Pengaruh Pengawasan Melekat Terhadap Disiplin Kerja Pegawai di Kantor PT. Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Belmera Tanjung Mulia Medan

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Disiplin kerja sangat penting untuk pertumbuhan organisasi, digunakan
terutama untuk memotivasi pegawai agar dapat mendisiplinkan diri dalam
melaksanakan pekerjaan baik secara perorangan maupun kelompok. Disamping itu
disiplin kerja bermanfaat mendidik pegawai untuk mematuhi dan menyenangi
peraturan, prosedur, maupun kebijakan yang ada, sehingga dapat menghasilkan
kinerja yang baik. Kedisplinan merupakan fungsi operatif Manajemen Sumber Daya
Manusia yang terpenting karena semakin baik disiplin pegawai, semakin tinggi
prestasi kerja yang dapat dicapainya. Tanpa disiplin pegawai yang baik, sulit bagi
organisasi perusahaan mencapai hasil yang optimal. Disiplin kerja yang baik
mencerminkan besarnya rasa tanggung jawab seseorang terhadap tugas-tugas yang
diberikan kepadanya. Hal ini akan mendorong gairah kerja, semangat kerja,
daterwujudnya tujuan perusahaan, pegawai, dan masyarakat.
Sikap disiplin kerja karyawan sangat penting bagi suatu perusahaan dalam
rangka mewujudkan suatu tujuan perusahaan, hal ini sesuai dengan penjelasan
Malayu S.P Hasibuan (2001:213) bahwa “Disiplin harus ditegakkan dalam suatu
organisasi perusahaan, karena tanpa dukungan disiplin karyawan yang baik sulit bagi
perusahaan untuk mewujudkan tujuannya”. Dengan adanya disiplin kerja pada setiap
karyawan yang ada di dalam perusahaan tersebut, akan menjadikan perusahaan itu

menjadi maju. Karena setiap karyawan yang berdisiplin dalam melakukan pekerjaan

Universitas Sumatera Utara

dapat menyelesaikan tugas-tugas yang ada di dalam perusahaan tersebut walaupun
tidak

secara

keseluruhan menghasilkan

pekerjaan

yang sempurna.

Tetapi

dalam jangka waktu tertentu karyawan akan melaksanakan pekerjaannya menjadi
lebih baik
Tingkat kedisiplinan yang ditunjukan masing – masing pegawai tentunya

berbeda – beda padahal seluruh peraturan yang ada berlaku kepada seluruh pegawai
yang bekerja di suatu organisasi. Disiplin ini merupakan sebuah sikap positif yang
tentunya terjadi tanpa adanya kesadaran yang tinggi dari masing – masing pegawai
untuk mematuhi seluruh peraturan yang ada di organisasi tersebut baik itu organisasi
swasta ataupun suatu organisasi negeri atau pemerintah. Sikap disiplin yang baik dari
para pegawai tentu sangat diharapkan oleh setiap organisasi. Dalam hal ini
pemerintah tentu mengharapkan adanya etos kerja yang baik serta disiplin kerja dari
para pegawai yang merupakan suatu abdi negara yang harus memberikan usaha
maksimal dalam menjalankan fungsinya sebagai pelayan publik.

Peran sumber daya manusia sebagai aparatur/pegawai negara tentunya
mempunyai peranan yang sangat penting dan dapat menentukan keberhasilan
penyelenggaraan suatu pemerintahan dan pembangunan. Seorang karyawan yang
mampu memainkan peranan dan fungsi tersebut adalah seorang karyawan yang
mempunyai kompetensi yang diindikasikan dari sikap disiplin yang tinggi, kinerja
yang baik serta sikap dan perilakunya yang penuh dengan kesetiaan dan ketaatan
kepada negara, bermoral dan bermental baik, sadar akan tanggung jawabnya sebagai

Universitas Sumatera Utara


pelayan publik yang selalu dituntut memberikan pelayan yang terbaik kepada
masyarakat.
Tingkat kedisiplinan yang rendah dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang
menjadikan kualitas kedisiplinan para karyawan menjadi sangat rendah. Faktor –
faktor tersebut yaitu lemahnya kesadaran akan tanggung jawab, kemampuan dan
keahlian dari para pegawai yang pas – pasan sampai pada pengawasan terhadap
kinerja dan disiplin kerja para pegawai yang sangat lemah. Terkait masalah
pengawasan terhadap kinerja dan disiplin kerja yang sangat lemah merupakan suatu
permasalahan yang harus segera dicari jalan keluarnya agar tidak menjadikan efek
domino bagi pegawai yang lain.

Untuk mewujudkan pelayanan publik yang baik perlu adanya disiplin kerja
yang baik yang dilakukan oleh para pegawai. Disiplin kerja disini adalah mengenai
disiplin waktu kerja, dan disiplin dalam menaati peraturan yang telah ditetapkan
dalam perusahaan. Dengan adanya kesadaran yang tinggi dalam melaksanakan
aturan-aturan perusahaan yang diwujudkan dalam disiplin kerja yang tinggi, maka
suatu produktivitas kerja juga akan tercapai. Perusahaan tidak perlu bersikap lemah
dalam menghadapi karyawan. Seorang pemimpin yang lemah bukan hanya akan
mengacaukan jalannya perusahaan tetapi juga akan kehilangan rasa hormat dari para
bawahannya. Selama perusahaan telah mempunyai peraaturan permainan dan telah

disepakati bersama, maka pelanggaraan terhadap peraturan permainan ini haruslah
dikenakan tindakan pendisiplinan (Heidjrachman dkk, 1990 : 240).

Universitas Sumatera Utara

Perlu adanya suatu pengawasan yang berkesinambungan dan tidak hanya
berupa himbauan atau ancaman tertulis yang sudah terbukti tidak efektif dalam
memperbaiki disiplin kerja dari para pegawai. Pengawasan merupakan suatu tindakan
yang berfungsi untuk memonitor atau menyoroti dan membandingkan apakah
pegawai tersebut bekerja sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Pengawasan
yang dilakukan secara berkesinambungan merupakan suatu bentuk tindakan yang
baik dan dapat diterapkan dalam sektor pemerintahan ataupun sektor swasta dan
dengan adanya pengawasan yang berkesinambungan dan maksimal tentu akan
memberikan kontrol kepada para pegawai bahwa setiap yang mereka kerjakan dinilai
dan diamati dengan seksama.

