PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIO. docx

1

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN
BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA PEGAWAI
(STUDI PADA KANTOR SEKRETARIAT DPRD
PROVINSI SULAWESI TENGGARA)
Nurhidayati
Program Studi Manajemen STIE 66 Kendari/Email: nurhidayati133@gmail.com

Abstract. The purpose of this study was to investigate the effect of transformational leadership style
and organization cultural toward official work at Secretariat DPRD office South-East Sulawesi
Province. Scope of the study is: 1) dimension of transformational leadership as in; charismatic,
intellectual stimulation, individual consideration, and inspiration motivation. 2) Dimension of
organization cultural as in; innovation, risk taking, detail interest, finding oriented, team oriented,
steadiness and aggressiveness. 3) Official work as in; quality and quantity work. Population of the
study is all the official of Secretariat DPRD office South-East Sulawesi Province numbered 95 people
who spread in some units. Sample of the study was determined based on Isaac and Michael pattern, to
be taken in proportional random sampling with number of sample 48 people. This study used multiple
linear analyses and eksploratory factors analyses. The findings of study showed that: 1) variable of
transformational leadership style and organizational cultural had positive and significance to official
work at secretariat DPRD South-East Sulawesi Province both stimulatingly and partially (separated)

within trustiness degree of 95% ( = 0,05). 2) Variable of transformational leadership style is the
variable dominated the influence of official work at secretariat DPRD South-East Sulawesi Province.

Keywords: Transformational Leadership Style, Organization Cultural, performance.

2

1. PENDAHULUAN
Organisasi yang berhasil dalam mencapai tujuan serta mampu memenuhi tanggung jawab
sosialnya akan sangat tergantung pada para manajernya (pimpinan). Bila pimpinan mampu
melaksanakan dengan baik, sangat mungkin organisasi tersebut akan mencapai sasarannya. Suatu
organisasi membutuhkan pemimpin yang efektif, yang mempunyai kemampuan mempengaruhi
perilaku anggotanya atau pegawainya. Jadi, seorang pemimpin dalam suatu organisasi akan diakui
sebagai seorang pemimpin apabila ia dapat mempunyai pengaruh dan mampu mengarahkan
bawahannya kearah pencapaian tujuan organisasi.
Dalam organisasi publik, bawahan bekerja selalu tergantung pada pimpinan. Bila pimpinan
tidak memiliki kemampuan memimpin, maka tugas-tugas yang sangat kompleks tidak dapat
dikerjakan dengan baik. Kepemimpinan didefinisikan sebagai kemampuan menggunakan pengaruh
dan memotivasi individu untuk mencapai tujuan organisasi (Gibson et.al 2006). Kemampuan
mempengaruhi akan menentukan cara yang digunakan pegawai dalam mencapai hasil kerja. Hal ini

didasari pada argumen bahwa seorang pemimpin memiliki otoritas dalam merencanakan,
mengarahkan, mengkoordinasikan, dan mengawasi perilaku pegawai. Pemimpin organisasi dapat
mempengaruhi perilaku dengan cara menciptakan sistem dan proses organisasi yang sesuai kebutuhan,
baik kebutuhan individu, kebutuhan kelompok maupun kebutuhan organisasi.
Dalam melaksanakan kepemimpinan terdapat berbagai macam gaya, salah satunya adalah
gaya kepemimpinan transformasional. Konsep kepemimpinan transformasional pertama kali
dikemukakan oleh James McGregor Burns pada tahun 1978, dan selanjutnya dikembangkan oleh
Bernard Bass dan para pakar perilaku organisasi lainnya. Bass (1985) mendefinisikan kepemimpinan
transformasional sebagai kemampuan yang dimiliki seorang pemimpin untuk mempengaruhi anak
buahnya, sehingga mereka akan percaya, meneladani, dan menghormatinya. Bass mengistilahkan
kepemimpinan transformasional sebagai “Fours I’s”, yang meliputi “pengaruh individual
(individualized influence), motivasi inspiratif (inspirational motivation), stimulasi intelektual
(intellectual stimulation), dan pertimbangan individual (individualized consideration)”.
Selain gaya kepemimpinan faktor yang mempengaruhi kinerja pegawai adalah budaya
organisasi yang dibentuk oleh seorang pemimpin. Bass dan Avolio (1993) dan Schein (2004)
menyatakan bahwa seorang pemimpin membentuk budaya dan pada gilirannya dibentuk oleh budaya
yang dihasilkan. Schein (2004) mengobservasikan bahwa budaya organisasi dan kepemimpinan adalah
saling berhubungan. Ia mengilustrasikan interkoneksi ini dengan melihat hubungan antara
kepemimpinan dan budaya dalam konteks siklus kehidupan organisasi.
Luthans (2006) mendefinisikan budaya sebagai ilmu pengetahuan yang diperoleh untuk

