TIKET MASUK DAN LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA

BAB III
ANALISIS KUALITATIF KARBOHIDRAT

TUJUAN



:

Mengetahui prinsip dasar uji kualitatif karbohidrat
Mengetahui perbedaan prinsip dari masing-masing metode

A. Pre-lab
1. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis karbohidrat dan beri contoh masing-masing 3 ?
karbohidrat yaitu senyawa organik terdiri dari unsur karbon, hidrogen, dan oksigen. Terdiri
atas unsur C, H, O dengan perbandingan 1 atom C, 2 atom H, 1 atom O (Andarwulan,2011).
klasifikasi Karbohidrat:
a. Monosakarida : terdiri atas 3-6 atom C dan zat ini tidak dapat lagi dihidrolisis oleh larutan
asam dalam air menjadi karbohidrat yang lebih sederhana. berikut macam-macam
monosakarida : dengan ciri utamanya memiliki jumlah atom C berbeda-beda : triosa (C3),
tetrosa (C4), pentosa (C5), heksosa (C6), heptosa (C7).Triosa : Gliserosa, Gliseraldehid,

Dihidroksi asetonTetrosa : threosa, Eritrosa, xylulosaPentosa : Lyxosa, Xilosa, Arabinosa,
Ribosa, RibulosaHexosa : Galaktosa, Glukosa, Mannosa, fruktosaHeptosa :
Sedoheptulosa(Fried,2006).
b. Disakarida : senyawanya terbentuk dari 2 molekul monosakarida yg sejenis atau tidak.
Disakarida dapat dihidrolisis oleh larutan asam dalam air sehingga terurai menjadi 2 molekul
monosakarida.hidrolisis : terdiri dari 2 monosakarida alsukrosa : glukosa + fruktosa (C 12)maltosa : 2 glukosa (C 1-4)trehalosa 2 glukosa (C1-1)Laktosa : glukosa + galaktosa (C1-4)
(Andarwulan,2011).
c. Oligosakarida : senyawa yang terdiri dari gabungan molekul2 monosakarida yang banyak
gabungan dari 3 – 6 monosakarida,misalnya maltotriosa, sukrosa, sorbitol (Sumardjo, 2008).
d. Polisakarida : senyawa yang terdiri dari gabungan molekul- molekul monosakarida yang
banyak jumlahnya, senyawa ini bisa dihidrolisis menjadi banyak molekul monosakarida.
Polisakarida merupakan jenis karbohidrat yang terdiri dari lebih 6 monosakarida dengan
rantai lurus/cabang. Misal : Amilum, glikogen, inulin (Andarwulan,2011)
2. Bagaimana prinsip analisis karbohidrat menggunakan uji Molisch?
Dasar uji ini adalah heksosa atau pentosa mengalami dehidrasi oleh pengaruh asam sulfat
pekat menjadi hidroksimetilfurfural atau furfural dan kondensasi aldehida yang terbentuk ini
dengan α-naftol membentuk senyawa yang berwarna khusus untuk polisakarida dan
disakarida. Reaksi ini terdiri atas tiga tahapan, yaitu hidrolisi polisakarida dan disakarida
menjadi heksosa atau pentosa, dan diikuti oleh proses dehidrasi dan proses kondensasi
(Fried,2006).

