Persepsi siswa Kelas X dan Kelas XI SMA Taman Madya Jetis Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008 terhadap layanan konseling individual - USD Repository

  

PERSEPSI SISWA KELAS X DAN KELAS XI SMA TAMAN MADYA

JETIS YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2007/2008 TERHADAP

LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL

SKRIPSI

  

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Bimbingan dan Konseling

  

Oleh:

Tuti susilawati

Nim : 021114068

Disusun Oleh:

  

TUTI SUSILAWATI

NIM: 021114068

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSEING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

  

M O T T O D A N PERSEM BA H A N

“Pendidikan Bukan Segala-galanya, Tapi Dengan

Pendidikan Kita Akan Mendapatkan Segala-galanya.”

“Impian Tidak Selalu Menjadi Kenyataan, Tapi

Kenyataan Selalu Datang Dari Impian.”

“Jika kamu mengingikan pelangi, kau harus mau

menerima hujan”

  Skripsi ini kupersembahkan unt uk: Ayahanda (alm) dan Mama tercinta Kakak-kakakku dan adik-adikku tersayang

  Kekasihku Agus Ttersayang Almamaterku dan Prodi BK tercinta

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 24 oktober 2008 Penulis

  

ABSTRAK

PERSEPSI SISWA KELAS X DAN KELAS XI SMA TAMAN MADYA

JETIS YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2007/2008TERHADAP

LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL

  

Tuti Susilawati

Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta,

2008

  Penelitian ini merupakan penlitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui; (1) baga imanakah persepsi para siswa kelas X dan kelas XI SMA Taman Madya Jetis Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008 terhadap layanan konseling individual, dan (2) adakah perbedaan persepsi para siswa kelas X dan kelas XI SMA Taman Madya Jetis Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008 terhadap layanan konselilng individual.

  Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X dan kelas XI SMA Taman Madya Jetis Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008 yang berjumlah 233 siswa. Sampel yang diambil sejumlah 98 siswa atau 49% dari populasi. Sampel ini diambil dengan menggunakan teknik random sampling. Instrumen yang digunakan adalah “kuesioner persepsi siswa terhadap layanan konseling individual” yang dibuat oleh peneliti berdasarkan uraian aspek-aspek layanan konseling individual Latipun, 2003, Winkel dan Sri Hastuti, 2004). Hasil uji coba reliabilitas diperoleh r = 0,87, atas dasar taraf signifikansi 5% (r = 0,87>0,254) tt tt termasuk dalam kualifikasi “tinggi”. Jumlah seluruh item yang digunakan dalam penelitian sebanyak 36 item. Teknik analisis data yang digunakan adalah Penilain Acuan Patokan (PAP) Tipe 1, uji perbedaan dengan uji “t”, perhitungan mean, perhitungan standar kesalahan perbedaan mean.

  Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) 5 siswa kelas X (10%) memiliki persepsi terhadap layanan konseling individual, dengan kualifikasi “sangat baik”, (2) 26 siswa kelas X (52,0%) memiliki persepsi dengan kualifikasi “baik”, (3) 17 siswa kelas X (17,0%) memiliki persepsi dengan kualifikasi “cukup baik”, (4) 1 siswa kelas X (2,0%) memiliki persepsi dengan kualifikasi “tidak baik”, (5) 1 siswa kelas X (2,0%) memiliki persepsi dengan kualifikasi “sangat tidak baik” (6) 6 siswa kelas XI (12,5%) memiliki persepsi terhadap layanan konseling individual, dengan kualifikasi “sangat baik”, (7) 17 siswa kelas XI (35,4%) memiliki persepsi dengan kualifikasi “baik”, (8) 25 siswa kelas XI (52,1%) memiliki persepsi dengan kualifikasi “cukup baik”. (9) Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa, terdapat perbedaan persepsi yang signifikan antara siswa kelas X dan kelas XI SMA Taman Madya Jetis Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008 terhadap layanan konseling individual.

  

ABSTRACT

PERCEPTION OF X GRADE STUDENTS AND XI GRADE STUDENT

OF TAMAN MADYA SENIOR HIGH SCHOOL JETIS YOGYAKARTA

IN ACADEMIC YEAR OF 2007/2008 TOWARD

  

INDIVIDUAL COUNSELING SERVICE

Tuti Susilawati

Sanata Dharma University

Yogyakarta

  

2008

  This research was descriptive research that had purpose to know: (1) what is the perception of X and XI grade students of Taman Madya Senior High School Jetis Yogyakarta in academic year of 2007/2008 toward individual counseling service, and (2) whether there any difference of perception of X and XI grade students of Taman Madya Senior High School Jetis Yogyakarta in academic year of 2007/2008 toward individual counseling service.

  The population of this research was X and XI grade students of Taman Madya Senior High School Jetis Yogyakarta in academic year of 2007/2008 of 233 students. The samples taken were 98 students or 49% of population. These samples were taken by using random sampling technique. The instrument used was “questionnaires of students’ perception toward the individual counseling service” that was made by the researcher based on the explanation of aspects of individual counseling service (Latipun, 2003, Winkel and Sri Hastuti, 2004). The result of reliability test gained r = 0,87, based on significance level of 5% (r =

  n n

  0,87 > 0,254) included in qualification of “high”. The total of data analysis used was Standard Reference Evaluation (PAP) Type 1, test of difference by “t” test, mean calculation, the calculation of mean difference mistakes standard.