Suatu pengawasan yang baik harus bersifat mendidik dalam arti mendidik ke
arah kerja yang baik dan menjauhkan kemungkinan - kemungkinan penyelewengan.
Pengawasan yang dilakukan bukanlah untuk mencari - cari kesalahan, pengawasan
terutama ditujukan agar rencana - rencana dapat dilaksanakan dengan sebaik baiknya. Pengawasan dapat dilakukan oleh pihak internal ataupun eksternal dari

organisasi ataupun instansi tersebut. Dari pihak internal misalnya, pengawasan juga
merupakan kewajiban setiap atasan untuk mengawasi setiap pekerjaan yang dikerjakan
para bawahannya apakah pekerjaan yang dikerjakan sudah sesuai atau pemanfaatan waktu
kerja sudah dilakukan dengan maksimal, hal ini dilakukan agar seluruh waktu kerja dapat
dimanfaatkan dengan baik dan tidak ada waktu yang terbuang sia – sia.

Universitas Sumatera Utara

Dan lebih lanjut pengawasan merupakan suatu bagian dari fungsi menajemen
yang diharapkan mampu menciptakan efisiensi dan efektifitas kerja para pegawai.
Dengan pengawasan yang baik diharapkan akan berkurangnya kesalahan dan
penyimpangan yang terjadi.

Apabila organisasi ataupun pimpinan mampu melaksanakan pengawasan
secara baik sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan dan dilaksanakan sesuai
dengan tugas dan wewenang yang telah ditentukan, maka dengan sendirinya disiplin
kerja pegawai akan baik. Alfred R. Lateiner (1983 : 72) menyatakan bahwa disiplin
sejati apabila para pegawai datang ke kantor dengan teratur dan tepat pada waktunya,
apabila mereka berpakaian serba baik pada tempatnya, apabila mereka menggunakan
perlengkapan - perlengkapan dengan hati - hati, apabila mengikuti cara kerja yang

ditentukan oleh kantor atau organisasi dan apabila mereka menyelesaikan pekerjaan
dengan penuh tanggung jawab.

Studi pendahuluan yang dilakukan oleh beberapa peneliti mengenai disiplin
pegawai, Nonince Irianti (207:83) pengendalian kerja/pengawasan dapat berpengaruh
terhadap disiplin kerja pegawai meskipun pengaruh yang diberikan hanya (13,7%)
saja, sedangkan sisanya yaitu (86,3%) ditentukan oleh faktor-faktor lain. Rosmiyati
Husniyah (2011:134) pengaruh pengawasan terhadap disiplin kerja sebesar (77%) dan
sisanya (23%) adalah pengaruh dari faktor lain. Yadi Septiadi (2011:124)
pengawasan memiliki pengaruh terhadap disiplin kerja pegawai sebesar (21%) dan
sisanya dipengaruhi faktor lain.

Universitas Sumatera Utara

Hasil penelitian terdahulu diatas menggambarkan masih banyak pegawai yang
kurang berdisiplin terhadap peraturan yang ada. Jika kondisi seperti ini terus
dibiarkan tanpa ada tindakan tepat akan menimbulkan masalah bagi para pegawai
dalam bekerja dan terganggunya tujuan organisasi/lembaga yang telah ditetapkan.

Jasa Marga Belmera merupakan salah satu cabang PT. Jasa Marga yang

mengoperasikan jalan tol Belawan – Medan- Tanjung Morawa (Belmera) di Sumatera
Utara. Jalan Tol ini menghubungkan Pelabuhan Belawan, Kotamadya Medan dan
Kabupaten Deli Serdang. Sebagai perusahaan milik negara yang bergerak dalam
bidang jasa tentunya harus memberikan pelayanan yang baik kepada para konsumen
sebagai pengguna jasa.
Jasa Marga memiliki visi menjadi perusahaan modern dalam bidang
pengembangan dan pengoperasian jalan tol, menjadi pemimpin (leader) dalam
industri jalan tol dengan mengoperasikan mayoritas jalan tol di Indonesia serta
memiliki daya saing yang tinggi di tingkat Nasional dan Regional. Untuk mencapai
visi tersebut, Jasa Marga harus berusaha keras untuk terus memperbaiki kekurangan –
kekurangan yang ada selama ini, maka dari itu diperlukan pengawasan yang terarah
dari atasan yang dapat menjadikan tingkat disiplin kerja karyawan lebih baik
sehingga apa yang menjadi tujuan perusahaan dapat tercapai.

Mekanisme pengawasan yang sudah berjalan sebagaimana prosedur yang
ditetapkan oleh pusat dan berjalan dengan baik, akan tetapi belum dapat dikatakan
bahwa pengawasan tersebut mencerminkan disiplin kerja para karyawan Jasa Marga

Universitas Sumatera Utara


itu baik. Tingkat disiplin kerja karyawan PT. Jasa Marga perlu diperbaiki dan
ditingkatkan, terutama dalam hal kehadiran dan ketepatan waktu hadir. Adanya
absensi elektronik yang disediakan oleh pihak kantor nyatanya tidak membuat
karyawan untuk datang tepat waktu.

Dari penjelasan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul “Pengaruh Pengawasan Melekat Terhadap Disiplin Kerja Pegawai di
Kantor PT. Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Belmera Tanjung Mulia
Medan.”
1.2 Perumusan Masalah
Untuk dapat memudahkan dalam penelitian ini dan agar penelitian ini
memiliki arah yang jelas dalam menginterprestasikan fakta dan data ke dalam
penulisan skripsi, maka terlebih dahulu dirumuskan permasalahannya. Adapun
permasalahan yang disajikan dalam penelitian ini adalah: “ Seberapa Besar
Pengaruh Pengawasan Melekat Terhadap Disiplin Kerja Pegawai di Kantor PT.
Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Belmera Tanjung Mulia Medan ? ”
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pelaksanaan pengawasan melekat di Kantor PT. Jasa
Marga (Persero) Tbk Cabang Belmera Tanjung Mulia Medan.