3. Bagaimanakah reaksi yang terjadi antara larutan yodium dengan sampel?

Penambahan larutan ini pada sampel karbohidrat kompleks akan mengubah warna kuning
kecoklatan menjadi ungu gelap. Dua cara itu efektif untuk membedakan karbohidrat
sederhana dan karbohidrat kompleks. Karbohidrat golongan polisakarida akan memberikan
reaksi dengan larutan iodin dan memberikan warna spesifik bergantung pada jenis
karbohidratnya. Amilosa dengan iodin akan berwarna biru. Amilopektin dengan iodin akan
berwarna merah violet. Glikogen maupun dekstrin dengan iodin akan berwarna merah coklat
(Nigam,2007).
4.Apa fungsi dari uji benedict dan sampel apa saja yang bereaksi positif terhadap reagen
benedict?
Karbohidrat memiliki beberapa penggolongan lagi yaitu monosakarida, oligosakarida dan
polisakarida. Untuk memudahkan mengetahui ada tidaknya karbohidrat dalam bahan
makanan dalam bentuk gula pereduksi maka dilakukan uji Benedict. yang dapat bereaksi
positif adalah sampel yang memiliki gula pereduksi seperti monosakarida dan beberapa
disakarida seperti laktosa dan maltosa. Uji positifnya ditandai dengan terbentuknya warna
kuning hijau, atau merah (Fried,2006).
5.Jelaskan prinsip dari uji barfoed!
Prinsip uji barfoed ini didasarkan pada pengurangan tembaga (II) asetat (Kupri asetat)
menjadi tembaga hasil uji barfoed (I) oksida (Cu2O/kuprioksida), sehingga terbentuk

endapan merah bata. Dengan adanya reagen barfoed akan mereduksi monosakarida karena
bersifat asam sehingga kekuatan hidroksi menurun dan mengakibatkan tak dapat mereduksi
disakarida (Nigam,2007).

TINJAUAN BAHAN
1. Reagen molisch
Suatu ujikimia yang sensitif untuk mengetahui adanya karbohidrat, berdasarkan pada
dehidrasi karbohidrat oleh asam sulfat untuk menghasilkan aldehid, yang berkondensasi
dengan dua molekul fenol (biasanya alfa-naftol, meskipun fenol lain (misalnya
resorsinol, timol) juga memberikan hasil berwarna), yang menghasilkan suatu senyawa
berwarna merah atau ungu (Pavia,2005).
Reagensia ini terdiri dari alfa-naftol dan alkohol atau kloroform. Reagen ini digunakan
untuk uji wol dan karbohidrat. Reagen ini mudah dibuat di laboratorium. Cara
membuatnya, larutkan 5 gram alfa-naftol dalam 100 ml alkohol atau kloroform
(Sumardjo, 2008).
2. H2SO4
Asam sulfat mempunyai rumus kimia H2SO4, merupakan asam mineral (anorganik)
yang kuat. Zat ini larut dalam air pada semua perbandingan. Massa molar nya 98,078
g/mol. Penampilan nya bening tidak berwarna, cairan tak berbau. Viskositasnya 26,7
cp pada 20°C. Kegunaan utama termasuk pemrosesan bijih mineral, sintesis kimia,

pemrosesan air limbah dan pengilangan minyak (Sumardjo, 2008).
3. Larutan yodium
Larutan yodium adalah produk yang stabil dimana terdiri dari iodium 100%. Produk ini
dapat menyebabkan iritasi pada hidung dan tenggorokan serta menggangu paru-paru.
Hindari produk ini dari pencemaran dengan mengaktifkan kembali zat atau bahan-bahan
dan jangan mencampur dengan bahan alkali. Iod membentuk senyawa dengan banyak
unsur, tapi tidak sereaktif halogen lainnya, yang kemudian menggeser iodida. Iod
menunjukkan sifat-sifat menyerupai logam. Iod mudah larut dalam kloroform, karbon
tetraklorida, atau karbon disulfida yang kemudian membentuk larutan berwarna ungu
yang indah. Iod hanya sedikit larut dalam air (Nigam,2007).
4. Reagen barfoed
Reagent Barfoed terdiri dari larutan 0,33 molar tembaga asetat netral dalam 1% larutan
asam asetat. Ada pendapat yang mengatakan bahwa reagen ini tidak dapat di simpan
lama, karena itu disarankan untuk membuatnya ketika benar-benar akan melakukan
analisa. Barfoed dapat membedakan monosakarida dengan disakarida. Pereaksi barfoed
bersifat asam lemah dan hanya diredusi oleh monosakarida. Pemanasan yang lama
menghidrolisis disakarida sehingga bereaksi positif. Percobaan barfoed menghasilkan
endapan berwarna lebih pekat (Fried,2006).
5. Reagen benedict
Benedict terdiri dari campuran Na2Co3 + cuso4 + Natrium sitrat. Reaksi Benedict akan

menyebabkan larutan yang berwarna biru akan berubah menjadi orange atau kuning.
Pembuatan nya dengan mencampur173 g Na-Citrat + 100 g Na2CO3dalam 800 ml air
yang sudah dimasak, diaduk dan ditambahkan 17,3 g cuso4 dalam 100 ml air. Produk
ini dapat bereaksi dengan kebanyakan logam untuk menghasilkan gas hidogen yang
sangat mudah terbakar (Pavia,2005).