menginterpretasikan pengalaman dan menghasilkan perilaku sosial. Sedangkan menurut Robbin
(2006) budaya organisasi adalah suatu sistem makna bersama yang dianut oleh anggota-anggota yang
membedakan organisasi itu dari organisasi-organisasi lain. Budaya organisasi bersifat berbeda antara

3
organisasi satu dengan organisasi lainnya, dimana masing-masing organisasi memiliki ciri spesifik
yang membedakan. Namun budaya organisasi tidak selalu tetap dan perlu disesuaikan dengan
perkembangan lingkungan perubahan budaya organisasi agar organisasi tetap dapat bertahan.
Budaya organisasi menjadi suatu nilai yang sangat diperlukan dalam mendorong pegawai
melaksanakan aktifitasnya dan merupakan landasan utama bagi pegawai dalam berperilaku, bertindak
dan mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapi dalam mencapai tujuan organisasi. Dengan
demikian budaya organisasi mempunyai peran penting dalam menentukan perubahan organisasi,
dimana organisasi dapat tumbuh dan berkembang karena budaya organisasi yang terdapat di dalamnya
mampu merangsang semangat kerja pegawai di dalam organisasi sehingga dapat meningkatkan kinerja
pegawai.
Sekretariat Dewan dipimpin oleh seorang Sekretaris yang dalam melaksanakan tugasnya
dibantu oleh staf-staf sekretariat dari Pegawai Negeri Sipil (PNS) maupun pegawai honorer. Sekretaris
Dewan mempunyai tugas memberikan pelayanan administrasi kepada Anggota DPRD Provinsi,
melaksanakan kegiatan dalam rangka penyelenggaraan sidang-sidang, melaksanakan urusan rumah
tangga dan keuangan dan melaksanakan pengelolah tata usaha DPRD Provinsi. Namun pada

kenyataannya kinerja pegawai masih belum maksimal sepenuhnya dalam menjalankan tugasnya.
Dimana berdasarkan hasil penelitian awal yang penulis lakukan menunjukkan adanya
Peraturan disiplin kerja dan keteraturan kerja yang sudah dituangkan dalam prosedur-prosedur kerja
yang lengkap namun belum dilaksanakan dengan baik, masih formalitas, dan jauh dari aktualisasi
dalam bentuk perbuatan nyata dimana terlihat dari kurangnya kepedulian para pegawai untuk
mematuhi peraturan yang telah ditetapkan seperti datang terlambat ke kantor sehingga tidak mengikuti
apel pagi, adanya pegawai yang sering absen atau jarang masuk kerja tanpa adanya alasan yang jelas,
makan dan merokok di ruang kerja. Disamping itu pula Kedisiplinan dan keteraturan kerja aparatur
masih rendah, terbukti masih banyak pegawai yang menduduki jabatan tingkat atas terlalu sibuk
menghadiri rapat koordinasi diberbagai tempat, dan bekerja hingga malam, sementara banyak pegawai
di bawah yang bekerja hanya berdasarkan perintah, sehingga sering menganggur bila tidak ada
perintah atasan.
Apakah penurunan kinerja yang terjadi di atas memiliki hubungan dengan nilai-nilai yang
selama ini menjadi perekat yang dapat menghimpun potensi sumber daya manusia yang dimiliki oleh
pegawai pada kantor Sekretariat DPRD Prov. Sulawesi Tenggara dalam hal ini adanya pergeseran
budaya dalam organisasi tersebut dan pola kepemimpinannya belum atau kurang memiliki kesadaran
untuk menjadikan kualitas kepemimpinannya sebagai pusat perhatian positif dan karenanya mampu
menjadi teladan bagi anak buahnya (pegawai). Sehubungan dengan hal tersebut maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul: “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional dan
Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai “(Studi Pada Kantor Sekretariat Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah Prov. Sulawesi Tenggara)”.