  The result of this research showed: (1) 5 of X grade students (10%) had perception toward individual counseling service, by qualification of “very good”, (2) 26 of X grade students (52,0%) had perception by qualification of “good”, (3) 17 of X grade students (17,0%) had perception by qualification of “rather good”, (4) 1 of X student (2,0%) had perception by qualification of “bad”, (5) 1 of X student (2,0%) had perception by qualification of “very bad”, (6) 6 of XI grade students (12,5%) had perception toward individual counseling service, by qualification of “very good”, (7) 17 of XI grade students (35,4 perception %) had perception by qualification of “good”, (8) 25 of XI grade students (52,1%) had perception by qualification of “rather good” (52,1), (9) The result of hypothesis zhared that, there was significant difference in perception between X and XI grade students of Taman Madya Senior High School Jetis Yogyakarta in academic period of 2007/2008 toward individual counseling.

  

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama: Tuti Susilawati Nim : 021114068 Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul “Persepsi Siswa Kelas X dan Kelas XI SMA Taman Madya Jetis Yogyakarta Tahun Ajaran 2007/2008 Terhadap Layanan Konseling Individual” beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelo lanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis, tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberi royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

  Dibuat di Yogyakarta Pada Tanggal 24 Oktober 2008 Yang menyatakan

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas cinta yang begitu besar dari-NYA, yang menyertai penulis sepanjang proses studi sampai dapat menyususn skripsi ini. Skripsi ini ditulis dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan dari program studi Bimbingan dan Konseling, jurusan ilmu pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis sadar bahwa ada banyak pihak yang telah terlibat baik langsung maupun tidak langsung, dan ikut memberikan andil yang besar kepada penulis dalam mendalami, mengolah dan menyusun skripsi ini. Untuk itu pada kesempatan ini, penulis menghaturkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

  1. Dr. M.M. Sri Hastuti, M. Si. selaku pembimbing yang dengan sabar selalu membimbing, memberikan masukan, dan mengarahkan penulis dalam meyelesaikan skripsi ini.

  2. Para dosen Bimbingan dan Konseling, yang telah memberikan materi kuliah, pengalaman, dan dengan tulus hati memberikan pembimbingan dan dukungan selama penulis kuliah di Universitas Sanata Dharma.

  3. Drs. Yulius Fa`arododofau kepala Sekolah SMA Taman Madya yang telah memberikan ijin dan kemudahan untuk mengadakan penelitian.

  4. Bapak Soetopo dan Ibu Darini selaku guru pembimbing kelas X dan kelas XI

  5. Siswa-siswi Kelas X dan kelas XI SMA Taman Madya Jetis yogyakarta tahun ajaran 2007/2008 yang telah bersedia mengisi kuesioner.

  6. Ayahanda (alm), bapak ti so lulus semoga Bapak ikut bahagia ya disana…. dan buat Mamaku tersayang, yang telah membesarkanku danga n penuh cinta dan kasih sayang,, dan mendoakan serta memenuhi kebutuhanku. terima kasih joh mak..!!

  k ak Lang, k ak Muis dan k ak Yanti, k ak

  7. Kakak-kakakku yang tercinta,

  Edis dan k ak Kana, Kak Yang Dora dan k ak Jibar, k ak Ak ong dan Ani, Kak Cerda dan k ak Kak ong, k ak Dita dan k ak Paul, yang selama aku

  studi telah banyak membantu membiyayai dan memenuhi kebutuhanku. Thank you so much..!!

  Valen Duk il

  8. Kedua adikku yang tercinta dan 9.

  Keponakan-keponakanku, yang cantik-cantik dan ganteng- ganteng and nakal- nakal juga, hehehe… Kris, Deby , Anas, Vega, Ade, Aurin, Eci, Lia, Ata,

  Denis, Audri, Elk i, Kailo

  10. Seorang yang telah membuat hariku indah “Agus T” terima kasih atas perhatian dan kasih sayangmu yang tulus untukku …!!!

  11. Sahabat-sahabatku, Yuli idang S.Pd yang dengan sabar dan telah banyak membantuku dalam segala hal yang tidak bisa aku sebutkan satu per satu; Uning yang selalu memberi semangat saat sama-sama ga` bisa bimbingan skripsi, ning akhirnya kita lulus juga ya….;Eka S.Pd, Dina S.Pd, Enny S.Pd,

  12. Teman-teman seperjuangan BK angkatan 2002, terima kasih buat kebersamaan dan pengalaman yang indah selama bersama kalian. Maaf- maaf aja ya.. kalu pernah buat salah sama kalian ok…...!!

  13. Teman-teman kost parkit 7, Artha SH, Maria SH, Inge, Vina. atas kebersamaannya selama ini.

  14. Semua pihak yang belum penulis sebutkan satu-persatu yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

  Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurna karena masih terdapat kekurangan dan keterbatasan diberbagai segi. Saran dan kritik sangat penulis harapkan guna memperbaiki dan menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi semua pihak yang berkepentingan dan membaca skripsi ini.

