Pengelolaan Asuhan Keperawatan Keluarga pada Remaja dengan Prioritas Masalah Merokok di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang
BAB II
PENGELOLAAN KASUS
2.1Konsep Dasar Asuhan Keperawatan pada Remaja dengan Prioritas Masalah Merokok di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang.
Definisi Remaja dan Keluarga
tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik ( Hurlock, 1992 ). Pasa masa ini sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua. Oleh karenanya, remaja sangat rentan sekali mengalami masalah psikososial, yakni masalah psikis atau kejiwaan yang timbul sebagai akibat terjadinya perubahan sosial ( TP-KJM, 2002 ). Masa remaja merupakan sebuah periode dalam kehidupan manusia yang batasannya usia maupun peranannya seringkali tidak terlalu jelas. Pubertas yang dahulu dianggap sebagai tanda awal keremajaan ternyata tidak lagi valid sebagai patokan atau batasan untuk pengkategorian remaja sebab usia pubertas yang dahulu terjadi pada akhir usia belasan ( 15-18 ) kini terjadi pada awal belasan bahkan sebelum usia 11 tahun. Seorang anak berusia 10 tahun mungkin saja sudah ( atau sedang ) mengalami pubertas namun tidak berarti ia sudah bisa dikatakan sebagai remaja dan sudah siap menghadapi dunia orang dewasa. Ia belum siap menghadapi dunia nyata orang dewasa, meski di saat yang sama ia juga bukan anak-anak lagi. Keluarga mempunya peranan penting dalam upaya peningkatan kesehatan dan pengurangan resiko penyakit dalam masyarakat karena keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat. Bila terdapat masalah satu anggota keluarga akan menjadi satu unit keluarga. Karena ada hubungan yang kuat antara keluarga dengan status anggota keluarganya. Peran keluarga sangat penting dalam setiap aspek keperawatan kesehatan anggota keluarganya utuk itu keluargalah yang berperan dalam
(2)
menentukan cara asuhan yang diperukan oleh keluarga. Status sehat dan sakit para anggota keluarga dan keluarga saling mempengaruhi ( Friedman, 1998 ).
Dimensi Perkembangan Remaja
Untuk memahami remaja, maka perlu dilihat berdasarkan perubahan pada dimensi - dimensi tersebut :
1. Dimensi Biologis
Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan menstruasi pertama pada remaja putri atau pun perubahan suara pada remaja putra, secara biologis dia mengalami perubahan yang sangat besar. Pubertas menjadikan seorang anak tiba - tiba memiliki kemampuan untuk ber - reproduksi. Pada masa pubertas, hormon seseorang menjadi aktif dalam memproduksi dua jenis hormon ( gonadotrophins atau gonadotrophic hormones ) yang berhubungan dengan pertumbuhan, yaitu : 1) Follicle - Stimulating Hormone ( FSH ), dan 2) Luteinizing Hormone ( LH ). Pada anak perempuan, kedua hormon tersebut merangsang pertumbuhan estrogen dan progesterone : dua jenis hormon kewanitaan.
Pada anak lelaki, Luteinizing Hormone yang juga dinamakan Interstitial - Cell Stimulating Hormone ( ICSH ) merangsang pertumbuhan testosterone. Pertumbuhan secara cepat dari hormon-hormon tersebut di atas merubah sistem biologis seorang anak. Anak perempuan akan mendapat menstruasi, sebagai pertanda bahwa system reproduksinya sudah aktif. Selain itu terjadi juga perubahan fisik seperti payudara mulai berkembang, dll. Anak lelaki mulai memperlihatkan perubahan dalam suara, otot, dan fisik lainnya yang berhubungan dengan tumbuhnya hormon testosterone. Bentuk fisik mereka akan berubah secara cepat sejak awal pubertas dan akan membawa mereka pada dunia remaja.
2. Dimensi Kognitif
(3)
ahli perkembangan kognitif ) merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap pertumbuhan operasi formal ( period of formal operations ). Pada periode ini, idealnya para remaja sudah memiliki pola pikir sendiri dalam usaha memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan abstrak. Kemampuan berpikir para remaja berkembang sedemikian rupa sehingga mereka dengan mudah dapat membayangkan banyak alternatif pemecahan masalah beserta kemungkinan akibat atau hasilnya.
Kapasitas berpikir secara logis dan abstrak mereka berkembang sehingga mereka mampu berpikir multi-dimensi seperti ilmuwan. Para remaja tidak lagi menerima informasi apa adanya, tetapi mereka akan memproses informasi itu serta mengadaptasikannya dengan pemikiran mereka sendiri. Mereka juga mampu mengintegrasikan pengalaman masa lalu dan sekarang untuk ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi, dan rencana untuk masa depan. Dengan kemampuan operasional formal ini, para remaja mampu mengadaptasikan diri dengan lingkungan sekitar mereka.
Pada kenyataan, di negara-negara berkembang ( termasuk Indonesia ) masih sangat banyak remaja ( bahkan orang dewasa ) yang belum mampu sepenuhnya mencapai tahap perkembangan kognitif operasional formal ini. Sebagian masih tertinggal pada tahap perkembangan sebelumnya, yaitu operasional konkrit, dimana pola pikir yang digunakan masih sangat sederhana dan belum mampu melihat masalah dari berbagai dimensi.
