WARGA NEGARA DAN KEKUASAAN p1

WARGA NEGARA DAN KEKUASAAN
Warga Negara adalah penduduk suatu wilayah negara yang diakui dan tercatat
sebagai warga negara berdasarkan aturan atau syarat-syarat kewarganegaraan dalam
suatu negara. Seseorang bisa menjadi warga sebuah negara karena keberadaannya,
keturunannya atau karena proses yang menjadikannya warga negara yang
bersangkutan. Terdapat pilihan dan ketentuan yang sifatnya mengikat bisa atau boleh
tidaknya, dan bagaimana seseorang diakui (tidak diakui) ketika menjadi warga sebuah
negara.
Negara Indonesia memiliki sistem aturan hukum Warga Negara Indonesia (WNI),
sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang
Kewarganegaraan Republik Indonesia. Undang-Undang tersebut yang menjadi
landasan resmi status kewarganegaraan seorang penduduk yang memilih tinggal atau
berdomisili dan menetap, mengakui secara pribadi dan diakui oleh negara, bahwa
secara resmi dirinya adalah sebagai warga negara Indonesia. Hal ketentuan yang
sama, berlaku juga di negara lain di manapun di seluruh dunia.

Hak dan Kewajiban
Selaku warga negara seseorang padanya melekat hak dan kewajiban yang harus
dimiliki dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh secara seimbang diantara
keduanya. Ketika berharap mendapatkan hak, maka kewajiban lebih dahulu
dilaksanakan. Namun demikian, bagi negara tidak ada pengecualian dalam

memberikan hak kepada warga negara apabila warga negara telah dengan baik dapat
menunaikan kewajibannya. Untuk itu sebagai warga negara memilki tanggungjawab
dan menjadi suatu keharusan untuk melakukan kewajibannya sebagaimana yang
ditentukan dan diharapkan oleh negara.
Hak selaku warga negara adalah mendapatkan atau menerima sesuatu yang
seharusnya dimiliki, secara umum hak yang harus didapatkan dari negara adalah
berupa hak mendapatkan penghidupan yang layak, pendidikan yang baik, pelayanan
kesehatan jaminan keamanan, perlindungan hukum dan keadilan, hak politik dan
demokrasi, dan lain sebagainya.
Bagi warga negara Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar 1945, mencantumkan
perihal hak dalam pasal 27 ayat(1 dan 2), pasal 28, 28D ayat(1), pasal 29 ayat (2),
dan untuk kewajiban tercantum dalam pasal 28, pasal 28J ayat(1 dan 2) dan pasal 30
ayat (1).
Perlindungan negara terhadap hak dan keajiban warganya dalam suatu negara,
mendapat pengawasan juga secara internasional dari lembaga-lembaga dunia seperti
Perserikatan Bangsa-Bangsa dan kelembagaan khususnya untuk hak-hak warga
negara baik perseorangan, perempuan dan ank-anak, dan Lembaga Internasional
untuk Perlindungan Hak Azasi Manusia. Tujuannya agar hak-hak setiap orang
terlindungi dan terpenuhi di wilayah negara manapun di seluruh dunia.
Negara yang bersikap abai terhadap hak-hak warga negaranya, negara bersangkutan

dapat dikenai sanksi secara internasional dalam hubungan diplomatik dan hubungan
pergaulan masyarakat dunia. Negara berkewajiban memberikan hak yang menjadi
bagian kepentingan dan kebutuhan bagi kelangsungan kehidupan setiap warga
negara. Bersamaan pula kewajiban setiap warga negara secara simbang, diharuskan
melaksanakan kewajibannya yang ditentukan dan dituntut oleh negara. Kelalaian satu

1

dari antara keduanya, baik hak atau kewajiban, dapat berakibat timbulnya ketidakstabilan terhadap kehidupan bernegara, karena akan bermasalah bagi negara atau
warga negara itu sendiri.

Kekuasaan Negara
Pengertian “Kekuasaan” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kemampuan
orang atau kelompok orang untuk menguasai orang atau kelompok lain berdasarkan
wewenang, kharisma, atau kekuatan fisik dan atau kewenangan atas sesuatu untuk
memerintah, mewakili, atau mengurus sesuatu. sedangkan pengertian negara
menurut H.J.W. Hetherington, adalah institusi atau perangkat institusi yang
menyatukan penduduknya dalam suatu wilayah teritorial yang ditandai secara jelas
dibawah otoritas tunggal untuk menjamin tercapainya tujuan dasar dan kondisi
kehidupan bersama.

