Sikap siswa terhadap kompetensi keguruan praktikan PPL II ditinjau dari jenis kelamin, prestasi belajar, minat menjadi guru, dan jenis pekerjaan orang tua : studi kasus siswa SMK Sanjaya Pakem Yogyakarta dan SMA Taman Madya Jetis Yogyakarta tahun ajaran 2

(1)

vii

ABSTRAK

SIKAP SISWA TERHADAP KOMPETENSI KEGURUAN PRAKTIKAN PPL II DITINJAU DARI JENIS KELAMIN,

PRESTASI BELAJAR, MINAT MENJADI GURU, DAN JENIS PEKERJAAN ORANG TUA

Studi Kasus: Siswa SMK Sanjaya Pakem Sleman Yogyakarta dan SMA Taman Madya Jetis Sleman Yogyakarta

Tahun Ajaran 2005/2006 Yacinta Nova Astuti Wulansari

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2007

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah: (1) ada perbedaan sikap siswa terhadap kompetensi keguruan praktikan PPL II ditinjau dari jenis kelamin; (2) ada perbedaan sikap siswa terhadap kompetensi keguruan praktikan PPL II ditinjau dari prestasi belajar; (3) ada perbedaan sikap siswa terhadap kompetensi keguruan praktikan PPL II ditinjau dari minat menjadi guru; dan (4) ada perbedaan sikap siswa terhadap kompetensi keguruan praktikan PPL II ditinjau dari jenis pekerjaan orang tua.

Penelitian ini dilaksanakan di SMK Sanjaya Pakem Yogyakarta dan SMA Taman Madya Jetis Yogyakarta pada bulan April - Mei 2006. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa SMK Sanjaya Pakem dan SMA Tama n Madya Jetis yang diajar oleh mahasiswa praktikan PPL II dari Program Studi Pendidikan Ekonomi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta periode 2005/ 2006 Semester Genap. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang dilengkapi dengan teknik dokumentasi serta wawancara. Teknik analisis data dilakukan dengan menggunakan Chi Kuadrat dilanjutkan koefisien kontingensi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada perbedaan sikap siswa terhadap kompetensi keguruan praktikan PPL II ditinjau dari jenis kelamin (?2 hitung = 8,076 > ?2tabel = 3,841 pada taraf signifikansi = 0,05 dan df = 1); tingkat hubungan sikap siswa terhadap kompetensi keguruan praktikan PPL II dengan jenis kelamin siswa (Cmaks) adalah sebesar 0,239. (2) tidak ada perbedaan sikap siswa terhadap kompetensi keguruan praktikan PPL II ditinjau dari prestasi belajar (?2 hitung = 3,711 < ?2tabel = 3,841 pada taraf signifikansi = 0,05 dan df = 1). (3) ada perbedaan sikap siswa terhadap kompetensi keguruan praktikan PPL II ditinjau dari minat menjadi guru (?2 hitung = 9,210 > ?2tabel = 3,841 pada taraf signifikansi = 0,05 dan df = 1); tingkat hubungan sikap siswa terhadap kompetensi keguruan praktikan PPL II dengan minat siswa menjadi guru (Cmaks) adalah sebesar 0,255. (4) tidak ada perbedaan sikap siswa terhadap kompetensi keguruan praktikan PPL II ditinjau dari jenis pekerjaan orang tua (?2 hitung = 3,207 < ?2tabel = 3,841 pada taraf signifikansi = 0,05 dan df = 1).


(2)

viii

ABSTRACT

STUDENT’S ATTITUDE TOWARD TEACHING COMPETENCE OF PRACTICE TEACHING STUDENT’S BASED ON SEX, STUDENT’S

ACHIEVEMENT,

THEIR INTETEST FOR BEING A TEACHER AND PARENT’S KINDS OF JOBS

A Case Study of the Students of “Sanjaya” Vocational High School in Pakem Yogyakarta and “Taman Madya” Senior High School in Jetis Yogyakarta

Academic Year 2005/ 2006 Yacinta Nova Astuti Wulansari

Sanata Dharma University Yogyakarta

2007

The purpose of this research was to know whether or not: (1) there was a difference of student’s attitude toward teaching competence of practice teaching student’s based on sex; (2) there was a difference of student’s attitude toward teaching competence of practice teaching student’s based on student’s achievement; (3) there was a difference of student’s attitude toward teaching competence of practice teaching student’s based on their interest for being a teacher; and (4) there was a difference of student’s attitude toward teaching competence of practice teaching student’s based on parent’s kinds of jobs.

This research was conducted at “Sanjaya” Vocational High School in Pakem Yogyakarta and “Taman Madya” Senior High School in Jetis Yogyakarta from April to May 2006. The population in this research was all students of “Sanjaya” Vocational High School in Pakem and “Taman Madya” Senior High School in Jetis that were taught by the practice teaching student’s from Economic Education Study Program, Social Studies Department, Faculty of Education and Teacher Training, Sanata Dharma University in the even semester of period 2005/ 2006. The techniques of data collection were questionnaire, documentary study, and interviews. The data analysis technigue used was Chi Quadrat.

The results of this research showed that: (1) there was a difference of student’s attitude toward teaching competence of practice teaching student’s based on sex ( 2

count

χ = 8,076 > 2 table

χ = 3,841); (2) there was no difference of student’s attitude toward teaching competence of practice teaching student’s based on student’s achievement(χcount2 = 3,711 <χtable2 = 3,841); (3) there was a difference of student’s attitude toward teaching competence of practice teaching student’s based on their interest for being a teacher ( 2

count

χ = 9,210 > 2 table

χ = 3,841); and (4) there was no difference of student’s attitude toward teaching competence of practice teaching student’s based on parent’s kinds of jobs (χcount2 = 3,207 <χtable2 = 3,841).


(3)

i

SIKAP SISWA TERHADAP KOMPETENSI KEGURUAN

PRAKTIKAN PPL II DITINJAU DARI JENIS KELAMIN,

PRESTASI BELAJAR, MINAT MENJADI GURU,

DAN JENIS PEKERJAAN ORANG TUA

Studi Kasus: Siswa SMK Sanjaya Pakem Yogyakarta dan SMA Taman Madya Jetis Yogyakarta

Tahun Ajaran 2005/ 2006

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh:

YACINTA NOVA ASTUTI WULANSARI NIM : 011334032

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA


(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang selalu mencurahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul Sikap Siswa Terhadap Kompetensi Keguruan Praktikan PPL II Ditinjau dari Jenis Kelamin, Prestasi Belajar, Minat Menjadi Guru, dan Jenis Pekerjaan Orang Tua. Studi kasus pada SMK Sanjaya Pakem Yogyakarta dan SMA Taman Madya Jetis Yogyakarta Tahun Ajaran 2005/ 2006. Penyusunan skripsi ini dalam rangka memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana ( S1 ) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis memperoleh banyak bantuan, semangat dan doa yang sangat mendukung penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed.,Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Drs. Sutarjo Adisusilo J.R., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak S. Widanarto Prijowuntato, S.Pd.,M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Bapak L. Saptono, S.Pd.,M.Si., selaku Dosen Pembimbing I yang telah membimbing, mengarahkan, dan memberi masukan saya selama penulisan dan penyelesaian skripsi ini.


(9)

x

5. Ibu E. Catur Rismiyati, S.Pd.,MA., selaku Dosen Pembimbing II yang telah membimbing, mengarahkan, dan me mberi masukan saya selama penulisan dan penyelesaian skripsi ini, serta membimbing saya dalam penulisan abstrak berbahasa Inggris.

6. Bapak Drs. Bambang Purnomo, S.E.,M.Si., selaku Dosen Penguji yang telah menguji saya dalam pendadaran dan memberikan pengarahan dan masukan bagi skripsi saya.

7. Para Staff Pengajar khususnya Program Studi Pendidikan Ekonomi, Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan ilmu- ilmunya kepada saya yang pasti akan sangat bermanfaat bagi masa depan saya.

8. Karyawan Universitas Sanata Dharma yang telah membantu saya selama kuliah, karyawan sekretariat yang telah membantu urusan administrasi perkuliahan saya dan petugas perpustakaan yang telah membantu aktifitas saya selama berada di perpustakaan.

9. Bapak Y. Supriyadi, Bc. Hk.,S.Pd., selaku Kepala SMK Sanjaya Pakem Yogyakarta yang telah memberi ijin kepada saya untuk melaksanakan penelitian di sekolah tersebut.

10.Bapak Drs. H. Bitus Iswanto M. M., selaku Kepala SMA Taman Madya Jetis Yogyakarta yang telah memberi ijin kepada saya untuk melaksanakan penelitian di sekolah tersebut.

11.Para Staff Pengajar dan Karyawan di SMK Sanjaya Pakem dan SMA Taman Madya Jetis Yogyakarta yang telah mendukung, memfasilitasi dan memberikan data-data selama melakukan penelitian di sekolah.


(10)

xi

12.Seluruh siswa SMK Sanjaya Pakem dan SMA Taman Madya Jetis Yogyakarta yang diajar oleh mahasiswa praktikan PPL II Program Studi Ekonomi, Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma priode 2005/ 2006 Semester Genap yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

13.Mahasiswa praktikan PPL II dari Program Studi Pendidikan Ekonomi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma periode 2005-2006 Semester Genap, yang praktik di SMK Sanjaya Pakem dan SMA Taman Madya Jetis, kalian telah membantu selama saya melakukan penelitian di sekolah dan pengumpulan data.

14.Bapak & Ibu yang telah memberikan motivasi, dukungan selama kuliah sampai penyelesaian penulisan skripsi. Kesabaran dan doa kalian memberikan pelajaran serta semangat bagi hidup saya.

15.Mas Agung (yang siap antar jemput ke sekolahan waktu penelitian) & Mbak Eva “Baik2 di Lampung ya! Kapan2 aku main ke sana.”; Mas Wawan (yang tak pernah capek memo tivasiku agar aku cepat lulus dan kerja) “Perhatianmu memberikan warna tersendiri buat hidupku.”; Mbak Tari “Terima kasih atas motivasinya. Tak tunggu undangan mantené!”

16.Teman-teman kos STEMBAYO 16 D (Mbak Laras, Mbak Ririn, Mbak Siska, Mbak Kris, Mbak Lili, Mbak Yayuk, Mbak Nana, Mbak Rika, Ika, Vera, Sarkem, Kistik, Tia, Linda, Sila, Elis, Modes, Santi, Murni, Emy, Nunik, dan Pipin), meskipun kebersamaan dalam waktu yang berbeda, tetapi kenangan itu masih tetap ada.


(11)

xii

17.Sahabat-sahabatku : Ririn “Kamu selalu membantu dalam kesulitanku, terima kasih ya ! Tak doain kariermu lancar dan langgeng dengan mas Agus. Amin.”; Septi “Jangan makan terus nanti lainnya gak kebagian.”; Nopex “Kita akan tetap menjadi teman baik.”; Arum (yang telah membantu penyebaran kuesioner) “Kamu pasti bisa : lulus, dapat kerja, dapat calon suami lalu nikah deh! Amin.”; Febbri “Tetap semangat ya Feb! Hari- harimu masih panjang. Semoga langgeng dengan mas Ketut. Amin.”; Retno “Semoga cepat dapat kerja dan nikah dengan mas Yosie. Amin.”

18.Siska “literaturnya sungguh bermanfaat.”; Aji “pinjaman fotocopyanmu untuk data BAB IV berguna banget”; Thomas “gak menyesalkan telah membantu saya ‘ngurus surat izin penelitian sampai ke Pakem dan Jetis?”

19.Pihak-pihak lain yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuannya baik moral maupun material yang sangat bermanfaat.

Skripsi ini tentu masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun senantiasa saya harapkan demi kesempurnaan dan akhirnya dapat bermanfaat bagi berbagai pihak yang berkepentingan. Akhirnya saya mohon maaf yang sebesar-besarnya atas kesalahan yang mungkin saya lakukan dalam penyusunan skripsi ini.


