Peraturan Perundangan PP NO 73 TH 1992

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 7 3 TAHUN 1 9 9 2
TENTANG
PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang :

a. bahwa peranan usaha perasuransian di Indonesia dalam menunj ang
pembangunan nasional perlu diarahkan agar dalam kegiat an
usahanya, Perusahaan Perasuransian di Indonesia dapat t umbuh dan
berkembang dengan t idak mengabaikan prinsip usaha yang sehat
dan bert anggungj awab;
b. bahwa sehubungan dengan it u dipandang perlu unt uk mengat ur
penyelenggaraan usaha perasuransian di dalam suat u Perat uran
Pemerint ah.


Mengingat

:

1. Pasal 5 ayat (2) Undang. Undang Dasar 1945;
2. Kit ab Undang. undang Hukum Dagang (St aat sblad Tahun 1847 Nomor
23) sebagaimana t elah beberapa kali diubah t erakhir dengan
Undang. undang Nomor 4 Tahun 1971 t ent ang Perubahan dan
Penambahan at as ket ent uan Pasal 54 Kit ab Undang. undang Hukum
Dagang (Lembaran Negara. Tahun 1971 Nomor 20, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 2959);
3. Undang. undang Nomor 2 Tahun 1992 t ent ang Usaha Perasuransian
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 13,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3467);
4. Undang. undang Nomor 25 Tahun 1992 t ent ang Perkoperasian
(Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 116, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3502);
MEMUTUSKAN :

Menet apkan : PERATURAN

PEMERINTAH
REPUBLIK
PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN.

INDONESIA

TENTANG

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Yang dimaksud dalam Perat uran Pemerint ah ini dengan:
1. Perusahaan Asuransi adalah Perusahaan Asuransi Kerugian dan
Perusahaan Asuransi Jiwa.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-


2

-

2. Perusahaan Penunj ang Usaha Asuransi adalah Perusahaan Pialang
Asuransi, Perusahaan Pialang Reasuransi, Perusahaan Agen Asuransi,
Perusahaan Penilai Kerugian Asuransi, dan Perusahaan Konsult an
Akt uaria.
3. Ret ensi Sendiri adalah bagian dari j umlah uang pert anggungan
unt uk set iap risiko yang menj adi t anggungan sendiri t anpa dukungan
reasuransi.
4. Pengurus adalah direksi unt uk perseroan t erbat as at au persero,
at au yang set ara dengan it u unt uk koperasi dan usaha bersama.
5. Ment eri adalah Ment eri Keuangan Republik Indonesia.

BAB II
PENUTUPAN OBYEK ASURANSI
Pasal 2
Obyek asuransi di Indonesia hanya dapat diasuransikan pada
Perusahaan Asuransi yang mendapat izin usaha dari Ment eri, kecuali

dalam hal:
a. t idak ada Perusahaan Asuransi di Indonesia, baik secara
sendiri. sendiri maupun bersama. sama, yang memiliki kemampuan
menahan risiko asuransi dari obyek yang bersangkut an; at au
b. t idak ada Perusahaan Asuransi yang bersedia melakukan penut upan
asuransi at as obyek yang bersangkut an; at au
c. pemilik obyek asuransi yang bersangkut an bukan warga negara
Indonesia at au bukan badan hukum Indonesia.
BAB III
PERIZINAN USAHA PERASURANSIAN
Bagian Pert ama
Persyarat an Umum Perusahaan Perasuransian
Pasal 3
(1)

Perusahaan Perasuransian dalam rangka melaksanakan kegiat an
usahanya harus memenuhi ket ent uan sebagai berikut :
a. Dalam anggaran dasar dinyat akan bahwa:
1. maksud dan t uj uan pendirian perusahaan hanya unt uk
menj alankan salah sat u j enis usaha perasuransian;

2. perusahaan t idak memberikan pinj aman kepada pemegang
saham.
b. Susunan organisasi perusahaan sekurang. kurangnya meliput i

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

3

-

f ungsi. f ungsi sebagai berikut :
1. Bagi Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi, yait u
f ungsi pengelolaan risiko, f ungsi pengelolaan keuangan, dan
f ungsi pelayanan;
2. Bagi Perusahaan Pialang Asuransi dan Perusahaan Pialang
Reasuransi, yait u f ungsi pengelolaan keuangan dan f ungsi
pelayanan;

3. Bagi Perusahaan Agen Asuransi, Perusahaan Penilai
Kerugian Asuransi, dan Perusahaan Konsult an Akt uaria,
yait u f ungsi t eknis sesuai dengan bidang j asa yang
diselenggarakannya.
c. Memenuhi ket ent uan permodalan sebagaimana dit et apkan
dalam perat uran perundang. undangan yang berlaku.
d. Mempekerj akan t enaga ahli sesuai dengan bidang usahanya
dalam j umlah yang memadai unt uk mengelola kegiat an
usahanya.
e. Melaksanakan
pengelolaan
perusahaan
sebagaimana
dit et apkan
dalam
Perat uran
Pemerint ah
ini,
yang
sekurang. kurangnya didukung dengan:

1. Sist em pengembangan sumber daya manusia;
2. Sist em administ rasi,
3. Sist em pengelolaan dat a.
(2)

Ket ent uan lebih lanj ut mengenai huruf d dan huruf e dit et apkan
olch Ment eri.
Pasal 4

(1)

Perusahaan Perasuransian yang seluruh pemiliknya warga negara
Indonesia dan at au badan hukum Indonesia yang seluruh at au
mayorit as pemiliknya warga negara Indonesia, seluruh anggot a
dewan komisaris dan Pengurus harus warga negara Indonesia.

(2)

Anggot a dewan komisaris dan anggot a direksi Perusahaan
Perasuransian yang di dalamnya t erdapat penyert aan langsung

pihak asing harus warga negara Indonesia dan warga negara
asing, at au seluruhnya warga negara Indonesia.

Pasal 5
(1)

Anggot a dewan komisaris dan Pengurus sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 t idak pernah melakukan t indakan t ercela di bidang
perasuransian dan at au dihukum karena t erbukt i melakukan
t indak pidana di bidang perasuransian dan perekonomian, sert a
memiliki akhlak dan moral yang baik.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

4

-


(2)

Sekurang. kurangnya separo dari j umlah anggot a Pengurus harus
mcmiliki penget ahuan dan pengalaman di bidang pengelolaan
risiko.

(3)

Pengurus t idak diperkenankan merangkap j abat an
perusahaan lain, kecuali unt uk j abat an komisaris.

(4)

Ket ent uan lebih lanj ut
Ment eri.

mengenai ayat

pada


(2) dit et apkan oleh

Pasal 6
(1)

Modal diset or bagi perusahaan yang seluruh pemiliknya warga
negara Indonesia dan at au badan hukum Indonesia yang seluruh
at au mayorit as pemiliknya warga negara Indonesia, unt uk
masing. masing Perusahaan Perasuransian sekurang. kurangnya
sebagai berikut :
a. Rp. 3. 000. 000. 000, . (t iga milyar rupiah), bagi Perusahaan
Asuransi Kerugian;
b. Rp. 2. 000. 000. 000, . (dua milyar rupiah), bagi Perusahaan
Asuransi Jiwa;
c. Rp. 10. 000. 000. 000, . (sepuluh milyar rupiah), bagi Perusahaan
Reasuransi;
d. Rp. 500. 000. 000, . (lima rat us j ut a rupiah), bagi Perusahaan
Pialang Asuransi,
e. Rp. 500. 000. 000, . (lima rat us j ut a rupiah), bagi Perusahaan

Pialang Reasuransi.

