TUGAS PERLINDUNGAN DAN PEMAJUAN HAM DI I
TUGAS PERLINDUNGAN DAN PEMAJUAN
HAM DI INDONESIA
Kelompok 8 :
Abdul Aziz
Angga Prasetya
Bagus Wahyu Prakoso
Kelas : X-TKJ
Nama :Bagus Wahyu Prakoso
TUGAS I
Tugas Mandiri ( hal-7 )
Untuk meningkatkan pemahaman kalian tentang perlindungan dan pemajuan hak asasi
manusia di Indonesia, coba kalian tuliskan beberapa contoh yang merupakan upaya
perlindungan dan pemajuan hak asasi manusia di Indonesia
No
Contoh Perlindungan dan Pemajuan HAM di Indonesia
1.
Pembentukan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM)
2.
Dibuatnya undang-undang yang mengatur HAM
3.
Adanya hukuman atau sanksi bagi yang melanggar HAM
4.
Di bentuknya pengadilan HAM
5.
Di buka dan dibentuknya ad hoc pada kehakiman
6.
Tersedia lembaga penegak hukum yang mau mendengarkan setiap laporan
pelanggaran HAM
7.
Dibentuknya Komisi Perlindungan Anak
8.
Di bentuknya Yayasan lembaga bantuan hukum Indonesia
9.
Adanya jaminan kesehatan
10. Dibentuknya KONTRAS ( Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan)
Nama : Bagus Wahyu Prakoso
TUGAS II
Upaya Pemajuan Hak Asasi Manusia di Indonesia ( hal8-11 )
1.
Periode Tahun 1945-1950
Pada awal kemerdekaan pemikiran HAM masih menenkankan, hak untuk merdeka, hak
untuk berserikat, hak untuk berpolitik, dan hak berpendapat. Pemikiran HAM telah
mendapat legitimasi secara resmi dan formal (Tapi masih belum sempurna) dan masuk
ke dalam hukum dasar negara (konstitusi) yaitu UUD 1945. Komitmen terhadap HAM
pada periode awal kemerdekaan sebagaimana ditunjukkan dalam Maklumat
Pemerintah tanggal 1 November 1945. Langkah selanjutnya memberikan keleluasaan
kepada rakyat untuk mendirikan partai politik. Sebagaimana tertera dalam Maklumat
Pemerintah tanggal 3 November 1945.
2.
Periode Tahun 1950-1959
Dalam periode ini perjalanan Negara Indonesia dikenal dengan sebutan periode
demokrasi parlementer. Pemikiran HAM pada masa ini mendapatkan momentum yang
sangat membanggakan karena suasana kebebasan yang menjadi semangat demokrasi
liberal atau demokrasi parlementer mendapatkan tempat dikalangan elit politik. Bahkan
menurut prof. Bagir Manan pemikiran dan katualisasi HAM pada periode ini mengalami
“bulan madu” kebebasan. Menurut ahli hukum tata negara ini ada 5 aspek :
Pertama, semakin banyak tumbuh partai politik dengan beragam ideologinya masingmasing. Kedua, kebebasan pers sebagai salah satu pilar demokrasi betul-betul
menikmati kebebasannya. Ketiga, pemilihan umum sebagai pilar lain dari demokratis
berlangsung dalam suasana kebebasan, fair( keadilan ), dan demokratis. Keempat,
parlemen atau dewan perwakilan rakyat sebagai representer dari kedaulatan rakyat
menunjukan kinerja dan kelasnya sebagai wakil rakyat dengan kontrol yang semakin
efektif terhadap eksekutif. Kelima, wacana dan pemikiran HAM mendapatkan iklim yang
kondusif sejalan dengan tumbuhnya kekuasaan yang memberikan ruang kebebasan.
3.
Periode Tahun 1959-1966
Pada periode ini sistem pemerintahan yang berlaku adalah sistem demokrasi terpimpin
sebagai reaksi penolakansoekarno terhadap sistem demokrasi perlementar.pada sistem
ini kekuasan terpusat dan berada ditangan presiden.akibat dari sistem demokrasi
terpimpin presiden melakukan tindakan inkonstitusional baik dalam tataran
suprastruktur politik maupun dalam tataran infrastruktur.dalam kaitannya dengan
HAM,telah terjadi pemasungan hak asasi manusia masyarakat yaituhak sipil dan hak
politik seperti hak untuk berserikat,berkumpul dan mengeluarkan pikiran dengan
tulisan.Dengan kata lain terjadi sikap restriktif terhadap hak sipil dan hak politik warga
Negara.
4.
Periode Tahun 1966-1998
Pada masa ini kurang-lebih ada tiga pelanggaran HAM dalam praktek- praktek politiknya.
Pertama, yang sampai sekarang masih cukup popular yaitu, represi politik oleh aparat
Negara, sekali pun intesitasnya mengalami penyusutan, contohnya kasus penangan
tanjung priok, kedung ombo, santa cruz, dan sebaginya.
Kedua, pembatasan partisipasi terhadap partai politik, atau yang sering kita dengar
dengan sebutan depolitisasi. Praktek ini termasuk pelanggaran HAM dikarenakan,
menyimpangi hak manusia untuK bebas berserikat, berkomplot,berorganisasi, dan hak
mengeluarkan pendapat.
Ketiga, praktek eksploitasi ekonomi dan juga implikasi sosialnya, bentuk ini adalah
bentuk pelanggaran HAM yang masih sering dijumpai sampai sekarang, baik dilakukan
secara terorganisir maupun yang tidak terorganisir.