(12)

v

MOTTO

“Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, daripadanya akan banyak dituntut, dan

kepada siapa banyak dipercayakan,

daripadanya akan lebih banyak lagi dituntut.”

† L ukas12:38 †

“Serahkanlah perbuatanmu kepada Tuhan,

maka terlaksanakanlah segala rencanamu.”

† Amsal 16:3 †

“K ekuatan yang kita miliki di dalam diri (sebenarnya) lebih besar dari pada tantangan yang menghambat di depan.”

? Greg Philips?

“K unci kesuksesan adalah keberhasilan dalam suatu hubungan; Posisikan dirimu adalah lawan bicaramu,

Jika kamu ingin mengerti lawan bicaramu”

? No Name… .?

“Jika menginginkan perubahan kecil, garaplah prilaku anda.

Jika menghendaki perubahan besar dan mendasar, garaplah mindset anda.”


(13)

(14)

vii

ABSTRAK

SIKAP SISWA TERHADAP KOMPETENSI KEGURUAN PRAKTIKAN PPL II DITINJAU DARI JENIS KELAMIN,

PRESTASI BELAJAR, MINAT MENJADI GURU, DAN JENIS PEKERJAAN ORANG TUA

Studi Kasus: Siswa SMK Sanjaya Pakem Sleman Yogyakarta dan SMA Taman Madya Jetis Sleman Yogyakarta

Tahun Ajaran 2005/2006 Yacinta Nova Astuti Wulansari

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2007

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah: (1) ada perbedaan sikap siswa terhadap kompetensi keguruan praktikan PPL II ditinjau dari jenis kelamin; (2) ada perbedaan sikap siswa terhadap kompetensi keguruan praktikan PPL II ditinjau dari prestasi belajar; (3) ada perbedaan sikap siswa terhadap kompetensi keguruan praktikan PPL II ditinjau dari minat menjadi guru; dan (4) ada perbedaan sikap siswa terhadap kompetensi keguruan praktikan PPL II ditinjau dari jenis pekerjaan orang tua.

Penelitian ini dilaksanakan di SMK Sanjaya Pakem Yogyakarta dan SMA Taman Madya Jetis Yogyakarta pada bulan April - Mei 2006. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa SMK Sanjaya Pakem dan SMA Tama n Madya Jetis yang diajar oleh mahasiswa praktikan PPL II dari Program Studi Pendidikan Ekonomi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta periode 2005/ 2006 Semester Genap. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang dilengkapi dengan teknik dokumentasi serta wawancara. Teknik analisis data dilakukan dengan menggunakan Chi Kuadrat dilanjutkan koefisien kontingensi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada perbedaan sikap siswa terhadap kompetensi keguruan praktikan PPL II ditinjau dari jenis kelamin (?2 hitung = 8,076 > ?2tabel = 3,841 pada taraf signifikansi = 0,05 dan df = 1); tingkat hubungan sikap siswa terhadap kompetensi keguruan praktikan PPL II dengan jenis kelamin siswa (Cmaks) adalah sebesar 0,239. (2) tidak ada perbedaan sikap siswa terhadap kompetensi keguruan praktikan PPL II ditinjau dari prestasi belajar (?2 hitung = 3,711 < ?2tabel = 3,841 pada taraf signifikansi = 0,05 dan df = 1). (3) ada perbedaan sikap siswa terhadap kompetensi keguruan praktikan PPL II ditinjau dari minat menjadi guru (?2 hitung = 9,210 > ?2tabel = 3,841 pada taraf signifikansi = 0,05 dan df = 1); tingkat hubungan sikap siswa terhadap kompetensi keguruan praktikan PPL II dengan minat siswa menjadi guru (Cmaks) adalah sebesar 0,255. (4) tidak ada perbedaan sikap siswa terhadap kompetensi keguruan praktikan PPL II ditinjau dari jenis pekerjaan orang tua (?2 hitung = 3,207 < ?2tabel = 3,841 pada taraf signifikansi = 0,05 dan df = 1).


(15)

viii

ABSTRACT

STUDENT’S ATTITUDE TOWARD TEACHING COMPETENCE OF PRACTICE TEACHING STUDENT’S BASED ON SEX, STUDENT’S

ACHIEVEMENT,

THEIR INTETEST FOR BEING A TEACHER AND PARENT’S KINDS OF JOBS

A Case Study of the Students of “Sanjaya” Vocational High School in Pakem Yogyakarta and “Taman Madya” Senior High School in Jetis Yogyakarta

Academic Year 2005/ 2006 Yacinta Nova Astuti Wulansari

Sanata Dharma University Yogyakarta

2007

The purpose of this research was to know whether or not: (1) there was a difference of student’s attitude toward teaching competence of practice teaching student’s based on sex; (2) there was a difference of student’s attitude toward teaching competence of practice teaching student’s based on student’s achievement; (3) there was a difference of student’s attitude toward teaching competence of practice teaching student’s based on their interest for being a teacher; and (4) there was a difference of student’s attitude toward teaching competence of practice teaching student’s based on parent’s kinds of jobs.

This research was conducted at “Sanjaya” Vocational High School in Pakem Yogyakarta and “Taman Madya” Senior High School in Jetis Yogyakarta from April to May 2006. The population in this research was all students of “Sanjaya” Vocational High School in Pakem and “Taman Madya” Senior High School in Jetis that were taught by the practice teaching student’s from Economic Education Study Program, Social Studies Department, Faculty of Education and Teacher Training, Sanata Dharma University in the even semester of period 2005/ 2006. The techniques of data collection were questionnaire, documentary study, and interviews. The data analysis technigue used was Chi Quadrat.

The results of this research showed that: (1) there was a difference of student’s attitude toward teaching competence of practice teaching student’s based on sex ( 2

count

χ = 8,076 > 2 table

χ = 3,841); (2) there was no difference of student’s attitude toward teaching competence of practice teaching student’s based on student’s achievement(χcount2 = 3,711 <χtable2 = 3,841); (3) there was a difference of student’s attitude toward teaching competence of practice teaching student’s based on their interest for being a teacher ( 2

count

χ = 9,210 > 2 table

χ = 3,841); and (4) there was no difference of student’s attitude toward teaching competence of practice teaching student’s based on parent’s kinds of jobs (χcount2 = 3,207 <χtable2 = 3,841).


(16)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...ii

HALAMAN PENGESAHAN...iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ...iv

MOTTO ...v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...vi

ABSTRAK ...vii

ABSTRACT ...viii

KATA PENGANTAR ...ix

DAFTAR ISI ...xiii

DAFTAR TABEL ...xvii

DAFTAR LAMPIRAN ...xix

BAB I. PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Batasan Masalah ...4

C. Rumusan Masalah...5

D. Tujuan Penelitian ...5

E. Manfaat Penelitian ...6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ...7

A. Sikap ...7

1. Pengertian Sikap ...7

2. Komponen Pembentuk Sikap ...8

3. Ciri-ciri Sikap ...9

B. Kompetensi Keguruan Praktikan PPL II ...11

1. Pengertian Program Pengalaman Lapangan ( PPL ) ...12

2. Tujuan PPL II ...12

3. Kawasan Yang Dilatihkan Dalam PPL II ...13


(17)

xiv

5. Perangkat Kemampuan Lulusan Pendidikan Pra-Jabatan

Guru ...16

C. Jenis Kelamin ...22

D. Prestasi Belajar ...24

1. Pengertian Belajar ...24

2. Pengertian Prestasi Belajar ...25

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ...25

E. Minat ...26

1. Pengertian Minat ...26

2. Macam-Macam Minat ...26

F. Jenis Pekerjaan Orang Tua ...27

G. Kajian Hasil Yang Relevan ...32

H. Kerangka Berfikir ...33

I. Hipotesis Penelitian ...40

BAB III. METODE PENELITIAN ...41

A. Jenis Penelitian ...41

B. Tempat dan Waktu Penelitian ...41

C. Subjek dan Objek Penelitian ...41

D. Populasi dan Sampel ...42

E. Teknik Pengumpulan Data ...43

F. Variabel Penelitian dan Pengukurannya ...44

G. Pengujian Instrumen ...48

H. Teknik Analisis Data ...51

BAB IV. GAMBARAN UMUM SEKOLAH ...56

A. SMK Sanjaya Pakem Sleman Yogyakarta ...56

1. Data Kelembagaan Sekolah ...56

2. Sejarah Singkat Sekolah ...56

3. Visi, Misi dan Tujuan ...56

4. Sistem Pendidikan Sekolah ...57


(18)

xv

6. Daftar Nama Kepala Sekolah ...60

7. Daftar Guru dan Pembagian Tugas Mengajar ...60

8. Struktur Organisasi Sekolah pada Th Ajaran 2005/ 2006 ....62

9. Siswa Sekolah ...63

10.Kondisi Fisik dan Lingkungan ...63

11.Fasilitas Pendidikan dan Latihan ...65

12.Jenis-Jenis Program Ekstra Kulikuler ...66

13.Praktikan di Sekolah ...67

B. SMK Taman Madya Jetis Yogyakarta ...67

1. Kelembagaan Sekolah ...67

2. Sejarah Berdirinya Sekolah ...67

3. Visi, Misi dan Tujuan ...69

4. Sistem Pend idikan Sekolah Menengah Atas ...70

5. Kurikulum Sekolah ...70

6. Daftar Nama Kepala Sekolah ...71

7. Daftar Guru dan Pembagian Tugas Mengajar dan Tugas Lain ...72

8. Daftar Tenaga Administrasi Sekolah ...73

9. Siswa Sekolah ...73

10.Kondisi Fisik dan Lingkungan ...74

11.Fasilitas Pendidikan dan Latihan ...75

12.Pratikan di Sekolah ...76

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ...77

A. Analisis Data ...77

1. Deskripsi Data ...77

2. Pengujian Persyaratan Analisis ...81

a. Uji Normalitas ...81

b. Uji Homogenitas ...81

3. Pengujian Hipotesis Penelitian ...82


(19)

xvi

BAB VI PENUTUP ...105

A. Kesimpulan ...105

B. Keterbatasan Penelitian ...106

C. Saran-Saran ...106

DAFTAR PUSTAKA ...108


(20)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I. Kuesioner ... 111

Lampiran II. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 117

Lampiran III. Data Induk Penelitian dan Pengkategorian Data ... 125

Lampiran IV. Kategori Kecenderungan Variabel ... 161

Lampiran V. Daftar Distribusi Frekuensi ... 164

Lampiran VI. Uji Normalitas dan Uji Homogenitas ... 171

Lampiran VII. Tabel Statistik ... 176


(21)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Atribut PPL II dan Komponen Sikap ... 45

Tabel2. Personalisasi Variabel Untuk Minat ... 47

Tabel3. Hasil Uji Validitas Untuk Sikap Siswa Terhadap Kompetensi Keguruan Praktikan PPL II ... 49

Tabel4. Daftar Guru dan Pembagian Mengajar di SMK Sanjaya Pakem ... 60

Tabel 5. Data Siswa/ S iswi SMK Sanjaya Pakem Th. Ajaran 2005/2006 ... 63

Tabel 6. Pembagian Gedung Sekolah ... 64

Tabel 7. Daftar dan Pembagian Tugas Mengajar dan Tugas Lainnya Di SMK Taman Madya Jetis ... 72

Tabel 8. Data Siswa/ Siswi SMA Taman Madya Jetis Th. Ajaran 2005/2006 ... 73

Tabel 9. Pengelompokan Sikap Siswa Terhadap Kompetensi Keguruan Praktikan PPL II ... 77

Tabel 10. Pengelompokan Jenis Kelamin Responden ... 77

Tabel 11. Pengelompokan Prestasi Belajar ... 79

Tabel 12. Pengelompokan Minat Siswa Menjadi guru ... 80

Tabel 13. Pengelompokan Jenis Pekerjaan Orang Tua ... 80

Tabel 14. Ringkasan Hasil Uji Normalitas ... 81

Tabel 15. Tabel Kontingensi Sikap Siswa Terhadap Kompetensi Keguruan Praktikan PPL II Ditinjau dari Jenis Kelamin ... 82