2. Untuk mengetahui disiplin kerja pegawai di Kantor PT. Jasa Marga
(Persero) Tbk Cabang Belmera Tanjung Mulia Medan.

Universitas Sumatera Utara

3. Untuk mengetahui pengaruh pengawasan melekat terhadap disiplin kerja
pegawai di Kantor PT. Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Belmera
Tanjung Mulia Medan.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Bagi penulis secara subjektif adalah sebagai suatu tahapan untuk melatih
dan mengembangkan kemampuan berfikir secara sistematis dan teoritis
dalam memecahkan suatu permasalahan secara objektif dan kritis melalui
suatu karya ilmiah sehingga diperoleh suatu kesimpulan yang bersifat
teruji dan berguna.
2. Bagi mahasiswa lainnya sebagi khasanah ilmiah untuk penelitian lainnya.
3. Bagi FISIP-USU khususnya Departemen Ilmu Administrasi Negara
sebagai bahan referensi, bahan kajian dan bahan perbandingan bagi
mereka yang memerlukannya dan orang-orang yang tertarik dengan
pemasalahan ini.

4. Bagi PT. Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Belmera Tanjung Mulia
Medan sebagai sumber masukan mengenai pengawasan internal terhadap
disiplin kerja pegawai.

Universitas Sumatera Utara

1.5 Kerangka Teori
1.5.1 Pengawasan
1.5.1.1 Pengertian Pengawasan
Dalam pengertian umum, pengawasan dapat diartikan sebagai perbuatan
untuk melihat dan memonitor terhadap orang agar ia berbuat sesuai dengan kehendak
yang telah ditentukan sebelumnya. Sedangkan dalam ilmu manajemen, pengawasan
adalah merupakan salah satu fungsi manajemen yang merupakan faktor penentu
bagi kelangsungan hidup suatu organisasi. Sistem pengawasan yang baik sangat
berpengaruh dalam proses pelaksanaan kegiatan, baik dalam organisasi pemerintah
maupun swasta.
Suatu sistem pengawasan yang baik sangat penting dan berpengaruh dalam
proses pelaksanaan kegiatan, baik dalam organisasi pemerintah maupun swasta.
Karena tujuan pengawasan adalah mengamati apa yang sebenarnya terjadi dan
membandingkan dengan apa yang seharusnya terjadi dengan maksud untuk

secepatnya melaporkan penyimpangan atau hambatan kepada pimpinan yang
bersangkutan agar diambil tindakan korektif yang perlu. Secara umum pengawasan
dapat diartikan sebagai perbuatan untuk melihat dan memonitor terhadap orang agar
sesuai dengan kehendak yang telah ditentukan sebelumnya.
Menurut Harahap (2001:10), pengawasan mencakup upaya memeriksa apakah
semua terjadi sesuai dengan rencana yang ditetapkan, perintah yang dikeluarkan,
prinsip yang dianut dan juga dimaksudkan untuk mengetahui kelemahan dan
kesalahan agar dapat dihindari kejadiannya dikemudian hari.

Universitas Sumatera Utara

Handoko (2003:359), mengatakan bahwa pengawasan adalah proses untuk
menjamin bahwa tujuan-tujuan organisasi dan manajemen tercapai. Pengawasan
merupakan elemen tugas-tugas manajerial dan ia mencakup tindakan pengukuran dan
perbaikan (koreksi) performa pihak yang diawasi guna memastikan bahwa sasaransasaran, instruksi yang dikeluarkan dilaksanakan secara efisien dan berjalan lancar.
Selanjutnya

Robert

J.

Mocklear

(dalam

Handoko,1994:360-361).

Mendefinisikan pengawasan sebagai usaha sistematik untuk menetapkan standar
pelaksanaan dengan tujuan-tujuan perencanaan, merancang sistem informasi, umpan
balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan
sebelumnya,

menentukan dan mengukur

penyimpangan-penyimpangan

serta

mengambil tindakan koreksi yang diperlukan guna menjamin bahwa semua unsur
sumber daya organisasi digunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam
pencapain tujuan organisasi.
1.5.1.2 Pengawasan Melekat
Pengawasan melekat adalah proses pemantauan, pemeriksaan, dan evaluasi
oleh pimpinan unit/organisasi kerja terhadap pendayagunaan semua sumber daya,
untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan yang dapat digunakan untuk
pengembangan unit/organisasi kerja di masa depan.
Dalam waskat, pelaku pengawasan adalah atasan yang dianggap memiliki
kekuasaan dan setiap pimpinan atau manajer memiliki fungsi yang melekat di dalam
jabatannya untuk melaksanakan pekerjaannya atau pada personil yang melaksanakan

Universitas Sumatera Utara

pekerjaan sesuai dengan tugas pokoknya masing-masing. Dalam konsep waskat, para
pelaku pengawasan lainnya seperti bawahan, orang lain, dan masyarakat kurang
diperhatikan dengan anggapan atasan dapat menjalankan kekuasaannya sehingga
bebas mengawasi bawahannya.
Suatu proses pemantauan, pemeriksaan dan evaluasi yang dilakukan secara
berdaya dan berhasil guna oleh pimpinan unit/organisasi kerja terhadap fungsi semua
komponen untuk mewujudkan kerja di lingkungan masing-masing agar secara terus
menerus berfungsi secara maksimal dalam melaksanakan tugas pokok yang terarah
pada pencapaian tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya. (Nawawi,1994:8)
Menurut Mustopadidjaja, (2000) mengemukakan pengertian Pengawasan
Melekat (Waskat) yaitu pengawasan yang dilakukan oleh setiap pimpinan terhadap
bawahan dan satuan kerja yang dipimpinnya. Pengawasan melekat sebagai salah satu
kegiatan pengawasan, merupakan tugas dan tanggung jawab setiap pimpinan untuk
menyelenggarakan manajemen atau administrasi yang efektif dan efisien di
lingkungan organisasi atau unit kerja masing-masing, baik di bidang pemerintahan
maupun swasta.
Menurut Siagian (2008:115-116) proses pengawasan pada dasarnya
dilaksanakan oleh administrasi dan manajemen dengan mempergunakan dua macam
teknik, yaitu :
1. Pengawasan Langsung, yang dimaksud pengawasan langsung ialah apabila
pimpinan organisasi melakukan sendiri pengawasan terhadap kegiatan yang

