JDIH Murung Raya 6. BAB III_2017

(1)

BAB III

RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH

DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah

Arah kebijakan ekonomi Kabupaten Murung Raya ditujukan untuk mengimplementasikan program dan mewujudkan visi dan misi Bupati Kabupaten Murung Raya periode 2013 - 2018, serta isu strategis daerah, sebagai payung untuk perumusan prioritas program dan kegiatan pembangunan yang akan dilaksanakan pada tahun 2017.

Di dokumen RPJPD tahun 2008 – 2028 telah dikemukakan arah kebijakan

yang terkait dengan pembangunan ekonomi yaitu kebijakan umum dan program untuk mewujudkan masyarakat Murung Raya yang maju, mandiri dan sejahtera.

Maju dalam hal peningkatan fasilitas wilayah/infrastruktur, peningkatan pelayanan dasar, peningkatan kemajuan seni budaya dan olah raga dan peningkatan iklim berinvestasi.Mandiri dalam hal kemampuan dan ketangguhan dalam menyelenggarakan kehidupan berbangsa dan bernegara, terwujudnya ekonomi daerah yang bertumpu pada kemampuan serta potensi sumber daya daerah yang ada serta memiliki kepribadian bangsa dan identitas budaya Indonesia yang berakar dari potensi budaya daerah.Sejahtera dalam hal peningkatan kemampuan ekonomi daerah, peningkatan kesejahteraan sosial dan peningkatan pertumbuhan dan pemerataan ekonomi.

Guna memperoleh gambaran kerangka ekonomi daerah tersebut, maka disusun berbagai prioritas pembangunan, pengambilan kebijakan untuk menghadapi tantangan dan penyelesaian masalah pembangunan agar arah

pembangunan daerah Tahun 2017 dapat dicapai sesuai dengan sasaran program


(2)

(1) Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Bidang Perhubungan

 Peningkatan pembangunan prasarana dan fasilitas perhubungan

darat, sungai, dan udara,

 Peningkatan rehabilitasi dan pemeliharaan prasarana dan fasilitas

LLAJ,

 Peningkatan pelayanan angkutan darat, sungai dan udara,

 Peningkatan pembangunan sarana dan prasarana perhubungan,

 Peningkatan pengendalian dan pengamanan lalu lintas darat, sungai

dan udara,

 Peningkatan kelaikan pengoperasian kendaran bermotor, kapal motor,

dan pesawat udara.

(2) Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Bidang Tenaga Kerja

 Peningkatan kualitas dan produktivitas tenaga kerja,

 Peningkatan kesempatan kerja,

 Optimalisasi perlindungan dan pengembangan lembaga

ketenagakerjaan.

(3) Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Bidang Usaha Mikro Kecil Menengah dan Koperasi

 Terwujudnya peningkatan kualitas iklim usaha kecil menengah yang

kondusif,

 Terwujudnya peningkatan keunggulan kompetitif usaha kecil

menengah,

 Terwujudnya peningkatan kualitas sistem pendukung usaha bagi

usaha mikro kecil menengah,

 Terwujudnya peningkatan kualitas kelembagaan koperasi.

(4) Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Bidang Penanaman Modal

 Peningkatan promosi dan kerjasama investasi,

 Peningkatan iklim investasi dan realisasi investasi,

 Optimalisasi penyediaan sarana dan prasarana penunjang investasi


(3)

(5) Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Bidang Pemberdayaan Masyarakat dan Desa

 Peningkatan keberdayaan masyarakat perdesaan,

 Pengembangan lembaga ekonomi perdesaan,

 Peningkatan partisipasi dalam membangun desa,

 Peningkatan kapasitas aparatur pemerintah desa,

 Peningkatan peran perempuan di perdesaan.

(6) Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Bidang Pertanian (arti luas)

 Peningkatan kesejahteraan petani,

 Peningkatan ketahanan pangan,

 Peningkatan penyuluh pertanian/perkebunan lapangan,

 Peningkatan upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit ternak,

 Peningkatan produksi hasil peternakan,

 Peningkatan pemasaran hasil produksi peternakan,

 Peningkatan penerapan teknologi peternakan,

 Pengembangan budidaya perikanan,

 Pengembangan sistem penyuluhan perikanan,

 Optimalisasi pengelolaan dan pemasaran produksi perikanan,

 Pengembangan kawasan budidaya air tawar,

 Peningkatan pemanfaatan potensi sumber daya hutan,

 Peningkatan rehabilitasi hutan dan lahan,

 Peningkatan pembangunan kawasan hutan industri,

 Peningkatan pembinaan dan penertiban industri hasil hutan,

 Optimalisasi perencanaan dan pengembangan hutan,

 Peningkatan pemanfaatan potensi perkebunan,

 Peningkatan dan rehabilitasi perkebunan rakyat,

 Peningkatan pembangunan kawasan perkebunan,


(4)

(7) Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Bidang Energi dan Sumber daya Mineral

 Peningkatan pembinaan dan pengawasan bidang pertambangan,

 Peningkatan pengawasan dan penertiban kegiatan rakyat yang

berpotensi merusak lingkungan,

 Peningkatan pembinaan dan pengembangan bidang ketenagalistrikan.

(8) Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Bidang Perindustrian

 Peningkatan kapasitas iptek sistem produksi,

 Peningkatan pembangunan industri kecil dan menengah,

 Peningkatan kemampuan teknologi industri,

 Optimalisasi penataan struktur industri,

 Peningkatan pembangunan sentra-sentra industri potensial.

(9) Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Bidang Perdagangan

 Peningkatan perlindungan konsumen dan pengamanan perdagangan,

 Peningkatan kerjasama perdagangan internasional,

 Peningkatan ekspor non migas,

 Peningkatan efisiensi perdagangan dalam negeri,

 Peningkatan pembinaan pedagang kaki lima dan asongan,

 Pengurangan hambatan perdagangan.

Arah kebijakan ekonomi daerah di Kabupaten Murung Raya pada masing-masing bidang tersebut akan dilakukan melalui kebijakan umum dan program-program pembangunan tahun 2017 sebagai berikut:

1. Kebijakan umum meningkatkan pembangunan perhubungan dilakukan

melalui program :

 Program pembangunan prasarana dan fasilitas perhubungan,

 Program rehabilitasi dan pemeliharaan prasarana dan fasilitas

perhubungan,

 Program peningkatan pelayanan angkutan,


(5)

 Program pengendalian dan pengamanan lalu lintas,

 Program peningkatan kelaikan pengoperasian kendaraan bermotor.

2. Kebijakan umum meningkatkan pembangunan kebijakan umum tenaga kerja

dilakukan melalui program :

 Program peningkatan kualitas dan produktivitas tenaga kerja,

 Program perlindungan dan pengembangan lembaga ketenagakerjaan,

 Program Perluasan dan Pengembangan Kesempatan Kerja (PPKK).

3. Kebijakan umum meningkatkan pembangunan usaha mikro kecil menengah

dan koperasi dilakukan melalui program :

 Program peningkatan kualitas kelembagaan koperasi,

 Program peningkatan akses pembinaan organisasi dan usaha koperasi

UMKM dan UKM,

 Program fasilitas pembiayaan koperasi dan UMKM,

 Program pengembangan sumber daya manusia koperasi dan UMKM.

4. Kebijakan umum meningkatkan pembangunan penanaman modal dilakukan

melalui program :

 Program peningkatan promosi dan kerjasama investasi,

 Program Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi,

 Program penciptaan iklim usaha yang kondusif kompetitif dan non

diskriminatif,

 Program peningkatan penanaman modal asing dan penanaman modal

dalam negeri.

5. Kebijakan umum meningkatkan pembangunan pemberdayaan masyarakat

dan desa dilakukan melalui program :

 Peningkatan keberdayaan masyarakat perdesaan,

 Pengembangan lembaga ekonomi perdesaan,

 Peningkatan partisipasi masyarakat dalam membangun desa,

 Program percepatan pembangunan desa dan kelurahan,


(6)

 Program Gerakan Membangun Desa Manggatang Utus (Gerbang Desamu),

 Program pengembangan pemanfaatan potensi sumber daya lokal

perdesaan,

 Program peningkatan koordinasi Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan

Perusahaan (TSLP),

 Program peningkatan kapasitas pos pelayanan teknologi (Posyantek)

tepat guna,

 Program pengembangan jenis, spesifikasi dan adopsi teknologi tepat

guna (TTG),

 Program pemberdayaan masyarakat desa tertinggal,

 Program pemberdayaan masyarakat miskin,

 Program pembinaan desa perbatasan.

6. Kebijakan umum meningkatkan pembangunan pertanian (arti luas) dilakukan

melalui program :

 Program peningkatan kesejahteraan petani,

 Program Peningkatan penerapan teknologi pertanian/perkebunan,

 Program Peningkatan produksi hasil peternakan,

 Program pengembangan agribisnis,

 Program budidaya perikanan,

 Program Pengembangan Usaha Tani Menetap,

 Program pengawasan konservasi dan perlindungan sumber daya

perikanan,

 Program peningkatan penerapan teknologi,

 Program peningkatan sarana dan prasarana pertanian,

 Program peningkatan kualitas sumber daya manusia,

 Program peningkatan hasil produksi pertanian,

 Program peningkatan produksi hasil peternakan,

 Program peningkatan penerapan teknologi pertanian/perkebunan,


(7)

 Program peningkatan penanganan panen dan pasca panen,

 Program peningkatan kualitas SDM petani dan petugas,

 Program pemberdayaan penyuluh pertanian/perkebunan lapangan

 Program pengembangan pertanian di daerah terpencil dan rawan

pangan,

 Program pemanfaatan potensi sumber daya hutan,

 Program rehabilitasi hutan dan lahan,

 Program Perlindungan dan konservasi sumber daya hutan,

 Program Perencanaan dan Pengembangan Perkebunan,

 Program pengembangan sarana dan prasarana perkebunan,

 Program pengembangan agribisnis perkebunan,

 Pengembangan dan pemasaran hasil pertanian berkelanjutan,

 Program pengembangan kebun masyarakat desa,

7. Kebijakan umum meningkatkan pembangunan energi dan sumberdaya

mineral dilakukan melalui program :

 Pembinaan dan pengusahaan bidang pertambangan umum,

 Program bidang pengawasan pertambangan,

 Program pemetaan dan konservasi pertambangan,

 Program pembinaan dan pengembangan bidang ketenagalistrikan.

8. Kebijakan umum meningkatkan pembangunan perindustrian dilakukan

melalui program :

 Program pengembangan industri kecil dan menengah,

 Program pengembangan industri kerajinan dan industri rumah tangga.

9. Kebijakan umum meningkatkan pembangunan perdagangan dilakukan

melalui program :

 Program perlindungan konsumen dan pengamanan perdagangan,

 Program peningkatan efisiensi perdagangan dalam negeri,

 Program peningkatan dan pengembangan perdagangan dalam negeri,


(8)

3.1.1. Kondisi Ekonomi Kabupaten Murung Raya Tahun 2016 dan Perkiraan Tahun 2017

3.1.1.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

PDRB merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah tertentu. Dengan kata lain PDRB adalah jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah pada waktu tertentu. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu wilayah pada suatu periode tertentu.

Secara makro, gambaran kondisi ekonomi Kabupaten Murung Raya dapat diketahui melalui gambaran struktur ekonomi, pertumbuhan ekonomi dan sumbernya, dan gambaran PDRB perkapita.

