Hubungan Asupan Nutrisi Terhadap Kejadian Obesitas dan Non-Obesitas pada Mahasiswa FK USU Tahun 2016

4

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Nutrisi
2.1.1 Definisi nutrisi
Nutrisi dapat didefinisikan sebagai jumlah keseluruhan proses yang
terlibat dengan asupan dan penggunaan bahan-bahan makanan. Nutrisi yang
cukup dibutuhkan untuk pertumbuhan, perbaikan, dan perawatan aktivitasaktivitas dalam tubuh. Beberapa fungsi (atau tahapan) terlibat dalam proses
perolehan makanan: (i) proses menelan, (ii) pencernaan, (iii) absorpsi, (iv)
asimilasi, dan (v) ekskresi.10
Setiap individu memiliki kebutuhan zat gizi yang berbeda-beda,
tergantung dari umur, jenis kelamin, beratbadan, dan tinggi badan. Karena itu
maka diciptakan suatu ukuran minimal yang dibutuhkan untuk setiap individu,
yaitu Angka Kecukupan Gizi (AKG). Nilai AKG ini berfungsi agar tubuh dapat
mempertahankan fungsi normalnya pada suatu keadaan tertentu (Sedia oetama,
2006). Menurut Supariasa, Bakri, dan Fajar (2002) klasifikasi tingkat konsumsi
asupan energi berdasarkan AKG dibagi menjadi 5 yaitu defisit (110% AKG). Tabel 2.1. menunjukkan AKG untuk orang Indonesia. 11

Tabel 2.1. Angka Kecukupan Energi, Protein, Lemak, Karbohidrat, dan Air

yang Dianjurkan untuk Orang Indonesia
Kelompok Umur
0-6 bulan
7-11 bulan
1-3 tahun
4-6 tahun
7-9 tahun
10-12 tahun
13-15 tahun
16-18 tahun
19-29 tahun

Energi (kkal)
550
725
1125
1600
1850
2100
2475

2675
2725

Protein (g)
12
18
26
35
49
56
72
66
62

Lemak (g)
34
36
44
62
72

70
83
89
91

Karbohidrat (g)
58
82
155
220
254
289
340
368
375

Air (mL)
800
1200
1500

1900
1800
2000
2200
2500
2600

Universitas Sumatera Utara

5

2.1.2 Energi
Kebutuhan energi (atau kalori) dapat dipenuhi melalui asupan karbohidrat,
lemak, dan atau protein dalam makanan. Kebutuhan energi seseorang sehari
ditaksir dari kebutuhan energi untuk komponen – komponen sebagai berikut:
1. Angka Metabolisme Basal/AMB (kebutuhan sedang istirahat)
2. Aktivitas fisik
3. Pengaruh dinamik khusus makanan /SDA12.
Kebutuhan energi dapat dihitung berdasarkan kalori per berat badan atau
dengan menggunakan persamaan Harris-Benedict10:


Perempuan:
AMB = 655 + 9.6[BB(kg)] + 1.8[TB(cm)] – 4.7(Umur)
Laki‐laki:
AMB = 66 + 13.7[BB(kg)] + 5[TB(cm)] – 6.8(Umur)
Perempuan
Usia > 60 tahun: BEE = 9.2[BB(kg)] + 637[TB(m)] – 302
Laki‐laki
Usia > 60 tahun: BEE = 8.8 [BB(kg)] + 1,128[TB(m)] – 1,071
AMB: Angka Metabolisme Basal;
TB : Tinggi Badan;
BB : Berat Badan.
Metode yang paling sederhana – dan mungkin paling umum – dalam
menentukan kebutuhan energi adalah berdasarkan pada angka standard kalori
yang dibutuhkan per kilogram berat badan. Metode ini menggunakan berat badan