6. Struktur glukosa

(Zulfikar, 2010)
7. Struktur fruktosa

(Zulfikar,2010)
8. Struktur sukrosa

(Zulfikar, 2010)
9. Struktur maltosa

(Zulfikar,2010)

10. Struktur pati


(Zulfikar, 2010)
11. Struktur dekstrin

(Sumardjo,2008)

DATA HASIL PRAKTIKUM

1. Uji Molisch
Sampel
Hasil uji
Keterangan
Glukosa 5 %
Ungu pekat
+
Sukrosa 5%
Ungu pekat
+
Pati 1 %
Ungu pekat

+
a. Prinsip uji molisch
Reaksi dehidrasi karbohidrat oleh asam sulfat membentuk cincin furfural . ketika
bereaksi dengan ∝ naftol akan membentuk kompleks ungu pada permukaan
larutan (Shankara, 2008).
b. reaksi uji molisch
Karbohidrat

hidroksi metil furfural
H2SO4
pekat

kompleks ungu
∝ naftol

c. mekanisme reaksi

d. analisa prosedur
Alat yang digunakan dalam uji molisch ini yaitu tabung reaksi yang digunakan
untuk mereaksikan sampel dengan reagen. Rak tabung reaksi yang digunakan

untuk meletakkan tabung reaksi. Pipet ukur 1 ml untuk menakar banyak nya
sampel yang akan di reaksikan. Pipet tetes yang digunakan untuk menetesi reagen
ke sampel. Dan bulb yang digunakan untuk membantu penggunaan pipet volume.
Sedangkan bahan yang digunakan dalam uji ini yaitu glukosa 5 %, sukrosa 5% dan
pati 1% sebagai sampel. H2SO4 dan molisch sebagai reagen.
Hal yang kemudian dilakukan setelah menyiapkan alat dan bahan yaitu memberi
label pada masing-masing tabung reaksi agar tidak tertukar. Kemudian mengambil
sample menggunakan pipet volume sebanyak 1 ml dan kemudian di tuangkan pada
masing-masing tabung reaksi sesuai label yang diberikan. Selanjutnya
ditambahkan masing-masing 2 tetes reagen molisch dengan pipet tetes. Setelah itu,
larutan di bawa ke lemari asam untuk ditetesi dengan H2SO4. Masing-masing
sample di tetesi dengan 1 ml H2SO4. Penetesan ini harus hati-hati karena H2SO4
berbahaya karena sifatnya yang sangat korosif. Setelah itu, praktikan dapat
mengamati sample dan menulis di DHP.
e. Pembahasan sample
Pada sample dapat kita lihat bahwa sample pertama yaitu glukosa 5% saat di
reaksikan dengan reagen molisch dan H2SO4 pada lemari asam membentuk atau
menghasilkan uji positif, yaitu terbentuknya warna ungu sebagai hasil dari reaksi .
pada sample sukrosa 5% juga di dapati hal yang sama, yaitu setelah direaksikan,


membentuk warna ungu begitu pula dengan pati 1%. Pada intinya semua sample
memberikan hasil uji positif terhadap uji molisch. Hal ini dikarenakan uji molisch
merupakan uji yang bertujuan untuk mengetahui kandungan karbohidrat pada
suatu zat. Fungsi penambahan asam sulfat pada reagen ini yaitu berperan dalam
pembentukan senyawa furfural dan sebagai kondensing agen. (penggabungan
cincin furfural ditambah dengan � naftol dengan bantuan H2O. Adanya � naftol
dalam reagen molisch berperan dalam membentuk kompleks ungu pada sampel.
Selain itu, fungsi dari H2SO4 yaitu untuk mendehidrasi fruktosa cincin furfural
serta membantu furfural bereaksi dengan � naftol sehingga membentuk uji positif.
Pada dasarnya terdapat perbedaan waktu dalam pembentukan warna ungu serta
cincin furfural. Yang terbentuk terlebih dahulu yaitu monosakarida di lanjutkan
dengan disakarida dan terakhir polisakarida.monosakarida paling cepat terbentuk
karena dtruktur nya yang paling sederhana dan mempunyai Mr lebih sedikit
dibandingkan dengan disakarida dan monosakarida (Shankara, 2008).
2.