Tabel 16. Perhitungan Nilai Chi-Square Sikap Siswa Terhadap Kompetensi Keguruan Praktikan PPL II Ditinjau dari Jenis Kelamin ... 84


(22)

xviii

Tabel 17. Daftar Interpretasi Nilai Rasio kk / Cmaks

Sikap Siswa Terhadap Kompetensi Keguruan Praktikan PPL II Ditinjau dari Jenis Kelamin ... 86

Tabel 18. Tabel Kontingensi Sik ap Siswa Terhadap Kompetensi

Keguruan Praktikan PPL II Ditinjau dari Prestasi Belajar ... 86

Tabel 19. Perhitungan Nilai Chi-Square Sikap Siswa Terhadap Kompetensi Keguruan Praktikan PPL II Ditinjau dari

Prestasi Belajar ... 88

Tabel 20. Tabel Kontingensi Sikap Siswa Terhadap Kompetensi Keguruan Praktikan PPL II Ditinjau dari Minat Menjadi Guru ... 89

Tabel 21. Perhitungan Nilai Chi-Square Sikap Siswa Terhadap Kompetensi Keguruan Praktikan PPL II Ditinjau dari

Minat Menjadi Guru ... 90

Tabel 22. Daftar Interpretasi Nilai Rasio kk / Cmaks

Sikap Siswa Terhadap Kompetensi Keguruan Praktikan PPL II Ditinjau dari minat menjadi guru ... 92

Tabel 23. Tabel Kontingensi Sikap Siswa Terhadap Kompetensi Keguruan Praktikan PPL II Ditinjau dari Jenis Pekerjaan Orang Tua ... 93

Tabel 24. Perhitungan Nilai Chi-Square Sikap Siswa Terhadap Kompetensi Keguruan Praktikan PPL II Ditinjau dari


(23)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan di Indonesia sekarang dihadapkan pada berbagai persoalan, mulai dari masalah pemerataan kebijakan yang belum mampu menjawab tantangan dan kebutuhan, motivasi, keterbatasan dana bagi pendidikan, sampai soal penurunan kualitas pendidikan. Sehubungan dengan persoalan penurunan kualitas pendidikan ada beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain faktor pendidik atau tenaga pengajar, sarana pendidikan, fasilitas pendidikan dan lain sebagainya. Di antara beberapa faktor tersebut, faktor yang cukup dominan adalah faktor tenaga pengajar yang bermutu rendah. Banyak tenaga pengajar kurang memahami kompetensi keguruannya, dengan demikian terbentuklah tenaga pengajar yang kurang profesional. Sehubungan dengan mutu guru sekarang ini Mungin Eddy Wibowo (Kompas, 15 Juli 2003), mengungkapkan bahwa kondisi guru saat ini sangat memprihatinkan. Guru merupakan figure dan teladan masyarakat yang saat ini citranya sangat merosot. Ini terjadi, karena sebagian guru kini menampilkan citra yang kurang profesional, terutama dalam bidang pendidikannya. Menurut Djohar MS dan Winarno Surakhmad (Webset: http/www.google.com), mengungkapkan bahwa mutu pembelajaran pada semua jenjang pendidikan dikhwatirkan terus merosot akibat lemahnya pembekalan nilai profesional pada calon guru selama pendidikan di perguruan


(24)

2

tinggi. Untuk itu, Paul Suparno (Webset: http/www.google.com), mengungkapkan bahwa calon guru kurang profesional, karena; (1) banyak mahasiswa FKIP atau Universitas pendidikan penghasil guru tidak sungguh menguasai materi, (2) calon guru tidak siap dengan pengajaran, dan (3) motivasi menjadi pendidik rendah.

Upaya peningkatan profesionalitas guru merupakan suatu keharusan bagi peningkatan kualitas pendidikan nasional. Menurut Mungin Eddy Wibowo (Kompas, 15 Juli 2003), bahwa sebagai bagian peningkatan kualitas pendidikan perlu dilakukan uji kompetensi guru. Upaya tersebut dapat dipersiapkan sejak dini salah satunya dengan cara calon guru menempuh studi lanjut di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP). Sehubungan dengan hal tersebut Paul Suparno (Webset: http/www.google.com), menyatakan bahwa dibutuhkannya keseriusan dalam menyiapkan tenaga guru, sehingga Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan atau Universitas pendidikan penghasil guru perlu melakukan; (1) seleksi calon guru yang lebih ketat, (2) kompetensi lulusan dalam hal penguasaan bahan ditekankan, (3) praktik mengajar perlu lama termasuk memunculkan minat menjadi guru, (4) calon guru dibantu bagaimana berelasi dengan siswa dan menguasai ilmu pendidikan secara teoritis dan praktis, dan (5) sikap sebagai pendidik perlu dikembangkan dengan berbagai latihan dan praktik. Di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) seseorang akan mendapat pengetahuan berhubungan dengan kompetensi keguruan, kompetensi keilmuan, dan berkesempatan praktik mengajar. Sehubungan dengan praktik mengajar terutama di Prodi Pendidikan Ekonomi, Jurusan Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan Sosial,


(25)

3

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma memberikan dua praktik yang wajib diambil oleh mahasiswa, yaitu Program Pengenalan Lapangan I (PPL I) yang dilakukan di kampus dan Program Pengenalan Lapangan II (PPL II) yang dilakukan di sekolah-sekolah. Praktik mengajar pada suatu mata pelajaran di sekola h yang dilakukan oleh mahasiswa yang menjalankan Program Pengalaman Lapangan II disesuaikan dengan asal program studi. Kedua jenis praktik tersebut menjadi bekal bagi seorang mahasiswa untuk menjadi tenaga pengajar. Jika mahasiswa belum pernah mendapat teori dan praktik mengajar, maka ada kemungkinan kurang mendalami kemampuan keguruan sehingga mengalami kesulitan dalam melaksanakan pengajaran.

Pada umumnya kesulitan-kesulitan yang dihadapi praktikan PPL II di sekolah muncul karena belum terbiasa mengajar, kurang menguasai materi, atau kurang begitu memahami karakter siswa. Akibatnya, penyampaian materi oleh praktikan PPL II kepada siswa sering salah dan terkadang masih menggunakan bahasa yang salah dan tidak baku. Selain proses pembelajaran yang perlu diperhatikan, kemampuan personal praktikan PPL II juga menjadi sesuatu yang penting. Praktikan PPL II harus menjaga penampilannya dalam mengajar, karena penampilan akan memberikan penilaian atau pandangan dari siswa pada praktikan PPL II. Kemampuan personal tampak dalam sikap di dalam atau di luar kelas.

Dalam praktik, tidak jarang seseorang tidak dapat mengelola kelas, akibatnya proses belajar tidak dapat berlangsung secara efektif. Keadaan ini tertentu akan menimbulkan suatu sikap yang negatif. Pada siswa sikap negatif


(26)

4

tersebut tampak pada, penghargaan yang rendah dari siswa terhadap mahasiswa Program Pengalaman Lapangan (PPL) II. Wujud konkrit dari sikap ini antara lain dapat berupa siswa meninggalkan kelas sewaktu ada mahasiswa PPL yang mengajar, membuat ramai di kelas, tidak mendengarkan dan tidak mematuhi aturan yang ada, serta tindakan-tindakan yang negatif lainnya.

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini dimaksudkan memberikan gambaran tentang sikap siswa terhadap kompetensi keguruan praktikan PPL II. Ada beberapa faktor yang berhubungan dengan sikap siswa terhadap kompetensi keguruan praktikan PPL II. Faktor-faktor tersebut yaitu jenis kelamin, prestasi belajar siswa, jenis pekerjaan orang tua dan minat menjadi guru. Dalam penelitian ini penulis mengambil judul “Sikap Siswa Terhadap Kompetensi Keguruan Praktikan PPL II Ditinjau Dari Jenis Kelamin, Prestasi Belajar, Minat Menjadi Guru, dan Jenis Pekerjaan Orang Tua”. Penelitian merupakan studi kasus pada praktikan PPL II Prodi Pendidikan Ekonomi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma periode 2005-2006.

B. Batasan Masalah

Ada banyak faktor yang berhubungan dengan sikap siswa terhadap kompetensi keguruan praktikan PPL II. Dalam pene litian ini penulis memfokuskan pada faktor jenis kelamin, prestasi belajar, minat menjadi guru, serta jenis pekerjaan orang tua terutama guru dan bukan guru. Alasan penulis adalah faktor-faktor tersebut diduga kuat memiliki hubungan yang sangat kuat dengan pembentukan sikap.


(27)

5 C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut :

1.Apakah ada perbedaan sikap siswa terhadap kompetensi keguruan praktikan PPL II ditinjau dari jenis kelamin ?

2.Apakah ada perbedaan sikap siswa terhadap kompetensi keguruan praktikan PPL II ditinjau dari prestasi belajar ?

3.Apakah ada perbedaan sikap siswa terhadap kompetensi keguruan praktikan PPL II ditinjau dari minat menjadi guru ?

4.Apakah ada perbedaan sikap siswa terhadap kompetensi keguruan praktikan PPL II ditinjau dari jenis pekerjaan orang tua ?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan sikap siswa terhadap kompetensi keguruan praktikan PPL II ditinjau dari jenis kelamin.

2. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan sikap siswa terhadap kompetensi keguruan praktikan PPL II ditinjau dari prestasi belajar.

3. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan sikap siswa terhadap kompetensi keguruan praktikan PPL II ditinjau dari minat menjadi guru.

4. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan sikap siswa terhadap kompetensi keguruan praktikan PPL II ditinjau dari jenis pekerjaan orang tua.


(28)

6 E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak berikut ini:

1. Bagi Sekolah

Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran secara konkrit mengenai sikap siswa terhadap kompetensi keguruan praktikan PPL II, sehingga dapat memberikan arahan pada siswa sebelum pelaksanaan PPL II dimulai.

2. Bagi Universitas

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah kepustakaan dan dapat digunakan sebagai acuan dalam penelitian-penelitian yang sejenis. 3. Bagi Penulis

Dengan adanya penelitian ini dapat dijadikan suatu masukan pengetahuan mengenai sikap siswa terhadap kompetensi keguruan praktikan PPL II, serta penerapan atas teori-teori yang diperoleh di bangku kuliah dengan keadaan sesungguhnya.


(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sikap

1. Pengertian Sikap

Pengertian sikap yang diberikan oleh beberapa ahli hingga saat ini sangat beragam. Meskipun para ahli mempunyai pandangan dan pendapat yang berbeda-beda tetapi umumnya tidak bertentangan secara ekstrim antara yang satu dengan yang lainnya. Berikut ini disajikan beberapa pandangan tentang sikap:

a) Menurut Bimo Walgito (1982:81)

Sikap merupakan pencerminan pendapat atau keyakinan seseorang (subyek) mengenai obyek itu, dan yang sedikit banyak bersifat ajeg, sehingga dengan demikian adanya sifat keajegan dari tingkah laku orang yang bersangkutan, karena tingkah laku tersebut merupakan pencerminan sikap orang itu.

b) Menurut W.S. Winkel (2004:117)

Sikap adalah kecend erungan menerima atau menolak suatu obyek berdasarkan penilaian terhadap obyek itu, berguna/ berharga baginya atau tidak.

c) Menurut Hanifah Bambang Purnomo (1990:110)

Sikap merupakan organisasi keyakinan-keyakinan seseoramg mengenai sesuatu objek atau situasi yang sedikit banyak bersifat ajeg, dan yang memberikan dasar pada orang tersebut untuk bertindak atau membuat respon dalam cara yang tertentu yang dipilihnya.


