Hubungan Komunikasi Kantor Dengan Peningkatan Kinerja Karyawan Pada Kantor PT. Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Belmera Tanjung Mulia Medan

(1)

Kuesioner Penelitian

“Hubungan Komunikasi Kantor Dengan Peningkatan Kinerja

Pegawai

Pada Kantor

PT. Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang

Belmera Tanjung Mulia Medan

Dengan hormat,

Dalam rangka untuk menyelesaikan tugas akhir/skripsi yang berjudul “Pengaruh Komunikasi Kantor terhadap Peningkatan Kinerja Pegawai pada Kantor PT. Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Belmera Tanjung Mulia Medan”. Saya mahasiswa dari Universitas Sumatera Utara ingin meminta bantuan kepada Bapak/Ibu untuk membantu saya dalam mengisi kuesioner ini. Kuesioner ini bertujuan untuk kepentingan illmiah, oleh karena itu jawaban yang Bapak/Ibu berikan besar manfaatnya bagi pengembangan ilmu. Kuesioner ini tidak ada hubungannya dengan status dan kedudukan Bapak/Ibu dalam instansi, maka jawaban yang benar adalah jawaban yang benar-benar menggambarkan keadaan Bapak/Ibu.

Saya mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dan kerjasama yang telah Bapak/Ibu berikan. Besar harapan saya untuk menerima kembali angket ini dalam waktu singkat.

Hormat Saya


(2)

IDENTITAS RESPONDEN

 Nama :

 Usia :

 Pendidikan Terakhir :

 Lama Bekerja :

PETUNJUK PENGISIAN :

Di bawah ini terdapat sejumlah pernyataan. Baca dan pahamilah setiap pernyataan dengan seksama, kemudian berikan respon saudara dengan cara memberikan tanda silang (X) atau contreng (√) pada kolom yang telah tersedia dengan satu pihan jawaban.

Keterangan :

SS = Sangat Setuju S = Setuju

KS = Kurang Setuju TS = Tidak Setuju


(3)

Komunikasi Kantor ( Variabel X )

No Keterangan SS S KS TS STS

1 Intensitas interaksi melalui percakapan seputar pekerjaan berjalan dengan baik

2 Komunikasi melalui pesan singkat ataupun instant messenger dilakukan oleh para pegawai dalam menyelesaikan pekerjaan

3 Respon atasan terhadap pekerjaan yang dilakukan para pegawai mampu dimengerti oleh para pegawai

4 Bahasa tubuh yang atasan berikan kepada para pegawai mampu dimengerti dengan baik

5 Para pegawai mampu mengkomunikasikan ide dan gagasan mereka kepada atasan 6 Keluhan yang pegawai

sampaikan diterima dengan baik oleh atasan

7 Atasan memberikan contoh langsung kepada para pegawai dalam penyelesaian tugas 8 Atasan memberikan motivasi

langsung kepada para pegawai agar mampu meningkatkan kinerja

9 Para pegawai memahami tugas dari masing – masing pegawai yang berada dalam satu divisi atau bagian

10 Hubungan yang terjalin pada tiap - tiap kelompok kerja berjalan dengan baik

11 Interaksi yang muncul antar lini atau antar kelompok kerja berjalan dengan baik

12 Penyelesaian tugas yang melibatkan beberapa bagian


(4)

atau divisi sesuai dengan yang diharapkan

Peningkatan Kinerja Pegawai (Y)

No Keterangan SS S KS TS STS

1 Kemampuan yang dimiliki mampu menunjang kinerja pegawai

2 Para pegawai mampu menyelesaikan tugas dengan tepat waktu

3 Setiap pegawai harus memiliki keahlian masing – masing 4 Hadir tepat waktu adalah

kewajiban seluruh pegawai 5 Pemanfaatan waktu kerja

berjalan dengan baik

6 Mempercepat penyelesaian pekerjaan merupakan tanggung jawab para pegawai

7 Pekerjaan yang diselesaikan sesuai dengan tugas masing – masing para pegawai

8 Penyelesaian pekerjaan dilakukan dengan maksimal


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Anoraga, Pandji dan Ninik Widiyanti, 1993. Psikologi Dalam Perusahaan, PT. Rineka Cipta, Jakarta.

Arikunto, Suharsimi (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendektan Praktik. Edisi Revisi VI. Jakarta: Rineka Cipta

Bangun, Wilson, 2012, Manajemen Sumber Daya Manusia, Erlangga, Bandung. Bovee. C.L. 2003. Bussiness communication today. Edisi keenam.

Cangara, Hafied. 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi, Raja Grafindo, Yogyakarta. Effendy, Onong Uchjana. 2005. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, PT. Remaja

Rosda Karya, Bandung.

Gibson, et al. 1997. Organisasi dan Manajemen Perilaku, Struktur dan Proses. Erlangga, Jakarta.

Gie,The Liang.1992.Administrasi Perkantoran Modern, Edisi Keempat, Penerbit Liberti bersama dengan Yayasan Studi Ilmu dan Teknologi Yogyakarta

Kopelman, R. E. 1988. Managing Productivity In Organisation a Practice People. Locker. K.O. 2000. Bussines and administrative communication. Edisi kelima.

Hadi. Sutrisno. 2001. Metodologi Research untuk Penulisan Paper, Skripsi, Thesis dan Disertasi, Yogyakarta

Hani, Handoko T. 2008. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. BPFE : Yogyakarta

Mahsun, Mohamad, 2006. Pengukuran Kinerja Sektor Publik, Penerbit BPFE,Yogyakarta

Mangkunegara, Anwar Prabu. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Mangkunegara, Anwar Prabu. 2005. Sumber Daya Manusia perusahaan. Remaja Rosdakarya: Bandung

Martha, 2009. Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia.

Mink. (1993). Seri Manajemen Sumber Daya Manusia (Kinerja/Performance). Jakarta


(6)

Moekijat. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia: Manajemen Kepegawaian. Mandar Maju. Jakarta.

Nitisemito, Alex S. 2000. Ekonomi Perusahaan. Ghalia Indonesia. Jakarta. Pattanayak, B., 2002, Human resources management.

Purwanto,J. 2003. Komunikasi Bisnis. Edisi 3, Erlangga, Jakarta. Purwanto,J. 2006. Komunikasi Bisnis. Edisi 4, Erlangga, Jakarta. Quible. Z.K. 2001. Administrative officer management. Edisi ketujuh.

Robbins, Stephen P, 2006, “Perilaku Organisasi, Edisi kesepuluh, PT Indeks. Jakarta. Sedarmayanti. 2001. Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Mandar

Maju, Bandung.

Simamora, Henry. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi 2, STIE YKPN.

Simanjuntak, Ahmad, 2005. Administrasi Perkantoran Moderen, Penerbit Liberti, Yogyakarta.

Singarimbun, M. dan Effendi, S., (2006), Metode Penelitian Survai, Cetakan Kedelapanbelas, Penerbit Pustaka LP3ES, Jakarta.

Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Administrasi, Bandung : Alfabeta ________. 2005. Metode Penelitian Administrasi, Alfabete : Jakarta. ________. 2008. Metode Penelitian Administrasi. Bandung. Alfabeta.

Sukoco, M. Badri.2007. Manajemen Administrasi Perkatoran Modern. Erlangga. Jakarta.

Sumartono. 2002. Terperangkap Dalam Iklan Meneropong Imbas Pesan Iklan Televisi. CV. Alfabeta. Bandung.

Widjaja, A.W.2000, Administrasi Kepegawaian: Suatu Pengantar. Jakarta.

Widjaja, H, A, W. 2006. Ilmu Komunikasi Pengantar Studi. Raja Grafindo Jakarta.

Wilson, Bangun. 2012, Manajemen Sumber Daya Manusia, Erlangga, Bandung. Wursanto, Ig. Drs. 1987. Etika Komunikasi Kantor, Yogyakarta : Khanesius.


(7)

BAB III

METODE PENELITIAN

III.1 Bentuk Penelitian

Metode penelitian merupakan salah satu elemen penting dalam suatu penelitian sebab metode penelitian menyangkut cara yang benar dalam pengumpulan data, analisis data dan pengambilan keputusan hasil penelitian.

Bentuk penelitian ini adalah penelitian korelasional dengan analisa Kuantitatif dengan maksud mencari pengaruh variable independent (X) dengan variable dependen (Y). dengan metode ini diharapkan dapat menjelaskan fenomena yang ada berdasarkan data dan informasi yang diperoleh.

III.2 Lokasi Penelitian

Adapun lokasi penelitian ini dilakukan pada Kantor PT. Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Belmera Tanjung Mulia, Medan.

III. 3 Populasi dan Sampel III.3.1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subyek dan obyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2005 : 90). .Berdasarkan penjelasan diatas, maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh


(8)

pegawai di Kantor PT. Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Belmera Tanjung Mulia, Medan yang berjumlah 56 orang.

III.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2003:91). Pengambilan sebagian itu dimaksudkan sebagian refresentatif dari seluruh populasi, sehingga kesimpulan juga berlaku bagi keseluruhan populasi.

Dalam menentukan sampel penelitian ini, peneliti menggunakan teknik yaitu dengan menggunakan teknik purposive sampling . Menurut Sugiyono (2008:53-54), yang dimaksud dengan purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu.

Menurut Arikunto, bila populasi kurang dari 100 orang maka diambil keseluruhannya sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika populasi lebih dari 100 orang maka dapar diambil 10-15 persen atau 20 - 25 persen sampel atau lebih. Maka yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah 56 orang pegawai di Kantor PT. Jasa Marga (Persero) Cabang Belmera.

III.4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini untuk memperoleh data dan informasi, keterangan-keterangan yang diperlukan penulis menggunakan metode sebagai berikut :


(9)

Yaitu pengumpulan data yang dilakukan secara langsung ke lokasi penelitian untuk mendapatkan data yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yang diteliti. Data primer tersebut dilakukan dengan cara berikut :

a) Metode Angket (kuisioner)

Yaitu teknik pengumpulan data melalui pemberian daftar pertanyaan secara tertutup kepada responden yang dilengkapi dengan berbagai alternative jawaban. Respondennya adalah pegawai Kantor PT. Jasa Marga Cabang Belmera.

b) Metode Observasi

Pelaksanaan pengamatan secara langsung terhadap fenomena-fenomena yang berkaitan dengan fokus penelitian.

b. Pengumpulan Data Sekunder

Yaitu pengumpulan data yang dilakukan melalui : a) Penelitian Kepustakaan

Yaitu pengumpulan data yang diperoleh dengan menggunakan berbagai literature seperti buku, majalah dan berbagai bahan yang berhubungan dengan objek penelitian.

b) Studi Dokumentasi

Yaitu pengumpulan data yang diperoleh melalui pengkajian dan penelaahan terhadap catatan tertulis maupun dokumen-dokumen yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.