A. Struktur Ekonomi

Perekonomian Murung Raya secara umum didominasi oleh sektor primer, yaitu sektor pertanian serta sektor pertambangan dan penggalian. Tahun 2007 sektor pertanian lebih dominan dibandingkan dengan sektor pertambangan dan penggalian. Sektor pertambangan dan penggalian mulai menggeser posisi pertama pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2014.

Peran sektor pertanian terhadap perekonomian Murung Raya sampai dengan tahun 2014 terus mengalami penurunan. Larangan pembakaran lahan diduga sebagai faktor dominan penyebab penurunan ini, karena masyarakat Murung Raya terbiasa melakukan pembakaran lahan untuk membuka lahan pertanian baru. Salah satu subsektor yang cukup dominan di sektor pertanian adalah perkebunan dengan karet sebagai


(9)

komoditas utamanya. Produksi subsektor perkebunan terus mengalami penurunan di tahun 2014, namun penurunan tersebut mengalami pengaruh yang sangat besar secara bersamaan di sektor pertambangan juga mengalami penurunan dari tahun 2012 mencapai 55,93 persen dan tahun 2013 naik mencapai 56,26 persen sampai dengan tahun 2014 yang kembali menurun mencapai 53,33 persen.

Tabel 3.1 Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Murung Raya Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, 2010-2014 (Persen).

NO Kategori / Sub Kategori 2010 2011 2012 2013 2014

1 2 3 4 5 6

1 Pertanian, Kehutanan dan

Perikanan 14,19 12,88 12,39 12,12 12,28

2 Pertambangan dan

Penggalian 52,82 55,66 55,93 56,26 53,33

3 Industri Pengolahan 3,08 2,83 2,75 2,8 3,19

4 Listrik dan Gas 0,01 0,01 0,01 0,01 0,02

5 Air, Pengelolaan Sampah

dan Daur ulang 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04

6 Bangunan/Konstruksi 6,26 5,77 5,79 6,38 7

7 Perdagangan Besar dan

Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

5,17 5,22 5,21 5,03 5,28

8 Transportasi dan

Pergudangan

4,04 3,67 3,41 3,16 3,14

9 Penyedian Akomodasi dan

Makan Minum

0,58 0,57 0,6 0,62 0,65

10 Informasi dan Komunikasi 0,89 0,88 0,98 1,11 1,17

11 Jasa Keuangan dan

Asuransi

0,65 0,6 0,66 0,78 0,77

12 Real Estate 1,37 1,34 1,31 1,36 1,43

13 Jasa Perusahaan 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01

14 Administrasi

Pemerintahan,Pertahanan dan Jaminan Sosial


(10)

15 Jasa Pendidikan 4,24 4,12 4,26 4,28 4,28

16 Jasa Kesehatan dan

Kegiatan Sosial

1,8 1,72 1,76 1,86 1,98

17 Jasa lainnya 1,65 1,56 1,62 1,74 1,81

Total 100 100 100 100 100

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Murung Raya.

Pada tahun 2014 PDRB Murung Raya didominasi oleh sektor pertambangan dan penggalian. Dihitung atas dasar harga tahun berlaku, peran sektor pertambangan dan penggalian terhadap PDRB Murung Raya tahun 2014 adalah sebesar 53,33 persen.

Selama lima tahun terakhir sektor pertambangan dan penggalian telah menggeser sektor pertanian sebagai leading sektor bagi PDRB Murung Raya. Sayangnya sektor ini sebagian besar modalnya adalah milik asing, sehingga kontribusi nyata terhadap kesejahteraan masyarakat Murung Raya secara langsung kurang dirasakan.

Sebaliknya, kontribusi sektor pertanian dalam lima tahun terakhir semakin menurun. Sektor yang terdiri dari pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan ini dari tahun ke tahun secara rata-rata semakin turun.

Sektor pertanian terdiri dari subsektor pertanian tanaman pangan, tanaman perkebunan, perikanan, peternakan dan kehutanan. Dari kelima subsektor tersebut, pertanian memberi kontribusi yang beranjak stabil dalam peran sektor pertanian. Produksi karet Murung Raya menurut data dari instansi terkait penurunan dari tahun ke tahun. Namun jika dibandingkan dengan produksi sektor pertambangan dan penggalian peningkatannya juga tidak meningkat secara


(11)

signifikan, sehingga ditahun 2014 kembali mengalami penurunan.

Sub sektor kehutanan merupakan motor kedua di sektor pertanian, namun akibat kebijakan pelarangan illegal logging, kontribusi subsektor ini terus menurun dari tahun ke tahun.

Disusul di urutan berikutnya, sektor perdagangan, hotel

dan restoran yang tidak mau ketinggalan dalam

meningkatkanperekonomian Murung Raya. Kontribusinya

sempat mengalami penurunan pada tahun 2013 sebesar 5,03, namun kembali meningkat pada tahun 2014 yaitu sebesar 5,28 dengan sub sektor perdagangan. Sektor ini mempunyai peran penting dalam perekonomian Murung Raya, mengingat kurangnya produktivitas sektor-sektor sekunder. Dengan demikian kebutuhan masyarakat akan output sektor sekunder dapat dipenuhi melalui sektor perdagangan.

Di urutan berikutnya, sektor jasa memberikan peran yang cukup besar terhadap perekonomian Murung Raya dengan sub sektor jasa Pendidikan umum sebagai kontributor terbesarnya.

Keempat sektor tersebut di atas kontribusi dominan dalam sektor ini disumbang tanaman perkebunan, meskipun juga nilainya juga terus menurun dalam kurun waktu tahun 2010 sampai tahun 2014. Pada tahun 2014 kontribusi sub sektor tanaman perkebunan terhadap PDRB Kabupaten Murung Raya sebesar 5,00 persen.

B. Pertumbuhan Ekonomi

Perekonomian Indonesia secara umum, termasuk Kalimantan Tengah pada tahun 2014 tumbuh lebih lambat dibandingkan dengan tahun sebelumnya.Namun ternyata tidak


(12)

demikian halnya dengan perekonomian Murung Raya pada tahun 2013 PDRB Kabupaten Murung Raya tumbuh semakin melambat.

Laju pertumbuhan PDRB tahun 2013 Kabupaten Murung Rayamengalami perlambatan sebesar 6,43 persen, melambat kembali 6,00 persen pada tahun2014. Sedangkan PDRB Kalimantan tengah di tahun yang sama tumbuh sebesar 6,21 persen, melambat setelahmengalami pertumbuhan dari 7,38 persen pada tahun sebelumnya.

Pertumbuhan ekonomi dan nilai PDRB atas dasar harga konstan dan Laju Pertumbuhan Ekonomi Murung Raya dari tahun 2010sampai dengan Tahun 2014 secara lengkap dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.2 PDRB Atas Dasar Harga Konstan dan Laju Pertumbuhan Ekonomi Murung Raya (Juta Rp;Persen) Tahun 2010-2014

Tahun PDRB ADHK(Juta Rp) Pertumbuhan(%)

(1) (2) (3)

2010 3.379.391,83

-2011 3.639.678,92 7,70

2012 3.887.840,65 6,82

2013 4.137.789,18 6,43

2014 4.386.136,56 6,00

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Murung Raya

Nilai PDRB Murung Raya yang dihitung dengan harga tahun dasar 2010 selama lima tahun terakhir selalu menunjukkan peningkatan. Pada tahun 2013 nilai PDRB atas dasar harga tahun 2010 sudah menembus nilai empat Juta rupiah, dan terus meningkat pada tahun 2014. Namun jika dilihat laju pertumbuhannya, dalam empat tahun terakhir


(13)

cenderung mengalami perlambatan.

Jika ditinjau menurut Laju pertumbuhan menurut lapangan usaha dapat menjelaskan kategori mana yang

memicu terjadinya perlambatan pertumbuhan ekonomi

Murung Raya pada tahun 2014, serta kategori lapangan usaha mana yangperlu dipacu untuk percepatan pertumbuhan ekonomi tahun-tahun berikutnya.

Tabel 3.3 Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Murung Raya (Persen)Tahun 2011-2014

No Kategori / Sub Kategori 2011 2012 2013 2014

1 2 3 4 5

1 Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 1,33 2 1,21 4,21

2 Pertambangan dan Penggalian 10,28 9,42 8,27 6,14

3 Industri Pengolahan 4,11 2,48 4,26 10,43

4 Pengadaan Listrik, Gas 14,22 6,59 25 14,99

5 Pengadaan Air dan Pengolahan Sampah 7,13 11,55 3,97 0,48

6 Konstruksi 5,1 3,53 8,76 11,27

7 Perdagangan Besar dan Eceran 7,87 4,85 0,77 0,12

8 Transportasi dan Pergudangan 3,89 -3,19 -1,9 2,94

9 Penyediaan Akomodasi Makan dan Minum 9,78 7,85 5,86 6,51

10 Informasi dan Komunikasi 14,3 20,84 23,38 15,28

11 Jasa Keuangan dan Asuransi 5,89 12,55 21,88 5,41

12 Real Estate 8,78 3,24 4,28 4,91

13 Jasa Perusahaan 5,02 4,36 1,02 0,56

14 Administrasi Perusahaan 6,26 6,86 7,3 7,83

15 Jasa Pendidikan 6,53 4,83 2,27 2,24

16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 8,75 7,98 8,96 9,44

17 Jasa Lainnya 5,56 6,41 6,15 6,62

Produk Domestik Regional Bruto 7,7 6,82 6,43 6

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Murung Raya

Jadi, dari tujuh belas sektor yang ada, sepuluh sektor di antaranya memicu percepatan laju pertumbuhan ekonomi Murung Raya tahun 2014, yaitu Sektor Informasi dan Komunikasi sebesar 15, 28 %, kontribusi ke dua adalah sektor


(14)

pengadaan listrik dan gas sebesar 14,99 %, selanjutnya sektor konstruksi sebesar 11,27 %, sektor industri pengolahan sebesar 10,43 %, sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial sebesar 9,44 %, sektor administrasi perusahaan sebesar 7,83 %, sektor jasa lainnya sebesar 6,62 %, sektor penyediaan akomodasi makan dan minuman sebesar 6,51 %, sektor pertambangan dan penggalian 6,14 % da sektor jasa keuangan dan asuransi sebesar 5,41 %.

Sumber pertumbuhan perekonomian Murung Raya Atas Dasar Harga Konstan secara lebih detail menurut sektor dijabarkan dalam tabel berikut :

Tabel 3.4 Sumber Pertumbuhan PDRB Kabupaten Murung Raya Atas Dasar Harga Konstan 2011-2014 (Persen)

No Kategori / Sub Kategori 2011 2012 2013 2014

1 2 3 4 5

1 Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 0,19 0,27 0,15 0,51

2 Pertambangan dan Penggalian 5,43 5,09 4,58 3,46

3 Industri Pengolahan 0,13 0,07 0,12 0,29

4 Pengadaan Listrik, Gas 0 0 0 0

5 Pengadaan Air dan Pengolahan Sampah 0 0 0 0

6 Bangunan/Konstruksi 0,32 0,22 0,52 0,68

7 Perdagangan Besar dan Eceran 0,41 0,25 0,04 0,01

8 Transportasi dan Pergudangan 0,16 -0,12 -0,07 0,1

9 Penyediaan Akomodasi Makan dan Minum 0,06 0,05 0,03 0,04

10 Informasi dan Komunikasi 0,13 0,2 0,25 0,19

11 Jasa Keuangan dan Asuransi 0,04 0,08 0,15 0,04

12 Real Estate 0,12 0,04 0,06 0,06

13 Jasa Perusahaan 0 0 0 0

14 Administrasi Perusahaan 0,2 0,22 0,23 0,25

15 Jasa Pendidikan 0,28 0,2 0,09 0,09

16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,16 0,14 0,16 0,18

17 Jasa Lainnya 0,09 0,1 0,1 0,11

Laju PDRB ADHK 7,72 6,81 6,41 6,01 Sumber : Badan Pusat Statistik KabupatenMurung Raya


(15)

Dari Tabel Sumber pertumbuhan PDRB Kabupaten Murung Raya Tahun 2014 peringkat pertama adalah Sektor pertambangan dan penggalian sebesar 3,46 %, selanjutnya sektor bangunan/konstruksi sebesar 0,68 % dan sektor pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar 0,51 %.

