SKRIPSI PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN. pdf

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam peningkatan sumber daya manusia agar dapat mengikuti serta tidak tertinggal oleh perkembangan dan perubahan zaman. UU NO. 20 Tahun 2003, pasal 3, menyatakan bahwa:

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

jawab”. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) kelompok teknologi dan rekayasa

merupakan salah satu instansi yang mempunyai peranan penting dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia, sebab dapat mempersiapkan tenaga kerja yang terampil dan terdidik yang diperlukan dalam dunia kerja. Seperti yang sudah diatur dalam Permendikbud NO. 70 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMK- MAK bahwa terdapat tiga kelompok mata pelajaran dalam pembelajaran di SMK- MAK yang diberikan kepada siswa SMK- MAK. Dalam Struktur Kurikulum SMK- MAK bidang Keahlian Teknologi dan Rekayasa dituliskan bahwa Teknik Konstruksi Fabrikasi Logam merupakan mata pelajaran kelompok C3 yang termasuk mata pelajaran peminatan wajib bagi seluruh siswa SMK- MAK.

Pendidikan menurut UU NO. 20 Tahun 2003, pasal 1, ayat 1, yaitu sebagai berikut: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

negara”. Sedangkan Menurut George F. Kneller (ed) dalam bukunya yang berjudul

Foundations of Education (1967: 63), yang dikutip oleh Dwi Siswoyo, dkk (2013: 47), pendidikan dapat dipandang dalam arti luas dan dalam arti teknis, atau dalam arti hasil dan dalam arti proses. Dalam artinya yang luas pendidikan menunjuk pada suatu tindakan atau pengalaman yang mempunyai pengaruh yang berhubungan dengan pertumbuhan atau perkembangan jiwa, watak, atau kemampuan fisik individu. Pendidikan dalam arti ini berlangsung terus (seumur hidup). Kita sesungguhnya belajar dari pengalaman seluruh kehidupan kita.

Dalam arti teknis, pendidikan adalah proses Di mana masyarakat, melalui lembaga-lembaga pendidikan (sekolah, perguruan tinggi, atau lembaga-lembaga lain), dengan sengaja mentransformasikan warisan budayanya, yaitu pengetahuan, nilai-nilai, dan keterampilan-keterampilan, dari generasi ke generasi.

Suatu kegiatan belajar mengajar dapat dikatakan berhasil apabila kualitas mutu lulusan yang dihasilkan sesuai dengan apa yang diharapkan atau banyaknya lulusan yang masuk ke dalam dunia kerja. Dengan demikian seorang guru dituntut untuk teliti dalam memilih dan menerapkan metode pembelajaran agar didapatkan lulusan yang tinggi. Walaupun begitu, keberhasilan proses tersebut tidak hanya berdasarkan dari metode pembelajaran melainkan dapat dipengaruhi oleh banyak faktor yang lain.

Seorang guru sangat penting perannya dalam kegiatan belajar mengajar. Guru tidak hanya sebagai fasilitator dan motivator bagi siswa tetapi juga harus mampu memberikan ilmu pengetahuan dan materi pelajaran yang benar dengan berbagai metode-metode pembelajaran yang sesuai. Sehingga materi yang Seorang guru sangat penting perannya dalam kegiatan belajar mengajar. Guru tidak hanya sebagai fasilitator dan motivator bagi siswa tetapi juga harus mampu memberikan ilmu pengetahuan dan materi pelajaran yang benar dengan berbagai metode-metode pembelajaran yang sesuai. Sehingga materi yang

Mata pelajaran Teknik Konstruksi Fabrikasi Logam (TKFL) merupakan salah satu mata pelajaran yang harus ditempuh oleh siswa kelas XII di Jurusan Teknik Fabrikasi Logam (TFL) SMK Negeri 1 Seyegan. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada bulan Desember tahun 2016 lalu, pelaksanaan pembelajaran pada mata pelajaran TKFL siswa kelas XII ditemukan beberapa permasalahan yang dihadapi oleh siswa, seperti:

1. Banyaknya materi yang diajarkan kepada siswa tidak sesuai silabusnya.

2. Materi-materi pada mata pelajaran ini sebagian besar menggunakan gambaran ilustrasi dalam penjelasannya namun sulit untuk dipahami oleh siswa.

3. Masih rendahnya pemahaman siswa dalam materi TKFL.

4. Siswa hanya terpaku dengan materi yang disampaikan oleh guru atau kurang referensi untuk belajar mandiri bagi siswa.

5. Belum adanya modul yang digunakan dalam pembelajaran. Seperti yang disampaikan oleh Ketua Jurusan dan Guru pengampu mata pelajaran TKFL, siswa masih merasa kesulitan dalam mempelajari materi-materi yang diberikan oleh guru dikarenakan belum adanya media atau modul pembelajaran yang digunakan. Siswa hanya mendengarkan penjelasan materi- materi yang diberikan oleh guru dan mencatat apa yang dituliskan oleh guru di papan tulis.

Berdasarkan permasalahan pembelajaran yang ada di lapangan seperti yang telah dipaparkan di atas dapat di minimalisir dengan adanya bantuan media pembelajaran, yaitu dengan adanya modul pembelajaran yang dapat dipelajari oleh siswa secara mandiri agar mampu memahami materi sepenuhnya. Dengan cara seperti ini siswa diharapkan dapat memahami secara keseluruhan apa yang sebenarnya dijelaskan oleh guru untuk lebih meningkatkan kualitas dalam proses belajar mengajar.

Berdasarkan uraian di atas, maka penting untuk melakukan penelitian dan pengembangan. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengembangkan modul pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran pada mata pelajaran

TKFL dengan judul penelitian “Pengembangan Modul Pembelajaran pada Mata Pelajaran Teknik Konstruksi Fabrikasi Logam Kelas XII SMK Negeri

1 Seyegan”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas maka dapat di identifikasi masalah yang ada adalah sebagai berikut:

1. Banyaknya materi yang diajarkan kepada siswa tidak sesuai silabusnya.

2. Materi-materi pada mata pelajaran ini sebagian besar menggunakan gambaran ilustrasi dalam penjelasannya namun sulit untuk dipahami oleh siswa.