Dalam perkembangannya seiring dengan munculnya berbagai pelanggaran HAM
muncul pula semangat untuk menegakkan HAM,dengan mengadakan salah satu
seminar tentang HAM pada tahun 1967 yang merekomendasikan gagasan tentang
perlunya pembentukan pengadilan HAM,pembentukan komisi dan pengadilan HAM
untuk wilayah asia.selanjutnya diadakan seminar nasional hukum pada tahun 1968
yang merekomendasikan perlunya hak uji materi (judicial riview) untuk dilakukan guna
melindungi HAM.seperti yang dikemukakan oleh Archibald cox bahwa hak uji materi
diadakan tidak lain untuk melindungi kebebasan dasar manusia.begitu pula dalam
rangka pelaksanaan TAP MPRS No.XIV/MPRS1966,MPRS melalui panitia adhoe IV telah
menyiapkkan rumusan yang akan di tuangkan dalam piagam tentang hak asasi manusia
dan hak hak serta kewajiban warga negara.
Sementara itu pada sekitar awal tahun 1970-an sampai akhir 1980-an persoalan
HAM semakin menurun karena HAM pada saat itu sudah tidak lagi
dihormati,dilindungi,ditegakkan serta diperjuangkan.pemikiran elit pada masa ini telah
di tandai oleh sikap penolakan terhadap HAM sebagai produk barat dan individualistic
serta
bertentangan
dengan
paham
kekeluargaan
yang
dianut
oleh
Indonesia.pemerintahan pada periode ini bersifat defensive dan represif yang di
cerminkan dari produk hukum yang umumnya restriktif terhadap HAM.sikap defensive
dalam pemerintahan terlihat dalam ungkpan bahwa HAM adalah produk pemikiran
barat yang bertentangan dengan nilai nilai luhur budaya bangsa Indonesia yang
berlandaskan pancasila,serta bangsa bangsa Indonesia telah lebih dahulu mengenal
HAM sebagaimana tertuang dalam UUD 1945 yang lahir lebih dahulu dari pada lahirnya
deklarasi universal HAM.
5. PERIODE Tahun 1998-SEKARANG
Pergantian rezim pemerintahan pada tahun 1998 memberikan pengaruh yang sangat
luar biasa pada kemajuan dan perlindungan HAM di Indonesia pada saat itu mulai
diadakan pengkajian terhadap beberpa kebijakan pemerintahan orde baru yang
berlawanan dengan kemajuan dan perlindungan HAM.selanjutnya dilaksanakana
penyusunan peraturan perundang undangan yang berkaitan dengan keberlakuan
HAM dalam kehidupa ketatanegaraan dan kemaysrakat di indomesia.demikian pula
dilakukan pengkajian dan ratifikasi terhadap instrument HAM internasional semakin
ditingkatkan.hasil dari pengkajian tersebut menunjukkan banyaknya norma dan
ketentuan hukum nasional khususnya yang terkait dengan penegakan HAM diadopsi
dari hukum dan instrument internasional dalam bidang HAM.
Strategi penegakan HAM pada periode ini dilakukan melalui dua tahap yaitu tahap
status penentuan (prscriptive status) dan tahap penataan aturan secara konsisten
(rule consistent behavior).pada tahap status penentuan telah ditetapkan beberapa
penentuan perundang undangan tentang HAM seperti amandemen konstitusi Negara
(undang undang dasar 1945),ketetapan MPR (TAP MPR),undang undang
(UU),peraturan pemerintahan dan ketentuan perundang undangan lainnya.
Pada masa pemerintahan habibie penghormatan dan pemajuan HAM mengalami
perkembangan yang sangat signifikan yang ditandai oleh adanya TAP MPR NO
XVII/MPR/1998 tentang HAM dan disahkannya sejumlah konvesi HAM yaitu:
konvensi menentang penyiksaan dan perlakuan kejamlainnya dengan UU no
5/19999;konvensi penghapusan segalah bentuk diskriminasi rasial dengan UU
No.29/1999;konvensi ILO No 87 tentang kebebasan berserikat dan perlindungan hak
untuk nerorganisasi dengan kepres No 83/1998;konvensi ILO No.105 tentang
penghapusan kerja paksa dengan UU No 19/1999;konvensi ILO No 111 tentang
diskirminasi dalam pekerjaan dan jabatan dengan UU no 21/1999;konvensi ILO No
138 tentang usia minimum untuk diperbolehkan bekerja dengan UU No
20/1999.selain itu juga dilaksanakan program “rencana aksi nasioanal HAM pada 15
agustus 1998 yang didasarkan pada empar pilar yaitu:
1.
Persiapan pengesahan perangkat internasional dibidang HAM .
2.
Desiminasi informasi dan pendidikan bidang HAM.
3.
Penentuan skala prioritas pelaksana HAM.
4.
Pelaksanaan isi perangkat internasional dibidang HAM yang telah diratifikasi melalui
perundang undangan nasional.
Nama : Bagus Wahyu Prakoso
TUGAS III
Tugas Mandiri ( Hal-13 )
Berdasarkan hal tersebut di atas sekaligus dalam rangka meningkatkan pemahaman
kalian tentang periodisasi pemajuan HAM, coba kalian tuliskan kembali peraturan
atau instrumen HAM yang pernah berlaku di Indonesia
Tabel. 1.3. Periodisasi Pemajuan HAM di Indonesia
No
Periodisasi
Peraturan HAM yang dibuat
-
1.
Tahun 1945 s.d 1950
2.
Tahun 1950 s.d 1959
3.
Tahun 1959 s.d 1966
4.
5.
Tahun 1966 s.d 1998
Tahun 1988 s.d
sekarang
-
Hak Kebebasan untuk Merdeka, Berserikat, dan
Menyampaikan Pendapat
Maklumat Pemerintah tanggal 1 November 1945
Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945
-
UU No. 68 tahun 1958 tentang Hak Politik Perempuan
Pasal 28E ayat 1
Pasal 28I ayat 1 UUD 1945
Hak sipil dan Hak politik seperti hak untuk berserikat, hak
berkumpul, hak mengeluarkan pikiran untuk berserikat
-
Undang-Undang RI Nomor 7 tahun 1984 tentang
Pengesahan Konvensi mengenai pengahapusan segala
bentuk diskriminasi terhadap wanita.
-
Undang-Undang RI Nomor 3 Tahun 1997 tentang
Pengadilan Anak.
-
Undang-Undang RI Nomor 4 Tahun 1979 tentang
Kesejahteraan Anak.