Universitas Sumatera Utara

6


tanpa lemak dan tidak memperhitungkan perbedaan-perbedaan metabolisme
energi terkait usia dan jenis kelamin pada orang dewasa10.
Persamaan Harris-Benedict memperkirakan penggunaan energi yang
tersisa/restingenergy expenditure (REE), yang kemudian harus dimodifikasi
berdasarkan pada faktor “stress” atau “aktivitas”. Faktor-faktor stress mencakup
kondisi-kondisi seperti operasi minor, retak pada tulang (fraktura), trauma, sepsis,
dan luka bakar parah. Faktor-faktor aktivitas melibatkan apakah individu sedang
atau tidak dalam kondisi istirahat ranjang. Dengan adanya faktor stress, kebutuhan
energi sebagaimana dihitung berdasarkan persamaan Harris-Benedict meningkat
sedikitnya 30% (misalnya pada operasi minor dan fraktura) atau sampai dengan
80 hingga 130% (misalnya pada luka bakar parah). Indvidu yang tidak istirahat
ranjang memiliki kebutuhan energi 30% lebih besar dari yang dihitung
berdasarkan persamaan Harris-Benedict10.
Asupan kalori atau energi yang melebihi energi yang digunakan disimpan
dalam cadangan tubuh. Karbohidrat utamanya disimpan sebagai glikogen hati dan
otot. Lemak, yang disimpan sebagai trigliserida dalam jaringan adiposa, meliputi
cadangan tenaga tubuh terbesar10.

2.2 Obesitas
2.2.1 Definisi obesitas

Obesitas adalah suatu penyakit multifaktorial, yang terjadiakibat
akumulasi jaringan lemak berlebihan, sehingga dapatmengganggu kesehatan.
Obesitas terjadi jika besar dan jumlah sellemak bertambah pada tubuh seseorang.
Ukuran sel lemak akan bertambah besar dankemudian jumlahnya bertambah
banyak

jika

seseorang

bertambahberat

badannya,.

Obesitas

merupakan

suatukelainan kompleks pengaturan nafsu makan dan metabolisme energiyang
dikendalikan oleh beberapa faktor biologik spesifik. Faktorgenetik diketahui

sangat berpengaruh bagi perkembangan penyakitini. Secara fisiologis, obesitas
didefinisikan sebagai suatu keadaandengan akumulasi lemak yang tidak normal
atau berlebihan dijaringan adiposa sehingga dapat mengganggu kesehatan.
Keadaanobesitas

ini,

terutama

obesitas

sentral,

meningkatkan

risiko

Universitas Sumatera Utara

7


penyakitkardiovaskular karena keterkaitannya dengan sindrom metabolikatau
sindrom resistensi insulin yang terdiri dari resistensiinsulin/hiperinsulinemia,
hiperuresemia, gangguan fibrinolisis,hiperfibrinogenemia dan hipertensi 13.
Obesitas terjadi sebagai akibat masukan energi yang melebihi pengeluaran
energi. Berat badan akan bertambah jika energi dalam jumlah besar (dalam bentuk
makanan) yang masuk ke dalam tubuh melebihi jumlah yang dikeluarkan dan
sebagian besar kelebihan energi tersebut akan di simpan sebagai lemak. Oleh
sebab itu, kelebihan adipositas (obesitas) disebabkan masukan energi yang
melebihi pengeluaran energi. Untuk setiap kelebihan energi sebanyak 9,3 kalori
yang masuk ke tubuh, kira-kira 1 gram lemak akan disimpan. Lemak disimpan
terutama di adiposit pada jaringan subkutan dan rongga intraperitoneal, walaupun
hati dan jaringan tubuh lainnya seringkali menimbun cukup lemak pada orang
obesitas. Perkembangan obesitas pada orang dewasa juga terjadi akibat
penambahan jumlah adiposit dan peningkatan ukurannya. Seseorang dengan
obesitas yang ekstrem dapat memiliki adiposity sebanyak empat kali normal dan
setiap adiposit memiliki lipid dua kali lebih banyak dari orang yang kurus 14.