(10)

III.5. Teknik Penentuan Skor

Untuk membantu dalam menganalisa data yang diperoleh dalam penelitian, maka penelitian ini menggunakan teknik penentuan skor. Teknik penentuan skor yang digunakan adalah dengan skala ordinal untuk menilai jawaban kuisioner responden. Adapun skor yang ditentukan untuk setiap pertanyaan adalah :

a. Untuk alternative jawaban A diberi skor 5 b. Untuk alternative jawaban B diberi skor 4 c. Untuk alternative jawaban C diberi skor 3 d. Untuk alternative jawaban D diberi skor 2 e. Untuk alternative jawaban E diberi skor 1

Untuk mengetahui atau menentukan kategori jawaban responden dari masing-masing variable apakah tergolong tinggi, sedang atau rendah maka terlebih dahulu ditentukan skala interval dengan cara sebagai berikut :

Maka diperoleh

Sehingga dengan demikian dapat diketahui kategori jawaban responden masing-masing variable yaitu :

a. Skor untuk kategori sangat tinggi = 4,21 – 5,00 b. Skor untuk kategori tinggi = 3,41 – 4,20 c. Skor untuk kategori sedang = 2,61 – 3,40


(11)

d. Skor untuk kategori rendah = 1,81 – 2,60 e. Skor untuk kategori sangat rendah = 1,00 – 1,80

Untuk menentukan jawaban responden tersebut tergolong sangat tinggi, sedang, rendah, sangat rendah maka dari jumlah skor dari variable akan ditentukan rata-ratanya dngan membagi jumlah pertanyaan. Dari hasil pembagian tersebut, maka akan dapat diketahui jawaban responden termasuk kedalam kategori yang mana.

III.6 Teknik Analisis Data

Teknik analisa data dalam penelitian ini menggunakan teknik kuantitatif yang digunakan untuk menguji pengaruh variabel bebas dan variabel terikat. Adapun metode statistik yang digunakan adalah :

1. Koefisien Korelasi Product Moment

Cara ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya dan besar kecilnya hubungan antar variabel bebas dan variabel terikat (Sugiyono, 2005:193). Cara perhitungan menggunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

r = koefisien korelasi x = variabel bebas y = variabel terikat n = jumlah sampel


(12)

Dari hasil perhitungan tersebut akan memperlihatkan kemungkinan-kemungkinan sebagai berikut :

a. Koefisien korelasi yang diperoleh sama dengan nol (r = 0) berarti hubungan kedua variabel yang diuji tidak ada.

b. Koefisien korelasi yang diperoleh positif (r = +) berarti kenaikan nilai variabel yang satu, diikuti nilai variabel yang lain dan kedua variabel memiliki hubungan positif.

c. Koefisien korelasi yang diperoleh negatif (r = -) berarti kedua variabel negatif dan menunjukkan meningkatnya variabel yang satu diikuti menurunnya variabel yang lain.

Untuk mengetahui adanya hubungan yang tinggi, sedang atau rendah antar kedua variabel berdasarkan nilai r (koefisien korelasi) digunakan penafsiran atau interprestasi angka yang dikemukanan ileh (sugiyono 2005:214).

Tabel I Pedoman untuk memberikan interprestasi Koefisien Korelasi Interprestasi Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000

Sangat Rendah Rendah

Sedang Tinggi

Sangat Tinggi

Dengan nilai r yang diperoleh maka dapat diketahui apakah nilai r yang diperoleh berarti atau tidak dan bagaimana tingkat hubungannya melalui tabel korelasi. Tabel korelasi menentukasn batas-batas r yang signifikan. Bila r tersebut signifikan, artinya hipotesis kerja dan alternatif dapat diterima.


(13)

2. Koefisien Determinant

Teknik ini digunakan untuk mengetahui berapa persen besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Perhitungan dilakukan dengan mengkuadratkan nikai koefisien korelasi product moment (R) dan dikalikan 100%.

Keterangan :

KP = Koefisien Korelasi

Rxy = Koefisien Korelasi Product Moment antara x dan y 3. Uji Hipotesis (Uji T)

Untuk melihat hubungan variabel x dan y digunakan uji statistik dengan rumus:

(Sutrisno Hadi, 2001:365) Kriteria pengujian adalah :

- Jika harga maka hipotesis alternative ditolak - Jika harga maka hipotesis alternative ditolak


(14)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

IV.1. Gambaran Umum

IV.1.1. Sejarah PT. Jasa Marga

PT.Jasa Marga (Persero) adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang didirikan di Jakarta berdasarkan akte notaris Kartini Mulyadi, SH Nomor 1 tanggal 1 Maret 1978. PT Jasa Marga (Persero) mendirikan cabang-cabang di daerah di mana jalan tol dibangun. Dalam perkembangan usahanya, PT Jasa Marga (Persero) mendapat kepercayaan pemerintah untuk mengelola dan memelihara jalan dan jembatan tol antara lain jalan tol Belmera (Belawan-Medan- Tanjung Morawa).

Jasa Marga cabang Belmera merupakan salah satu cabang PT Jasa Marga yang mengoperasikan jalan tol Belawan-Medan-Tanjung Morawa (Belmerah) di Sumatera Utara. Jalan Tol Belmera mulai beroperasi sejak 13 Desember tahun 1986 berdasarkan SK Direksi No. 093/KPTS/JM/XII/86 Tentang Pembentukan Jasa Marga Belmera, sedangkan dasar penetapan operasional jalan tersebut sebagai jalan tol Belmerah adalah Surat Keputusan Presiden Nomor 61 tahun 1986 dan ditetapkan berkedudukan di Tanjung Mulia, Kelurahan Tanjung Mulia, Kecamatan Medan Deli Kotamadya Medan, Provinsi Sumatera Utara. Kantor Jasa Marga (Persero) Cabang Belmerah Medan hingga saat ini berkedudukan di jalan Simpang


(15)

Tanjung NO. 1 A Medan. Jalan tol ini menghubungkan Pelabuhan Belawan, Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang. Jalan ini membentang sepanjang 42,7 km, terdiri dari jalur utama 34 km dengan 4 jalur, akses dan ramp 8,7 km.

Dengan ditetapkannya ruas jalan tol sebagai dengan Undang-Undang Republik Indonesia NO. 23 tahun 1980 tentang hak penyelenggaraan jalan tol tersebut meliputi pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaannya oleh pemerintah, wewenangnya diserahkan kepada Badan Usaha Milik Negara dalam hal ini adalah PT Jasa Marga (Persero) Cabang Belmera Medan dengan mendapat pembinaan dari Direktorat Jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum. Pada awalnya PT Jasa Marga (Persero) Cabang Belmera Medan hanya mempunyai lima gerbang tol, yaitu Belawan, Tanjung Mulia, Bandar Selamat, Amplas dan Tanjung Morawa. Namun dengan perkembangan Kodya Medan yang begitu pesat, pada tanggal 9 Juli 1992, telah dibangun atau ditetapkan dua lagi, yaitu gerbang tol Mabar dan H.Anif. Untuk melayani/melancarkan lalu lintas distribusi barang dan jasa dari Kawasan Industri Medan (KIM). Dan mungkin berkembang terus sejalan dengan perkembangan di Indonesia.

Adapun bidang usaha PT Jasa Marga (Persero) Cabang Belawan adalah sebagai perusahaan yang mengkhususskan dari pada bidang usaha jasa yang memiliki usaha pokok yakni mengelola jasa dan jembatan secara maksimal demi kelancaran dan teraturnya jalan, yaitu kesemuanya ini diatur dalam program kerja perusahaan. Adapun tujuan dan sasaran perusahaan, menurut pasal 14 Undang-Undang No. 13 tahun 1980 tentang jalan, sangat diharapkan peran serta PT. Jasa Marga (Persero)


(16)

dalam mengembangkan jaringan jalan nasional terutama guna mencapai sasaran berikut :

a) Pemerataan pengembangan wilayah agar perkembangan antara daerah menjadi seimbang.

b) Pemerataan hasil pembangunan.

c) Pemantapan pertahanan dan keamanan nasional.

Dalam usaha mencapai sasaran tersebut PT Jasa Marga (Persero) melaksanakan fungsi :

a) Pengoperasian tol dan usaha lain yang dipandang sesuai dengan tujuan perusahaan.

b) Pemeliharaan jalan tol dan jembatan tol beserta fasilitasnya.

IV.1.2. Visi dan Misi PT. Jasa Marga IV.1.2.1. Visi

Menjadi perusahaan modern dalam bidang pengembangan dan pengoperasian jalan tol, menjadi pemimpin (Leader) dalam industri jalan tol dengan mengoperasikan mayoritas jalan tol di Indonesia, serta memiliki daya saing yang tinggi di tingkat nasional dan regional.

IV.1.2.2. Misi

Menambah panjang jalan tol secara berkelanjutan, sehingga perusahaan menguasai paling sedikit 50% panjang jalan tol di Indonesia dan usaha terkait lainnya, dengan memaksimalkan pemanfaatan potensi keuangan perusahaan serta meningkatkan mutu dan efesiensi jasa pelayanan jalan tol melalui penggunaan


(17)

teknologi yang optimal dan penerapan kaida-kaidah manajemen perusahaan modern dengan tata kelola yang baik.

IV.1.3. Struktur Organisasi PT. Jasa Marga Cabang Belmera

Struktur organisasi dari PT Jasa Marga (Persero) Cabang Belmerah Medan ini berbentuk garis lurus, Kepala Cabang bertindak sebagai penanggung jawab tertinggi atas pelaksanaan kegiatan operasional perusahaan. Struktur organisasi yang berlaku sekarang berdasarkan surat keputusan Direksi PT Jasa Marga (Persero) No. 133/KTS/JM/2010 tanggal 12 November 2010 yang mana struktur organisasinya, sebagai berikut :

PT. Jasa Marga (Persero) terdiri dari fungsionaris – fungsionaris dalam susunan jabatan sebagai berikut :

a. Kepala Cabang

b. Bagian Sumber Daya Manusia dan Umum, membawahi : 1. Sub Bagian Sumber Daya Manusia dan Sekretariat 2. Sub Bagian Logistik

3. Sub Bagian Pengembangan dan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan

c. Bagian Keuangan, membawahi :

1. Sub Bagian Anggaran yang membawahi Bendahara dan Juru Tata Usaha/ Pelaksana.

2. Sub Bagian Akuntansi dan Perpajakan membawahi Juru Tata Usaha/ Pelaksana.


(18)

d. Bagian Operasi, membawahi :

1. Kepala Gerbang Tol, membawahi Shift Pengumpul Tol 2. Sub Bagian Evaluasi Pengumpulan Tol

3. Sub Bagian Keamanan dan Ketertiban dan Pelayanan Lalu Lintas membawahi Shift Patroli

4. Sub bagian pemeliharaan fasilitas operasi

IV.1.4. Tugas Pokok dan Tanggung Jawab 1. Kepala Cabang

a. Fungsi

Fungsi pokok Kepala Cabang adalah menyelenggarakan kegiatan operasional cabang yang meliputi pengelolaan sumbr daya manusia beserta sarana pendukungnya, operasional pengumpul tol, perencanaan, pembangunan, pelayanan dan pemeliharaan jalan tol.

b. Tanggung Jawab

Tanggung jawab Kepala Cabang adalah : terciptanya kondisi jalan tol yang aman, tertib dan lancar dan tersedianya sarana pendukung kegiatan operasional cabang.