Hal ini bisa saja diakibatkan sistem pendidikan di Indonesia yang tidak banyak menggunakan metode belajar-mengajar satu arah ( ceramah ) dan kurangnya perhatian pada pengembangan cara berpikir anak. penyebab lainnya bisa juga diakibatkan oleh pola asuh orangtua yang cenderung masih memperlakukan remaja sebagai anak-anak, sehingga anak tidak memiliki keleluasan dalam memenuhi tugas perkembangan sesuai dengan usia dan mentalnya. Semestinya, seorang remaja sudah harus mampu mencapai tahap pemikiran abstrak supaya saat mereka lulus sekolah menengah, sudah terbiasa berpikir kritis dan mampu untuk menganalisis masalah dan mencari solusi terbaik.
(4)
3. Dimensi Moral
Masa remaja adalah periode dimana seseorang mulai bertanya-tanya mengenai berbagai fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya sebagai dasar bagi pembentukan nilai diri mereka. Elliot Turiel ( 1978 ) menyatakan bahwa para remaja mulai membuat penilaian tersendiri dalam menghadapi masalah - masalah populer yang berkenaan dengan lingkungan mereka, misalnya: politik, kemanusiaan, perang, keadaan sosial, dsb. Remaja tidak lagi menerima hasil pemikiran yang kaku, sederhana, dan absolut yang diberikan pada mereka selama ini tanpa bantahan. Remaja mulai mempertanyakan keabsahan pemikiran yang ada dan mempertimbangan lebih banyak alternatif lainnya. Secara kritis, remaja akan lebih banyak melakukan pengamatan keluar dan membandingkannya dengan hal-hal yang selama ini diajarkan dan ditanamkan kepadanya.
Peranan orangtua atau pendidik amatlah besar dalam memberikan alternatif jawaban dari hal-hal yang dipertanyakan oleh putra - putri remajanya. Orang tua yang bijak akan memberikan lebih dari satu jawaban dan alternatif supaya remaja itu bisa berpikir lebih jauh dan memilih yang terbaik. Orangtua yang tidak mampu memberikan penjelasan dengan bijak dan bersikap kaku akan membuat sang remaja bingung. Remaja tersebut akan mencari jawaban di luar lingkaran orangtua dan nilai yang dianutnya. Ini bisa menjadi berbahaya jika “lingkungan baru” memberi jawaban yang tidak diinginkan atau bertentangan dengan yang diberikan oleh orangtua. Konflik dengan orangtua mungkin akan mulai menajam.
4. Dimensi Psikologis
Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak. Pada masa ini mood ( suasana hati ) bisa berubah dengan sangat cepat. Hasil penelitian di Chicago oleh Mihalyi Csikzentmihalyi dan Reed Larson ( 1984 ) menemukan bahwa remaja rata rata memerlukan hanya 45 menit untuk berubah mood “senang luar biasa” ke “sedih luar biasa”. Sementara orang dewasa memerlukan beberapa jam untuk hal yang sama. Perubahan mood ( swing ) yang drastis pada para remaja ini seringkali
(5)
dikarenakan beban pekerjaan rumah, pekerjaan sekolah atau kegiatan sehari hari di rumah. Meski mood remaja yang mudah berubah ubah dengan cepat, hal tersebut belum tentu merupakan gejala atau masalah psikologis.
Bimbingan orang yang lebih tua sangat dibutuhkan oleh remaja sebagai acuan bagaimana menghadapi masalah itu sebagai “seseorang yang baru”; berbagai nasihat dan berbagai cara akan dicari untuk dicobanya. Remaja akan membayangkan apa yang akan dilakukan oleh para “idola”nya untuk menyelesaikan masalah seperti itu. Pemilihan idola ini juga akan menjadi sangat penting bagi remaja.
Definisi Rokok
Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm ( bervariasi tergantung Negara ) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lainnya.
1. Jenis – Jenis Rokok
Rokok dibedakan menjadi beberapa jenis. Pembedaan ini didasarkan atas da
a. Rokok berdasarkan bahan pembungkus.
1.
2.
3.
4.
b. Rokok berdasarkan bahan baku atau isi.
1.
tertentu.
(6)
2. tembakau dan rasa dan aroma tertentu.
3. Rokok Klembak: rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau, cengkeh, dan mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.
c. Rokok berdasarkan proses pembuatannya.
1.
dengan car dan atau alat bantu sederhana.
2.
menggunakan mesin. Sederhananya, material rokok dimasukkan ke dalam pembuat rokok berupa rokok batangan. Saat ini mesin pembuat rokok telah mampu menghasilkan keluaran sekitar enam ribu sampai delapan ribu batang rokok per menit. Mesin pembuat rokok, biasanya, dihubungkan dengan sehingga keluaran yang dihasilkan bukan lagi berupa rokok batangan namun telah dalam bent pembungkus rokok yang mampu menghasilkan keluaran berupa rokok dalam pres, sat
d. Sigaret Kretek Mesin sendiri dapat dikategorikan kedalam 2 bagian : 1. Sigaret Kretek Mesin Full Flavor ( SKM FF ): rokok yang dalam
proses pembuatannya ditambahkan aroma rasa yang khas. Contoh: Gudang Garam International, Djarum Super dan lain-lain.
2. Sigaret Kretek Mesin Light Mild ( SKM LM ): rokok mesin yang menggunakan kandungan tar dan nikotin yang rendah. Rokok jenis ini jarang menggunakan aroma yang khas. Contoh: A Mild, Clas Mild, Star Mild, U Mild, L.A. Lights, Surya Slims dan lain-lain. e. Rokok berdasarkan penggunaa
1.
(7)
2. tidak terdapat gabus.
f. Dilihat dari komposisinya.