3. Masih rendahnya pemahaman siswa dalam materi TKFL.

4. Siswa hanya terpaku dengan materi yang disampaikan oleh guru atau kurang referensi untuk belajar mandiri bagi siswa.

5. Belum adanya modul yang digunakan dalam pembelajaran.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan hasil identifikasi masalah yang telah dilakukan, dengan belum tersedianya bahan ajar atau media maka perlu sekali dikembangkan modul TKFL, oleh sebab itu penelitian ini hanya dibatasi pada pemilihan materi TKFL yang sesuai dengan silabus yang tercantum dalam kurikulum 2013.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan batasan masalah, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana produk modul pembelajaran TKFL yang sesuai dengan kebutuhan jurusan TFL SMK Negeri 1 Seyegan?

2. Bagaimana tingkat kelayakan Modul TKFL yang dihasilkan untuk kelas XII jurusan TFL di SMK Negeri 1 Seyegan?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, makan tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menghasilkan produk yaitu suatu modul pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan jurusan TFL kelas XII di SMK Negeri 1 seyegan.

2. Mengetahui kelayakan modul TKFL yang telah dikembangkan.

F. Spesifikasi Produk

Secara umum produk yang dikembangkan adalah modul TKFL yang dapat membantu dalam proses pembelajaran dan memudahkan siswa dalam belajar mandiri. Secara khusus spesifikasi produk yang akan dikembangkan adalah sebagai berikut:

1. Dalam bentuk bahan cetak.

2. Kertas yang akan digunakan HVS 70% dengan ukuran kertas A5.

3. Memenuhi kriteria kelayakan isi, penyajian materi, bahasa, dan gambar/kegrafisan.

G. Manfaat Penelitian

Sesuai dengan pembahasan yang telah di paparkan di atas, model bahan ajar yang akan dikembangkan dalam penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut.

Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut:

1. Secara Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi berupa bahan ajar yang sesuai bagi perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan dan dalam dunia pendidikan.

b. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sebuah inovasi baru berupa bahan ajar yang dapat mengembangkan kompetensi sikap dan kompetensi sosial pada siswa.

2. Secara Praktis

a. Bagi siswa, sebagai sumber acuan dan rujukan belajar mandiri.

b. Bagi guru, sebagai saran dan masukan agar dapat memilih bahan ajarnya sesuai dengan kebutuhan siswa dan sesuai dengan tuntutan sistem pendidikan yang berlaku di Indonesia.

c. Bagi peneliti, sebagai bekal menjadi pendidik di masa mendatang, menambah pengetahuan, dan pengalaman penelitian serta mengaplikasikan ilmu yang telah di peroleh.

d. Bagi sekolah, dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran TKFL melalui bahan ajar yang berkualitas dan sesuai dengan tuntutan sistem pendidikan di Indonesia.

e. Bagi universitas, dapat di gunakan sebagai referensi untuk mahasiswa apabila ingin mengambil penelitian tentang pengembangan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pembelajaran

Pembelajaran berasal dari kata belajar. Menurut Azhar Arsyad (2007: 1), Belajar adalah proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar ini terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya, oleh karena itu belajar dapat terjadi kapan saja dan di mana saja. Menurut Jamil Suprihatiningrum (2013: 75), Pembelajaran merupakan serangkaian yang melibatkan informasi dan lingkungan yang disusun secara terencana untuk memudahkan siswa dalam belajar. Lingkungan yang dimaksud tidak hanya berupa tempat ketika pembelajaran itu berlangsung, tetapi juga metode, media, dan peralatan yang diperlukan untuk menyampaikan informasi.

Sedangkan menurut Sudjana dalam Sugihartono, dkk (2007: 80), pembelajaran merupakan setiap upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik yang dapat menyebabkan peserta didik melakukan kegiatan belajar.

Dari beberapa penjelasan pembelajaran yang telah di paparkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan suatu kegiatan interaksi antara siswa dengan guru dan sumber belajar pada suatu ruang lingkup pembelajaran. Untuk menghasilkan suatu interaksi yang efektif dan efisien seorang guru harus pandai dan teliti dalam memilih suatu metode atau cara yang cocok dengan lingkungan pembelajaran tersebut sehingga interaksi pembelajaran yang di hasilkan akan sesuai dengan tujuan pembelajaran.

2. Media Pembelajaran

a. Pengertian media pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Medoe perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Media pembelajaran adalah perantara atau perantara pesan dari pengirim pesan ke penerima pesan.

Arief S Sadiman, dkk dalam bukunya yang berjudul “Media Pendidikan” (2010: 6-7), Adapun batasan tentang media. Menurut Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan ( Association of Education Communication Technology/ AECT) di Amerika, membatasi media sebagai segala bentuk dan saluran yang

digunakan orang untuk menyalurkan pesan/ informasi. Sedangkan menurut Asosiasi Pendidikan Nasional ( National Education Association/NEA), media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta peralatannya. Media dapat dimanipulasi, dapat dilihat, didengar dan dibaca. Apapun batasan yang diberikan, ada persamaan di antara batasan tersebut yaitu bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.

Media dalam koteks pendidikan menurut Heinich dalam Azhar Arsyad (2005: 3), menyebutkan bahwa media pembelajaran merupakan pembawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran. Sedangkan menurut Latuheru (1993) dalam Azhar

Arsyad (2005: 4), media merupakan semua bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau menyebar ide, gagasan, atau pendapat sehingga ide, gagasan atau pendapat yang dikemukakan itu sampai kepada penerima yang dituju.

Sementara itu, menurut Gagne’ dan Briggs (1975) yang dikutip Azhar Arsyad (2005: 4), media pembelajaran diartikan sebagai alat-alat grafis,

fotografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau variabel, dengan kata lain media pembelajaran adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi pembelajaran di lingkungan pesta didik yang dapat merangsang peserta didik untuk belajar.

Dari beberapa uraian yang ada di atas dapat kita tarik kesimpulan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat di gunakan untuk menyalurkan informasi atau pesan dari pengirim ke penerima. Sehingga penerima pesan atau informasi dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat sehingga proses pembelajaran akan terjadi.

b. Fungsi media pembelajaran

Fungsi media pembelajaran oleh Yudhi Munadi (2013: 37-48), membagi menjadi beberapa fungsi yaitu sebagai berikut:

1. Fungsi media pembelajaran sebagai sumber belajar. Maksudnya adalah media pembelajaran dapat menggantikan fungsi guru sebagai sumber belajar yakni sebagai penyalur, penyampai, penghubung, dan lain sebaginya.