2. Bagian Sumber Daya Manusia dan Umum

a. Fungsi

Fungsi pokok Kepala Bagian Sumber Daya Manusia dan Umum adalah melaksanakan kegiatan pengelolaan sumber daya manusia, ketatausahaan,


(19)

pengadaan barang jasa, peengembangan usaha serta pembinaan usaha kecil dan koperasi di lingkungan cabang.

b. Tanggung Jawab

Tanggung jawab Kepala Sumber Daya Manusia dan Umum adalah terlaksananya pelaksanaan program fungsi kegiatan Sumber Daya Manusia dan Umum, terlaksananya kegiatan administrasi dan kekaryawanan tentang pengelolaan sumber melaksanakan kegiatan manusia sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

3. Keuangan

a. Fungsi

Fungsi pokok Kepala Bagian Keuangan adalah melaksanakan kegiatan di bidang keuangan dan akuntansi serta perpajakan untuk mendukung kelancaran operasioanl cabang sesuai dengan tata laksana, peraturan dan tingkat kewenangan yang telah ditetapkan.

b. Tanggung Jawab

Tanggung jawab Kepala Bagian Keuangan adalah terlaksananya pengendalian administrasi anggaran meliputi pelaporan alokasi dan peruntukan anggaran cabang, terlaksananya administrasi dan pelaporan keuangan serta perpajakan sesuai dengan aturan yang berlaku.

4. Bagian Operasi

a. Fungsi

b. Fungsi pokok Kepala Bagian Operasi adalah melaksanakan pengendalian operasional pengumpulan tol, melaksanakan kegiatan pelayanan lalu lintas


(20)

serta keamanan dan ketertiban, melaksanakan program pemantauan dan pengendalian, pemeliharaan fasilitas operasi yang meliputi jalan, jembatan, bangunan sarana operasi dan transaksi serta fasilitas lainnya.


(21)

BAB V

PENYAJIAN DATA

Untuk memperoleh data yang diperlukan, maka salah satu cara yang dilakukan adalah dengan menyebarkan kuesioner penelitian kepada responden selama melakukan penelitian di Kantor PT. Jasa Marga (Persero) Cabang Belmera Tanjung Mulia, Sumatera Utara. Adapun kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini bersifat tertutup, dimana responden diharuskan memilih salah satu alternatif jawaban yag tersedia. Setiap jawaban akan diberikan nilai atau skor.

Penulis akan menyajikan penelitian yang telah dilakukan selama penulisan skripsi ini dengan menyebarkan kuesioner. Adapun kuesioner yang disebarkan terdiri atas 2 variabel, yaitu :

a) Variabel bebas/Komunikasi Kerja (X) terdiri atas 12 pertanyaan, yaitu : 1. Intensitas interaksi melalui percakapan seputar pekerjaan berjalan dengan

baik.

2. Komunikasi melalui pesan singkat ataupun instant messenger dilakukan oleh para pegawai dalam menyelesaikan pekerjaan.

3. Respon atasan terhadap pekerjaan yang dilakukan para pegawai mampu dimengerti oleh para pegawai.

4. Bahasa tubuh yang atasan berikan kepada para pegawai mampu dimengerti dengan baik.

5. Para pegawai mampu mengkomunikasikan ide dan gagasan mereka kepada atasan.


(22)

6. Keluhan yang pegawai sampaikan diterima dengan baik oleh atasan. 7. Atasan memberikan contoh langsung kepada para pegawai dalam

penyelesaian tugas.

8. Atasan memberikan motivasi langsung kepada para pegawai agar mampu meningkatkan kinerja.

9. Para pegawai memahami tugas dari masing – masing pegawai yang berada dalam satu divisi atau bagian.

10.Hubungan yang terjalin pada tiap - tiap kelompok kerja berjalan dengan baik.

11.Interaksi yang muncul antar lini atau antar kelompok kerja berjalan dengan baik.

12.Penyelesaian tugas yang melibatkan beberapa bagian atau divisi sesuai dengan yang diharapkan.

b) Variabel terikat/Peningkatan Kinerja Pegawai (Y) terdiri atas 8 pertanyaan yaitu :

1. Kemampuan yang dimiliki mampu menunjang kinerja pegawai. 2. Para pegawai mampu menyelesaikan tugas dengan tepat waktu. 3. Setiap pegawai harus memiliki keahlian masing – masing. 4. Hadir tepat waktu adalah kewajiban seluruh pegawai. 5. Pemanfaatan waktu kerja berjalan dengan baik.

6. Mempercepat penyelesaian pekerjaan merupakan tanggung jawab para pegawai.


(23)

7. Pekerjaan yang diselesaikan sesuai dengan tugas masing – masing para pegawai.

8. Penyelesaian pekerjaan dilakukan dengan maksimal.

Bagian ini dimaksudkan untuk mengetahui nilai masing-masing variabel yang diteliti tersebut yang kemudian akan digunakan dalam analisa data untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh antara variabel Komunikasi Kerja dengan variabel Peningkatan Kinerja Pegawai dan sekaligus untuk menguji hipotesis. Untuk menentukan nilai pada jenis pertanyaan dari suatu indikator, digunakan skala yang mengurutkan dari suatu tingkat sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. Jadi nilai masing-masing alternatif 5 (lima) jawaban yang telah disediakan adalah sebagai berikut:

1. Jawaban “SS” bernilai 5 untuk tingkat sangat tinggi 2. Jawaban “S” bernilai 4 untuk tingkat tinggi

3. Jawaban “KS” bernilai 3 untuk tingkat sedang 4. Jawaban “TS” bernilai 2 untuk tingkat rendah

5. Jawaban “SKS” bernilai 1 untuk tingkat sangat rendah

V.1. Karakteristik Responden

Data karakteristik responden dimaksudkan untuk mengidentifikasi responden. Responden yang diambil dalam penelitian ini adalah pegawai PT. Jasa Marga (Persero) Cabang Belmera yang menjadi sampel responden berjumlah 56 orang. Karakteristik responden ini meliputi jenis kelamin, usia, dan pendidikan dari para


(24)

responden. Untuk lebih jelasnya dilihat pada tabel-tabel yang diuraikan peneliti di bawah ini:

Tabel V.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)

1 Pria 30 53,5

2 Wanita 26 46,5

3 Jumlah 56 100

Sumber : Kuesioner 2016

Tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah responden berjenis kelamin laki-laki adalah berjumlah 30 orang (53,5%) sedangkan responden yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 26 orang (46,5%). Berdasarkan pengamatan yang dilakukan penulis, mayoritas pegawai pada kantor PT. Jasa Marga (Persero) Cabang Belmera mayoritas berjenis kelamin laki –laki.

Tabel V.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

No Rentang Usia Frekuensi Persentase (%)

1 20 – 25 Tahun 6 10,8

2 26 – 30 Tahun 18 32,1

3 31 – 35 Tahun 14 25

4 Diatas 36 Tahun 18 32,1

Jumlah 56 100


(25)

Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa responden yang berumur berumur 26-30 tahun sebanyak 6 orang (10,8%), responden yang berumur 26 – 30 tahun 18 (32,1%), 31-35 tahun sebanyak 14 orang (25%) dan reponden berumur ≥36 tahun sebanyak 18 orang (32,1%). Dapat disimpulkan bahwa kebanyakan responden terdiri dari usia produktif.

Tabel V.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

No Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%)

1 SMP/SMA 15 28,8

2 D3 8 12,3

3 S1 33 58,9

4 S2 - -

5 S3 - -

Jumlah 56 100

Sumber : Kuesioner 2016

Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa responden yang berpendidikan SMA/SLTA berjumlah 15 orang (10,7%), Diploma berjumlah 8 orang (12,3%), responden yang berpendidikan sarjana (S-1) berjumlah 33 orang (58,9%), Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan pegawai pada kantor PT. Jasa Marga (Persero) Cabang Belmera sudah cukup tinggi. Dapat disimpulkan mayoritas responden yang berpendidikan S-1.


(26)

V.2. Distribusi Jawaban Responden

V.2.1. Variabel X (Komunikasi Kantor)

Tabel V.4. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Intensitas Interaksi Melalui Percakapan Seputar Pekerjaan Berjalan Dengan Baik

No Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%)

1 Sangat Setuju 15 26,8

2 Setuju 34 60,7

3 Kurang Setuju 7 12,5

4 Tidak Setuju - -

5 Sangat Tidak Setuju - -

Jumlah 56 100

Sumber : Kuesioner 2016

Dari data pada tabel di atas, 15 responden (26,8%) menyatakan sangat setuju terkait intensitas interaksi percakapan seputar pekerjaan berjalan dengan baik, 34 responden (60,7%) menyatakan setuju, 7 responden (12,5%) menyatakan kurang setuju. Hal ini menunjukkan bahwa para pegawai pada kantor PT. Jasa Marga (Persero) Cabang Belmera merasa bahwa intensitas interaksi yang tercipta antar para pegawai seputar percakapan mengenai pekerjaan berjalan dengan baik.


(27)

Tabel V.5. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Komunikasi Melalui Pesan Singkat Ataupun Instant Messenger Dilakukan Oleh Para Pegawai Dalam Menyelesaikan Pekerjaan

No Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%)

1 Sangat Setuju 18 32,2

2 Setuju 26 46,4

3 Kurang Setuju 11 19,6

4 Tidak Setuju 1 1,8

5 Sangat Tidak Setuju - -

Jumlah 56 100

Sumber : Kuesioner 2016

Dari data pada tabel di atas, 18 responden (32,2%) menyatakan sangat setuju terkait penggunaan instant messenger dalam penyelesaian pekerjaan, 26 responden (46,4%) menyatakan setuju, 11 responden (19,6%) menyatakan kurang setuju. Hal ini menunjukkan bahwa para pegawai pada kantor PT. Jasa Marga (Persero) Cabang Belmera memanfaatkan pesan singkat atau instant messenger dalam berinteraksi terutama mengenai penyelesaian pekerjaan.


(28)

Tabel V.6. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Respon Atasan Terhadap Pekerjaan Yang Dilakukan Para Pegawai Mampu Dimengerti Oleh Para Pegawai

No Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%)

1 Sangat Setuju 9 16,1

2 Setuju 40 71,4

3 Kurang Setuju 7 12,5

4 Tidak Setuju - -

5 Sangat Tidak Setuju - -

Jumlah 56 100

Sumber : Kuesioner 2016

Dari data pada tabel di atas, 9 responden (16,1%) menyatakan sangat setuju terkait respon atasan terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh para pegawai, 40 responden (71,4%) menyatakan setuju, 7 responden (12,5%) menyatakan kurang setuju. Hal ini menunjukkan bahwa para pegawai pada kantor PT. Jasa Marga (Persero) Cabang Belmera merasa bahwa respon yang diberikan atasan terkait pekerjaan yang dilakukan pegawai mampu dimengerti dengan baik oleh para pegawai.


(29)

Tabel V.7. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Bahasa Tubuh Yang Atasan Berikan Kepada Para Pegawai Mampu Dimengerti Dengan Baik No Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%)

1 Sangat Setuju 14 25

2 Setuju 31 55,4

3 Kurang Setuju 11 19,6

4 Tidak Setuju - -

5 Sangat Tidak Setuju - -

Jumlah 56 100

Sumber : Kuesioner 2016

Dari data pada tabel di atas, 14 responden (25%) menyatakan sangat setuju terkait bahasa tubuh yang atasan berikan kepada para pegawai mampu dimengerti dengan baik, 31 responden (554%) menyatakan setuju, 11 responden (19,6%) menyatakan kurang setuju. Hal ini menunjukkan bahwa para pegawai pada kantor PT. Jasa Marga (Persero) Cabang Belmera merasa bahwa bahasa tubuh yang diberikan atasan mampu dimengerti dengan baik.