1. Bidis: Tembakau yang digulung dengan daun temburni kering dan diikat dengan benang.Tar dan karbon monoksidanya lebih tinggi daripada rokok buatan pabrik. Biasaditemukan di Asia Tenggara dan India.
2. Cigar: Dari fermentasi tembakau yang diasapi, digulung dengan daun tembakau. Adaberbagai jenis yang berbeda di tiap negara. Yang terkenal dari Havana, Kuba.
3. Kretek: Campuran tembakau dengan cengkeh atau aroma cengkeh berefek mati rasa dan sakit saluran pernapasan. Jenis ini paling berkembang dan banyak di Indonesia.
4. Tembakau langsung ke mulut atau tembakau kunyah juga biasa digunakan di AsiaTenggara dan India. Bahkan 56 persen perempuan India menggunakan jenis kunyah. Adalagi jenis yang diletakkan antara pipi dan gusi, dan tembakau kering yang diisap denganhidung atau mulut.
5. Shisha atau hubbly bubbly: Jenis tembakau dari buah-buahan atau rasa buah – buahan yang disedot dengan pipa dari tabung. Biasanya digunakan di Afrika Utara, TimurTengah, dan beberapa tempat di Asia. Di Indonesia, shisha sedang menjamur seperti dikafe - kafe.
2. Kandungan Rokok
Setiap kali menghirup asap rokok, entah sengaja atau tidak, berarti juga mengisap lebih dari 4.000 macam racun. Karena itulah, merokok sama dengan memasukkan racun - racun tadi ke dalam rongga mulut dan tentunya paru-paru. Merokok mengganggu kesehatan, kenyataan ini tidak dapat kita mungkiri. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kebiasaan merokok bukan saja merugikan si perokok, tetapi juga bagi orang di sekitarnya.
(8)
Dengan ini setiap isapan itu menyerupai satu isapan maut. Di antara kandungan asap rokok termasuklah bahan radioaktif ( polonium-201) dan bahan-bahan yang digunakan di dalam cat ( acetone ), pencuci lantai ( ammonia ), ubat gegat ( naphthalene ), racun serangga ( DDT ), racun anai-anai ( arsenic ), gas beracun ( hydrogen cyanide ) yang digunakan di “kamar gas maut” bagi pesalah yang menjalani hukuman mati, dan banyak lagi. Bagaimanapun, racun paling penting adalah Tar, Nikotin dan Karbon Monoksida.
Berikut adalah beberapa bahan
1. Nikotin, Zat yang paling sering dibicarakan dan diteliti orang, meracuni saraf tubuh, meningkatkan tekanan darah, menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi, dan menyebabkan ketagihan dan ketergantungan pada pemakainya. Kadar nikotin 4-6 mg yang diisap oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan. Di Amerika Serikat, rokok putih yang beredar di pasaran memiliki kadar 8-10 mg nikotin per batang, sementara di Indonesia berkadar nikotin 17 mg per batang.
2. Timah Hitam ( Pb ), Timah hitam yang dihasilkan oleh sebatang rokok sebanyak 0,5 ug. Sebungkus rokok ( isi 20 batang ) yang habis diisap dalam satu hari akan menghasilkan 10 ug. Sementara ambang batas bahaya timah hitam yang masuk ke dalam tubuh adalah 20 ug per hari. Bisa dibayangkan, bila seorang perokok berat menghisap rata-rata 2 bungkus rokok per hari, berapa banyak zat berbahaya ini masuk ke dalam tubuh! 3. Gas Karbon Monoksida ( CO ), Karbon Monoksida memiliki
kecenderungan yang kuat untuk berikatan dengan hemoglobin dalam sel-sel darah merah. Seharusnya, hemoglobin ini berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernapasan sel-sel tubuh, tapi karena gas CO lebih kuat daripada oksigen, maka gas CO ini merebut tempatnya “di sisi” hemoglobin. Jadilah, hemoglobin bergandengan dengan gas CO. Kadar gas CO dalam darah bukan perokok kurang dari 1 persen, sementara dalam darah perokok mencapai 4 – 15 persen. Berlipat-lipat!
4. Tar, Tar adalah kumpulan dari beribu - ribu bahan kimia dalam komponen padat asap rokok, dan bersifat karsinogen. Pada saat rokok dihisap, tar
(9)
masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap padat. Setelah dingin, akan menjadi padat dan membentuk endapan berwarna cokelat pada permukaan gigi, saluran pernapasan, dan paru-paru. Pengendapan ini bervariasi antara 3 - 40 mg per batang rokok, sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24 – 45 mg.
5.
6.
terbakar dan tidak berwarna.
7.
8.
sebagai metil alkohol.
9.
hidrokarbon alkuna yang paling sederhana.
10.
kombinasi dengan unsur-unsur tertentu.
11.
mengawetkan mayat.
12.
membunuh semut. Zat ini juga digunakan sebagai zat pembuat plastik dan pestisida.
13.
2.1.1 PENGKAJIAN
Faktor – faktor yang mempengaruhi remaja merokok : Faktor Predisposisi
Faktor – faktor yang mendukung terjadinya masalah remaja merokok adalah faktor biologis, psikologis, faktor lingkungan sosial, faktor demografis, faktor sosial - kultural, faktor sosial politik, namun pada remaja yang paling mempengaruhi perilaku merokok adalah
(10)
Salah satu temuan tentang remaja perokok adalah bahwa anak-anak muda yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana orang tua tidak begitu memperhatikan anak-anaknya dan memberikan hukuman fisik yang keras lebih mudah untuk menjadi perokok dibanding anak-anak muda yang berasal dari
lingkungan rumah tangga yang bahagia.