(2)

Dalam hal t erdapat penyert aan langsung oleh pihak asing, modal
diset or
unt uk
masing. masing
Perusahaan
Perasuransian
sekurang. kurangnya sebagai berikut :
a. Rp. 15. 000. 000. 000, . (lima
Perusahaan Asuransi Kerugian;

belas

milyar

rupiah),

bagi

b. Rp. 4. 500. 000. 000, . (empat milyar lima rat us j ut a rupiah),
bagi Perusahaan Asuransi Jiwa;
c. Rp. 30. 000. 000. 000, . (t iga
Perusahaan Reasuransi;

puluh

milyar

rupiah),

bagi

d. Rp. 3. 000. 000. 000, . (t iga milyar rupiah), bagi Perusahaan
Pialang Asuransi;
e. Rp. 3. 000. 000. 000. (t iga milyar rupiah), bagi Perusahaan
Pialang Reasuransi.
(3)

Pada saat pendirian perusahaan, penyert aan langsung pihak asing
dalam Perusahaan Perasuransian sebagaimana dimaksud dalam
ayat (2) paling banyak 80% (delapan puluh per serat us).

(4)

Perusahaan Perasuransian sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

5

-

harus memiliki perj anj ian ant ar pemegang saham yang memuat
kesepakat an mengenai rencana peningkat an kepemilikan saham
pihak Indonesia.
Pasal 7
(1)

Pada awal pendirian, Perusahaan Asuransi dan Perusahaan
Reasuransi harus menempat kan sekurang. kurangnya 20% (dua
puluh per serat us) dari modal diset or yang dipersyarat kan, dalam
bent uk deposit o berj angka dengan perpanj angan ot omat is pada
bank umum di In. donesia yang bukan Af iliasi dari Perusahaan
Asuransi dan Perusahaan Reasuransi yang bersangkut an.

(2)

Deposit o sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan
j aminan t erakhir dalam rangka melindungi kepent ingan
pemegang polis.

(3)

Penempat an deposit o sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
harus at as nama Ment eri unt uk kepent ingan perusahaan yang
bersangkut an.

(4)

Deposit o sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus disesuaikan
dengan perkembangan volume usaha yang besarnya dit et apkan
oleh Ment eri dengan ket ent uan besarnya deposit o dimaksud t idak
kurang dari yang dipersyarat kan pada awal pendirian.

(5)

Deposit o sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat dicairkan
at as perset uj uan Ment eri berdasarkan:
a. bat as permint aan liquidat or dalam hal perusahaan dilikuidasi;
at au
b. at as permint aan perusahaan yang bersangkut an dalam hal izin
usahanya dicabut
at as permint aan perusahaan yang
bersangkut an
dengan
ket ent uan
kewaj ibannya
t elah
diselesaikan.
Pasal 8

(1)

Perusahaan Asuransi
menyelenggarakan:

dan

Perusahaan

Reasuransi

harus

a. Pengembangan sumber daya manusia yang dapat menunj ang
pengelolaan perusahaan secara prof esional, pengembangan
perusahaan secara sehat , adanya kemampuan dalam mengikut i
perkembangan t eknologi, sert a penyelenggaraan j asa asuransi
secara t ert ib dan bcrt anggung j awab;
b. Administ rasi keuangan yang dapat menunj ang ket ert iban
pengelolaan kcuangan dan pelaksanaan pengendalian int ern
perusahaan;
c. Pengelolaan dat a yang dapat menunj ang pelaksanaan f ungsi
pengelolaan risiko, pemasaran, penyelesaian klaim dan
pelayanan kepada pemegang polis, sert a memungkinkan

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

6

-

t ersedianya dat a yang relevan, akurat , dan t epat wakt u, unt uk
pemeriksaan dan pengawasan perusahaan maupun unt uk
analisis dalam rangka pengembangan perusahaan.
(2)

Perusahaan Pialang Asuransi dan Perusahaan Pialang Reasuransi
harus menyelenggarakan hal. hal sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) huruf a dan huruf b.

(3)

Perusahaan Penilai Kerugian Asuransi dan Perusahaan Konsult an
Akt uaria harus menyelenggarakan hal. hal sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) huruf a.

(4)

Ket ent uan lebih lanj ut mengenai ayat (1), ayat (2), dan ayat (3)
dit et apkan oleh Ment eri.
Bagian Kedua
Perizinan Perusahaan Perasuransian
Pasal 9

(1)

Pemberian izin bagi Perusahaan Perasuransian dilakukan dalam
dua t ahap, yait u:
a. perset uj uan prinsip;
b. izin usaha.

(2)

Ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a t idak
berlaku bagi agen asuransi dan konsult an akt uaria.

(3)

Permohonan perset uj uan prinsip bagi Perusahaan Perasuransian
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a, diaj ukan kepada
Ment eri dengan melampirkan:
a. Anggaran dasar perusahaan yang dibuat di hadapan not aris;
b. Rencana susunan organisasi perusahaan;
c. Rencana penggunaan t enaga ahli oleh perusahaan;
d. Rencana kerj a perusahaan dalam garis besar;
e. Rancangan perj anj ian kerj asama dengan pihak asing, dalam
hal t erdapat penyert aan langsung oleh pihak asing;
f . Program asuransi yang akan dipasarkan dan
reasuransinya, khusus bagi Perusahaan Asuransi;

rencana

g. Bukt i penempat an deposit o sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (1).
(4)

Perset uj uan prinsip sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf
a berlaku unt uk j angka wakt u 1 (sat u) t ahun.

(5)

Permohonan izin usaha Perusahaan Perasuransian disampaikan
kepada Ment eri dengan melampirkan:
a. Anggaran dasar perusahaan yang t elah mendapat pengesahan

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

7

-

dari inst ansi yang berwenang;
b. Susunan organisasi perusahaan;
c. Bukt i pemenuhan penyet oran modal diset or;
d. Surat pengangkat an t enaga ahli
perusahaan;

yang dipekerj akan oleh

e. Program kerj a perusahaan sert a rincian persiapan yang t elah
dilakukan;
f . Perj anj ian kerj asama dengan pihak asing, dalam hal t erdapat
penyert aan langsung oleh pihak asing;
g. Cont oh polis, perhit ungan premi, dan perj anj ian reasuransi
dari program asuransi yang akan dipasarkan, bagi Perusahaan
Asuransi;
h. Perj anj ian ret rosesi bagi Perusahaan Reasuransi;
i. Perj anj ian keagenan dengan Perusahaan Asuransi yang diageni,
bagi Perusahaan Agen Asuransi.
(6)

Ket ent uan lebih lanj ut mengenai ayat (3) dan ayat (5) dit et apkan
oleh Ment eri.
Pasal 10

Izin usaha Perusahaan Perasuransian dapat dicabut apabila, dalam
j angka wakt u 3 (t iga) bulan t erhit ung sej ak t anggal izin usaha
dit et apkan, Perusahaan Perasuransian yang bersangkut an t idak
menj alankan kegiat an usahanya.