Universitas Sumatera Utara

sedang dijalankan oleh para bawahannya. Pengawasan langsung ini dapat
berbentuk inspeksi langsung, on the spot observation, dan on the spot report.
2. Pengawasan Tidak Langsung, yang dimaksud pengawasan tidak langsung
ialah pengawasan dari jarak jauh. Pengawasan ini dilakukan melalui laporan
yang disampaikan oleh para bawahan. Laporan ini dapat berbentuk lisan dan
tertulis.
Menurut Siagian (2003 : 199) pengawasan melekat bisa juga disebut
pengawasan atasan langsung, dilakukan oleh setiap pejabat pimpinan, pimpinan,
disamping sebagai perencanaan yang cekatan, organisasi yang handal dan sebagai
penggerak yang tangguh dimana setiap manajer harus pula menjadi pengawas yang
efektif.
Lebih lanjut pengawasan melekat menurut Sujamto (dalam Harahap, 2004 :
23), yaitu berupa tindakan atau usaha untuk mengawasi dan mengendalikan anak
buah secara langsung yang harus dilakukan sendiri oleh setiap pimpinan organisasi,
dengan kata lain pengawasan melekat disebut juga pengawasan atasan langsung.
Mengendalikan merupakan fungsi penting karena membantu untuk memeriksa
kesalahan dan mengambil tindakan korektif sehingga meminimalkan penyimpangan
dari standar dan mengatakan bahwa tujuan organisasi telah tercapai dengan cara yang
baik.
Agar langkah-langkah manajemen pengawasan menjadi mudah, maka
diperlukan sistem pengawasan. Pengawasan melekat yang biasanya disingkat
(waskat) menurut Victor dan Jusuf (1994:71) adalah pengawasan yang otomatis

Universitas Sumatera Utara

timbul pada saat melakukan tindakan dalam melaksanakan tanggung jawab seorang
pejabat/petugas di dalam suatu sistem pengendalian manajemen. Pengawasan melekat
diharapkan dapat mencegah terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan yang telah
ditentukan dalam kerangka sistem pengendalian manajemen, sehingga daya kerjanya
bersifat pencegahan atau preventif.
Sedangkan Amin dan Mufhan (2006:25) menjelaskan pengawasan melekat
merupakan serangkaian kegiatan bersifat sebagai pengendalian yang terus menerus
dilakukan oleh atasan langsung terhadap bawahannya secara preventif atau represif
agar pelaksanaan tugas bawahan tersebut berjalan dengan efektif dan efisien sesuai
dengan rencana kegiatan dan perundang-undangan yang berlaku.
Pengawasan

melekat

menurut

KEPUTUSAN

MENTERI

PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA Nomor: KEP/46/M.PAN/2004
tenang PETUNJUK PELAKSANAAN PENGAWASAN MELEKAT DALAM
PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN bahwa pengawasan melekat merupakan
padanan istilah pengendalian manajemen atau pengendalian intern, dan selanjutnya
disebut WASKAT adalah segala upaya yang dilakukan dalam suatu organisasi untuk
mengarahkan seluruh kegiatan agar tujuan organisasi dapat dicapai secara efektif,
efisien dan ekonomis, segala sumber daya dimanfaatkan dan dilindungi, data dan
laporan dapat dipercaya dan disajikan secara wajar, serta ditaatinya segala ketentuan
yang berlaku.

Universitas Sumatera Utara

1.5.1.3 Unsur-Unsur Pengawasan Melekat
Setiap atasan langsung dalam melaksanakan pengawasan melekat harus
mengetahui secara tepat sarana yang sekaligus menjadi sasarannya. Dewasa ini masih
tampak gejala bahwa pada umumnya atasan langsung tidak mengetahui sarana dan
sasaran pengawasan melekat yang tepat untuk dilaksanakan, sehingga pengawasan
tersebut masih kurang atau bahkan ada yang tidak dilaksanakan, meskipun tidak
berarti pengawasan itu belum dilaksanakan.
Menurut Nawawi (1994:44) terdapat enam unsur dalam pengawasan melekat.
Diantaranya:
1. Organisasi, yang dimaksudkan disini memiliki beberapa prinsip seperti:
a. Pembidangan kerja yang diwujudkan sebagai unit kerja untuk
menampung sejumlah pekerjaan sejenis.
b. Berdasarkan pembagian menjadi unit kerja itu, selanjutnya tanggung
jawab harus dibagi-bagi.
c. Setiap petugas pelaksanaan harus mengetahui secara jelas wewenang
dalam mengambil keputusan atau tindakan.
d. Setiap tugas dan tanggung jawab harus diuraikan dan didefinisikan
secara jelas, agar tidak terjadi penyelewengan dan penyalahgunaan
wewenang.
e. Penyampaian tanggung jawab kepada atasan harus mencakup cara
pelaksanaannya dan hasil-hasil yang ingin dicapai.

Universitas Sumatera Utara

f. Organisasi harus cukup fleksibel untuk memungkinkan singkronisasi
dan perubahan struktur yang diperlukan.
2. Kebijakan, dalam pelaksanaan tugas-tugas umum pemerintahan dan
pembangunan, meskipun sudah ada ketentuan dan peraturan perundangundangan yang harus dilaksanakan dan dipatuhi atau perencanaan kerja
yang telah disusun. Kebijakan dapat dirumuskan dalam setiap peraturan
yang mengharuskan membimbing atau melakukan pembatasan pada
tindakan.
3. Prosedur kerja, prosedur kerja disusun untuk memberikan petunjuk yang
jelas tentang langkah-langkah yang harus ditempuh dalam menyelesaikan
kegiatan. Prosedur kerja berbentuk tertulis sederhana dan mudah
dimengerti oleh pihak pengguna.
4. Perencanaan,

pelaksanaan

tugas-tugas

umum

pemerintah

dan

pembangunan bukanlah pekerjaan urakan dan asal jadi. Setiap pekerjaan
terutama yang memerlukan dana dari sumber keuangan negara harus
direncanakan secara teliti, cermat, dan terarah pada pencapaian tujuan
yang dikehendaki.
5. Pencatatan dan pelaporan, adapun yang dimaksudkan dengan pencatatan
adalah metode pengendalian finansial yang terpenting terhadap kegiatan
dan

sumber

daya.

