Analisis Faktor-Faktor Produksi Usaha Tani Kacang Tanah di Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara’
I.
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Di Indonesia, usahatani palawija merupakan usaha yang cukup
menjanjikan untuk perbaikan kondisi ekonomi petani, baik sebagai sumber
penghasilan pokok maupun penghasilan tambahan. Tanaman palawija juga
merupakan tanaman yang cukup potensial dalam penyediaan vitamin dan
mineral masyarakat, salah satu diantaranya adalah kacang tanah. Kacang
tanah (Arachis hypogea L.) termasuk tanaman pangan yang semakin
penting peranannya.
Kacang tanah secara ekonomi merupakan tanaman kacang-kacangan
yang menduduki urutan kedua setelah kedelai, sehingga berpotensi untuk
dikembangkan karena memiliki nilai ekonomi tinggi dan peluang pasar
dalam negeri yang cukup besar. Biji kacang tanah dapat digunakan langsung
untuk pangan dalam bentuk sayur, digoreng atau direbus, dan sebagai bahan
baku industri seperti keju, sabun dan minyak, serta brangkasannya untuk
pakan ternak dan pupuk (Marzuki,2007).
Kacang tanah mengandung lemak 45% dan protein 27%. Protein
yang terdapat didalam kacang tanah jauh lebih tinggi dibandingkan protein
yang berasal dari daging dan telur, zat besi, vitamin E dan kalsium, vitamin
B kompleks dan fosforus, vitamin A dan K, lesitin, kolin dan kalsium.
Semua zat yang terkandung dalam upaya meningkatkan pertumbuhan,
mencerdaskan, hingga upaya membina ketahanan tubuh dalam mencegah
beberapa penyakit. (Vyan, 2009).
Kabupaten Batu Bara merupakan salah satu kabupaten di Provinsi
Sumatera Utara yang baru terbentuk pada tahun 2007 berdasarkan
pemekaran dari Kabupaten
Asahan. Kabupaten Batu Bara berada di
kawasan Pantai Timur Sumatera Utara yang berbatasan dengan Selat
Malaka. Kabupaten Batu Bara menempati area seluas 904,96 Km2 atau
90.496 Ha yang terdiri dari 7 kecamatan serta 151 desa/kelurahan defenitif.
Dari 90.496 Ha, 36.985 Ha merupakan luas daerah pertanian tanaman
pangan di Kabupaten Batubara. Tanaman pangan yang dibudidayakan
masyarakat antara lain : Padi sawah, jagung, kacang kedelai, kacang tanah,
kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar.
Kecamatan Lima Puluh adalah salah satu kecamatan yang terletak di
Kabupaten Batu Bara. Kecamatan Lima Puluh merupakan kecamatan yang
memiliki Luas panen kacang tanah terluas di banding kecamatan lain di
Kabupaten Batu Bara. Data luas panen, produksi, dan produktivitas dapat di
lihat di Tabel 1.
Tabel 1. Luas Tanam, Luas Panen, Produksi, dan Rata-Rata Produksi Kacang
Tanah Menurut Kecamatan di Kabupaten Batu Bara, 2016
Luas
Rata-Rata
Luas Panen
Produksi
Kecamatan
Tanam
Produksi
(Ha)
(Ton)
(Ha)
(Ton/Ha)
Sei Balai
8
7
5,84
0,834
Tanjung Tiram
Talawi
Lima Puluh
7
9
7,96
0,884
Air Putih
Sei Suka
Medang Deras
Batu Bara
15
16
13,79
0,862
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Batu Bara, 202016
(diolah)
Dari tabel 1 diatas dapat disimpulkan, bahwa dari 7 kecamatan di
kabupaten Batu Bara hanya ada dua kecamatan yang mengusahakan usaha
tani kacang tanah di lahan mereka, salah satunya kecamatan Lima Puluh
dengan luas panen seluas 9 Ha, produksi 7,96 Ton dan produktivitas 0, 884
Ton/Ha.
Luas lahan yang dimiliki Kecamatan Limapuluh cukup kecil dalam
pengembangangan produksi kacang tanah. Hal ini tidak terlepas dari
pemerintah setempat yang senantiasa memberikan bimbingan dan bantuan
kepada para petrani kacang tanah agar produksinya dapat di tingkatkan.