4

2. METODE PENELITIAN
Penelitian ini berlokasi di Kantor Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Prov.
Sulawesi Tenggara yang terletak di Jln. Drs. H. Abdullah Silondae No.2 dengan objek penelitian
adalah pegawai negeri sipil pada Kantor Sekretariat DPRD Prov. SULTRA. Besarnya sampel
ditentukan berdasarkan rumus Isaac dan Michael dalam (Sugiyono: 2003,98)
S = λ2. N. P. Q
d2 (N – 1) + λ2. P. Q
= 12 x 95 x 0,5x 0,5
0,052 (95 – 1) + 12x 0,5x 0,5
= 95 x 0,25
0,235 + 0,25
= 23,75
0,485
= 48
Penentuan sampel sebagai calon responden untuk setiap unit/bidang pekerjaan dilakukan
dengan cara sampling aksidental yaitu tehnik penentuan sampel calon responden berdasarkan

kebetulan bertemu yang dipilih sebagai responden bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu
cocok sebagai sumber data (Sugiyono:2003, 60).
Penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2011. Tehnik analisis yang digunakan dalam penelitian
ini adalah analisis Regresi Linear Berganda. Analisis faktor adalah salah satu bentuk analisis
multivariate yang bertujuan untuk merumuskan satu atau beberapa variabel atau konsep yang diyakini
sebagai sumber yang melandasi seperangkat variabel nyata (Suliyanto: 2005,115). Kriteria analisis
faktor meliputi korelasi antar variabel harus kuat, indeks perbandingan jarak antara koefisien korelasi
dengan koefisien korelasi parsialnya secara keseluruhan harus kecil dan dalam beberapa kasus setiap
variabel yang akan dianalisis dengan menggunakan analisis faktor harus secara normal.

3. HASIL PENELITIAN
Pembuktian hipotesis dalam penelitian ini digunakan analisis regresi linear berganda. Hal ini
dilakukan untuk melihat besarnya pengaruh secara simultan gaya kepemimpinan transformasional dan
budaya organisasi terhadap kinerja pegawai sekretariat DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara. Hasil
analisis regresi berganda disajikan pada Tabel berikut:

5

Tabel 1.Hasil Analisis Regresi Linear Berganda
Koefisien


No.

Variabel

1.
2.

Konstanta
Gaya Kepemimpinan
Transformasional (X1)
Budaya Organisasi (X2)

3.

Regresi (
-4,326
0,177

0,087

Std.
R2 Square
R
Error
0,767
0,876
1,465
Sumber: Data Primer, diolah tahun (2011)

β

)

thitung

tsig

Keterangan

-2,684

3,440

0,010
0,001

Signifikan

1,548

0,129

Tidak Signifikan

Fhitung

FSig

73,864

0,000


Signifikan

Berdasarkan hasil-hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS yang disajikan pada
Tabel 4.20 tersebut maka dapat dikemukakan penjelasan sebagai berikut:
1. Angka konstanta (
kecil dari nilai

β 0 ) sebesar -4,326 dengan nilai signifikan sebesar 0,000 yang berarti lebih

α=0,05

, maka dapat diinterprestasikan bahwa secara statistika nilai konstanta

β 0 berbeda nyata dengan nol atau dengan kata lain konstanta

β 0 signifikan dalam model

regresi.
2. Nilai Fhit = 73,864 dengan nilai signifikansi F sig = 0,000, menunjukkan bahwa F sig < 0,05 sehingga