Pencatatan

disesuaikan

dengan

penugasan

tanggungjawab mengenai masing-masing kegiatan. Untuk memperoleh
kejelasan, maka pencatatan hasil kerja dan pelaporan perlu berdasarkan

Universitas Sumatera Utara

fakta, melalui prosedur kerja yang telah ditentukan, tepat waktu dan
teratur, meliputi tahapan dan waktu yang telah ditentukan.
6. Pembinaan personil, salah satu fungsi manajemen yang penting adalah
memberikan

tugas

dan

kewajiban

para

pegawai

yang

mampu

melaksanakannya. Setiap pegawai sebagai aparatur pemerintah adalah
pelaksana negara yang mempunyai hak dan kewajiban tertentu. Apabila
kewajiban dijalankan dengan baik dan haknya dipenuhi maka tugas-tugas
penyelenggaraan pemerintah akan berlangsung secara efektif dan efisien.
1.5.1.4 Prinsip - Prinsip Pengawasan Melekat
Pada prinsipnya pengawasan melekat untuk menghindari akibat dan ulah para
pegawai dalam melaksanakan tugas pekerjaan dan untuk mencapai tujuan yang telah
direncanakan. Pengawasan atasan langsung yang dilakukan melalui fungsi
pengawasan melekat, merupakan salah satu fungsi manajemen yang penting
disamping perencanaan dan pelaksanaan.
Prinsip-prinsip pengawasan melekat menurut Victor dan Yusuf (1994:76)
adalah:
Bahwa pada dasarnya pengawasan melekat dilakukan secara berjenjang.
Namun setiap pimpinan pada saat tertentu dapat melakukan pengawasan
melekat pada setiap jenjang yang ada dibawahannya.

Universitas Sumatera Utara

a. Pengawasan melekat harus dilaksanakan oleh setiap pimpinan secara sadar
dan wajar sebagai salah satu fungsi manajemen yang penting dan tak
terpisahkan dari perencanaan pengorganisasian dan pelaksanaan.
b. Pengawasan melekat lebih diarahkan pada usaha pencegahan terhadap
penyimpangan, karena itu perlu sistem yang jelas yang dapat mencegah
terjadinya penyimpangan. Dalam pelaksanaan fungsi manajemen perlu
dilakukan pengawasan melekat untuk menjamin agar tujuan dapat dicapai
secara efisien dan efektif. Berbagai kegiatan pelaksanaan memerlukan pula
pengawasan dalam rangka penyempurnaan perencanaan, pengorganisasian
dan pelaksanaan itu sendiri. Lebih dari itu hasil dari pengawasan juga
digunakan untuk menyempurnakan sistem pengawasan.
c. Pengawasan melekat harus bersifat membina, karena itu penentu adanya suatu
penyimpangan harus didasarkan pada kriteria yang jelas dan penyimpangan
tersebut harus di deteksi secara dini. Tindak lanjut terhadap temuan-temuan
dalam pengawasan melekat harus dilakukan secara tepat dan tertib, didasarkan
pada penilaian yang obyektif melalui analisis yang cermat sesuai dengan
kebijaksanaan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku termasuk
tindak lanjut yang berupa penghargaan bagi bawahan yang berprestasi baik.
d. Pengawasan melekat harus merupakan kegiatan yang dilakukan secara terusmenerus dan berkesinambungan sebagai kegiatan rutin sehari-hari dalam
rangka pelaksanaan tugas-tugas umum pemerintahan dan pembangunan.
e. Pengawasan melekat harus dilaksanakan dengan menggunakan sistem
tertentu.

Universitas Sumatera Utara

f. Pengawasan melekat merupakan pengawasan yang pokok sedangkan
pengawasan-pengawasan

lainnya

menunjang keberhasilan

pengawasan

melekat.
1.5.1.5 Cara pelaksanaan pengawasan melekat
Dalam meningkatkan dan menyempurnakan pelaksanaan pengawasan
melekat, sesuai dengan tugas pokok, fungsi, rencana dan program kerja dari unit
kerja. Secara keseluruhan sistem pelaksanaan pengawasan melekat dimulai dari
kegiatan penyusunan rencana yang meliputi kegiatan pemantauan terhadap
pelaksanaan kegiatan yang telah direncanakan (LAN 1997:175-176). Adapun
pengawasan melekat dapat dilakukan melalui beberapa cara yaitu:
1. Menciptakan sarana atau sistem kerja berdasarkan kewenangan yang
dimiliki sehingga pelaksanaan tugas berjalan sesuai dengan rencana dan
ketentuan yang berlaku.
2. Memantau, mengawasi, dan memeriksa pelaksanaan tugas agar berjalan
sesuai dengan rencana dan ketentuan yang berlaku secara berdaya guna
dan berhasil guna.
3. Mengidentifikasi dan menganalisa gejala-gejala dan penyimpangan serta
kesalahan yang terjadi, menentukan sebab dan akibatnya serta cara
mengatasinya.

Universitas Sumatera Utara

4. Merumuskan tindak lanjut dan mengambil langkah-langkah yang tepat
sesuai dengan kewenangannya dengan memperhatikan kewenangan
pejabat/instansi yang terkait.
5. Menjalin

kerjasama

dengan

aparat

pengawasan

fungsional

dan

pengawasan-pengawasan lainnya dalam rangka meningkatkan mutu
pengawasan melekat.
6. Meminta laporan dan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas
bawahan.
7. Memberikan penilaian terhadap pelaksanaan tugas bawahan.
8. Membina bawahan agar dapat melaksanakan tugas dengan baik.
1.5.1.6 Indikator Keberhasilan Pengawasan Melekat
Salah satu indikator keberhasilan suatu organisasi pemerintah dalam mencapai
tujuannya dapat ditentukan oleh keberhasilan pengawasan melekat. Jika pengawasan
melekat telah berhasil dengan baik, maka pengawasan melekat menjadi perilaku yang
melekat dalam tata kerja pelaksanaan kegiatan dan menjadi kultur aparatur
pemerintah (Victor dan Jusuf 1994:150).
a. Indikator meningkatnya disiplin, prestasi dan pencapaian sasaran
pelaksanaan tugas antara lain dapat tercapai dari tingkat kehadiran
meningkat, berkurangnya tunggakan kerja rencana yang disusun dapat
menggambarkan adanya sasaran yang jelas dan dapat diukur terlihat kaitan
antara rencana dengan program dan anggaran, tugas dapat selesai sesuai
dengan rencana, baik dilihat dari aspek fisik maupun biaya.