BAB IV
KESEHATAN KEUANGAN
Pasal 11
(1)

Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi set iap saat waj ib
menj aga t ingkat solvabilit as.

(2)

Tingkat solvabilit as sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah
selisih ant ara kekayaan yang diperkenankan dengan j umlah
kewaj iban dan modal diset or yang dipersyarat kan.

(3)

Ket ent uan lebih lanj ut mengenai besarnya t ingkat solvabilit as
dan kekayaan yang diperkenankan sebagaimana dimaksud dalam
ayat

(2)

dit et apkan oleh Ment eri.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

8

-

Pasal 12
(1)

Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi harus memiliki
dan menerapkan Ret ensi Sendiri, yang besarnya didasarkan pada
kemampuan keuangan dan t ingkat risiko yang dihadapi.

(2)

Perusahaan Asuransi Kerugian dan Perusahaan Reasuransi harus
menj aga perimbangan yang sehat . ant ara j umlah premi net o
dengan j umlah premi brut o, dan perimbangan ant ara j umlah
premi net o dengan modal sendiri.

(3)

Perusahaan Asuransi Jiwa yang menyelenggarakan program
asuransi kecelakaan diri dan program asuransi kesehat an harus
menj aga perimbangan yang sehat ant ara j umlah premi net o
dengan j umlah premi brut o yang berasal dari program
t ermaksud, dan perimbangan ant ara j umlah premi net o yang
berasal dari program t ermaksud dengan modal sendiri.

(4)

Ket ent uan lebih lanj ut mengenai ayat (1), ayat (2), dan ayat (3)
dit et apkan oleh Ment eri.
Pasal 13

(1)

Invest asi Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi waj ib
dilakukan pada j enis invest asi yang aman dan mengunt ungkan
sert a memiliki t ingkat likuidit as yang sesuai dengan kewaj iban
yang harus dipenuhi.

(2)

Ment eri menet apkan j enis. j enis invest asi yang t idak boleh
dilakukan oleh Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
Pasal 14

(1)

Set iap Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi harus
membent uk cadangan t eknis asuransi sesuai dengan j enis
asuransi yang diselenggarakan, yait u:
a. Cadangan t eknis asuransi kerugian, t erdiri dari cadangan at as
premi yang belum merupakan pendapat an, dan cadangan
klaim.
b. Cadangan t eknis asuransi j iwa, t erdiri dari cadangan premi,
cadangan premi anuit as, cadangan at as premi yang belum
merupakan pendapat an dan cadangan klaim.

(2)

Ket ent uan lebih lanj ut
Ment eri.

mengenai ayat

(1) dit et apkan oleh

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

9

-

Pasal 15
(1)

Set iap penut upan asuransi yang j umlah uang pert anggungannya
melebihi Ret ensi Sendiri harus memperoleh dukungan reasuransi.

(2)

Penempat an reasuransi ke luar negeri, baik yang dilakukan
langsung oleh Perusahaan Asuransi maupun yang dilakukan
melalui Perusahaan Pialang Reasuransi, hanya dapat dilakukan
pada penanggung ulang yang oleh Perusahaan Asurarsi yang
bersangkut an dapat dibukt ikan t elah memenuhi persyarat an.

(3)

Ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) berlaku pula
dalam hal penempat an ret roseri ke luar negeri oleh Perusahaan
Reasuransi dan Perusahaan Asuransi.

(4)

Jumlah premi penut upan langsung Perusahaan Asuransi harus
lebih besar dari j umlah premi penut upan t idak langsung.

(5)

Ket ent uan lebih lanj ut mengenai ayat (1), ayat (2), ayat (3) dan
ayat (4) dit et apkan oleh Ment eri.
Pasal 16

(1)

Set iap perj anj ian reasuransi harus dibuat secara t ert ulis dan
t idak merupakan perj anj ian yang menj anj ikan keunt ungan past i
bagi penanggung ulangnya.

(2)

Dalam perj anj ian reasuransi harus dinyat akan bahwa dalam hal
Perusahaan Asuransi dilikuidasi, hak dan kewaj iban Perusahaan
Asuransi yang t imbul dalam t ransaksi reasuransi sampai dengan
saat Perusahaan Asuransi dilikuidasi diselesaikan oleh likuidat or.
BAB V
PEYELENGGARAAN USAHA
Pasal 17

Dalam set iap pemasaran program asuransi harus diungkapkan inf ormal
yang relevan, t idak ada yang bert ent angan dengan persyarat an yang
dicant umkan dalam polis, dan t idak menyesat kan.
Pasal 18
(1)

Perusahaan Asuransi harus t erlebih dahulu melaporkan kepada
Ment eri set iap program asuransi baru yang akan dipasarkan.

(2)

Perusahaan Asuransi dilarang memasarkan program asuransi baru
yang t idak memenuhi ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 19 dan Pasal 20.

(3)

Ket ent uan lebih lanj ut
Ment eri.

mengenai ayat

(1) dit et apkan oleh

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

10

-

Pasal 19
(1)

Polis at au bent uk perj anj ian asuransi dengan nama apapun,
berikut lampiran yang merupakan kesat uan dengannya, t idak
boleh mengandung kat a, kat a. kat a, at au kalimat yang dapat
menimbulkan penaf siran yang berbeda mengenai resiko yang
dit ut up asuransinya, kewaj iban penanggung dan kewaj iban
t ert anggung, at au mempersulit t ert anggung mengurus haknya.

(2)

Dalam polis at au dokumen yang merupakan kesat uan dengannya,
harus dimuat rincian mengenai bagian premi yang dit eruskan
kepada Perusahaan Asuransi dan bagian premi yang dibayarkan
kepada Perusahaan Pialang Asuransi.

(3)

Ket ent uan lebih lanj ut
Ment eri.

mengenai ayat

(1) dit et apkan oleh

Pasal 20
(1)

Premi harus dit et apkan pada t ingkat yang mencukupi, t idak
berlebihan, dan t idak dit erapkan secara diskriminat if .

(2)

Tingkat premi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dinilai t idak
mencukupi, apabila:
a. sedemikian rendah sehingga sangat t idak sebanding dengan
manf aat yang diperj anj ikan dalam polis asuransi yang
bersangkut an;
b. penerapan t ingkat
premi secara berkelanj ut an
membahayakan t ingkat solvabilit as perusahaan;

akan

c. penerapan t ingkat premi secara berkelanj ut an akan dapat
merusak iklim kompet isi yang sehat .
(3)

Tingkat premi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dinilai
berlebihan apabila sedemikian t inggi sehingga sangat t idak
sebanding dengan manf aat yang diperj anj ikan dalam polis
asuransi yang bersangkut an.

