Tafsir ayat ayat ekonomi 2

DISTRIBUSI
Di Susun Guna Memenuhi Tugas Kelompok
Mata Kuliah Tafsir Ayat Ekonomi 2
Dosen Pengampu ;

Oleh :
Watim Maysaroh

1289644

Jurusan Syari’ah
Program Study Ekonomi Syari’ah

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) METRO LAMPUNG
1435 H/ 2014 M

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Bahwa
penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas kelompok Tafsir ayat ekonomi

islam 2 yang membahas tentang Tafsir Ayat Distribusi.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi.
Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah
Sejarah Peradaban Islam ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan
orang tua, kerabat atau teman-teman kami dan Bpk...... Selaku Dosen mata
kuliah Tafsir Ayat Ekomi 2, sehingga kendala-kendala yang kami hadapi teratasi.
Oleh karenanya penulis mengucapkan trimaksih kepada Bpk..... selaku dosen
mata kuliah Tafsir Ayat Ekonomi 2, Teman-Teman yang telah membantu dalam
penulisan maklah ini

sehingganya makalah ini dapat selesai. Tak kalah

pentingnya, Rasa sayang dan terimaksaih Penulis haturkan kepada Ayahabda dan
ibunda yang senantiasa mendo’akan dan memberikan dukungannya.
Kritik dan saran demi perbaikan makalah ini sangat diharapkan dan akan
diterima dengan kelapangan dada. Dan akhirnya semoga materi ini dapat
bermanfaat dan menjadi bahan pembelajaran bagi pihak yang membutuhkan,
khususnya bagi kami sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai, Semoga
makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.


Metro, 2 Mei 2014
Penulis

DAFTAR ISI

2

HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan masalah .............................................................................. 1
C. Tujuan.................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
1. Pengertian Distribusi Dalam Islam................................................... 3
2. Gambaran umum misi : nabi muhammad SAW ............................
3. Peradaban mekah dan perdaban ekonomi yang di bangun........... 3
4. Perdaban madinah dan perdaban Ekonomi yang di bngun ..........
5. Perkembangan Pemikiran Ekonomi Pada Masa Rasulullah Saw

A. Kebijakan fiskal ..................................................................... 5
B. Unsur-unsur kebijakan islam............................................... 5
1). Sistem Ekonomi................................................................. 5
2). Sistem Keuangan Dan Pajak........................................... 6
3). Sumber Pendapatan dan Pengeluaran Negara............... 8
4). Baitul Mal...........................................................................10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .........................................................................................12
B. Saran ...................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA

3

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Distribusi pedapatan merupakan masalah yang sangat rumit, singga saat


ini masih sering dijadikan bahn perdebatan antara ahli ekonomi. System
ekonomi kapitalis memandang seseorng individu dapat secara bebas
mengumpulkan

dan

menghasilkan

kekayaan

(pendapatan)

dengan

menggunakan kemampuan yang dimiliki serta tidak ada batasan untuk
memanfaatkan dan membagi harta yang dimiliki. Sementara system ekonomi
sosialis berpendapat bahwa kebebasan secara mutlak dapat membahayakan
masyarakat. Oleh karena itu hak individu atas harta harus dihapuskan dan
wewenang dialihkan kepada Negara sehingga pemerataan dapat diwujudkan.
Kedua system ekonomi tersebut ternyata belum dapat memberikan solusi

yang adil dan merata terhadap masalah penditribusian dalam masyarakat.
Untuk itu islam menjelaskan pada surat Al-Hasyr: 22, Adz-Dzariyat: 19, AthThalaq: 7, Al-Ma’arij: 24-25, At-Taubah: 103. Yang akan dibahas oleh
kelompok kami.
B. Rumusan Masalah
a.

Jelaskan pengertian Distribusi dalam Islam?

b.

Bagaimana penafsiran dan kandungan ayat-ayat yang terkandung
dalam Distribusi?

C. Tujuan Masalah
a.

Untuk mengetahui pengertian Distribusi dalam Islam.

b.


Untuk mengetahui Tafsir dan kandungan ayat yang terkait dalam
Distribusi.