Ketetapan MPR Nomor XVII tahun 1998 tentang
HakAsasi Manusia.
- Undang-Undang RI Nomor 26 tahun 1998 tentang
Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum.
Setelah kalian mendiskusikan hal-hal yang berkenaan dengan peraturan atau
instrumen HAM, menurut hasil analisis kalian, pada periode manakah yang terbaik
dalam melaksanakan upaya penegakan dan perlindungan HAM bagi warga negara
Indonesia. Jelaskan Jawaban kalian :
Jawaban
Menurut saya, periode paling yang terbaik dalam melaksanakan penegakan HAM adalah
pada periode tahun 1950-1959. Karena pada periode ini di keluarkan Undang-Undang
tentang HAK politik perempuan, jadi setiap perempuan yang ada di Indonesia boleh
menyampaikan pendapatnya dan dapat mengikuti setiap kegiatan politik yang ada di
Indonesia
Nama : Angga Prasetya
TUGAS IV
Halaman 14
Penegakan HAM RI
Tabel 1.4. Perbandingan Penegakan HAM di Indonesia
Orde Baru
Reformasi
-
Peraturan
dibuat :
yang
pernah
Undang-Undang RI Nomor 7
tahun 1984 tentang Pengesahan
Konvensi
mengenai
pengahapusan segala bentuk
diskriminasi terhadap wanita.
-
Undang-Undang RI Nomor 3
Tahun 1997 tentang Pengadilan
Anak.
-
Undang-Undang RI Nomor 4
Tahun 1979 tentang Kesejahteraan
Anak.
-
Konvensi ILO nomor 138 tahun
1973.
-
Konvensi ILO nomor 105 tahun
1957
-
Konvensi ILO nomor 111 tahun
1958. ·
Fungsi Aparat Penegak HAM :
Fungsi aparat penegak HAM pada
masa Orde Baru tidak terlalu
berfungsi karena masih ada saja
pejabat-pejabat pemerintahan dan
swasta yang melanggar HAM.
·
Peraturan yang pernah dibuat :
-
Ketetapan MPR Nomor XVII
tahun 1998 tentang Hak Asasi
Manusia.
-
Undang-Undang RI Nomor 5
tahun 1998 tentang Pengesahan
Konvensi Menentang Penyiksaan
dan Perlakuan atau Penghukuman
lain yang Kejam, Tidak
Manusiawi atau Merendahkan
Kemanusiaan.
-
Undang-Undang RI Nomor 26
tahun 1998 tentang Kemerdekaan
Menyampaikan Pendapat di Muka
Umum.
-
Undang-Undang RI Nomor 39
tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia.
-
Undang-Undang RI Nomor 26
tahun 2000 tentang Pengadilan
HAM.
-
Undang-Undang RI Nomor 19
tahun 1999 tentang Penghapusan
Kerja Paksa sebagai dasar
ratifikasi
-
Undang-Undang RI Nomor 1
Tahun 2000 tentang Pelarang dan
Tindakan Segera Penghapusan
Bentuk-bentuk Pekerjaan
Terburuk untuk Anak sebagai
Dasar Ratifikasi
Fungsi Aparat Penegak HAM :
Tantangan/Hambatan yang
dihadapi :
1. Semaraknya
nepotisme
korupsi,
kolusi,
2. Pembangunan Indonesia yang
tidak merata dan timbulnya
kesenjangan pembangunan antara
pusat dan daerah, sebagian
disebabkan karena kekayaan
Menyediliki pelanggaranpelanggaran HAM yang dilakukan
pejabat-pejabat, dan mengawasi
aparat penegak hukum yng
melanggar HAM. Dalam masa ini
fungsi aparat penegak HAM
sudah difungsikan secara
permanen karena pergantian
pemerintah pada tahun 1998
memberikan dampak yang sangat
besar pada pemajuan dan
perlindungan HAM di Indonesia.
daerah sebagian besar disedot ke
pusat
3. Munculnya rasa ketidakpuasan di
sejumlah
daerah
karena
kesenjangan
pembangunan,
terutama di Aceh dan Papua
4. Kecemburuan antara penduduk
setempat dengan para transmigran
yang memperoleh tunjangan
pemerintah yang cukup besar
pada tahun-tahun pertamanya
5. Bertambahnya kesenjangan sosial
(perbedaan pendapatan yang tidak
merata bagi si kaya dan si miskin)
6. Kritik dibungkam dan oposisi
diharamkan
7. Kebebasan pers sangat terbatas,
diwarnai oleh banyak koran dan
majalah yang dibreidel
8. Penggunaan kekerasan untuk
menciptakan keamanan, antara
lain
dengan
program
“Penembakan Misterius” (petrus),
dan
9. Tidak ada rencana suksesi
(penurunan
kekuasaan
ke
pemerintah/presiden selanjutnya).
Tantangan/Hambatan yang
dihadapi :
1. Pemahaman yang lemah terhadap
hak asasi manusia, dan lemahnya
komitmen untuk menjalankan
kewajiban menghormati,
melindungi, dan memenuhi hak
terhadap warga yang lemah secara
ekonomi, sosial dan politik.
2. Aturan hukum telah diskriminatif
terhadap kaum miskin dan secara
sistematis menghilangkan hak-hak
dasar kaum miskin
3. Tidak dijalankannya hukum dan
peraturan yang secara substansial
berpihak pada kelompok miskin
4. Meningkatnya Pengangguran dan
Masalah Perburuhan
5. Terabaikannya hak-hak dasar
rakyat
Di antara kedua periode tersebut, periode manakah yang penegak HAM-nya relative
lebih baik. Jelaskan jawaban kalian.
“Menurut saya, dalam penegakan HAM di masa Orde Reformasi lebih baik dari Orde
Baru. Pada Orde Baru, Hak Asasi Manusia condong lebih mengekang. Tak ada
kebebasan individu untuk menikmati HAM-nya. Semua yang dilakukan terkekang oleh
hukum yang dibuat pemerintah. Dan pada masa sekarang setiap individu mempunyai hak
untuk menyampaikan pendapat”.