(4)

Penerapan t ingkat premi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dinilai bersif at diskriminat if apabila t ert anggung dengan luas
penut upan yang sama sert a dengan j enis dan t ingkat risiko yang
sama dikenakan t ingkat premi yang berbeda.
Pasal 21

(1)

Penet apan t ingkat premi asuransi
perhit ungan analisis risiko yang sehat .

(2)

Ket ent uan lebih lanj ut
Ment eri.

harus

mengenai ayat

didasarkan

pada

(1) dit et apkan oleh

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

11

-

Pasal 22
(1)

Premi asuransi dapat dibayarkan langsung oleh t ert anggung
kepada Perusahaan Asuransi, at au melalui Perusahaan Pialang
Asuransi unt uk kepent ingan t ert anggung.

(2)

Dalam hal premi asuransi dibayarkan melalui Perusahaan Pialang
Asuransi, Perusahaan Pialang Asuransi waj ib menyerahkan premi
t ersebut kepada Perusahaan Asuransi sebelum berakhimya
t enggang wakt u pembayaran premi yang dit et apkan dalam polis
asuransi yang bersangkut an.

(3)

Dalam hal penyerahan premi oleh Perusahaan Pialang Asuransi
dilakukan set elah berakhirnya t enggang wakt u sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2), Perusahaan Pialang Asuransi yang
bersangkut an waj ib bert anggung j awab at as pembayaran klaim
yang t imbul dari kerugian yang t erj adi dalam j angka wakt u
ant ara habisnya t enggang wakt u sebagaimana dimaksud dalam
ayat (2) sampai dengan diserahkannya premi kepada Perusahaan
Asuransi.
Pasal 23

(1)

Perusahaan Asuransi at au Perusahaan Reasuransi dilarang
melakukan t indakan yang dapat memperlambat penyelesaian
at au pembayaran klaim, at au t idak melakukan t indakan yang
seharusnya dilakukan yang dapat mengakibat kan kelambat an
penyelesaian at au pembayaran klaim.

(2)

Tert anggung dalam molakukan pengurusan penyelesaian klaim
dapat menunj uk pihak lain, t ermasuk Perusahaan Pialang
Asuransi yang dipergunakan j asanya oleh t ert anggung dalam
penut upan asuransi yang bersangkut an.

(3)

Ket ent uan lebih lanj ut
Ment eri.

mengenai ayat

(1) dit et apkan oleh

Pasal 24
(1)

Perusahaan Pialang Asuransi waj ib memberikan ket erangan yang
sej elas. j elasnya kepada penanggung t ent ang obyek asuransi yang
dipert anggungkan, dan waj ib menj elaskan secara benar kepada
t ert anggung t ent ang ket ent uan isi polis, t ermasuk mengenai hak
dan kewaj iban t ert anggung.

(2)

Perusahaan Pialang Asuransi dilarang menerbit kan dokumen
penut upan sement ara dan at au polis asuransi.

(3)

Perusahaan Pialang Asuransi harus menj aga perimbangan yang
schat ant ara j umlah premi yang belum diset or kepada
Perusahaan Asuransi dan j umlah modal sendiri.

(4)

Ket ent uan lebih lanj ut
Ment eri.

mengenai ayat

(3) dit et apkan oleh

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

12

-

Pasal 25
(1)

Perusahaan Pialang Reasuransi waj ib memberikan ket erangan
yang sej elas. j elasnya kepada penanggung ulang t ent ang obyek
asuransi yang diasuransikan, sert a kepada penanggung t ent ang
hak dan kewaj ibannya.

(2)

Perusahaan Pialang Reasuransi yang menerima pembayaran premi
dari penanggung waj ib menyet orkannya kepada penanggung
ulang sesuai dengan t enggang wakt u pembayaran premi
sebagaimana yang t ert era dalam perj anj ian reasuransi.
Pasal 26

(1)

Set iap penilai kerugian asuransi dalam menj alankan usahanya
harus mempergunakan keahlian berdasarkan norma prof esi yang
berlaku.

(2)

Set iap konsult an akt uaria dalam menj alankan kegiat an usahanya
harus mempergunakan keahlian berdasarkan norma prof esi yang
berlaku.

(3)

Ment eri dapat memberikan arahan bagi penilai kerugian asuransi
dan konsult an akt uaria dalam menyusun norma prof esi
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2).
Pasal 27

(1)

Set iap Agen Asuransi hanya dapat menj adi agen dari 1 (sat u)
Perusahaan Asuransi.

(2)

Agen Asuransi waj ib memiliki perj anj ian keagenan dengan
Perusahaan Asuransi yang diageni.

(3)

Semua t indakan Agen Asuransi yang berkait an dengan t ransaksi
asuransi menj adi t anggung j awab Perusahaan Asuransi yang
diageni.

(4)

Agen Asuransi dalam menj alankan kegiat annya harus memberikan
ket erangan yang benar dan j elas kepada calon t ert anggung
t ent ang program asuransi yang dipasarkan dan ket ent uan isi
polis, t ermasuk mengenai hak dan kewaj iban calon t ert anggung.
Pasal 28

(1)

Perusahaan Perasuransian dapat menggunakan t enaga asing
sebagai
t enaga ahli,
penaschat
at au
konsult an
yang
penggunaannya :
a. hanya unt uk melaksanakan proyek at au program t ert ent u yang
berkait an
dengan
kegiat an
operasional
di
bidang

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

13

-

perasuransian; dan
b. j angka wakt u unt uk proyek at au program sebagaimana
dimaksud dalam huruf a paling lama 5 (lima) t ahun.
(2)

Perusahaan Perasuransian yang di dalamnya t erdapat penyert aan
langsung oleh pihak asing sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
ayat (2) dapat menggunakan t enaga asing sebagai t enaga
eksekut if di luar Pengurus dengan memenuhi ket ent uan sebagai
berikut :
a. t enaga asing t ersebut menduduki j abat an yang belum dapat
diisi oleh t enaga kerj a warga negara Indonesia;
b. mempunyai program Indonesianisasi
pendidikan dan lat ihan.

yang

j elas

melalui

(3)

Disamping persyarat an sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan
ayat (2), penggunaan t enaga kerj a asing sert a t at acara
penggunaannya mengikut i perat uran perundang. undangan di
bidang ket enagakerj aaan.

(4)

Ket ent uan lebih lanj ut
Ment eri.

mengenai ayat

(2) dit et apkan oleh

Pasal 29
(1)

Set iap pembukaan kant or cabang Perusahaan Asuransi dan
Perusahaan Reasuransi, yang dalam kegiat annya memiliki
kewenangan unt uk menerima at au menolak penut upan asuransi
dan at au menandat angani polis dan at au menet apkan unt uk
membayar at au menolak klaim, harus t erlebih dahulu
memperoleh izin dari Ment eri.

(2)

Unt uk memperoleh izin pembukaan kant or sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), Perusahaan Asuransi at au Perusahaan
Reasuransi harus memenuhi ket ent uan t ingkat solvabilit as.

(3)

Kant or sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus memiliki
t enaga ahli, sist em administ rasi dan sist em pengolahan dat a yang
memadai.