2) Pengaruh teman.
Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok maka semakin besar kemungkinan teman - temannya adalah perokok juga dan demikian sebaliknya. Dari fakta tersebut ada dua kemungkinan yang terjadi, pertama remaja tadi terpengaruh oleh teman - temannya atau bahkan teman - teman remaja tersebut dipengaruhi oleh diri remaja tersebut yang akhirnya mereka semua menjadi perokok. Diantara remaja perokok terdapat 87% mempunyai sekurang- kurangnya satu atau lebih sahabat yang perokok begitu pula dengan remaja non perokok (Al Bachri,1991)
3) Faktor Kepribadian.
Orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit fisik atau jiwa, membebaskan diri dari kebosanan. Namun satu sifat kepribadian yang bersifat prediktif pada pengguna obat - obatan ( termasuk rokok ) ialah konformitas sosial. Orang yang memiliki skor tinggi pada berbagai tes konformitas sosial lebih mudah menjadi pengguna dibandingkan dengan mereka yang memiliki skor yang rendah ( Atkinson,1999 ).
4) Pengaruh Iklan.
Melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan gambaran bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau glamour, membuat remaja seringkali terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang ada dalam iklan tersebut. ( Mari Juniarti, Buletin RSKO, tahun IX,1991 )
(11)
2.1.2 ANALISA DATA
Cara Analisa Data dalam Keperawatan Keluarga :
a. Validasi data, yaitu meneliti kembali data yang dikumpulkan dalam pengkajian.
b. Mengelompokkan data berdasarkan kebutuhan biopsiko-sosial dan spritual.
c. Membandingkan dengan standart.
d. Membuat kesimpulan tentang kesenjangan yang ditemukan. e. Data dibagi dalam data subyektif dan obyektif.
2.1.3 SKORING MASALAH
Penentuan Prioritas Masalah dalam Keperawatan Keluarga
N0 Kriteria Komponen Skor Bobot
1. Sifat Masalah Aktual 3 1
Potensial 2
Resiko 1
2. Kemungkinan Masalah Dapat
Diubah
Mudah 2 2
Sebagian 1
Tidak Dapat 0
3. Potensial Masalah Dapat
Dicegah
Tinggi 3 1
Cukup 2
Rendah 1
(12)
Masalah Ditangani Ada Masalah,
Tidak Perlu Segera Ditangani
1
Tidak Dirasakan 0
Untuk mendapatkan masalah prioritas, terlebih dahulu dilakukan perhitungan dengan menggunakan skala Baylon dan Maglaya ( 1978 ) sebagai berikut :
a. Tentukan skor untuk setiap kriteria
b. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan bobot Skor X Bobot
Angka Tertinggi
c. Jumlahkanlah skor untuk semua kriteria d. Skor tertinggi adalah 5 = seluruh
2.1.4 RUMUSAN MASALAH
Masalah Keperawatan Keluarga Yang Mungkin Muncul
1. Keluarga tidak mampu mengenal masalah kesehatan tiap anggota keluarganya.
2. Keluarga tidak mampu mengambil keputusan yang tepat untuk melakukan tindakan yang tepat.
3. Keluarga tidak mampu merawat anggota keluarganya yang sakit atau yang tidak dapat menolong dirinya sendiri karena cacat atau karena usianya terlalu muda.
4. Keluarga tidak mampu mempertahankam suasana rumah yang menguntukan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarganya.
(13)
5. Kelurga tidak mampu mempertahankan hubungan timbal – balik antara keluarga dan lembaga kesehatan.
2.1.5 PERENCANAAN
Tindakan keperawatan dalam keperawatan keluarga
Tujuan :
a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenal masalah kebutuhan kesehatan dengan cara :
1. Memberi informasi yang tepat.
2. Mengindentifikasi kebutuhan dan harapan keluarga tentang kesehatan.
3. Mendorong keluarga agar memiliki sikap yang baik dalam menyelesaikan persoalan.
b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan keluarga yang tepat, dengan cara :
1. Mengindentifikasi konsekuensi tidak melakukan tindakan. 2. Mengindentifikasi sumber – sumber yang dimiliki keluarga. 3. Mendiskusikan tentang konsekuensi tiap tindakan.
c. Meningkatkan kepercayaan diri keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit, dengan cara :
1. Mendemonstrasikan cara perawatan.
2. Menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah.
3. Mengawasi keluarga dalam melakukan perawatan anggota keluarga yang sakit.
4. Membantu keluarga agar menemukan cara memodifikasi lingkunganmenjadi lingkungan yang sehat, dengan cara :
a. Menemukan sumber – sumber yang dapat digunakan keluarga. b. Melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin. 5. Memotifasi keluarga agar dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan
yang ada, dengan cara :
(14)
keluarga.
b. Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.
