KEUNTUNGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF. docx

KEUNTUNGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF BERBASIS
DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SMK
Burhan Mustaqim1
1

Guru Matematika SMK Muhammadiyah 3 Karanganyar
PENDAHULUAN

Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan salah satu penekanan
dari tujuan pendidikan, seperti yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II pasal 3 yang berbunyi:
“Pendidikan nasional bertujuan mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.”
Kurikulum 2013 sudah mulai diterapkan pada sekolah maupun madarasah.
Setiap perubahan kurikulum tentu membawa karakteristik tersendiri. Guru perlu
memperhatikan model pembelajaran karena model pembelajaran merupakan kunci
terlaksananya proses pembelajaran di kelas. Ada hal penting dimana guru belum

membedakan antara pendekatan, metode, model dan strategi pembelajaran. Hal
tersebut memang masing-masing berbeda. Hal yang penting bahwa perbedaan itu
tidak perlu untuk diperdebatkan walaupun memang kenyataannya masing-masing
berbeda. Tujuan penerapan model pembelajaran pada kurikulum 2013 adalah agar
proses pembelajaran lebih berbobot, lebih bermakna. Saatnya Guru meninggalkan
pembelajaran tradisional dan menerapkan model pembelajaran yang baik sehingga
suasana kelas menjadi hidup. Siswa sebagai komponen yang diberi perlakuan,
mampu untuk melakukan aktifitas belajar dengan senaNg, riang dan gembira tanpa
meninggalkan arti keseriusan pembelajaran. Siswa mengikuti pembelajaran tanpa
tekanan dan juga tanpa paksaan. Pembelajaran menjadi lebih menarik bagi siswa
khususnya dan bagi sekolah pada umumnya sehingga tujuan pembelajaran yang telah
dirumuskan dari setiap kompetensi dasar bisa tercapai dan siswa mampu melakukan
1

belajar tuntas.selain itu, dalam pembelajaran di kelas, guru harus mampu
menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, menarik, menantang, kreatif,
inovatif sehingga dapat meningkatkan kemampuan, pemahaman dan minat siswa
terhadap pelajaran matematika. Salah satu strategi pembelajaran yang dapat
digunakan adalah model pembelajaran kooperatif berbasis Discovery Learning.
Berdasarkan latar belakang diatas maka ada beberepa masalah yang pertama

(1) apakah model pembelajaran kooperetif itu, (2) bagaimana model pemmbelajaran
kooperatif berbasis masalah dalam mengoptimalkan pembelajaran matematika?
PEMBAHASAN
Pemembelajaran merupakan pusat interaksi antar siswa dengan siswa, antara
guru dan siswa sehingga akan menciptakan iklim akademis

dimana pelayanan

terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan peserta didik yang
beragam. Pembelajaran ibarat jantung dari proses pendidikan. Pembelajaran yang
baik, cenderung menghasilkan lulusan dengan hasil belajar yang baik pula atau
sebaliknya. Oleh karena itu pembelajaran yanga saat ini dikembangkan untuk
mengoptimalkan segala potensi yang ada dalam diri peserta didik sehingga dalam
pembelajaran diperlukan sebuah model pembelajaran yang mampu mengaktifkan
semua potensi siswa. Dalam pembelajaran ada model pembelajaran. Istilah model
pembelajaran sangat dekat dengan pengertian stategi pembelajaran. Meskipun
demikian, pengertian model pembelajaran ini dibedakan dari pengertian strategi,
pendekatan dan metode pembelajaran. Istilah model pembelajaran mempunyai
makna yang lebih luas dari pada suatu strategi, metode, dan teknik. Secara
sederhana, pendekatan pembelajaran lebih melihat pembelajaran sebagai proses

belajar peserta didik yang sedang berkembang untuk mencapai perkembangannya.
Metode lebih berfokus pada prose belajar mengajar untuk bahan ajar dan tujuan
pembelajaran tertentu. Sedangkan model pembelajaran lebih melihat pembelajaran
sebagai suatu desain yang menggambarkan proses rincian dan penciptaan situasi
lingkungan yang memungkinkan siswa berinteraksi sehingga terjadi perubahan atau
perkembangan pada diri siswa.
Model pembelajaran dapat dedefinisikan sebagai sebuah kerangka konseptual
yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman
2