  Penulis

DAFTAR ISI

  Halaman

  HALAMAN JUDUL……………………………………………….. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………………….. ii

HALAMAN PENGESAHAN……………………………………… iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN………………………………… iv

PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN KARYA…………… v

ABSTRAK………………………………………………………….. vi

ABSTRACT………………………………………………………… vii

KATA PENGANTAR……………………………………………… ix

DAFTAR ISI………………………………………………………... xii

DAFTAR TABEL…………………………………………………... xv

DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………….. xvi

BAB I. PENDAHULUAN…………………………………………...

  1 A. Latar Belakang Masalah………………………………........

  1 B. Rumusan Masalah…………………………………………..

  9 C. Tujuan Penelitian……………………………………………

  10 D. Manfaat Penelitian………………………………………….

  10 E. Definisi Operasional………………………………………..

  11

BAB II. KAJIAN PUSTAKA……………………………………….

   13 A. Persepsi…………………………………………………….

  13 1. Pengertian Persepsi……………………………………..

  13 2. Aspek-aspek Persepsi…………………………………..

  14

  3. Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Persepsi……

  16 B. Siswa SMA Sebagai Remaja……………………………….

  19

  1. Pengertian Siswa SMA Sebagai Remaja………………

  19 2. Tugas Perkembangan Remaja SMA…………………..

  21 3. Karakteristik Remaja SMA…………………………....

  24 C. Layanan Konseling Individual……………………………..

  29 1. Pengetian Konseling…………………………………...

  29

  2. Tujuan Konseling………………………………………

  31

  3. Prinsif-prinsif Konseling………………………………

  35

  4. Proses atau Langkah- langkah Konseling………………

  39 5. Aspek-aspek Konseling………………………………..

  43 6. Faktor-faktor yang Memepengaruhi Proses Konseling…....

  46 D. Persepsi Siswa Kelas X dan Kelas XI Terhadap Layanan Konseling Individual………………………………………

  50 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN………………………

   54 A. Jenis Penelitian………………………………………….. 54 D. Prosedur Pengumpulan Data ………………………….....

  60 1. Uji Coba Instrumen…………………………………...

  60 a. Validitas Instrumen……………………………….

  60 b. Reliabilitas Instrumen…………………………….

  64

  2. Tahap Penelitian………………………………………

  67 E. Teknik Analisis Data……………………………………..

  68 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………….

   71 A. Hasil Penelitian…………………………………………….

  71 B. Hasil Pembahasan………………………………………….

  75 BAB V. RINGKASAN, KESIMPULAN DAN SARAN………….

   86 A. Ringkasan…………………………………………………..

  86 B. Kesimpulan………………………………………………...

  88 C. Saran……………………………………………………….

  89 DAFTAR PUSTAKA……………………………………………….

   90 LAMPIRAN ………………………………………………………..

   94

  

DAFTAR TABEL

  Tabel 1 : Data siswa kelas X dan kelas XI SMA Taman Madya Jetis Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008……………………………………… 55 Tabel 2 : Rincian sampel penelitian siswa kelas X dan kelas XI SMA Taman

  Madya Jetis Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008…………… 56 Tabel 3 : Kisi-kisi kuesioner uji coba persepsi siswa terhadap layanan konseling individual…………………………………………………….

   58 Tabel 4 : Kisi-kisi kuesioner setelah uji coba persepsi siswa terhadap layanan

  konseling individual…………………………………………. 62 Tabel 5 : Koefisien korelasi reliabilitas………………………………....

  67 Tabel 6 : Jadwal pengumpulan data…………………………………….. 67 Tabel 7 : Penggolongan persepsi siswa kelas X dan kelas XI terhadap layanan konsel;ing individual berdasarkan Penilaian Acuan Patokan (PAP) tipe

  1……………………………………………………………

   69 Tabel 8 :Persepsi siswa kelas X tahun ajaran 2007/2008 terhadap layanan konseling individual……………………………………....

  72 Tabel 9 : Persepsi siswa kelas X tahun ajaran 2007/2008 terhadap layanan konseling individual………………………………………

  73 Tabel 10: Hasil perhitungan mean. standar deviasi, nilai t persepsi siswa kelas X dan kelas XI SMA taman Madya Jetis Yogyakarta tahun ajaran

  

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kuesioner (Penlitian) persepsi siswa terhadap layanan konseling

  individual……………………………………………..

   94 Lampiran 2 : Hasil analisis Uji Validitas per-Item…………………

   97 Lampiran 3 : Rekavitulasi …………………………………………..

  99 Lampiran 4 : Tabel belah dua skor uji coba kuesioner……………... 101

  

Lampiran 5 : Tabel uji beda persepsi siswa kelas X dan kelas XI terhadap

  layanan konseling individual………………………... 103

  

Lampiran 6 : Hasil uji beda persepsi siswa kelas X dan kelas XI terhadap

  layanan konseling individual………………………... 105

  

Lampiran 7 : Tabulasi uji coba…………………………………….. 107

Lampiran 8 : Tabulasi penelitian…………………………………… 200

BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dibahas latar belakang masalah, perumusan masalah,

  tujuan penelitian, manfaat pene litian, definisi operasional dan hopotesis penelitian.