(30)

Tabel V.8. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Para Pegawai Mampu Mengkomunikasikan Ide Dan Gagasan Mereka Kepada Atasan

No Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%)

1 Sangat Setuju 11 19,6

2 Setuju 31 55,4

3 Kurang Setuju 14 25

4 Tidak Setuju - -

5 Sangat Tidak Setuju - -

Jumlah 56 100

Sumber : Kuesioner 2016

Dari data pada tabel di atas, 14 responden (25%) menyatakan kurang setuju terkait kemampuan para pegawai dalam mengkomunikasikan ide dan gagasan, 31 responden (55,4%) menyatakan setuju, 11 responden (19,6%) menyatakan sangat setuju. Hal ini menunjukkan bahwa para pegawai pada kantor PT. Jasa Marga (Persero) Cabang Belmera mampu mengkomunikasikan ide dan gagasan yang mereka milik kepada para atasan.


(31)

Tabel V.9. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Keluhan Yang Pegawai Sampaikan Diterima Dengan Baik Oleh Atasan

No Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%)

1 Sangat Setuju 20 35,7

2 Setuju 26 46,4

3 Kurang Setuju 10 17,9

4 Tidak Setuju - -

5 Sangat Tidak Setuju - -

Jumlah 56 100

Sumber : Kuesioner 2016

Dari data pada tabel di atas, 20 responden (35,7%) menyatakan sangat setuju terkait keluhan yang pegawai sampaikan diterima dengan baik oleh atasan, 26 responden (46,4%) menyatakan setuju, 10 responden (17,9%) menyatakan kurang setuju. Hal ini menunjukkan bahwa para pegawai pada kantor PT. Jasa Marga (Persero) Cabang Belmera merasa bahwa keluhan yang mereka rasakan dan disampaikan kepada atasan memperoleh sambutan yang baik dari atasan.


(32)

Tabel V.10. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Atasan Memberikan Contoh Langsung Kepada Para Pegawai Dalam Penyelesaian Tugas

No Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%)

1 Sangat Setuju 15 26,7

2 Setuju 24 52,9

3 Kurang Setuju 17 30,4

4 Tidak Setuju - -

5 Sangat Tidak Setuju - -

Jumlah 56 100

Sumber : Kuesioner 2016

Dari data pada tabel di atas, 15 responden (26,7%) menyatakan sangat setuju terkait atasan memberikan contoh langsung kepada para pegawai dalam penyelesaian tugas, 24 responden (52,9%) menyatakan setuju, 17 responden (30,4%) menyatakan kurang setuju. Hal ini menunjukkan bahwa para pegawai pada kantor PT. Jasa Marga (Persero) Cabang Belmera merasa bahwa atasan memberikan contoh kepada para pegawai dalam penyelesaian tugas yang akan dikerjakan oleh para pegawai.


(33)

Tabel V.11. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Atasan Memberikan Motivasi Langsung Kepada Para Pegawai Agar Mampu Meningkatkan Kinerja

No Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%)

1 Sangat Setuju 11 19,6

2 Setuju 30 53,6

3 Kurang Setuju 15 26,8

4 Tidak Setuju - -

5 Sangat Tidak Setuju - -

Jumlah 56 100

Sumber : Kuesioner 2016

Dari data pada tabel di atas, 11 responden (19,6%) menyatakan sangat setuju terkait atasan memberikan motivasi langsung kepada para pegawai agar mampu meningkatkan kinerja, 30 responden (53,6%) menyatakan setuju, 15 responden (26,8%) menyatakan kurang setuju. Hal ini menunjukkan bahwa para pegawai pada kantor PT. Jasa Marga (Persero) Cabang Belmera merasakan adanya motivasi langsung yang diberikan oleh para pegawai dan dengan motivasi tersebut diharapkan para pegawai mampu meningkatkan kinerja.


(34)

Tabel V.12. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Para Pegawai Memahami Tugas Dari Masing – Masing Pegawai Yang Berada Dalam Satu Divisi Atau Bagian

No Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%)

1 Sangat Setuju 13 23,2

2 Setuju 28 50

3 Kurang Setuju 10 17,9

4 Tidak Setuju - -

5 Sangat Tidak Setuju 1 8,9

Jumlah 56 100

Sumber : Kuesioner 2016

Dari data pada tabel di atas, 13 responden (23,2%) menyatakan sangat setuju terkait pegawai memahami tugas dari masing – masing pegawai yang berada dalam satu divisi atau bagian, 28 responden (50%) menyatakan setuju, 10 responden (17,9%) menyatakan kurang setuju. Hal ini menunjukkan bahwa para pegawai pada kantor PT. Jasa Marga (Persero) Cabang Belmera merasa bahwa tiap – tiap pegawai memahami tugas dari masing – masing pegawai yang berada dalam satu divisi atau bagian dan tidak berbenturan satu dengan yang lain.


(35)

Tabel V.13. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Hubungan Yang Terjalin Pada Tiap - Tiap Kelompok Kerja Berjalan Dengan Baik

No Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%)

1 Sangat Setuju 10 17,9

2 Setuju 36 64,3

3 Kurang Setuju 4 7,1

4 Tidak Setuju 1 1,8

5 Sangat Tidak Setuju 5 8,9

Jumlah 56 100

Sumber : Kuesioner 2016

Dari data pada tabel di atas, 10 responden (17,9%) menyatakan sangat setuju terkait hubungan yang terjalin pada tiap - tiap kelompok kerja berjalan dengan baik, 36 responden (64,3%) menyatakan setuju, 4 responden (7,1%) menyatakan kurang setuju. Hal ini menunjukkan bahwa para pegawai pada kantor PT. Jasa Marga (Persero) Cabang Belmera merasa bahwa hubungan yang terjalin pada tiap – tiap kelompok kerja berjalan dengan baik dan mampu memberikan efek positif dalam peningkatan kinerja.


(36)

Tabel V.14. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Interaksi Yang Muncul Antar Lini Atau Antar Kelompok Kerja Berjalan Dengan Baik

No Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%)

1 Sangat Setuju 12 21,4

2 Setuju 31 55,4

3 Kurang Setuju 13 23,1

4 Tidak Setuju - -

5 Sangat Tidak Setuju - -

Jumlah 56 100

Sumber : Kuesioner 2016

Dari data pada tabel di atas, 12 responden (21,4%) menyatakan sangat setuju terkait interaksi yang muncul antar lini atau antar kelompok kerja berjalan dengan baik, 31 responden (55,4%) menyatakan setuju, 13 responden (23,1%) menyatakan kurang setuju. Hal ini menunjukkan bahwa para pegawai pada kantor PT. Jasa Marga (Persero) Cabang Belmera merasa bahwa interaksi yang muncul antar lini atau antar kelompok kerja berjalan dengan baik.


(37)

Tabel V.15. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Penyelesaian Tugas Yang Melibatkan Beberapa Bagian Atau Divisi Sesuai Dengan Yang Diharapkan

No Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%)

1 Sangat Setuju 15 26,7

2 Setuju 29 51,9

3 Kurang Setuju 11 19,6

4 Tidak Setuju 1 1,8

5 Sangat Tidak Setuju - -

Jumlah 56 100

Sumber : Kuesioner 2016

Dari data pada tabel di atas, 15 responden (26,7%) menyatakan sangat setuju terkait penyelesaian tugas yang melibatkan beberapa bagian atau divisi sesuai dengan yang diharapkan, 29 responden (51,9%) menyatakan setuju, 11 responden (19,6%) menyatakan kurang setuju. Hal ini menunjukkan bahwa para pegawai pada kantor PT. Jasa Marga (Persero) Cabang Belmera merasa bahwa penyelesaian tugas yang melibatkan beberapa bagian atau divisi sesuai dengan yang diharapkan dan telah sesuai dengan target yang ditetapkan.


(38)

V.2.2. Variabel Y (Kinerja Pegawai)

Tabel V.16. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Kemampuan Yang Dimiliki Mampu Menunjang Kinerja Pegawai

No Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%)

1 Sangat Setuju 32 57,1

2 Setuju 23 41,1

3 Kurang Setuju 1 1,8

4 Tidak Setuju - -

5 Sangat Tidak Setuju - -

Jumlah 56 100

Sumber : Kuesioner 2016

Dari data pada tabel di atas, 32 responden (57,1%) menyatakan sangat setuju kemampuan yang dimiliki mampu menunjang kinerja pegawai, 34 responden (60,7%) menyatakan setuju, 7 responden (12,5%) menyatakan kurang setuju. Hal ini menunjukkan bahwa para pegawai pada kantor PT. Jasa Marga (Persero) Cabang Belmera merasa bahwa kemampuan yang dimiliki oleh masing - masing pegawai mampu menunjang kinerja dari pegawai itu sendiri.


(39)

Tabel V.17. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Para Pegawai Mampu Menyelesaikan Tugas Dengan Tepat Waktu

No Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%)

1 Sangat Setuju 17 30,3

2 Setuju 37 66,1

3 Kurang Setuju 2 2,6

4 Tidak Setuju - -

5 Sangat Tidak Setuju - -

Jumlah 56 100

Sumber : Kuesioner 2016

Dari data pada tabel di atas, 17 responden (30,3%) menyatakan sangat setuju pegawai mampu menyelesaikan tugas dengan tepat waktu, 37 responden (66,1%) menyatakan setuju, 2 responden (2,6%) menyatakan kurang setuju. Hal ini menunjukkan bahwa para pegawai pada kantor PT. Jasa Marga (Persero) Cabang Belmera merasa bahwa pegawai mampu menyelesaikan tugas dengan tepat waktu sehingga tidak mengganggu kinerja organisasi secara keseluruhan.


(40)

Tabel V.18. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Setiap Pegawai Harus Memiliki Keahlian Masing – Masing

No Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%)

1 Sangat Setuju 10 17,9

2 Setuju 33 58,9

3 Kurang Setuju 12 21,4

4 Tidak Setuju 1 1,8

5 Sangat Tidak Setuju - -

Jumlah 56 100

Sumber : Kuesioner 2016

Dari data pada tabel di atas, 10 responden (17,9%) menyatakan sangat setuju terkait Setiap pegawai harus memiliki keahlian masing – masing, 33 responden (58,9%) menyatakan setuju, 12 responden (21,4%) menyatakan kurang setuju. Hal ini menunjukkan bahwa para pegawai pada kantor PT. Jasa Marga (Persero) Cabang Belmera merasa bahwa setiap pegawai harus memiliki keahlian masing – masing agar dalam ppengerjaan beban kerja lebih efisien karena pegawai memahami cara menyelesaikan pekerjaan tersebut dengan cepat.