2. Fungsi semantik. Yakni media pembelajaran mampu menambah pembendaharaan kata yang makna atau maksudnya benar-benar bisa dipahami anak didik.

3. Fungsi manipulatif. Maksudnya adalah media pembelajaran mampu mengatasi hambatan ruang dan waktu, kemudian juga mengatasi keterbatasan panca indera manusia.

4. Fungsi psikologis. Fungsi psikologis terbagi menjadi lima bagian yaitu sebagai berikut:

a. Fungsi atensi, yaitu meningkatkan perhatian siswa terhadap materi yang diajarkan.

b. Fungsi afektif, yaitu menggugah perasaan, emosi, serta tingkat penerimaan ataupun penolakan dari siswa terhadap materi yang diajarkan.

c. Fungsi kognitif, yaitu mampu memberikan persepsi, mengingat, berpikir, kemudian mengembangkan gagasan dan tanggapan yang dituangkan dalam kata-kata.

d. Fungsi imajinatif, yaitu media pembelajaran harus bisa meningkatkan

serta mengembangkan imajinasi yang dimiliki oleh siswa.

e. Fungsi motivasi, yaitu melalui media pembelajaran guru dapat memberikan motivasi bagi siswa dengan cara memberikan dan menimbulkan harapan agar aktif dalam proses pembelajaran.

5. Fungsi sosio- kultural. Maksudnya adalah media pembelajaran harus bisa mengatasi masalah adat, budaya, keyakinan, dan lain-lain antara peserta 5. Fungsi sosio- kultural. Maksudnya adalah media pembelajaran harus bisa mengatasi masalah adat, budaya, keyakinan, dan lain-lain antara peserta

(2015: 20-21), mengutarakan empat fungsi media pembelajaran, khususnya media visual, yaitu:

1. Fungsi atensi, yakni menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran.

2. Fungsi afektif, yakni media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa dalam belajar (membaca) teks yang bergambar.

3. Fungsi kognitif, yakni media visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.

4. Fungsi kompensatoris, yakni media pembelajaran berfungsi untuk mengakomondasikan siswa yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan dengan verbal. Dari uraian di atas dapat kita tarik suatu kesimpulan bahwa fungsi media

pembelajaran yaitu: dapat memudahkan, mengefisien dan memotivasi siswa dalam melakukan kegiatan belajar mandiri maupun di dalam kelas.

c. Manfaat media pembelajaran

Menurut Sudjana dan Rivai yang dikutip Azhar Arsyad (2007: 28), manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa adalah:

1. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.

2. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkan menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran.

3. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga apabila kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran.

4. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga melakukan aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain. Sedangkan Arief S Sadiman, dkk. (2014: 17), menjelaskan beberapa

kegunaan dari media pendidikan dalam proses belajar mengajar, yaitu:

1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka).

2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera.

3. Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik.

4. Memberikan perangsangan, pengalaman, dan peresepsi yang sama.

Dari berbagai uraian manfaat penggunaan media pembelajaran di atas, dapat disimpulkan mengenai manfaat media dalam kegiatan pembelajaran yaitu:

1. Memperjelas penyajian materi yang dapat memudahkan siswa dalam belajar.

2. Menarik minat belajar siswa sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

3. Dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu.

4. Memudahkan siswa untuk dapat belajar mandiri.

d. Pemilihan media pembelajaran

Proses pembelajaran akan berjalan dengan baik dan kondusif tidak akan lepas oleh seorang guru yang teliti dan benar dalam memilih suatu media pembelajaran sehingga dapat sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan, adapun hal-hal yang perlu diperhatikan oleh seorang guru dalam memilih media pembelajaran. Menurut Azhar Arsyad (2015: 74-75), ada beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam memilih media pembelajaran, yaitu:

1. Sesuai dengan tujuan instruksional yang akan dicapai.

2. Tepat untuk mendukung isi pelajaran isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi.

3. Praktis, luwes, dan bertahan.

4. Guru terampil dalam menggunakannya.

5. Pengelompokan sasaran.

6. Mutu teknis. Sedangkan menurut Rudi Susilana dan Cepi Riyana (2008: 69), ada beberapa kriteria umum yang harus diperhatikan dalam memilih media pembelajaran yaitu sebagai berikut:

1. Kesesuaian dengan tujuan.

2. Kesesuaian dengan materi pembelajaran.

3. Kesesuaian dengan karakteristik pembelajar atau siswa.

4. Kesesuaian dengan teori.

5. Kesesuaian dengan gaya belajar siswa.

6. Kesesuaian dengan kondisi lingkungan, fasilitas pendukung, dan waktu yang tersedia. Dari beberapa uraian di atas, maka dapat kita tarik suatu kesimpulan bahwa

dalam memilih suatu media pembelajaran hendaknya:

1. Sesuai dengan tujuan yang ingin diinginkan dalam pembelajaran.

2. Dapat mendukung isi materi.

3. Media yang digunakan mudah di dapat.

4. Praktis dalam penggunaannya.

5. Mudah dipahami dan diterima oleh siswa.

3. Media Bahan Cetak

Menurut Rudi Susilana dan Cepi Riyana dalam bukunya yang berjudul Media Pembelajaran (2008: 14-15), Media bahan cetak adalah media visual pembuatannya melalui proses pencetakan/Printing atau ofset. Media bahan cetak ini menyajikan pesannya melalui huruf dan gambar-gambar yang diilustrasikan untuk lebih memperjelas pesan atau informasi yang disajikan.

a. Jenis media bahan cetak

Ada macam-macam bahan cetak di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Buku Teks, yaitu buku tentang suatu bidang studi atau ilmu tertentu yang disusun untuk memudahkan para guru dan siswa dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran.

2. Modul, yaitu suatu paket program yang disusun dalam bentuk satuan tertentu dan didesai sedemikian rupa guna kepentingan belajar siswa.