belajar untuk mencapai tujuan belejar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi
para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan
melaksanakan aktivitas pembelajaran. Hal ini sejalan dengan yang disampaikan M
firdaus Zarkasi (2009), dalam proses belajar mengajar, guru hasrus memiliki strategi
agar siswa dapat belajar efektif dan efisien. Dengan demikian aktivitas pembelajaran
benar-benar merupakan kegiatan bertujuan yang tertata secara sistematis. Pemilihan
model pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran dan
karakteristik setiap kompetensi dasar dan kompetensi inti dalam kurikulum 2013.
Tidak semua model pembelajarn cocok untuk setiap kompetensi dasar. Guru perlu
memilih dan menentukan model pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan,

potensi, minat, bakat, dan kebutuhan peserta didik yang beragam agar terjadi
interaksi optimal antara guru dengan siswa, serta antara siswa dengan siswa. Dengan
kata lain bahwa model pembelajaran yang mampu mengoptimalakan peserta didik
diantaranya adalah pembelajaran kooperatif. Apa itu pembelajaran kooperatif?
A.

Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan model

pembelajaran yang saat ini banyak digunakan dalam mewujudkan kegiatan belajar
mengajar yang berpusat pada siswa (student centre) terutama untuk mengatasi
masalah–masalah yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, memberikan
perhatian yang besar pada kegiatan belajar siswa, menumbuhkan rasa senang dan
minat siswa untuk belajar matematika. Menurut Joyce dalam Hamruni (2012)
mendefinisikan model pembelajaran sebagai kerangka konseptual yang digunakan
sebagai pedoman dalam melakukan pembelajaran. Dengan demikian, model
pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar.
Sedangkan menurut Roger, dkk dalam Miftahul Huda (2011) menyatakan

bahwa
”Cooperative learning is group learning activity organized in such a way
that learning is based on the socially structured change of information
between learners in group in which each learner is held accountable for his
or her own learning and is motivated to increase the learning of others.
3

”(Pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok
yang diorganisir oleh suatu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan
pada suatu perubahan informasi secara sosial diantara kelompok-kelompok
pembelajar yang didalamnya setiap pembelajar bertanggung jawab atas
pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran
anggota-anggota yang lain).
Menurut Sutton dalam Trianto (2009) terdapat lima unsur penting dalam
belajar kooperatif, yaitu :(1) saling ketergantungan yang bersifat positif antara siswa,
(2) interaksi antar siswa yang semakin meningkat, (3) tanggung jawab individual, (4)
ketrampilan interpersonal dalam kelompok kecil, (5) proses kelompok. Wina Sanjaya
(2006) mengatakan bahwa hal yang menarik dari model pembelajaran kooperatif
adalah adanya harapan selain memiliki dampak pembelajaran, yaitu berupa
peningkatan prestasi belajar siswa (student achievement) juga mempunyai dampak

pengiring seperti relasi sosial, penerimaan terhadap siswa yang dianggap lemah,
harga diri, norma akademik, dan suka memberi pertolongan.
B.

Model pembelajaran Discovery Learning
Dalam pembahasan pembelajaran kooperatif, model Discovery Learning

sangat cocok dengan tuntutak kurikulum 2013 dalam pembelajaran matematika. Hal
ini, pada model Discovery Learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep
atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui. Dalam mengaplikasikan model
pembelajaran Discovery Learning guru berperan sebagai pembimbing dengan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif, sebagaimana
pendapat guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa
sesuai dengan tujuan. Kondisi seperti ini ingin merubah kegiatan belajar mengajar
yang teacher oriented menjadi student oriented.

Dalam Discovery Learning,

hendaknya guru harus memberikan kesempatan muridnya untuk menjadi seorang
problem solver, seorang scientis, historin, atau ahli matematika. Bahan ajar tidak

disajikan dalam bentuk akhir, tetapi siswa dituntut untuk melakukan berbagai
kegiatan menghimpun informasi, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis,
mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan-kesimpulan.