(41)

Tabel V.19. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Hadir Tepat Waktu Adalah Kewajiban Seluruh Pegawai

No Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%)

1 Sangat Setuju 15 26,8

2 Setuju 26 46,4

3 Kurang Setuju 14 25

4 Tidak Setuju 1 1,8

5 Sangat Tidak Setuju - -

Jumlah 56 100

Sumber : Kuesioner 2016

Dari data pada tabel di atas, 15 responden (26,8%) menyatakan sangat setuju terkait hadir tepat waktu merupakan kewajiban seluruh pegawai, 26 responden (46,4%) menyatakan setuju, 14 responden (25%) menyatakan kurang setuju. Hal ini menunjukkan bahwa para pegawai pada kantor PT. Jasa Marga (Persero) Cabang Belmera merasa bahwa kehadiran tepat waktu merupakan kewajiban dari setiap pegawai dan harus dipatuhi demi terciptanya iklim kerja dan tercapainya peningkatan kinerja pegawai.


(42)

Tabel V.20. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Pemanfaatan Waktu Kerja Berjalan Dengan Baik

No Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%)

1 Sangat Setuju 9 16,1

2 Setuju 40 71,4

3 Kurang Setuju 7 12,5

4 Tidak Setuju - -

5 Sangat Tidak Setuju - -

Jumlah 56 100

Sumber : Kuesioner 2016

Dari data pada tabel di atas, 9 responden (16,1%) menyatakan sangat setuju terkait pemanfaatan waktu kerja berjalan dengan baik, 40 responden (71,4%) menyatakan setuju, 7 responden (12,5%) menyatakan kurang setuju. Hal ini menunjukkan bahwa para pegawai pada kantor PT. Jasa Marga (Persero) Cabang Belmera merasa bahwa waktu kerja telah dimanfaatkan dengan baik oleh para pegawai dan waktu tersebut digunakan untuk penyelesaian pekerjaan yang menjadi tanggung jawab dari pegawai tersebut..


(43)

Tabel V.21. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Mempercepat Penyelesaian Pekerjaan Merupakan Tanggung Jawab Para Pegawai

No Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%)

1 Sangat Setuju 15 26,8

2 Setuju 40 71,4

3 Kurang Setuju 1 1,8

4 Tidak Setuju - -

5 Sangat Tidak Setuju - -

Jumlah 56 100

Sumber : Kuesioner 2016

Dari data pada tabel di atas, 15 responden (26,8%) menyatakan sangat setuju terkait mempercepat waktu penyelesaian pekerjaan merupakan tanggung jawab pegawai, 40 responden (60,7%) menyatakan setuju, 1 responden (1,8%) menyatakan kurang setuju. Hal ini menunjukkan bahwa para pegawai pada kantor PT. Jasa Marga (Persero) Cabang Belmera merasa bahwa semakin cepat suatu pekerjaan selesai maka semakin baik karena akan tercipta waktu lebih untuk menyelesaikan tugas – tugas yang lain.


(44)

Tabel V.22. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Pekerjaan Yang Diselesaikan Sesuai Dengan Tugas Masing – Masing Para Pegawai No Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%)

1 Sangat Setuju 15 26,8

2 Setuju 29 51,8

3 Kurang Setuju 12 21,4

4 Tidak Setuju - -

5 Sangat Tidak Setuju - -

Jumlah 56 100

Sumber : Kuesioner 2016

Dari data pada tabel di atas, 15 responden (26,8%) menyatakan sangat setuju terkait pekerjaan yang diselesaikan sesuai dengan tugas masing – masing pegawai, 29 responden (51,8%) menyatakan setuju, 12 responden (21,4%) menyatakan kurang setuju. Hal ini menunjukkan bahwa para pegawai pada kantor PT. Jasa Marga (Persero) Cabang Belmera merasa bahwa setiap pegawai menyelesaikan tugas masing – masing tanpa mencampuri tugas dari pegawai lain.


(45)

Tabel V.23. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Penyelesaian Pekerjaan Dilakukan Dengan Maksimal

No Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%)

1 Sangat Setuju 8 16,3

2 Setuju 33 58,9

3 Kurang Setuju 15 26,8

4 Tidak Setuju - -

5 Sangat Tidak Setuju - -

Jumlah 56 100

Sumber : Kuesioner 2016

Dari data pada tabel di atas, 15 responden (26,8%) menyatakan kurang setuju terkait penyelesaian pekerjaan dilakukan dengan maksimal, 33 responden (58,9%) menyatakan setuju, 8 responden (16,3%) menyatakan kurang setuju. Hal ini menunjukkan bahwa para pegawai pada kantor PT. Jasa Marga (Persero) Cabang Belmera merasa bahwa penyelesaian dari suatu pekerjaan dilakukan secara maksimal oleh para pegawai agar memperoleh hasil yang baik.


(46)

BAB VI

ANALISA DATA

Tujuan dari penelitian ini telah diperlihatkan pada BAB I, dan untuk lebih mengetahui apakah tujuan dari penelitian tersebut tercapai atau tidak, maka perlu dilakukan beberapa langkah. Untuk mengetahui bagaimanakah Hubungan Komunikasi Kantor dengan Peningkatan Kinerja Pegawai pada kantor PT. Jasa Marga (Persero) Cabang Belmera, terlebih dahulu apakah ada hubungan antara variabel X (Komunikasi Kantor) dengan variabel Y (Peningkatan Kinerja Pegawai).

Hubungan antara variabel X dan variabel Y dapat diketahui dengan menggunakan rumus koefisien korelasi product moment, selanjutnya untuk mengetahui besar pengaruh variabel X terhadap variabel Y digunakan perhitungan koefisien determinasi. Beberapa rumus tersebut telah dipaparkan pada BAB III.

VI.1 Koefisien Korelasi Product Moment

Berdasarkan data hasil penelitian yang diperoleh dari responden maka jika diterapkan dalam rumus akan diperoleh sebagai berikut :

N = 56 ∑xy = 88518

∑x = 2685 ∑x² = 129079 ∑y = 1846 ∑y² = 61092


(47)

Keseluruhan hasil tersebut dimasukkan ke dalam rumus korelasi product moment, maka dapat dilihat sebagai berikut :

Maka rxy=

2



2

) ( . ) ( . ) )( ( . 2

2 

              N N N

Dengan hasil perhitungan diperoleh koefisien yang positif sebesar 0,415 antara variabel X dan variabel Y, dimana kenaikan variabel yang satu akan diikuti dengan kenaikan variabel yang lainnya. hubungan yang positif tersebut mengartikan bahwa semakin baik komunikasi kantor maka akan semakin bagus kinerja pegawai di Kantor PT. Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Belmera Tanjung Mulia Medan.

Untuk mengetahui keeratan hubungan antara variabel X dan variabel Y, maka tabel korelasi di tampilkan kembali sebagai berikut.


(48)

Interpretasi Koefisien Korelasi Product Moment

Interval Korelasi Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat Rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Tinggi

0,80 – 0,99 Sangat Tinggi

Sumber: Sugiyono (2008)

Dengan mengkonsultasikan r yang diperoleh dengan tabel pedoman interpretasi diatas maka dapat dilihat bahwa r = 0,415 berada pada interval koefisien 0,40 – 0,599 jadi tingkat hubungan/pengaruh antara variabel X dan variabel Y berada pada titik sedang.

Berarti hubungan komunikasi kantor (X) terhadap peningkatan kinerja pegawai (Y) adalah pada tingkat sedang, maksudnya adalah komunikasi kerja yang ada sudah cukup baik dan berhubungan dengan peningkatan kinerja pegawai di Kantor PT. Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Belmera Tanjung Mulia Medan.


(49)

VI.2. Koefisien Determinasi

Teknik ini digunakan berapa persen besarnya pengaruh variabel bebas/ independen (X) terhadap variabel terikat/ dependen (Y). Namun sebelum menentukan Koefisien Determinasi maka harus ditentukan sebelumnya r (nilai Koefisien Korelasi Product Moment) yaitu sebagai berikut :

Penggunaan tekhnik analisa ini dilakukan untuk mengetahui berapa besar pengaruh antar variabel X dan variabel Y. Dari hasil r (koefisien korelasi) diatas, maka besarnya pengaruh tersebut dapat dihitung sebagai berikut :

D = × 100%

= × 100%

= 0,1722 × 100% = 17,22%

Dari perhitungan diatas, dapat diketahui bahwa besarnya pengaruh antara variabel X (Komunikasi Kantor) terhadap variabel Y (Kinerja Pegawai) adalah sebesar 17,22 % dan sisanya sebesar 82,78 % dipengaruhi oleh faktor lain di luar penelitian ini.

VI.3. Uji Hipotesis (Uji T)

Uji hipotesis dalam koefisien korelasi adalah untuk menguji signifikansi hubungan, yaitu apakah hubungan yang ditemukan itu berlaku untuk seluruh populasi yang berjumlah 56 orang, maka perlu di uji signifikansinya.


(50)

Untuk menguji hipotesis dari penelitian ini kita menggunakan uji t untuk menguji hipotesis penelitian yakni: adanya korelasi atau hubungan yang signifikan antara komunikasi kantor dengan peningkatan kinerja pegawai yang secara statistik dapat dirumuskan sebagai berikut :

t =

=

t =

t = 3.35

Berdasarkan ketentuan pengujian hipotesis : :

- Jika ρ ≠ 0 maka H0 (Hipotesa Nol) ditolak dan Ha (Hipotesa Alternatif) diterima, artinya ada hubungan antara komunikasi kantor dengan peningkatan kinerja pegawai.

Dengan demikian t-hitung > t-tabel (3,35>1,673), maka, H0 ditolak dan H1 diterima dengan demikian terdapat hubungan antara komunikasi kantor dengan peningkatan kinerja pegawai di Kantor PT. Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Belmera Tanjung Mulia Medan.


(51)

BAB VII PENUTUP

VII.1. Kesimpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan penulis, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Komunikasi kantor yang tercipta pada Kantor PT. Jasa Marga (Persero) Cabang Belmera berlangsung dengan baik dan cair, dalam artian komunikasi yang tercipta mampu berjalan sesuai dengan aturan akan tetapi tidak ada jarak antar para pegawai dalam melakukan komunikasi antar satu dengan yang lain. 2. Komunikasi kantor yang tercipta memberikan pengaruh yang cukup baik

dalam meningkatkan kinerja pada pegawai, hal ini dikarenakan antar pegawai memiliki hubungan yang terjalin dengan baik melalui komunikasi yang intens di kantor maupun selama mengerjakan tugas dan fungsi masing – masing pegawai.

3. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan diperoleh hasil yakni hubungan yang ada antara komunikasi kantor dengan peningkatan kinerja pegawai berada pada pada taraf sedang yakni sebesar 0,415 dan koefien determinan sebesar 17,22 % dan hasil uji hipotesis diperoleh hasil sebesar 3,35 yang dapat diartikan bahwa hasil t hitung lebih besar dibandingkan t tabel sebesar 1,673 dengan demikian hipotesis alternative (Ha) diterima.


(52)

VII.2. Saran

Berdasarkan hasil pengamatan dan teori yang ada tentang komunikasi kantor dengan peningkatan kinerja pegawai. Maka dapat dikemukakan saran- saran sebagai berikut :

1. Komunikasi yang tercipta di Kantor PT. Jasa Marga (Persero) Cabang Belmera sudah cukup baik akan tetapi untuk meningkatkan kinerja pegawai ke taraf yang maksimal dirasa perlu hal lain yang mampu meningkatkan kinerja dari para pegawai.

2. Pimpinan diharapkan ke depannya mampu menciptakan iklim serta komunikasi kantor yang lebih baik dan kondusif agar para pegawai merasa nyaman dalam bekerja dan menyelesaikan tugas dan fungsinya.