(30)

d) Menurut Isbandi Rukminto Adi (1994:178)

Sikap merupakan salah satu bahasan yang menarik dalam kajian psikologi, karena sikap sering digunakan untuk meramalkan tingkah laku, baik tingkah laku perorangan; kelompok; bahkan tingkah laku suatu bangsa. Untuk itu ia membagi sikap menjadi dua yaitu positif dan negatif. Sikap negatif memunculkan kecenderungan untuk menjauhi, membenci, menghindari ataupun tidak menyukai keberadaan sesuatu objek. Sedangkan sikap positif memunculkan kecenderungan untuk menyenangi, mendekati, menerima atau bahkan mengharapkan kehadiran objek tertantu. 2. Komponen Pembentuk Sikap

Ada 3 komponen pembentuk sikap menurut Bimo Walgito (1994:110) yaitu:

a) Komponen kognitif atau komponen perseptual, yaitu komponen yang berkait dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana orang mempresepsi terhadap objek sikap.

b) Komponen afektif atau komponen emosional, yaitu komponen yang berhubungan dangan rasa senang atau tidak senang terhadap objek sikap. Rasa senang merupakan hal yang positif, sedangkan rasa tidak senang merupakan hal yang negatif. Komponen ini menunjukan arah sikap yaitu positif atau negatif.

c) Komponen konatif atau komponen prilaku atau action component, yaitu komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap objek sikap. Komponen ini menunjukan intensitas sikap, yaitu menunjukan besar kecilnya kecenderungan bertindak atau berprilaku terhadap objek sikap.


(31)

3. Ciri-ciri Sikap

Menurut Onong Uchjana Effendy (1983:92), sikap dapat diidentifikasi berdasarkan ciri-ciri sebagai berikut:

a) Sikap bukan pembawaan dari manusia sejak lahir, melainkan terbentuk selama perkembangannya sebagai akibat hubungan dengan objek-objek di lingkungan.

b) Sikap dapat berubah sebagai hasil interaksi antara seseorang dengan orang lain. Karena itu sikap adalah hasil dari belajar di lingkungan dan dapat pula dipelajari oleh lingkungan tersebut.

c) Sikap tidak berdiri sendiri, melainkan senantiasa mengandung reaksi dengan objek. Objek ini tidak hanya semacam atau sejenis melainkan bermacam- macam sesuai dengan objek yang menjadi orang bersangkutan.

d) Sikap bersangkutan dengan dimensi waktu, berarti hanya cocok untuk situasi pada waktu tertentu, yang belum tentu sesuai dengan waktu lain, karena itu sikap dapat berubah menurut situasi.

e) Sikap tidak menghilang walaupun kebutuhan sudah dipenuhi. Hal ini berbeda dengan faktor biogenetis seperti motif lapar, motif dahaga dan sebagainya.

f) Sikap mengandung faktor- faktor motivasi dan emosi. Sifat inilah yang membedakan sikap dengan pengetahuan yang terdapat pada seseorang. 4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Sikap

Menurut Onong Uchjana Effendy (1983:95), proses-proses terbentuknya sikap dapat diklasifikasikan menjadi dua faktor pembentuk antara lain:


(32)

b. Faktor intern, faktor pengubah ini bersumber pada diri seseorang sendiri antara lain karena selektivitas seseorang dalam merespon objek-objek yang terjadi di luar dirinya.

c. Faktor ekstern, yaitu faktor yang berpengaruh pada pembentuk sikap yang berasal dari luar diri seseorang yaitu orang yang ada di lingkungan sekitar, hal- hal, peristiwa-peristiwa sebagai objek ke arah mana sikap itu tertuju.

Selain pendapat di atas menurut, Elita D Nuegroho (1983:13), menyatakan bahwa terbentuknya sikap melalui beberapa hal sebagai berikut:

a) Melalui pengalaman yang berulang-ulang, atau dapat pula melalui suatu pengalaman yang disertai perasaan yang mendalam atau pengalaman traumatik.

b) Melalui imitasi, peniruan dapat terjadi tanpa sengaja, dapat pula dengan sengaja. Dalam hal terakhir individu harus mempunyai minat dan rasa kagum terhadap model, selain itu diperlukan pula pemahaman dan kemampuan untuk mengenal dan mengingat model yang hendak ditiru. Peniruan ini akan terjadi lebih lancar bila dilakukan secara kolektif. c) Melalui sugesti, di sini individu membentuk suatu sikap terhadap objek

tanpa alasan dan pemikiran yang jelas, tapi semata- mata karena pengaruh yang dalam dari seseorang atau sesuatu yang mempunyai wibawa dalam pandangannya.

d) Melalui identifikasi, di sini individu meniru orang lain atau suatu badan didasari suatu ketertarikan yang emosional sifatnya. Meniru dalam hal


(33)

ini lebih banyak dalam arti berusaha menyamai. Identifikasi seperti ini sering terjadi antara anak dengan ayah, antara guru dengan murid, dan lainnya.

Terbentuknya sikap dalam penelitian ini melalui beberapa hal sebagai berikut:

a) Jenis Kelamin

Jenis kelamin mempengaruhi timbulnya perbedaan dalam perkembangan fisik dan psikologi anak laki- laki dan perempuan (Elizabeth B. Hurlock, 1988:57).

b) Prestasi belajar

Sikap dapat pula dinyatakan sebagai hasil belajar karenanya sikap dapat mengalami perubahan (Tri Dayakisni dan Hudaniah, 2003:98).

c) Minat

Tiap orang mempunyai sikap yang berbeda-beda terhadap sesuatu perangsang. Ini disebabkan oleh berbagai faktor yang ada pada individu masing- masing seperti adanya perbedaan dalam bakat, minat, pengalaman, pengetahuan, intensitas perasaan, dan juga situasi lingkungan (Ngalim Purwanto, 1990:141).

d) Jenis Pekerjaan

Pekerjaan seseorang akan mempunyai pengaruh tersendiri kepada pendapat dan sikap (Abu Ahmadi, 2002:167).

B. Kompetensi Keguruan Praktikan PPL II

Pengertian kompetensi keguruan praktikan ialah kemampuan praktikan di bidang keguruan. Sehubungan dengan kemampuan keguruan praktikan maka dilaksanakan Program Pengalaman Lapangan II bagi calon guru (Pedoman Pelaksanaan PPL II, 2002:ii).


(34)

1. Pengertian Program Pengalaman Lapangan (PPL)

Program Pengalaman Lapangan II (PPL II) dirancang untuk melatih para calon guru agar menguasai kecakapan keguruan secara lengkap dan terintegrasi (Pedoman Pelaksanaan PPL II, 2002:01).

Sebagai pengemban tugas profesional seorang guru dituntut tidak hanya tahu dan memahami tugasnya, namun jauh lebih penting dari pada itu adalah mampu melaksanakan tugas sebagai guru. Kemampuan tugas sebagai guru ynag dimaksud yaitu seperti penguasaan landasan kependidikan, penguasaan bidang studi dan pengelolaan proses pembelajaran (Pedoman Pelaksanaan PPL II, 2002:01). Kemampuan untuk melaksanakan tugas sebagai guru inilah yang terbentuk melalui PPL II.

Tujuan PPL II

Tujuan PPL II adalah memberikan latihan bagi mahasiswa calon guru agar mampu melaksanakan tugas sebagai guru. Sehubungan dengan tujuan PPL II, Pedoman Pelaksanaan PPL II, (2002:01) menyatakan bahwa PPL II bertujuan agar mahasiswa calon guru dapat:

a. Mengenal lingkungan sosial sekolah secara cermat dan menyeluruh, meliputi aspek fisik, tata administratif, tata kurikuler dan kegiatan kependidikannya.

b. Mampu menerapkan berbagai kecakapan keguruan secara menyeluruh dan terintegrasi dalam situasi nyata di bawah bimbingan Guru Pamong dan dosen Pembimbing PPL II.

c. Mampu mengambil manfaat dari pengalamannya ber-PPL II agar semakin menguasai kecakapan keguruan secara profesional.


(35)

Kawasan yang Dilatihkan dalam PPL II

a. Kawasan kognitif terdiri atas enam macam kemampuan yang disusun secara hiragis dari yang paling sederhana sampai yang paling canggih atau komplek sebagai berikut (Redjo Mudyahardjo, 1993:11) :

1) Pengetahuan, yaitu kemampuan mengingat kembali hal- hal yang telah dipelajari.

2) Pemahaman, yaitu kemampuan menangkap makna atau arti suatu hal.

3) Penerapan, yaitu mampu mempergunakan hal- hal yang telah dipelajari untuk menghadapi situasi-situasi baru dan nyata.

4) Analisis, yaitu kemampuan menjabarkan sesuatu menjadi bagian-bagian sehingga struktur organisasi dapat dipahami.

5) Sintesis, yaitu keseluruhan yang memadukan bagian-bagian menjadi satu keseluruhan yang berarti.

6) Penilaian, yaitu kemampuan memberikan harga sesuatu hal berdasarkan kriteria intern atau kelompok atau kriteria ekstern atau yang ditetapkan terlebih dahulu.

b. Kawasan afektif mencakup lima macam kemampuan emosional yang disusun secara hiragis dari yang paling tidak mengikat dari pribadinya sampai kepada yang mengikat dari pribadinya sebagai berikut (Redjo Mudyahardjo, 1993:12):

1) Kesadaran, yaitu kemampuan untuk memperhatikan sesuatu hal. 2) Partisipasi, yaitu kemampuan untuk turut serta terlibat dalam


(36)

3) Penghayatan nilai, yaitu kemampuan untuk menerima nilai dan terikat kepadanya.

4) Pengorganisasian nilai, yaitu kemampuan untuk memilih sistem nilai dalam dirinya.

5) Karakteristik diri, yaitu kemampuan untuk menilai pola hidup, dimana sistem nilai yang terbentuk dalam dirinya mampu mengawasi tingkah lakunya.

c. Kawasan psikomotorik yang dikembangkan oleh Harrow (Redjo Mudyahardjo, 1993:12):

1) Gerakan refleks, yaitu kemampuan melakukan tindakan yang terjadi secara tidak sengaja dalam menjawab suatu perangsang.

2) Gerakan dasar, yaitu kemampuan melakukan pola-pola gerakan yang bersifat pembawaan dan terbentuk dari kombinasi gerakan- gerakan refleks.

3) Kemampuan perseptual, yaitu kemampuan menerjemahkan perangsang yang diterima melalui alat indera menjadi gerakan yang cepat.

4) Kemampuan jasmani, yaitu kemempuan dan gerakan dasar yang memperlukan intiuntuk mengembangkan gerakan yang terlatih. 5) Gerakan- gerakan yang terlatih, yaitu gerakan yang canggih dan

tingkat efisiensi tertentu.

6) Kemampuan nondiskursif, yaitu kemampuan melakukan komunikasi dengan isyarat gerak badan.


(37)

Komponen yang dinilai dalam PPL II

Komponen yang dinilai dalam PPL II meliputi (Pedoman Pelaksanaan PPL II, 2006:8):

a. Proses pembelajaran, meliputi:

1) Kemampuan merancang pembelajaran.

a) Kemampuan merumuskan tujuan pembelajaran. b) Kemampuan menganalisis materi pembelajaran.

c) Kemampuan merancang kegiatan pembelajaran yang mengaktifkan siswa.

d) Kemampuan menyusun alat evaluasi formatif. 2) Kemampuan melakukan proses pembelajaran.

a) Kemampuan membuka proses pembelajaran.

b) Kemampuan melakukan proses inti pembelajaran antara lain:

§ pengusaan materi pembelajaran,

§ kemampuan menjelaskan,

§ kemampuan bertanya dan menjawab pertanyaan,

§ kemampuan mengaktifkan siswa,

§ kemampuan mengelola kelas,

§ kemampuan memotivasi siswa (memberi semangat) siswa, dan

§ kemampuan memanfaatkan media dan sumber belajar. 3) Kemampuan menutup proses pembelajaran.

b. Penampilan personal sosial c. Laporan akhir


(38)

5. Perangkat Kemampuan Lulusan Pendidikan Pra -Jabatan Guru

Perangkat kemampuan yang diharapkan dikuasai lulusan program pendidikan pra-jabatan guru adalah sebagai berikut: (Dirjen Dikti, Depdikbud, 1991/1992:15-17)

a. Kesadaran dan kemampuan mengembangkan diri sebagai individu warganegara berpendidikan tinggi dan sebagai pekerja profesional. 1) Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

2) Berperan dalam masyarakat sebagai warganegara yang berjiwa Pancasila.