Universitas Sumatera Utara

b. Indikator berkurangnya penyalahgunaan wewenang
c. Indikator berkurangnya kebocoran, pemborosan, dan pungutan liar
d. Indikator cepatnya penyelesaian perijinan dan peningkatan pelayanan
terhadap masyarakat
e. Indikator cepatnya pengurusan kepegawaian

1.5.2 Disiplin Kerja
1.5.2.1 Pengertian Disiplin Kerja
Kata disiplin itu sendiri berasal dari bahasa Latin “discipline” yang berarti
“latihan atau pendidikan kesopanan dan kerohanian serta pengembangan tabiat”. Hal
ini menekankan pada bantuan kepada pegawai untuk mengembangkan sikap yang
layak terhadap pekerjaannya. Disiplin merupakan suatu kekuatan yang berkembang
di dalam tubuh pekerja sendiri yang menyebabkan dia dapat menyesuaikan diri
dengan sukarela kepada keputusan-keputusan, peraturan-peraturan, dan nilai-nilai
tinggi dari pekerjaan dan tingkah laku (Asmiarsih 2006:23).
Menurut Abdurrahman Fathoni (2006) kedisiplinan adalah kesadaran dan
kesediaan seseorang menaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial
yang berlaku. Kedisiplinan dapat diartikan bilamana karyawan selalu datang dan
pulang tepat pada waktunya, mengerjakan semua pekerjaannya dengan baik,
mematuhi semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku.
Kedisiplinan harus ditegakkan dalam suatu organisasi perusahaan, karena tanpa

Universitas Sumatera Utara

dukungan disiplin karyawan yang baik maka sulit perusahaan untuk mewujudkan
tujuannya.
Rumusan lain menyatakan bahwa disiplin merupakan tindakan manajemen
mendorong para anggota organisasi memenuhi tuntutan berbagai ketentuan tersebut.
Dengan perkataan lain, pendisiplinan pegawai adalah suatu bentuk pelatihan yang
berusaha memperbaiki dan membentuk pengetahuan, sikap dan perilaku pegawai
sehingga para pegawai tersebut secara sukarela berusaha bekerja secara kooperatif
dengan para pegawai yang lain serta meningkatkan prestasi kerjanya ( Sondang P.
Siagian, 2000 : 305 ).
Sedangkan pendapat Siswanto Sastrohadiwiryo (2003 : 291) disiplin kerja
dapat didefinisikan sebagai suatu sikap menghormati, menghargai, patuh, dan taat
terhadap peraturan-peraturan yang berlaku baik yang tertulis maupun tidak tertulis
serta sanggup menjalankannya dan tidak mengelak untuk menerima sanksi-sanksinya
apabila ia melanggar tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya.
Veithzal Rivai (2004:444) mengemukakan bahwa disiplin kerja adalah suatu
alat yang digunakan para manajer untuk berkomunikasi dengan karyawan agar
mereka bersedia untuk mengubah suatu perilaku serta sebagai suatu upaya untuk
meningkatkan kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan
perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa disiplin
kerja pegawai merupakan sikap menghormati, menghargai, patuh dan taat terhadap
peraturan dan norma yang berlaku yang telah ditetapkan oleh instansi atau

Universitas Sumatera Utara

organisasinya baik yang tertulis maupun tidak tertulis sehingga diharapkan pekerjaan
yang dilakukan efektif dan efesien.

1.5.2.2 Tujuan Disiplin Kerja
Secara umum dapat disebutkan bahwa tujuan utama disiplin kerja adalah demi
kelangsungan organisasi atau perusahaan sesuai dengan motif organisasi atau
perusahaan yang bersangkutan baik hari ini maupun hari esok. Menurut Siswanto
Sastrohadiwiryo (2003 : 292) secara khusus tujuan disiplin kerja para pegawai, antara
lain :
a.Agar

para

pegawai

menepati

segala

peraturan

dan

kebijakan

ketenagakerjaan maupun peraturan dan kebijakan organisasi yang berlaku,
baik tertulis maupun tidak tertulis, serta melaksanakan perintah manajemen
dengan baik.
b.Pegawai dapat melaksanakan pekerjaan dengan sebaik-baiknya serta mampu
memberikan pelayanan yang maksimum kepada pihak tertentu yang
berkepentingan dengan organisasi sesuai dengan bidang pekerjaan yang
diberikan kepadanya.
c.Pegawai dapat menggunakan dan memelihara sarana dan prasarana, barang
dan jasa organisasi dengan sebaik-baiknya.
d.Para pegawai dapat bertindak dan berpartisipasi sesuai dengan norma-norma
yang berlaku pada organisasi.

Universitas Sumatera Utara

e. Pegawai mampu menghasilkan produktivitas yang tinggi sesuai dengan
harapan organisasi, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
1.5.2.3 Jenis – Jenis Disiplin Kerja
Newstrom dalam Asmiarsih (2006) menyatakan bahwa disiplin mempunyai 3
(tiga) macam bentuk, yaitu :
1) Disiplin Preventif
Disiplin preventif adalah tindakan SDM agar terdorong untuk menaati
standar atau peraturan. Tujuan pokoknya adalah mendorong SDM agar
memiliki disiplin pribadi yang tinggi, agar peran kepemimpinan tidak
terlalu berat dengan pengawasan atau pemaksaan, yang dapat mematikan
prakarsa dan kreativitas serta partisipasi SDM.
2) Disiplin Korektif
Disiplin korektif adalah tindakan dilakukan setelah terjadi pelanggaran
standar atau peraturan, tindakan tersebut dimaksud untuk mencegah
timbulnya pelanggaran lebih lanjut. Tindakan itu biasanya berupa
hukuman tertentu yang biasa disebut sebagai tindakan disipliner, antara
lain berupa peringatan, skors, pemecatan.
3) Disiplin Progresif
Disiplin progresif adalah tindakan disiplin berulang kali berupa hukuman
yang makin berat, dengan maksud agar pihak pelanggar bisa memperbaiki
diri sebelum hukuman berat dijatuhkan.