(53)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Komunikasi

I1.1.1 Pengertian Komunikasi

Menurut Widjaya (2000:13), komunikasi ialah meliputi suatu proses penyampaian pesan agar diterima dengan baik oleh penerimanya. Oleh karena itu dibutuhkan media penyampaian pesan sebagai perantara dan dibutuhkan pula pada waktu yang tepat untuk menjamin keakuratan informasinya. Pada perusahaan komunikasi digunakan sebagai sarana memotivasi, memberikan perintah dan menciptakan suasana yang kondusif.

Menurut Bovee dalam (Sukoco : 2007), komunikasi ialah proses mengirim dan menerima pesan dan dikatakan efektif apabila pesan tersebut dapat dimengerti dan menstimulasi tindakan atau mendorong orang lain untuk bertindak sesuai dengan pesat tersebut.

Menurut Purwanto (2003:3), komunikasi merupakan suatu proses pertukaran informasi antar individu melalui suatu sistem yang (lazim), baik dengan simbol-simbol, sinyal-sinyal maupun perilaku atau tindakan. Jadi dalam komunikasi itu terdapat di dalamnya suatu proses, terdapat simbol-simbol dan simbol-simbol itu mengandung arti. Arti atau makna simbol disini tentu saja tergantung pada pemahaman dan persepsi komunikan sehingga ada umpan balik (feedback) bagi komunikan setelah mendapatkan pesan. Oleh karena itu, komunikasi akan efektif dan


(54)

tujuan komunikasi akan tercapai, apabila masing-masing pelaku yang terlibat di dalamnya mempunyai persepsi yang sam terhadap simbol.

Komunikasi adalah proses pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan atau komunikasi dari seseorang ke orang lain. Perpindahan pengertian tersebut melibatkan lebih dari sekedar kata - kata yang di gunakan dalam percakapan, tetapi juga ekspresi wajah, intonasi, titik putus vokal dan sebagainya. Dan perpindahan yang efektif memerlukan tidak hanya transmisi data, tetapi bahwa seseorang mengirimkan berita dan menerimanya sangat tergantung pada ketrampilan- ketrampilan tertentu (membaca, menulis, mendengar, berbicara, dan lain- lain) untuk membuat sukses pertukaran informasi.

Menurut Hovland bahwa komunikasi adalah suatu proses dimana seseorang memindahkan perangsang yang biasanya berupa lambang kata-kata untuk mengubah tingkah laku orang lain (Widjaya, 2000:26). Adapun pengertian komunikasi yang lain menurut Rogers bersama Kincaid, 1981 mendefenisikan komunikasi sebagai suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saat saling pengertian yang mendalam (dalam Cangara, 2006:19).

Sedangkan menurut Widjaya (2006:11) menyebutkan penyebab komunikasi didalam suatu perusahaan atau organisasi pada umumnya sebagai hubungan ataupun kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan masalah hubungan atau dapat diartikan sebagai sarana tukar menukar pendapat atau sebagai kontak antara manusia secara individu ataupun kelompok.


(55)

Berdasarkan defenisi ini, dapat dinyatakan bahwa komunikasi sebagai suatu proses, dalam hal ini orang-orang bermaksud memberikan pengertian melalui pengiriman berita secara simbolis, dapat menghubungkan para anggota dan berbagai satuan organisasi yang berbeda dan bidang yang berbeda pula sehingga sering disebut rantai pertukaran informasi.

II.1.2. Pengertian Komunikasi Kantor

Menurut Widjaya (2006:11) menyebutkan penyebab komunikasi didalam suatu perusahaan atau organisasi pada umumnya sebagai hubungan ataupun kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan masalah hubungan atau dapat diartikan sebagai sarana tukar menukar pendapat atau sebagai kontak antara manusia secara individu ataupun kelompok.

Menurut I.G. Wursanto (1987) komunikasi kantor yakni komunikasi yang terjadi dan berlangsung dalam kantor atau ada yang menyebut dengan istilah hubungan kantor (office communication) adalah suatu proses penyampaian berita dari suatu pihak kepada pihak yang lain (dari seseorang kepada orang lain, dari suatu unit kepada unit lain) yang berlangsung atau yang terjadi dalam suatu kantor.

Berkaitan dengan pengertian komunikasi kantor, The Liang Gie mengemukakan bahwa pada dasarnya komunikasi kantor mengandung arti yang sama dengan komunikasi administrasi. Menurut Charles E. Redfield (dalam The Liang Gie, 1992:60) mengemukakan pengertian komunikasi kantor sebagai berikut: Administrative communication can best be regarded as a form of social or human communication information which there are these five elements: A


(56)

communicator (a speaker, sender, issuer) who transmits (says, sends, issues) messages (orders, reports, suggestions) to communicate (addressee, respondent, audience) to influence the behavior of the communicate, as seen in his response (reply, reaction).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa komunikasi kantor adalah proses penyampaian informasi, instruksi atau perintah mengenai pekerjaan atau tugas. Penyampaian itu bisa dari seorang pimpinan atau karyawan kepada pimpinan atau karyawan lain dari satu unit kepada unit lain dalam sebuah kantor baik secara langsung tanpa menggunakan media atau secara tidak langsung dengan menggunakan media untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif.

II.1.3. Fungsi Komunikasi

Dalam terjadinya komunikasi tidak terlepas dari bentuk dan fungsi komunikasi, dimana komunikasi yang baik, tidak jauh dari fungsi yang mendukung keefektifan komunikasi. Adapun fungsi komunikasi menurut Effendy (2005), adalah sebagai berikut:

a. Menginformasikan (to inform)

Kegiatan komunikasi itu memberikan penjelasan, penerangan, mengenai bentuk informasi yang disajikan dari seorang komunikator kepada komunikan. Informasi yang akurat diperlukan oleh beberapa bagian masyarakat untuk bahan dalam pembuatan keputusan.

b. Mendidik (to educate)


(57)

penganjuran sesuatu pengetahuan, menyebarluaskan kreativitas untuk membuka wawasan dan kesempatan untuk memperoleh pendidikan secara luas, baik untuk pendidikan formal di sekolah maupun di luar sekolah.

c. Menghibur (to entertaint)

Penyebaran informasi yang disajikan kepada komunikan untuk memberikan hiburan. Menyapaikan informasi dalam lagu, lirik dan bunyi, maupun gambar dan bahasa membawa setiap orang pada situasi menikmati hiburan.

d. Mempengaruhi (to influence)

Komunikasi sebagai sarana untuk mempengaruhi khalayak untuk member motivasi, mendorong untuk mengikuti kemajuan orang lain melalui apa yang dilihat, dibaca, dan didengar. Serta memperkenalkan nilai-nilai baru untuk mengubah sikap dan perilaku ke arah yang baik dan modernisasi.

Mengenai fungsi komunikasi, menurut McBride (Widjaja, 2000 : 64 -66) menjelaskan dalam arti yang lebih luas, tidak hanya diartikan sebagai pertukaran berita atau pesan tetapi sebagai kegiatan individu atau kelompok mengenai tukar menukar data, fakta, dan ide.

Menurut Scott dan Mitchell (1976), komunikasi mempunyai empat fungsi penting yaitu :


(58)

Komunikasi formal dapat dilakukan dengan mengontrol karyawan dengan menanyakan ulang deskripsi pekerjaannya, kepada siapa melaporkan hasil pekerjaannya dan hal lain – lain yang membutuhkan komunikasi dengan atasan mereka.

b) Fungsi motivasi

Fungsi ini biasanya dilakukan melalui pemberian feedback kepada bawahan mengenai apa yang telah merek lakukan, sebaik apa mereka mengerjakannya dan apa yang sebaiknya dilakukan untuk meningkatkan kinerjanya di masa depan.

c) Fungsi emosi

Pada dasarnya salah satu tujuan bekerja adalah melakukan interaksi sosial. Salah satu bentuk interaksi sosial tersebut adalah komunikasi (formal atau informal) dimana masing – masing anggota organisasi dapat mengekspresikan emosi yang negatif

d) Fungsi informasi

Berhubungan dengan memperlancar pengambilan kepuutusan yang dapat dilakukan oleh pihak manajemen. Dengan mentransfer data dan alternatif pilihan yang ada.

II.1.4. Tujuan Komunikasi

Tujuan komunikasi adalah sebagai saluran untuk melakukan dan menerima pengaruh mekanisme perubahan, alat untuk mendorong atau mempertinggi motivasi


(59)

perantara dan sebagai sarana yang memungkinkan suatu organisasi mencapai tujuannya.

Menurut Effendy (2005:27) ada tiga tujuan komunikasi yaitu:

1. Mengubah sikap (to change the attitude), yaitu sikap individu atau kelompok terhadap sesuatu menjadi berubah atas informasi yang mereka terima.

2. Mengubah pendapat atau opini (to change the behavior), yaitu perilaku individu atau sekelompok terhadap sesuatu menjadi berubah atas informasi yang diterima

3. Mengubah masyarakat (to change the society), yaitu tingkat sosial individu atau sekelompok terhadap sesuatu menjadi berubah atas informasi yang diterima.

II.1.5. Proses Komunikasi

Komunikasi tidak berjalan begitu saja, sebab satu kegiatan komunikasi harus menjalani proses komunikasi sehingga baru terlaksana kegiatan komunikasi tersebut. Menurut Purwanto (2006:11) pada prinsipnya dalam proses komunikasi memiliki 6 (enam) tahapan yaitu:

1. Pengirim mempunyai suatu ide atau gagasan

Sebelum proses penyampaian pesan dilakukan, maka pengirim pesan harus menyampaikan idea tau gagasan apa yang ingin disampaikan pada pihak lain. Ide dapat diperoleh dari berbagai sumber,ide yang diolah dalam benak pengirim disaring dan disusun kedalam suatu memori yang dalam pikiran


(60)

orang yang memiliki mental yang berbeda. Hal ini disebabkan karena penyerapan berbagai informasi dan pengalaman berbeda-beda dari setiap individu

2. Pengirim mengubah ide menjadi suatu pesan

Pada proses komunikasi, tidak semua ide dapat diterima atau dimengerti dengan sempurna. Agar ide dapat diterima dan dimengerti dengan sempurna pengirim pesan harus memperhatikan subyek (apa yang ingin disampaikan), maksud (tujuan), penerima pesan, gaya personal dan latar belakang budaya.

3. Pengirim menyampaikan pesan

Pada saat menyampaikan pesan, dapat digunakan berbagai saluran. Biasanya rantai komunikasi yang digunakan relative pendek, namun ada juga yang cukup panjang. Hal ini akan berpengaruh pada efektivitas penyampaiaj pesan. Ketika penyampaian pesan dapat digunakan berbagai media komunikasi baik media tulisan maupun tulisan.

4. Penerima menerima pesan

Komunikasi antara seseorang dengan orang lain akan terjadi bila bila pengirim mengirimkan suatu pesan dan penerima menerima pesan tersebut.


(61)

Setelah penerima menafsirkan pesan, tahap berikutnya adalah bagaimana menafsirkan pesan. Suatu pesan yang disampaikan pengirim harus mudah dimengerti dan tersimpan didalam benak penerima pesan. Selanjutnya pesan baru bisa ditafsirkan secara benar bila si penerima pesan telah memahami isi pesan sebagaimana yang dimaksud oleh pengirim.