2.2 Asuhan Keperawatan Kasus
PENGKAJIAN KEPERAWATAN KELUARGA
2.2.1 PENGKAJIAN I. Indentitas Keluarga
1. Keluarga I
Nama : Tn. E
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pedagang
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Kelurahan Tanjung Sari, Medan Tipe Keluarga : Inti
Komposisi Keluarga : Kepala Keluarga, Istri, Anak No Nama Jenis
kelamin
Hubungan dengan
KK
Umur Pendidikan Status Imunisasi
1. Ny. M Perempuan IRT 60 Tahun
SMA Lengkap
2. An. L Laki-laki Anak 32 Tahun
S1 Lengkap
3. An. P Perempuan Anak 27 Tahun
S1 Lengkap
4. An. S Laki-laki Anak 25 Tahun
(15)
Genogram :
2. Keluarga II
Nama : Tn. P
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Buruh Bangunan
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Kelurahan Tanjung Sari, Medan Tipe Keluarga : Inti
Komposisi Keluarga : Kepala Keluarga, Istri, Anak
No Nama Jenis kelamin
Hubungan dengan
KK
Umur Pendidikan Status Imunisasi
1. Ny. A Perempuan IRT 35 Tahun
SMA Lengkap
2. An. S Perempuan Anak 22 Tahun
SMA Lengkap
3. An. O Laki–Laki Anak 18 Tahun
(16)
Genogram :
3. Keluarga III
Nama : Tn. A
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pedagang
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Kelurahan Tanjung Sari, Medan Tipe Keluarga : Inti
Komposisi Keluarga : Kepala Keluarga, Istri, Anak
No Nama Jenis kelamin
Hubungan dengan
KK
Umur Pendidikan Status Imunisasi
1. Ny. M Perempuan IRT 50 Tahun
SMA Lengkap
(17)
Tahun 3. An. P Perempuan Anak 23
Tahun
SMA Lengkap
4. An. R Laki-laki Anak 18 Tahun
SMA Lengkap
Genogram :
4. Keluarga IV
Nama : Tn. S
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Kelurahan Tanjung Sari, Medan Tipe Keluarga : Inti
(18)
No Nama Jenis kelamin
Hubungan dengan
KK
Umur Pendidikan Status Imunisasi
1. Ny. M Perempuan IRT 50 Tahun
SMA Lengkap
2. An. L Laki-laki Anak 25 Tahun
SMA Lengkap
3. An. P Perempuan Anak 23 Tahun
SMA Lengkap
4. An. R Laki-laki Anak 18 Tahun
SMA Lengkap
Genogram :
5. Keluarga V
Nama : Tn. L
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Pedagang
Agama : Islam
Suku : Jawa
(19)
Tipe Keluarga : Inti
Komposisi Keluarga : Kepala Keluarga, Istri, Anak
No Nama Jenis kelamin
Hubungan dengan
KK
Umur Pendidikan Status Imunisasi
1. Ny. M Perempuan IRT 55 Tahun
SMA Lengkap
2. An. W Perempuan Anak 25 Tahun
SMA Lengkap
3. An. P Perempuan Anak 23 Tahun
SMA Lengkap
4. An. A Laki-laki Anak 18 Tahun
SMA Lengkap
Genogram :
Keterangan Genogram : : Laki - laki
(20)
: Perempuan
: Laki – laki meninggal : tinggal satu rumah : Perempuan meninggal : Klien
: Cerai
1. Status sosial ekonomi keluarga
Kelima kepala keluarga merupakan seorang wiraswasta dengan penghasilan dibawah Rp.1.000.000/bulan, uang tersebut untuk memenuhi kebutahn sehari – hari keluarga.
2. Aktifitas rekreasi keluarga
Kelima Keluarga mengahabiskan waktu berkumpul bersama di waktu malam hari dengan menonton telivisi di ruang keluarga, sesekali kelima keluarga berkunjung atau liburan ke objek wisata
II. Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga
1. Tahap Perkembangan Keluarga
Kelima keluarga sekarang dalam tahap anak usia sekolah dan remaja. 2. Tahap Perkembangan Keluarga Belum terpenuhi
Pada tahap ini kelima keluarga mengatakan belum mempunyai tabungan untuk masa depan anak keluarga, ketika anak melanjutkan tingkat sekolah lebih tinggi.
3. Riwayat Keluarga Inti
Kelima Keluarga mengatakan tidak ada keluhan terkait kesehatan dan tidak mempunyai penyakit apa pun, tetapi kelima keluarga mempunyai tingkah laku buruk, anggota keluarga adalah perokok aktif dalam keluarganya.
(21)
4. Riwayat Kesehatan Sebelumnya
Kelima Keluarga mengatakan tidak ada riwayat penyakit atau penyakit keturunan yang pernah di alami.
III. LINGKUNGAN
1. Karakteristik Rumah
Masing – masing keluarga menempati rumah dengan kontruksi rumah permanen, dengan 1 kamar mandi, 1 ruang dapur, 1 ruang tamu, dan beberapa ruang tempat tidur.
2. Denah Rumah
Kamar mandi/wc Ruang Ruang Keluarga
Tamu Kamar tidur I Kamar tidur Dapur II
3. Karakteristik Lingkungan Rumah
Kelima Keluarga tinggal di dalam kota dengan jumlah penduduk tidak padat, lingkungan yang nyaman, letak rumah memasuki gang yang hanya bisa di lewati 1 mobil.
4. Mobilitas Geografis Keluarga
Kelima keluarga mengatakan sudah cukup lama tinggal di lingkungan ini, dan sudah akrab dengan tetangga, dan keluarga sudah dapat beradaptasi dengan lingkungan.
5. Perkumpulan Keluarga Dan Interaksi Dengan Masyarakat
Keluarga mengatakan sering mengadakan kegiatan kerja bakti yang di adakan aparat Desa yang di adakan pada hari minggu, setiap keluarga mengikuti kerja bakti yang di adakan aparata desa.
6. Sistim Dukungan Keluarga
Kelima Keluarga mengatakan sitim dukungan keluarga berasal dari kepala keluarga masing – massing yang di bantu dengan dukungan istri
(22)
keluarga.