C. PDRB Per Kapita

Pendapatan regional per kapita adalah nilai PDRB suatu wilayah pada tahun tertentu dibagi dengan jumlah penduduk wilayah tersebut pada pertengahan tahun yang bersangkutan. PDRB per kapita dapat menggambarkan besarnya pendapatan yang diperoleh setiap jiwa dalam satu tahun secara rata-rata, meskipun untuk tingkat pemerataannya diperlukan kajian lebih lanjut lagi.

Perkembangan PDRB per kapita Murung Raya ADHB dan ADHK dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 disajikan secara lengkap pada tabel berikut ini.

Tabel 3.5 PDRB Perkapita Murung Raya Menurut ADHB dan ADHK 2000 Tahun 2010-2014

Tahun PDRB Perkapita (Rp)

ADHB ADHK 2000

(1) (2) (3)

2010 34.890.527,57 34.890.527,57

2011 40.538.557,90 36.469.728,63

2012 43.413.801,22 37.930.152,69

2013 46.080.219,12 39.370.106,41

2014 48.485.911,60 40.716.428,63


(16)

Berdasar tabel diatas terjadi pertumbuhan positif terhadap PDRB per kapita Murung Raya Menurut ADHB dimana dari Tahun 2010 sampai dengan 2014 mengalami kenaikan, PDRB Perkapita Murung Raya Menurut ADHB pada tahun 2010 berkisaran angka 34 Juta Rupiah dan pada Tahun 2014

mencapai angka 48 Juta Rupiah ( dimana bila dirata – ratakan

kenaikan pertahunnya kurun waktu 2010 – 2014 berkisar 3,5

Juta Rupiah).

Sementara itu, PDRB per kapita menurut ADHK 2000 tahun 2014 mencapai 40,7 juta rupiah, atau tumbuh sebesar 1,4 juta dari tahun sebelumnya yang juga sudah menembus 39,3 juta rupiah. Artinya PDRB per kapita atas dasar harga konstan tahun 2000 perbulan secara rata-rata mencapai 3,3 jutarupiah untuk tahun 2014.

3.1.1.2. Tingkat Inflasi

Laju inflasi merupakan ukuran yang dapat menggambarkan kenaikan/penurunan harga dari sekelompok barang dan jasa yang berpengaruh terhadap kemampuan daya beli masyarakat. Inflasi didasarkan pada indeks harga konsumen (IHK) yang dihitung dari Survey Harga Konsumen (SHK) di 82 (delapan puluh dua) kota di Indonesia yang terdiri dari 33 ibukota provinsi dan kota besar. Adapun target survey tersebut mencakup 284-441 komoditas barang dan jasa. Jika dari penghitungan indeks menunjukkan nilai positif artinya terjadi kenaikan harga komoditas survey sehingga dikenal terjadi inflasi. Sedangkan kondisi sebaliknya, dimana harga-harga pada umumnya turun, disebut deflasi. Angka inflasi dan deflasi disajikan pada tingkat provinsi dan kota dilaksanakannya survei tersebut.Keadaan inflasi ataupun deflasi di Kabupaten Murung Raya tercermin melalui data inflasi/deflasi di Kalimantan Tengah.


(17)

Pada bulan Desember 2013 terjadi inflasi di Kota Palangka Raya sebesar 1,47 persen. Laju inflasi “year on year” (Desember 2013 terhadap Desember 2012) adalah 6,45 persen. Kelompok komoditas yang mengalami kenaikan harga dengan andil inflasi tertinggi adalah kelompok bahan makanan andil inflasi sebesar 3,81 persen; kelompok transport, komunikasi dan jasa keuangan mempunyai andil inflasi sebesar 1,53 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar memiliki andil inflasi sebesar 0,71 persen; kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga andil inflasinya sebesar 0,07 persen; serta kelompok kesehatan mempunyai andil sebesar 0,20 persen.Sedangkan kelompok komoditas yang mengalami penurunan harga dengan andil tertinggi antara lain : kelompok sandang sebesar 0,20 persen dan kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau yang memiliki andil penurunan sebesar 0,12 persen. Adapun komoditas yang mengalami kenaikan harga dengan andil inflasi tertinggi di Kota Palangka Raya antara lain angkutan udara, ikan gabus, daging ayam ras, ikan baung dan udang basah. Sedangkan komoditas yang mengalami penurunan harga dengan andil deflasi tertinggi antara lain tempe, bawang putih, garam, emas perhiasan dan semangka.

Pada bulan Desember 2013 terjadi inflasi di Sampit sebesar 1,03 persen. Laju inflasi “year on year” (Desember 2013 terhadap Desember 2012) adalah 7,25 persen. Komoditas yang mengalami kenaikan harga dengan andil inflasi tertinggi di Kota Sampit selama bulan Desember 2013 antara lain :udang basah, jagung muda, bawang merah, ikan tongkol dan daun singkong. Sedangkan komoditas yang mengalami penurunan harga dengan andil deflasi tertinggi antara lain : tahu mentah, nangka muda, gula pasir, wortel dan terong panjang.

Pada bulan Desember 2013 keadaan inflasi di Kalimantan Tengah yang merupakan gabungan dari Kota Palangka Raya dan


(18)

Kota Sampit mengalami inflasi sebesar 1,28 persen dan laju inflasi

“year on year” adalah 6,79 persen. Sementara Murung Raya belum

melakukan penghitungan inflasi secara mandiri maka inflasi “year

on year”yang terjadi di Kabupaten Murung Raya mengacu pada

inflasi Kalimantan Tengah yakni sekitar 6,79 persen.

Bila dilihat dari faktor jarak dan infrastruktur ke kota Puruk Cahu Kabupaten Murung Raya, maka dapat diperkirakan bahwa inflasi di Kabupaten Murung Raya tahun 2013 pada Desember 2013 berada di sekitar dan atau lebih besar dari 1,28 persen yang merupakan inflasi Desember 2013 Kalimantan Tengah. Sedangkan besaran inflasi dari 8 kota IHK di Kalimantan yang menghitung inflasi pada bulan Desember 2013, secara berurutan yaitu di Kota Banjarmasin 1,23 persen; Palangka Raya 1,47 persen; Sampit 1,03 persen; Balikpapan 1,31 persen; Tarakan 0,63 persen; Singkawang 0,59 persen; Samarinda 0,24 persen dan Pontianak 1,23 persen.

Perubahan harga barang dan jasa di Murung Raya masih sangat tergantung pada kemudahan aksesibilitas dari tempat asal barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat Murung Raya yang notabene sebagian besar komoditi konsumsi masih dipasok dari daerah lain. Jika terjadi gangguan atau rusaknya sarana dan prasarana aksesibilatas tersebut maka akan langsung berpengaruh pada harga barang dan jasa di Murung Raya. Di mana inflasi yang ekstrim akan berdampak pada perekonomian masyarakat di antaranya yaitu turunnya daya beli masyarakat terutama yang pendapatannya cenderung tetap, masyarakat yang memiliki uang tunai akan cenderung rugi karena nilai riil uang semakin turun, kreditur akan dirugikan jika bunga pinjaman lebih rendah daripada inflasi dan nilai inflasi yang terlalu tinggi dapat menurunkan volume produksi sehingga berpotensi menciptakan pengangguran.


(19)

Dengan demikian inflasi yang tinggi akan melemahkan kinerja industri manufaktur dan UMKM di Kabupaten Murung Raya, karena biaya bahan baku dan upah tenaga kerja di wilayah ini menjadi lebih mahal. Pengaruh inflasi yang terasa paling parah di Kabupaten Murung Raya yaitu bagi masyarakat di pedalaman. Oleh karena itu program yang perlu dipertajam dalam RKPD Murung Raya tahun 2017adalah program pengembangan dan peningkatan insfrastruktur jalan darat ke wilayah pedesaan untuk mengurangi kesenjangan antar daerah dan desa.

3.1.1.3. Sumbangan Sektoral

1) Sumbangan Sektor Pertanian, Kehutanan Dan Perikanan

Sektor ini mencakup sub sektor tanaman bahan makanan (tabama), tanaman perkebunan, peternakan dan hasil-hasilnya, kehutanan dan perikanan. Sektor pertanian merupakan sektor yang memberikan andil cukup besar dalam perekonomian Murung Raya.

Sebelum tahun 2008, sektor pertanian merupakan leading sektor dalam perekonomian Murung Raya. Namun semenjak tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 posisi leading sektor digeser oleh sektor pertambangan dan penggalian.

Pada tahun 2008 kontribusi sektor pertanian sebesar 30,83 persen terhadap total perekonomian Murung Raya. Kontribusi tersebut terus menurun dari tahun ke tahun sampai dengan tahun 2014. Tahun 2010 kontribusi sektor pertanian tinggal 14,1 persen, tahun 2011 kembali turun menjadi 12,88 persen. Pada tahun 2012 kembali mengalami penurunan kontribusi 12,39 persen dan pada tahun 2013 tinggal 12,12 persen saja.


(20)

Kontribusi dominan dalam sektor ini disumbang oleh sub sektor tanaman perkebunan, meskipun nilainya juga terus menurun dalam kurun waktu tahun 2010 sampai dengan tahun 2014. Pada tahun 2014 kontribusi sub sektor tanaman perkebunan terhadap PDRB Murung Raya sebesar 12,28 persen yang mengalami perbaikan kembali diposisi terendah ditahun 2012 dan tahun 2013. Komoditi yang termasuk di dalam sektor ini antara lain karet, kelapa, kopi, tebu dan lain sebagainya. Dari komoditi-komoditi tersebut produksi karet memberikan andil terbesar di sub sektor tanaman perkebunan, sehingga bila terjadi perubahan volume produksi atau harga akan sangat berpengaruh terhadap sub sektor ini. Sub sektor ini juga merupakan andalan sumber mata pencaharian bagi sebagian besar masyarakat Murung Raya.

Total produksi karet Murung Raya sepanjang tahun 2014 menurut data dari instansi terkait mencapai 31.656,53 ton. Jumlah tersebut yang digarap sebanyak 12.746 keluarga petani karet yang tersebar di seluruh wilayah Murung Raya dan hampir 50 persen rumah tangga yang berada di Murung Raya. Pada tahun tersebut mengalami penurunan sekitar 5 persen dibanding tahun 2013 yang mencapai produksi 33.467,02 ton. Produktifitas karet Murung Raya bernilai sekitar 6 kwintal perhektarnya, namun nilainya cenderung terus menurun dari tahun ke tahun.