6. Penerima memberi tanggapan dan mengirim umpan balik ke pengirim Setelah menerima pesan, penerima akan memberi tanggapan dengan cara tertentu dan member sinyal terhadap pengirim pesan. Sinyal yang diterima oleh penerima pesan beraneka ragam, hal ini tergantung dari pesan yang diterimanya. Umpan balik memegang peranan penting dalam proses komunikasi karena ia member kemungkinan bagi pengirim untuk menilai efektivitas suatau pesan. Disamping itu, adanya umpan balik dapat menunjukkan adanya faktor-faktor penghambat komunikasi misalnya : perbedaan latar belakang, perbedaan penafsiran kata-kata dan perbedaan reaksi secara emosional.

Sedangkan Sumartono (2002:34) mengemukakan bahwa komunikasi sesungguhnya merupakan transaksi pesan atau informasi. Oleh karena itu komunikasi ada dimana – mana, dibutuhkan oleh setiap orang dan bahkan berlangsung setiap saat. Dengan demikian dalam proses komunikasi tentu saja bukan sebatas pengiriman ataupun penerimaan pesan, melainkan mempunyai makna esensial yang lebih mendalam. Inti kegiatan komunikasi adalah tercapainya mutual understanding (kesamaan pemahaman) atas isi pesan yang disampaikan. Dalam proses komunikasi


(62)

terdapat lima unsur yang mutlak harus dipenuhi. Kelima unsur komunikasi ini merupakan kesatuan yang utuh dan bulat. Bila salah satu unsur tidak ada, maka komunikasi tidak akan terjadi. Jadi setiap unsur dalam komunikasi itu mempunyai hubungan yang sangat erat serta saling ketergantungan satu dengan lainnya.

Kelima unsur komunikasi itu adalah: (1) Komunikator (sender), yaitu orang yang menyampaikan informasi, ide, pesan, gagasan (sumber berita). (2) Komunikan (receive), yaitu orang yang menerima berita atau pesan. (3) Pesan (message) adalah ide atau gagasan yang akan disampaikan kepada komunikan, yang penyampaiannya siubah menjadi lambang-lambang. (4) Media (channnel), yaitu alat atau sarana yang dipergunakan untuk menyampaikan ide atau gagasan. (5) Tanggapan (respon), yaitu umpan balik (feed back) dari komunikan kepada komunikator.

II.1.6. Jenis – Jenis Komunikasi

Komunikasi yang digunakan perusahaan tentu juga berbeda-beda dan tergantung dari kompleksitas lingkup kerja dari organisasi tersebut. Sistem adalah keseluruhan komponen atau bagian yang saling bereaksi sedemikian rupa sehingga menjadi suatu kesatuan yang terpadu untuk mencapai komunikasi yang efektif dan efesien. Sistem komunikasi yang dianut oleh organisasi akan langsung mempengaruhi tipe atau jenis komunikasi. Menurut Purwanto (2006), berdasarkan hal ini sistem komunikasi bergantung pada struktur organisasi dan mekanisme koordinasi.


(63)

1. Komunikasi Verbal

Komunikasi verbal merupakan salah satu bentuk komunikasi yang lazim digunakan dalam dunia bisnis untuk menyampaikan pesan-pesan bisnis kepada pihak lain baik secara tertulis (written) maupun lisan (oral).

Dalam dunis bisnis, seseorang dapat saja mengekspresikan pesan- pesannya secara nonverbal (tidak secara tertulis atau lisan). Namun, ekspresi secara nonverbal memiliki suatu keterbatasan dalam mengkomunikasikan suatu pesan kepada pihak lain. Sebagai contoh, jika ingin membahas suatu kejadian masa lalu, ide atau abstraksi, seseorang tidak dapat menggunakan ekspresi wajah atau bahasa tubuh untuk menerangkannya. Sebaliknya, dia harus menggunakan bahasa verbal, dengan menyusun kata-kata kedalam suatu pola yang memiliki arti atau makna dalam bentuk tertulis atau lisan.

Melalui komunikasi secara lisan atau tertulis, diharapkan orang dapat memahami apa yang disampaikan oleh pengirim pesan dengan baik. Penyampaian suatu pesan secara lisan maupun tertulis memiliki suatu harapan bahwa seseorang akan dapat mendengar atau membaca apa yang dikatakan dengan baik dan benar.

2. Komunikasi Nonverbal

Bentuk komunikasi yang paling mendasar didalam suatu komunikasi bisnis adalah komunikasi nonverbal. Sebelum manusia menggunakan kata-kata, mereka telah menggunakan gerakan- gerakan tubuh, bahas tubuh (body language) sebagai alat untuk berkomunikasi dengan orang lain. Komunikasi nonverbal sering tidak terencana atau kurang terstruktur. Namun, komunikasi nonverbal memiliki


(64)

pengaruh yang lebih besar daripada komunikasi verbal. Contohnya saja ketika kita memperhatikan emosi seorang pemimpin dalam suatu organisasi bisnis yang meluapkan kemarahannya kepada bawahan atau karyawan yang melakukan kesalahan fatal dalam menjalankan pekerjaannya.

Salah satu keunggulan komunikasi nonverbal adalah kesahihannya (reliabilitas). Hal ini berkaitan dengan tingkat kepercayaan yang tinggi terhadap kebenaran pesan-pesan yang disampaikan dengan menggunakan bahasa isyarat.

3. Komunikasi Ke Atas

Komunikasi ke atas mengalir ke tingkat yang lebih tinggi dalam kelompok atau organisasi. Komunikasi mini digunakan untuk memberikan umpan balik ke atas, menginformasikan mereka mengenai kemajuan ke sasaran, dan menyampaikan masalah - masalah yang dihadapi. Komunikasi ke atas menyebabkan para manajer menyadari perasaan para karyawan terhadap pekerjaannya, rekan sekerjanya dan organisasi secara umum. Manajer juga mengandalkan komunikasi ke atas untuk memperoleh gagasan mengenai cara memperbaiki kondisi.

4. Komunikasi Ke Bawah

Komunikasi yang mengalir dari satu tingkat dalam kelompok atau organisasi ketingkat yang lebih bawah disebut komunikasi kebawah. Pola kebawah digunakan oleh pimpinan kelompok dan manajer untuk menetapkan sasaran, memberikan instruksi pekerjaan, menginformasikan kebijakan dan prosedur ke bawahan, menunjukkan masalah yang memerlukan perhatian, dan mengemukakan umpan balik tentang kinerja. Namun komunikasi ke bawah tidak harus merupakan kontak lisan atau tatap muka. Bila manajemen mengirim surat karyawan untuk memberitahu


(65)

mereka mengenai kebijakan cuti sakit yang baru dari organisasi, maka manajemen itu sedang menggunakan komunikasi ke bawah.

5. Komunikasi Horizontal

Ketika komunikasi terjadi di antara kelompok kerja yang sama, di antara anggota kelompok kerja pada tingkat yang sama, diantara manajer pada tingkat yang sama, atau diantara setiap personel yang secara horizontal ekuivalen, kita namakan itu sebagai komunikasi horizontal. Komunikasi horizontal ini sering diperlukan untuk menghemat waktu dan memudahkan koordinasi.

6. Komunikasi Diagonal

Komunikasi yang memotong secara menyilang (diagonal) rantai perintah organisasi. Hal ini sering terjadi sebagai hasil dari hubungan-hubungan departemen lini dan staf, yaitu bahwa hubungan yang ada antara personalia lini dan staf dapat beda yang akan membentuk beberapa komunikasi diagonal yang berbeda-beda pula.

II.1.7. Hambatan Komunikasi

Banyak hal yang bisa menghambat untuk terjadinya komunikasi yang efektif. Menurut Charles Wankel sebagaimana yang dikutip oleh Herujito (2001), ada beberapa hambatan terhadap komunikasi yang efektif, yaitu :

a) Mendengar. Biasanya kita mendengar apa yang ingin kita dengar. Banyak hal atau informasi yang ada di sekeliling kita, namun tidak semua yang kita


(66)

dengar dan tanggapi. Informasi yang menarik bagi kita, itulah yang ingin kita dengar.

b) Mengabaikan informasi yang bertentangan dengan apa yang kita ketahui. c) Menilai sumber. Kita cenderung menilai siapa yang memberikan informasi.

Jika ada anak kecil yang memberikan informasi tentang suatu hal, kita cenderung mengabaikannya.

d) Persepsi yang berbeda. Komunikasi tidak akan berjalan efektif, jika persepsi si pengirim pesan tidak sama dengan si penerima pesan. Perbedaan ini bahkan bisa menimbulkan pertengkaran, diantara pengirim dan penerima pesan.

Semua kegiatan memiliki hambatan dalam proses terlaksananya, termasuk komunikasi sendiri juga terdapat hambatan. Hambatan komunikasi muncul ketika pesan yang disampaikan oleh pengirim tidak bisa difahami secara tepat dengan penerima pesan. Jika seperti itu maka akan menghambat jalannya komunikasi yang efektif. Hal tersebut bisa terjadi dikarenakan adanya perbedaan persepsi dan bahasa, pendengaran yang buruk, keterlibatan emosional dan lain sebagainya antara pengirim pesan dengan penerima pesan. Robbins (2006), mencatatkan bahwa hambatan komunikasi terjadi dikarenakan :

a) Perbedaan bahasa dan persepsi.

b) Gangguan komunikasi. Menurut Locker (2000) gangguan komunikasi ada 2 yaitu:

i. Gangguan emosional. Seringkali orang mencampurkan masalah pribadi dengan kondisi yang dihadapi sekarang. Yang pada akhirnya


(67)

emosi kita kalut dan terpancing untuk marah, jika hal itu tetap berlangsung maka orang justru akan salah faham dengan komunikasi yang sedang dilakukan atau bahkana mengabaikan dengan komunikasi yang sedang berlangsung. Oleh karena itu kit harus lebih professional apalagi dalam dunia perkantoran atau perusahaan.

ii. Gangguan Fisik. Pengirim atau penerima mungkin terganggu oleh hambatan yang bersifat fisik seperti akustik yang jelek, tulisan yang tidak dapat dibaca, cahaya yang redup, atau masalah kesehatan. Gangguan fisik bisa mengganggu konsentrasi dalam berkomunikasi. Setiap komunikator selalu mengharapkan agar komunikasi yang dilaksanakannya dapat mencapai tujuan dengan apa yang telah diharapakannya. Sekalipun gangguan fisik ini memiliki dampak yang kecil,namun dalam suatu komunikasi tidak akan mendapatkan hasil yang memuaskan jika masih terdapat suatu hambatan karena mengurangi konsentrasi penerima.

c) Overload Informasi. Dalam dunia bisnis komunikasi merupakan hal yang sangat penting dan harus akurat, karena berhadapan dengan orang banyak. Tidak hanya dengan para pekerja sendiri tapi juga dengan pihak lain atau audiens. Keseringan dalam bisnis, komunikasi terganggu dikarenakan materinya rumit dan kontroversial. Seperti telah terbukti dalam penelitian di USA bahwa setiap harinya diorganisasi Gallup mengirim dan menerima pesan sekitar 190 pesan. Hingga pada akhirnya sebagain orang terbenam dalam pesandan akan mengabaikan berita yang menurut mereka tidak penting,


(68)

sehingga menunda menanggapinya atau bahkan menjawab tapi dengan jawaban yang tidak lengkap.

d) Penyaringan yang tidak tepat. Dalam hal menyaring harus diakukan secara tepat. Jika dalam penyaringan sutau berita ata pesan kita tidak baik,maka akan menambah kesalahfahaman atau gangguan komunikasi. Karena sudah tentu pesan atau berita yang kita sampaikan tidak sesuai dengan yang dimaksudkan. Atau bahkan isi pesan berubah atau tidak sesuai kepada penerima yang dituju. Penyaringan disini maksudnya adalah membuang atau menyingkat suatu pesan atau informasi sebelum ditujukan pada penerima.