3. Bahan Pengajaran Terprogram, yaitu paket program pengajaran individual, hampir sama dengan modul. Perbedaannya dengan modul, bahan pengajaran terprogram ini disusun dalam topik-topik kecil untuk setiap bingkai/halamannya.

b. Kelebihan media bahan cetak

1. Dapat menyajikan pesan atau informasi dalam jumlah yang banyak.

2. Pesan atau informasi dapat dipelajari oleh siswa sesuai dengan kebutuhan, minat, dan kecepatan masing-masing.

3. Dapat dipelajari kapan dan Diana saja karena mudah dibawa.

4. Akan lebih menarik apabila dilengkapi dengan gambar dan warna.

5. Perbaikan atau revisi mudah dilakukan.

c. Kelemahan media bahan cetak

1. Proses pembuatannya membutuhkan waktu yang cukup lama.

2. Bahan cetak yang mungkin dapat membosankan dan mematikan minat siswa untuk membaca.

3. Apabila jilid dan kertasnya jelek, bahan cetak akan mudah rusak dan sobek. Sedangkan menurut Azhar Arsyad (2015: 40-41), adapun keterbatasan media cetakan, yaitu:

1. Sulit menampilkan gerak dalam halaman media cetakan.

2. Biaya percetakan akan mahal apabila ingin menampikan ilustrasi, gambar, atau foto yang berwarna-warni.

3. Proses percetakan media sering kali memakan waktu beberapa hari.

4. Perbagian unit-unit pelajaran dalam media cetakan harus dirancang sedemikian rupa sehingga tidak terlalu panjang dan dapat membosankan siswa.

5. Jika tidak dirawat dengan baik, media cetakan cepat rusak atau hilang.

4. Modul

a. Pengertian modul

Modul merupakan bahan ajar yang disusun secara sistematis dengan bahasa yang mudah dipahami oleh Peserta didik, sesuai usia dan tingkat pengetahuan mereka agar mereka dapat belajar secara mandiri dengan bimbingan minimal dari pendidik. Andi Prastowo (2012: 106), Penggunaan modul dalam pembelajaran bertujuan agar pesta didik dapat belajar mandiri tanpa atau dengan minimal dari pendidik, di dalam pembelajaran, pendidik hanya sebagai fasilitator.

Pandangan serupa juga dikemukakan oleh Sukiman (2011: 131), yang menyatakan bahwa modul adalah bagian kesatuan belajar yang terencana yang dirancang untuk membantu peserta didik secara individual dalam mencapai tujuan belajarnya. Peserta didik yang memiliki kecepatan tinggi dalam belajar akan lebih cepat menguasai materi. Sementara itu, peserta didik yang memiliki kecepatan rendah dalam belajar bisa belajar lagi dengan mengulangi bagian- bagian yang belum dipahami sampai paham.

Menurut Rudi Susilana dan Cepi Riyana (2008: 14), modul merupakan suatu paket program yang disusun dalam satuan tertentu dan didesain sedemikian rupa guna kepentingan belajar siswa. Satu paket modul biasanya memiliki komponen petunjuk guru, lembaran kegiatan siswa, lembar kerja siswa, kunci lembaran kerja, lembaran tes, dan kunci lembaran tes.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas terdapat hal-hal penting dalam mendefinisikan modul yaitu bahan belajar mandiri, membantu siswa menguasai tujuan belajarnya, dan paket program yang disusun dan didesain sedemikian rupa untuk kepentingan belajar siswa. Jadi dapat disimpulkan bahwa modul merupakan paket program yang disusun dan didesain sedemikian rupa sebagai bahan belajar mandiri untuk membantu siswa menguasai tujuan belajarnya, oleh karena itu siswa dapat belajar sesuai dengan kecepatannya masing-masing.

b. Karakteristik modul

Modul yang dikembangkan harus memiliki karakteristik yang diperlukan sebagai modul agar mampu menghasilkan modul yang mampu meningkatkan motivasi penggunaannya. Menurut Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (2008: 4-7), modul yang akan dikembangkan harus memperhatikan lima karakteristik sebuah modul yaitu self instruction, self contained, stand alone, adaptif, dan userfriendly.

1. Self Instruction, siswa dimungkinkan belajar secara mandiri dan tidak tergantung pada pihak lain. Self Intruction dapat terpenuhi jika modul tersebut: memuat tujuan pembelajaran yang jelas; materi pembelajaran dikemas dalam unit-unit kegiatan yang kecil/spesifik; ketersediaan contoh 1. Self Instruction, siswa dimungkinkan belajar secara mandiri dan tidak tergantung pada pihak lain. Self Intruction dapat terpenuhi jika modul tersebut: memuat tujuan pembelajaran yang jelas; materi pembelajaran dikemas dalam unit-unit kegiatan yang kecil/spesifik; ketersediaan contoh

2. Self Contained , seluruh materi pembelajaran yang dibutuhkan termuat dalam modul tersebut. Karakteristik ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempelajari materi pembelajaran secara tuntas.

3. Stand Alone, modul yang dikembangkan tidak tergantung pada bahan ajar lain atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan bahan ajar lain. Siswa tidak perlu bahan ajar lain untuk mempelajari atau mengerjakan tugas pada modul tersebut.

4. Adaptif, modul tersebut dapat menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, fleksibel/luwes digunakan di berbagai perangkat keras ( hardware). Modul yang adaptif adalah jika modul tersebut dapat digunakan sampai kurun waktu tertentu.

5. User Friendly (bersahabat/akrab), modul memiliki instruksi dan paparan informasi bersifat sederhana, mudah dimengerti, serta menggunakan istilah yang umum digunakan. Penggunaan bahasa sederhana dan penggunaan istilah yang umum digunakan merupakan salah satu bentuk user friendly.

c. Sistematika modul

Menurut Surahman (2010: 2) yang dikutip oleh Andi Prastowo (2011: 113- 114), sistematika modul mempunya urutan sebagai berikut:

1. Judul modul

Bagian ini berisi tentang nama modul dari suatu mata kuliah tertentu.

