Efek penambahan 2,4- Diclorophenoxyacetic Acid (2,4-D) terhadap perubahan genetik organogenesis dari kultur suspensi kelapa sawit berdasarkan marka Simple Sequence Repeats (SSR)

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu tanaman yang
telah lama dibudidayakan sebagai tanaman perkebunan yang berasal dari Afrika
dan Amerika. Indonesia adalah salah satu negara Asia Tenggara yang menjadikan
tanaman kelapa sawit sebagai tanaman komersil. Kelapa sawit berperan penting
dalam memberikan kontribusi yang cukup signifikan dalam meningkatkan
pendapatan negara dan menggerakkan pembangunan (BAPENAS, 2010). Pada
tahun 2010, Indonesia menempati posisi pertama dalam produksi minyak kelapa
sawit dengan meningkatnya lahan areal perkebunan hingga 7,8 juta hektar.
Perbanyakan kelapa sawit melalui kultur jaringan merupakan salah satu
pendekatan yang sangat potensial untuk memenuhi permintaan bibit unggul.
Kultur jaringan kelapa sawit dapat dilakukan melalui organogenesis dan
embriogenesis. Organogenesis adalah proses perkembangan pucuk atau akar
adventif dari dalam sel-sel kalus. Proses organogenesis dapat

terjadi secara


langsung yaitu dengan inisiasi eksplan dan secara tidak langsung melalui inisiasi
kalus yang terbentuk saat embriogenesis. Produksi embriogenesis yang
membentuk sel globular akan berkembang menjadi pirmodium pucuk atau akar
dan akan membentuk planlet (Purnamaningsih, 2002).
Menurut Zulkarnain (2009), kultur suspensi merupakan agrerat sel dalam
medium cair dengan pemberian aerasi yang diinisiasi dari kalus yang remah.
Pertumbuhan dalam kultur suspensi sel di media cair lebih cepat tumbuh dan lebih
mudah di kontrol dengan pergantian maupun penambahan media daripada kultur
kalus yang ditanam di media padat (Hutami, 2009).
Klon kelapa sawit yang dihasilkan dari teknik kultur jaringan pada
umumnya terjadi perubahan 10-40% ke arah abnormalitas pada organ reproduktif
yaitu bunga dan buah yang dapat menurunkan produksi minyak kelapa sawit.
Proses abnormalitas ini terjadi konversi satu atau lebih primordial anter menjadi

Universitas Sumatera Utara

2

karpel tambahan yang lunak dan berkembang menjadi buah mantel (Corley et al.,

1986).
Kultur sel dapat menginduksi variasi secara genetik maupun epigenetik
sehingga mengakibatkan variasi somaklonal. Keragaman genetik pada eksplan
disebabkan adanya sel yang bermutasi. Penggunaan 2,4 – dichlorophenoxyacetic
acid (2,4-D) dan pemilihan zat pengatur tumbuhan (ZPT) yang digunakan dalam

konsentrasi tinggi meningkatkan frekuensi tanaman regeneran tumbuh abnormal,
fase pemiliharaan kalus dan subfrekuensi subkultur yang berlebihan juga turut
mempengaruhi terbentuknya variasi somaklonal (Karp, 1995). Bayzura (2014)
melaporkan bahwa penggunaan 2,4-D pada konsentrasi tertentu terhadap kultur
kalus kelapa sawit dapat menyebabkan perubahan genetik kalus.
Variasi genetik dapat dideteksi dengan penanda genetik diantaranya
Simple Sequence Repeates (SSR). SSR merupakan penanda molekuler yang

umum digunakan untuk penanda genetik karena sifatnya reproducible, kodomian
dan dapat mendeteksi variasi alel yang tinggi (Utami, 2007). Penanda SSR untuk
kelapa sawit merupakan penanda yang paling prospektif untuk menganalisis
populasi dan mengetahui struktur genetik kelapa sawit (Singh et al., 2008);
Zulhermana, 2009). Berdasarkan hal ini perlu dilakukan penelitian untuk
mengetahui variasi genetik organogenesis dari kultur suspensi kelapa sawit

dengan penanda Simple Sequence Repeates (SSR).

1.2. Permasalahan
Perbanyakan benih kelapa sawit dengan teknik kultur jaringan saat ini
mulai banyak diaplikasikan. Namun, klon yang dihasilkan memiliki abnormalitas
yang dapat menurunkan produksi minyak kelapa sawit yang diakibatkan adanya
perubahan genetik. Oleh karena itu dibutuhkan pengetahuan mengenai efek
penambahan 2,4-D yang berpengaruh terhadap perubahan genetik pada kultur
kelapa sawit. Di dalam penelitian ini dilakukan pengkulturan sawit pada beberapa
tingkat konsentrasi ZPT (2,4-D) yang berbeda.

Universitas Sumatera Utara

3

1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh beberapa konsentrasi
2,4-D terhadap perubahan genetik organogenesis kelapa sawit.

1.4. Hipotesis Penelitian

Konsentrasi 2,4-D yang dilakukan dalam perbanyakan tanaman kelapa
sawit mampu menimbulkan perubahan genetik pada klon tanaman sawit yang
dihasilkan.

1.5. Manfaat Penelitian
Memberikan informasi hubungan genetik kelapa sawit bagi pihak-pihak
yang membutuhkan untuk menghasilkan benih kelapa sawit sebagai perbaikan
tanaman yang memungkinkan untuk memperoleh sifat-sifat yang menguntungkan.

Universitas Sumatera Utara