Uji yodium
sample
Dekstrin
Sukrosa 5%

Glukosa 5%
Pati 1 %

Hasil uji
Ungu
Bening
Bening
Biru

Keterangan
+
+

a. Prinsip uji yodium
Prinsip uji ini yaitu yodium bereaksi dengan pati dengan cara yodium dalam
bentuk tri iodida akan masuk ke dalam struktur helical pada pati sehingga larutan
dapat membentuk biru pekat atau biru kehitaman . Dalam uji yodium yang
berperan adalah amilosa yaitu sekumpulan gulungan helix yang berguna dalam
pembentukan kompleks warna (Pavia, 2005).
b. Reaksi uji yodium

Karbohidrat (poilisakarida) + Iod (I2) → warna spesifik (biru kehitaman)
c. Mekanisme reaksi
Mekanisme dari uji yodium ini adalah kalium iodida yang dimasukkan kedalam
sampel akan membentuk ion kompleks triiodida. Triiodida ini akan masuk kedalam
gulungan helikal pati sehingga membentuk warna ungu (Pavia, 2005).
d. Analisa prosedur
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum uji yodium ini yaitu sample yang
berupa larutan yodium 5%, dekstrin, sukrosa 5%, glukosa 5%, dan pati 1 %.
Cawan petri yang digunakan untuk meletakkan sampel yang akan diamati. Pipet
tetes yang digunakan untuk menetesi reagen.
Hal yang pertama dilakukan yaitu mempersiapkan 2 cawan petri yang masingmasing di bagi menjadi 2 bagian. Pada masing-masing bagian di beri label tiap
sample. Selanjutnya menetesi bagian-bagian tersebut dengan sample sebanyak

masing-masing 1 tetes. Lalu di tetesi juga dengan larutan yodium yang telah di
siapkan. Setelah itu perubahan dapat di amati.
e. Pembahasan sample
Pada sample dekstrin larutan berwarna ungu, pada larutan sukrosa larutan tetap
berwarna bening begitu pula pada glukosa. Sedangkan pada pati larutan berwarna
biru. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, tujuan utama uji yodium adalah
untuk mengetahui ada tidaknya kandungan pati dalam suatu zat. Uji positifnya
ditandai dengan perubahan warna yang terjadi pada zat tersebut. Pada
monosakarida dan disakarida tidak terdapat perubahan warna karena pada zat
tersebut tidak ada komponen yang membentuk gulungan helix sehingga tri iodida
tidak dapat masuk ke dalam bagian dari larutan tersebut. Akibatnya tidak dapat
terbentuk kompleks warna. pada dasarnya perubahan warna berbeda beda, pada
pati, berubah menjadi warna biru karena pemotongan pati menjadi amilosa
terbentuk secara sempurna, sehingga menghasilkan warna biru. Tetapi pada
dekstrin, warna yang terbentuk adalah ungu. Hal ini disebabkan karena
pemotongan struktur dari dekstrin tersebut tidak sempurna (Fried, 2006).
3. Uji Barfoed
sample

Glukosa 5%

Sebelum
pemanasan
Biru muda

Sukrosa 5%
Maltosa 5%

Biru muda
Biru muda

Fruktosa 5%

Biru muda

Hasil uji
Sesudah
pemanasan
Endapan merah
bata
Biru muda
Sedikit endapan
merah bata
Endapan merah
bata