A. Latar Belakang Masalah

  Bimbingan dan konseling dewasa ini telah menjadi salah satu pelayanan pendidikan yang sangat dirasakan keperluannya di sekolah-sekolah, bukan saja di luar negeri tetapi juga di Indonesia. Sekolah-sekolah di Indonesia mulai tahun 1962-1963 telah mengambil langkah- langkah yang diperlukan untuk memasukkan program bimbingan dan konseling sebagai salah satu bidang penting dalam program sekolah.

  Di Indonesia, sekolah harus dengan sungguh-sungguh melaksanakan tugasnya dalam mewujudkan tujuan pendidikan, yakni “Membimbing anak didik menjadi warga negara pancasila ya ng berpribadi, berdasarkan akan ke-Tuhanan Yang Maha Esa, berkesadaran bermasyarakat dan mampu membudayakan alam sekitarnya, serta dapat menjadi manusia yang dapat memperkembangkan diri sendiri secara optimal, sesuai dengan kecerdasan, bakat dan minat masing- masing, sehingga memiliki kepribadian yang seimbang dan berjiwa makarya serta

  Layanan konseling individual merupakan salah satu layanan dalam program bimbingan di sekolah yang dapat membantu siswa mengatasi kesulitan-kesulitan yang dialami sehubungan dengan pelaksanaan tugas-tugas perkembangannya. Masalah- masalah yang dihadapi para siswa semakin kompleks, antara lain : masalah sekolah atau belajar, masalah interaksi antara anggota keluarga, masalah pengisian waktu luang, masalah pergaulan dengan teman sebaya dan lawan jenis, masalah pergulatan dalam diri sendiri.

  Menurut Winkel (1997: 81) masalah- masalah yang timbul dalam kehidupan siswa di sekolah beraneka ragam, antara lain:

  1. Masalah belajar: motivasi belajar yang kurang; pilihan program studi tidak mantap; prestasi belajar yang mengecewakan; cara belajar tidak efektif; kesulitan dalam mengatur waktu; hubungan dengan guru kurang memuaskan; peraturan sekolah terlalu longgar atau terlalu ketat; bahan pelajaran terlalu sukar, terlalu banyak atau terlalu menjemukan.

  2. Masalah keluarga: suasana di rumah kurang memuaskan; interaksi antara seluruh anggota keluarga kurang akrab; orang tua bercerai atau keluarga retak; keadaan ekonomi sulit; perhatian orang tua terhadap belajar di sekolah kurang; orang tua terlalu menuntut dan menekan.

  3. Masalah pengisian waktu luang: tidak mempunyai hobi; tidak tahu cara mengisi waktu luang dengan kegiatan yang bermanfaat; terlalu dibebani pekerjaan di rumah. menghadapi kelompok teman yang berlainan pendapat; tidak mengetahui cara berpacaran yang sehat.

  5. Masalah pergulatan dalam diri sendiri: rasa iri terhadap teman yang meraih sukses; rasa minder atau rendah diri; rasa gelisah dan prihatin tentang masa depan; ketegangan antara ingin moderen, tetapi tidak berani melepaskan adat istiadat; kebingungan mengenai nilai-nilai moral yang harus berlaku di zaman ini; perang batin antara mengikuti kecenderungan mencari kesenangan dan keharusan untuk menunda demi masa depan; menentukan sikap terhadap dorongan dan godaan seksual. Permasalahan yang dialami siswa sering kali tidak dapat diatasi, meski dengan pengajaran yang baik sekalipun. Maksudnya, pengajaran yang diberikan oleh guru bidang studi di dalam kelas. Hal ini terlebih lagi disebabkan oleh sumber-sumber permasalahan siswa yang banyak terletak di luar sekolah.

  Misalnya, permasalahan menghadapi sikap orang tua dan anggota keluarga, pengaruh film, televisi, vidio, game, pengaruh kelompok-kelompok sebaya yang bertindak menyimpang dan berbagai faktor lainnya dalam kehidupan sosial masyarakat. Apabila misi sekolah adalah menyediakan pelayanan yang luas untuk secara efektif membantu siswa mencapai tujuan-tujuan perkembangannya dan mengatasi permasalahannya, maka segenap kegiatan dan kemudahan yang diselenggarakan sekolah perlu diarahkan. Di sinilah dirasakan perlunya pelayanan bimbingan dan konseling disamping kegiatan pengajaran (Prayitno dan