Namun demikian tetap diakui bahwa tingginya produksi dan produktivitas
suatu usaha tani tidak selamanya akan diikuti dengan pendapatan yang
diperoleh petani dari usaha tani tersebut. Hal ini disebabkan besar kecilnya
hasil dari suatu usaha tani sangat dipengaruhi oleh jumlah dan tingkat harga
faktor-Faktor produksi yang digunakan, harga jual hasil produksi usaha tani
yang bersangkutan, maupun banyaknya permintaan dari konsumen.
Masalah yang dihadapi petani kacang tanah di Kecamatan Lima
Puluh adalah hama dan penyakit, penanaman varietas yang berproduksi
rendah, mutu benih yang rendah dan kekeringan, serta pengurangan luas
lahan yang setiap tahun semakin berkurang sehingga menimbulkan besar
kemungkinan pengaruhnya terhadap pengurangan produksi, dengan rata-rata
produksi kacang tanah di Kecamatan Lima Puluh adalah 0,834 ton/Ha yang
idealnya 3-4 Ton/Ha (cahyono, 2007). Berikut tabel produksi kacang tanah
menurut kecamatan.
Tabel 2. Produksi Kacang Tanah Menurut Kecamatan di Kabupaten Batu
Bara, 2012 – 2016 (Ton)
201
Kecamatan
Sei Balai
2012
15
2013
21
2014
7
2016
5
10,8
5,84
Tanjung Tiram
Talawi
2
-
-
-
Lima Puluh
23
63
25
Air Putih
Sei Suka
Medang Deras
4
2
-
2
6
-
2
-
Batu Bara
47
92
34
0
13,6
7,96
0
0,82
24,8
13,79
4
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten
Batu Bara
Berdasarkan Tabel 2 diatas dapat dilihat Kecamatan Lima Puluh
terjadi penurunan produksi secara terus-menerus dari tahun 2012-2016.
Begitu juga pada Kecamatan lain bahkan sampai tidak berproduksi.
Berdasarkan hal tersebut, maka mendorong penulis untuk melakukan
penelitian secara mendalam tentang “ Analisis Faktor-Faktor Produksi
Usaha Tani Kacang Tanah di Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu
Bara’. Hasil akhir dari penelitian ini diharapkan bisa digunakan sebagai
bahan rujukan maupun informasi bagi perkembangan usaha tani kacang
tanah dimasa yang akan datang.
I.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka dapat
dirumuskan masalah penelitian adalah faktor apa saja yang mempengaruhi
produksi kacang tanah di Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara?
I.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka yang menjadi tujuan
penelitian adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
produksi kacang tanah di Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara.
I.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat berguna dan memberikan manfaat
sebagai berikut :
1. Bagi Peneliti
Kegiatan penelitian ini merupkana langkah awal dari
penerapan ilmu pengetahuan dan sebagai pengalaman yang dapat
dijadikan referensi untuk melakukan penelitian yang lebih lanjut
dimasa yang akan datang.
2. Bagi Petani
Bagi Petani kacang tanah di Kecamatan Lima Puluh,
diharapkan dapat memberikan tambahan wawasan dalam
menyikapi kemungkinan timbulnya permasalahan, serta dalam
pengmbilan keputusan dalam usaha tani kacang tanah.
3. Bagi Pemerintah
sebagai bahan informasi bagi pemerintah maupun lembaga
lainnya dalam mengambil kebijaksanaan bidang analisis
ekonomi usahatani.
II.1.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Produksi
Secara umum, istilah “produksi” diartikan sebagai penggunaan atau
pemanfaatan sumber daya yang mengubah suatu komuditi menjadi komuditi
lainnya yang sama sekali berbeda, baik dalam pengertian apa, dan dimana
atau kapan komoditi-komoditi itu dilokasikan, maupun dalam pengertian
apa yang dapat dikerjakan oleh konsumen terhadap komuditi itu. Istilah
produksi berlaku untuk barang maupun jasa, karena istilah “komoditi”
memang mengacu pada barang dan jasa. Keduanya sama-sama dihasilakan
dengan mengerahkan modal dan tenaga kerja.