IV. STRUKTUR KELUARGA
1. Pola Komunikasi Keluarga
Kelima Keluarga mengatakan, pola komunikasi di lakukan secara terbuka kepada setiap anggota keluarga, bahasa yang di gunakan adalah bahasa Indonesia
2. Struktur Kesehatan Keluarga
Kelima Keluarga mengatakan bahwa yang membuat dan mengambil keputusan adalah kepala keluarga, dimana keputusan tersebut sudah dibicarakan oleh seluruh anggota keluarga.
3. Struktur Peran
Kelima Keluarga mengatakan bahwa peran yang diambil dalam keluarga sesuai dengan posisi yang ada pada keluarga seperti, anak – anak mengerjakan sesuai yang di ajrakan kelurga yaitu, membantu pekerjaan rumah.
4. Nilai dan Norma
Kelima Keluarga mengatakan nilai dan norma yang berlaku dalam keluarga disesuaikan dengan agama yaitu islam dan adat suku jawa.
V. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi Afektif
Kelima Keluarga mengatakan sangat menyayangi seluruh anggota keluarganya, tanpa terkecuali dan membeda – bedakan dalam keluarga. 2. Fungsi Sosial
Kelima keluarga melakukan Kegiatan yang ada di lingkungan selaian kerja bakti adalah, keluarga mengikuti kegiatan rohani yang di adakan oleh masyrakat yang ada di kelurahan tersebut.
3. Fungsi Ekonomi
Kelima keluarga berprofesi sebagai wiraswasta ang berpenghasilan di bawah Rp. 1.000.000 / bulan dan digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari keluarga.
4. Fungsi Perawatan Kesehatan
(23)
mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada di kelurahan tersebut.
VI. STRESS DAN KOPING KELUARGA
1. Stressor Jangka Pendek dan Jangka Panjang
Kelima Keluarga mengatakan selama ini masih binggung untuk memebuhi kebutuhan pendidikan untuk anak – anak keluarga yang dalam masa sekolah dan remaja, karena harus memerluka biaya yang banyak.
2. Kemampuan Keluarga Berespon Pada Situasi / Stressor
Kelima Keluarga mengatakan jika da maslah dalam keluarga, keluarga selalu bermusyawarah dengan seluruh anggota keluarganya.
3. Strategi Koping Yang Digunakan
Kelima Keluarga mengatakan, dengan menyisihkan uang hasil kepala keluarga dengan cara menabung.
4. Strategi Adaptasi Fungsional
Keluarga mengatakan tidak ada koping yang disfungsional. 5. Harapan Keluarga
Keluarga mengatakan ingin hidup lebih sejahtera lagi, seluruh keluarga selalu dalam keadaan sehat.
VII. PEMERIKSAAN FISIK
Pemriksaan Fisik Pada Remaja Perokok A. Keadaan Umum
Remaja yang merokok tampak lebih kurus, sulit untuk tidur, nafsu makan berkurang.
B. Tanda – tanda Vital
- Suhu tubuh : 36 oC
- Tekanan darah : 120 / 80 mmHg - Nadi : 80 kali /menit - Pernafasan : 25 kali / menit
- TB :
(24)
dibawah 50 Kg.
C. Pemeriksaan Head to toe
- Rambut : bersih, hitam, pendek
- Conjungtiva : tidak ada masalah keperawatan
- Hidung : tidak ada secret, tidak ada kelainan pada penciuman ( dapat membedakan bau minyak kayu putih dan bau parfum )
- Mulut : remaja perokok pada umumnya
mempunyai warna bibir kehitam- hitaman, mukosa bibir sedikit kering
- Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjar thyroid - Paru – paru : tidak ada masalah keperawatan
- Abdomen : bentk datar, simetris, suara tympani - Integumen : kulit sedikit kering, kulit terasa hangat Nb : Pada pemeriksaan Ketiak, jantung, kelamin, muskuloskletal / ekstremitas, neurologi, motorik, sensorik, dan reflex tidak dilakukan, karena tidak adanya sisitim pendukung.
2.2.2 ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah
1. Ds : Keluarga
mengatakan tidak tahu bahaya merokok bagi diri sendiri dan dampak terhadapa orang yang ddi sekitar perokok Do : Tampak masih merokok di hadapan anak – anak.
Keluarga tidak mampu mengenal masalah kesehatan tiap anggota keluarganya
Resiko tinggi terjadi penyakit pada anggota keluarga
2. Ds : Keluarga mengatakan kurang nafsu untuk makan dan
Keluarga tidak mampu mengenal masalah kesehatan
Resiko tinggi terjadi perubahan
(25)
lebih suka merokok Do : tampak lebih
kurus,
tiap anggota keluarganya
kurang dari kebutuhan tubuh
3. Ds : Keluarga
mengatakan sulit untuk tidur, terutama pada saat mau tidur malam Do : Tampak sering tidur di atas pukul 23.00 WIB
Keluarga tidak mampu mengenal masalah kesehatan tiap anggota keluarganya Gangguan Kebutuhan Istirahat kurang dari kebutuhan tubuh
2.2.3 SKORING MASALAH
No Kriteria Nilai Bobot
Dx 1 Dx 2 Dx 3 1. Sifat masalah :
Skala :
Tidak / kurang sehat Ancaman kesehatan Krisis
2/3 x 1 = 2/3
2/3 x 1= 2/3
2/3 x 1= 2/3
1
3 2 1
2. Kemungkinan masalah dapat diubah :
Skala :
Dengan mudah Hanya sebagian Tidak dapat
2/2 x 2 = 1
2.2 x 1 = 1
2.2 x 1 = 1 2 3 2 1
3. Potensi masalah untuk dicegah :
3/3 x 1 = 1
2/3 x 1 = 2/3
1/3 x 1 = 2/3
(26)
Skala : Tinggi Cukup Rendah
3 2 1
4. Menonjolnya masalah : Skala :
Masalah berat
Masalah tidak perlu diatasi
Masalah tidak dirasakan
2/2 x 1= 1
0 x 1 = 0
0 x 1 = 0
1
2
1 0
Total 3 2/3 1 4/3 1 4/3
2.2.4 RUMUSAN MASALAH Diagnosa Keperawatan Keluarga
I. Resiko tinggi terjadi penyakit pada klien dan anggota keluarga berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga.