2.2.2 Etiologi obesitas
Penyebab obesitas sangatlah kompleks. Meskipun gen berperan penting

dalam menentukan asupan makanan dan metabolisme energi, gaya hidup dan
faktor lingkungan dapat berperan dominan pada banyak orang dengan obesitas.
Diduga bahwa sebagian besar obesitas disebabkan oleh karena interaksi antara
faktor genetik dan faktor lingkungan, antara lain aktivitas, gaya hidup, sosial
ekonomi dan nutrisional14.

a. Genetik
Obesitas sering dijumpai dalam keluarga, dan pewarisan berat badan
serupa dengan tinggi badan. Namun, pewarisan biasanya bukan bersifat
mendelian dan peran gen dan faktor lingkungan sulit dibedakan. Orang yang
diadopsi lebih mirip dengan orang tua biologik daripada orang tua angkat mereka
dalam kaitannya dengan obesitas, yang memberi dukungan kuat atas pengaruh

Universitas Sumatera Utara

8

genetik. Demikian juga, kembar identik memiliki IMT yang sangat mirip tanpa
bergantung apakah mereka dibesarkan bersama atau terpisah, dan IMT mereka
jauh lebih berkorelasi dibandingkan pada kembar dizigot. Berbagai efek genetik

tersebut tampaknya berkaitan dengan asupan dan pengeluaran energi 1.
Peran genetik yang pasti untuk menimbulkan obesitas masih sulit
ditentukan, karena anggota keluarga umumnya memiliki kebiasaan makan dan
pola aktivitas fisik yang sama. Akan tetapi, bukti terkini menunjukkan bahwa 2025% kasus obesitas dapat disebabkan faktor genetik. Gen dapat berperan dalam
obesitas dengan menyebabkan kelainan satu atau lebih jaras yang mengatur pusat
makan dan pengeluaran energi serta penyimpanan lemak. Penyebab monogenik
(gen tunggal) dari obesitas adalah mutasi MCR-4, yaitu penyebab monogenik
tersering untuk obesitas yang ditemukan sejauh ini, defisiensi leptin kongenital,
yang diakibatkan mutasi gen, yang sangat jarang dijumpai dan mutasi reseptor
leptin, yang juga jarang ditemui. Semua bentuk penyebab monogenik tersebut
hanya terjadi pada sejumlah kecil persentase dari seluruh kasus obesitas. Banyak
variasi

gen

sepertinya

berinterakasi

dengan

faktor

lingkungan

untuk

mempengaruhi jumlah dan distribusi lemak 14.

b. Aktivitas fisik
Gaya hidup tidak aktif dapat dikatakan sebagai penyebab utama obesitas.
Hal ini didasari oleh aktivitas fisik dan latihan fisikyang teratur dapat
meningkatkan massa otot dan mengurangi massa lemak tubuh, sedangkan
aktivitas fisik yang tidak adekuat dapat menyebabkan pengurangan massa otot dan
peningkatan adipositas. Oleh karena itu pada orang obesitas, peningkatan aktivitas
fisik dipercaya dapat meningkatkan pengeluaran energi melebihi asupan makanan,
yang berimbas penurunan berat badan 14.
Tingkat pengeluaran energi tubuh sangat peka terhadap pengendalian berat
tubuh. Pengeluaran energi tergantung dari dua faktor: 1) tingkat aktivitas dan
olahraga secara umum; 2) angka metabolisme basal atau tingkat energi yang
dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi minimal tubuh. Dari kedua faktor
tersebut metabolisme basal memiliki tanggung jawab duapertiga dari pengeluaran

Universitas Sumatera Utara

9

energi orang normal. Meski aktivitas fisik hanya mempengaruhi sepertiga
pengeluaran energi seseorang dengan berat normal, tapi bagi orang yang memiliki
kelebihan berat badan aktivitas fisik memiliki peran yang sangat penting. Pada
saat berolahraga kalori terbakar, makin banyak berolahraga maka semakin banyak
kalori yang hilang. Kalori secara tidak langsung mempengaruhi sistem
metabolisme basal. Orang yang duduk bekerja seharian akan mengalami
penurunan metabolisme basal tubuhnya. Kekurangan aktifitas gerak akan
menyebabkan suatu siklus yang hebat, obesitas membuat kegiatan olahraga
menjadi sangat sulit dan kurang dapat dinikmati dan kurangnya olahraga secara
tidak langsung akan mempengaruhi turunnya metabolisme basal tubuh orang
tersebut. Jadi olahraga sangat penting dalam penurunan berat badan tidak saja
karena dapat membakar kalori, melainkan juga karena dapat membantu mengatur
berfungsinya metabolisme normal14.