Nama : Angga Prasetya
TUGAS V
Tugas Mandiri ( Hal- 19 )
No.
Pasal
Pengaturan Hak Asasi Manusia
1
Pasal 28
2
Pasal 29
3
Pasal 30
4
Pasal 31
Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran
dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan
undang-undang.
Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.
Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat
menurut agamanya dan kepercayaan itu.
Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pertahanan dan keamanan Negara
Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui
sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh Tentara
Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia,
sebagai kekuatan utama, dan rakyat, sebagai kekuatan
pendukung.
Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat,
Angkatan Laut, dan Angkatan Udara sebagai alat negara
bertugas mempertahankan, melindungi, dan memelihara
keutuhan dan kedaulatan Negara
Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang
menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat bertugas
melindungi, mengayomi, melayani masyarakat, serta
menegakkan hukum.
Susunan dan kedudukan Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian
Negara Republik Indonesia, hubungan kewenangan Tentara
Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia
di dalam menjalankan tugasnya, syarat-syarat keikutsertaan
warga negara dalam usaha pertahanan dan keamanan negara,
serta hal-hal yang terkait dengan pertahanan dan keamanan
diatur dengan undang-undang.
Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan.
Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan
pemerintah wajib membiayainya.
Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan
ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.
Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurangkurangnya 20% dari anggaran pendapatan dan belanja negara
serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk
memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional.
Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan
menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk
5
Pasal 32
6
Pasal 33
7
Pasal 34
kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.
Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah
peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam
memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya.
Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai
kekayaan budaya nasional.
Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaan.
Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang
menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat.
Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi
ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan,
berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta
dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi
nasional.
Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan Pasal ini diatur
dalam undang-undang.
Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh
negara.
Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh
rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak
mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan.
Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan
kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak
Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan Pasal ini diatur
dalam undang-undang.
Nama : Angga Prasetya
TUGAS VI
Tabel 1.6. Analisis Perbandingan Komnas HAM dengan Komisi Perlindungan Anak Indonesia
Landasan Hukum
Landasan hukum
KOMNAS HAM
·
INSTRUMEN NASIONAL
Undang-undang Dasar 1945
Tap MPR No. XVII/MPR/1998
UU No 39 Tahun 1999 Tentang Hak
Asasi Manusia
UU No 26 tahun
Pengadilan HAM
UU No 40 Tahun 2008 Tentang
Penghapusan Diskriminasi Ras dan
Etnis
Tentang
Undang Undang Dasar 1945 dan Dasar
negara Pancasila
Undang-undang nomor 23 tahun 2002
tentang Perlindungan Anak.
Kepres No. 77 tahun 2003
Undang-Undang Kesejahteraan
Nomor 4 Tahun 1979.
Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun
1990 ·
UUPA (Undang-Undang Perlindungan
Anak)
Keppres No. 50 tahun 1993 Tentang
Cakupan tugas
Komnas HAM
Keppres No. 181 tahun 1998 Tentang
Komnas Anti kekerasan terhadap
Perempuan
INSTRUMEN INTERNASIONAL
Piagam PBB, 1945
Deklarasi Universal HAM 1948
Instrumen internasional lain mengenai
Anak
Memantau, memajukan, melindungi hak
anak,
dan
mencegah
berbagai
kemungkinan pelanggaran hak anak
yang dilakukan negara, perorangan, atau
lembaga.
Melindungi anak dari kekerasan
Sebagai penyyalur keberhasilan dalam
memberikan keamanan pada anak-anak
dari kekerasan
Peraturan perundang-undangan nasional
lain yang terkait
·
2000
KPAI
HAM yang telah disahkan dan diterima Kendala yang dialami
oleh Indonesia.
Perbedaan pemikiran antara satu pihak
dengan pihak yang lainnya
Cakupan tugas
Kurang terbukanya orang - orang
disekitar anak tersebut untuk melaporkan
kasus2 yang terjadi pada anak
Pengkajian dan Penelitian, dengan
kurangnya bantuan dari masyarakat
tugas dan wewenang
kurangnya
pemberitahuan/laporan
Pengkajian dan penelitian intrumen
masyarakat sehingga suatu pelanggaran
HAM internasional HAM dengan
lambat ditangani
tujuan
memberikan
saran-saran
mengenai kemungkinan aksesi atau Kasus yang pernah ditanggani
ratifikasi
Kasus JIS (Jakarta International School)
Pengkajian dan penelitian peraturan
Kasus siswa International korban
per-uu-an
untuk
memberikan
rekomendasi
mengenai
pembentukanperubahan
dan
pencabutan
peraturan
perundangndangan yang berkaitan dengan HAM
Penerbitan hasil kajian dan penelitian;
Studi kepustakaan, lapangan, dan
perbandingan;
Pembahasan perlindungan, penegakan
dan pemajuan HAM;
Kendala yang dihadapi
Kendala internal antara lain, keterbatasan
Sumber Daya Manusia (SDM). Guna
mendukung pelaksanaan fungsi dan tugas
yang terbatas, SDM Komnas HAM tidak
sebanding dengan beban kerja serta
besarnya tuntutan dan harapan masyarakat
untuk mendapatkan pelayanan prima. Selain
itu, dengan menjalankan mandate 3 UU,
anggaran yang diberikan kepada Komnas
HAM
tidak
memiliki
penambahan.
Sehingga dengan terbatasnya anggaran
tersebut, Komnas HAM tidak dapat
menjalankan fungsi dan tugasnya secara
optimal.
Kendala eksternal antara lain, kurangnya
dukungan dari pemerintah danatau pihak
lain dalam menanggapi rekomendasi
Komnas HAM berdampak pada tidak
adanya kepastian bagi pemulihan hak
korban yang terlanggar.