(4)

Set iap pembukaan kant or Perusahaan Asuransi at au Perusahaan
Reasuransi selain kant or cabang sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1), harus t erlebih dahulu dilaporkan kepada Ment eri.

(5)

Set iap pembukaan kant or cabang Perusahaan Penunj ang Usaha
Asuransi dalam bent uk at au dengan nama apapun harus t erlebih
dahulu dilaporkan kepada Mcnt eri.

(6)

Ket ent uan lebih lanj ut mengenai ayat (2) dan ayat (3) dit et apkan
oleh Ment eri.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

14

-

Pasal 30
(1)

Izin pembukaan kant or cabang sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 29 ayat (1) dapat dicabut , apabila dalam j angka wakt u 2
(dua) bulan t erhit ung sej ak t anggal izin pembukaan kant or
cabang dit et apkan, kant or cabang yang bersangkut an t idak
menj alankan kegiat an usahanya.

(2)

Set iap penut upan kant or cabang Perusahaan Perasuransian
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 waj ib dilaporkan kepada
Ment eri.
Pasal 31

(1)

Set iap perubahan t erhadap ket ent uan persyarat an yang t elah
dipenuhi dalam rangka pemberian izin usaha, harus t erlebih
dahulu dilaporkan kepada Ment eri.

(2)

Dalam hal perubahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) t idak
memenuhi ket ent uan Perat uran Pemerint ah ini besert a perat uran
pelaksanaanya, Ment eri memerint ahkan dilakukannya perbaikan
t erhadap perubahan dimaksud agar t et ap memenuhi ket ent uan
yang berlaku.

(3)

Ket ent uan lebih lanj ut mengenai ayat (1) dan ayat (2) dit et apkan
oleh Ment eri.
BAB VI
PENYELENGGARAAN PROGRAM ASURANSI SOSIAL
Pasal 32

(1)

Program Asuransi Sosial merupakan program asuransi yang
diselenggarakan secara waj ib berdasarkan suat u Undang. undang.

(2)

Program Asuransi Sosial sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
hanya dapat diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara yang
dibent uk khusus unt uk it u.
Pasal 33

Perusahaan Asuransi yang menyelenggarakan Program Asuransi Sosial
dilarang menyelenggarakan program asuransi lain selain Program
Asuransi Sosial.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

15

-

Pasal 34
Perusahaan Asuransi yang menyelenggarakan Program Asuransi Sosial
dalam menyelenggarakan usahanya waj ib memenuhi ket ent uan
Perat uran Pemerint ah ini besert a perat uran pelaksanaannya.
Pasal 35
(1)

Perusahaan Asuransi yang t elah menyelenggarakan Program
Asuransi Sosial pada saat dit et apkannya Perat uran Pemerint ah
ini, diwaj ibkan unt uk menyesuaikan kegiat annya.

(2)

Ket ent uan lebih lanj ut
mengenai penyesuaian kegiat an
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) sert a j angka wakt unya
dit et apkan oleh Ment eri.
BAB VII
MERGER DAN KONSOLIDASI
Pasal 36

(1)

Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi yang akan
melakukan merger at au konsolidasi harus t erlebih dahulu
memperoleh perset uj uan dari Ment eri.

(2)

Merger at au konsolidasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
hanya dapat dilakukan ant ara:
a. Perusahaan Asuransi Kerugian dengan Perusahaan Asuransi
Kerugian at au dengan Perusahaan Reasuransi,
unt uk
membent uk Perusahaan Asuransi Kerugian;
b. Perusahaan Reasuransi dengan Perusahaan Reasuransi at au
dengan Perusahaan Asuransi Kerugian, unt uk membent uk
Perusahaan Reasuransi; at au
c. Perusahaan Asuransi Jiwa dengan Perusahaan Asuransi Jiwa,
unt uk membent uk Perusahaan Asuransi Jiwa.

(3)

Unt uk memperoleh perset uj uan merger at au konsolidasi
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), harus dipenuhi ket ent uan:
a. Merger at au
t ert anggung;

konsolidasi

t ersebut

t idak

mengurangi

hak

b. Kondisi keuangan perusahaan hasil merger at au konsolidasi
harus t et ap
memenuhi
ket ent uan mengenai
t ingkat
solvabilit as.
(4)

Tat acara permohonan perset uj uan unt uk melakukan merger at au
konsolidasi dit et apkan oleh Ment eri.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

16

-

BAB VIII
SANKSI
Pasal 37
Set iap Perusahaan Perasuransian yang t idak memenuhi ket ent uan
dalam Perat uran Pemerint ah ini dan perat uran pelaksanaannya
t ent ang perizinan usaha, kesehat an keuangan, penyelenggaraan
usaha, penyampaian laporan, pengumuman neraca dan perhit ungan
laba rugi, at au t ent ang pemeriksaan langsung, dikenakan sanksi
peringat an, sanksi pembat asan kegiat an usaha, dan sanksi pencabut an
izin usaha.
Pasal 38
(1)

Tanpa mengurangi ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
37, maka t erhadap:
a. Perusahaan Asuransi at au Perusahaan Reasuransi yang t idak
menyampaikan laporan keuangan t ahunan dan laporan
operat ional t ahunan dan at au t idak mengumumkan neraca dan
perhit ungan laba rugi, sesuai dengan j angka wakt u yang
dit et apkan, dikenakan denda administ rat ip Rp. 1. 000. 000, .
(sat u j ut a rupiah) unt uk set iap hari ket erlambat an.
b. Perusahaan Pialang Asuransi at au Perusahaan Pialang
Reasuransi yang t idak menyampaikan laporan keuangan
t ahunan dan laporan operat ional t ahunan sesuai dengan j angka
wakt u yang dit et apkan, dikenakan denda administ rat ip Rp.
500. 000, . (lima rat us ribu rupiah) unt uk set iap hari
ket erlambat an.

(2)

Ket ent uan lebih lanj ut mengenai t at a cara pengenaan denda
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dit et apkan oleh Ment eri.
Pasal 39

(1)

Pengenaan denda administ rat ip berakhir pada saat pembayaran
denda ke Kant or Perbendaharaan dan Kas Negara yang diikut i
dengan penyampaian laporan keuangan t ahunan dan at au laporan
operasional t ahunan dan at au pengumuman neraca dan
perhit ungan laba rugi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38
selambat . lambat nya dalam 2 (dua) hari kerj a.

(2)

Dalam hal laporan keuangan t ahunan dan at au laporan
operasional t ahunan t elah disampaikan dan at au neraca dan
perhit ungan laba rugi t elah diumumkan t et api perusahaan yang
bersangkut an belum membayar denda administ rat ip, denda
t ersebut dinyat akah sebagai hut ang kepada negara yang harus
dicant umkan dalam neraca pcrusahaan yang bersangkut an.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

17

-

Pasal 40
Perusahaan Perasuransian yang t elah dikenakan denda selama 90
(sembilan puluh) hari ket erlambat an t et api belum j uga menyampaikan
laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38, dengan t idak
membebaskan kewaj iban membayar denda yang t elah dikenakan unt uk
j angka 90 (sembilan puluh) hari t ermaksud, dikenakan sanksi
pembat asan kegiat an usaha.
Pasal 41
(1)

Pengenaan sanksi peringat an dilakukan oleh Ment eri segera
set elah diket ahui adanya pelanggaran sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 37.