II. Resiko tinggi terjadi perubahan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh klien yang perokok berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga.
III. Gangguan Kebutuhan Istirahat kurang dari kebutuhan tubuh pada klien berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga.
(27)
2.2.5 PERENCANAAN
Hari / Tanggal
No. Dx Perencanaan Keperawatan
I Tujuan dan Kriteria Hasil : Tujuan :
Keluarga mampu mengenal masalah kesehatan keluarga dan mengengetahui bahaya merokok Keluarga dapat menyebutkan penyakit yang ada akibat rokok
II Tujuan :
Keluarga mampu mengenal masalah kesehatan keluarga
Keluarga mampu mengenal tentang gizi III Tujuan :
Keluarga mampu mengenal masalah kesehatan keluarga
Keluarga mengetahui kebutuhan istirahat yang cukup
(28)
2.2.6 IMPLEMENTASI
Hari / Tanggal
No. Dx
Implementasi Evaluasi
( SOAP ) Senin /
3-2-2014
I - Memvalidasi keadaan keluarga
- Mengingatkan kontrak - Menjelaskan tujuan - Mendiskusikan dengan
keluarga mengenal pengertian rokok - Memberi kesempatan
untuk menanyak yang belum di pahami - Mengevaluasi kembali
tentang pemahaman pada rokok
- Keluarga mampu memutuskan tindakan yang tepat untuk merawat dan mengenal anggota keluarga dengan masalah rokok - Mendiskusikan
mengenal cara upaya berhenti merokok
S :
Keluarga mau melaksanakan anjuran perawat
O :
Keluarga dapat menyebutkan bahaya merokok dan penyakit yang terjadi pada rokok, dan upaya berhenti untuk merokok A :
Masalah teratasi sebagian P : Intervensi di lanjutkan
Selasa / 4-2-2014
II - Memvalidasi keadaan keluarga
- Mengingatkan kontrak - Menjelaskan tujuan - Mendiskusikan dengan
keluarga mengenai penegertian gizi
S :
Keluarga dapat mengulangi pengertian gizi, tanda dan gejala kurang gizi, dan pencegahan resiko terjadi kurang gizi
(29)
- Memberi kesempatan untuk menanyak yang belum di pahami - Mengevaluasi kembali
tentang pemahaman pada gizi
- Menanyakan kepada keluarga akibat kurang gizi
- Mendiskusikan kepada keluara tanda dan gejala kurang gizi
- Mendiskusikan dengan keluarga mengenai cara pencegahan resiko terjadi kurang gizi
Keluarga tampak mengerti apa yang sudah dijelaskan
A :
Keluarga mampu mengenal masalah kesehatan keluarga P :
Internevsi teratasi
Rabu / 5-2-2014
III - Memvalidasi keadaan keluarga
- Mengingatkan kontrak - Menjelaskan tujuan - Mendiskusikan dengan
keluarga tentang pengertian istirahat
- Memberi kesempatan untuk menanyak yang belum di pahami - Mengevaluasi kembali
tentang pemahaman pada istirahat
- Menanyakan kepada keluarga akibat dan dampak kurang istirahat
S :
Keluarga dapat mengulangi tentang istirahat, dampak kurang istirahat, kebutuhan istirahat yang cukup dan baik O :
Keluarga tampak mengerti apa yang sudah dijelaskan, keluarga tampak serius mendengarkan penjelasan
A :
Keluarga mampu mengenal masalah kesehatan keluarga dan mampu mngatasi masalah kesehatan keluarga
(30)
- Mendiskusikan dengan keluarga mengenai cara penanggulangan
kebutuhan istirahat yang cuku dan baik
Intervensi teratasi
2.2.7 EVALUASI
a. Keluarga mampu menyebutkan kembali bahaya merokok bagi kesehatan dan keluarga, penyakit yang disebabkan rokok
b. Keluarga mampu mengenal masalah kesehatan keluarga dan mampu merawat anggota keluarga yang sakit,
c. Keluarga mampu cara pencegahan resiko terjadi kekurangan gizi yang di akibatkan oleh rokok
d. Keluarga mampu menyebutkan kebutuhan istirahat yang cukup dan dampak bagi kesehatan jika kurang istirahat.