Dari beberapa hambatan tersebut, ada beberapa kiat yang dapat dilakukan untuk meminimalisir dampak hambatan tersebut menurut Quible dalam (Sukoco : 2007). Antara lain adalah:

a) Melakukan pendekatan yang berpusat pada audiens, hal utama yang harus dilakukan dalam berkomunikasi adalah memfokuskan diri pada audiens yang akan dituju. Dengan melakukan ini, komunikasi yang dilakukan dapat dipastikan efektif, karena kita akan berusaha menyajikan pesan atau informasi lebih berarti pada sisi penerimaan untuk mendapatkan feedback yang diharapkan atas terjadinya komunikasi.

b) Mengembangkan iklim komunikasi yang terbuka, dengan cara mengimplementasikan debirokratisasi organisasi, dengan mengurangi level pada struktur organisasi. Semakin sedikit hubungan dalam rantai komunikasi, semakin kecil salah pengertian yang akan terjadi. Dengan kata lain, struktur


(69)

yang datar dan rentang kendali yang lebar semakin kecil kemungkinan terjadinya distorsi pesan dibandingkan struktur yang tinggi dan rentang kendali yang sempit. Walaupun struktur datar tidak selalu lebih baik, namun tren selama ini menunjukkan bahwa struktur tersebut cukup efektif dan efisien dalam upaya menghemat biaya.

c) Komitmen untuk berkomitmen secara etis, komit pada komunikasi yang etis dan sesuai dengan norma yang berlaku akan membuat lebih mudah berkomunikasi dengan orang lain. Orang yang tidak etis biasanya egois dan tidak peduli salah atau benar, serta menghalalkan segala cara untuk mencapai hasil akhir. Orang yang etis pada umumnya dapat dipercaya, adil dan tidak memihak, menghargai hak orang lain dan memperhatikan dampak tindakan mereka terhadap masyarakat.

d) Menggunakan pesan yang singkat dan efektif, konsep 4 W (what, why, how and when) dapat diterapkan untuk berkomunikasi. Informasi apa yang akan disampaikan. Mengapa harus menyampaikannya, bagaimana akan menyampaikannya akan menentukan tingkat keberhasilan komunikasi yang akan dilakukan.

II.2. Kinerja Pegawai

II.2.1. Pengertian Kinerja Pegawai

Istilah kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai seseorang). Kinerja adalah hasil kerja seorang pegawai/karyawan selama periode tertentu dibandingkan dengan


(70)

berbagai kemungkinan, misalnya standard target , sasaran, atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan disepakati bersama. Jika pegawai tidak melakukan pekerjaannya, maka suatu organisasi akan mengalami kegagalan. Seperti juga perilaku manusia, tingkat, dan kualitas kinerja ditentukan oleh sejumlah variabel perseorangan dan lingkungan. Untuk lebih jelasnya, akan dikemukakan beberapa pengertian kinerja.

Sedangkan kinerja menurut Wilson (2012:231), adalah hasil pekerjaan yang dicapai seseorang berdasarkan persyaratan-persyaratan pekerjaan (job requirement). Suatu pekerjaan mempunyai persyaratan tertentu untuk dapat dilakukan dalam mencapai tujuan yang disebut juga sebagai standar pekerjaan (job standart). Standar kinerja adalah tingkat yang diharapkan suatu pekerjaan tertentu utnuk dapat diseesaikan, dan merupak perbandingan (benchmarks) atas tujuan atau target yang ingin di capai.

Menurut Mahsun (2006), bahwa kinerja merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan, program, kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi yang tertuang dalam perencanaan strategi organisasi. Sedangkan Simanjuntak (2005), menyatakan bahwa kinerja adalah tingkatan pencapaian hasil atas pelaksanaan tugas tertentu dalam rangka mewujudkan pencapaian hasil untuk mencapai tujuan perusahaan.

Kinerja merupakan perwujudan kerja yang dilakukan oleh karyawan yang biasanya di pakai sebagai dasar penilaian terhadap karyawan atau individu. Kinerja yang baik merupakan suatu langkah untuk menuju tercapainya tujuan


(71)

individu. Oleh karena itu kinerja merupakan sasaran penentu dalam mencapai tujuan individu.

Kinerja (perfomance) mengacu kepada kadar pencapaian tugas-tugas yang membentuk sebuah pekerjaan karyawan (Simamora, 2006). Penilaian kinerja adalah proses dimana organisasi mengawasi pelaksanaan kerja individu. Dalam penilaian kinerja dinilai kontribusi karyawan kepada organisasi selama periode tertentu. Umpan balik penilaian kinerja memungkinkan karyawan mengetahui seberapa baik mereka bekerja jika dibandingkan dengan standar organisasi.

Menurut Mangkunegara (2000:79), kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya. Kinerja merupakan suatu kondisi yang harus diketahui dan dikonfirmasikan kepada pihak tertentu untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil suatu instansi dihubungkan dengan visi yang diemban suatu organisasi atau perusahaan serta mengetahui dampak positif dan negatif dari suatu kebijakan operasional.

Mink (1993 : 76) mengemukakan pendapatnya bahwa individu yang memiliki kinerja yang tinggi memiliki beberapa karakteristik, yaitu diantaranya: berorientasi pada prestasi, memiliki percaya diri, berpengendalian diri, kompetensi.

II.2.2. Karakteristik Kinerja Pegawai

Karakteristik orang yang mempunyai kinerja tinggi oleh Mangkunegara (2005:56) sebagai berikut:


(1)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

I.1 Latar Belakang ... 1

I.2 Rumusan Masalah ... 5

I.3 Tujuan Penelitian ... 5

I.4 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

II.1 Komunikasi... 7

II.1.1 Pengertian Komunikasi ... 7

II.1.2 Pengertian Komunikasi Kantor... 9

II.1.3 Fungsi Komunikasi ... 10

II.1.4 Tujuan Komunikasi ... 12

II.1.5 Proses Komunikasi ... 13

II.1.6 Jenis-Jenis Komunikasi ... 16

II.1.7 Hambatan Komunikasi ... 19


(2)

II.2.1 Pengertian Kinerja Pegawai ... 23

II.2.2 Karakteristik Kinerja Pegawai ... 25

II.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Pegawai .... 26

II.3 Hipotesis ... 28

II.4 Definisi Konsep ... 29

II.5 Definisi Operasional ... 30

BAB III METODE PENELITIAN ... 32

III.1 Bentuk Penelitian ... 32

III.2 Lokasi Penelitian ... 32

III.3 Populasi dan Sampel ... 32

III.3.1 Populasi ... 32

III.3.2 Sampel ... 33

III.4 Teknik Pengumpulan Data ... 33

III.5 Teknik Penentuan Skor ... 35

III.6 Teknik Analisis Data ... 36

III.6.1 Koefisien Korelasi Product Moment ... 36

III.6.2 Koefisien Determinant ... 38

III.6.3 Uji Hipotesis (Uji t) ... 38

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ... 39


(3)

IV.1.1 Sejarah PT. Jasa Marga ... 39

IV.1.2 Visi dan Misi PT. Jasa Marga ... 41

IV.1.3 Struktur Organisasi PT. Jasa Marga Cabang Belmera ... 42

IV.1.4 Tugas Pokok dan Tanggung Jawab... 43

BAB V PENYAJIAN DATA ... 46

V.1 Karakteristik Responden ... 48

V.2 Distribusi Jawaban Responden... 51

V.2.1 Variabel X (Komunikasi Kantor) ... 51

V.2.2 Variabel Y (Kinerja Pegawai) ... 63

BAB VI ANALISIS DATA ... 71

VI.1 Koefisien Korelasi Product Moment ... 71

VI.2 Koefisien Determinasi ... 73

VI.3 Uji Hipotesis (Uji t) ... 74

BAB VII PENUTUP………. ... 76

VII.1 Kesimpulan ... 76

VII.2 Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 78 KUESIONER


(4)

DAFTAR TABEL

Tabel V.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 49 Tabel V.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 49 Tabel V.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 50 Tabel V.4 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Intensitas Interakasi Melalui

Percakapan Seputar Pekerjaan Berjalan Dengan Baik ... 51 Tabel V.5 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Komunikasi Melalui Pesan

Singkat Ataupun Instant Messenger Dilakukan Oleh Para Pegawai Dalam

Menyelesaikan Pekerjaan ... 52 Tabel V.6 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Respon atasan terhadap

pekerjaan yang dilakukan para pegawai mampu dimengerti oleh para pegawai ... 53 Tabel V.7 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Bahasa tubuh yang atasan

berikan kepada para pegawai mampu dimengerti dengan baik ... 54 Tabel V.8 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Para pegawai mampu

mengkomunikasikan ide dan gagasan mereka kepada atasan ... 55 Tabel V.9 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Keluhan yang pegawai

sampaikan diterima dengan baik oleh atasan ... 56 Tabel V.10 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Atasan Memberikan Contoh

Langsung Kepada Para Pegawai Dalam Penyelesaian Tugas ... 57 Tabel V.11 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Atasan memberikan motivasi


(5)

Tabel V.12 Distribusi Jawaban Respoden Mengenai Para pegawai memahami tugas dari masing – masing pegawai yang berada dalam satu divisi atau bagian ... 59 Tabel V.13 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Hubungan yang terjalin pada tiap – tiap kelompok kerja berjalan dengan baik ... 60 Tabel V.14 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Interaksi yang muncul antar lini

atau antar kelompok kerja berjalan dengan baik ... 61 Tabel V.15 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Penyelesaian tugas yang

melibatkan beberapa bagian atau divisi sesuai dengan yang diharapkan ... 62 Tabel V.16 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Kemampuan yang dimiliki

mampu menunjang kinerja pegawai ... 63 Tabel V.17 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Para Pegawai Mampu

Menyelesaikan Tugas Dengan Tepat Waktu... 64 Tabel V.18 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Setiap Pegawai Harus Memiliki

Keahlian Masing-Masing ... 65 Tabel V.19 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Hadir Tepat Waktu Adalah

Kewajiban Seluruh Pegawai ... 66 Tabel V.20 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Pemanfaatan Waktu Kerja

Berjalan Dengan Baik ... 67 Tabel V.21 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Mempercepat Penyelesaian


(6)

Tabel V.22 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Pekerjaan Yang Diselesaikan Sesuai Dengan Tugas Masing-Masing Para Pegawai ... 69 Tabel V.23 Distribusi Jawaban Respoden Mengenai Penyelesaian Pekerjaan