Kasus yang pernah ditangani
Kasus Freeport Indonesia,
Kasus Trisakti
Kasus Marsinah tahun 1993
Kasus Tanjung Priok
Kasus
Munir
Kasus kekerasan antar warga sampit
pembunuhan
aktivis
HAM,
kekerasan
HAM DI INDONESIA
Kelompok 8 :
Abdul Aziz
Angga Prasetya
Bagus Wahyu Prakoso
Kelas : X-TKJ
Nama :Bagus Wahyu Prakoso
TUGAS I
Tugas Mandiri ( hal-7 )
Untuk meningkatkan pemahaman kalian tentang perlindungan dan pemajuan hak asasi
manusia di Indonesia, coba kalian tuliskan beberapa contoh yang merupakan upaya
perlindungan dan pemajuan hak asasi manusia di Indonesia
No
Contoh Perlindungan dan Pemajuan HAM di Indonesia
1.
Pembentukan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM)
2.
Dibuatnya undang-undang yang mengatur HAM
3.
Adanya hukuman atau sanksi bagi yang melanggar HAM
4.
Di bentuknya pengadilan HAM
5.
Di buka dan dibentuknya ad hoc pada kehakiman
6.
Tersedia lembaga penegak hukum yang mau mendengarkan setiap laporan
pelanggaran HAM
7.
Dibentuknya Komisi Perlindungan Anak
8.
Di bentuknya Yayasan lembaga bantuan hukum Indonesia
9.
Adanya jaminan kesehatan
10. Dibentuknya KONTRAS ( Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan)
Nama : Bagus Wahyu Prakoso
TUGAS II
Upaya Pemajuan Hak Asasi Manusia di Indonesia ( hal8-11 )
1.
Periode Tahun 1945-1950
Pada awal kemerdekaan pemikiran HAM masih menenkankan, hak untuk merdeka, hak
untuk berserikat, hak untuk berpolitik, dan hak berpendapat. Pemikiran HAM telah
mendapat legitimasi secara resmi dan formal (Tapi masih belum sempurna) dan masuk
ke dalam hukum dasar negara (konstitusi) yaitu UUD 1945. Komitmen terhadap HAM
pada periode awal kemerdekaan sebagaimana ditunjukkan dalam Maklumat
Pemerintah tanggal 1 November 1945. Langkah selanjutnya memberikan keleluasaan
kepada rakyat untuk mendirikan partai politik. Sebagaimana tertera dalam Maklumat
Pemerintah tanggal 3 November 1945.
2.
Periode Tahun 1950-1959
Dalam periode ini perjalanan Negara Indonesia dikenal dengan sebutan periode
demokrasi parlementer. Pemikiran HAM pada masa ini mendapatkan momentum yang
sangat membanggakan karena suasana kebebasan yang menjadi semangat demokrasi
liberal atau demokrasi parlementer mendapatkan tempat dikalangan elit politik. Bahkan
menurut prof. Bagir Manan pemikiran dan katualisasi HAM pada periode ini mengalami
“bulan madu” kebebasan. Menurut ahli hukum tata negara ini ada 5 aspek :
Pertama, semakin banyak tumbuh partai politik dengan beragam ideologinya masingmasing. Kedua, kebebasan pers sebagai salah satu pilar demokrasi betul-betul
menikmati kebebasannya. Ketiga, pemilihan umum sebagai pilar lain dari demokratis
berlangsung dalam suasana kebebasan, fair( keadilan ), dan demokratis. Keempat,
parlemen atau dewan perwakilan rakyat sebagai representer dari kedaulatan rakyat
menunjukan kinerja dan kelasnya sebagai wakil rakyat dengan kontrol yang semakin
efektif terhadap eksekutif. Kelima, wacana dan pemikiran HAM mendapatkan iklim yang
kondusif sejalan dengan tumbuhnya kekuasaan yang memberikan ruang kebebasan.
3.
Periode Tahun 1959-1966
Pada periode ini sistem pemerintahan yang berlaku adalah sistem demokrasi terpimpin
sebagai reaksi penolakansoekarno terhadap sistem demokrasi perlementar.pada sistem
ini kekuasan terpusat dan berada ditangan presiden.akibat dari sistem demokrasi
terpimpin presiden melakukan tindakan inkonstitusional baik dalam tataran
suprastruktur politik maupun dalam tataran infrastruktur.dalam kaitannya dengan
HAM,telah terjadi pemasungan hak asasi manusia masyarakat yaituhak sipil dan hak
politik seperti hak untuk berserikat,berkumpul dan mengeluarkan pikiran dengan
tulisan.Dengan kata lain terjadi sikap restriktif terhadap hak sipil dan hak politik warga
Negara.
4.
Periode Tahun 1966-1998
Pada masa ini kurang-lebih ada tiga pelanggaran HAM dalam praktek- praktek politiknya.
Pertama, yang sampai sekarang masih cukup popular yaitu, represi politik oleh aparat
Negara, sekali pun intesitasnya mengalami penyusutan, contohnya kasus penangan
tanjung priok, kedung ombo, santa cruz, dan sebaginya.
Kedua, pembatasan partisipasi terhadap partai politik, atau yang sering kita dengar
dengan sebutan depolitisasi. Praktek ini termasuk pelanggaran HAM dikarenakan,
menyimpangi hak manusia untuK bebas berserikat, berkomplot,berorganisasi, dan hak
mengeluarkan pendapat.
Ketiga, praktek eksploitasi ekonomi dan juga implikasi sosialnya, bentuk ini adalah
bentuk pelanggaran HAM yang masih sering dijumpai sampai sekarang, baik dilakukan
secara terorganisir maupun yang tidak terorganisir.
Dalam perkembangannya seiring dengan munculnya berbagai pelanggaran HAM
muncul pula semangat untuk menegakkan HAM,dengan mengadakan salah satu
seminar tentang HAM pada tahun 1967 yang merekomendasikan gagasan tentang
perlunya pembentukan pengadilan HAM,pembentukan komisi dan pengadilan HAM
untuk wilayah asia.selanjutnya diadakan seminar nasional hukum pada tahun 1968
yang merekomendasikan perlunya hak uji materi (judicial riview) untuk dilakukan guna
melindungi HAM.seperti yang dikemukakan oleh Archibald cox bahwa hak uji materi
diadakan tidak lain untuk melindungi kebebasan dasar manusia.begitu pula dalam
rangka pelaksanaan TAP MPRS No.XIV/MPRS1966,MPRS melalui panitia adhoe IV telah
menyiapkkan rumusan yang akan di tuangkan dalam piagam tentang hak asasi manusia
dan hak hak serta kewajiban warga negara.