(1)
lebih suka merokok Do : tampak lebih
kurus,
tiap anggota keluarganya
kurang dari kebutuhan tubuh
3. Ds : Keluarga
mengatakan sulit untuk tidur, terutama pada saat mau tidur malam Do : Tampak sering tidur di atas pukul 23.00 WIB
Keluarga tidak mampu mengenal masalah kesehatan tiap anggota keluarganya Gangguan Kebutuhan Istirahat kurang dari kebutuhan tubuh
2.2.3 SKORING MASALAH
No Kriteria Nilai Bobot
Dx 1 Dx 2 Dx 3 1. Sifat masalah :
Skala :
Tidak / kurang sehat Ancaman kesehatan Krisis
2/3 x 1 = 2/3
2/3 x 1= 2/3
2/3 x 1= 2/3
1
3 2 1 2. Kemungkinan masalah
dapat diubah : Skala :
Dengan mudah Hanya sebagian Tidak dapat
2/2 x 2 = 1
2.2 x 1 = 1
2.2 x 1 = 1 2 3 2 1 3. Potensi masalah untuk
dicegah :
3/3 x 1 = 1
2/3 x 1 = 2/3
1/3 x 1 = 2/3
(2)
Skala : Tinggi Cukup Rendah
3 2 1 4. Menonjolnya masalah :
Skala :
Masalah berat
Masalah tidak perlu diatasi
Masalah tidak dirasakan
2/2 x 1= 1
0 x 1 = 0
0 x 1 = 0
1
2
1 0
Total 3 2/3 1 4/3 1 4/3
2.2.4 RUMUSAN MASALAH
Diagnosa Keperawatan Keluarga
I. Resiko tinggi terjadi penyakit pada klien dan anggota keluarga berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga.
II. Resiko tinggi terjadi perubahan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh klien yang perokok berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga.
III. Gangguan Kebutuhan Istirahat kurang dari kebutuhan tubuh pada klien berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga.
(3)
2.2.5 PERENCANAAN
Hari / Tanggal
No. Dx Perencanaan Keperawatan
I Tujuan dan Kriteria Hasil : Tujuan :
Keluarga mampu mengenal masalah kesehatan keluarga dan mengengetahui bahaya merokok Keluarga dapat menyebutkan penyakit yang ada akibat rokok
II Tujuan :
Keluarga mampu mengenal masalah kesehatan keluarga
Keluarga mampu mengenal tentang gizi III Tujuan :
Keluarga mampu mengenal masalah kesehatan keluarga
Keluarga mengetahui kebutuhan istirahat yang cukup
(4)
2.2.6 IMPLEMENTASI Hari /
Tanggal
No. Dx
Implementasi Evaluasi
( SOAP ) Senin /
3-2-2014
I - Memvalidasi keadaan keluarga
- Mengingatkan kontrak - Menjelaskan tujuan - Mendiskusikan dengan
keluarga mengenal pengertian rokok - Memberi kesempatan
untuk menanyak yang belum di pahami - Mengevaluasi kembali
tentang pemahaman pada rokok
- Keluarga mampu memutuskan tindakan yang tepat untuk merawat dan mengenal anggota keluarga dengan masalah rokok - Mendiskusikan
mengenal cara upaya berhenti merokok
S :
Keluarga mau melaksanakan anjuran perawat
O :
Keluarga dapat menyebutkan bahaya merokok dan penyakit yang terjadi pada rokok, dan upaya berhenti untuk merokok A :
Masalah teratasi sebagian P : Intervensi di lanjutkan
Selasa / 4-2-2014
II - Memvalidasi keadaan keluarga
- Mengingatkan kontrak - Menjelaskan tujuan - Mendiskusikan dengan
keluarga mengenai penegertian gizi
S :
Keluarga dapat mengulangi pengertian gizi, tanda dan gejala kurang gizi, dan pencegahan resiko terjadi kurang gizi
(5)
- Memberi kesempatan untuk menanyak yang belum di pahami - Mengevaluasi kembali
tentang pemahaman pada gizi
- Menanyakan kepada keluarga akibat kurang gizi
- Mendiskusikan kepada keluara tanda dan gejala kurang gizi
- Mendiskusikan dengan keluarga mengenai cara pencegahan resiko terjadi kurang gizi
Keluarga tampak mengerti apa yang sudah dijelaskan
A :
Keluarga mampu mengenal masalah kesehatan keluarga P :
Internevsi teratasi
Rabu / 5-2-2014
III - Memvalidasi keadaan keluarga
- Mengingatkan kontrak - Menjelaskan tujuan - Mendiskusikan dengan
keluarga tentang pengertian istirahat
- Memberi kesempatan untuk menanyak yang belum di pahami - Mengevaluasi kembali
tentang pemahaman pada istirahat
- Menanyakan kepada keluarga akibat dan dampak kurang istirahat
S :
Keluarga dapat mengulangi tentang istirahat, dampak kurang istirahat, kebutuhan istirahat yang cukup dan baik O :
Keluarga tampak mengerti apa yang sudah dijelaskan, keluarga tampak serius mendengarkan penjelasan
A :
Keluarga mampu mengenal masalah kesehatan keluarga dan mampu mngatasi masalah kesehatan keluarga
(6)
- Mendiskusikan dengan keluarga mengenai cara penanggulangan
kebutuhan istirahat yang cuku dan baik
Intervensi teratasi
2.2.7 EVALUASI
a. Keluarga mampu menyebutkan kembali bahaya merokok bagi kesehatan dan keluarga, penyakit yang disebabkan rokok
b. Keluarga mampu mengenal masalah kesehatan keluarga dan mampu merawat anggota keluarga yang sakit,
c. Keluarga mampu cara pencegahan resiko terjadi kekurangan gizi yang di akibatkan oleh rokok
d. Keluarga mampu menyebutkan kebutuhan istirahat yang cukup dan dampak bagi kesehatan jika kurang istirahat.