2. Petunjuk umum. Bagian ini memuat penjelasan tentang langkah-langkah yang akan ditempuh dalam pembelajaran, meliputi:

a. Kompetensi dasar.

b. Pokok bahasan.

c. Indikator pencapaian.

d. Referensi (diisi petunjuk pendidik tentang buku-buku referensi yang dipergunakan).

e. Strategi pembelajaran (menjelaskan pendekatan, metode, langkah yang dipergunakan dalam proses pembelajaran).

f. Lembar kegiatan pembelajaran.

g. Petunjuk bagi peserta didik untuk memahami langkah-langkah dan materi pembelajaran.

h. Evaluasi

3. Materi modul Bagian ini berisi penjelasan secara rinci tentang materi yang di ajarkan pada setiap pembelajaran.

4. Evaluasi semester. Evaluasi ini terdiri atas evaluasi tengah semester dan akhir semester dengan tujuan untuk mengukur kompetensi peserta didik sesuai materi pembelajaran yang diberikan.

Sedangkan menurut, Direktorat tenaga ke pendidikan (2008: 21-26), menjelaskan struktur penulisan suatu modul sering dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagian pembuka, bagian isi, dan bagian penutup.

1. Bagian pembuka. Bagian pembuka meliputi beberapa hal yaitu:

a. Judul modul menarik dan memberi gambaran tentang materi yang dibahas dan menggambarkan isi materi.

b. Daftar isi menyajikan topik-topik yang akan dibahas.

c. Peta informasi berupa kaitan antara topik-topik yang dibahas.

d. Daftar tujuan kompetensi.

e. Tes awal.

2. Bagian inti. Bagian inti meliputi beberapa hal yaitu:

a. Pendahuluan/tinjauan umum materi.

b. Hubungan dengan materi atau pelajaran yang lain.

c. Uraian materi. Uraian materi merupakan penjelasan secara terperinci tentang materi pembelajaran yang disampaikan dalam modul. Apabila materi yang akan dituangkan cukup luas, maka dapat dikembangkan ke dalam beberapa Kegiatan Belajar (KB). Setiap KB memuat uraian materi, penugasan, dan rangkuman. Adapun sistematikanya misalnya sebagai berikut.

1) Kegiatan belajar 1

a) Tujuan kompetensi a) Tujuan kompetensi

c) Tes formatif

d) Tugas

e) Rangkuman

2) Kegiatan Belajar 2

a) Tujuan kompetensi

b) Uraian materi

c) Tes formatif

d) Tugas

e) Rangkuman dst.

d. Penugasan

e. Rangkuman

3. Bagian Penutup: Bagian penutup mencakup beberapa hal di dalamnya yaitu:

a. Glossary atau daftar istilah Glossary berisikan definisi-definisi konsep yang dibahas dalam modul. Definisi tersebut dibuat ringkas dengan tujuan untuk mengingat kembali konsep yang telah dipelajari.

b. Tes Akhir Tes akhir merupakan latihan yang dapat pembelajar kerjakan setelah mempelajari suatu bagian dalam modul. Aturan umum untuk tes- akhir ialah bahwa tes tersebut dapat dikerjakan oleh pembelajar dalam waktu sekitar 20% dari waktu mempelajari modul. Jadi, jika suatu b. Tes Akhir Tes akhir merupakan latihan yang dapat pembelajar kerjakan setelah mempelajari suatu bagian dalam modul. Aturan umum untuk tes- akhir ialah bahwa tes tersebut dapat dikerjakan oleh pembelajar dalam waktu sekitar 20% dari waktu mempelajari modul. Jadi, jika suatu

c. Indeks Indeks memuat istilah-istilah penting dalam modul serta halaman di mana istilah tersebut ditemukan. Indeks perlu diberikan dalam modul supaya pembelajar mudah menemukan topik yang ingin dipelajari. Indeks perlu mengandung kata kunci yang kemungkinan pembelajar akan mencarinya.

Mengacu pada dua pendapat di atas, maka modul yang akan dikembangkan oleh peneliti memiliki sistematika sebagai berikut:

1. Bagian pembuka Bagian pembuka terdiri dari judul modul, kata pengantar, daftar isi, pendahuluan, deskripsi singkat isi modul, petunjuk penggunaan modul, tujuan akhir, kompetensi inti (ki) dan kompetensi dasar (kd), peta kedudukan modul, manfaat modul, tujuan pembelajaran, dan materi pokok.

2. Bagian inti Bagian inti terdiri dari rencana belajar siswa, kegiatan pembelajaran 1, (tujuan pembelajaran, uraian materi, tugas latihan, rangkuman, latihan soal), kegiatan belajar 2, 3, 4, dst.

3. Bagian penutup Bagian penutup terdiri dari evaluasi, petunjuk penilaian, penutup, glosarium, daftar pustaka, dan kunci jawaban.

d. Prosedur penulisan modul

Prosedur penulisan modul merupakan proses pengembangan modul yang dilakukan secara sistematis. Penulisan modul dilakukan dengan prosedur sebagai berikut (Depdiknas, 2008: 12-16):

1. Analisis kebutuhan modul Analisis kebutuhan modul merupakan kegiatan menganalisis kompetensi untuk menentukan jumlah dan judul modul yang dibutuhkan dalam mencapai suatu kompetensi tertentu. Berikut ini langkah-langkah dalam menganalisis kebutuhan modul yaitu;

a. Menetapkan terlebih dahulu kompetensi yang terdapat di dalam garis-garis besar program pembelajaran yang akan dikembangkan menjadi modul.

b. Mengidentifikasi dan menentukan ruang lingkup unit dan kompetensi yang akan dicapai.

c. Mengidentifikasi dan menentukan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang disyaratkan.

d. Menentukan judul modul yang akan dikembangkan.

2. Penyusunan draf Penyusunan

draf merupakan proses pengorganisasian materi pembelajaran dari satu kompetensi atau sub kompetensi ke dalam satu kesatuan yang sistematis. Penyusunan draf ini dilakukan melalui langkah- langkah sebagai berikut:

a. Menetapkan judul modul a. Menetapkan judul modul

c. Menetapkan kemampuan yang spesifik yang menunjang tujuan akhir.

d. Menetapkan outline (garis besar) modul.

e. Mengembangkan materi pada garis-garis besar.

f. Memeriksa ulang draf modul yang dihasilkan.

g. Menghasilkan draf modul 1 Hasil akhir dari tahap ini adalah menghasilkan draf modul yang sekurang- kurangnya mencangkup: judul modul, kompetensi atau sub kompetensi yang akan dicapai, tujuan siswa mempelajari modul, materi, prosedur, soal-soal, evaluasi atau penilaian, dan kunci jawaban dari latihan soal.