1

BAB II
PEMBAHASAN

A. Surat Yang Berkaitan dengan Distribusi
a. Q.S. Al-Hasyr : 22

‫ب ومٱل ر‬
٢٢ ‫م‬
‫ن ٱلرر ح‬
‫ه ٱل ر ح‬
‫حي م‬
‫شهمد مةة هموم ٱلررحح م‬
‫ه إ حرل هم ووة ع مل ح م‬
‫ذي مل إ حل م م‬
‫هموم ٱلل ر م‬

‫م ٱلحغميح ح‬
‫م م‬
Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, yang mengetahui yang ghaib dan yang
nyata, Dia-lah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (Q.S. Al-Hasyr : 22)

b. Q.S. Adz-Dzariyaat : 19

‫م‬
١٩ ‫مححمروم ح‬
‫ي أمحومل حهح حم م‬
‫حقق للل ر‬
‫ل ومٱلح م‬
‫سائ ح ح‬
‫ومفح ي‬
Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta
dan orang miskin yang tidak mendapat bagian. (Q.S. Adz-Dzariyaat : 19)
1. Kata kunci

‫أ ومحوولةةهمح‬
“Harta-harta mereka”

Yang dimaksud dengan harta-harta mereka adalah setiap harta orang yang
lebih dalam kepemilikannya haruslah membagi hartanya tersebut, karena pada
setiap harta manusia ada bagian untuk orang lain yang membutuhkan.
Tidak beda halnya dengan zakat, sedekah, dan infak karena itu merupakan
hak bagi orang yang membutuhkannya, baik orang yang tak meminta dan orang
yang kurang berkecukupan dalam segi materi dan pamanuhan kehidupannya.
c. Q.S. At-Thalaq : 7

‫ه ٱلل رلل ههه مل‬
‫ف ح‬
‫ق ح‬
‫هۥ فملحمين ح‬
‫ل حمين ح‬
‫من م‬
‫فقح مذو م‬
‫مللا مءات مى ملل م‬
‫م ر‬
‫من قمد حمر ع مل ميحهح رحزحقم م‬
‫سعمت حهحۦة وم م‬
‫سعمةة ل‬

‫سي مجحعم م‬
٧ ‫ه ب معحد م ع مسحةر ي مسحررا‬
‫ي مك مل ل م‬
‫ما مءات مى مهماه م‬
‫ه ن مفح س‬
‫ل ٱلل ر م‬
‫سا إ حرل م‬
‫ف ٱلل ر م‬
Hendaklah

orang

yang

mampu

memberi

nafkah


menurut

kemampuannya. dan orang yang disempitkan rezkinya hendaklah memberi
nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan
beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan

2

kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.
(Q.S. At-Thalaaq : 7)
d. Q.S. Al-Ma’arij : 24-25

‫م‬
٢٥ ‫مححمروم ح‬
‫ومٱل ر ح‬
‫ي أمحومل حهح حم م‬
‫ للل ر‬٢٤ ‫معحملوقم‬
‫ل ومٱلح م‬
‫حقق ر‬
‫سائ ح ح‬

‫ن فح ي‬
‫ذي م‬
Dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu. Bagi
orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa
(yang tidak mau meminta). (Q.S. Al-Ma’arij : 24-25)

e. Q.S. At – Taubah : 103

‫م‬
‫ة ت مط مهلمرهممح ومت ممز ل‬
‫صل مومت م م‬
‫ص ل‬
‫سللك مقن‬
‫م‬
‫صد مقم ر‬
‫خذح ح‬
‫ل ع مل ميحهح ةمح إ ح ر‬
‫ك م‬
‫ن م‬
‫كيحهم ب حمها وم م‬
‫منح أمحومل حهحمح م‬
١٠٣ ‫م‬
‫س ح‬
‫ه م‬
‫ميعم ع محلي م‬
‫ل رهممحم ومٱلل ر م‬
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan
Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui. (Q.S. At-Taubah : 103)
B. Sebab Turunnya Ayat
a. QS. Al-Hasyr: 22
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa surah ini turun pada waktu
perang bani nadlir. (Diriwayatkan oleh AL-Bukhari yang bersumber dari ibn
‘Ab-bas)
b. QS. Adz-Dzaariyaat : 19
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa Rosulullah SAW mengirim
pasukan bersenjata. Mereka mendapat kemenangan dan ghanimah. Setelah
selesai peperangan datanglah orang-orang miskin meminta bagian maka
turunlah ayat ini sebagai penegasan bahwa pada harta ghanimah terdapat