dapat disimpulkan bahwa variabel gaya kepemimpinan transformasional (X 1) dan budaya
organisasi (X2) secara simultan (bersama) berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja pegawai
(Y) pada sekretariat DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara pada taraf kepercayaan 95%.
3. Nilai R2 (R-Square) sebesar 0,767 menunjukkan bahwa besarnya pengaruh langsung X 1 dan X2
terhadap Y adalah 76,7%, yang juga berarti bahwa 23,3% variabel Y dipengaruhi oleh faktor lain
yang tidak dijelaskan dalam model.
4. Nilai R (koefisien korelasi) sebesar 0,876 menunjukkan bahwa keeratan hubungan langsung antara
X1 dan X2 terhadap Y adalah sebesar 87,6%. Hubungan ini secara statistika tergolong sangat
kuat/erat. Oleh karena itu model regresi yang dihasilkan dapat dikatakan sebagai model yang “fit”
atau dapat menjadi model penduga yang baik dalam menjelaskan pengaruh gaya kepemimpinan
transformasional dan budaya organisasi terhadap kinerja pegawai sekretariat DPRD Provinsi
Sulawesi Tenggara. Atas dasar ini, maka model regresi yang dihasilkan sebagai penjelas pengaruh
gaya kepemimpinan transformasional dan budaya organisasi terhadap kinerja pegawai sekretariat
DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara dapat dinyatakan sebagai berikut:

Y^ =−4, 326+0, 177 X 1 +0, 087 X 2
Dimana:

Y^ = kinerja pegawai
X1 = gaya kepemimpinan transformasional

6
X2 = budaya organisasi
Meskipun variabel gaya kepemimpinan transformasional dan budaya organisasi secara
simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja pegawai sekretariat DPRD Provinsi
Sulawesi Tenggara, akan tetapi jika diperhatikan secara seksama memperlihatkan bahwa parameter

β 2 yang menjelaskan pengaruh variabel budaya organisasi terhadap kinerja pegawai ternyata tidak
signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa variabel gaya kepemimpinan transformasional sangat dominan
dalam memberi pengaruh ataupun menunjang kinerja pegawai sekretariat DPRD Provinsi Sulawesi
Tenggara, sehingga pengaruh budaya organisasi kurang nampak dalam menunjang kinerja pegawai
jika dipandang secara bersama-sama dengan variabel gaya kepemimpinan transformasional.
Berkaitan dengan kenyataan tersebut, dapat dikatakan bahwa jika gaya kepemimpinan yang
diterapkan di sebuah organisasi ataupun instansi dalam hal ini sekretariat DPRD Provinsi Sulawesi
Tenggara maka sangat besar kemungkinan kinerja para pegawai akan maksimal, meskipun budaya
organisasi yang diterapkan di instansi tersebut kurang optimal. Dengan kata lain, kinerja pegawai akan
sangat tergantung kepada pemimpinnya.
Berdasarkan analisis regresi menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan variabel gaya
kepemimpinan transformasional dan budaya organisasi terhadap kinerja pegawai sekretariat DPRD
Provinsi Sulawesi Tenggara baik secara simultan (bersama) maupun parsial (terpisah). Meskipun
secara simultan gaya kepemimpinan transformasional dan budaya organisasi mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap kinerja pegawai, akan tetapi jika diperhatikan secara seksama pada analisis
regresi linear berganda terlihat bahwa variabel budaya organisasi (X 2) sesungguhnya tidak
berpengaruh secara signifikan. Untuk memperjelas hasil analisis tersebut maka dilakukan analisis
faktor.
Maksud analisis faktor adalah mencari variabel baru yang merupakan faktor yang saling tidak
berkorelasi, bebas satu sama lainnya, lebih sedikit jumlahnya dari variabel asli, akan tetapi bisa
menyerap sebagian besar informasi yang terkandung dalam variabel asli atau yang bisa memberikan
sumbangan terhadap varian seluruh variabel. Beberapa prosedur untuk menentukan berapa faktor yang
perlu dianalisis yaitu berdasarkan eigenvalues, scree plot, percentage of variance accounted for, splithalf reliability dan significance test. Dalam penelitian ini analisis faktor yang digunakan didasarkan
atas eigenvalues, dimana hanya faktor dengan eigenvalues lebih besar dari 1 (satu) yang dipertahankan
di dalam model, sedangkan faktor dengan eigenvalues lebih kecil dari 1 (satu) tidak diikutsertakan di
dalam model. Untuk menentukan ketepatan analisis faktor yang telah dilakukan didasarkan pada nilai
KMO (Kaiser-Meyer-Olkin), dimana analisis faktor dianggap tepat jika nilai KMO lebih besar atau
sama dengan 0,5.
Dalam penelitian ini terdapat dua faktor variabel bebas yaitu faktor gaya kepemimpinan
transformasional (X1) dan faktor budaya organisasi (X2). Untuk mengetahui apakah di antara dua