Universitas Sumatera Utara

1.5.2.4 Indikator Disiplin Kerja
Veithzal

Rivai (2005: 444) menjelaskan bahwa, disiplin kerja memiliki

beberapa komponen seperti :
1. Kehadiran
Hal ini menjadi indikator yang mendasar untuk mengukur kedisiplinan, dan
biasanya karyawan yang memiliki disiplin kerja rendah terbiasa untuk
terlambat dalam bekerja.
2. Ketaatan pada peraturan kerja.
Karyawan yang taat pada peraturan kerja tidak akan melalaikan prosedur kerja
dan akan selalu mengikuti pedoman kerja yang ditetapkan oleh perusahaan.
3. Ketaatan pada standar kerja.
Hal ini dapat dilihat melalui besarnya tanggung jawab karyawan terhadap
tugas yang diamanahkan kepadanya.
4. Tingkat kewaspadaan tinggi. Karyawan memiliki kewaspadaan tinggi akan
selalu berhati-hati, penuh perhitungan dan ketelitian dalam bekerja, serta
selalu menggunakan sesuatu secara efektif dan efisien.
5. Bekerja etis.
Beberapa karyawan mungkin melakukan tindakan yang tidak sopan ke
pelanggan atau terlibat dalam tindakan yang tidak pantas. Hal ini merupakan

Universitas Sumatera Utara

salah satu bentuk tindakan indisipliner, sehingga bekerja etis sebagai salah
satu wujud dari disiplin kerja karyawan.
Menurut H. Malayu Hasibuan (2007:194) pada dasarnya banyak indikator
yang mempengaruhi tingkat kedisiplinan seorang pegawai, di antaranya :
1. Tujuan dan kemampuan
Tujuan dan kemampuan ikut mempengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan.
Tujuan yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan secara ideal serta cukup
menantang bagi kemampuan karyawan. Hal ini berarti bahwa tujuan
(pekerjaan) yang dibebankan kepada karyawan harus sesuai dengan
kemampuan karyawan bersangkutan, agar dia bekerja dengan sungguhsungguh dan disiplin dalam mengerjakannya.
2. Teladan pimpinan
Teladan pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan karyawan,
karena pimpinan dijadikan teladan dan panutan oleh para bawahannya.
Pimpinan harus memberi contoh yang baik, berdisiplin baik, jujur, adil, serta
sesuai kata dengan perbuatan. Dengan teladan pimpinan yang baik,
kedisiplinan bawahan pun akan baik. Jika teladan pimpinan kurang baik
(kurang berdisiplin), para bawahan pun akan kurang disiplin.

Universitas Sumatera Utara

3. Balas jasa
Balas jasa (gaji dan kesejahteraan) ikut mempengaruhi kedisiplinan karyawan
karena balas jasa akan memberikan kepuasan dan kecintaan karyawan
terhadap perusahaan pekerjaannya. Jika kecintaan karyawan semakin baik
terhadap pekerjaan, kedisiplinan mereka akan semakin baik pula. Balas jasa
berperan penting untuk menciptakan kedisiplinan karyawan. Artinya semakin
besar balas jasa, semakin baik kedisiplinan karyawan. Sebaliknya, apabila
balas jasa kecil, kedisiplinan karyawan menjadi rendah. Karyawan sulit untuk
berdisiplin baik selama kebutuhan-kebutuhan primernya tidak terpenuhi
dengan baik.
4. Keadilan
Keadilan ikut mendorong terwujudnya kedisiplinan karyawan, karena ego dan
sifat manusia yang selalu merasa dirinya penting, dan minta diperlakukan
sama dengan manusia lainnya. Keadilan yang dijadikan dasar kebijaksanaan
dalam pemberian balas jasa (pengakuan) atau hukuman, akan merangsang
terciptanya kedisiplinan karyawan yang baik. Manajer yang cakap dalam
memimpin selalu berusaha bersikap adil terhadap semua bawahannya. Dengan
keadilan yang baik, akan menciptakan kedisiplinan yang baik pula. Jadi,
keadilan harus diterapkan dengan baik pada setiap perusahaan agar
kedisiplinan karyawan perusahaan baik pula.

Universitas Sumatera Utara

5. Waskat
Waskat (pengawasan melekat) adalah tindakan nyata dan paling efektif dalam
mewujudkan kedisiplinan karyawan perusahaan. Dengan waskat berarti atasan
harus aktif dan langsung mengawasi perilaku, moral, sikap, gairah kerja, dan
prestasi kerja bawahannya. Hal ini berarti atasan harus selau hadir di tempat
kerja agar dapat mengawasi dan memberikan petunjuk jika ada bawahannya
yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan pekerjaannya. Waskat efektif
merangsang kedisiplinan dan moral kerja karyawan. Karyawan merasa
mendapat perhatian, bimbingan, petunjuk, pengarahan dan pengawasan dari
atasannya.
6. Sanksi hukuman
Sanksi hukuman berperan penting dalam memelihara kedisiplinan karyawan.
Dengan sanksi hukuman yang semakin berat, karyawan akan semakin takut
melanggar peraturan perusahaan, sikap, dan perilaku indisipliner karyawan
akan berkurang.
7. Ketegasan
Ketegasan pimpinan dalam melakukan tindakan akan mempengaruhi
kedisiplinan karyawan perusahaan. Pimpinan harus berani dan tegas bertindak
untuk menghukum setiap karyawan yang indisipliner sesuai dengan sanksi
hukuman yang telah ditetapkan. Pimpinan yang berani menindak tegas
menerapkan hukuman bagi karyawan yang indisipliner akan disegani dan