  Bimbingan dan konseling di sekolah adalah pelayanan untuk semua murid yang mengacu pada keseluruhan perkembangan mereka, yang meliputi empat dimensi kemanusiaan yaitu, pertama, dimensi keindividualitas (Individualitas), yang memungkinkan seseorang mengmbangkan segenap potensi yang ada pada dirinya secara optimal, dan mengarahkannya kepada aspek-aspek kehidupan yang positif. Perkembangan dimensi ini membawa seseorang menjadi ind ividu yang mampu tegak berdiri dengan kepribadiannya sendiri, dengan aku yang teguh, positif, produktif dan dinamis. Kedua, dimensi kesosialan (Sosialitas), memungkinkan seseorang mampu berinteraksi, berkomunikasi bergaul, bekerjasama, dan hidup bersama orang lain. Ketiga, dimensi kesusilaan (Moralitas), memberi warna moralitas terhadap perkembangan dimensi individulitas dan dimensi sosialitas. Norma, etika dan berbagai ketentuan yang berlaku mengatur bagaimana kebersamaan antar individu seharusnya dilaksanakan. Dimensi kesusilaan mampu menjadi pemersatu, sehingga dimensi individualitas dan dimensi sosialitas dapat bertemu dalam satu kesatuan yang penuh makna. Keempat, dimensi keagamaan (religiusitas), menghubungkan diri dalam kaitannya dengan Tuhan Yang Maha Esa. Orang tidak terpukau dan terpaku pada kehidupan di dunia saja, melainkan mengaitkan secara serasi, selaras dan seimbang kehidupan di dunia itu dengan kehidupan akhirat. Perkembangan keempat dimensi kemanusiaan diatas adalah dalam rangka mewujudkan manusia seutuhnya (Prayitno dan Amti,2004: 16-17). menghadapi persoalan-persoalan yang silih berganti; dimana persoalan yang satu dapat diatasi dan persoalan yang lain timbul. Diantara individu ada yang sanggup mengatasi persoalan-persoalannya tanpa bantuan orang lain, tetapi tidak sedikit individu yang tidak sanggup mengatasi persoalan-persoalannya jika tidak dibantu oleh orang lain (Ahmadi,1977: 9). Menurut Suardiman (1981: 1) layanan konseling individual diperlukan dan penting karena orang hidup pasti mengalami problem. Berkaitan dengan problem, ada individu yang dapat mengatasi sendiri problemnya dan ada individu yang mengalami kesukaran dalam usahanya mengatasi problemnya itu dan perlu mendapatkan pertolongan dari orang lain, yaitu seorang yang ahli atau profesional (konselor).

  Dari contoh diatas betapa pentingnya bimbingan dan konseling di sekolah, dalam rangka membantu para siswa menentukan pilihan hidupnya dan perkembangannya secara optimal. Menurut Latipun (2001: 3) layanan konseling individual itu penting bagi siswa karena merupakan salah satu upaya untuk membantu mengatasi konflik, hambatan dan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan, sekaligus sebagai upaya peningkatan kesehatan mental. Menurut Ahmadi (1977: 10) layanan konseling itu penting bagi siswa untuk membantu berbagai kesukaran yang dialami oleh siswa dalam perkembangannya atau dalam menentukan pilihan hidupnya, misalnya, (1) banyak siswa-siswa yang mengalami kesukaran dalam cara belajar, cara menggunakan waktu luang/senggang, cara menyesuaikan diri dengan teman sekelas dan sebagainya; (2) banyak siswa yang tahu kemana ia harus melanjutkan sekolah yang sesuai dengan bakatnya. Menurut penulis, konseling individual itu penting karena melalui konseling siswa dapat mencurahkan atau mengungkapkan segala masalah yang mereka alami, baik itu masalah dari lingkungan sekolah, keluarga dan pergaulan dengan teman sebaya kepada seorang konselor yang profesional. Konseling itu penting karena dapat membantu perubaha n pada diri siswa, baik dalam bentuk pandangan, sikap, sifat, maupun keterampilan yang lebih memungkinkan siswa dapat menerima dirinya sendiri secara optimal.

  Menurut Syahril dan Ahmad (1986: 46-47) tujuan dari konseling individual bagi siswa di sekolah adalah (1) untuk mengenal diri sendiri dan lingkungan dia berada; (2) untuk dapat menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan dinamis, maksudnya siswa mampu menerima apa yang ada atau apa adanya yang terdapat pada dirinya; (3) untuk dapat mengamb il keputusan sendiri tentang berbagai hal; (4) untuk dapat mengarahkan diri sendiri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan yang ada pada dirinya; (5) untuk dapat mewujudkan diri sendiri, dengan pengenalan diri dan lingkungan, dengan pengambilan keputusan sendiri dan dengan mengarahkan diri, akhirnya siswa dapat mewujudkan (merealisasikan) dirinya sendiri. Menurut Winkel dan Sri Hastuti (2004:351) tujuan dan sasaran konseling pertama-tama dan terutama menyangkut pihak konseli (1) adanya perubahan prilaku atau pola kehidupan sehari- hari; (2) adanya perbaikan pola relasi sosial dengan orang lain; (3) adanya peningkatan kemampuan menghadapi tentang sesuatu yang penting; (5) dan kontinuitas pengembangan diri sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.

  Oleh karena itu, layanan konseling individual akan sangat membantu dan bermanfaat bagi siswa dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah- masalahnya. Namun kenyataannya pelaksanaan layanan konseling individual di sekolah belum berjalan secara efektif seperti yang diharapkan. Siswa-siswa belum banyak yang memanfaatkan layanan konseling individual. Hal ini karena siswa memiliki persepsi berbeda-beda terhadap layanan konseling individual yang ada di sekolah mereka. Ada yang beranggapan bahwa yang datang menghadap konselor adalah siswa yang bermasalah di sekolah. Ada juga yang beranggapan bahwa konselor sekolah adalah polisi sekolah yang menjaga tata tertib, disiplin, dan keamanan sekolah sehingga apabila ada diantara siswa-siswa yang melanggar peraturan dan disiplin sekolah harus berurusan dengan konselor (Prayitno,2004: 122).