3

bagian kaum fakir miskin. (Diriwayatkan oleh Ibn Jarir dan Ibn Abi Hatim,
yang bersumpah dari al-Hasan bin Muhammad al-Hanafiyyah).1
c. QS. At-Taubah : 103
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa Abu Lubabah bersama kedua
temannya, setelah dilepaskan dari tiang-tiang, datang menghadap Rasulullah
saw. Dengan membawa harta bendanya, seraya berkata :”ya Rasulullah! Ini
adalah harta benda kami, sedekahkanlah atas nama kami, dan mintalah
ampunan bagi kami.” Rasulullah saw menjawab, “ aku tidak diperintah untuk
menerima harta sedikit pun.” Maka turunlah QS. At-Taubah : 103, yang
memerintahkan untuk menerima sedekah mereka dan mendoakan mereka.
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari ‘ali bin abi thalhar yang bersumber dari
ibnu ‘abbas. Diriwayat lain dikemukakan bahwa ayat ini (QS. At-Taubah ;
103) turun berkenaan dengan tujuh orang (yang meninggalkan diri, tidak
mengikuti Rasulullah SAW ke perang Tabuk). Empat orang diantaranya
mengikat dirinya masing-masing di tiang-taiang, yaitu: Abu Lubabah, Mirdas,
Aus bin Khudzam, dan Tsa’labah bin wadi’ah. (HR. Abdillah dari Qatadah).2

C. Tafsir Mufradat dan Kandungan Ayat
a.

Surat Al-Hasyr ayat 22

Ayat ini menjelaskan bahwa Sesungguhnya tiada Tuhan selain Allah, dan
setiap orang yang menyembah selain Dia seperti tumbuh-tumbuhan, batu,
berhala, atau raja adalah batal. Allah Maha mengetahui segala sesuatu yang
tampak di jagat raya baik yang tampak maupun tidak tampak, serta tidak ada
satu yang di langit dan di bumi ini yang lepas dari pengetahuan Tuhan. Allah
memiliki Rahmat yang amat luas yang menjangkau seluruh Ciptaan-Nya. Allah
Maha Pengasih di dunia dan akhirat serta pada keduanya.3
Ayat ini menunjuk-Nya dengan kata “Dia” yakni Dia yang menurunkan AlQuran dan yang disebut-sebut pada ayaty-ayat yang lalu Dia, Allah Yang tiada
1 A. Mudjab Mahali, Asbabun Nuzul, (Jakarta, Raja Grafindo Persada: 2002),
hal. 775.
2 A. Mudjab Mahali, Op Cit., hal. 485
3 Abuddin Nata, Tafsir ayat-ayat pendidikan,(Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 2002), hlm 61.

4

Tuhan yang berhak disembah, serta tiada Pencipta dan Pengendali alam raya
selain Dia, Dia Maha Mengetahui yang ghaib baik yang nisbiy/relatif maupun
yang mutlak dan yang nyata, Dia-lah saja ar-Rahman Pencurah rahmat yang
bersifat sementara untuk seluruh makhlukdalam pentas kehidupandunia ini lagi
ar-Rahim pencurah rahmat yang abadi bagi orang-orang beriman di akhirat
nanti.4
Kata

(Huwa)

yang

mendahului

ar-Rahman

ar-Rahim

berfungsi

mengkhususkan kedua sifat itu dalam pengertiannya yang sempurna hanya untuk
Allah SWT. Kata (Huwa) sepintas tidak diperlukan lagi karena telah menunjuk
kepada Allah. Tetapi ini agaknya untuk menggambarkan semua sifat-sifatNya.sebelum menyebut sifat-sifat tertentu, karena kata Allah menunjukkan
kepada Dzat yang wajib wujud-Nya itu dengan sifat-Nya, baik sifat Dzat
maupun sifat fi’il.5
"Dia adalah Maha Murah, Maha Penyayang." (ujung ayat 22).
Ar-Rahmaan kita artikan Pemurah.. Ar-Rahiim kita artikan Penyayang.
Hasil jipratan dari sifat Rahman dan sifat Rahim itu ialah Rahmat. Rahmat itu
pun diartikan juga kasih-sayang! Kasih-sayang Allah itu nampak di mana saja,
apabila saja!
Kemurahan dan kasih-sayang Ilahi itulah yang kita lihat di mana-mana dan
Kasih-sayang serta kemurahan Tuhan itulah yang menyebabkan hidup kita
sesuai dalam bumi ini. Kita diberi kemudahan dan penyelenggaraan. Segala
sesuatu di atas bumi ini dapat kita memanfaatkan. Bahkan pertalian di antara
satu bintang dengan bintang yang lain, pertalian antara bumi dengan bulan,
matahari dengan bintang-bintang satelitnya, semuanya berjalan dalam lindungan
kasih-sayang dan kemurahan Tuhan.

b.