4

Pengertian Metode Discovery Menurut Sund (Roestiyah 2001:20) Discovery
adalah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau
prinsip. Dalam pembelajaran discovery menurut Bergstrom & O’Brien (Slavin, 2011:
8), siswa didorong untuk terutama belajar sendiri melalui keterlibatan aktif dengan
konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa memperoleh
pengalaman dan melakukan eksperimen yang memungkinkan mereka menemukan
sendiri prinsip - prinsip tersebut (http://www.slideshare.net /Interest_ Matematika
_2011/p-pt-12334656).
Menurut Wilcox (Slavin, 1977), dalam pembelajaran dengan penemuan siswa
didorong untuk belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri
dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa untuk
memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka
menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri.
Dari pengertian diatas Penemuan (discovery) merupakan suatu model

pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan pandangan konstruktivisme. Model
ini menekankan pentingnya pemahaman struktur atau ide-ide penting terhadap suatu
disiplin ilmu, melalui keterlibatan siswa ssecara aktif dalam proses pembelajaran.

Apa yang menjadikan keuntungan dalam pembelajaran kooperatif Discovery
Learning antara lain;
a. Membantu

siswa

untuk

memperbaiki

dan

meningkatkan

keterampilan-


keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci
dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya,
b. Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi dan ampuh karena
menguatkan pengertian, ingatan dan transfer.
c. Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan
berhasil.
d. Model pembelajaran ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan
sesuai dengan kecepatannya sendiri.

5

e. Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan
akalnya dan motivasi sendiri.
f. Model pembelajaran discovery learning ini dapat membantu siswa memperkuat
konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang
lainnya.
g. Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan gagasangagasan. Bahkan gurupun dapat bertindak sebagai siswa, dan sebagai peneliti di
dalam situasi diskusi.
h. Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena mengarah
pada kebenaran yang final dan tertentu atau pasti.

i. Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik;
j. Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi proses
belajar yang baru;
k. Mendorong siswa berfikir dan bekerja atas inisiatif sendiri;
l. Mendorong siswa berfikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri;
m. Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik; Situasi proses belajar menjadi
lebih terangsang;
n. Proses belajar meliputi sesama aspeknya siswa menuju pada pembentukan
manusia seutuhnya;
o. Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa;
p. Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar;
q. Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu.
Dari beberapa keuntungan diatas bahwa model pembelajaran discovery learning
akan menumbuh kembangkan sikap

berfikir untuk menerima pembelajaran

matematika.
.
SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan uraian diasat, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
(1) model pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran
kelompok yang diorganisir oleh suatu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan
pada suatu perubahan informasi secara sosial diantara kelompok-kelompok
pembelajar

yang

didalamnya

setiap

pembelajar

bertanggung

jawab

atas

pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggotaanggota yang lain.

6

(2) Pada masing-masing tingkat minat belajar siswa yaitu tinggi, sedang dan
rendah, siswa yang dikenai model pembelajaran tipe MURDER memiliki prestasi
belajar lebih baik daripada siswa yang dikenai model pembelajaran tipe TPS, dan
siswa yang dikenai model pembelajaran tipe TPS memiliki prestasi belajar lebih baik
daripada siswa yang dikenai model pembelajaran langsung. (3) Pada masing-masing
model pembelajaran yaitu model pembelajaran MURDER, TPS, dan Pembelajaran
Langsung, siswa dengan minat tinggi memiliki prestasi belajar lebih baik daripada
siswa dengan minat belajar sedang, dan siswa dengan minat belajar sedang lebih baik
daripada siswa dengan minat belajar rendah.
Berdasarkan

simpulan

hasil

penelitian

dan

dalam

rangka

turut

mengembangkan pembelajaran matematika dalam meningkatkan prestasi belajar
siswa, disampaikan beberapa saran sebagai berikut: (1) Kepada pengajar : (a)
Seorang guru matematika diharapkan dapat melakukan kegiatan pembelajaran secara
baik dengan memilih model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi
yang akan diajarkan, sehingga materi tersebut lebih mudah diterima siswa. Pada
penelitian ini disarankan agar dalam mengajarkan materi logaritma menggunakan
model pembelajaran MURDER atau TPS, karena kedua model tersebut memberikan
hasil baik jika dibandingkan dengan pembelajaran langsung. (b) Seorang guru
hendaknya mengenal kondisi masing-masing siswa dalam hal ini minat belajar siswa
dan dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan minat belajar matematika, sehingga
bisa meningkatkan prestasi belajarnya. (2) Kepada para siswa, pada pembelajaran
yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe MURDER maupun TPS
hendaknya siswa benar-benar aktif untuk berdiskusi, bertanya, dan memberikan
jawaban dari pertanyaan yang diajukan sesama teman maupun guru, sehingga
menghasilkan prestasi yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Danebeth Tristeza Glomo. 2012. Think-Pair Share: itsEffect On the Academic
Performance of ESL Students. International Journal of Literature, Linguistics
& Interdisciplinary Studies Vol I, No.1, 2012 ISSN 1857-8179. Diunduh dari
http://www.krepublishers. com/02-Journals/IJES pada tanggal 26 Desember
2012.
7