Kekuasaan Negara dapat diartikan penguasaan orang atau kelompok berdasarkan
wewenang, kharisma, atau kekuatan fisik, untuk memerintah, mewakili, atau
mengurus kepentingan atas orang atau kelompok lain dengan otoritas tunggal dalam
sebuah wilayah teritorial yang disebut negara, untuk menjamin tercapainya tujuan
dasar yaitu kondisi kehidupan bersama yang terbaik. Kekuasaan Negara dalam arti
bermaksud positif, untuk mengatur dan mengurus kepentingan rakyat dalam negara
dan hubungan dengan rakyat atau negara lain.
Kekuasaan bagai alat utama yang dimemiliki Negara dilaksanakan atau dieksekusi
melalui kelembagaan yang disebut pemerintahan. Lembaga pemerintahan terbagibagi lagi menurut tugas dan fungsi, masing-masing lembaga menjalankannya secara
terpisah atau saling bergubungan dalam suatu organisasi pemerintahan berdasarkan
pembagian porsi kekuasaan pemerintahan yang diemban.

Miriamm Budiardjo meindefinisikan kekuasaan sebagai kemampuan seseorang atau
suatu kelompok untuk mempengaruhi perilaku seseorang atau kelompok lain, sesuai
dengan keinginan pelaku
Teori para ahli hukum tata negara tentang Kekuasaan Negara berubah dari waktu ke
waktu dikarenakan tuntutan dan kondisi jaman pada saat para ahli hukum menyusun
teori atau menterjemahkan cara praktis suatu kekuasaan negara pada saat sedang
berlangsung. Dalam suatu kurun waktu bisa saja bentuk kekuasaan negara tetap
sebagaimana dikonsepkan, tetapi bisa juga berubah, sesuai kebutuhan konsep

struktur dan fungsi dalam kekuasaan suatu pemerintahan pada masanya. Kekuasaan
dalam prakteknya akan terbagi-bagi lagi dan dibedakan menurut fungsi dan
wewenangnya, untuk memenuhi kepentingan menjalankan kekuasaan secara baik dan
mencapai tujuan yang dicita-citakan suatu negara bagi kehidupan rakyat negaranya.
Lahirnya teori para Ahli Hukum Tata Negara bermula berkembang di daratan benua
Eropa, teori tersebut diinspiratif menyaksikan kenyataan kekuasaan para Raja Eropa
yang dipandang sangat absolut. Raja dengan kekuasaan absolutnya, sewenangwenang mengendalikan segala hal yang berkenaan dengan kepentingan
kekuasaannya dalam satu tangan, hanya Raja yang paling berhak mengatur,
mengurus, menentukan, memutuskan, dan boleh memberi perintah. Kepentingan Raja
dan keluarganya yang utama, kepentingan rakyat cenderung terabaikan. Rakyat hanya
bisa patuh mengikuti apapun keinginan maupun perintah sang Raja berkuasa, Raja
yang harus dilayani bukan sebaliknya, karena Raja adalah penguasa dan sekaligus
pengendali pemerintahan tunggal.

2

Teori yang dikemukakan Montesquieu, salah satu ahli hukum, bahwa kekuasaan
didalam suatu negara terdapat tiga cabang kekuasaan yang diorganisir dalam struktur
pemerintahan, yaitu Kekuasaan Eksekutif ( Eksekutive Power) sebagai pelaksana
Undang-Undang, Kekuasaan Legislatif (Legislative Power) pembuat Undang-Undang,

dan Kekuasaan Yudikatif (Judikative Power) pengawas pelaksanaan Undang-Undang.
Pembagian kekuasaan tersebut dilaksanakan secara terpisah bagi orang maupun
kewenangan atau fungsinya. Teori Montesquieu ini lebih dikenal dengan konsep Trias
Politika.
Terdapat pula konsep oleh para ahli hukum lain yang mengemukakan pendapat atau
teori tentang pembagian, fungsi atau wewenang maupun tujuan dari kekuasaan
negara, diantaranya Jhon Locke, C.F. Strong, Cornelis Van Vallenhoven, H.J.W.
Hetherington, Logemann, Roger H.Soltau, Thomas Hobbes, dari Indonesia saat ini yang
juga mengemukakan konsep pemikiran tentang kekuasaan negara modern selain
Miriamm Budiardjo, adalah antara lain Jimly Asshiddiqie.
Suatu negara harus ada kekuasaan, sebab menurut John Locke, kekuasaan hadir dari
upaya individu menyatukan visi mereka dalam sebuah komunitas. Thomas Hobbes
menyatakan bahwa kekuasaan adalah fungsi dari keberadaan sebuah negara, bahkan
negara itu sendiri adalah bentuk lain dari kekuasaan, dan sebagai sebuah simbol,
negara harus mempunyai kekuasaan yang luas dalam mengatur masyarakat.
Semua teori dan definisi tersebut bermaksud dan bertujuan baik untuk memberikan
pedoman, landasan, pola, dan pemahaman, bagaimana suatu kekuasaan negara
diselenggarakan, tertata secara tertib dan terstruktur, sesuai kepentingan atau
keinginan, memenuhi maksud adanya suatu kekuasaan negara dan tujuan
dibentuknya sebuah negara.