  Hasil pengamatan dan pengalaman penulis selama melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP maupun di SMA, menemukan bahwa layanan konseling kurang dimanfaatkan oleh para siswa. Ada berbagai alasan yang mereka kemukakan, diantaranya guru BK kurang begitu mengerti keadaan siswa, siswa kurang bebas menceritakan masalahnya pada konselor dan juga merasa tidak aman, siswa beranggapan bahwa yang datang ke konselor adalah siswa yang bermasalah di sekolah saja, siswa beranggapan bahwa tidak ada temannya sendiri dan juga dengan mahasiswa praktek (praktikan) di sekolah mereka ketimbang dengan konselor sekolah. Persepsi atau tanggapan semacam inilah yang terkadang membuat siswa-siswa menjadi malas dan malah takut untuk menghadap konselor sekolah untuk menjalani proses konseling.

  Menurut Soesilo (1983: 35) ada dua macam konseli yang sering dihadapi oleh konselor di sekolah dalam layanan konseling individual. Pertama, siswa datang secara sukarela dan atas kesadaran sendiri datang ke konselor sekolah untuk mendapatkan pertolongan bagi masalah yang sedang dirasakan. Kedua, konselor memanggil siswa untuk datang kepadanya atas dasar pertimbangan tertentu. Dalam kasus-kasus dan situasi tertentu memang dinilai efektif dan bermanfaat bila siswa dipanggil untuk konseling. Namun disamping itu masih bisa dipertanyakan pula apakah siswa yang dipanggil memiliki kesiapan dan motivasi untuk menyelesaikan problemnya. Konseling yang paling baik jika konseli menyadari bahwa ia membutuhkan pertolongan dan mau datang kepada konselor atas kemauan sendiri. Namun kenyataan yang dihadapi oleh konselor sekolah adalah masih banyak siswa yang bermasalah tidak mau datang kepada konselor, karena perasaan malu dan ia belum siap atau belum sanggup menceritakan masalahnya dengan jujur dan berani

  Pada kenyataannya para siswa di sekolah memiliki pengalaman yang berbeda-beda dalam menjalani konseling; pengalaman siswa yang datang atas inisiatif sendiri ke konselor mungkin berbeda dengan pengalaman siswa yang Persepsi siswa yang negatif terhadap layanan konseling yang dilakukan oleh konselor sekolah terkadang bukan didasarkan pada penilaian yang obyektif. Siswa biasanya menerima begitu saja opini yang sudah terbentuk mengenai konselor sekolah dari teman-temannya yang pernah menghadap konselor untuk melakukan konseling (Prayitno:1987).

  Dengan adanya kenyataan diatas, penulis me rasa tertarik untuk mengadakan penelitian dengan topik “Persepsi siswa kelas X dan Kelas XI di SMA Taman Madya Jetis Yogyakarta terhadap layanan konseling individual”. Di mana layanan konseling seharusnya dimanfaatkan oleh seluruh siswa dalam rangka untuk memeperkembangkan dirinya secara optimal, baik perkembangan belajar, perkembangan sosial di dalam keluarga, pergaulan dengan teman sebaya maupun perkembangan dengan lawan jenis. Tetapi kenyataannya masih banyak siswa yang tidak memanfaatkan layanan konseling tersebut. Hal ini dibuktikan melalui pengalaman selama PPL di SMP dan SMA. Inilah yang ingin diketahui dalam penelitian ini, bagaimana persepsi siswa terhadap layanan konseling individual, masihkah berkembang persepsi negatif terhadap konselor dan kons eling individual seperti yang terjadi di berbagai sekolah ataukah sebaliknya berkembang persepsi yang positif terhadap konselor dan konseling di sekolah. Hal ini berdasarkan pada pengalaman dari masing- masing siswa.

B. Rumusan Masalah

  individual. Masalah yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1. Bagaimanakah persepsi para siswa kelas X dan kelas XI SMA Taman Madya Jetis Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008 terhadap layanan konseling individual.

  2. Adakah perbedaan persepsi para siswa kelas X dan kelas XI SMA Taman Madya Jetis Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008 terhadap layanan konseling individual.

  C. Tujuan Penelitian

  Tujuan penelitian ini adalah untuk:

  1. Memperoleh gambaran mengenai persepsi siswa kelas X dan kelas XI SMA Taman Madya Jetis Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008 terhadap layanan konseling individual.

  2. Mengetahui ada tidaknya perbedaan persepsi siswa kelas X dan kelas XI SMA Taman Madya Jetis Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008 terhadap layanan konseling individual.

  D. Manfaat Penelitian

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

  1. Peneliti lain: Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan bagi

  2. Penulis: Penelitian ini menambah informasi bagi penulis mengenai persepsi siswa terhadap layanan konseling individual, sehingga penulis menjadi lebih siap menghadapi tugas-tugas yang akan datang sebagai konselor sekolah.

  3. Guru Pembimbing: Hasil penelitian dapat dipakai sebagai bahan refleksi diri untuk peningkatan mutu pelayanan bimbingan dan konseling kepada siswa.

E. Definisi Oprasional

  1. Persepsi adalah pandangan atau penilaian, tanggapan atau kesan hasil penga matan. Persepsi adalah pandangan, pengamatan atau tanggapan individu terhadap benda, kejadian, tingkah laku dan hal- hal lain yang ditemuinya dalam kehidupan sehari-hari Mulyono (1978: 22).