3) Mampu berpikir mandiri termasuk pemanfaatan cara-cara memperoleh dan mengolah informasi serta mengemukakan proses dan hasilnya secara efektif dan efisien dalam bahasa yang baku, baik secara lisan maupun tertulis.

4) Mengembangkan sifat-sifat terpuji yang dipersyaratkan bagi jabatan guru-pendidik.

5) Mengetahui kemampuan dan keterbatasan diri di dalam pelaksanaan tugas-tugas profesional di samping kemampuan menemukan rujukan bagi keperluan pelaksanaan tugas-tugas tersebut.

6) Berinteraksi dengan sejawat untuk meningkatkan kemampuan profesional.

7) Berinteraksi dengan masyarakat untuk penunaian misi pendidikan. b. Menguasai bidang ilmu sumber bahan ajaran.

1) Memahami ruang lingkup, landasan serta keterbatasan ilmu sumber bahan ajarannya.


(39)

2) Menggunakan metodologi dan/atau peralatan yang diperlukan untuk pemahaman ilmunya.

3) Memahami kaitan antara berbagai konsep di dalam ilmunya dan kaitan antara konsep-konsep tersebut dengan bidang-bidang ilmu lain yang relevan.

4) Memahami implikasi sosial bidang ilmunya.

5) Mampu belajar secara mandiri untuk memutakhirkan penguasaan bidang ilmunya.

6) Memahami kaitan antara berbagai konsep bidang ilmunya dengan konsep-konsep bidang ilmu lain yang relevan bagi penerapannya untuk keperluan pengajaran.

7) Memilih dan menata konsep-konsep bidang ilmunya untuk keperluan pengajaran.

8) Mempresentasikan konsep-konsep bidang ilmu yang telah ditetapkan sebagai isi program pengajaran dalam bentuk yang meyakinkan derajat ketercernaan yang maksimal.

c. Mengasai prinsip-prinsip dasar kependidikan dan memahami hakekat subyek didik.

1) Mengenal fungsi sekolah dalam masyarakat.

2) Mengenal karakteristik, potensi dan kebutuhan peserta didik sasaran layanan (TK, SD, SM) yang digunakan sebagai acuan di dalam menyelenggarakan layanan kependidikan.

3) Memahami prinsip-prinsip ilmu- ilmu yang relevan untuk dimanfaatkan di dalam mengelola proses belajar- mengajar.


(40)

4) Mengenal prinsip dan prosedur pembelajaran.

5) Memahami kaitan tujuan pendidikan (TK, SD, SM) dalam rangtka pencapaian tujuan pendidikan nasional maupun tujuan nasional. d. Kemampuan menyusun dan menyelenggarakan program pengajaran dan

tugas-tugas keguruan-kependidikan lainnya.

1) Menerapkan pengetahuan tentang bidang ilmu sumber bahan ajaran, wawasan kependidikan dan karakteris tik, potensi serta kebutuhan sasaran layanan (TK, SD, SM) untuk:

a) Menetapkan tujuan pengajaran.

b) Memilih dan mengembangkan bahan pengajaran (lihat juga butir b.6, b.7 dan b.8)

c) Memilih dan mengembangkan strategi belajar- mengajar. d) Memilih dan memanfaatkan media pengajaran.

e) Menciptakan iklim belajar- mengajar yang tepat. f) Mengatur ruangan belajar.

g) Mengelola interaksi belajar- mengajar.

h) Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran. i) Menilai proses belajar- mengajar yang telah dilaksanakan. j) Membina siswa yang mengalami kesulitan belajar.

k) Membimbing siswa yang berkelainan dan berbakat khusus. l) Membina wawasan siswa untuk menghargai berbagai pekerjaan

di masyarakat.

2) Mengenal dan memecahkan masalah- masalah nyata yang dihadapi di dalam penyelenggaraan pengajaran melalui kegitan penelitian.


(41)

3) Melaksanakan kegiatan administrasi sekolah.

4) Membina kegiatan-kegiatan ko-kurikuler dan ekstra-kurikuler.

Sehubungan dengan kompetensi guru menurut Ace Suryadi (9 Maret 2001), menyatakan bahwa guru yang bermutu ialah yang memiliki kemampuan profesional dengan berbagai kapasitasnya sebagai pendidik. Ia menambahkan, dalam studi Basic Education Quality (EPP,1992) ditemukan bahwa guru yang bermutu ditentukan oleh empat faktor utama yaitu :

1. Kemampuan profesional

Kemampuan profesional adalah intelegensi, sikap, prestasi di bidang pekerjaannya. Secara sederhana ditunjukan dengan kemampuan menguasai materi ajar dan metodologinya.

2. Upaya profesional

Upaya profesional adalah upaya seorang guru untuk mentransformasikan kemampuan profesional ke dalam tindakan mendidik dan mengajar secara berhasil. Upaya profesional ini antara lain diwujudkan dengan penguasaan keahlian dalam menyusun program pengajaran sesuai tahap perkembangan anak, menyiapkan pengajaran, menggunakan bahan-bahan ajar, mengelola kegiatan belajar murid, dan mendiagnosa keberhasilan.

3. Waktu yang tercurah untuk kegiatan profesional

Waktu yang tercurah untuk kegiatan profesional adalah intensitas waktu dari seorang guru yang dikonsentrasikan untuk tugas mengajar. Konsep waktu belajar (time on task) yang diukur dari intensitas belajar siswa secara perorangan dari berbagai studi di berbagai negara termasuk di Indonesia, telah ditemukan sebagai salah satu prediktor terbaik dari hasil belajar siswa.


(42)

4. Akuntanbilitasnya.

Guru bisa dikatakan profesional jika pekerjaannya itu dapat menjamin kehidupan meraka. Pendapatan seorang profesional ditentukan oleh kemampuan dan prestasi kerjanya. Ia terikat oleh kepentingan klien, yaitu siswanya sebagai pembayar pendidikan. Jika klien puas atas hasil kerjanya, guru akan memperoleh imbalan yang setimpal.

Guru yang profesional perlu melakukan pembelajaran di kelas secara efektif (Suryanto, 2001). Lantas ciri-ciri guru yang efektif menurut Suryanto (Kompas,16 Februari 2001) yang dikutip dari Gary A Davis dan Margaret A Thomas, mengungkapkan bahwa paling tidak ada empat kelompok besar ciri guru yang efektif yaitu :

1. Memiliki kemampuan yang terkait dengan iklim belajar di kelas, meliputi; a. Memiliki ketrampilan interpersonal, khususnya kemampuan untuk

menunjukkan empatik, penghargaan kepada siswa, dan ketulusan. b. Memiliki hubungan baik dengan siswa

c. Mampu menerima, mengakui, dan memperhatikan siswa secara tulus. d. Menunjukan minat dan antusias yang tinggi dalam mengajar.

e. Mampu menciptakan atmosfer untuk tumbuhnya kerja sama dan kohesivitas dalam dan antar kelompok siswa.

f. Mampu melibatkan siswa dalam mengorganisasikan dan merencanakan kegiatan pembelajaran.

g. Mampu mendengarkan siswa dan menghargai hak siswa untuk berbicara dalam setiap diskusi.


(43)

h. Mampu meminimalkan friksi- friksi di kelas.

2. Memiliki kemampuan yang terkait dengan strategi manajemen pembelajaran, meliputi:

a. Memiliki kemampuan untuk menghadapi dan menangani siswa yang tidak punya perhatian, suka menyela, mengalihkan pembicaraan, dan mampu memberikan transisi substans i bahan ajar dalam proses pembelajaran.

b. Mampu bertanya atau memberikan tugas yang memerlukan tingkatan berpikir yang berbeda untuk semua siswa.

3. Memiliki kemampuan yang terkait dengan pemberian umpan balik (feedback) dan penguatan (reinforcement), terdiri dari;

a. Mampu memberikan umpan balik yang positif terhadap respons siswa. b. Mampu memberikan respons yang bersifat membantu terhadap siswa

yang lamban belajar.

c. Mampu memberikan tindak lanjut terhadap jawaban siswa yang kurang memuaskan.

d. Mampu memberikan bantuan profesional kepada siswa jika diperlukan. 4. Memiliki kemampuan yang terkait dengan peningkatan diri, terdiri dari;

a. Mampu menerapkan kurikulum dan metode mengajar secara inovatif. b. Mampu memperluas dan menambah pengetahuan mengenai

metode-metode pengajaran.

c. Mampu memanfaatkan perencanaan guru secara kelompok untuk menciptakan dan mengembangkan metode pengajaran yang relevan.


(44)

C. Jenis Kelamin

Perbedaan jenis kelamin berdasarkan perkembangan fisiologi dan psikologi antara wanita dan pria berbeda (Gilarso, 1993). Elizabeth B. Hurlock (1992:191-192) menyatakan bahwa,

Akibat yang luas dari masa puber pada keadaan fisik anak juga mempengaruhi sikap dan prilaku. Pada umumnya pengaruh masa puber lebih banyak pada anak perempuan daripada anak laki- laki, sebagian disebabkan karena anak perempuan biasanya lebih cepat matang dari pada anak laki- laki dan sebagian banyak hambatan-hambatan sosial mulai ditekankan pada prilaku anak perempuan justru pada anak perempuan mencoba untuk membebaskan diri dari berbagai pembatasan.

Berikut perbedaan karakter pria dan wanita menurut Kartini Kartono (1971:137-144):

1. Betapapun baik dan cemerlangnya intelegensi wanita itu, namun pada intinya hampir-hampir ia tidak mempunyai interese yang menyeluruh pada soal-soal teoritis seperti kaum laki- laki. Hal ini bergantung pada struktur otaknya.

2. Kaum wanita lebih langsung atau direct, lebih praktis dan lebih meminati segi-segi kehidupan yang segera. Sedangkan laki- laki pada umumnya hanya mempunyai interess, jika kejadian-kejadian tadi mengandung latar belakang atau nuansa tertentu, sesuai dengan minatnya, atau berhubungan dengan kepribadiannya. Jadi wanita itu lebih dekat pada masalah- masalah kehidupan yang praktis, sedang kaum laki- laki lebih tertarik pada segi-segi kejiwaan yang bersifat abstrak dari kehidupan ini sebagai bagian dari kehidupannya sendiri.

3. Wanita itu pada umumnya sangat bergairah, sangat vivid penuh vitalitas hidup. Sering memiliki sifat keremajaan, dan pada banyak hal wanita itu


(45)

berdiri lebih dekat pada anaknya. Oleh karena itu sangat tepatlah ia ditugaskan sebagai pendidik anaknya. Tepat juga untuk teman bergaul bagi kaum pria karena kaum pria itu selalu tertarik pada keremajaan dan kesegaran sifat-sifat wanita ini.

4. Wanita itu pada hekekatnya lebih hetero-centris, lebih menonjol sifat kesosialannya. Sesuai dengan kodrat alamiahnya, wanita itu lebih banyak tertarik pada kehidupan orang lain. Pada banyak segi wanita itu menganggap orang laki- laki sebagai anaknya yang harus dibimbingnya. Oleh karena itu wanita ini selalu terbuka hatinya bagi orang lain, dan mudah menerima orang lain, sehingga ia menjadi tempat pemberhentian yang terpercaya. Sedang kaum pria itu bersifat lebih egosentris, dan suka berfikir pada hal-hal yang lebih objektif dan esensiil. Kaum pria itu biasanya muncul sebagai pemegang inisiatif, yang menjadi stimulans dan pengarah bagi kemajuan. Dia mengejar cita-citanya dengan sarana tertentu. Oleh karena itu kehidupan dirinya dianggap sebagai sesuatu yang autonom, sebagai suatu prospek usaha yang ekspansif dan sifat-sifatnya selalu agresif, penuh daya serang untuk menguasai sesuatu ruang lingkup. Wanita itu sebaliknya dari laki- laki. Sifatnya lebih melindungi, memelihara dan mempertahankan (defensif). Perbedaan lain wanita dan pria pada waktu senggang yaitu, bahwa wanita itu lebih suka menyibukan diri dengan berbagai macam pekerjaan ringan. Sedang kaum pria lebih suka istirahat, tidur atau relax seenak-enaknya. Dengan demikian wanita itu pada umumnya lebih tangkas dan lebih giat pada waktu senggangnya, sehingga segenap waktunya selalu dipenuhi oleh macam- macam kesibukan dan pekerjaan.