Produksi merupakan konsep arus. Maksudnya adalah produksi
merupakan kegiatan yang diukur sebagai tingkat-tingkat output per unit
periode/waktu. Sedangkan outputnya sendiri senantiasa diasumsikan
konstan kualitasnya (Miller dan Mainers , 2000:251). Sedangkan Dominic
Salvatore
(2007)
mendefinisikan
fungsi
produksi
untuk
setiap
komoditiadalah suatu persamaan, tabel atau grafik yang menunjukkan
jumlah (maksimum) komoditi yang dapat diproduksi per unit waktu setiap
kombinasi input alternatif bila menggunkan teknik yang tersedia.
II.1.1. Fungsi Produksi
Fungsi produksi adalah suatu fungsi yang menunjukkan hubungan
antara hasil produksi (output) maksimum yang dapat dihasilkan dari suatu
ramuan faktor-faktor produksi (input) tertentu dengan teknologi tertentu.
Fungsi produksi dinyatakan sebagai P=f(Q) dimana P adalah total produksi
dan Q jumlah input atau faktor-faktor produksi (Wibisono, 1999).
Istilah fungsi produksi ditemukan dalam ilmu ekonomi. Yang
dimaksud dengan fungsi produksi adalah suatu fungsi yang menunjukkan
hubungan antara hasil produksi fisik (output) dengan faktor-faktor produksi
(input). Dalam bentuk matematika sederhana fungsi produksi ini dituliskan
sebagai berikut:
Y= f(x1, x2,....xn)
Dimana:
Y = Hasil produksi fisik (output)
x1 , x2...xn = faktor-faktor produksi (input)
Untuk dapat menggambarkan fungsi produksi ini secara jelas dan
menganalisa peranan masing-masing faktor produksi maka dari sejumlah
faktor-faktor produksi itu salah satu faktor produksi dianggap variabel
(berubah-ubah) sedangkan faktor-faktor produksi lainnya dianggap konstan.
Berikut ini gambar fungsi produksi.
Hubungan fungsional seperti digambarkan di atas berlaku untuk
semua faktor produksi misalnya tenaga kerja, luas lahan, sarana produksi
dan input lainnya (Mubyarto, 1987).
Perkembangan atau pertambahan produksi dalam kegiatan ekonomi
tidak lepas dari peranan faktor-faktor produksi atau input untuk menaikkan
jumlah output yang diproduksi dalam perekonomian.
Fungsi produksi
adalah hubungan teknis yang menghubungkan antara faktor produksi (input)
dan hasil produksi (output). Disebut faktor produksi karena bersifat mutlak,
supaya produksi dapat dijalankan untuk menghasilkan produk.
Fungsi produksi yang dipakai dalam penelitian ini adalah fungsi
produksi cobbdouglass. Kelebihan model ini dibandingkan dengan fungsi
lain yaitu pertama perubahperubah yang diamati adalah perubah harga
output dan input, sehingga lebih sesuai dengan kerangka pengambilan
keputusan produsen yang memperhitungkan harga sebagai faktor penentu,
kedua dapat digunakan untuk menganalisis efisiensi ekonomi, teknik dan
harga, ketiga fungsi penawaran Output dan permintaan input dapat diduga
bersama-sama tanpa harus membuat fungsi produksi yang eksplisit. Pada
ketiga
kelebihan
tersebut
juga
terdapat
keterbatasandalam
menginterpretasikan hasil elastisitas yang diperoleh Keterbatasanya antara
lain: (1) dugaan, elastisitas permintaan harga sendiri akan selalu elastis, (2)
dugaan elastisitas permintaan silang akan selalu negatif, yang berarti
hubungan antara input akan selalu komplementer (Anonimous, 2007).
Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam menggunakan
fungsi produksi cobbdouglasssebagai berikut:
1. Pengamatan variabel penjelas (X) tidak ada yang sama dengan
nol, karena logaritma dari nol adalah bilangan yang besarnya
tidak diketahui (infinite).
2. Diasumsikan tidak ada perbedaan teknologi pada setiap
pengamatan dalam fungsi produksi. Apabila fungsi produksi
Cobb-Douglas dipakai sebagai model suatu pengamatan dan jika
diperlukan analisis yang membutuhkan lebih dari 1 model, maka
perbedaan model tersebut terletak pada intercept dan bukan
terletak pada kemiringan garis (slope) model tersebut.