Keterangan

+
+
+

a. Prinsip uji barfoed
Monosakarida dan disakarida pereduksi dicampur dengan reagen barfoed yang
merupakan larutan campuran dari cupri asetat dan asam asetatyang menghasilkan
endapan cuprioksida (CU2O) yang menyebakan warna nya menjadi merah bata
(Nigam,2007).
b. Reaksi uji barfoed

H

O
C
R

OH
+

2Cu2+ + H2O

O
C

+

Cu2O

+

4H+

R

c. Mekanisme reaksi
Mekanisme dari Uji Barfoed ini adalah larutan barfoed akan bereaksi dengan gula
pereduksi sehingga dihasilkan endapan kuprooksida. Dalam suasana asam ini
golongan disakarida memberikan reaksi yang lambat sedangkan golongan
monosakarida bereaksi lebih cepat. Sifat pereduksi diketahui dari adanya gugus OH

bebas yang reaktif. Pada glukosa, gugus OH berada pada atom C nomor 1 sedangkan
fruktosa gugus OHnya berada pada atom C nomor 2 dan pada sukrosa tidak
memiliki gugus OH yang reaktif karena keduanya sudah saling terikat (gula non
pereduksi) (Nigam, 2007).
d. Analisa prosedur
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu glukosa 5% , fruktosa
5% , maltosa 5% dan sukrosa 5% sebagai sample serta reagen barfoed yang
digunakan untuk bereaksi. Lalu alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu
tabung reaksi yang telah di beri label yang digunakan untuk meletakkan sample.
Lalu pipet ukur 1 ml yang digunakan untuk mencampurkan dengan reagen. Lalu
penangas air yang di gunakan untuk memanaskan larutan.
Hal yang pertama dilakukan yaitu memasukkan 5 tetes sample ke dalam tabung
reaksi . setelah sample semua sudah dimasukkan lalu di tetesi masing-masing
sample dengan 1 ml reagen barfoed. Reagen ini di ambil dengan meggunakan
pipet volume dengan bantuan bulb. Setelah semua sample ditetesi dengan reagen,
maka hal yang di lakukan selanjutnya ialah memanaskan air pada beaker glass di
atas penangas air . setelah mendidih, tabung reaksi di masukkan ke dalam air
tersebut. Tunggu sampai berubah warna. apabila sudah terdapat sample yang
berubah warna langsung diangkat, tetapi jika ada yang belum berubah dibiarkan di
penangas. Hasil dapat diamati.
e. Pembahasan sample
Hasil uji positif pada uji ini yaitu pada glukosa, fruktosa dan maltosa yang ditandai
dengan endapan merah bata. Pada glukosa dan fruktosa tidak membutuhkan waktu
lama untuk membuatnya memiliki endapan merah bata. Hal ini di karenakan
glukosa memiliki susunan yang masih sederhana, gugus pereduksi nya berada
pada atom C no 1. Sedangkan pada fruktosa, juga masih memiliki struktur yang
masih sederhana, dimana gugus pereduksi nya terdapat pada nomor 2. Sedangkan
maltosa, ia dapat membentuk endapan merah bata , tetapi membutuhkan
pemanasan di atas penangas dalam waktu yang lebih. Ini disebabkan karena,
maltosa tersusun atas glukosa dan glukosa, struktur nya sudah kompleks dan tidak
sederhana lagi, tetapi masih mempunyai gugus pereduksi, sehingga masih bisa
membentuk endapan merah bata. Sedangkan pada sukrosa, meskipun dipanaskan
dalam waktu yang lama, tidak dapat membentuk endapan merah bata. Sukrosa
terbentuk dari fruktosa dan glukosa dimana gugus pereduksi dari kedua nya
dipakai untuk berikatan satu sama lain. Uji barfoed ini dapat mendeteksi adanya
gula pereduksi yang terdapat pada suasana asam. Kemampuan oksidasi dari
reagen barfoed ini lebih kuat dari pada benedict. Hal ini yang membuat dalam
prosedur uji barfoed hanya di panaskan dalam enangas. Tidak berkontak langsung
dengan api (Fried, 2006).