Sementara itu pada sekitar awal tahun 1970-an sampai akhir 1980-an persoalan
HAM semakin menurun karena HAM pada saat itu sudah tidak lagi
dihormati,dilindungi,ditegakkan serta diperjuangkan.pemikiran elit pada masa ini telah
di tandai oleh sikap penolakan terhadap HAM sebagai produk barat dan individualistic
serta
bertentangan
dengan
paham
kekeluargaan
yang
dianut
oleh
Indonesia.pemerintahan pada periode ini bersifat defensive dan represif yang di
cerminkan dari produk hukum yang umumnya restriktif terhadap HAM.sikap defensive
dalam pemerintahan terlihat dalam ungkpan bahwa HAM adalah produk pemikiran
barat yang bertentangan dengan nilai nilai luhur budaya bangsa Indonesia yang
berlandaskan pancasila,serta bangsa bangsa Indonesia telah lebih dahulu mengenal
HAM sebagaimana tertuang dalam UUD 1945 yang lahir lebih dahulu dari pada lahirnya
deklarasi universal HAM.
5. PERIODE Tahun 1998-SEKARANG
Pergantian rezim pemerintahan pada tahun 1998 memberikan pengaruh yang sangat
luar biasa pada kemajuan dan perlindungan HAM di Indonesia pada saat itu mulai
diadakan pengkajian terhadap beberpa kebijakan pemerintahan orde baru yang
berlawanan dengan kemajuan dan perlindungan HAM.selanjutnya dilaksanakana
penyusunan peraturan perundang undangan yang berkaitan dengan keberlakuan
HAM dalam kehidupa ketatanegaraan dan kemaysrakat di indomesia.demikian pula
dilakukan pengkajian dan ratifikasi terhadap instrument HAM internasional semakin
ditingkatkan.hasil dari pengkajian tersebut menunjukkan banyaknya norma dan
ketentuan hukum nasional khususnya yang terkait dengan penegakan HAM diadopsi
dari hukum dan instrument internasional dalam bidang HAM.
Strategi penegakan HAM pada periode ini dilakukan melalui dua tahap yaitu tahap
status penentuan (prscriptive status) dan tahap penataan aturan secara konsisten
(rule consistent behavior).pada tahap status penentuan telah ditetapkan beberapa
penentuan perundang undangan tentang HAM seperti amandemen konstitusi Negara
(undang undang dasar 1945),ketetapan MPR (TAP MPR),undang undang
(UU),peraturan pemerintahan dan ketentuan perundang undangan lainnya.
Pada masa pemerintahan habibie penghormatan dan pemajuan HAM mengalami
perkembangan yang sangat signifikan yang ditandai oleh adanya TAP MPR NO
XVII/MPR/1998 tentang HAM dan disahkannya sejumlah konvesi HAM yaitu:
konvensi menentang penyiksaan dan perlakuan kejamlainnya dengan UU no
5/19999;konvensi penghapusan segalah bentuk diskriminasi rasial dengan UU
No.29/1999;konvensi ILO No 87 tentang kebebasan berserikat dan perlindungan hak
untuk nerorganisasi dengan kepres No 83/1998;konvensi ILO No.105 tentang
penghapusan kerja paksa dengan UU No 19/1999;konvensi ILO No 111 tentang
diskirminasi dalam pekerjaan dan jabatan dengan UU no 21/1999;konvensi ILO No
138 tentang usia minimum untuk diperbolehkan bekerja dengan UU No
20/1999.selain itu juga dilaksanakan program “rencana aksi nasioanal HAM pada 15
agustus 1998 yang didasarkan pada empar pilar yaitu:
1.
Persiapan pengesahan perangkat internasional dibidang HAM .
2.
Desiminasi informasi dan pendidikan bidang HAM.
3.
Penentuan skala prioritas pelaksana HAM.
4.
Pelaksanaan isi perangkat internasional dibidang HAM yang telah diratifikasi melalui
perundang undangan nasional.
Nama : Bagus Wahyu Prakoso
TUGAS III
Tugas Mandiri ( Hal-13 )
Berdasarkan hal tersebut di atas sekaligus dalam rangka meningkatkan pemahaman
kalian tentang periodisasi pemajuan HAM, coba kalian tuliskan kembali peraturan
atau instrumen HAM yang pernah berlaku di Indonesia
Tabel. 1.3. Periodisasi Pemajuan HAM di Indonesia
No
Periodisasi
Peraturan HAM yang dibuat
-
1.
Tahun 1945 s.d 1950
2.
Tahun 1950 s.d 1959
3.
Tahun 1959 s.d 1966
4.
5.
Tahun 1966 s.d 1998
Tahun 1988 s.d
sekarang
-
Hak Kebebasan untuk Merdeka, Berserikat, dan
Menyampaikan Pendapat
Maklumat Pemerintah tanggal 1 November 1945
Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945
-
UU No. 68 tahun 1958 tentang Hak Politik Perempuan
Pasal 28E ayat 1
Pasal 28I ayat 1 UUD 1945
Hak sipil dan Hak politik seperti hak untuk berserikat, hak
berkumpul, hak mengeluarkan pikiran untuk berserikat
-
Undang-Undang RI Nomor 7 tahun 1984 tentang
Pengesahan Konvensi mengenai pengahapusan segala
bentuk diskriminasi terhadap wanita.
-
Undang-Undang RI Nomor 3 Tahun 1997 tentang
Pengadilan Anak.
-
Undang-Undang RI Nomor 4 Tahun 1979 tentang
Kesejahteraan Anak.