Di urutan kedua, sub sektor kehutanan memberi kontribusi sebesar 3,31 persen terhadap PDRB Murung Raya 2014. Dalam kurun waktu 2010 sampai dengan 2014 kontribusi sub sektor ini terus mengalami penurunan, diduga akibat semakin ketatnya pemberian sanksi atas illegal logging. Termasuk di dalam sub sektor ini adalah kayu gelondongan, arang, damar, rotan dan hasil ikutan lainnya.


(21)

Selain dua sub sektor di atas, komponen lain dari sektor ini adalah sub sektor perikanan yang pada tahun 2014 memberikan andil sebesar 1,22 persen, sub sektor tanaman bahan makanan sebesar 1,04 persen serta subsektor peternakan dan hasil-hasilnya sebesar 0,69 persen terhadap perekonomian total Murung Raya.

Untuk lebih jelasnya distribusi persentase sektor pertanian dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 3.6. Distribusi Persentase PDRB Sektor Pertanian,

Kehutanan dan Perikanan Kabupaten Murung Raya Atas Dasar Harga Berlaku, Tahun2010-2014(Persen)

Kategori / Sub Kategori 2010 2011 2012 2013*) 2014**)

1 2 3 4 5 6

PERTANIAN, KEHUTANAN dan

PERIKANAN 14,19 12,88 12,39 12,12 12,28

Pertanian, Perternakan,

Perburuan dan Jasa Pertanian 9,25 8,46 8,07 7,82 7,76

1 Tanaman Pangan 1,21 1,09 1,07 1,08 1,04

2 Tanaman Hortikultural 0,65 0,61 0,64 0,64 0,66

3 Perkebunan Tahunan 6,24 5,71 5,31 5,04 5

4 Peternakan 0,77 0,69 0,7 0,71 0,69

5 Jasa Pertanian dan Perburuan 0,38 0,37 0,36 0,35 0,37

6 Kehutanan dan Penebangan Kayu 3,78 3,34 3,16 3,13 3,31

7 Perikanan 1,16 1,07 1,15 1,16 1,22

Sumber : Badan Statistik kabupaten Murung Raya Keterangan : *} Angka Sementara

*) Angka Sangat Sangat Sementara

Dirasa perlu adanya kebijakan untuk meningkatkan produksi pertanian, seperti halnya tanaman bahan makanan, karena selama ini hasil tanaman bahan makanan yang dikonsumsi sebagian besar masyarakat Murung Raya sebagian


(22)

besar berasal dari luar daerah Murung Raya, hal ini secara tidak langsung akan meningkatkan ketergantungan terhadap daerah lain, akibatnya jika stok tidak stabil, masyarakat akan menjadi korban peningkatan harga yang dengan kata lain dapat menurunkan daya beli masyarakat.

2) Sumbangan Sektor Pertambangan dan Penggalian

Sektor ini mencakup sub sektor pertambangan minyak dan gas bumi, sub sektor pertambangan non migas dan sub sektor penggalian. Khusus untuk sub sektor pertambangan minyak dan gas bumi tidak dibahas dalam publikasi ini, karena keberadaannya belum pernah diketahui di Murung Raya.

Sektor pertambangan dan penggalian merupakan penyumbang terbesar terhadap PDRB Murung Raya tahun 2014. Kontribusi sektor pertambangan dan penggalian terhadap perekonomian Kabupaten Murung Raya pada tahun 2014 sebesar 53,33 persen. Sub kategori yang memberikan kontribusi paling besar terhadap total PDRB Kabupaten Murung Raya adalah Pertambangan Batubara dan Lignit yaitu sebesar 45,96 persen. Kemudian lapangan usaha dengan kontribusi terbesar berikutnya adalah Sub Kategori Pertambangan Bijih Logam dengan nilai kontribusi sebesar 0,67 persen perannya dalam sektor ini.

Tabel 3.7 Distribusi Persentase PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Sektor Pertambangan dan Penggalian

Kabupaten Murung Raya, Tahun 2010-2014 (Persen)

Sektor/Sub Sektor 2010 2011 2012 2013 2014


(23)

Pertambangan dan Penggalian 52,82 55,66 55,93 55,26 53,33

1 Pertambangan, Batubara dan Lignit 44,72 46,7 46,16 46,42 45,96

2 Pertambangan Bijih Logam 7,46 8,37 0,61 0,63 0,67

3 Pertambangan dan Penggalian Lainnya 0,64 0,58 0,61 0,63 0,67

Sumber : Badan Statistik kabupaten Murung Raya

Produksi pertambangan emas dan perak Murung Raya 2012 merupakan yang terbesar di Kalimantan Tengah, sedangkan produksi batu baranya berada di urutan kedua. Namun perlu dikaji lebih jauh sumbangan sektor ini terhadap kesejahteraan masyarakat Murung Raya. Apakah hasil produksi dari sektor ini benar-benar dinikmati oleh masyarakat Murung Raya, atau justru seluruh hasilnya dinikmati oleh pihak lain. Selain itu perlu diperhatikan juga apakah kerusakan lingkungan yang diakibatkan adanya aktifitas pertambangan setara dengan hasil yang diperoleh. Sekiranya sangat perlu diperhatikan juga kelestarian lingkungan bagi daerah yang digunakan untuk aktifitas pertambangan.

3) Sumbangan Sektor Industri Pengolahan

Perekonomian Murung Raya tidak dapat dipisahkan dari peranan sektor industri pengolahan, seperti halnya sektor Pertambangan dan penggalian, pada sektor ini hanya mencakup sub sektor industri non migas, karena di Murung Raya tidak terdapat industri migas.

Tabel 3.8 Laju Pertumbuhan Ekonomi Industri Pengolahan 2011 – 2014 (Persen)

Kategori / Sub Kategori

2011 2012 2013 2014


(24)

IndustriPengolahan 4,10 2,57 4,58 9,99

1. Industri Non Migas 4,10 2,57 4,58 9,99

Sumber : Badan Statistik kabupaten Murung Raya

Jika dilihat dari Laju pertumbuhannya, bisa dikatakan sektor ini bergairah, karena kontribusinya mengalami pasang surutakan tetapi di tahun 2014 mengalami peningkatan. Tahun 2011 sektor ini memberi kontribusi sebesar 4,10 persen, tahun 2012 menurun menjadi 2,57 persen, sedangkan pada tahun 2013 mengalami peningkatan menjadi 4,58 persen dan puncak tertinggi mengalami peningkatan pada tahun 2014 yaitu sebesar 9,99 Persen.

Industri pengolahan yang terdapat di Kabupaten Murung Raya adalah industri kecil menengah dan rumah rumah tangga. Jenis usaha antara lain adalah industri anyaman rotan

dan bambu, penggilingan padi, moulding, pengolahan

makanan, industri batu bata dan lain-lain. Diperlukan usaha keras untuk terus meningkatkan kontribusi ini, seperti mengasah ketrampilan dan kewirausahaan, menyediakan pinjaman modal dengan bunga lunak, mempermudah mendapatkan bahan baku dan penolong dari dalam atau luar daerah, serta pemasaran produk dan lain sebagainya. Karena pada dasarnya masyarakat enggan untuk mengolah bahan baku menjadi barang jadi maupun setengah jadi, dikarenakan tingginya biaya antara yang harus dikeluarkan.

4) Sumbangan Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih

Sektor ini merupakan sektor yang menunjang seluruh kegiatan ekonomi, dan sebagai infrastruktur yang mendorong aktivitas proses produksi sektoral maupun pemenuhan kebutuhan masyarakat. Produksi listrik sebagian besar


(25)

dihasilkan oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan sebagiannya lagi oleh listrik Non PLN. Untuk air bersih diproduksi oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) , sedangkan produksi gas dihasilkan oleh Perusahaan Gas Negara (PGN), namun di Murung Raya sampai dengan saat ini belum terdapat Perusahaan Gas Negara.

Peran sektor listrik, gas dan air bersih terhadap pembentukan PDRB Murung Raya pada periode tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 merupakan yang paling kecil diantara delapan sektor lainnya. Ditambah lagi, peran sektor ini pada tahun 2013 tidak mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yaitu sebesar 0,01 persen.

Tabel 3.9 Distribusi Persentase PDRB Sektor Listrik dan Gas Kabupaten Murung Raya Atas Dasar Harga Berlaku

Tahun 2010-2014 (Persen)

Kategori / Sub Kategori 2010 2011 2012 2013 2014

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Pengadaan Listrik, Gas 0,01 0,01 0,01 0,01 0,02

1. Ketenagalistrikan 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01

2.Pengadaan Gas dan produksi Es 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Sumber : Badan Statistik kabupaten Murung Raya

Tidak dapat dipungkiri bahwa listrik merupakan salah satu sarana penting dalam menunjang berbagai kegiatan masyarakat, baik di bidang ekonomi, sosial budaya dan bahkan pendidikan. Dengan terpenuhinya kebutuhan listrik, aktivitas masyarakat di malam hari akan lebih beragam. Mereka dapat mengakses televisi untuk kebutuhan informasi dan hiburan, para pelajar dapat belajar dengan penerangan yang memadai,


(26)

dan juga tidak menutup kemungkinan adanya kegiatan ekonomi yang bisa dilakukan di malam hari.

Data yang dihimpun dari instansi terkait, dari total 125 desa/kelurahan yang ada di Murung Raya, sampai dengan tahun 2014 baru sebanyak 90 desa/kelurahan yang sudah teraliri listrik, baik dari PLN maupun non PLN. Sisanya sebanyak 35 desa belum teraliri listrik.

5) Sumbangan Sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

Selain pada kategori pengadaan listrik dan gas, sektor pengadaan air juga sektor vital yang menunjang aktivitas ekonomi serta pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat. Pengadaan air bersih dilakukan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) di Kabupaten Murung Raya.Dalam kategori ini, mencakup kegiatan ekonomi pengumpulan, pengolahan dan pendistribusian air melalui berbagai saluran pipa untuk kebutuhan rumah tangga dan industri. Termasuk juga kegiatan pengumpulan, penjernihan, pengolahan air dan sungai, danau, mata air, hujan dan lain-lain. Tidak termasuk pengoperasian peralatan irigasi untuk keperluan pertanian.

Nilai PDRB nominal kategori Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulangselama 2010-2014 mengalami peningkatan setiap tahunnya, namun dalam nilai kontribusi setiap tahunnya terhadap perekonomian yang hanya sekitar 0,04 persen setiap tahunnya. Laju pertumbuhan ekonomi pada kategori ini mengalami perlambatan yang sangat signifikan pada tahun 2014 jika dibanding tahun-tahun sebelumnya. Walaupun kategori ini tidak memberikan dampak yang besar terhadap perekonomian Kabupaten Murung Raya, namun


(27)

sektor ini merupakan sektor yang penting dalam memenuhi kebutuhan dasar masyarakat. Jika ketersediaan air tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, maka aktivitas ekonomi masyarakat tidak dapat berjalan sebagai mana mestinya, secara tidak langsung hal ini akan mempengaruhi jalannya perekonomian di Kabupaten Murung Raya.