Surat Adz-Dzariyat ayat 19

4 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah : Pesan , Kesan dan keserasian alQur’an, Juz II, (Jakarta : Lentera Hati, 2002), hlm. 135.
5 H.M. Quraish Shihab Op. Cit. hlm. 134.

5

Banyak sekali pendapat ulama mengenai makna (‫ )المحروم‬tetapi sebagian
diantaranya merupakan cotoh-contoh dari orang-orang yang wajar dinamai
mahrum. Konon asy-sya’bi salah seorang yang hidup pada masa sahabat Nabi
saw, pernah berkata: “Telah berlalu usiaku sebanyak tujuh puluh tahun sejak aku
dewasa, aku belum memahami apa yang dimaksud dengan al-mahrum”.6
Tapi ada salah satu sumber yang menyatakan bahwa kosakata dari ayat
tersebut adalah (‫ )المحروم‬maknanya berkisar pada arti al-man’atau tercegah,
terhalangi dan lain sebagainya. Sebagian ahli tafsir mengartikannya sebagai
orang yang menjaga diri dari meminta-minta, padahal dirinya dalam kekurangn.
Sebagian lagi mengartikannya dengan orang yang terkena malapetaka terhadap
tanamannya atau hewanya.
Ayat ini menerangkan bahwa disamping mereka melaksanakan sholat wajib
dan sunnah, mereka juga selalu megeluarkan infaq fi sabilillah deangan cara
mengeluarkan zakat atau sumbangan derma atau songkongan sukarela karena
mereka memandang bahwa pada harta-harta mereka itu ada hak fakir miskin
yang meminta dan orang miskin yang tidak meminta bagian karena merasa malu
untuk meminta.
Selain itu juga diperkuat dengan Allah berfirman bahwa, “dan harta-harta
mereka ada hak” yaitu bagian yang dipisahkan dan dikhususkan untuk orang
yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapatkan bagian. Adapun orang
yang meminta-minta itu, maka sudah diketahui, yaitu orang yang memulai
upayanya dengan jalan meminta-minta dan orang yang seperti itu ada haknya.
Adapun yang dimaksud dengan orang miskin yang tidak mendapatkan
bagian, maka Ibnu Abbas r.a dan yang lainnya mengatakan, “dia adalah orang
yang bernasib buruk yang tidak mendapatkan bagian dalam islam, yaitu tidak
mendapatkan dari baitul mal, dia tidak mempunyai usaha dan keahlian yang
dapat dijadikan pegangan untuk kehidupan sehari-hari”.7

6 Shihab, Quraish, tafsir al-misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hal. 333
7 Ar-rifa’i nasib, Taisiru al-Aliyyul Qadir li Ikhtishari Tafsir Ibnu Kastir, jilid 4
(Jakarta: Gema Insani Press, 2000), hal. 471

6

c. Surat At- Thalaq ayat 7
Ayat di atas menjelaskan prinsip umum yang mencakup penyusunan dan
sebagainya sekaligus menengahi kedua pihak dengn menyatakan bahwa
:Hendaklah yang lapang yakni mampu dan memiliki banyak rezeki memberi
nafkah untuk istri dan anak-anaknya dari yakni sebatas kadar kemampuannya
dan dengan demikian hendaknya ia memberi sehingga anak dan istrinya itu
memiliki pula kelapangan dan keluasan berbelanja dan siapa yang disempitkan
rezekinya yakni terbatas penghasilannya, maka hendaklah ia memberi nafkah
dari harta yang diberikan Allah kepadanya.
Jangan sampai dia memaksakan diri untuk nafkah itu dengan mencari rezeki
dari sumber yang tidak direstui Allah. Allah tidak memikulkan beban kepada
seseorang melainkan sesuai apa yang Allah berikan kepadanya. Karena itu
janganlah wahai istri menuntut terlalu banyak dan pertimbangkanlah keadaan
suami dan bekas suami kamu. Di sisi lain hendaklah semua pihak selalu optimis
dan mengharap kiranya Allah memberinya kelapangan karena Allah karena akan
memberikan kelapangan sesudah kesempitan.
Sa yaj’alu Allah ba’da ‘usrin yusran “Allah akan memberikan kelapangan
sesudah kesempitan ada ulama yang memahaminya sebagai janji yang pasti
terlaksana. Al-Biqa’i mengomentari penggalan ayat ini bahwa: “Karena itu tidak
ada seseorang yang terus-menerus sepanjang usianya dalam seluruh keadaannya
hidup dalam kesempitan.” Ada lagi yang menyatakan bahwa ayat ini ditunjukan
kepada kaum muslimin pada masa Nabi SAW. Di mana kelapangan rezeki telah
mereka dapatkan dengan kemenangan-kemenangan yang ereka raih dalam
peperangan dan yang menghasilkan harta rampasan serta lahan pertanian.
Menurut Thabathaba’i penggalan ayat itu berarti: “Allah akan mempermudah
baginya kesulitan yang dihadapinya atau mempermudah baginya persoalan
dunia dan akhirat, kalau bukan berupa kelapangan di dunia maka ganti yang baik
di akhirat kelak.”8
d. Surat Al-Ma’arij ayat 24-25