Ketetapan MPR Nomor XVII tahun 1998 tentang
HakAsasi Manusia.
- Undang-Undang RI Nomor 26 tahun 1998 tentang
Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum.
Setelah kalian mendiskusikan hal-hal yang berkenaan dengan peraturan atau
instrumen HAM, menurut hasil analisis kalian, pada periode manakah yang terbaik
dalam melaksanakan upaya penegakan dan perlindungan HAM bagi warga negara
Indonesia. Jelaskan Jawaban kalian :
Jawaban
Menurut saya, periode paling yang terbaik dalam melaksanakan penegakan HAM adalah
pada periode tahun 1950-1959. Karena pada periode ini di keluarkan Undang-Undang
tentang HAK politik perempuan, jadi setiap perempuan yang ada di Indonesia boleh
menyampaikan pendapatnya dan dapat mengikuti setiap kegiatan politik yang ada di
Indonesia
Nama : Angga Prasetya
TUGAS IV
Halaman 14
Penegakan HAM RI
Tabel 1.4. Perbandingan Penegakan HAM di Indonesia
Orde Baru
Reformasi
-
Peraturan
dibuat :
yang
pernah
Undang-Undang RI Nomor 7
tahun 1984 tentang Pengesahan
Konvensi
mengenai
pengahapusan segala bentuk
diskriminasi terhadap wanita.
-
Undang-Undang RI Nomor 3
Tahun 1997 tentang Pengadilan
Anak.
-
Undang-Undang RI Nomor 4
Tahun 1979 tentang Kesejahteraan
Anak.
-
Konvensi ILO nomor 138 tahun
1973.
-
Konvensi ILO nomor 105 tahun
1957
-
Konvensi ILO nomor 111 tahun
1958. ·
Fungsi Aparat Penegak HAM :
Fungsi aparat penegak HAM pada
masa Orde Baru tidak terlalu
berfungsi karena masih ada saja
pejabat-pejabat pemerintahan dan
swasta yang melanggar HAM.
·
Peraturan yang pernah dibuat :
-
Ketetapan MPR Nomor XVII
tahun 1998 tentang Hak Asasi
Manusia.
-
Undang-Undang RI Nomor 5
tahun 1998 tentang Pengesahan
Konvensi Menentang Penyiksaan
dan Perlakuan atau Penghukuman
lain yang Kejam, Tidak
Manusiawi atau Merendahkan
Kemanusiaan.
-
Undang-Undang RI Nomor 26
tahun 1998 tentang Kemerdekaan
Menyampaikan Pendapat di Muka
Umum.
-
Undang-Undang RI Nomor 39
tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia.
-
Undang-Undang RI Nomor 26
tahun 2000 tentang Pengadilan
HAM.
-
Undang-Undang RI Nomor 19
tahun 1999 tentang Penghapusan
Kerja Paksa sebagai dasar
ratifikasi
-
Undang-Undang RI Nomor 1
Tahun 2000 tentang Pelarang dan
Tindakan Segera Penghapusan
Bentuk-bentuk Pekerjaan
Terburuk untuk Anak sebagai
Dasar Ratifikasi
Fungsi Aparat Penegak HAM :
Tantangan/Hambatan yang
dihadapi :
1. Semaraknya
nepotisme
korupsi,
kolusi,
2. Pembangunan Indonesia yang
tidak merata dan timbulnya
kesenjangan pembangunan antara
pusat dan daerah, sebagian
disebabkan karena kekayaan
Menyediliki pelanggaranpelanggaran HAM yang dilakukan
pejabat-pejabat, dan mengawasi
aparat penegak hukum yng
melanggar HAM. Dalam masa ini
fungsi aparat penegak HAM
sudah difungsikan secara
permanen karena pergantian
pemerintah pada tahun 1998
memberikan dampak yang sangat
besar pada pemajuan dan
perlindungan HAM di Indonesia.
daerah sebagian besar disedot ke
pusat
3. Munculnya rasa ketidakpuasan di
sejumlah
daerah
karena
kesenjangan
pembangunan,
terutama di Aceh dan Papua
4. Kecemburuan antara penduduk
setempat dengan para transmigran
yang memperoleh tunjangan
pemerintah yang cukup besar
pada tahun-tahun pertamanya
5. Bertambahnya kesenjangan sosial
(perbedaan pendapatan yang tidak
merata bagi si kaya dan si miskin)
6. Kritik dibungkam dan oposisi
diharamkan
7. Kebebasan pers sangat terbatas,
diwarnai oleh banyak koran dan
majalah yang dibreidel
8. Penggunaan kekerasan untuk
menciptakan keamanan, antara
lain
dengan
program
“Penembakan Misterius” (petrus),
dan
9. Tidak ada rencana suksesi
(penurunan
kekuasaan
ke
pemerintah/presiden selanjutnya).
Tantangan/Hambatan yang
dihadapi :
1. Pemahaman yang lemah terhadap
hak asasi manusia, dan lemahnya
komitmen untuk menjalankan
kewajiban menghormati,
melindungi, dan memenuhi hak
terhadap warga yang lemah secara
ekonomi, sosial dan politik.
2. Aturan hukum telah diskriminatif
terhadap kaum miskin dan secara
sistematis menghilangkan hak-hak
dasar kaum miskin
3. Tidak dijalankannya hukum dan
peraturan yang secara substansial
berpihak pada kelompok miskin
4. Meningkatnya Pengangguran dan
Masalah Perburuhan
5. Terabaikannya hak-hak dasar
rakyat
Di antara kedua periode tersebut, periode manakah yang penegak HAM-nya relative
lebih baik. Jelaskan jawaban kalian.
“Menurut saya, dalam penegakan HAM di masa Orde Reformasi lebih baik dari Orde
Baru. Pada Orde Baru, Hak Asasi Manusia condong lebih mengekang. Tak ada
kebebasan individu untuk menikmati HAM-nya. Semua yang dilakukan terkekang oleh
hukum yang dibuat pemerintah. Dan pada masa sekarang setiap individu mempunyai hak
untuk menyampaikan pendapat”.