6) Sumbangan Sektor Bangunan/Konstruksi

Output sektor bangunan, merupakan output yang paling mudah untuk diamati perkembangannya. Dari tahun ke tahun, output sektor ini terlihat nyata perkembangannya, baik yang dihasilkan oleh pemerintah, swasta maupun masyarakat. Mulai dari jalan raya, jembatan, gedung-gedung kantor, hotel, pertokoan, perumahan, fasilitas umum dan lain lain.

Selama periode 2010 hingga 2014, nilai kontribusi yang diberikan ternyata tidak terlalu banyak mengalami perubahan, nilai kontribusi yang diberikan pada perekonomian Kabupaten Murung Raya berkisar antara 5 persen hingga 7 persen.

7) Sumbangan Sektor Perdagangan Besar dan Ecer, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

Dalam lima tahun terakhir, yaitu tahun 2010 hingga tahun 2014 sumbangan yang diberikan oleh Kategori Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor terhadap perekonomian Kabupaten |Murung Raya tidak mengalami banyak perubahan yakni berkisar antara 5 persen hingga 6 persen.Dari nilai tersebut, dalam rentang periode yang sama sub kategori Perdagangan Besar dan Eceran, Bukan Mobil dan Sepeda Motor memberikan kontribusi yang lebih besar dibanding sub kategori Perdagangan Mobil, Sepeda Motor dan Reparasinya.Pada tahun 2014 kontribusi kategori Perdagangan


(28)

Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor terhadap

perekonomian Kabupaten Murung Raya menduduki

urutankeempat setelah sektor konstruksi. Adapun kontribusi kategori ini terhadap perekonomian Kabupaten Murung Raya adalah 5,28 persen, sedangkan menurut kategorinya sebesar 5,20 persen disumbang oleh kategori Perdagangan Besar dan Eceran, Bukan Mobil dan Sepeda Motor. Sedangkan sisanya sebesar 0,08 persen disumbang oleh Sub Kotegori Perdagangan Mobil, Sepeda Motor dan Reparasinya.

Secara lengkap kontribusi sektor Perdagangan, Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 3.10 Distribusi Persentase PDRB Sektor Perdagangan, Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda MotorKabupaten Murung Raya Atas Dasar HargaBerlaku Tahun 2010-2014 (Persen)

Kategori / Sub Kategori 2010 2011 2012 2013 2014

1 2 3 4 5 6

Perdagangan, Besar dan Eceran;

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 5,17 5,22 5,21 5,03 5,28

1 Perdagangan Mobil, Sepeda Motor dan

Reparasinya 0,08 0,08 0,08 0,08 0,08

2 Perdagangan Besar dan Eceran Bukan

Mobil dan Sepeda Motor 5,09 5,14 5,14 4,95 5,20

Sumber : Badan Statistik kabupaten Murung Raya

8) Sumbangan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

Sektor Transportasi dan Pergudangan memiliki peranan sebagai pendorong aktivitas setiap sektor ekonomi. Dalam era globalisasi peranan sektor ini sangat vital dan menjadi indikator


(29)

kemajuan suatu daerah.Transportasi memiliki peran sebagai jasa pelayanan bagi mobilitas perekonomian.

Terdapat empat dari enam sub kategori Transportasi dan Pergudangan yang ada di Kabupaten Murung Raya yakni Sub Kategori Angkutan Darat, Sub Ketegori Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan, Sub Kategori Angkutan Udara, serta Sub Kategori Pergudangan dan Jasa Penunjang Angkutan.

Secara lengkap kontribusi sektor pengangkutan dan pergudangandisajikan dalam tabel berikut :

Tabel 3.11 Distribusi Persentase PDRB Transportasi dan Pergudangan Kabupaten Murung Raya Atas Dasar Harga Berlaku

Tahun 2010-2014 (Persen)

Kategori / Sub Kategori 2010 2011 2012 2013 2014

1 2 3 4 5 6

Transportasi dan Pergudangan 4,04 3,67 3,41 3,16 3,14

1 Angkutan Darat 1,22 1,13 1,13 1,21 1,29

2 Angkutan Sungai, Danau &

Penyeberangan 2,61 2,34 2,06 1,74 1,63

3 Angkutan Udara 0,03 0,04 0,05 0,05 0,04

4 Pergudangan dan Jasa

Penunjang Angkutan 0,18 0,17 0,17 0,17 0,18

Sumber : Badan Statistik kabupaten Murung Raya

Dalam kurun waktu 2010 hingga 2014 kontribusi sektor transportasi dan pergudangansemakin menurun. Pada tahun 2010 kontribusinya masih mencapai 4,04 persen dan semakin menurun hingga pada tahun 2014 kontribusinya tinggal 3,14 persen. Penurunan ini diduga lebih dikarenakan adanya peningkatan dari sektor lain yang lebih signifikan dibandingkan dengan peningkatan nilai tambah sektor transportasi dan pergudangan.


(30)

Kontribusi sektor transportasi dan pergudangan masih didominasi oleh sub sektor angkutan sungai, danau dan penyeberangan. Dua sub sektor yang menarik untuk diamati dalam sektor ini adalah sub sektor angkutan darat (jalan raya) dan sub sektor angkutan sungai, danau dan penyeberangan. Meski kontribusi sub sektor angkutan sungai, danau dan penyeberangan lebih unggul dibandingkan dengan sub sektor angkutan darat (jalan raya), namun besaran kontribusinya dari tahun ke tahun terus mengalami penurunan.

Sebaliknya Jembatan Merdeka Murung Raya yang

diresmikan pertengahan tahun 2008 mampu sedikit

mendongkrak kontribusi angkutan darat (jalan raya), namun sepertinya masyarakat masih enggan meninggalkan angkutan sungai yang selama ini biasa mereka gunakan. Selain itu, akses dari ibu kota kabupaten ke kecamatan, desa/kelurahan di seluruh Murung Raya belum semuanya dapat dijangkau melalui

moda transportasi darat. Mengingat sebagian besar

desa/kelurahan yang ada di pelosok-pelosok berada di daerah aliran sungai, serta belum ada jalur transportasi darat yang dibuka, sehingga beberapa wilayah memang tidak ada pilihan lain selain melalui transportasi sungai.

Penurunan kontribusi angkutan jalan raya juga ditunjang oleh peningkatan di sub sektor angkutan udara. Waktu tempuh Murung Raya – Palangka Raya melalui jalur darat selama 12 jam dapat disingkat menjadi kurang dari satu jam. Pada tahun 2012 jumlah penumpang pesawat yang berangkat adalah sebanyak 8.983 orang, sedangkan penumpang datang sebanyak 8.822, dengan frekuensi penerbangan tiga kali pulang pergi dalam satu minggu.


(31)

Dengan semakin baiknya infrastruktur jalan raya yang menghubungkan Murung Raya dan Barito Utara, mobilisasi masyarakat berkendaraan motor roda dua juga semakin meningkat. Pada tahun 2012 tercatat ada 8.418 sepeda motor di Murung Raya.Alternatif ini juga secara tidak langsung mengurangi kontribusi sektor transportasi dan pergudangan di Murung Raya.

9) Sumbangan Sektor Akomodasi dan Makan Minum

Kontribusi yang diberikan oleh Lapangan usaha Kategori

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum terhadap

perekonomian Kabupaten Murung Raya dari tahun 2010 hingga 2014 relatif sangat kecil yakni kurang dari satu persen dari setiap tahunnya. Dari nilai kontribusi tersebut, hampir tiga seperempatnya disumbang oleh subkategori Penyedia Makan Minum setiap tahunnya, sedangkan sisa disumbang oleh subkategori Penyedia Akomodasi. Walaupun demikian, nilainya terus meningkat sedikit demi sedikit dari tahun ke tahun. Hal ini disebabkan oleh semakin banyaknya penyedia makanan dan minuman serta menggunakan fasilitas hotel dan penginapan oleh masyarakat.

Tabel 3.12 Distribusi Persentase PDRB Kategori Penyedia Akomodasi dan Makan Minum Kabupaten Murung Raya Atas Dasar Harga Berlaku

Tahun 2010-2014 (Persen)

Kategori / Sub Kategori 2010 2011 2012 2013 2014

1 2 3 4 5 6

Penyedia Akomodasi dan

Makan Minum 0,58 0,57 0,60 0,62 0,65

1 Penyediaan Akomodasi 0,16 0,16 0,16 0.15 0,17

2 Penyediaan Makan Minum 0,41 0,42 0,44 0,47 0,49


(32)

Pada tahun 2014, kategori Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum berkontribusi terhadap PDRB Kabupaten Murung Raya sebesar 0,65 persen, dari nilai tersebut sebesar 0,49 persennya merupakan kontribusi dari subkategori Penyediaan Makan Minum dan sebesar 0,17 persen disumbangkan oleh sub kategori Penyediaan Akomodasi.

10)Sumbangan Sektor Informasi Dan Komunikasi

Dalam era globalisasi peranan kategori Informasi dan Komunikasi sangat vital serta menjadi indikator kemajuan suatu daerah, terutama jasa telekomunikasi. Peranan kategori ini terhadap perekonomian di Kabupaten Murung Rayaselama tahun2010-2014 hanya memberikan kontribusi yang relatif kecil yakni kurang dari dua persen.

Bila dilihat dari perkembangan kontribusi di subkategori ini dari tahun 2010 hingga 2014 mengalami peningkatan yang kurang signifikan di tahun 2010 sebesar 0,89 persen ditahun 2011 sebesar 0,88 persen selanjutnya ditahun 2012 sebesar 0,98 persen jika dilihat perkembangan ini sangat tidak

bepengaruh di dalam perkembangan perekonomian

Kabupaten Murung Raya yang kembali meningkat sedikit ditahun 2013 sebesar1,11 persen dan pada tahun 2014 juga mengalami pergeseran sebesar1,17persen.

Jika dilihat dari peran penting Informasi dan Komunikasi subkategori ini harus lebih ditingkatkan karena suatu daerah akan dapat menikmati pengetahuan informasi dan komunikasi baik dari dalam ataupun luar daerah untuk menghindari atau menanggulangi Gaptek pada masyarakat. Karena sistem teknologi semakin lama lebih canggih untuk masa globalisasi ini.


(33)

11) Sumbangan Sektor Jasa Keuangan dan Asuransi

Sektor ini disebut sebagai sektor finansial, karena secara umum kegiatan utamanya berhubungan dengan kegiatan pengelolaan keuangan yang berupa penarikan dana dari masyarakat maupun pengalirannya ( penyalurannya ) kembali.

Selama periode 2010 hingga 2014, lapangan usaha pada kategori Jasa Keuangan dan Asuransi memberikan kontribusi yang relatif sangat kecil terhadap total PDRB Kabupaten Murung Raya. Dalam rentang waktu tersebut, kontribusi yang diberikan oleh sektor kategori Jasa Keuangan dan Asuransi dibawah satu persen. Dari nilai tersebut kegiatan ekonomi pada Sub Kategori Jasa perantara keuangan menjadi penyumbang mayoritas kontribusi perekonomian pada kategori jasa keuangan dan asuransi ini.

Jika dilihat sisi kontribusinya terhadap perekonomian total sub kategori yang paling dominan adalah jasa perantara keuangan. Pada tahun 2014 kontribusinya sebesar 0,50 persen, jika dibanding dengan tahun-tahun sebelumnya cenderung mengalami peningkatan. Kontribusi terbesar kedua dalam sektor finansial ini adalah sub kategori asuransi dan dana pensiun. Pada tahun 2014 kontribusinya mencapai 0,26 persen.