3. Setiap variabel X adalah perfect competation.
4. Hanya terdapat satu variabel yang dijelaskan yaitu (Y).
5. Perbedaan lokasi sudah tercakup dalam faktor kesalahan.
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Di Indonesia, usahatani palawija merupakan usaha yang cukup
menjanjikan untuk perbaikan kondisi ekonomi petani, baik sebagai sumber
penghasilan pokok maupun penghasilan tambahan. Tanaman palawija juga
merupakan tanaman yang cukup potensial dalam penyediaan vitamin dan
mineral masyarakat, salah satu diantaranya adalah kacang tanah. Kacang
tanah (Arachis hypogea L.) termasuk tanaman pangan yang semakin
penting peranannya.
Kacang tanah secara ekonomi merupakan tanaman kacang-kacangan
yang menduduki urutan kedua setelah kedelai, sehingga berpotensi untuk
dikembangkan karena memiliki nilai ekonomi tinggi dan peluang pasar
dalam negeri yang cukup besar. Biji kacang tanah dapat digunakan langsung
untuk pangan dalam bentuk sayur, digoreng atau direbus, dan sebagai bahan
baku industri seperti keju, sabun dan minyak, serta brangkasannya untuk
pakan ternak dan pupuk (Marzuki,2007).
Kacang tanah mengandung lemak 45% dan protein 27%. Protein
yang terdapat didalam kacang tanah jauh lebih tinggi dibandingkan protein
yang berasal dari daging dan telur, zat besi, vitamin E dan kalsium, vitamin
B kompleks dan fosforus, vitamin A dan K, lesitin, kolin dan kalsium.
Semua zat yang terkandung dalam upaya meningkatkan pertumbuhan,
mencerdaskan, hingga upaya membina ketahanan tubuh dalam mencegah
beberapa penyakit. (Vyan, 2009).
Kabupaten Batu Bara merupakan salah satu kabupaten di Provinsi
Sumatera Utara yang baru terbentuk pada tahun 2007 berdasarkan
pemekaran dari Kabupaten
Asahan. Kabupaten Batu Bara berada di
kawasan Pantai Timur Sumatera Utara yang berbatasan dengan Selat
Malaka. Kabupaten Batu Bara menempati area seluas 904,96 Km2 atau
90.496 Ha yang terdiri dari 7 kecamatan serta 151 desa/kelurahan defenitif.
Dari 90.496 Ha, 36.985 Ha merupakan luas daerah pertanian tanaman
pangan di Kabupaten Batubara. Tanaman pangan yang dibudidayakan
masyarakat antara lain : Padi sawah, jagung, kacang kedelai, kacang tanah,
kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar.
Kecamatan Lima Puluh adalah salah satu kecamatan yang terletak di
Kabupaten Batu Bara. Kecamatan Lima Puluh merupakan kecamatan yang
memiliki Luas panen kacang tanah terluas di banding kecamatan lain di
Kabupaten Batu Bara. Data luas panen, produksi, dan produktivitas dapat di
lihat di Tabel 1.
Tabel 1. Luas Tanam, Luas Panen, Produksi, dan Rata-Rata Produksi Kacang
Tanah Menurut Kecamatan di Kabupaten Batu Bara, 2016
Luas
Rata-Rata
Luas Panen
Produksi
Kecamatan
Tanam
Produksi
(Ha)
(Ton)
(Ha)
(Ton/Ha)
Sei Balai
8
7
5,84
0,834
Tanjung Tiram
Talawi
Lima Puluh
7
9
7,96
0,884
Air Putih
Sei Suka
Medang Deras
Batu Bara
15
16
13,79
0,862
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Batu Bara, 202016
(diolah)
Dari tabel 1 diatas dapat disimpulkan, bahwa dari 7 kecamatan di
kabupaten Batu Bara hanya ada dua kecamatan yang mengusahakan usaha
tani kacang tanah di lahan mereka, salah satunya kecamatan Lima Puluh
dengan luas panen seluas 9 Ha, produksi 7,96 Ton dan produktivitas 0, 884
Ton/Ha.
Luas lahan yang dimiliki Kecamatan Limapuluh cukup kecil dalam
pengembangangan produksi kacang tanah. Hal ini tidak terlepas dari
pemerintah setempat yang senantiasa memberikan bimbingan dan bantuan
kepada para petrani kacang tanah agar produksinya dapat di tingkatkan.