3. Validasi Validasi adalah proses permintaan persetujuan pengesahan terhadap kelayakan modul. Validasi ini dilakukan oleh dosen ahli materi, ahli media, dan guru. Tujuan dilakukannya validasi adalah mengetahui kelayakan terhadap modul yang telah dibuat.

4. Uji coba modul Uji coba modul dilakukan setelah draf modul selesai direvisi dengan masukan dari validator (dosen ahli materi, dosen ahli media, dan guru). Tujuan dari tahap ini adalah memperoleh masukan dari siswa untuk menyempurnakan modul. Uji coba penggunaan modul dalam pembelajaran ini dilakukan di SMK N 1 Seyegan dengan subjek uji coba siswa kelas XII Jurusan TFL.

5. Revisi Revisi atau perbaikan adalah proses perbaikan modul setelah mendapat masukan dari ahli materi, ahli media, guru, dan siswa. Perbaikan modul mencangkup aspek penting penyusunan modul yaitu: pengorganisasian materi pembelajaran, penggunaan metode instruksional, penggunaan bahasa dan pengorganisasian tata tulis.

e. Kriteria penilaian modul

Modul merupakan paket program yang disusun dan didesain sedemikian rupa sehingga penyusunan modul memiliki ketentuan. Menurut Azhar Arsyad (1997: 85-87), modul sebagai bahan ajar memiliki enam elemen yang harus diperhatikan saat menyusunnya, yaitu: konsisteni, format organisasi, daya tarik, ukuran huruf, dan penggunaan spasi kosong.

1. Konsistensi

a. Konsistensi bentuk dan huruf dari awal hingga akhir.

b. Konsistensi jarak spasi.

c. Konsistensi tata letak dan pengetikan baik pola pengetikan maupun margin/batas-batas pengetikan.

2. Format

a. Format kolom dibuat tunggal atau multi disesuaikan dengan bentuk dan ukuran kertas yang digunakan

b. Format kertas vertikal/horizontal disesuaikan dengan tata letak dan format pengetikan.

c. Tanda-tanda (icon) yang digunakan mudah dilihat dengan cepat yang bertujuan untuk menekankan pada hal-hal yang dianggap penting atau khusus.

3. Organisasi

a. Tampilan peta/bagian menggambarkan cakupan materi yang akan dibahas dalam modul.

b. Isi materi pembelajaran urut dan disusun secara sistematis.

c. Naskah, gambar, dan ilustrasi disusun sedemikian rupa sehingga informasi mudah dimengerti oleh siswa.

d. Antar unit, antar paragraf, dan antar bab disusun dalam alur yang memudahkan siswa memahaminya.

e. Antara judul, sub judul, dan uraian diorganisasikan agar mudah diikuti oleh siswa.

4. Daya tarik

a. Sampul depan mengkombinasikan warna, gambar/ilustrasi, bentuk dan ukuran huruf yang sesuai.

b. Isi modul menempatkan rangsangan-rangsangan berupa gambar/ilustrasi, huruf tebal, miring, garis bawah atau warna.

c. Tugas dan latihan dikemas sedemikian rupa.

5. Bentuk dan ukuran huruf.

a. Bentuk dan ukuran huruf mudah dibaca sesuai dengan karakteristik umum siswa.

b. Perbandingan huruf proporsional antara judul, sub judul, dan isi naskah.

c. Tidak menggunakan huruf kapital untuk seluruh teks, karena dapat membuat proses membaca menjadi sulit.

6. Penggunaan ruang/spasi kosong.

a. Batas tepi (margin).

b. Spasi antar kolom.

c. Pergantian antar paragraf.

d. Pergantian antar bab atau bagian. Berdasarkan penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam pengembangan modul perlu dilakukan penilaian. Penilaian ini bertujuan mengetahui kualitas modul yang dikembangkan. Depdiknas (2008: 28), menyatakan komponen evaluasi terdiri dari:

1. Komponen kelayakan isi mencakup, antara lain: kesesuaian dengan SK, KD; kesesuaian dengan perkembangan anak; kesesuaian dengan kebutuhan bahan ajar; kebenaran substansi materi pembelajaran; manfaat untuk penambahan wawasan; kesesuaian dengan nilai moral, dan nilai-nilai sosial.

2. Komponen kebahasaan antara lain mencakup: keterbacaan; kejelasan informasi; kesesuaian dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar; pemanfaatan bahasa secara efektif dan efisien (jelas dan singkat);

3. Komponen penyajian antara lain mencakup: kejelasan tujuan (indikator) yang ingin dicapai; urutan sajian; pemberian motivasi, daya tarik; interaksi (pemberian stimulus dan respond); kelengkapan informasi.

4. Komponen ke grafikan antara lain mencakup: penggunaan font; jenis dan ukuran; Lay out atau tata letak; ilustrasi, gambar, foto; desain tampilan. Berdasarkan paparan beberapa teori di atas tentang pengembangan modul, maka modul yang akan peneliti buat menggunakan jenis pengembangan modifikasi modul kompilasi karena buku atau sumber belajar yang di kompilasi tidak difotokopi langsung, tetapi semua sumber-sumber materi ditulis ulang dan atau diterjemahkan (untuk sumber asing) kemudian disusun menjadi satu kesatuan modul.

5. Konstruksi Fabrikasi Logam

Konstruksi atau susunan suatu bangunan, Konstruksi merupakan suatu kegiatan membangun sarana atau prasarana. Dalam sebuah bidang arsitektur atau teknik sipil, sebuah konstruksi juga dikenal sebagai bangunan atau satuan infrastruktur pada sebuah area atau pada beberapa area. Secara ringkas konstruksi dapat di definisi sebagai objek keseluruhan bangunan yang terdiri dari bagi-bagian struktur. Semisal, konstruksi struktur bangunan adalah bentuk/bangunan secara keseluruhan dari struktur bangunan. Contoh lainnya, konstruksi jembatan, konstruksi kapal, dan lain-lain.

Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Konstruksi didefinisikan sebagai suatu (model, tata letak) suatu bangunan (jembatan, rumah dan lain sebaginya) walaupun kegiatan konstruksi dikenal sebagai satu pekerjaan, tetapi dalam kenyataannya konstruksi merupakan satuan kegiatan yang terdiri dari beberapa pekerjaan lain yang berbeda.

Sedangkan kata fabrikasi logam merupakan kegiatan atau pekerjaan penyambungan maupun penggabungan dari beberapa bagian yang dilakukan Sedangkan kata fabrikasi logam merupakan kegiatan atau pekerjaan penyambungan maupun penggabungan dari beberapa bagian yang dilakukan

Jadi dari paparan di atas dapat kita gabungkan konstruksi fabrikasi logam merupakan suatu kegiatan atau pekerjaan pembangunan dengan bahan dasar logam yang dilakukan pada suatu area atau tempat tertentu dengan cara menggabungkan beberapa bagian-bagian tersebut untuk menjadi suatu bangunan yang utuh dengan bantuan fabrikasi/ pengelasan, sehingga dapat menjadi suatu bangunan yang berdiri kokoh.

6. Silabus Mata Pelajaran TKFL Kelas XII di SMK Negeri 1 Seyegan.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 20, menjelaskan bahwa perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar. Adapun silabus mata pelajaran untuk TKFL kelas XII SMK Jurusan TFL disajikan pada Tabel

1, 2, 3. di bawah ini:

Tabel 1. Silabus mata pelajaran untuk TKFL kelas XII SMK Jurusan TFL.

Kompetensi Dasar Materi Pokok

1.1 Menyadari sempurnanya konsep Tuhan tentang benda-benda dengan fenomenanya untuk dipergunakan sebagai aturan dalam Teknik Konstruksi Fabrikasi Logam

1.2 Mengamalkan nilai-nilai ajaran agama sebagai tuntunan dalam Teknik Konstruksi Fabrikasi Logam

2.1 Mengamalkan perilaku jujur, disiplin, teliti, kritis, rasa ingin tahu, inovatif dan tanggung jawab dalam menerapkan aturan Teknik Konstruksi Fabrikasi Logam

2.2 Menghargai kerjasama, toleransi, damai, santun, demokratis, dalam menyelesaikan masalah perbedaan konsep berpikir dan cara melakukan Teknik Konstruksi Fabrikasi Logam.

2.3 Menunjukkan sikap responsif, proaktif, konsisten, dan berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam melakukan tugas Teknik Konstruksi Fabrikasi Logam

1. Mendefinisikan dan menjelaskan lokasi Fabrikasi Kerangka Baja

3.1 Mengidentifikasi Komponen

dan fungsi berbagai potongan

3.1.1 Menjelaskan dan

kerangka besi.

mengidentifikasi jenis dan  Menjelaskan keuntungan dasar penggunaan Potongan

tanpa dan yang menggunakan Kerangka Besi.

rangka penguat.

3.1.2 Mengintrepetasikan sketsa  Mendefinisikan sambungan dan gambar dan memberi

menjelaskan berbagai metode label bagian-bagian dari

untuk penyambungan. Potongan Baja

 Menerangkan arti dari penyambungan dengan cara pengelasan.

Tabel 2. Silabus mata pelajaran untuk TKFL kelas XII SMK Jurusan TFL (lanjutan)

Kompetensi Dasar Materi Pokok

3.1.3 Menyebutkan penggunaan  Definisi dari balok dan balok sudut, terusan, balok, tiang,

penopang menjelaskan dan pelapisan yang sesuai.

pembuatan sketsa berbagai

3.1.4 Menghitung panjang dan jenis balok dan bar penopang. tinggi menggunakan teori

 Menerangkan keuntungan dari Pythagoras

pengelasan balok.

4.1 Membangun Komponen  Menerangkan bagaimana untuk Fabrikasi Kerangka Baja

memperkokoh balok dan fungsi

4.1.1 Melakukan pemotongan dari penguat. jenis dan penggunaan

 Buat sketsa metode Potongan Kerangka Besi

penyambungan balok penopang

4.1.2 Membaca sketsa gambar dan satu metode sambungan dan memberi label bagian-

pemanjangan (ekspansi). bagian dari Potongan Baja.

 Menjelaskan cara Menandai,

4.1.3 Membuat penggunaan memotong, membentuk dan sudut, terusan, balok, tiang,

merangkai berbagai bagian dan pelapisan yang sesuai.

sudut dan terusan.

4.1.4 Menghitung panjang dan

2. Menjelaskan cara membuat tinggi menggunakan teori

kerangka besi dengan toleransi Pythagoras.

sebagai berikut:

 Pemotongan dan pengeboran ±

1 mm  Bengkokan ± 2 mm

 Semua sambungan pengelasan penuh hanya dilakukan pada

salah satu sisi.  Semua pemotongan permukaannya tidak perlu dikikir.

3. Menjelaskan cara menandai, memotong dan membuat berbagai sambungan standar dari balok dan tiang yang digunakan dalam Industri Fabrikasi Struktural.

4. Menjelaskan cara membuat kerangka besi dengan toleransi sebagai berikut:

 Pemotongan dan pelobangan ±

1 mm  Pembengkokan ± 2 mm  Pengelasan semua sambungan

yang hanya dilakukan pada salah sisi

Tabel 3. Silabus mata pelajaran untuk TKFL kelas XII SMK Jurusan TFL (lanjutan)

Kompetensi Dasar Materi Pokok

5. Membuat sketsa metode penyambungan balok penopang dan satu metode sambungan pemanjangan (ekspansi).

6. Menandai, memotong, membentuk dan merangkai berbagai bagian sudut dan terusan.

7. Membuat kerangka besi dengan toleransi sebagai berikut:

 Pemotongan dan pengeboran

± 1 mm  Bengkokan ± 2 mm

 Semua sambungan pengelasan penuh hanya dilakukan pada salah satu sisi.

 Semua pemotongan permukaannya tidak perlu

dikikir.

8. Menandai, memotong dan membuat berbagai sambungan standar dari balok dan tiang yang digunakan dalam Industri Fabrikasi Struktural.