(2)

Pengenaan sanksi peringat an sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) dikenakan paling banyak 3 (t iga) kali bert urut . t urut dengan
j angka wakt u paling lama masing. masing 1 (sat u) bulan.

(3)

Dalam hal perusahaan t elah dikenakan sanksi peringat an
t erakhir, dan dalam j angka wakt u 30 (t iga puluh) hari set elah
peringat an dimaksud perusahaan t et ap t idak memenuhi
kewaj iban yang dipersyarat kan, perusahaan yang bersangkut an
dikenakan sanksi pembat asan kegiat an usaha.
Pasal 42

(1)

Sanksi pembat asan kegiat an usaha sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 41 ayat (3) berlaku sej ak t anggal dit et apkan unt uk j angka
wakt u paling lama 12 (dua belas) bulan.

(2)

Dalam hal Ment eri menilai diperlukan adanya suat u rencana kerj a
dalam rangka mengat asi penyebab dari sanksi pembat asan
kegiat an usaha pada saat penet apan pembat asan kegiat an usaha
Ment eri dapat memerint ahkan penyusunan rencana kerj a yang
harus disampaikan kepada Ment eri dalam j angka wakt u paling
lama 3 (t iga) bulan.

(3)

Dalam hal Perusahaan Perasuransian dapat mengat asi penyebab
dari sanksi pembat asan kegiat an usaha dalam j angka wakt u
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Ment eri mencabut sanksi
pembat asan kegiat an usaha.

(4)

Dalam hal Perusahaan Perasuransian t idak dapat mengat asi
penyebab dari sanksi pembat asan kegiat an usaha dalam j angka
wakt u sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), at au dari
pelaksanaan rencana kerj a sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
dalam j angka wakt u sampai berakhirnya sanksi sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) disimpulkan bahwa perusahaan t idak
mampu at au t idak bersedia mengat asi penyebab dari sanksi

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

t ermaksud, Ment eri
bersangkut an.

18

-

mencabut

izin usaha perusahaan yang

Pasal 43
(1)

Ment eri dapat mencabut izin usaha Perusahaan Pialang Asuransi
yang diwaj ibkan membayar klaim sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 22 ayat (3).

(2)

Tanpa mengurangi berlakunya ket ent uan Pasal 41 dan Pasal 42,
pencabut an izin usaha sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dilakukan dengan t ahapan pelaksanaan sebagai berikut :
a. Pengenaan sanksi peringat an dilakukan oleh Ment eri segera
set elah diket ahui adanya kewaj iban pembayaran klaim
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (3).
b. Pengenaan sanksi pembat asan kegiat an usaha dilakukan oleh
Ment eri apabila Perusahaan Pialang Asuransi t idak memenuhi
kewaj iban pembayaran klaim sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 22 ayat (3) dalam j angka wakt u 1 (sat u) bulan set elah
dit et apkannya sanksi peringat an sebagaimana dimaksud dalam
huruf a.
c. Pengenaan sanksi pencabut an izin usaha dilakukan oleh
Ment eri apabila Perusahaan Pialang Asuransi t idak dapat
memenuhi
kewaj iban pembayaran klaim sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 22 ayat (3) dalam j angka wakt u 1 (sat u)
bulan set elah dit et apkannya sanksi pembat asan kegiat an usaha
sebagaimana dimaksud dalam huruf a.

(3)

Dalam hal t erdapat Perusahaan Pialang Asuransi yang diwaj ibkan
membayar klaim sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (3)
unt uk kedua kalinya, maka pelanggaran yang dilakukan oleh
Perusahaan Pialang Asuransi yang bersangkut an dianggap sebagai
kelanj ut an dari pelanggaran sebelumnya dan pengenaan sanksi
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dengan
mengikut i kelanj ut an t ahapan pelaksanaan pengenaan sanksi
yang pernah dilakukan t anpa harus mengulangi dari t ahap
pemberian peringat an.
BAB IX
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 44

(1)

Bagi Perusahaan Perasuransian yang t elah mendapat izin usaha
pada saat Perat uran Pemerint ah ini dit et apkan, izin usahanya
dinyat akan t elap berlaku, dan diwaj ibkan menyesuaikan diri
dengan kct ent uan. ket ent uan dalam Perat uran Pemerint ah ini
sert a perat uran pelaksanaannya.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

19

-

(2)

Perusahaan Pialang Asuransi yang t elah mendapat izin usaha
pada saat Perat uran Pcmerint ah ini dit et apkan, waj ib
memperbarui izin usahanya sebagai Perusahaan Pialang Asuransi
at au Perusahaan Pialang Reasuransi.

(3)

Penyesuaian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2)
dit et apkan oleh Ment eri.
Pasal 45

Perat uran pelaksanaan Kcput usan Presiden Nomor 40 Tahun 1988
t ent ang Usaha Di Bidang Asuransi Kerugian sert a ket ent uan lainnya
masih berlaku sampai dengan diberlakukannya perat uran perundang.
undangan yang menggant ikannya berdasarkan Perat uran Pemerint ah
ini.

BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 46
Dengan dit et apkannya Perat uran Pemerint ah ini, Keput usan Presiden
Nomor 40 Tahun 1988 t ent ang Usaha Di Bidang Asuransi Kerugian
dinyat akan t idak berlaku lagi.
Pasal 47
Perat uran Pemerint ah ini mulai berlaku sej ak t anggal diundangkan.
Agar set iap orang menget ahuinya, memerint ahkan pengundangan
Perat uran Pemerint ah ini dengan penempat annya dalam Lembaran
Negara Republik Indonesia.
Dit et apkan di Jakart a
pada t anggal 30 Okt ober 1992
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
ttd
SOEHARTO

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

20

Diundangkan di Jakart a
pada t anggal 30 Okt ober 1992
MENTERI/ SEKRETARIS NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
ttd
MOERDIONO

-

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

21

-

PENJELASAN
ATAS
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 73 TAHUN 1992
TENTANG
PENYELEGGARAAN USAHA PERASURANSIAN