7
faktor tersebut ada yang dapat direduksi atau tidak disertakan ke dalam model maka dilakukan analisis
faktor. Adapun hasil analsis faktor tentang dua variabel bebas tersebut disajikan pada Tabel berikut:

Tabel 2.Hasil Analisis Faktor
Total Variance Explained
Variabel
X1

Initial Eigenvalues
% of
Total
Variance Cumulative %
1,915
95,764
95,764

X2

0,085

4,236

Extraction Sums of Squared Loadings
Total
1,915

% of Variance
95,764

Cumulative %
95,764

100
KMO and Bartlett's Test

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy.
Bartlett's Test of Sphericity
Approx. Chi-Square
Df
Sig.

0,500
82,739
1
0,000

Sumber: Data Primer, diolah tahun (2011)

Dari Tabel diatas terlihat bahwa analisis faktor yang dilakukan telah tepat yang ditunjukkan
oleh nilai KMO = 0,5. Selanjutnya, berdasarkan nilai eigen maka dari dua variabel yang ada cukup
menggunakan satu variabel saja yaitu variabel gaya kepemimpinan transformasional di dalam model
dengan nilai eigen lebih dari 1 (satu), sedangkan variabel budaya organisasi tidak perlu diikutsertakan
di dalam model. Selain itu, terlihat bahwa variabel gaya kepemimpinan transformasional telah
menyerap sebagian besar informasi yang terkandung dalam kedua variabel bebas yang tersedia,
dimana dapat memberikan sumbangan terhadap varian terhadap seluruh variabel yaitu sebesar
95,764%.

4. PEMBAHASAN
Hasil analisis deskriptif tentang gaya kepemimpinan transformasional yang ditunjukkan oleh
pimpinan sekretariat DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara secara rata-rata menunjukkan nilai yang
cukup baik. Demikian halnya dengan budaya organisasi yang terjadi disekretariat DPRD Provinsi
Sulawesi Tenggara juga memperlihatkan rata-rata yang cukup baik. Di lain pihak, secara deskriptif
kinerja pegawai di Sekretariat DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara secara rata-rata juga cukup baik.
Berdasarkan hasil analisis deskriptif tersebut maka ditengarai atau diduga bahwa gaya kepemimpinan
dan budaya organisasi mempengaruhi kinerja pegawai, khususnya di sekretariat DPRD Provinsi
Sulawesi Tenggara.
Untuk membuktikan asumsi tentang adanya pengaruh yang signifikan antara gaya
kepemimpinan dan budaya organisasi terhadap kinerja pegawai di sekretariat DPRD Provinsi Sulawesi
Tenggara maka dilakukan analisis inferensial yaitu analisis regresi linear berganda. Melalui analisis