Secara lengkap kontribusi sektor Jasa Keuangan, dan Asuransi disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 3.13 Distribusi Persentase PDRB Sektor Jasa Keuangan dan Asuransi Murung Raya Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2010-2014 (Persen)


(34)

Kategori / Sub Kategori 2010 2011 2012 2013 2014

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Jasa Keuangan dan Asuransi 0,65 0,60 0,66 0,78 0,77

1. Jasa Perantara Keuangan 0,38 0,35 0,41 0,52 0,50

2. Asuransi dan Dana Pensiun 0,26 0,24 0,25 0,25 0,26

3. Jasa Keuangan Lainnya 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01

4. Jasa Penunjang Keuangan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Sumber : Badan Statistik kabupaten Murung Raya

Jika dilihat dari sisi kontribusinya terhadap perekonomian total, sektor jasa keuangan dan asuransi pada kurun waktu 2010 sampai dengan 2014 cenderung stabil. Pada tahun 2010 kontribusi sektor ini sebesar 0,65 persen dan sempat mengalami penurunan menjadi 0,60 persen pada tahun 2011, 0,66 persen pada tahun 2012, hingga tahun2013 kontribusinya meningkat kembali sebesar 0,78 persen. Meski kembali ke posisi sedikit menurun tahun 2014 sebesar 0,77 persen yang hanya terjadi penurunan pada posisi 0,01 persen dari tahun 2013.

11)Sumbangan Sektor Real Estate

Laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Murung Raya ADHK

2010 kategori real estate mengalami perlambatan pada tahun

2014 yaitu sebesar 4,91 persen dibanding pada tahun 2011 sebesar 8,78 persen, namun tetap menunjukan pertumbuhan yang positif dengan nilai diatas 3 persen. Jika dilihat dari kontribusi yang diberikan oleh kategori Real Estate terhadap perekonomian Kabupaten Murung Raya selama lima tahun terakhir, ternyata tidak mengalami perubahan yang signifikan dengan nilai kontribusi kurang dari dua persen.


(35)

12) Sumbangan Sektor Jasa Perusahaan

Nilai kontribusi yang diberikan oleh kategori jasa perusahaan relatif sangat kecil yaitu kurang dari setengah persen setiap tahunnya.Hal ini menunjukkan bahwa peran kategori jasa perusahaan relatif sangat kecil dibanding peran kategori-kategori lainnya pada perekonomian Kabupaten Murung Raya. Laju pertumbuhan kategori jasa perusahaan terus mengalami perlambatan dari tahun 2011 hingga tahun 2014. Pada tahun 2011 nilai laju pertumbuhan mencapai 5,02 persen kemudian mengalami perlambatan hingga menjadi 0,56 persen pada tahun 2014.

Diperkirakan perusahaan-perusahaan yang berada

didalam wilayah Kabupaten Murung Raya mulai mengurangi aktivitas kegiatan mereka, dikarenakan kondisi pasar global yang cenderung tidak stabil khususnya dibidang pertambangan.

Sehingga mereka me-non aktifkan perusahaan untuk

sementara.

13) Sumbangan Sektor Pemerintahan

Kategori ini meliputi kegiatan yang sifatnya

pemerintahan, yang umumnya dilakukan oleh administrasi

pemerintah termasuk juga perundang-undangan dan

penterjemahan hukum yang berkaitan dengan pengadilan dan

menurut peraturannya. Selama tahun 2010 – 2014 peranan

kategori ini relatif stabil dengan menunjukkan sedikit peningkatan dengan nilai kontribusi secara berturut-turut sebesar 3,21 persen; 3,12 persen; 3,26 persen; 3,43 persen dan 3,62 persen. Sedangkan laju pertumbuhannya selalu positif dan cenderung mengalami percepatan yakni dari


(36)

sebesar 6,26 persen pada tahun 2011 menjadi 7,83 persen pada tahun 2014.

14) Sumbangan Sektor Jasa Pendidikan

Selama periode 2010 hingga 2014, kontribusi Kategori Jasa Pendidikan tidak mengalami perubahan yang signifikan dengan nilai kontribusi sekitar empat persen. Pada tahun 2014 kontribusi ini menyumbang sebesar 4,28 persen terhadap total perekonomian Kabupaten Murung Raya, sedikit mengalami peningkatan dibanding pada tahun 2010 yang mencapai 4,24 persen. Laju pertumbuhan jasa pendidikan di Kabupaten Murung Raya terus mengalami perlambatan dari tahun 2011 hingga tahun 2014. Nilai laju pertumbuhan ekonomi kategori ini mencapai 6,53 persen pada tahun 2011, kemudian terus mengalami perlambatan hingga mencapai 2,24 persen pada tahun 2014.

15) Sumbangan Sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

Kategori ini mencangkup kegiatan penyediaan jasa kesehatan dan kegiatan sosial yang cukup luas cakupannya. Pada tahun 2014, kontribusinya terhadap perekonomian Kabupaten Murung Raya sebesar 1,98 persen dengan laju pertumbuhan sebesar 9,44 persen. Selama tahun 2010-2014 peranannya relatif stabil dengan menunjukkan sedikit peningkatan, secara berturut-turut nilai kontribusinya adalah 1,80 persen; 1,72 persen; 1,76 persen; 1,86 persen; 1,98 persen. Dalam rentang waktu tersebut, nilai laju pertumbuhan kategori Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial selalu diatas lima persen. Secara berturut-turut nilai laju pertumbuhan kategori ini mulai tahun 2011 hingga 2014 adalah 8,75 persen; 7,98 persen; 8,96 persen; dan 9,44 persen.


(37)

16) Sumbangan Sektor Jasa Lainnya

Kontribusi Jasa Lainnya terhadap perekonomian Kabupaten Murung Raya relatif kecil (kurang dari dua persen). Nilai kontribusi kategori Jasa Lainnya secara berturut-turut dari tahun 2010 sampai dengan 2014 adalah 1,65 persen; 1,56 persen; 1,62 persen; 1,74 persen dan 1,81 persen. Sedangkan laju pertumbuhannya selama 2011 sampai dengan 2014 selalu positif dan berfluktuatif dengan nilai secara berturut-turut yakni 5,56 persen; 6,41 persen; 6,15 persen dan 6,62 persen.

3.1.1.4. Indikator Pembangunan Daerah Bidang Ekonomi A. Laju Pertumbuhan Ekonomi (ADHK-2010)

Pada tahun 2011 angka laju pertumbuhan ekonomi (ADHK - 2010) di Kabupaten Murung Raya yaitu sebesar 7,70%. Selanjutnya pada tahun 2012 menurun sebesar 6,82%, kemudian pada tahun 2013 meningkat menjadi 6,43%, kemudian pada tahun 2014 kembali melemah sebesar 6,00%.Pada tahun yang sama yaitu tahun 2011 angka laju pertumbuhan ekonomi (ADHK- 2010) di Provinsi Kalimantan Tengah yaitu sebesar 7,01 %, dan pada tahun 2012 melemah sebesar 6,87%, kemudian pada tahun 2013 kembali melemah sebesar 7,38%, dan ditahun 2014 semakin melemah pada posisi 6,21% (lihat tabel berikut) :

Tabel 3.14. Angka Perbandingan Laju Pertumbuhan Ekonomi (ADHK - 2010) Kabupaten Murung Raya Tahun 2010 – 2014

No Daerah 2011 2012 2013 2014


(38)

1 Kabupaten Murung Raya 7,70 6,82 6,43 6,00

2 Provinsi Kalimantan Tengah 7,01 6,87 7,38 6,21

Sumber : Badan Statistik kabupaten Murung Raya

Melalui tabel di atas dapat diketahui bahwa pencapaian angka laju pertumbuhan ekonomi (AHK- 2010) di Kabupaten Murung

Raya tahun 2011–2014 menunjukkan kecenderungan semakin

menurun. Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Murung Raya memang berada di bawah rata-rata pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah.

Faktor penyebab angka laju pertumbuhan ekonomi (ADHK- 2010) di Kabupaten Murung Raya periode tahun

2009 – 2011 lebih rendah dibandingkan dengan provinsi

Kalimantan Tengah yaitu karenaprogram pengembangan investasi sektor rill di daerah lebih diarahkan pada investasi jangka panjang, sehingga dalam jangka pendek (1-2 tahun) belum berhasil menunjukkan kenaikan produksi. Selain itu karena Kabupaten Murung Raya merupakan kabupaten yang baru dan jauh dari akses pelabuhan, sehingga ekspor masih belum terealisasi; dan juga sektor-sektor ekonomi yang mampu memberikan nilai tambah masih belum banyak berkembang.

Untuk memacu pertumbuhan ekonomi Kabupaten Murung Raya, maka melalui RKPD tahun 2017 ini, disamping tetap dilakukan pengembangan sektor pertanian dalam arti luas, dan pengembangan sektor pertambangan; juga dilakukan melalui pengembangan sektor perdagangan (ekspor), meningkatkan belanja rumah tangga (belanja

konsumen), investasi, dan belanja pemerintah.

Pengembangan investasi dapat dilakukan melalui


(39)

sektor-sektor tradisional. Pengembangan investasi pada

sektor-sektor tradisional diperlukan dalam rangka

pemberdayaan ekonomi masyarakat.

B. PDRB Perkapita Kabupaten Murung Raya 2010 – 2014 Berdasarkan ADHK 2010

Pada tahun 2010Pendapatan Regional Perkapita di Kabupaten Murung Raya yaitu sebesar Rp. 34.890.527,57. Selanjutnya pada tahun 2011 naik menjadi sebesar Rp. 36.469.728,63 kemudian pada tahun 2012 meningkat menjadi sebesar Rp. 37.930.152,69. Pada tahun 2013 juga mengalami kenaikan sebesar Rp 39.370.106,41 dan ditahun 2014 terus meningkat menjadi Rp 40.716.428,63.

Program peningkatan pertumbuhan pendapatan

perkapita yang perlu dipertajam dalam RKPD Murung Raya tahun 2017 terutama pada aspek pemerataan pendapatan, yaitu melalui penajaman program peningkatan keterampilan, program peningkatan produktivitas tenaga kerja, dan program alih teknologi pada sektor-sektor ekonomi rakyat (sektor tradisional).

C. Infrastruktur

Pada tahun 2013 panjang jalan darat dengan kondisi baik di Kabupaten Murung Raya yaitu sebesar 141,71 Km dan pada tahun 2014 data panjang jalan menurut ruas masih belum Update. Selama periode tahun 2013-2014 total prediksi panjang jalan darat juga mengalami peningkatan. Sementara itu sampai dengan kondisi tahun 2013 panjang jalan kabupaten yang kondisinya baik cenderung meningkat seiring dengan program perbaikan dan peningkatan jalan pada setiap


(40)

tahunnya, peningkatan tersebut juga diikuti total panjang jalan kabupaten sehingga mencerminkan penambahan ruas jalan baru terus berjalan. Hal ini perlu terus ditingkatkan untuk menunjang perekonomian masyarakat yang nantinya akan meratakan taraf perekonomian masyarakat Murung Raya.

Utamanya daerah pedalaman perlu adanya gebrakan atau program percepatan peningkatan infrastruktur yang utamanya jalan darat sehingga masyarakat tidak lagi kesulitan dalam hal pemasaran produk usahanya maupun dalam proses mendatangkan sarana produksi lainnya.