Nama : Angga Prasetya
TUGAS V
Tugas Mandiri ( Hal- 19 )
No.
Pasal
Pengaturan Hak Asasi Manusia
1
Pasal 28
2
Pasal 29
3
Pasal 30
4
Pasal 31
Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran
dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan
undang-undang.
Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.
Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat
menurut agamanya dan kepercayaan itu.
Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pertahanan dan keamanan Negara
Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui
sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh Tentara
Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia,
sebagai kekuatan utama, dan rakyat, sebagai kekuatan
pendukung.
Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat,
Angkatan Laut, dan Angkatan Udara sebagai alat negara
bertugas mempertahankan, melindungi, dan memelihara
keutuhan dan kedaulatan Negara
Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang
menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat bertugas
melindungi, mengayomi, melayani masyarakat, serta
menegakkan hukum.
Susunan dan kedudukan Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian
Negara Republik Indonesia, hubungan kewenangan Tentara
Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia
di dalam menjalankan tugasnya, syarat-syarat keikutsertaan
warga negara dalam usaha pertahanan dan keamanan negara,
serta hal-hal yang terkait dengan pertahanan dan keamanan
diatur dengan undang-undang.
Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan.
Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan
pemerintah wajib membiayainya.
Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan
ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.
Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurangkurangnya 20% dari anggaran pendapatan dan belanja negara
serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk
memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional.
Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan
menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk
5
Pasal 32
6
Pasal 33
7
Pasal 34
kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.
Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah
peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam
memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya.
Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai
kekayaan budaya nasional.
Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaan.
Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang
menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat.
Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi
ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan,
berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta
dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi
nasional.
Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan Pasal ini diatur
dalam undang-undang.
Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh
negara.
Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh
rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak
mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan.
Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan
kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak
Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan Pasal ini diatur
dalam undang-undang.
Nama : Angga Prasetya
TUGAS VI
Tabel 1.6. Analisis Perbandingan Komnas HAM dengan Komisi Perlindungan Anak Indonesia
Landasan Hukum
Landasan hukum
KOMNAS HAM
·
INSTRUMEN NASIONAL
Undang-undang Dasar 1945
Tap MPR No. XVII/MPR/1998
UU No 39 Tahun 1999 Tentang Hak
Asasi Manusia
UU No 26 tahun
Pengadilan HAM
UU No 40 Tahun 2008 Tentang
Penghapusan Diskriminasi Ras dan
Etnis
Tentang
Undang Undang Dasar 1945 dan Dasar
negara Pancasila
Undang-undang nomor 23 tahun 2002
tentang Perlindungan Anak.
Kepres No. 77 tahun 2003
Undang-Undang Kesejahteraan
Nomor 4 Tahun 1979.
Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun
1990 ·
UUPA (Undang-Undang Perlindungan
Anak)
Keppres No. 50 tahun 1993 Tentang
Cakupan tugas
Komnas HAM
Keppres No. 181 tahun 1998 Tentang
Komnas Anti kekerasan terhadap
Perempuan
INSTRUMEN INTERNASIONAL
Piagam PBB, 1945
Deklarasi Universal HAM 1948
Instrumen internasional lain mengenai
Anak
Memantau, memajukan, melindungi hak
anak,
dan
mencegah
berbagai
kemungkinan pelanggaran hak anak
yang dilakukan negara, perorangan, atau
lembaga.
Melindungi anak dari kekerasan
Sebagai penyyalur keberhasilan dalam
memberikan keamanan pada anak-anak
dari kekerasan
Peraturan perundang-undangan nasional
lain yang terkait
·
2000
KPAI
HAM yang telah disahkan dan diterima Kendala yang dialami
oleh Indonesia.
Perbedaan pemikiran antara satu pihak
dengan pihak yang lainnya
Cakupan tugas
Kurang terbukanya orang - orang
disekitar anak tersebut untuk melaporkan
kasus2 yang terjadi pada anak
Pengkajian dan Penelitian, dengan
kurangnya bantuan dari masyarakat
tugas dan wewenang
kurangnya
pemberitahuan/laporan
Pengkajian dan penelitian intrumen
masyarakat sehingga suatu pelanggaran
HAM internasional HAM dengan
lambat ditangani
tujuan
memberikan
saran-saran
mengenai kemungkinan aksesi atau Kasus yang pernah ditanggani
ratifikasi
Kasus JIS (Jakarta International School)
Pengkajian dan penelitian peraturan
Kasus siswa International korban
per-uu-an
untuk
memberikan
rekomendasi
mengenai
pembentukanperubahan
dan
pencabutan
peraturan
perundangndangan yang berkaitan dengan HAM
Penerbitan hasil kajian dan penelitian;
Studi kepustakaan, lapangan, dan
perbandingan;
Pembahasan perlindungan, penegakan
dan pemajuan HAM;
Kendala yang dihadapi
Kendala internal antara lain, keterbatasan
Sumber Daya Manusia (SDM). Guna
mendukung pelaksanaan fungsi dan tugas
yang terbatas, SDM Komnas HAM tidak
sebanding dengan beban kerja serta
besarnya tuntutan dan harapan masyarakat
untuk mendapatkan pelayanan prima. Selain
itu, dengan menjalankan mandate 3 UU,
anggaran yang diberikan kepada Komnas
HAM
tidak
memiliki
penambahan.
Sehingga dengan terbatasnya anggaran
tersebut, Komnas HAM tidak dapat
menjalankan fungsi dan tugasnya secara
optimal.
Kendala eksternal antara lain, kurangnya
dukungan dari pemerintah danatau pihak
lain dalam menanggapi rekomendasi
Komnas HAM berdampak pada tidak
adanya kepastian bagi pemulihan hak
korban yang terlanggar.
Kasus yang pernah ditangani
Kasus Freeport Indonesia,
Kasus Trisakti
Kasus Marsinah tahun 1993
Kasus Tanjung Priok
Kasus
Munir
Kasus kekerasan antar warga sampit
pembunuhan
aktivis
HAM,
kekerasan