8
regresi linear tersebut diketahui bahwa faktor gaya kepemimpinan transformasional dan budaya
organisasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja pegawai sekretariat DPRD Provinsi
Sulawesi Tenggara, baik secara simultan maupun secara parsial. Berdasarkan kenyataan tersebut,
maka dapat dikatakan bahwa tinggi rendahnya kinerja pegawai baik dari segi kuantitas maupun
kualitas di lingkup sekretariat DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara ditentukan oleh gaya kepemimpinan
dan budaya organisasi yang diterapkan di instansi tersebut.
Untuk mendukung hasil yang didapatkan melalui analisis regresi maka dalam penelitian ini
dilakukan analisis faktor. Analisis faktor dalam penelitian ini dilakukan untuk mereduksi faktor-faktor
variabel bebas yang ada sehingga menjadi lebih sederhana, dengan tanpa mengurangi informasi yang
hendak disampaikan. Melalui analisis faktor, ternyata variabel bebas cukup diwakili oleh variabel gaya
kepemimpinan transformasional dan variabel bebas yang lain dapat direduksi atau diikutsertakan
kedalam model regresi. Hal ini berarti bahwa faktor gaya kepemimpinan transformasional telah
menyerap sebagian besar informasi yang terkandung dalam variabel budaya organisasi. Dengan kata
lain, variabel gaya kepemimpinan transformasional lebih dominan mempengaruhi kinerja pegawai
sekretariat DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara, jika dibandingkan dengan pengaruh budaya organisasi.
Oleh karena itu, maka analisis yang dilakukan dalam penelitian ini berupa analisis regresi linear
sederhana.
Hasil analisis sebagaimana yang diuraikan di atas lebih dipertegas dengan melihat nilai R 2 (RSquare) sebesar 0,754, yang menunjukkan bahwa besarnya pengaruh langsung X 1 terhadap Y adalah
75,4%, yang juga berarti bahwa 24,6% variabel Y dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dijelaskan
dalam model. Selain itu, dipertegas pula oleh nilai R (koefisien korelasi) yaitu sebesar 0,868, yang
menunjukkan bahwa keeratan hubungan langsung antara X1 terhadap Y adalah sebesar 86,8%.
Hubungan ini secara statistika tergolong sangat kuat/erat. Oleh karena itu model regresi yang
dihasilkan dapat dikatakan sebagai model yang “fit” atau dapat menjadi model penduga yang baik
dalam menjelaskan pengaruh gaya kepemimpinan transformasional terhadap kinerja pegawai
sekretariat DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara.
Hasil penelitian tersebut sesuai dengan pendapat Thomas (2003) yang mengatakan bahwa
gaya kepemimpinan transformasional sebagai suatu gaya kepemimpinan yang mendapatkan motivasi
bagi bawahannya dengan menyerukan ketertarikan mereka sendiri. Perilaku kepemimpinan terfokus
pada hasil dari tugas dan hubungan dari pekerja atau bawahan. Kepemimpinan transformasional
mendorong pemimpin untuk menyesuaikan gaya dan perilaku mereka untuk memahami harapan
bawahan. Untuk menciptakan kinerja pegawai yang lebih baik, khususnya pegawai sekretariat DPRD
Provinsi Sulawesi Tenggara maka pemimpin sedapat mungkin memperlihatkan gaya kepemimpinan
transformasional yang lebih baik. Untuk menunjang hal itu, juga perlu menerapkan budaya organisasi
yang lebih baik pula.

9

5. PENUTUP
5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Variabel gaya kepemimpinan transformasional dan budaya organisasi mempunyai pengaruh positif
dan signifikan terhadap kinerja pegawai sekretariat DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara, baik
secara simultan maupun secara parsial (terpisah).
2. Variabel gaya kepemimpinan transformasional merupakan variabel yang dominan mempengaruhi
kinerja pegawai sekretariat DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara.

5.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian di atas, maka penulis menyarankan beberapa hal sebagai
berikut:
1. Dalam meningkatkan kinerja pegawai maka faktor penting yang harus diperhatikan oleh
pimpinan, khususnya sekretariat DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara adalah faktor budaya
organisasi terutama dalam hal dukungan pimpinan terhadap pegawai untuk mengembangkan
kreativitas. Hal lain, yang masih perlu perhatian lebih lanjut adalah budaya organisasi berkaitan
dengan indikator keagresifan, untuk menunjang kinerja pegawai hendaknya ada penekanan dari
instansi sehingga bawahan senantiasa bersemangat dan agresif dalam melakukan pekerjaan.
2. Pada penelitian selanjutnya, perlu melihat indikator-indikator lain yang turut mempengaruhi
kinerja pegawai, tidak hanya faktor gaya kepemimpinan transformasional dan budaya organisasi.

10

DAFTAR PUSTAKA

Bass, Bernard M and Avolio, Bruce J, 1993, “Tansformational Leadership And
Organizational Culture,”Public Administration Quarterly,17:1,112-121.
Bass, B.M. 1985. The ethics of transformational leadership. Working Papers Academy of
Leadership Press. University of Maryland. pp.1-14.
Burns J,M. (1978). Leadership, New York: Harper & Row
Gibson, James L et al 2006, “Organizations (Behavior, Structure, Processes),” Twelfth
Edition, McGrow Hill.
Luthans, Fred, 2006, “Perilaku Organisasi”, Edisi Sepuluh, Penerbit Andi, Yogyakarta.
Robbins, Stephen P, 2006, “Perilaku Organisasi, Edisi kesepuluh, PT Indeks Jakarta.
Suliyanto. 2005. Statistika Penelitian Kualitatif. Bandung: Tarsito
Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: CV.Alfabeta