Tabel 3.15. Panjang Jalan Kabupaten Berdasarkan Kondisi Tahun 2013 – 2014 (dalam Km)

NO Kondisi Jalan Panjang (Km)

2013 2014

( 1 ) ( 2 ) ( 3 ) ( 4 )

1 Baik 141,71 -

2 Sedang 56,34 -

3 Rusak Ringan 347,74 -

4 Rusak Berat 298,83 -

Sumber : Dinas Pekerjaan Umum

Masalah pembangunan infrastruktur (jalan) di

Kabupaten Murung Raya yaitu masih banyak dijumpai panjang jalan dalam kondisi buruk (belum tuntas). Secara umum masalah pembangunan infrastruktur (jalan) di Kabupaten

Murung Raya tahun 2010 – 2014 dapat dikatakan belum dapat

memenuhi secara tepat akan kebutuhan infrastruktur (jalan dan jembatan) bagi masyarakat. Kriteria ketepatan ini mencakup waktu, kualitas, kuantitas dan lokasi.

Sasaran pembangunan daerah bidang infrastruktur dalam RKPD tahun 2017 ini yaitu pemenuhan secara tepat akan kebutuhan sarana dan prasarana umum bagi


(41)

masyarakat. Dalam upaya mencapai sasaran tersebut, maka program pengembangan dan peningkatan insfrastruktur masih perlu di pertajam, dengan sasaran prioritas : (1) meningkatnya kualitas jalan dan jembatan pada ruas jalan antar kota kabupaten dan kecamatan, (2) meningkatnya kuantitas (panjang dan lebar) jalan dan jembatan pada ruas jalan dan jembatan antar kecamatan dengan perdesaan.

3.1.2 Tantangan dan Prospek Perekonomian Daerah Tahun 2016 dan Tahun 2017

Di sini akan dilakukan identifikasi tantangan dan prospek perekonomian Kabupaten Murung Raya, khususnya pada tahun rencana (2016) dan 1 (satu) tahun setelah tahun rencana (2017), antara lain dengan terlebih dahulu mengadakan analisis atas kondisi internal (kekuatan dan kelemahan) dan juga kondisi eksternal (peluang dan ancaman) terhadap pencapaian

tujuan-tujuan pembangunan daerah. Hasil analisis ini digunakan

sebagai pertimbangan dalam memperkirakan proyeksi keuangan daerah serta perkiraan kerangka pendanaan untuk tahun mendatang (2017).

3.1.2.1. Tantangan

Pembangunan ekonomi Murung Raya tahun 2017masihakan menghadapi berbagai tantangan yang berasal dari faktor lingkungan internal maupun lingkungan eksternal yang terjadi sebagai berikut :

1) Tantangan meningkatkan stabilitas ekonomi makro.

Tantangan ini sangat tergantung dari pemulihan gejolak ekonomi di negara-negara Eropa. Dampak penurunan ekspor


(42)

berpengaruh terhadap perekonomian nasional. Meningkatnya angka pengangguran di negara-negara tujuan ekspor tersebut akan berdampak menurunkan permintaan yang selanjutnya akan menurunkan ekspor dari dalam negeri termasuk dari Kabupaten Murung Raya.

2) Tantangan meningkatkan percepatan pertumbuhan ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi sangat signifikan dipengaruhi oleh investasi; dan investasi baik di sektor riil maupun di sektor finansial tergantung dari kondisi iklim investasi yang kondusif. Tantangan ini cukup berat mengingat pengembangan investasi di Kabupaten Murung Raya sangat tergantung dengan kepastian tata ruang, baik provinsi maupun kabupaten. Komitmen perbaikan iklim investasi tersebut telah dilakukan pemerintah dengan mengadakan perbaikan di bidang peraturan daerah termasuk percepatan pengesahan tata ruang, pelayanan, dan penyederhanaan prosedur termasuk penyederhanaan birokrasi.

3) Tantangan penyediaan infrastruktur yang cukup memadai dan

berkualitas. Tantangan ini cukup berat mengingat di satu sisi wilayah Kabupaten Murung Raya cukup luas, namun dana pembangunan infrastruktur masih terbatas. Pembangunan infrastruktur ini merupakan prasyarat agar dapat mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi tinggi dan berkelanjutan. Ketersediaan infrastruktur yang memadai akan memperlancar arus barang dan orang. Keadaan infrastruktur yang baik dan lancar sangat membantu untuk menurunkan unit biaya angkut, sehingga turut meningkatkan daya saing produk lokal.

4) Tantangan meningkatkan volume perdagangan dalam negeri


(43)

Kabupaten Murung jauh dari pelabuhan laut, dan juga lapangan udara masih belum memadai sebagai pintu keluar arus barang. Tingginya volume perdagangan melalui ekspor sangat diperlukan, tidak saja sebagai penopang pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan juga untuk merangsang penciptaan lapangan kerja yang lebih luas dan bermutu.

5) Tantangan meningkatkan partisipasi swasta melalui kemitraan

antara pemerintah, masyarakat dan swasta (public-privatepartnership). Tantangan ini cukup berat terutama untuk membangun tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah daerah dan sektor swasta. Karena kalau salah satu dari komponen itu rusak maka partisipasi akan terganggu. Keterbatasan sumber daya pemerintah dalam pembiayaan pembangunan, terutama pembiayaan investasi dan penyediaan infrastruktur yang berkualitas memaksa pemerintah kabupaten menjalin kemitraan yang dilandasi dengan tingkat kepercayaan tinggi bagi semua pihak.

3.1.2.2. Prospek

Apabila tantangan-tantangan yang telah teridentifikasi di atas dapat di atasi dengan baik, maka prospek perekonomian

Kabupaten Murung Raya tahun 2016 dan 2017dapat diuraikan sebagai berikut:

 Prospek pertumbuhan ekonomi Kabupaten Murung Raya tahun

2016 diperkirakan akan tumbuh menjadi sebesar 6,5%. Optimisme yang kuat karena adanya perbaikan belanja pemerintah dan peningkatan pengeluaran konsumen.

 Prospek inflasi di Kabupaten Murung Raya tahun 2016


(44)

kenaikan harga barang-barang konsumsi dan meningkatnya biaya transportasi yang dipicu oleh kenaikan harga BBM ada tahun sebelumnya.

 Prospek penyerapan tenaga kerja tahun 2016 masih belum

begitu besar, sebagai dampak lambatnya perkembangan investasi baik PMA maupun PMDN di berbagai sektor ekonomi.

 Prospek perekonomian Kabupaten Murung Raya tahun

2017diprediksi tidak jauh berbeda dibanding tahun 2016. Hal ini disebabkan karena adanya berbagai tantangan baik faktor internal (dalam negeri) dan eksternal (krisis global) yang

diperkirakan masih belum sepenuhnya kondusif bagi

tercapainya kinerja ekonomi daerah.

Sehubungan dengan tantangan dan prospek pembangunan ekonomi tahun 2017, maka ada beberapa hal penting yang patut mendapat pertimbangan dengan cermat yaitu :

1) Keberhasilan pemerintah Kabupaten Murung Raya mengelola

anggaran tahun 2016 akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pembangunan ekonomi tahun 2017.

2) Kemampuan pemerintah Kabupaten Murung Raya dalam

memperkuat ketahanan pangan akan sangat mempengaruhi kondisi ekonomi Daerah mengingat harga pangan yang mengarah pada kecenderungan yang semakin tinggi. Jika ketahanan pangan daerah terganggu dan harus didatangkan dari luar maka akan sangat membebani ekonomi daerah.

3) Peningkatan kemampuan koordinasi pemerintah daerah

meningkatkan efektivitas kebijakan fiskal, moneter dan sektor rill dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, menjaga stabilitas ekonomi,


(45)

bisnis, mengurangi ekonomi biaya tinggi dan mengatasi rintangan masuk guna mendorong investasi dan meningkatkan daya saing eksport nonmigas, termasuk dalam pemberantasan tindak pidana korupsi.

5) Dengan meningkatnya rasa aman, kepercayaan masyarakat,

termasuk dunia usaha di daerah tentu akan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan ekonomi.

6) Pelaksanaan PNPM (Program Nasional Pemberdayaan

Masyarakat) yang berorientasi pada pencapaian Tujuan

Pembangunan Millenium (MDGs) yang memungkinkan

terciptanya keberdayaan masyarakat di desa/kelurahan sasaran PNPM sehingga akan lebih memudahkan peningkatan aktivitas ekonomi masyarakat.

3.2. Arah Kebijakan Keuangan Kabupaten Murung Raya

3.2.1. Proyeksi Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan

Keadaan realisasi keuangan daerah Kabupaten Murung Raya tahun 2014 dan tahun 2015 serta proyeksi pada tahun rencana yaitu tahun 2016 dapat dilihat pada tabel berikut :


(46)

3.2.2. Arah Kebijakan Keuangan Daerah

3.2.2.1 Arah Kebijakan Pendapatan Daerah

Pada bagian ini memuat penjelasan tentang analisis dan perkiraan sumber-sumber pendapatan Kabupaten Murung Raya berdasarkan realisasi tahun-tahun sebelumnya, yang mencakup Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang sah.

Tabel 3.16. Realisasi dan Proyeksi Pendapatan Daerah Kabupaten Murung Raya Tahun 2014 s.d Tahun 2016

NO URAIAN APBD

APBD TA. 2015 APBD TA. 2016 PROYEKSI TA. 2017

1 2 3 4

1. PENDAPATAN

1,027,181,152,076.12 1,339,313,271,361.89 1,184,479,807,361.89

1.1 PENDAPATAN ASLI DAERAH

54,880,948,871.38

33,530,500,000.00

40,425,500,000.00

1.1.1 Pendapatan Pajak Daerah

22,569,445,681.20

5,453,500,000.00

5,038,500,000.00

1.1.2 Hasil Retribusi Daerah

13,888,064,860.00

3,367,000,000.00

3,237,000,000.00

1.1.3 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang

Dipisahkan 4,185,227,886.35 4,000,000,000.00 4,700,000,000.00

1.1.4 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah

14,238,210,443.83 20,710,000,000.00 27,450,000,000.00

1.2 DANA PERIMBANGAN

859,177,819,522.00

1,204,974,688,000.00

1,014,662,569,000.00

1.2.1 Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak

246,752,524,522.00

318,337,453,000.00

161,926,537,000.00

1.2.2 Dana Alokasi Umum

593,989,575,000.00

678,555,108,000.00

678,555,108,000.00

1.2.3 Dana Alokasi Khusus

18,435,720,000.00 208,082,127,000.00 174,180,924,000.00

1.3 LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH

YANG SAH 113,122,383,682.74 100,808,083,361.89 129,391,738,361.89

1.3.3 Dana Bagi Hasil Pajak Dari Provinsi dan

Pemerintah Daerah Lainnya

22,600,172,682.74 25,962,645,361.89 25,962,645,361.89

1.3.4 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus

48,840,724,000.00

-

7,500,000,000.00

1.3.5 Bantuan Keuangan Dari Provinsi atau

Pemerintah Lainnya 8,250,000,000.00 - -

1.3.6 Pendapatan Lainnya

33,431,487,000.00 74,845,438,000.00 95,929,093,000.00


(47)

Sumber pendapatan daerah Kabupaten Murung Raya yang berasal dari PAD, meliputi: Pendapatan Pajak Daerah, Pendapatan Retribusi Daerah, Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan, Lain-Lain PAD Yang Sah, Sedangkan Dana Perimbangan, terdiri dari: Dana Bagi Hasil Pajak, Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber Daya Alam), Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus dan Dana Penyesuaian.