8 M. Qurais Shihab, Tafsir Al-Mishbah, (Jakarta, Lentera Hati : 2002), hal. 303.

7

Disamping mengerjakan salat untuk mengingat dan menghambakan diri
kepada Allah, manusia memperintahkan agar selalu meneliti harta yang telah
dianugrahkan Allah kepadanya; apakah dalam harta itu telah atau belum ada hak
orang miskin yang meminta-minta, dan orang miskin yang tidak mempunyai
sesuatu apa pun. Jika ada hak mereka, segera mengeluarkan hak itu. Karena dia
percaya bahwa selama ada hak orang lain dalam hartanya itu, berarti hartanya
belum lagi suci, Allah SWT. Berfirman: ambillah zakat dari sebagian harta
mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka.
Ayat-ayat di atas menyatakan bahwa: dan orang-orang dalam harta mereka
ada hak yakni bagian tertentu yang mereka peruntukkan bagi orang-orang yang
butuh yang meminta dan yang tidak mempunyai apa-apa tetapi enggan dan malu
meminta dan juga orang-orang yang mempercayai keniscayaan hari pembalasan,
sehingga mempersiapkan bekal.
Sementara ulama memahami makna baqqun ma’lum atau hak tertentu dalam
arti zakat, karena zakat adalah kewajiban yang telah tertentu kadarnya. Ulama
lain memahaminya dalam arti kewajiban yang ditetapkan sendiri oleh yang
bersangkutan selain zakat dan yang mereka berikan secara suka rela dan jumlah
tertentu kepada fakir miskin. Ini karena ayat di atas dikemukakan dalam konteks
pujian, dan tentu saja pendapat kedua ini lebih menonjol sifat terpujinya.
e. Surat At-Taubah ayat 103
Amwal (At-Taubah 103)
Amwal merupakan bentuk jama’ dari mal yang berarti harta benda. Amwal
dalam ayat ini terkait harta benda yang wajib dikeluarkan zakatnya. Zakat yang
dikeluarkan dari amwal biasanya zakat al-mal atau zakat al-amwal. Amwal itu
sendiri dapat berbentuk an-naqdain (emas dan perak) az-zuru’ (tanaman), assimar (buah-buahan), at-tijarah (perdagangan atau niaga), ar-rikaz (barang
temuan simpanan, atau harta karun), dan al-ma’adin (barang tambang).
Perintah Allah pada permulaan ayat ini ditunjukkan kepada Rasul-Nya agar
Rasulullah sebagai pemimpin mengambil sebagian dari harta benda mereka
sebagai sedekah atau zakat. Ini untuk menjadi bukti kebenaran tobat mereka
karena sedekah atau zakat tersebut akan membersihkan diri mereka dari dosa