(46)

Berdasarkan perbedaan wanita dan pria di atas Kartini Kartono (1971:144) menyimpulkan bahwa,

Perbedaan pria dan wanita itu bukannya terletak pada adanya perbedaan yang esensiil daripada temperament atau karakternya, akan tetapi pada perbedaan susunan jasmaniahnya, juga ada perbedaan dalam tujuan hidupnya serta fungsi sosialnya atau fungsinya di dalam masyarakat.

Tri Dayakisni dan Hudaniah (2003:184) menyatakan bahwa wanita lebih mungkin daripada pria untuk menghibur temannya, memberikan dukungan emosional, dan memberikan informasi konseling tentang masalah-masalah pribadi atau psikologis.

D. Prestasi Belajar 1. Pengertian Belajar

Berikut beberapa pendapat mengenai definisi belajar dari beberapa ahli: a. Menurut Muhibbin Syah (1997:89)

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan.

b. Menurut Eddy Soewardi Kartawidjaja (1987:11)

Belajar adalah usaha seseorang untuk menguasai bahan pelajaran yang diberikan.

c. Menurut Isbandi Rukminto Adi (1994:21) yang dikutip dari Morgan, King, Weisz dan Schopler (1989).

Belajar adalah suatu perubahan tingkah laku yang relative permanen, yang terjadi karena latihan ataupun penga laman.


(47)

2. Pengertian Prestasi Belajar

Berikut beberapa pendapat mengenai definisi prestasi belajar dari beberapa ahli:

a. Menurut Dimyati Mahmud (1990:46)

Prestasi belajar yang dicapai siswa berfungsi sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah disukai siswa, lambang pemudaan hasrat ingin tahu, bahwa informasi dalam inovasi pendidikan dengan asumsi bahwa pendidikan dapat mendorong siswa meningkatkan ilmu pengetahuan, indikator intern dan ekstern dalam institusi pendidikan, indikator daya serap anak didik.

b. Menurut Sudjana (1990:28)

Prestasi belajar siswa dapat diketahui dari hasil evaluasi belajarnya. Evaluasi adalah usaha penilaian terhadap suatu hal, bisa dari tujuan yang ingin dicapai, gagasan, cara kerja, metode pemecahan. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar siswa

W.S. Winkel (1984:43), menyatakan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi prestasi belajar antara lain:

a. Faktor pada pihak siswa

1) Faktor pisikis, meliputi intelektual (kemampuan belajar, cara belajar) dan non intelektual (motivasi belajar, sikap, perasaan, minat, kondisi psikis, kondisi akibat keadaan sosial-kultural).

2) Faktor fisik atau kondisi fisik b. Faktor di luar dari siswa

1). Faktor pengatur proses belajar di sekolah, meliputi kurikulum pengajaran, disiplin sekolah, guru dan fasilitas belajar, pengelompokan siswa.


(48)

2). Faktor sosial di sekolah, meliputi sistem sekolah, status sosial siswa, interaksi guru dan siswa.

c. Faktor situasional, meliputi keadaan politik dan ekonomi, keadaan waktu dan tempat, keadaan musim dan iklim.

E. Minat

1. Pengertian Minat

Berikut beberapa pendapat mengenai definisi minat dari beberapa ahli: a. Menurut Ngalim Purwanto (1996:56)

Minat adalah sesuatu yang mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu.

b. Menurut W.S. Winkel (1983:30)

Minat adalah kecenderungan yang agak menetap dalam subyek merasa tertarik pada bidang/hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu.

c. Menurut Uzer Usman (1990:22)

Minat merupakan suatu sifat yang relatif menetap pada diri seseorang. 2. Macam-Macam Minat

Menurut Giyatama (1990:6) minat dapat digolongkan menjadi dua yaitu: a. Minat secara intrinsik

Minat secara intrinsik merupakan minat yang timbul dari dalam individu sendiri tanpa pengaruh dari luar. Minat intrinsik dapat timbul karena pengaruh sikap, persepsi, prestasi belajar, bakat, jenis kelamin dan intelegensia.


(49)

b. Minat secara ekstrinsik

Minat secara ekstrinsik merupakan minat yang timbul akibat pengaruh dari luar individu. Minat secara ekstrinsik timbul antara lain karena latar belakang ekonomi, minat orang tua dan teman sebaya.

Dalam penelitian ini minat yang dimaksud adalah minat siswa untuk menjadi guru. Sedangkan berdasarkan pendapat beberapa ahli maka didefinisikan bahwa minat menjadi guru adalah di mana seseorang menaruh perhatian untuk menjadi guru disertai dengan dengan kecenderungan untuk berhubungan lebih aktif tentang dunia keguruan. F. Jenis Pekerjaan Orang Tua

James J. Spillane (1987:14) mengelompokkan pekerjaan dalam sembilan golongan sebagai berikut:

1. Golongan A

• Meninggal dunia

• Pensiun

• Tidak mempunyai pekerjaan 2. Golongan B

• Buruh nelayan

• Buruh tani (penggarap sawah orang lain)

• Petani kecil

• Penebang kayu 3. Golongan C


(50)

• Buruh tidak tetap

• Penarik becak 4. Golongan D

• Pembantu (pembantu rumah tangga)

• Penjual keliling (penjual sayuran keliling, bakso, dan lain- lain)

• Tukang cuci (cuci pakaian rumah tangga) 5. Golongan E

• Seniman (pengrajin anyaman, tanah liat, pemain kuda lumping)

• Buruh tetap

• Montir (bengkel sepeda montor)

• Pandai besi/emas perak

• Penjahit

• Penjaga (satpam, penjaga pabrik)

• Sopir bus/colt

• Tukang kayu

• Tukang listrik

• Tukang mesin 6. Golongan F

• Pemilik bus/colt

• Pengawas keamanan (Hansip)

• Petani pemilik tanah

• Pegawai sipil ABRI


(51)

• Pedagang (penjual pakaian, warung makan, kelontong)

• Pegawai kantor

• Pemilik toko

• Peternak (ayam, kambing, ikan dan lain- lain) 7. Golongan G

• ABRI (Tamtama s/d Bintara)

• Pegawai bidang hukum

• Kepala kantor pos cabang

• Manajer perusahaan kecil

• Supervisor pengawas

• Pamong praja

• Guru SD

• Kepala bagian (sekolah, perusahaan, kantor)

• Pegawai negeri (Golongan IA-ID) 8. Golongan H

• Guru SLTP/SLTA

• Juru rawat (Rumah Sakit)

• Pekerja sosial (Puskesmas)

• Pewira ABRI (Letda, Lettu dan Kapten)

• Pegawai negeri (Golongan IIA-IID)

• Kepala sekolah

• Kontraktor


(52)

9. Golongan I

• Ahli hukum

• Ahli ilmu tanah

• Manajer perusahaan apoteker

• Arsitek

• Dosen

• Gubernur

• Kepala kantor pos pusat

• Menteri

• Pegawai negeri (Golongan IIIA ke atas)

• Pengarang

• Peneliti

• Penerbang

• Walikota/Bupati

• Kontraktor besar

Dalam penelitian ini penulis membagi jenis pekerjaan menjadi dua yaitu, guru dan bukan guru. Sehubungan dengan pekerjaan guru Isbandi Rukminto Adi (1994:48), menyatakan bahwa jenis pekerjaan orang tua guru termasuk pekerjaan di bidang yang terkait dengan lembaga pendidikan.

Muhibbin Syah (1997:225-226) menyatakan mengenai pentingnya kepribadian guru yang dikutip dari Profesor Doktor Zakiah Daradjat (1982), yaitu: Kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik dan pembina yang baik bagi anak didiknya, ataukah akan menjadi perusak atau penghancur bagi hari depan anak didiknya terutama bagi anak didik yang


(53)

masih kecil (tingkat sekolah dasar) dan mereka yang sedang mengalami kegoncangan jiwa (tingkat menengah).

Oleh karena itu, setiap calon guru dan guru profesional sangat di harapkan memahami bagaimana karakteristik kepribadian dirinya sebagai pendidik yang menjadi anutan bagi siswa didiknya. Sehubungan dengan hal tersebut Muhibbin Syah (1997:226) menyatakan bahwa karakteristik kepribadian yang berkait dengan keberhasilan guru dalam menggeluti profisinya adalah meliputi:

1. Fleksibilitas kognitif guru

Fleksibilitas kognitif (keluwesan ranah cipta) merupakan kemampuan berpikir yang diikuti dengan tindakan secara simultan dan memadai dalam situasi tertentu. Guru yang fleksibel pada umumnya ditandai dengan keterbukaan berpikir dan beradaptasi.

2. Keterbukaan psikologis

Keterbukaan ini merupakan dasar kompetensi profisional (kemampuan dan kewenangan melaksanakan tugas) keguruan yang harus dimiliki oleh setiap guru. Guru yang terbuka secara psikologi biasanya ditandai dengan kesediaannya yang relatif tinggi untuk mengkomunikasikan dirinya dengan faktor-faktor ekstern antara lain siswa, teman sejawat, dan lingkungan pendidikan tempatnya bekerja.

Untuk karakteristik pekerjaan bukan guru penulis memisalkan profesi dokter, dalam hal ini As’ad Sungguh (2000:105), menyatakan bahwa karakteristik dari profesi dokter yaitu kemurnian niat, kesungguhan kerja, kerendahan hati serta integritas ilmiah dan sosial yang tidak diragukan.


(54)

G. Kajian Hasil Yang Relevan

Dari hasil penelitian Ch. Astrid Hendrika. M (2001) yang berjudul “Sikap Siswa Terhadap Mahasiswa Praktikan PPL” menyatakan bahwa tidak ada perbedaan sikap terhadap mahasiswa praktikan PPL berdasarkan jenis kelamin. Dan ditinjau berdasarkan asal tempat tinggal dan status sosial ekonomi orang tua siswa juga menunjukan adanya hasil yang sama yaitu tidak ada perbedaan sikap terhadap mahasiswa praktikan PPL.

Dari hasil penelitian Yacobus Edhi Darmono (2003) yang berjudul “Sikap Sis wa Terhadap Pelaksanaan Praktik Mengajar Peserta PPL Bidang Studi Akuntansi” menyatakan bahwa adanya kecenderungan sikap yang sama terhadap pelaksanaan PPL bidang studi Akuntansi yaitu sikap ragu-ragu. Jika ditinjau dari prestasi belajar ia menyatakan bahwa sikap siswa yang berprestasi tinggi terhadap praktikan PPL kurang menunjukan perhatian dibandingkan dengan siswa yang berprestasi rendah. Sedangkan jika ditinjau dari status sosial ekonomi dan jenis kelamin menunjukan tidak adanya perbedaan sikap siswa terhadap pelaksanaan PPL bidang studi Akuntansi.