UMUM
Dalam rangka meningkat kan pelaksanaan Pembangunan Nasional at as
dasar kekuat an sendiri, diperlukan upaya menat a lembaga-lembaga
keuangan agar mampu melaksanakan f ungsinya menyediakan j asa
keuangan yang dibut uhkan oleh masyarakat dan dunia usaha, sert a
dapat benar-benar memperoleh kepercayaan dari masyarakat at as
ket angguhan dan keandalannya, sehingga semakin mampu berperan
dalam mendorong pert umbuhan ekonomi, memperluas pemerat aan
pembangunan dan hasil-hasilnya t ermasuk memperluas kesempat an
berusaha dan lapangan kerj a.
Dengan t elah dit et apkannya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992
t ent ang Usaha Perasuransian, maka t elah t erdapat salah sat u
perangkat hukum bagi indust ri perasuransian yang merupakan salah
sat u unsur lembaga keuangan, yang diharapkan dapat berperan dalam
menanggulangi risiko yang dihadapi anggot a masyarakat dan sekaligus
merupakan salah sat u lembaga penghimpun dana masyarakat .
Dalam memperkuat pelaksanaan f ungsi Perusahaan Perasuransian,
perlu diberikan kesempat an yang luas kepada pihak-pihak yang ingin
berusaha di bidang perasuransian, sekaligus dengan penegasan bahwa
penyelenggaraan kegiat an usaha t ersebut dilakukan secara sehat dan
bert anggung j awab, dan t idak mengabaikan kepent ingan masyarakat
pada umumnya at au t ert anggung khususnya.
Unt uk it u, dalam melaksanakan kegiat an usahanya Perusahaan
Perasuransian perlu t et ap mempert ahankan ket aat annya pada syarat syarat penyelenggaraan usaha, t ermasuk mengenai t ingkat kesehat an
usaha, sebagaimana yang dipersyarat kan di dalam Perat uran
Pemerint ah ini.
PASAL DEMI PASAL

Pasal 1
Cukup j elas

Pasal 2
Pada

dasarnya,

set iap

obyek

asuransi

di

Indonesia

harus

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

22

-

diasuransikan pada Perusahaan Asuransi di Indonesia. Namun
demikian, apabila t idak ada sat u pun Perusahaan Asuransi yang
mampu at au bersedia melakukan penut upan asuransi at as obyek
yang bersangkut an, penut upannya dimungkinkan dilakukan oleh
Perusahaan Asuransi di luar negeri.

Pasal 3
Ayat (1)
Dalam anggaran dasar harus dinyat akan secara t egas j enis usaha
perasuransian yang akan dij alankan.
Cont oh perat uran perundang-undangan yang berlaku dalam huruf
c, adalah Undang-undang Nomor 2 t ahun 1992 t ent ang Usaha
Perasuransian besert a perat uran pelaksanaannya sert a Kit ab
Undang-undang Hukum Dagang (KUHD).
Ayat (2)
Cukup j elas

Pasal 4
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas

Pasal 5
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Ayat (3)
Cukup j elas
Ayat (4)
Cukup j elas

Pasal 6
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan modal diset or dalam Perat uran
Pemerint ah ini adalah modal diset or perseroan t erbat as, at au
simpanan pokok dan simpanan waj ib koperasi, at au dana awal

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

23

-

usaha bersama.
Ket ent uan permodalan t idak dikenakan pada Perusahaan Agen
Asuransi, Perusahaan Penilai Kerugian Asuransi, dan Perusahaan
Konsult an
Akt uaria
karena
dalam
kegiat an
perusahaan-perusahaan dimaksud yang lebih dominan adalah
unsur prof esionalisme. Dengan demikian, unsur permodalan
diharapkan dapat dipenuhi sendiri sesuai dengan kebut uhan
perusahaan yang bersangkut an dalam menj alankan kegiat an
usahanya t anpa perlu adanya pengat uran.
Ayat (2)
Cukup j elas
Ayat (3)
Cukup j elas
Ayat (4)
Apabila t erj adi perubahan pemegang saham, maka pemegang
saham baru waj ib t unduk dan mengikat kan diri pada perj anj ian
kerj asama yang t elah dibuat oleh para pemegang saham pendiri,
yang ant ara lain memuat t ent ang peningkat an kepemilikan saham
pihak Indonesia.
Peningkat an kepemilikan saham pihak Indonesia t ersebut dapat
dit empuh ant ara lain melalui penj ualan saham dari pihak asing
kepada pihak Indonesia, peningkat an penyert aan modal pihak
Indonesia, dan at au penj ualan saham melalui bursa ef ek di
Indonesia.

Pasal 7
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Ayat (3)
Bunga at au hasil deposit o yang dit empat kan at as nama Ment eri
unt uk kepent ingan perusahaan adalah menj adi hak perusahaan
yang bersangkut an.
Ayat (4)
Cukup j elas
Ayat (5)
Cukup j elas

Pasal 8

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

24

-

Ayat (1)
Pengembangan sumber daya manusia yang dimaksudkan dalam
Ayat (1) huruf a t ermasuk pula peningkat an penget ahuan dan
ket erampilan bagi para Agen Asuransi yang melakukan kegiat an
pemasaran unt uk dan at as nama Perusahaan Asuransi yang
diageni.
Ayat (2)
Cukup j elas
Ayat (3)
Cukup j elas
Ayat (4)
Cukup j elas

Pasal 9
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Ayat (3)
Cukup j elas
Ayat (4)
Sebelum berakhirnya j angka wakt u 1 (sat u) t ahun, Perusahaan
Perasuransian dapat mempersiapkan diri dan mengaj ukan izin
usaha.
Ayat (5)
Yang dimaksud dengan ret rosesi dalam huruf
pert anggungan ulang at as penut upan reasuransi.
Ayat (6)
Cukup j elas

Pasal 10
Cukup j elas

Pasal 11
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)

h

adalah

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

25

-

Cukup j elas
Ayat (3)
Cukup j elas

Pasal 12
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan premi brut o dalam ayat ini adalah premi
penut upan langsung dit ambah premi penut upan t idak langsung,
set elah masing-masing dikurangi komisi. Sedangkan premi net o
adalah premi brut o dikurangi premi reasuransi dibayar, set elah
premi reasuransi dibayar t ersebut dikurangi komisinya.
Cont oh perhit ungan :
Seandainya perusahaan menerima premi penut upan langsung Rp.
1. 000, - dengan komisi dibayar 20%. Dari penut upan langsung
t ersebut direasuransikan 50%-nya. Unt uk it u perusahaan
menerima komisi reasuransi sebesar 25% dari premi reasuransi
yang dibayarnya. Di samping it u perusahaan menerima pula
premi penut upan t idak langsung Rp. 300, -. dengan komisi
reasuransi dibayar sebesar 25% pula. Maka premi brut o dan premi
net o sebagaimana dimaksud dalam ayat ini adalah sebagai
berikut :

PENUTUPAN LANGSUNG :
a. Premi dit erima

=

Rp. 1. 000, -

=

Rp.

b. Komisi keperant araan
Dibayar (20% x a)

200, -

PENURUPAN REASURANSI :
c. Premi reasuransi dibayar
(50% x a)

=

Rp. 500, -

d. Komisi reasuransi dit erima
(25% x c)

=

Rp.

125, -

=

Rp.

300, -

f . Komisi dibayar (25% x e) =

Rp.

75, -

PENUTUPAN TIDAK LANGSUNG :
e. Premi dit erima

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

PREMI

! Premi

26

Komisi

!

BRUTO = ! penut upan - penut upan
! langsung

langsung

-

! Premi penu -

Komisi penu-!

! + ! t upan t idak - t upan t idak !
!

! langsung

langsung

=

[ a - b] + [ e – f ]

=

[ Rp 1. 000, - - Rp 200, -] + [ Rp 300, - Rp 75, -]

=

Rp 1. 025, -

! Premi
PREMI NETO = PREMI BRUTO - ! Reasuransi ! dibayar

=

Rp 1. 025; 48, - - [ Rp 5OO- - Rp 125, -]

=

Rp 650, -

!