Universitas Sumatera Utara

diakui kepemimpinannya oleh bawahannya. Dengan demkian, pimpinan akan
memelihara kedisiplinan karyawan perusahaan.
8. Hubungan kemanusiaan
Hubungan kemanusiaan yang harmonis diantara sesama karyawan ikut
menciptakan kedisiplinan yang baik pada suatu perusahaan. Hubunganhubungan baik bersifat vertikal maupun horizontal yang terdiri dari Direct
Single Relationship, Direct Group Relationship, dan Cross Relationship
hendaknya berjalan harmonis. Manajer harus berusaha menciptakan suasana
kemanusiaan yang serasi serta memikat, baik secara vertikal maupun
horizontal diantara semua karyawannya. Terciptanya Human Relationship
yang serasi akan mewujudkan lingkungan dan suasana kerja yang nyaman.
Hal ini akan memotivasi kedisiplinan yang baik pada perusahaan. Jadi,
kedisiplinan karyawan akan tercipta apabila hubungan kemanusiaan dalam
organisasi tersebut baik.
1.6 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara dari penelitian yang akan
dilaksanakan, yang sama kebenarannya perlu untuk di uji serta dibuktikan melalui
penelitian. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan
pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang
diperoleh melalui pengumpulan data. Dengan kata lain hipotesis dapat juga dikatakan

Universitas Sumatera Utara

sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban
empiris (Sugiyono, 2005:70).
Berdasarkan pada perumusan masalah dan kerangka teori yang telah
dipaparkan diatas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1) Hipotesis kerja (H1)
Hipotesis kerja adalah hipotesis yang menyatakan adanya hubungan antara
variabel X dan Y, atau adanya perbedaan antara dua kelompok. Hipotesis
kerja dari penelitian ini adalah “Semakin tinggi pengawasan melekat
maka semakin tinggi disiplin kerja pegawai.
2) Hipotesis nol (H0)
Hipotesis nol (H0) adalah hipotesis yang menyatakan tidak adanya
perbedaan antara dua variabel, atau tidak adanya pengaruh variabel X
terhadap variabel Y. Hipotesis nol dari penelitian ini adalah “Semakin
rendah pengawasan melekat maka semakin rendah disiplin kerja
pegawai.”
1.7 Definisi Konsep
Definisi Konsep dari penelitian ini adalah :
1.

Pengawasan Melekat adalah pengawasan yang dilakukan oleh atasan
langsung

terhadap

bawahan

untuk

memantau,

memeriksa,

mengevaluasi dan mengendalikan pekerjaan - pekerjaan yang

Universitas Sumatera Utara

dilakukan

bawahan.

(Mustopadidjaja,2000,

Nawawi,1994:8,

Harahap,2004:23).
2.

Disiplin Kerja adalah suatu sikap menghormati, menghargai, patuh
dan taat terhadap peraturan dan norma yang berlaku yang telah
ditetapkan oleh instansi atau organisasinya baik yang tertulis maupun
tidak tertulis sehingga diharapkan pekerjaan yang dilakukan efektif
dan efesien. (Abdurrahman Fathoni, 2006, Siswanto Sastrohadiwiryo,
2003:291, Veithzal Rivai, 2004:444)

1.8 Definisi Operasional
Menurut Singarimbun (1999) defenisi operasional adalah unsur penelitian yang
memberitahukan

bagaimana

caranya

mengukur

suatu

variabel. Defenisi

operasional merupakan uraian dari konsep yang sudah dirumuskan dalam bentuk
indikator-indikator agar lebih memudahkan operasional dari suatu penelitian adalah:
1) Variabel bebas (X)
Variabel Bebas adalah variabel yang akan mempengaruhi variabel terikat.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Pengawasan Melekat (X).
Pengawasan Melekat adalah pengawasan yang dilakukan oleh atasan
langsung terhadap bawahan untuk memantau, memeriksa, mengevaluasi dan
mengendalikan pekerjaan - pekerjaan yang dilakukan bawahan.

Universitas Sumatera Utara

Adapun indikator dalam Pengawasan Melekat adalah:
a. Pemantauan
b. Pemeriksaan
c. Evaluasi
d. Pengendalian
2) Variabel Terikat (Y)
Variabel Terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh Variabel bebas.
Dalam penelitian ini variabel Terikat (Y) adalah Disiplin Kerja. Disiplin
Kerja adalah sikap menghormati, menghargai, patuh dan taat terhadap
peraturan dan norma yang berlaku yang telah ditetapkan oleh instansi atau
organisasinya baik yang tertulis maupun tidak tertulis sehingga diharapkan
pekerjaan yang dilakukan efektif dan efesien.
Adapun indikator Disiplin Kerja yaitu:
a. Kehadiran
b. Ketaatan pada peraturan kerja
c. Ketaatan pada standar kerja
d. Tingkat kewaspadaan tinggi
e. Bekerja etis

Universitas Sumatera Utara

1.9 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang disusun dalam rangka memaparkan keseluruhan hasil
penelitian ini secara singkat dapat diketahui sebagai berikut :
BAB I

PENDAHULUAN
Bab ini memuat latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori.

BAB II

METODE PENELITIAN
Bab ini memuat bentuk penelitian, lokasi penelitian, populasi dan
sampel, teknik pengumpulan data, teknik penentuan skor, teknik
analisa data dan sistematika penulisan.

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini berisi gambaran umum tentang objek atau penelitian yang
relefan dengan topik penelitian.
BAB IV PENYAJIAN DATA
Bab ini memuat penyajian data yang dilakukan dengan menguraikan
hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan dan menganalisanya
berdasarkan metode yang digunakan.
BAB V

ANALISA DATA
Bab ini berisi tentang pembahasan atau interpretasi dari data-data yang
disajikan pada bab-bab sebelumnya.

Universitas Sumatera Utara

BAB VI PENUTUP
Bab ini memuat kesimpulan dari hasil-hasil penelitian yang telah
dilakukan dan saran-saran yang dianggap penting bagi pihak yang
membutuhkannya.

Universitas Sumatera Utara