oleh para remaja yang tinggal di asrama dan kemudian dapat dimasukkan sebagai bagian dari program bimbingan manajemen konflik kepada para remaja yang tinggal di asrama.
b. Pihak peneliti Penelitian ini berguna bagi peneliti untuk mengembangkan kemampuan dalam melakukan penelitian dan mengembangkan kompetensi yang dimiliki berkaitan dengan profesi peneliti sebagai calon guru Bimbingan dan Konseling.
E. Batasan Istilah
1. Konflik Interpersonal Konflik interpersonal adalah konflik yang terjadi antar dua individu atau lebih yang mana individu-individu tersebut berlawanan satu sama lain terkait dengan nilai (sesuatu yang dianggap penting), tujuan (sesuatu yang ingin dicapai) dan keyakinan (sesuatu yang dianggap benar).
2. Kebutuhan Kebutuhan merupakan suatu daya di dalam benak manusia yang mempengaruhi seseorang untuk mempersepsi dan bertindak sedemikian rupa untuk mengubah situasi yang tidak memuaskan menjadi situasi yang menyenangkan.
3. Program Manajemen Konflik Program manajemen konflik merupakan serangkaian kegiatan terencana, terorganisasi dan terkoordinasi selama periode waktu tertentu yang bertujuan membantu individu (dalam hal ini remaja penghuni asrama Stella Duce 2 Trenggono Yogyakarta) untuk mengatasi konflik . yang dialami dalam kehidupan bersama di asrama
4. Remaja di Asrama Stella Duce 2 Trenggono Yogyakarta Remaja di Asrama Stella Duce 2 Trenggono adalah siswi SMA
Stella Duce 2 Yogyakarta yang tinggal di Asrama Stella Duce 2 Trenggono. Asrama tersebut dikelola oleh Yayasan Syantikara, yang didirikan oleh suster-suster Cinta Kasih St. Carolus Borromeus (CB) dan berlokasi di Yogyakarta.
BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam bab ini akan disajikan mengenai beberapa hal yaitu mengenai
konflik interpersonal, siswi sebagai remaja, dan program manajemen konflik di asrama Stella Duce Trenggono Yogyakarta.
A. Konflik Interpersonal
1. Pengertian Konflik Interpersonal Konflik merupakan hal umum yang terjadi dalam kehidupan sosial.
Setiap interaksi antara individu yang satu dengan individu yang lain yang memiliki perbedaan individual (individual differences) pasti akan mengandung unsur-unsur konflik, pertentangan pendapat, atau perbedaan kepentingan. Borchers
ct.html) mendefinisikan konflik (interpesonal) sebagai
berikut:
“Conflict has been defined as an expressed struggle between at least two interdependent parties who perceive incompatible goals, scarce resources, and interference from the other party in achieving their goals.
”
Definisi di atas mengartikan konflik (interpersonal) sebagai suatu pertentangan yang diekspresikan diantara paling tidak dua pihak atau lebih yang saling bergantung, yang memiliki ketidaksamaan tujuan masing masing, dengan sumber daya yang terbatas, dan di mana campur tangan pihak lain juga dianggap sebagai penghalang untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Dalam situs New World Encyclopedia (http://www.newworld-
encyclopedia.org/entry/Conflict) , secara sangat ringkas ditulis: “Conflict is a state of disagreement between two or more parties”. Konflik adalah
suatu ketidaksepakatan antara dua pihak atau lebih. Batasan itu mengungkapkan bahwa suatu konflik interpersonal akan selalu melibatkan lebih dari satu orang.
Pada hakikatnya, konflik interpersonal memang selalu melibatkan kehadiran orang lain. Berkaitan dengan hal di atas, Johnson (Sinurat, ____:161) mendefinisikan konflik interpersonal sebagai suatu situasi di mana tindakan salah satu pihak berakibat menghalangi, menghambat, atau mengganggu tindakan pihak lain.
2. Latar Belakang Timbulnya Konflik Interpersonal Konflik interpesonal merupakan salah satu konsekuensi dari kehidupan sosial yang memerlukan interaksi dengan orang lain. Dalam interaksi tersebut bisa terjadi perbedaan pendapat, pertentangan tujuan, atau persaingan yang dapat memicu konflik interpersonal. Jenis konflik ini lebih bersifat antar pribadi yang biasanya terkait dengan sejumlah ketrampilan hubungan sosial yang dimiliki masing-masing orang.
Semakin kurang terampil seseorang dalam menjalin hubungan sosial (penyesuaian diri buruk, komunikasi tidak lancar, kepekaan kurang memadai), maka konflik interpersonal akan semakin mudah merasuk ke dalam pengalaman orang tersebut.
Menurut Watkins (Chandra, 1992:20), konflik dapat terjadi bila terdapat dua hal. Pertama, konflik dapat terjadi bila sekurang-kurangnya terdapat dua pihak yang secara potensial dan praktis/operasional dapat saling menghambat. Secara potensial artinya bahwa mereka memiliki kemampuan untuk menghambat; dan secara praktis/operasional dalam arti bahwa kemampuan yang tadi dimiliki tersebut dapat diwujudkan dan ada didalam keadaan yang memungkinkan perwujudannya secara mudah. Secara singkat dapat dikatakan bahwa:
Pertama , apabila kedua belah pihak tidak dapat saling menghambat
atau tidak melihat pihak lain sebagai hambatan, maka konflik tidak akan terjadi, dan
Kedua , konflik dapat terjadi bila ada suatu sasaran yang sama-sama
dikejar oleh kedua pihak namun hanya salah satu pihak yang mungkin akan mencapainya.