8

yang timbul karena mangkirnya (malas) mereka dari peperangan dan untuk
mensucikan diri mereka dari sifat “cinta harta” yang mendorong mereka untuk
mangkir dari peperangan itu. Selain itu sedekah atau zakat tersebut akan
membersihkan diri mereka pula dari semua sifat-sifat jelek yang timbul karena
harta benda, seperti kikir, tamak, dan sebagainya. Oleh karena itu, Rasul
mengutus para sahabat untuk menarik zakat dari kaum Muslimin.
Di samping itu, dapat dikatakan bahwa penuaian zakat berarti membersihkan
harta benda yang tinggal, sebab pada harta benda seseorang terdapat hak orang
lain, yaitu orang-orang yang oleh agama islam telah ditentukan sebagai orangorang yang berhak menerima zakat. Selama zakat itu belum dibayarkan oleh
pemilik harta tersebut, maka selama itu pula harta bendanya tetap bercampur
dengan hak orang lain, yang haram untuk dimakannya. Akan tetapi, bila ia
mengeluarkan zakat dari hartanya itu, maka harta tersebut menjadi bersih dari
hak orang lain. Orang yang mengeluarkan zakat terbebas dari sifat kikir dan
tamak. Menunaikan zakat akan menyebabkan keberkahan pada sisa harta yang
masih tinggal, sehingga ia tumbuh dan berkembang biak. Sebaliknya bila zakat
itu tidak dikeluarkan, maka harta benda seseorang tidak akan memperoleh
keberkahan.
Perlu diketahui, walaupun perintah Allah dalam ayat ini pada lahirnya
ditunjukkan kepada Rasul-Nya, dan turunnya ayat ini berkenaan dengan
peristiwa Abu Lubabah dan kawan-kawannya namun hukumnya juga berlaku
terhadap semua pemimpin atau penguasa dalam setiap masyarakat muslim,
untuk melaksanakan perintah Allah dalam masalah zakat ini yaitu untuk
memungut zakat tersebut dari orang-orang Islam yang wajib berzakat, dan
kemudian membagi-bagikan zakat itu kepada yang berhak menerimanya.
Dengan demikian, maka zakat akan dapat memenuhi fungsinya sebagai sarana
yang efektif untuk membina kesejahteraan masyarakat.
Selanjutnya dalam ayat ini Allah memerintahkan kepada Rasul-Nya, dan juga
kepada setiap pemimpin dan penguasa dalam masyarakat, agar setelah
melakukan pemungutan dan pembagian zakat, mereka berdoa kepada Allah bagi
keselamatan dan kebahagiaan pembayar zakat. Doa tersebut akan menenangkan

9

jiwa mereka, dan akan menenteramkan hati mereka, serta menimbulkan
kepercayaan dalam hati mereka bahwa Allah benar-benar telah menerima tobat
mereka.
Semoga Allah memberi pahala terhadap apa-apa yang kamu berikan, dan
memberkahi apa yang tinggalkan.
Pada akhirnya ayat ini diterangkan bahwa Allah Maha Mendengar setiap
ucapan hamba-Nya yang bertobat, Allah Maha Memgetahui semua yang
tersimpan dalam hati sanubari hamba-Nya, seperti rasa penyesalan dan
kegelisahan yang timbul karena kesadaran atas kesalahan yang telah diperbuat.

D.Munasabah
a. QS. Al-Hasyr : 22 , QS. Adz-Dzaariyaat : 19, at-Taubah 103 dan QS. AlMa’arij : 24-25
Munasabah keempat surat diatas ialah di dalam harta yang kita miliki itu ada
hak-hak orang lain baik ia meminta atupun tidak. Dan itu semua dapat
menjadikan kita lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT, karena hanya Dialah
tempat kita mengadu, meminta pertolongan dan banyak hal lainnya. Kita ketahui
bersama bahwa Allah adalah Maha Mengetahui apa saja yang kita lakukan.
Apabila kita berbuat baik maka Allah akan membalasnya dengan kebaikan.
Apabila kita berbuat keburukan maka Allah akan memberikan ganjaran yang
setimpal dengan apa yang telah kita kerjakan. Namun jika kita telah berbuat
kebathilan dan kita ingin bertobat dengan sungguh-sungguh dan tidak akan
melakukan perbuatan itu lagi maka insya Allah, Allah akan menerima tobat kita
karena Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Dan bersedekah adalah taubat yang berkaitan dengan harta, sedangkan tobat
yang tulus adalah sedekah dalam bentuk amal dan kegiatan nyata. Kegiatan

10

nyata, antara lain membayar zakat dan bersedekah. Dan Allah juga telah
mengatur bagaimana kita dalam mentalaq seorang istri dan kita
b. Munasabah surat QS. Al-Hasyr : 22 , QS. Adz-Dzaariyaat : 19, at-Taubah
103 dan QS. Al-Ma’arij : 24-25, at-thalaq ayat 7 dengan Distribusi Dalam
Islam
Islam membolehkan adanya harta pribadi dan hasil usaha pribadi dan bukan
seperti Negara totaliter yang menguasai semua kekayaan dan memperlakukan
rakyatnya seperti mesin tanpa perasaaan dan belas kasihan. Paham komunis
memaksa setiap orang untuk menganut ideology yang sama. Ajaran Islam penuh
dengan esensi moral dan keadilan social yang akan menjadi patokan umum
antara orang Islam dan non Islam.
Masyarakat bebas menyakini apa yang mereka sukai dan bekerja sesuai
keingingan sepanjang pekerjaan mereka tidak mengandung norma-norma yang
tidak bermoral dan anti social. Setiap orang diwajibkan mencari nafkah dengan
kerja keras dan kejujuran untuk kepuasan dari apa yang diinginkan lalu
membelanjakan dari kelebihan yang dimiliki untuk memenuhi kebuthankebutuhan orang miskin yang melarat yang ada pada masyarakat.
Dengan kata lain, orang-orang islam diharapkan menyumbangkan kekayaan
mereka dengan ikhlas sehingga kebutuhan kaum dhuafa itu dapat terpenuhi.
Prinsip infaq tidak meminta seseorang untuk melupakan hak milik pribadinya
tapi sekedar mengingatkan seseorang untuk menafkahkan hartanya sesuai
kebutuhannya.