Lain-lain Pendapatan yang sah, meliputi : Dana Hibah, Dana Darurat, Bagi Hasil Pajak Dari Provinsi Dan Pemerintah Daerah Lainnya.

Berdasarkan realisasi dan proyeksi pendapatan daerah serta pertimbangan kemungkinan kebutuhan pendanaan dimasa mendatang, selanjutnya dirumuskan kebijakan yang terkait langsung dengan pos-pos Pendapatan Daerah dalam APBD. Arah kebijakan pendapatan Kabupaten Murung Raya meliputi:

a. Kebijakan perencanaan pendapatan daerah yang akan

dilakukan pada tahun anggaran berkenaan (2016),

dengan meningkatkan optimalisasi sumber-sumber

pendapatan, sehingga perkiraan besaran pendapatan dapat terealisasikan dan sedapat mungkin mencapai lebih dari yang ditargetkan.

b. Uraian arah kebijakan berkaitan dengan target

pendapatan daerah.

c. Upaya-upaya pemerintah daerah dalam mencapai target.

Arah kebijakan pendapatan daerah Kabupaten


(48)

a. Peningkatan pendapatan daerah akan difokuskan pada optimalisasi pengelolaan jenis-jenis pendapatan yang dapat dikendalikan oleh Pemerintah Kabupaten Murung Raya sendiri, yaitu Pendapatan Asli Daerah (PAD). Upaya peningkatan PAD tersebut harus dilaksanakan secara hati-hati dan bijaksana dalam upaya untuk tetap menjaga terciptanya iklim usaha yang kondusif bagi berkembangnya dunia usaha dan masyarakat dengan melihat kemampuan dunia usaha dan masyarakat untuk membayar pajak. Sejalan dengan hal tersebut, upaya untuk meningkatkan PAD Kabupaten Murung Raya akan lebih difokuskan pada upaya;

1) Perbaikan manajemen penerimaan, terutama

menyangkut perbaikan sistem dan prosedur

pengelolaan pajak dan retribusi daerah;

2) Penataan dan pengelolaan aset-aset daerah, baik

yang dipisahkan maupun tidak dipisahkan;

3) Peningkatan upaya penegakan hukum (law

enforcement) terhadap wajib pajak dan wajib retribusi yang tidak memenuhi kewajibannya;

4) Peningkatan kesadaran wajib pajak dan wajib

retribusi;

5) Pemutakhiran data potensi pajak dan retribusi daerah

dengan memanfaatkan Pengembangan Teknologi Informasi (TI).

b. Memperkuat posisi tawar (bargaining position) pemerintah

Kabupaten Murung Raya dalam mengoptimalkan jenis-jenis pendapatan daerah yang tidak dapat dikendalikan secara

langsung oleh Pemerintah Daerah, seperti Dana


(49)

disamping tetap memperhatikan serta mempertimbangkan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.

Peningkatan pendapatan daerah Kabupaten Murung Raya tersebut tentunya tidak terlepas dari adanya kebijakan-kebijakan strategis yang diambil dengan melakukan kegiatan ekstensifikasi dan intensifikasi sumber-sumber pendapatan di daerah termasuk berbagai regulasi kebijakan. Disamping itu peningkatan pendapatan daerah pada tahun 2016 tersebut diharapkan dapat mendorong laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Murung Raya khususnya dan provinsi Kalimantan Tengah umumnya dan upaya-upaya melakukan terobosan peluang investasi dunia usaha.

3.2.2.2 Arah Kebijakan Belanja Daerah

Pada bagian ini berisikan uraian mengenai kebijakan yang akan dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Murung Raya terutama yang terkait langsung dengan pengelolaan Belanja, baik belanja langsung maupun belanja tidak langsung dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Murung Raya.

Kebijakan belanja pemerintah Kabupaten Murung Raya memprioritaskan terlebih dahulu pos belanja yang wajib dikeluarkan, antara lain belanja pegawai, belanja bunga dan pembayaran pokok pinjaman, belanja subsidi, belanja bagi hasil, serta belanja barang dan jasa yang wajib dikeluarkan pada tahun 2016. Selisih antara perkiraan dana yang tersedia dengan jumlah belanja yang wajib dikeluarkan merupakan potensi dana yang dapat dialokasikan untuk pagu indikatif bagi belanja langsung setiap SKPD.


(50)

Belanja tidak langsung untuk belanja hibah, belanja sosial, dan belanja bantuan kepada pemerintah desa, serta belanja tidak terduga disesuaikan dan diperhitungkan berdasarkan ketersediaan dana dan kebutuhan belanja langsung.

Berdasarkan hasil analisis dan perkiraan sumber-sumber pendapatan daerah dan realisasi serta proyeksi pendapatan daerah dalam 2(Dua) tahun terakhir, arah kebijakan yang terkait dengan belanja daerah, serta target penerimaan dan pengeluaran pembiayaan, selanjutnya dituangkan dalam format tabel sebagai berikut :

Tabel 3.17.

Proyeksi Belanja Daerah Kabupaten Murung Raya Tahun Anggaran 2017

Sumber : Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Murung Raya

Secara umum, kebijakan pengelolaan belanja daerah

Kabupaten Murung Raya Tahun Anggaran 2017 adalah sebagai berikut :

a. Belanja daerah diprioritaskan dalam rangka pelaksanaan

urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan

BELANJA 1,243,703,797,729.98

BELANJA TIDAK LANGSUNG 597,684,691,690.42

Belanja Pegawai 375,875,499,919.42

Belanja Subsidi 19,830,000,000.00

Belanja Hibah 33,925,252,500.00

Belanja Bantuan Sosial 7,347,200,000.00

Belanja Bantuan Keuangan kepada Provinsi/Kabupaten/Kota, Pemerintahan Desa dan Partai Politik

160,206,739,271.00

Belanja Tidak Terduga 500,000,000.00

BELANJA LANGSUNG 646,019,106,039.56

Belanja Pegawai 86,725,962,321.00

Belanja Barang dan Jasa 248,814,721,198.67


(1)

pemerintah kabupaten Murung Raya yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan yang ditetapkan berdasarkan ketentuan perundang-undangan.

b. Belanja daerah dalam rangka penyelenggaraan urusan wajib digunakan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial.

c. Belanja daerah Kabupaten Murung Raya disusun berdasarkan pendekatan prestasi kerja yang berorientasi pada pencapaian hasil dari input yang direncanakan. Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas perencanaan anggaran serta memperjelas efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran.

d. Dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi daerah, pemerintah Kabupaten Murung Raya akan memberikan perhatian yang maksimal terhadap upaya peningkatan investasi di kabupaten Murung Raya ini, termasuk investasi bidang Sumber Daya Manusia melalui pendidikan.

e. Penyusunan belanja daerah Kabupaten Murung Raya diprioritaskan untuk menunjang efektivitas pelaksanaan tugas dan fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam rangka melaksanakan urusan pemerintahan daerah yang menjadi tanggung jawabnya.Peningkatan alokasi anggaran belanja yang direncanakan oleh setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah harus terukur yang diikuti dengan peningkatan kinerja pelayanan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.


(2)

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun 2017 165

3.2.2.3 Arah Kebijakan Pembiayaan Daerah

Pada bagian ini berisikan uraian mengenai kebijakan penerimaan pembiayaan dan kebijakan pengeluaran pembiayaan daerah. Kebijakan penerimaan pembiayaan yang akan dilakukan terkait dengan kebijakan pemanfaatan sisa lebih perhitungan anggaran tahun sebelumnya (SILPA), pencairan dana cadangan, hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, penerimaan pinjaman daerah, penerimaan kembali pemberian pinjaman, penerimaan piutang daerah sesuai dengan kondisi keuangan daerah.

Kebijakan pengeluaran pembiayaan daerah mencakup pembentukan dana cadangan, penyertaan modal (investasi) daerah yang telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah, pembayaran pokok utang yang jatuh tempo, pemberian pinjaman daerah kepada pemerintah daerah lain sesuai dengan akad pinjaman.

Dalam hal ada kecenderungan terjadinya defisit anggaran, harus diantisipasi kebijakan-kebijakan yang akan berdampak pada pos penerimaan pembiayaan daerah, sebaliknya jika ada kecenderungan akan terjadinya surplus anggaran, harus diantisipasi kebijakan-kebijakan yang akan berdampak pada pos pengeluaran pembiayaan daerah, seperti penyelesaian pembayaran pokok utang dan penyertaan modal.

Hasil analisis dan perkiraan sumber-sumber penerimaan pembiayaan daerah dan realisasi serta proyeksi penerimaan dan pengeluaran pembiayaan daerah Kabupaten Murung Raya dalam 3 (tiga) tahun terakhir, proyeksi/target tahun rencana (2016) serta 1 (satu) tahun setelah tahun rencana (2017)


(3)

Realisasi Tahun 2014 Realisasi Tahun 2015 Proyeksi Tahun 2016

3.1 Penerimaan Pembiayaan 285,949,887,167.96 321,794,776,388.07 72,215,663,568.09

3.1.1 Sisa Lebih Perhitungan anggaran Tahun

Anggaran sebelumnya (SILPA) 285,949,887,167.96 321,794,776,388.07 72,215,663,568.09 3.1.2 Pencairan dana cadangan

3.1.3

Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan

3.1.4 Penerimaan pinjaman daerah

3.1.5 Penerimaan kembali pemberian pinjaman 3.1.6 Penerimaan piutang daerah

3.2 Pengeluaran Pembiayaan 10,863,303,228.81 7,250,000,000.00 5,250,000,000.00

3.2.1 Pembentukan dana cadangan

3.2.2 Penyertaan modal (investasi) daerah 6,250,000,000.00 7,250,000,000.00 5,250,000,000.00

3.2.3 Pembayaran pokok utang 4,613,303,228.81

3.2.4 Pemberian pinjaman daerah

275,086,583,939.15

314,544,776,388.07 66,965,663,568.09

Jumlah Jenis Penerimaan dan

Pengeluaran Pembiayaan Daerah No

JUMLAH PEMBIAYAAN NETTO

dalam rangka perumusan arah kebijakan pengelolaan pembiayaan daerah disajikan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 3.18. Realisasi dan Proyeksi/Target Pembiayaan Daerah Kabupaten Murung Raya Tahun 2014 s.d Tahun 2016

Sumber : Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Murung Raya

Kebijakan umum pembiayaan daerah Kabupaten Murung Raya pada tahun 2017 adalah sebagai berikut :

a. Upaya untuk menutup defisit anggaran diutamakan berasal dari sumber-sumber penerimaan pembiayaan daerah yang tidak akan menjadi beban bagi daerah di masa mendatang, yaitu yang bersumber dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran sebelumnya; b. Mengoptimalkan jenis-jenis penerimaan pembiayaan yang

menjadi piutang daerah dan pencairan dana cadangan serta tidak menggunakan sumber penerimaan pembiayaan daerah yang bersumber dari pinjaman daerah;


(4)

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun 2017 167

c. Sumber pengeluaran pembiayaan daerah sedapat mungkin hanya dialokasikan untuk menutup keperluan yang menjadi kewajiban daerah dan tidak dapat ditunda pengeluarannya.


(5)

(6)