9. Membuat kerangka besi dengan toleransi sebagai berikut:

 Pemotongan dan pelobangan

± 1 mm  Pembengkokan ± 2 mm  Pengelasan semua sambungan

yang hanya dilakukan pada salah satu sisi

B. Kajian Penelitian yang Relevan

1. Penelitian Ahmad Busyairi (2012) berjudul Pengembangan Modul Pembelajaran Kontekstual Berbantuan Komputer untuk Membantu Pemahaman Konsep Dinamika Rotasi Benda Tegar. Jenis penelitiannya adalah penelitian dan pengembangan atau Research & Development (R & D) yang mengacu pada pengembangan model Borg & Gall. Modul pembelajaran ini 1. Penelitian Ahmad Busyairi (2012) berjudul Pengembangan Modul Pembelajaran Kontekstual Berbantuan Komputer untuk Membantu Pemahaman Konsep Dinamika Rotasi Benda Tegar. Jenis penelitiannya adalah penelitian dan pengembangan atau Research & Development (R & D) yang mengacu pada pengembangan model Borg & Gall. Modul pembelajaran ini

2. Penelitian yang dilakukan Bambang Setiyo H.P. (2008) berjudul Pengembangan Media Mesin CNC Virtual TU-3A Sebagai Media Pembelajaran Mata Kuliah Pemesinan NC. Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan. Obyek penelitian ini adalah rekayasa software CNC Virtual dengan program aplikasi Visual Bsic 6. Subyek penelitian adalah ahli dan pengajar CNC, ahli teknologi pembelajaran, ahli media pendidikan, ahli multimedia, dan pengguna program (dosen CNC, guru CNC, mahasiswa, dan siswa SMK). Data penelitian dikumpulkan dengan observasi yang dikembangkan peneliti, dan masukan dari teman sejawat pengampu mata kuliah Proses Pemesinan NC. Analisis data dilakukan dan disajikan dalam bentuk deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan: (1) prototype Simulasi Visual Lintasan Pahat mesin CNC TU-3A yang dikembangkan berhasil diwujudkan, dibuat dengan spesifikasi atau perencanaan awal pengembangan yang diinginkan, baik dari segi tampilan program, kontrol panel, dan animasi, (2) 2. Penelitian yang dilakukan Bambang Setiyo H.P. (2008) berjudul Pengembangan Media Mesin CNC Virtual TU-3A Sebagai Media Pembelajaran Mata Kuliah Pemesinan NC. Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan. Obyek penelitian ini adalah rekayasa software CNC Virtual dengan program aplikasi Visual Bsic 6. Subyek penelitian adalah ahli dan pengajar CNC, ahli teknologi pembelajaran, ahli media pendidikan, ahli multimedia, dan pengguna program (dosen CNC, guru CNC, mahasiswa, dan siswa SMK). Data penelitian dikumpulkan dengan observasi yang dikembangkan peneliti, dan masukan dari teman sejawat pengampu mata kuliah Proses Pemesinan NC. Analisis data dilakukan dan disajikan dalam bentuk deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan: (1) prototype Simulasi Visual Lintasan Pahat mesin CNC TU-3A yang dikembangkan berhasil diwujudkan, dibuat dengan spesifikasi atau perencanaan awal pengembangan yang diinginkan, baik dari segi tampilan program, kontrol panel, dan animasi, (2)

3. Penelitian yang dilakukan oleh Imam Musthlliq MS, dkk, (2007) tentang Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif Berbasis Multimedia Pada Mata Kuliah Dasar Listrik, metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian pengembangan. Prosedur penelitian yang dilakukan meliputi analisis kebutuhan, desain, penerjemahan modul hasil desain ke dalam bentuk aplikasi, pengujian terhadap perangkap lunak yang dihasilkan, pengaplikasian produk kepada pengguna dan perbaikan. Pengujian terhadap unjuk kerja hasil pengembangan media pembelajaran interaktif berbasis multimedia mata pelajaran kuliah Dasar Listrik dilakukan dengan meminta penilaian unjuk kerja media pembelajaran tersebut kepada ahli materi, ahli media, dan mahasiswa. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini antara lain komputer multimedia dengan perangkat pendukung antara lain kamera video, kamera digital, scanner, sprinter dan CD writer, perangkat lunak yang digunakan antara lain sistem orasi Microsoft Windows XP, pengolah gambar Adobe Photoshop 6.0, pengolah animasi Macromedia Flash 5.0, Freehand, pengolah suara Cool Edit 2000, pengolah video Ulead Vidio Studio 7.0 dan pembuat program interaktif Authoware. Hasil pengembangan media pembelajaran interaktif berbasis multimedia mata kuliah Dasar Listrik mempunyai unjuk kerja yang baik, yang ditunjukan skor rata-rata penilaian 3. Penelitian yang dilakukan oleh Imam Musthlliq MS, dkk, (2007) tentang Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif Berbasis Multimedia Pada Mata Kuliah Dasar Listrik, metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian pengembangan. Prosedur penelitian yang dilakukan meliputi analisis kebutuhan, desain, penerjemahan modul hasil desain ke dalam bentuk aplikasi, pengujian terhadap perangkap lunak yang dihasilkan, pengaplikasian produk kepada pengguna dan perbaikan. Pengujian terhadap unjuk kerja hasil pengembangan media pembelajaran interaktif berbasis multimedia mata pelajaran kuliah Dasar Listrik dilakukan dengan meminta penilaian unjuk kerja media pembelajaran tersebut kepada ahli materi, ahli media, dan mahasiswa. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini antara lain komputer multimedia dengan perangkat pendukung antara lain kamera video, kamera digital, scanner, sprinter dan CD writer, perangkat lunak yang digunakan antara lain sistem orasi Microsoft Windows XP, pengolah gambar Adobe Photoshop 6.0, pengolah animasi Macromedia Flash 5.0, Freehand, pengolah suara Cool Edit 2000, pengolah video Ulead Vidio Studio 7.0 dan pembuat program interaktif Authoware. Hasil pengembangan media pembelajaran interaktif berbasis multimedia mata kuliah Dasar Listrik mempunyai unjuk kerja yang baik, yang ditunjukan skor rata-rata penilaian

C. Kerangka Pikir