E. Kutipan
Pengertian Distribusi dalam Islam
Pengertian distribusi menurut kamus besar bahasa indonesia adalah
penyaluran (pembagian, pengiriman) kepada beberapa orang atau ke beberapa
tempat; pembagian barang keperluan sehari-hari (terutama dalam masa darurat)

11

oleh pemerintah kepada pegawai negeri, penduduk, dsb.9 Sedangkan distrbusi
menurut para ahli ekonomi antara lain:
a. Menurut Winardi (1989:299)

Saluran distribusi merupakan suatu kelompok

perantara yang berhubungan erat satu sama lain dan yang menyalurkan produkproduk kepada pembeli.
b. Menurut Warren J. Keegan (2003) Saluran Distribusi adalah saluran yang
digunakan oleh produsen untuk menyalurkan barang tersebut dari produsen
sampai ke konsumen atau pemakai industri.
c. Menurut Assauri (1990: 3) Saluran distribusi merupakan lembaga-lembaga yang
memasarkan produk, yang berupa barang atau jasa dari produsen ke konsumen.
d. Menurut Kotler (1991 : 279) Saluran distribusi adalah sekelompok perusahaan
atau perseorangan yang memiliki hak pemilikan atas produk atau membantu
memindahkan hak pemilikan produk atau jasa ketika akan dipindahkan dari
produsen ke konsumen.
e. Sedangkan Philip Kotler (1997:140) Saluran distribusi adalah serangkaian
organisasi yang saling tergantung dan terlibat dalam proses untuk menjadikan
suatu barang atau jasa siap untuk digunakan atau dikonsumsi.10
Dari pangertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa distribusi
merupakan proses penyaluran hasil produksi berupa barang dan jasa dari
produsen ke konsumen guna memenuhi kebutuhan manusia, baik primer
maupun sekunder.
System ekonomi yang berbasis Islam menghandaki bahwa dalam hal
pendistribusian harus berdasarkan dua sendi, yaitu sendi kebebasan dan keadilan
kepemilikan. Kebebasan disini adalah kebebasan dalam bertindak yang di
bingkai oleh nilai-nilai agama dan keadilan tidak seperti pemahaman kaum
kapitalis yang menyatakannya sebagai tindakan membebaskan manusia untuk
berbuat dan bertindak tanpa campur tangan pihak mana pun, tetapi sebagai
keseimbangan antara individu dengan unsur materi dan spiritual yang

9 Kamus besar bahasa indonesia online,
http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php

10 http://imambikar.blogspot.com/2009/06/makalah-konsep-distribusi-dalam-islam.html

12

dimilikinya, keseimbangan antara individu dan masyarakat serta antara suatu
masyarakat dengan masyarakat lainnya.
Keberadilan dalam pendistribusian ini tercermin dari larangan dalam alqur’an agar supaya harta kekayaan tidak diperbolehkan menjadi barang
dagangan yang hanya beredar diantara orang-orang kaya saja, akan tetapi
diharapkan dapat memberi kontribusi kepada kesejahteraan masyarakat sebagai
suatu keseluruhan (59:7).
Dalam system ekonomi kapitalis bahwa kemiskinan dapat diselesaikan
dengan cara menaikkan tingkat produksi dan meningkatkan pendapatan nasional
(national income) adalah teori yang tidak dapat dibenarkan dan bahkan
kemiskinan menjadi salah satu produk dari sistem ekonomi kapitalistik yang
melahirkan pola distribusi kekayaan secara tidak adil Fakta empirik
menunjukkan, bahwa bukan karena tidak ada makanan yang membuat rakyat
menderita kelaparan melainkan buruknya distribusi makanan (Ismail Yusanto).
Mustafa E Nasution pun menjelaskan bahwa berbagai krisis yang melanda
perekonomian dunia yang menyangkut sistem ekonomi kapitalis dewasa ini telah
memperburuk tingkat kemiskinan serta pola pembagian pendapatan di dalam
perekonomian negara-negara yang ada, lebih-lebih lagi keadaan perekonomian
di negara-negara Islam.