Dari hasil penelitian Margareta Ika Widyaningrum (2005) yang berjudul “Sikap Siswa Terhadap Mahasiswa Praktikan PPL” menyatakan bahwa sikap siswa terhadap mahasiswa praktikan PPL ditinjau dari perbedaan jenis kelamin menunjukan bahwa responden laki- laki relatif lebih banyak yang memiliki sikap positif terhadap mahasiswa praktikan PPL daripada responden perempuan. Dalam penelitian ini juga dinyatakan adanya kesamaan sikap antara siswa yang berasal dari desa dan kota, sehingga asal tempat tinggal tidak bisa dijadikan ukuran bahwa siswa tersebut akan selalu bersikap positif atau negatif terhadap mahasiswa praktikan PPL. Jika ditinjau berdasarkan


(55)

status sosial ekonomi orang tua hasil penelitiannya menunjukan adanya kesamaan sikap dari responden baik yang berasal dari kalangan status sosial ekonomi tinggi, sedang maupun rendah. Selain itu juga diketemukan adanya perbedaan sikap siswa terhadap praktikan PPL ditinjau dari prestasi belajar. Hasil penelitian tersebut me nunjukan bahwa responden yang memiliki sikap positif terhadap mahasiswa praktikan PPL paling banyak berasal dari siswa dengan kategori prestasi belajar yang cukup.

Berdasarkan hasil penelitian di atas disimpulkan bahwa sikap siswa terhadap praktikan PPL ditinjau berdasarkan jenis kelamin dan prestasi belajar diperoleh adanya kesamaan dalam bersikap. Maka penelitian ini dimaksudkan untuk meneliti kembali apakah hasil penelitian tersebut benar adanya. Selain faktor Jenis kelamin dan prestasi belajar, penulis juga menambahkan faktor lain yang diduga dapat mempengaruhi sikap siswa terhadap praktikan PPL II yaitu, minat menjadi guru dan jenis pekerjaan orang tua. Untuk itu penulis mengambil judul dalam penelitian ini “Sikap Siswa Terhadap Kompetensi Keguruan Praktikan PPL II Ditinjau Dari Jenis Kelamin, Prestasi Belajar, Minat Menjadi Guru, dan Jenis Pekerjaan Orang Tua”.

H. Kerangka Berpikir

Berdasarkan pada tinjauan pustaka di atas maka dapatlah dibuat suatu kerangka berpikir mengenai:

1. Sikap siswa terhadap kompetensi keguruan praktikan PPL II ditinjau berdasarkan jenis kelamin.

Perbedaan seseorang dalam hal jenis kelamin menyebabkan adanya perbedaan dalam hal sikap, perhatian dan cara memandang sesuatu di


(56)

sekitarnya. Elizabeth B. Hurlock (1988:57) menyatakan bahwa jenis kelamin mempengaruhi timbulnya perbedaan dalam perkembangan fisik dan psikologi anak laki- laki dan perempuan. Jika pria ia akan cenderung bersikap kurang menghargai kemampuan praktikan PPL II karena, ia cenderung bersikap agresif terutama dalam lingkup di mana ia berada. Kartini Kartono (1971:141) menyatakan bahwa kaum pria itu biasanya muncul sebagai pemegang inisiatif, yang menjadi stimulans dan pengarah bagi kemajuan. Dia mengejar cita-citanya dengan sarana tertentu. Oleh karena itu kehidupan dirinya dianggap sebagai sesuatu yang autonom, sebagai suatu prospek usaha yang ekspansif dan sifat-sifatnya selalu agresif, penuh daya serang untuk menguasai sesuatu ruang lingkup. Wujud konkrit sikap siswa kurang menghargai kemampuan praktikan PPL II yaitu, membolos ketika jam mengajar praktikan PPL II, bersikap acuh tak acuh terhadap praktikan PPL II baik di dalam kelas maupun di luar kelas, tidak mengerjakan tugas yang diberikan dan lain sebagainya.

Sebaliknya jika wanita, ia akan cenderung menghargai kemampuan keguruan praktikan PPL II, karena ia lebih memiliki kematangan emosi dalam mengatur tingkah lakunya di mana ia berada. Tri Dayakisni dan Hudaniah (2003:184) berpendapat tentang wanita bahwa wanita lebih mungkin daripada pria untuk menghibur temannya, memberikan dukungan emosional, dan memberikan informasi konseling tentang masalah- masalah pribadi atau psikologis. Wujud konkrit sikap siswa menghargai kemampuan praktikan PPL II yaitu, memperhatikan ketika praktikan PPL II sedang menjelaskan, mengerjakan tugas yang diberikan, mengikuti proses belajar dengan baik dan lain sebagainya.


(57)

Dengan demikian penulis mengambil jenis kelamin siswa yaitu pria dan wanita sebagai salah satu variabel penelitian, karena diduga berhubungan dengan perbedaan sikap siswa terhadap kompetensi keguruan praktikan PPL II.

2. Sikap siswa terhadap kompetensi keguruan praktikan PPL II ditinjau berdasarkan prestasi belajar.

Tri Dayakisni dan Hudaniah (2003:98) menyatakan bahwa sikap dapat pula dinyatakan sebagai hasil belajar karenanya sikap dapat mengalami perubahan. Sebagai hasil belajar sikap tidaklah terbentuk dengan sendirinya karena pembentukan sikap senantiasa akan berlangsung dalam interaksi manusia berkenaan dengan objek tertentu.

Prestasi belajar dapat mempengaruhi sikap seseorang terhadap obyek tertentu khususnya kompetensi keguruan praktikan PPL II. Pada siswa-siswi yang berprestasi bagus akan cenderung menghargai kompetensi keguruan praktikan PPL II, karena siswa yang berprestasi bagus cenderung berpikir kritis terutama dalam menilai suatu obyek tertentu atau bersudut pandangan luas, suka menyelidiki hal yang baru, kritis terhadap tugas-tugas yang tidak mudah atau sulit dimengerti dan lain sebagainya. Tri Dayakisni dan Hudaniah (2003:137) menyatakan orang yang mampu, kompeten dan pintar dapat memberikan beberapa ganjaran (keuntungan) kepada kita. Mereka dapat membantu kita dalam menyelesaikan masalah, memberikan nasehat, membantu kita menafsirkan kejadian-kejadian yang ada dan sebagainya. Tentang siswa yang berprestasi bagus Oemar Hamalik (2003:183) menyatakan ciri-ciri siswa yang cerdas sebagai berikut:

Ciri-ciri siswa yang cerdas (gifted child): mempunyai energi yang lebih besar, dorongan ingin tahunya lebih besar, sikap sosialnya lebih baik, aktif, lebih mampu melakukan abstraksi, lebih cepat dan lebih


(58)

jelas menghayati hubungan- hubungan, bekerja atas dasar inisiatif sendiri, suka menyelidiki yang baru dan lebih luas lebih mantap dengan tugas-tugas rutin yang sederhana, lebih cepat mempelajari proses-proses mekanis, tidak menyukai tugas-tugas yang tidak mengerti, tidak suka menggunakan cara hafalan dengan ingatan, percaya kepada abilitas sendiri, dan cepat malas kalau diberi hal- hal yang tidak menarik minatnya.

Wujud konkrit sikap siswa menghargai kompetensi keguruan praktikan PPL II tersebut misalnya dengan memberikan kritik dan saran yang mendukung kemajuan praktikan PPL II, bersikap menghormati praktikan PPL II baik di dalam kelas maupun di luar kelas, menegur praktikan PPL II jika menjelaskan materi sulit dimengerti serta minta penjelasan ulang, mengerjakan tugas yang diberikan dan lain sebagainya.

Sebaliknya siswa-siswi yang berprestasi kurang bagus cenderung bersikap kurang menghargai kompetensi keguruan praktikan PPL II, karena siswa yang berprestasi kurang bagus memiliki cara pikir yang sempit atau bersudut pandang sempit dalam menilai suatu obyek tertentu, rasa ingin tahu kecil dan lain sebagainya. Wujud konkrit sikap siswa kurang menghargai kompetensi keguruan praktikan PPL II misalnya, siswa bersikap acuh tak acuh, membolos pada saat jam pelajaran dari praktikan, tidak bersikap sopan terhadap praktikan PPL II baik di dalam kelas maupun di luar kelas, tidak mengerjakan tugas yang diberikan dan lain sebagainya.

Dengan demikian penulis mengambil prestasi belajar siswa yaitu bagus dan kurang bagus sebagai salah satu variabel penelitian, karena diduga berhubungan dengan perbedaan sikap siswa terhadap kompetensi keguruan praktikan PPL II.


(59)

3. Sikap siswa terhadap kompetensi keguruan praktikan PPL II ditinjau berdasarkan minat menjadi guru.

Ngalim Purwanto (1990:141) menyatakan tiap orang mempunyai sikap yang berbeda-beda terhadap sesuatu perangsang. Ini disebabkan oleh berbagai faktor yang ada pada individu masing- masing seperti adanya perbedaan dalam bakat, minat, pengalaman, pengetahuan, intensitas perasaan, dan juga situasi lingkungan. Berdasarkan pendapat tersebut maka ada kemungkinan bahwa minat dapat mempengaruhi sikap seseorang terhadap obyek tertentu terutama kompetensi keguruan praktikan PPL II.

Minat siswa dalam hal ini menjadi guru dan tidak menjadi guru menyebabkan adanya perbedaan dalam hal sikap, perhatian dan cara memandang disekitarnya. Jika siswa berminat menjadi guru ia akan cenderung bersikap menghargai kompetensi keguruan praktikan PPL II, karena ia ingin mengetahui lebih dalam mengenai bagaimana menjadi seorang guru yaitu salah satunya dengan memperhatikan praktikan PPL II yang sedang menjalankan PPL II di sekolahnya. W.S. Winkel (1983:30) menyatakan bahwa minat adalah kecenderungan yang agak menetap dalam subyek merasa tertarik pada bidang/hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu. Wujud konkrit sikap siswa menghargai kompetensi keguruan praktikan PPL II yaitu: mendengarkan atau memperhatikan guru praktikan PPL II yang sedang mengajar, mengerjakan tugas yang diberikan, tidak membolos pada saat jam pelajaran dari praktikan PPL II dan lain sebagainya.


(60)

Sebaliknya siswa yang tidak berminat menjadi guru ia akan cenderung bersikap kurang menghargai kompetensi keguruan praktikan PPL II, karena tidak ada keinginan dari dirinya untuk mengetahui lebih dalam mengenai bagaimana menjadi seorang guru yaitu salah satunya dengan memperhatikan praktikan PPL II yang sedang menjalankan PPL II di sekolahnya. Wujud konkrit sikap siswa kurang menghargai kompetensi keguruan praktikan PPL II yaitu, membolos ketika jam mengajar oleh guru praktikan PPL II, tidak mengerjakan tugas yang diberikan, tidak memperhatikan ketika dijelaskan dan lain sebagainya.

Dengan demikian penulis mengambil minat siswa menjadi guru sebagai salah satu variabel penelitian, karena diduga berhubungan denan perbedaan sikap siswa terhadap kompetensi keguruan praktikan PPL II. 4. Sikap siswa terhadap kompetensi keguruan praktikan PPL II ditinjau

berdasarkan jenis pekerjaan orang tua.

Di kehidupan sehari- hari sering kita lihat secara jelas, bahwa setiap anggota masyarakat memiliki pekerjaan dengan jenis yang beragam. Jenis pekerjaan seseorang sering menunjukan karakter orang tersebut dalam hal sikap, cara berpikir atau cara memandang sesuatu disekitarnya. Abu Ahmadi (2002:167) menyatakan bahwa pekerjaan seseorang akan mempunyai pengaruh tersendiri kepada pendapat dan sikap. Ia juga menyatakan seorang guru dan seorang buruh pasti sudah lain cara berpikirnya. Selain itu mengenai pengaruh jenis pekerjaan orang tua terhadap sikap anak, Elizabeth B. Hurlock (1992:171) menyatakan bahwa pekerjaan orang tua (ayah) mempengaruhi perasaan anak. Berdasarkan


(61)

perbedaan jenis pekerjaan antara profesi guru dan profesi bukan guru penulis membedakan karakteristik profesi guru dan profesi bukan guru dimisalkan profesi dokter. Perbedaan karakteristik kedua profesi tersebut yaitu: 1) karakteristik profesi guru, Muhibbin Syah (1997:226) menyatakan bahwa karakteristik kepribadian yang berkait dengan keberhasilan guru dalam menggeluti profisinya adalah meliputi: fleksibilitas kognitif guru dan keterbukaan guru; 2) karakteristik profesi bukan guru penulis memisalkan profesi dokter, dalam hal ini As’ad Sungguh (2000:105) menyatakan bahwa karakteristik dari profesi dokter yaitu kemurnian niat, kesungguhan kerja, kerendahan hati serta integritas ilmiah dan sosial yang tidak diragukan.