  2. Siswa Siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah peserta did ik yang belajar dan terdaftar dikelas X dan Kelas XI di SMA Taman Madya Jetis Yoyakarata Tahun ajaran 2007/2008

  3. Konseling individual adalah hubungan langsung tatap muka antara konselor dan klien/siswa. Melalui konseling individual konselor memberikan bant uan kepada siswa melalui wawancara yang menuntut adanya suatu komunikasi untuk mencapai tujuan yang berupa peneguhan hati dan pengubahan sikap dan juga pemecahan masalah kehidupan seperti, masalah sekolah, pergaulan

F. Hipotesis Penelitian

  Hipotesis penelitian ini yaitu “ada perbedaan persepsi antara siswa kelas X dan kelas XI SMA Taman Madya Jetis Yogyakarta terhadap layanan konseling individual”.

BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam bab ini dibahas Persepsi, (1) pengertian persepsi, (2) aspek-aspek

  persepsi, (3) faktor-faktor yang berpengaruh terhadap persepsi. Siswa SMA sebagai remaja, (1) pengertian siswa SMA sebagai remaja, (2) tugas perkembangan remaja, (3) karakteristik remaja SMA. Layanan konseling individual, (1) pengertian konseling, (2) tujuan konseling, (3) prinsip-prinsip konseling, (4) proses atau langkah-langkah konseling, (5) aspek-aspek konseling, (6) faktor-faktor yang mempengaruhi konseling. Persepsi siswa kelas X dan kelas

  XI terhadap layanan konseling individual

A. PERSEPSI

1. Pengertian Persepsi

  Sebagian besar tingkah laku manusia ditentukan oleh persepsinya terhadap obyek yang diamatinya. Persepsi tidak lain adalah proses pemberian arti terhadap suatu kenyataan melalui alat indra. Walgito (1994: 76) mengemukakan bahwa persepsi adalah proses pengindraan obyek stimulus di sekitar individu untuk diberi arti sesuai dengan tanggapan dan nilai-nilai yang berkembang dalam diri individu. Berdasarkan pendapat ini proses persepsi terjadi karena ada stimulus dan kemudian diterima oleh alat indra dan diartikan sebagaimana adanya. lingkungan. Rangsang itu diterima melalui alat indra, kemudian ditafsirkan, sehingga mempunyai arti bagi sesorang. Adanya rangsang dari luar diri individu itu mengakibatkan suatu proses dalam dirinya, dan pada akhirnya individu akan memberi tanggapan terhadap rangsang.

  Persepsi merupakan hasil diterimanya rangsang sampai rangsang itu disadari dan dimengerti. Persepsi bukan sekedar pengindraan, melainkan meliputi penafsiran pengalaman yang terjadi setelah pengindaraan (Irwanto,1994: 71-72). Persepsi adalah penghayatan langsung oleh seorang pribadi sebagai suatu persiapan ke perilaku konkret. Persepsi bukan ditentukan oleh benda yang memberi rangsang, melainkan oleh karakteristik orang yang memberikan tanggapan terhadap rangsang itu (Rakhmat, 1992: 69). Oleh karena itu persepsi terhadap suatu obyek berbeda-beda antara individu yang satu dengan individu yang lainnya (Nasution, 1982: 157).

  Dari berbagai pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan suatu proses didalam individu yang melibatkan aktivitas mental dan terjadi dengan langkah- langkah tertentu. Mula- mula, melalui indra individu menerima rangsang sebagai informasi. Informasi tersebut diolah dan ditafsirkan.

  Pengolahan dan penafsiran informasi itu menimbulkan tanggapan dalam diri individu sebagai reaksi. Persepsi terarah pada obyek, baik orang, benda, kejadian, tingkah laku, atau hal- hal yang ditemui setiap hari.

2. Aspek-aspek Persepsi

  serta peristiwa dengan kenyataan sosial tertentu. Sedangkan dalam aspek observasi telah diadakan analisa struktural terhadap obyek, peristiwa, tingkah laku, perbuatan sosial yang terdapat dalam kenyataan-kenyataan sosial. Lebih lanjut di kemukakan bahwa pembentukan persepsi tediri dari lima langkah: a) Proses pengumpulan informasi.

  b) Proses seleksi yaitu apa yang harus dicatat dari suatu informasi.

  c) Mengawinkan yaitu proses mengkombinasikan informasi yang telah dikawinkan.

  d) Mengorganisir ke dalam pola-pola tertentu.

  e) Menginterpretasikan informasi yang telah terpola yaitu kedalam suatu yang bermakna (Depdikbud, 1984: 49 - 54).

  Menurut Walgito (1994: 54) dan Alfian (1985: 208-209) aspek-aspek persepsi adalah sebagai berikut: a) Rangsang

  Setiap rangsang ditimbulkan oleh obyek. Rangsang dapat berasal dari luar diri individu, dapat pula berasal dari dalam diri individu. Rangsang yang berasal dari luar diri individu akan mengenai alat indra selaku penerima rangsang atau reseptor, lalu meneruskannya ke syaraf penerima atau sensoris. Sedangkan rangsang yang berasal dari dalam diri individu langsung mengenai penerima.

  b) Tanggapan rangsang mengenai reseptor. Tahap ini disebut kealaman karena terjadi secara alamiah. Rangsang yang diterima oleh reseptor diteruskan ke syaraf sensoris setelah mengalami penyeleksiaan, dan dilanjutkan oleh syaraf ke otak sebagai pusat kesadaran. Sehingga menimbulkan tanggapan pada individu terhadap obyek yang dilihatnya.

  c) Perilaku Persepsi yang diperoleh dalam proses penyadaran ditentukan oleh nilai- nilai yang dianut individu. Nilai- nilai tidak hanya mempengaruhi persepsi, melainkan juga perilaku. Oleh karena itu persepsi perlu dilihat dalam rangkaian prilaku, karena persepsi berfungsi sebagai persiapan keperilaku konkret.

3. Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Persepsi

  Persepsi dipengaruhi oleh banyak faktor. Muhammad (2001: 207) menyatakan secara garis besar ada dua faktor yang mempengaruhi persepsi, yaitu faktor personal dalam diri si pengirim dan si penerima pesan serta faktor di luar diri individu yang dinamakan faktor organisasi. Menurut Gulo (1984: 16) persepsi dapat dipengaruhi oleh faktor- faktor pengalaman, proses belajar, cakrawala dan pengetahuan terhadap suatu obyek psikologi dengan kematangan sendiri yang diwarnai oleh kepribadiannya.

  Menurut Irwanto, dkk (1994: 96-97) faktor yang mempengaruhi pembentukan persepsi ada empat yaitu:

  Dalam kehidupan manusia setiap saat akan menerima banyak sekali rangsang dari lingkungannya. Meskipun demikian ia tidak harus menanggapi semua rangsang yang diterimanya. Untuk itu, individu harus memusatkan perhatiannya pada rangsang-rangsang tertentu saja. Dengan demikian obyek atau gejala-gejala lain tidak akan tampil sebagai obyek pengamat.

  b) Ciri-ciri rangsang Perhatian individu terhadap rangsang turut ditentukan oleh ciri-ciri yang dimilikinya. Berdasarkan gerakan, individu lebih menaruh perhatian kepada rangsang yang bergerak dari pada rangsang yang diam. Berdasarkan ukuran, individu lebih menaruh perhatian kepada rangsang yang besar daripada rangsang yang kecil. Berdasarkan intensitas, individu lebih menaruh perhatian kepada rangsang yang kuat daripada yang lemah. Berdasarkan kontrasitas, individu lebih menaruh perhatian kepada rangsang yang kontras dengan latar belakang daripada rangsang yang biasa.

  c) Nilai-nilai dan kebutuhan individu Perhatian individu terhadap rangsang turut ditentukan oleh sejauh mana rangsang itu bernilai bagi individu dan sesuai dengan kebutuhannya.

  Individu akan lebih menaruh perhatian kepada rangsang yang bernilai baginya daripada rangsang yang kurang bernilai. Individu juga akan lebih menaruh perhatian kepada rangsang yang sesuai dengan kebutuhannya perhatian indivdiu terhadap rangsang bersifat subyektif, berbeda antara individu yang satu dari individu yang lainnya.

  d) Pengalaman terdahulu Perhatian individu terhadap rangsang turut ditentukan oleh pengalaman yang berhubungan dengan rangsang yang dimiliki individu sebelumnya.

  Pengalaman-pengalaman terdahulu sangat mempengaruhi bagaimana individu mempersepsikan dunianya. Misalnya bagi kita naik eskalator di mal- mal adalah hal yang biasa, namun itu semua berbeda bagi teman-teman kita di pedalaman yang belum pernah naik eskalator.

Dokumen yang terkait

Persepsi siswa smp terhadap kompetensi kepribadian guru BK (studi deskriptif pada siswa SMP Taman Dewasa Jetis Kelas VIII tahun ajaran 2016/2017).

0 1 117

Persepsi siswa smp terhadap kompetensi kepribadian guru BK (studi deskriptif pada siswa SMP Taman Dewasa Jetis Kelas VIII tahun ajaran 2016 2017)

0 1 115

Deskripsi sikap siswa kelas XI SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012 terhadap layanan bimbingan klasikal.

0 0 100

Sikap siswa terhadap kompetensi keguruan praktikan PPL II ditinjau dari jenis kelamin, prestasi belajar, minat menjadi guru, dan jenis pekerjaan orang tua : studi kasus siswa SMK Sanjaya Pakem Yogyakarta dan SMA Taman Madya Jetis Yogyakarta tahun ajaran 2

1 4 181

Deskripsi minat siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur Van Lith Muntilan tahun ajaran 2006/2007 terhadap kegiatan ekstrakurikuler - USD Repository

0 0 98

Kegunaan bimbingan dan konseling menurut para siswa kelas II SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007 - USD Repository

0 0 71

Motif-motif mempelari bahan mata pelajaran para siswa putra dan putri kelas II SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta tahun ajaran 2008/2009 - USD Repository

0 0 49

Kompetensi konselor yang diharapkan oleh para siswa Kelas XI SMA Bopkri 2 Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008 - USD Repository

0 0 96

Sikap-sikap guru pembimbing yang diharapkan para siswa kelas VII dan VIII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008 - USD Repository

0 0 113

Tingkat kedisiplinan para siswa putera dan puteri kelas VIII SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta tahun ajaran 2008/2009 dalam peraturan sekolah - USD Repository

0 0 73