Namun demikian tetap diakui bahwa tingginya produksi dan produktivitas
suatu usaha tani tidak selamanya akan diikuti dengan pendapatan yang
diperoleh petani dari usaha tani tersebut. Hal ini disebabkan besar kecilnya
hasil dari suatu usaha tani sangat dipengaruhi oleh jumlah dan tingkat harga
faktor-Faktor produksi yang digunakan, harga jual hasil produksi usaha tani
yang bersangkutan, maupun banyaknya permintaan dari konsumen.
Masalah yang dihadapi petani kacang tanah di Kecamatan Lima
Puluh adalah hama dan penyakit, penanaman varietas yang berproduksi
rendah, mutu benih yang rendah dan kekeringan, serta pengurangan luas
lahan yang setiap tahun semakin berkurang sehingga menimbulkan besar
kemungkinan pengaruhnya terhadap pengurangan produksi, dengan rata-rata
produksi kacang tanah di Kecamatan Lima Puluh adalah 0,834 ton/Ha yang
idealnya 3-4 Ton/Ha (cahyono, 2007). Berikut tabel produksi kacang tanah
menurut kecamatan.
Tabel 2. Produksi Kacang Tanah Menurut Kecamatan di Kabupaten Batu
Bara, 2012 – 2016 (Ton)
201
Kecamatan
Sei Balai
2012
15
2013
21
2014
7
2016
5
10,8
5,84
Tanjung Tiram
Talawi
2
-
-
-
Lima Puluh
23
63
25
Air Putih
Sei Suka
Medang Deras
4
2
-
2
6
-
2
-
Batu Bara
47
92
34
0
13,6
7,96
0
0,82
24,8
13,79
4
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten
Batu Bara
Berdasarkan Tabel 2 diatas dapat dilihat Kecamatan Lima Puluh
terjadi penurunan produksi secara terus-menerus dari tahun 2012-2016.
Begitu juga pada Kecamatan lain bahkan sampai tidak berproduksi.
Berdasarkan hal tersebut, maka mendorong penulis untuk melakukan
penelitian secara mendalam tentang “ Analisis Faktor-Faktor Produksi
Usaha Tani Kacang Tanah di Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu
Bara’. Hasil akhir dari penelitian ini diharapkan bisa digunakan sebagai
bahan rujukan maupun informasi bagi perkembangan usaha tani kacang
tanah dimasa yang akan datang.
I.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka dapat
dirumuskan masalah penelitian adalah faktor apa saja yang mempengaruhi
produksi kacang tanah di Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara?
I.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka yang menjadi tujuan
penelitian adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
produksi kacang tanah di Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara.
I.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat berguna dan memberikan manfaat
sebagai berikut :
1. Bagi Peneliti
Kegiatan penelitian ini merupkana langkah awal dari
penerapan ilmu pengetahuan dan sebagai pengalaman yang dapat
dijadikan referensi untuk melakukan penelitian yang lebih lanjut
dimasa yang akan datang.
2. Bagi Petani
Bagi Petani kacang tanah di Kecamatan Lima Puluh,
diharapkan dapat memberikan tambahan wawasan dalam
menyikapi kemungkinan timbulnya permasalahan, serta dalam
pengmbilan keputusan dalam usaha tani kacang tanah.
3. Bagi Pemerintah
sebagai bahan informasi bagi pemerintah maupun lembaga
lainnya dalam mengambil kebijaksanaan bidang analisis
ekonomi usahatani.
II.1.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Produksi
Secara umum, istilah “produksi” diartikan sebagai penggunaan atau
pemanfaatan sumber daya yang mengubah suatu komuditi menjadi komuditi
lainnya yang sama sekali berbeda, baik dalam pengertian apa, dan dimana
atau kapan komoditi-komoditi itu dilokasikan, maupun dalam pengertian
apa yang dapat dikerjakan oleh konsumen terhadap komuditi itu. Istilah
produksi berlaku untuk barang maupun jasa, karena istilah “komoditi”
memang mengacu pada barang dan jasa. Keduanya sama-sama dihasilakan
dengan mengerahkan modal dan tenaga kerja.