Dalam penelitian ini penulis membagi jenis pekerjaan orang tua siswa sebagai guru dan bukan guru Siswa yang jenis pekerjaan orangtua nya guru bersikap menghargai kompetensi keguruan praktikan PPL II, karena siswa telah mengetahui pekerjaan dan karakter orang tuanya yang secara lansung telah mempengaruhi sikap dan cara memandang sesuatu di sekitarnya terutama dalam hal ini kompetensi keguruan praktikan PPL II. Wujud konkrit sikap siswa menghargai kompetensi keguruan praktikan PPL II yaitu, memperhatikan bila sedang dijelaskan oleh guru praktikan PPL II, menghormati guru praktikan PPL II sebagai seorang pendidik baik di saat jam pelajaran maupun di luar jam pelajaran, mengikuti pelajaran pada saat jam pelajaran dari praktikan PPL II dan lain sebagainya.

Sebaliknya jika siswa yang jenis pekerjaan orang tuanya bukan guru cenderung bersikap kurang menghargai kompetensi praktikan PPL II,


(62)

karena siswa telah dididik dengan karakter orang tuanya, dan secara langsung hal tersebut akan mempengaruhi sikap siswa terhadap kompetensi keguruan praktikan PPL II. Sedangkan wujud konkrit sikap siswa kurang menghargai kompetensi keguruan praktikan PPL II ya itu, tidak memperhatikan bila sedang dijelaskan oleh guru praktikan PPL II, tidak menghormati guru praktikan PPL II sebagai seorang pendidik baik di saat jam pelajaran maupun di luar jam pelajaran, membolos pada saat jam pelajaran dari praktikan PPL II dan lain sebagainya.

Dengan demikian penulis mengambil jenis pekerjaan orang tua siswa yaitu guru dan bukan guru sebagai salah satu variabel penelitian, karena diduga berhubungan dengan perbedaan sikap siswa terhadap kompetensi keguruan praktikan PPL II.

I. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan pada kerangka teoretik di atas maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Ada perbedaan sikap siswa terhadap kompetensi keguruan praktikan PPL II ditinjau dari jenis kelamin.

2. Ada perbedaan sikap siswa terhadap kompetensi keguruan praktikan PPL II ditinjau dari prestasi belajar.

3. Ada perbedaan sikap siswa terhadap kompetensi keguruan praktikan PPL II ditinjau dari minat menjadi guru.

4. Ada perbedaan sikap siswa terhadap kompetensi keguruan praktikan PPL II ditinjau dari jenis pekerjaan orang tua.


(63)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah studi kasus, yaitu jenis penelitian dimana kesimpulan yang dihasilkan hanya berlaku untuk objek yang diteliti saja dan berlaku untuk jangka waktu tertentu.

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di beberapa sekolah yang menjadi lokasi Program PPL II untuk mahasiswa Prodi Pendidikan Ekonomi, Jurusan Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma periode 2005-2006 Semester Genap. Berikut beberapa sekolah yang menjadi tempat penelitian:

a. SMK Sanjaya Pakem Sleman Yogyakarta b. SMA Taman Madya Jetis Sleman Yogyakarta 2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bula n Maret 2006. C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah orang-orang yang terlibat dalam penelitian, dalam hal ini mereka yang bertindak sebagai pemberi informasi yang berhubungan dengan penelitian, yaitu siswa yang diajar oleh mahasiswa praktikan PPL II pada suatu sekolah yang dijadikan lokasi program PPL II


(64)

mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma periode 2005-2006 Semester Genap.

2. Objek Penelitian

Objek yang akan diteliti adalah sikap siswa terhadap kompetensi keguruan praktikan ditinjau dari prestasi belajar, jenis kelamin, minat menjadi guru, dan jenis pekerjaan orang tua.

D. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Suharsimi Arikunto, 2002:108). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMK Sanjaya Pakem Sleman Yogyakarta dan SMA Taman Madya Jetis Sleman Yogyakarta yang diajar oleh guru praktikan dari Program Studi Pendidikan Ekonomi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta periode 2005-2006 Semester Genap.

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Suharsimi Arikunto, 2002:109). Untuk menentukan sampel, penulis menggunakan teknik purposive sampling. Sugiyono (2004:61), mengartikan bahwa sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Sedangkan pertimbangan penulis menggunakan teknik tersebut adalah karena penelitian ini dikhususkan


(65)

untuk siswa yang diajar oleh mahasiswa praktikan PPL II dari Program Studi Ekonomi yang mengajar khusus bidang studi akuntansi dan ekonomi. Alasan pertimbangan tersebut adalah karena stud i kasus penelitian ini siswa yang diajar oleh mahasiswa praktikan PPL II dari Program Studi Pendidikan Ekonomi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta periode 2005-2006 Semester Genap.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini meliputi metode- metode berikut ini:

1. Kuesioner

Metode kuesioner adalah metode yang menggunakan sejumlah daftar pertanyaan yang diberikan kepada responden untuk diisi sesuai dengan keadaan responden. Metode ini dimaksudkan untuk memperoleh data mengenai identitas responden, jenis kelamin, jenis pekerjaan orang tua, minat menjadi guru dan tanggapan siswa terhadap kompetensi keguruan praktikan.

2. Dokumentasi

Dokumentasi adalah metode pengumpulan data mengenai hal- hal atau variabel- variabel yang berupa benda-benda seperti buku-buku, rapor, majalah-majalah, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya. Metode ini digunakan untuk memperole h data serta gambaran umum mengenai prestasi belajar siswa di sekolah.


(66)

3. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan secara langsung atau lisan kepada kepala sekolah dan guru yang dapat melengkapi data tentang gambaran umum sekolah.

F. Variabel Penelitian dan Pengukurannya 1. Variabel Penelitian

Variabel adalah objek penelitian yang bervariasi atau yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Suharsimi Arikunto, 2002:96). Dalam penelitian variabel yang akan diamati adalah:

a. Sikap siswa terhadap kompetensi keguruan praktikan b. Jenis kelamin

c. Prestasi belajar d. Minat menjadi guru e. Jenis pekerjaan orang tua 2. Pengukuran Variabel

a. Sikap siswa terhadap kompetensi keguruan praktikan.

Sikap siswa terhadap kompetensi keguruan praktikan adalah bagaimana sikap siswa apakah menghargai kemampuan praktikan atau tidak menghargai kemampuan praktikan. Untuk mengetahui sikap siswa tersebut maka ditentukan indikator- indikatornya. Indikator-indikator tersebut antara lain: (Pedoman Pengalaman Lapangan II, 2006:8)


(67)

a. Kemampuan merumuskan tujuan pembelajaran b. Kemampuan melakukan proses pembelajaran c. Kemampuan menutup proses pembelajaran 2. Penampilan personal dan sosial

Pengukuran sikap didasarkan pada skala sikap dengan pertanyaan yang positif penentuan skor sebagai berikut:

Sangat Setuju (SS) : skor 4 Setuju ( S ) : skor 3 Tidak Setuju (TS) : skor 2 Sangat Tidak Setuju (STS) : skor 1

Sedangkan untuk pertanyaan yang negatif maka bobot skor berlawanan dengan bobot skor pertanyaan positif. Berikut komponen sikap dan atribut yang dilatihkan dalam PPL II.

Tabel 1. Atribut PPL II dan Komponen Sikap

Komponen Sikap No Atribut PPL II

Kognitif Afektif Konatif Jumlah 1. Proses pembelajaran

a.Kemampuan merumuskan tujuan pembelajaran b.Kemampuan melakukan proses pembelajaran c.Kemampuan menutup proses pembelajaran 1, 4 5,6,7,9, (11)*,17,1 8,21,22 22,(36)* 2,(39)* (8)*,10, (14)*,16, 20 37,(38)* 3 12,(13)*, 15,19 32 5 18 5 2. Penampilan personal

dan sosial

(24)*,25,2 8,(34)*,35

23,26,(30) *29,33

31,40 12


(68)

b. Jenis kelamin

Jenis kelamin yang dimaksud di sini adalah pria dan wanita. Variabel ini diukur dengan ketentuan pemberian skor sebagai berikut:

Wanita skor 2 Pria skor 1 c. Prestasi belajar

Prestasi belajar adalah sejauh mana siswa memahami dan menguasai materi yang diberikan. Pengukuran tinggi rendahnya prestasi belajar setiap siswa didasarkan pada nilai rapor pada tahun ajaran 2005/2006 semester ganjil.

d. Minat menjadi guru

Minat menjadi guru adalah kecenderungan yang mengarah pada siswa untuk menetapkan pilihan keinginannya yang ditandai dengan perasaan bahwa keinginan tersebut bersangkutan dengan kebutuhannya. Dalam penelitian ini penulis menggolongkan minat menjadi dua ya itu, minat menjadi guru dan minat tidak menjadi guru. Pengukuran sikap siswa terhadap kompetensi keguruan praktikan ditinjau dari minat menjadi guru didasarkan pada skala sikap dengan pertanyaan yang positif penentuan skor sebagai berikut:

Sangat Setuju (SS) : skor 4

Setuju ( S ) : skor 3

Tidak Setuju (TS) : skor 2 Sangat Tidak Setuju (STS) : skor 1


(1)

(2)

LAMPIRAN

VIII

Surat Keterangan


(3)

(4)

180 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

(6)

182 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


Dokumen yang terkait

Persepsi siswa terhadap profesi guru ditinjau dari jenis kelamin siswa, prestasi belajar siswa dan pekerjaan orang tua : studi kasus siswa SMA Pangudi Luhur Jl. P. Senopati no. 18 Yogyakarta.

0 0 123

Persepsi siswa terhadap profesi guru ditinjau dari jenis kelamin siswa, prestasi belajar siswa dan pekerjaan orangtua : studi kasus SMA St. Mikael Warak Sleman.

0 0 131

Hubungan prestasi belajar siswa SMK dalam mata pelajaran kewirausahaan dengan minat berwiraswasta ditinjau dari status sosial ekonomi orang tua : studi kasus SMK Sanjaya Pakem, Yogyakarta.

1 4 139

Minat siswa untuk menjadi guru ditinjau dari jenis kelamin, presentasi belajar siswa dan pendapatan orang tua.

0 2 141

Persepsi siswa mengenai profesi guru ditinjau dari jenis kelamin siswa, tingkat pendidikan orang tua dan pekerjaan orang tua : studi kasus SMA BOPKRI 1, SMA BOPKRI 2, dan SMA BOPKRI Banguntapan Yogyakarta.

0 2 94

Sikap siswa terhadap mahasiswa praktikan PPL : studi kasus SMK BOPKRI 1 dan SMA GAMA Yogyakarta.

0 8 247

SIKAP SISWA TERHADAP KOMPETENSI KEGURUAN PRAKTIKAN PPL II DITINJAU DARI JENIS KELAMIN, PRESTASI BELAJAR, MINAT MENJADI GURU, DAN JENIS PEKERJAAN ORANG TUA

0 1 179

PENGARUH PERHATIAN ORANG TUA DAN DISIPLIN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA DITINJAU DARI JENIS PEKERJAAN ORANG TUA DAN JENIS KELAMIN SISWA

0 1 211

PENGARUH PRESTASI BELAJAR, PENGALAMAN PPL 2, DAN JENIS PEKERJAAN ORANG TUA TERHADAP MINAT UNTUK MENJADI GURU

0 0 158

PERSEPSI SISWA TERHADAP PROFESI GURU DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA, PRESTASI BELAJAR SISWA DAN PEKERJAAN ORANGTUA

0 0 129