Tujuan Bernegara
Negara Indonesia memiliki landasan hukum berpijak pembentukan negara, bentuk,
tugas dan fungsi kekuasaan negara, serta tujuan bernegara, yaitu Undang-Undang
Dasar 1945 (UUD 1945). Di dalam Mukaddimah UUD 1945, menyatakan tujuan
negara, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
ikut melaksanakan ketertiban dunia.
UUD 1945 sebagai landasan hukum kekuasaan dan bernegara, sebagaimana diketahui
telah beberapa kali diamandemen, perubahan dengan maksud melakukan
penyesuaian karena kebutuhan kekuasaan negara saat ini, guna mencapai tujuan
bernegara bagi rakyat dan negara Indonesia. Amandemen tersebut tidak di -”haram”
-kan, apabila bertujuan baik untuk kepentingan bersama seluruh rakyat, bukan semata
karena alasan hanya demi memenuhi kepentingan atau ambisi sempit politik
kekuasaan personal atau sekelompok orang dan bahkan kroni -nya di dalam dan di
luar negara Indonesia yang sedang berkuasa atau agar nantinya bisa berkuasa.
Kepemimpinan Pemimpin Negara, yang dalam bntuk negara Indonesia dikuasakan
kepada seorang Presiden sebagai pemegang mandat kedaulatan rakyat, dituntut untuk
wajib mengetahui, tanggap, dan mampu mengatur, mengurus, memenuhi hak yang
merupakan kepentingan dan keinginan seluruh rakyat negaranya. Cepat tanggap dan

mentuntaskan segera, setiap permasalahan negara yang memungkinkan terjadinya
instabilitas ketertiban dan keamanan oleh sesuatu ancaman, bahaya, mencegah

3

penyebab adanya ketidak-adilan hukum, mencegah terjadinya kesenjangan ekonomi
dan sosial, maupun kehilangan hak politik dan hak berdemokrasi.
Rakyat yang adalah pemilik hak kedaulatan kekuasaan negara, dituntut menjalankan
kewajibannya sebagai warga negara menurut sistem dan tata aturan hukum yang
dibuat dan disetujui bersama antara rakyat – melalui perwakilan Legislatif yaitu Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR), dengan pemegang kekuasaan negara yaitu Pemerintah
atau Eksekutif. Lembaga selain itu adalah Judikatif atau lembaga hukum yang
berfungsi menyelenggarakan penegakkan keadilan hukum untuk persengketaan
hukum atau perbuatan melawan hukum negara.
Kita bernegara untuk satu tujuan bersama, dengan menyerahkan wewenang
kekuasaan kepada negara untuk diselenggarakan dan dilaksanakan melalui lembaga
pemerintahan. Negara diberi kedaulatan untuk berkuasa dan membuat
aturan hukum sebagai tatanan mengatur ketertiban, keamanan, dan untuk
memberikan perlindungan maksimal bagi warga negara dan kepentingannya.
Ketertiban

dalam
melakukan
aktifitas sosial
dan
budaya, ekonomi,
politik dan demokrasi.
Perlindungan keamanan,
penegakkan
kesetaraan
dan keadilan hukum, melaksanakan fungsi pelindungan dan pemenuhan hak-hak
warga negara secara menyeluruh.
Kepemimpinan negara yang lemah secara dukungan politik dari rakyat dikarenakan
kinerja pemerintahannya yang tidak memenuhi keinginan mayoritas rakyat, tidak
memberikan kepuasan maksimal yang dikehendaki rakyat. Rakyat mendukung
pemimpin negara yang melaksanakan amanat rakyat, yaitu kesejahteraan hidup.
Tercipta dan terbangunnya keseimbangan antara hak dan kewajiban diantara negara
dan rakyat - warga negara, dalam bentuk dukungan politik yang kuat, ditentukan oleh
kepemimpinan kekuasaan negara yang juga harus benar-benar baik dan makimal
kinerjanya.
Haluan negara yang diperjuangkan sudah dapat dipastikan berlangsung sesuai citacita dan tujuan negara, melalui proses pembangunan yang diselenggarakan oleh

pemerintah, dan rakyat berkewajiban mendukung serta mengawasi, sesuai
mekanisme atau sistem ketatanegaraan sebagaimana diatur dalam konstitusi negara.
Pemerintah atau pemegang kekuasaan negara dituntut harus bijak dan amanah,
adalah merupakan  kata kunci kepemimpinan kekuasaan negara yang dipastikan secara baik dan
penuh   diterima  warga negara, barulah diakui dan dikatakan berhasil.   Rakyat  sebagai
warga negara yang menentukan nilai baik dan buruk suatu pemerintahan pemegang
kekuasaan negara, bukan sebaliknya pemerintah yang menilai kekuasaannya sendiri.
Ambon(Lorong Putri) ; 7 Oktober 2017

Muhammad Thaha Pattiiha
*Kepustakaan ; dari berbagai sumber

4