Produksi merupakan konsep arus. Maksudnya adalah produksi
merupakan kegiatan yang diukur sebagai tingkat-tingkat output per unit
periode/waktu. Sedangkan outputnya sendiri senantiasa diasumsikan
konstan kualitasnya (Miller dan Mainers , 2000:251). Sedangkan Dominic
Salvatore
(2007)
mendefinisikan
fungsi
produksi
untuk
setiap
komoditiadalah suatu persamaan, tabel atau grafik yang menunjukkan
jumlah (maksimum) komoditi yang dapat diproduksi per unit waktu setiap
kombinasi input alternatif bila menggunkan teknik yang tersedia.
II.1.1. Fungsi Produksi
Fungsi produksi adalah suatu fungsi yang menunjukkan hubungan
antara hasil produksi (output) maksimum yang dapat dihasilkan dari suatu
ramuan faktor-faktor produksi (input) tertentu dengan teknologi tertentu.
Fungsi produksi dinyatakan sebagai P=f(Q) dimana P adalah total produksi
dan Q jumlah input atau faktor-faktor produksi (Wibisono, 1999).
Istilah fungsi produksi ditemukan dalam ilmu ekonomi. Yang
dimaksud dengan fungsi produksi adalah suatu fungsi yang menunjukkan
hubungan antara hasil produksi fisik (output) dengan faktor-faktor produksi
(input). Dalam bentuk matematika sederhana fungsi produksi ini dituliskan
sebagai berikut:
Y= f(x1, x2,....xn)
Dimana:
Y = Hasil produksi fisik (output)
x1 , x2...xn = faktor-faktor produksi (input)
Untuk dapat menggambarkan fungsi produksi ini secara jelas dan
menganalisa peranan masing-masing faktor produksi maka dari sejumlah
faktor-faktor produksi itu salah satu faktor produksi dianggap variabel
(berubah-ubah) sedangkan faktor-faktor produksi lainnya dianggap konstan.
Berikut ini gambar fungsi produksi.
Hubungan fungsional seperti digambarkan di atas berlaku untuk
semua faktor produksi misalnya tenaga kerja, luas lahan, sarana produksi
dan input lainnya (Mubyarto, 1987).
Perkembangan atau pertambahan produksi dalam kegiatan ekonomi
tidak lepas dari peranan faktor-faktor produksi atau input untuk menaikkan
jumlah output yang diproduksi dalam perekonomian.
Fungsi produksi
adalah hubungan teknis yang menghubungkan antara faktor produksi (input)
dan hasil produksi (output). Disebut faktor produksi karena bersifat mutlak,
supaya produksi dapat dijalankan untuk menghasilkan produk.
Fungsi produksi yang dipakai dalam penelitian ini adalah fungsi
produksi cobbdouglass. Kelebihan model ini dibandingkan dengan fungsi
lain yaitu pertama perubahperubah yang diamati adalah perubah harga
output dan input, sehingga lebih sesuai dengan kerangka pengambilan
keputusan produsen yang memperhitungkan harga sebagai faktor penentu,
kedua dapat digunakan untuk menganalisis efisiensi ekonomi, teknik dan
harga, ketiga fungsi penawaran Output dan permintaan input dapat diduga
bersama-sama tanpa harus membuat fungsi produksi yang eksplisit. Pada
ketiga
kelebihan
tersebut
juga
terdapat
keterbatasandalam
menginterpretasikan hasil elastisitas yang diperoleh Keterbatasanya antara
lain: (1) dugaan, elastisitas permintaan harga sendiri akan selalu elastis, (2)
dugaan elastisitas permintaan silang akan selalu negatif, yang berarti
hubungan antara input akan selalu komplementer (Anonimous, 2007).
Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam menggunakan
fungsi produksi cobbdouglasssebagai berikut:
1. Pengamatan variabel penjelas (X) tidak ada yang sama dengan
nol, karena logaritma dari nol adalah bilangan yang besarnya
tidak diketahui (infinite).
2. Diasumsikan tidak ada perbedaan teknologi pada setiap
pengamatan dalam fungsi produksi. Apabila fungsi produksi
Cobb-Douglas dipakai sebagai model suatu pengamatan dan jika
diperlukan analisis yang membutuhkan lebih dari 1 model, maka
perbedaan model tersebut terletak pada intercept dan bukan
terletak pada kemiringan garis (slope) model tersebut.
3. Setiap variabel X adalah perfect competation.
4. Hanya terdapat satu variabel yang dijelaskan yaitu (Y).
5. Perbedaan lokasi sudah tercakup dalam faktor kesalahan.