Komisi

!

Reasuransi

!

dit erima

!

Ayat (3)
Cukup j elas
Ayat (4)
Cukup j elas

Pasal 13
Ayat (1)
Dana yang diinvest asikan oleh Perusahaan Asuransi at au
Perusahaan Reasuransi sebagian besar berasal dari masyarakat
dan berkait an dengan kewaj iban perusahaan yang bersangkut an
kepada para t ert anggung. Oleh sebab it u, pengelolaan invest asi
harus dilaksanakan dengan mempert imbangkan aspek yuridis,
t ingkat risiko, t ingkat keunt ungan, dan t ingkat likuidit as yang
sesuai dengan kewaj iban yang harus dipenuhi. Unt uk it u, Ment eri
menet apkan j enis-j enis invest asi yang dapat dilakukan, misalnya
deposit o, sert a saham dan obligasi yang diperj ual belikan di
bursa ef ek di Indonesia.
Ayat (2)
Cukup j elas

Pasal 14
Ayat (1)

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

27

-

Cadangan t eknis menggambarkan kewaj iban Perusahaan Asuransi
at au Perusahaan Reasuransi, yang t imbul dalam rangka t ransaksi
asuransi. Dengan ket ent uan Pasal ini. Perusahaan Asuransi
Kerugian harus membent uk cadangan t eknis, yait u:
- cadangan at as premi yang belum merupakan pendapat an
(unearned premium reserve), yait u bagian premi dari
pert anggungan yang masih berj alan,
- cadangan klaim.
Perusahaan Asuransi Jiwa, dengan mempert imbangkan j enis
program asuransi yang dipasarkan, harus membent uk cadangan
t eknis, yait u:
- cadangan premi,
- cadangan premi anuit as,
- cadangan at as premi yang belum merupakan pendapat an,
- cadangan klaim.
Perusahaan Reasuransi, dengan mempert imbangkan j enis
asuransi yang dit ut up reasuransinya, harus membent uk cadangan
t eknis, yait u:
- cadangan at as premi yang belum merupakan pendapat an,
- cadangan premi,
- cadangan klaim.
Ayat (2)
Cukup j elas

Pasal 15
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat . (2)
Cukup j elas
Ayat (3)
Cukup j elas
Ayat (4)
Cukup j elas
Ayat (5)
Cukup j elas

Pasal 16

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

28

-

Ayat (1)
Ket ent uan dalam ayat ini melarang perj anj ian reasuransi yang
memungkinkan pihak penanggung ulang memperoleh penerimaan
yang sudah dipast ikan t idak kurang dari j umlah t ert ent u, t erlepas
dari besarnya klaim yang dicakup dalam perj anj ian reasuransi
dimaksud.
Ayat (2)
Cukup j elas

Pasal 17
Yang dimaksud dengan pemasaran program asuransi adalah set iap
kegiat an yang secara langsung at au t idak langsung dilakukan unt uk
menarik calon t ert anggung, t ermasuk kegiat an promosi, iklan,
brosur, dan prospekt us.

Pasal 18
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Ayat (3)
Cukup j elas

Pasal 19
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Ayat (3)
Cukup j elas

Pasal 20
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

29

-

Ayat (3)
Cukup j elas
Ayat (4)
Cukup j elas

Pasal 21
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas

Pasal 22
Ayat (1)
Termasuk dalam pembayaran premi asuransi langsung dari
t ert anggung kepada Perusahaan Asuransi adalah set iap
pembayaran baik dilakukan langsung kepada Perusahaan Asuransi
maupun pembayaran melalui badan perant ara yang dit unj uk oleh
Perusahaan Asuransi, misalnya Agen Asuransi, bank, dan
sebagainya.
Ayat (2)
Cukup j elas
Ayat (3)
Cukup j elas

Pasal 23
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas

Ayat (3)
Cukup j elas

Pasal 24
Ayat (1)
Cukup j elas

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

Ayat (2)
Cukup j elas
Ayat (3)
Cukup j elas
Ayat (4)
Cukup j elas

Pasal 25
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas

Pasal 26
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Ayat (3)
Cukup j elas

Pasal 27
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Ayat (3)
Cukup j elas
Ayat (4)
Cukup j elas

Pasal 28
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)

30

-

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

Cukup j elas
Ayat (3)
Cukup j elas
Ayat (4)
Cukup j elas

Pasal 29
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Ayat (3)
Cukup j elas
Ayat (4)
Cukup j elas
Ayat (5)
Cukup j elas
Ayat (6)
Cukup j elas

Pasal 30
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas

Pasal 31
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Ayat (3)
Cukup j elas

31

-

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

32

-

Pasal 32
Ayat (1)
Dalam ket ent uan ini dikandung pengert ian bahwa Program
Asuransi Sosial t ersebut didasarkan pada undang-undang
t ersendiri dan penyelenggaraannya bersif at waj ib.
Ayat (2)
Cukup j elas

Pasal 33
Cukup j elas

Pasal 34
Cukup j elas

Pasal 35
Ayat (1)
cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas

Pasal 36
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Ayat (3)
Cukup j elas
Ayat (4)
Cukup j elas

Pasal 37
Sanksi pembat asan kegiat an usaha dapat dilakukan ant ara lain
dalam bent uk :
a.

Larangan melakukan penut upan pert anggungan baru bagi
Perusahaan Asuransi;

b.

Larangan melakukan penut upan pert anggungan ulang yang

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

33

-

baru bagi Perusahaan Reasuransi;
c.

Larangan melakukan j asa keperant araan bagi Perusahaan
Pialang Asuransi dan Perusahaan Pialang Reasuransi;

d.

Larangan melakukan j asa konsult asi akt uaria bagi Perusahaan
Konsult an Akt uaria;

e.

Larangan melakukan j asa penilaian kerugian bagi Perusahaan
Penilai Kerugian Asuransi;

f.

Larangan melakukan j asa pemasaran bagi Agen Asuransi.

Pasal 38
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas

Pasal 39
Ayat (1)
Dalam hal laporan disampaikan melalui usaha j asa pengiriman,
bat as wakt u 2 (dua) hari kerj a dihit ung sej ak t anggal pembayaran
denda sampai dengan t anggal pengiriman melalui usaha j asa
pengiriman.
Unt uk pemenuhan pengumuman neraca dan laporan laba rugi
pada surat kabar harian, bat as wakt u 2 (dua) hari kerj a dihit ung
sej ak t anggal dit erimanya permint aan pemuat an pengumuman
neraca dan laporan laba rugi dimaksud pada surat kabar harian.
Ayat (2)
Cukup j elas

Pasal 40
Cukup j elas

Pasal 41
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Ayat (3)

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

Cukup j elas

Pasal 42
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Ayat (3)
Cukup j elas
Ayat (4)
Cukup j elas

Pasal 43
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Ayat (3)
Cukup j elas

Pasal 44
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Ayat (3)
Cukup j elas

Pasal 45
Cukup j elas

Pasal 46
Cukup j elas

Pasal 47

34

-

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

Cukup j elas

35

-