Graceful Onovughe Ofodu and Raheem Adebayo Lawal. 2011. Cooperative
Instructional Strategies and Performance Levels of Students in Reading
Comprehension. International Journal of Science 3(2):103-107. Diunduh dari
http://www. krepubliser.com// 02-Journals/IJES pada tanggal 26 Desember
2012.
Hamruni. 2012. Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Insan Mandiri
Izzah, N. 2010. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis pada Tingkat
Koneksi dan Analisis Siswa MTs Negeri Melalui Pembelajaran Kolaboratif
MURDER. Tesis: Universitas Pendidikan Bandung.
Mailatul Jannah. 2011. Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif SPIKPU
untuk meningkatkan kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas XI IPS
2 SMA Muhammadiyah 1 Bantul. Tesis: Universitas Negeri Yogyakarta.
Miftahul Huda. 2011. Cooperatif Learning (Metode, Teknik, Struktur dan Model
Terapan). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Permendiknas No 22 tahun 2006 tentang Standar Isi Mata Pelajaran Matematika
SMK Teknologi, Pertanian dan Kesehatan.
Saija Louise M. 2010. Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Model Kooperatif
Murder untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah Matematis
Siswa SMA. Tesis: Universitas Pendidikan Bandung. http://repository.upi.edu
pada tanggal 25 Juli 2012.
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group.
Santyasa, I Wayan. 2006. “Pembelajaran Inovatif: model Kolaboratif, berbasis
proyek dan Orientasi Nos”makalah disajikan dalam seminar SMA Negeri 2
Semapura, Pada tanggal 27 Desember 2006 di Semapura. Diunduh dari
http://www.freewebs.com, pada tanggal 25 Juli 2012
Slameto.2003. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka
Cipta.
Soetarno

Joyoatmojo.

2011.

Pembelajaran

Efektif,

Pembelajaran

yang

Membelajarkan. Surakarta : UNS Press
Tarudin. 2012. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik antara Siswa yang
mendapatkan Pembelajaran Tipe Murder dan Tipe Jigsaw. Bandung:
8

Tesis

:Universitas

Pendidikan

Indonesia.

Diunduh

dari

http://repository.upi.edu pada tanggal 25 Juli 2012.
Trianto.2009. Model–Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Jakarta: Prestasi Pustaka Publiser.
Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Wendy Diane . 2007. The Effects of using Think-Pair-Share during Guided Reading
Lessons.

Publiser:

The

University

of

Waikato.

Diambil

dari

http://researchcommons. waikato.ac.nz/handle/10289/2233 pada tanggal 26
Desember 2012.
Zita I. Dales.2007. Achievment of Students in Mathematics Using The Think Pair
Share

Strategy.

Resear

Sharech

Journal.

Diunduh

dari

http://www.bsc.edu.ph/ index.php/research/abstracts pada tanggal 26
Desember 2012.
.............. 2011. Badan Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Depdiknas

9

Dokumen yang terkait

ANALISIS KEMAMPUAN SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN SOAL PISA KONTEN SHAPE AND SPACE BERDASARKAN MODEL RASCH

69 778 11

MODEL KONSELING TRAIT AND FACTOR

0 2 9

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

2 5 46

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DITINJAU DARI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

6 77 70

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

11 75 34

MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA REALIA DI KELAS III SD NEGERI I MATARAM KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2011/2012

21 126 83

PENGARUH KEMAMPUAN AWAL MATEMATIKADAN MOTIFBERPRESTASI TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

8 74 14

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMA MAKANANKU SEHAT DAN BERGIZI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA KELAS IV SDN 2 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

3 72 62