F.Analisis
Kaitan ayat di atas dengan Tema :
Bahwa kita diciptakan harus bisa saling mengerti, dalam artian meskipun
kita sudah mempunyai harta yang banyak karena bisa bekerja dan bisa
menghasilkan suatu karya, maka jangan lupa dengan orang-orang yang ada
disekitar kita. Terutama orang-orang yang membutuhkan. Karena setiap harta
yang kita miliki pasti ada harta mereka. Dan kita harus bisa mendistribusikan
dengan baikmelalui zakat, infaq dll.
Ayat diatas menunjukkan bahwa menunaikan zakat itu akan menyebabkan
timbulnya keberkatan pada harta yang masih tinggal, sehingga ia tumbuh dan
berkembang biak. Sebaliknya bila zakat itu tidak dikeluarkan, maka harta benda

13

seseorang tidak akan memperoleh keberkatan, dan tidak akan berkembang biak
dengan baik, bahkan kemungkinan akan ditimpa malapetaka dan menyusut,
sehingga lenyap sama sekali dari tangan pemiliknya, sebagai hukuman Allah
SWT terhadap pemiliknya.
Perlu diketahui, bahwa walaupun perintah Allah SWT dalam ayat ini pada
lahirnya ditujukan kepada Rasul-Nya, dan turunnya ayat ini ialah berkenaan
dengan peristiwa Abu Lubabah dan kawan-kawannya namun ia juga berlaku
terhadap semua pemimpin atau penguasa dalam setiap masyarakat kaum
Muslimin, untuk melaksanakan perintah Allah dalam masalah zakat ini, yaitu
untuk menunggu zakat tersebut dari orang-orang Islam yang wajib berzakat, dan
kemudian membagi-bagikan zakat itu kepada yang berhak menerimanya.
Dengan demikian, maka distribusi di dalam zakat akan dapat memenuhi
fungsinya sebagai sarana yang efektif untuk membina kesejahteraan masyarakat

BAB III
PENUTUP
A. kesimpulan
Pengertian distribusi menurut kamus besar bahasa indonesia adalah
penyaluran (pembagian, pengiriman) kepada beberapa orang atau ke beberapa
tempat; pembagian barang keperluan sehari-hari (terutama dalam masa darurat)
oleh pemerintah kepada pegawai negeri, penduduk, dsb.
Surat At-Taubah ayat 103
Ayat diatas menunjukkan bahwa menunaikan zakat itu akan menyebabkan
timbulnya keberkatan pada harta yang masih tinggal, sehingga ia tumbuh dan
berkembang biak. Sebaliknya bila zakat itu tidak dikeluarkan, maka harta benda
seseorang tidak akan memperoleh keberkatan, dan tidak akan berkembang biak
dengan baik, bahkan kemungkinan akan ditimpa malapetaka dan menyusut,

14

sehingga lenyap sama sekali dari tangan pemiliknya, sebagai hukuman Allah
SWT terhadap pemiliknya.
B. Saran
Dengan selesainya makalah ini, kami mengucapkan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang ikut adil wawasannya dalam penulisan ini. Tak lupa
kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu saran dan kritik yang membangun selalu kami tunggu
dan kami perhatikan. Sebagai penutup, semoga Allah SWT membalas semua
jerih payah semua pihak lebih-lebih bapak dosen pengampuh yang telah
memberi semangat pada kami dalam menyelesaikan makalah ini dan bermanfaat
bagi kita semua. Amin.

DAFTAR PUSTAKA
A. Mudjab Mahali, Asbabun Nuzul, Raja Grafindo Persada, Jakarta: 2002.
Abuddin Nata, Tafsir ayat-ayat pendidikan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta :
2002.
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah : Pesan, Kesan dan keserasian al-Qur’an,
Juz II, Lentera Hati, Jakarta : 2002.
Muhammad Teungku Hasbi Ash-Shiddieqy, Tafsir Al-Qur’anul majid An-Nuur,
Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2000.
Mushthafa Al-Maraghi Ahmad, Tafsir Al-Maraghi, CV Toha Putra, Semarang:
1989.

15

Shaleh Q,A Dahlan, Asbabun Nuzul edisi kedua, CV Penerbit Diponogoro,
Bandung: 2000.

16