4. Uji Benedict
Sample

Glukosa 5%

Sebelum
pemanasan
Biru muda

Sukrosa 5%
Fruktosa 5%

Biru muda
Biru muda

Hasil uji
Sesudah
pemanasan
Endapan merah
bata
Hijau
Endapan merah
bata

keterangan

+
+

a. Prinsip uji benedict
Prinsip dari uji barfoed ialah larustan CuSO4 dalam suasana basa direaksikan
dengan gula pereduksi sehingga CuO terdeuksi menjadi Cu2O dan menyebabkan
munculnya warna merah bata
b. Reaksi uji benedict
CH2OH

CH2OH
OH

2Cu2+ + 5OH- +

OH

CH O

OH

OH

CO

O + 3H2O + Cu2O

OH

OH
OH

OH

c. Mekanisme reaksi
Mekanisme dari uji benedict ini adalah reagen benedict yang tersusun atas
tembaga sulfat dan larutan natrium karbobat dan natrium sitrat, mula-mula glukosa
dioksidasi menjadi garam asam glukoranat yang kemudian mampu mereduksi
CuO menjadi Cu2O menjadi merah bata (James, 2008).
d. Analisa prosedur
Alat dan bahan yang di perlukan dalam praktikum ini yaitu glukosa 5%, fruktosa
5% dan sukrosa 5% sebagai sample. Reagen benedict untuk mereaksikan. Lalu alat
yang digunakan yaitu tabung reaksi berlabel yang diunakan untuk meletakkan
sample. Bunsen yang digunakan untuk memanaskan larutan. Pipet tetes untuk
mengambil sample. Dan pipet ukur untuk mengambil reagen serta bulb untuk
membantu pipet ukur 1 ml tersebut.
Pertama, masing-masing sample di masukkan ke dalam tabung reaksi, masingmasing 2 tetes sample. Selanjutnya mengambil reagen benedict dengan
menggunakan pipet ukur lalu di masukkan ke dalam masing-masing sample
sebanyak 1 ml. lalu satu-persatu sample di panaskan di atas bunsen . pemanasan di
lakukan dengan menggoyang-goyangkan tabung reaksi di atas api dengan bantuan
penjepit . Hasil dapat di amati.
e. Pembahasan sample
Pada hasil praktikum dapat kita amati bahwa hasil positif atau yang berubah warna
terjadi pada glukosa dan fruktosa yang ditandai dengan endapan merah bata.
Sedangkan pada sukrosa, warna tetap hijau sesuai dengan warna reagen. Fungsi
dari reagen benedict ini yaitu tembaga sulfat dalam larutan natrium karbonat dan

natrium sitrat dapat mereduksi glukosa, dimana glukosa terlebih dahulu di oksidasi
dalam bentuk garam asam glukoronat. Larutan CuSO4 dalam suasana alkali akan di
reaksikan oleh gula yang punya gugus aldehid atau keton bebas sehingga cupri
oksida tereduksi jadi Cu2O yang berwarna merah bata. Alasan mengapa sukrosa
tidak bereaksi hampir sama dengan uji barfoed. Yaitu karena gula pereduksi nya
sudah dipakai berikatan sehingga tidak dapat berikatan lagi dengan reagen
benedict (Stoker, 2012).

DAFTAR PUSTAKA
Andarwulan, Nuri. 2011. Analisis Pangan. Jakarta : Dian Rakyat
Fried, George H. 2006. BIOLOGI : edisi kedua . Jakarta : Erlangga
Nigam, 2007. Lab Manual in Biochemistry: Immunology and Biotechnology. Sri lanka : Tata
McGraw-Hill Education
Pavia, Donald L. 2005 . Introduction To Organic Laboratory Techniques: A Small Scale
Approach. Washington : Cengage Learning
Sumardjo, Damin. 2008. Pengantar Kimia : Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran
dan Program Strata 1 Fakultas Bioeksata. Jakarta : Penerbit ECG
Zulfikar, 2010. Oligosakarida . http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimiakesehatan/biomolekul/oligosakarida/. 5:12
Zulfikar. 2010. Polisakarida . http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimiakesehatan/biomolekul/polisakarida/. 5:30