c. Perilaku makan
Faktor lain penyebab obesitas adalah perilaku makan yang tidak baik.
Perilaku makan yang tidak baik disebabkan oleh beberapa sebab, diantaranya
adalah karena lingkungan dan sosial. Hal ini terbukti dengan meningkatnya
prevalensi obesitas di negara maju. Sebab lain yang menyebabkan perilaku makan
tidak baik adalah psikologis, dimana perilaku makan agaknya dijadikan sebagai
sarana penyaluran stress. Perilaku makan yang tidak baik pada masa kanak-kanak
sehingga terjadi kelebihan nutrisi juga memiliki kontribusi dalam obesitas, hal ini
didasarkan karena kecepatan pembentukan sel-sel lemak yang baru terutama
meningkat pada tahun-tahun pertama kehidupan, dan makin besar kecepatan
penyimpanan lemak, makin besar pula jumlah sel lemak. Oleh karena itu, obesitas
pada kanak-kanak cenderung mengakibatkan obesitas pada dewasanya nanti 14.

d. Neurogenik
Telah dibuktikan bahwa lesi di nukleus ventromedial hipotalamus dapat
menyebabkan seekor binatang makan secaraberlebihan dan menjadi obesitas.
Orang dengan tumor hipofisisyang menginvasi hipotalamus seringkali mengalami

Universitas Sumatera Utara

10

obesitasyang progresif. Hal ini memperlihatkan bahwa, obesitas padamanusia juga
dapat timbul akibat kerusakan pada hipotalamus.Dua bagian hipotalamus yang
mempengaruhi

penyerapan

makanyaitu

hipotalamus

menggerakkan nafsumakan (awal atau pusat

lateral

makan)

dan

(HL)

yang

hipotalamus

ventromedial (HVM) yang bertugas meintangi nafsu makan (pemberhentianatau
pusat kenyang). Dan hasil penelitian didapatkan bahwa bilaHL rusak/hancur maka
individu menolak untuk makan atauminum, dan akan mati kecuali bila dipaksa
diberi makan danminum (diberi infus). Sedangkan bila kerusakan terjadi
padabagian HVM, maka seseorang akan menjadi rakus dankegemukan.
Dibuktikan bahwa lesi pada hipotalamus bagianventromedial dapat menyebabkan
seekor binatang makan secaraberlebihan dan obesitas, serta terjadi perubahan
yang

nyata

padaneurotransmiter

di

hipotalamus

berupa

peningkatan

oreksigenikseperti NPY dan penurunan pembentukan zat anoreksigenikseperti
leptin dan α-MSH pada hewan obesitas yang dibatasimakannya 14.
e. Sindrom spesifik lain yang berkaitan dengan obesitas
Faktor terakhir penyebab obesitas adalah karena dampak/sindroma dari
penyakit lain. Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan obesitas adalah
sindrom cuhsing, hipotiroidisme, insulinoma, kraniofaringioma dan penyakit lain
yang mengenai hipotalamus. Beberapa anggapan menyatakan bahwa berat badan
seseorang diregulasi baik oleh endokrin dan komponen neural. Berdasarkan
anggapan itu maka sedikit saja kekacauan pada regulasi ini akan mempunyai efek
pada berat badan1.

2.2.3 Klasifikasi obesitas
IMT Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan petunjuk dasar untuk
memantaustatus gizi, baik yang kekurangan berat badan maupun yang kelebihan
beratbadan. Untuk pengukurannya sendiri digunakan indeks Quetelet, yaitu berat
badan dalam kilogram (kg) dibagi tinggi dalam meter kuadrat (m2). Karena IMT
menggunakan ukuran tinggi badan, maka pengukurannya harus dilakukan dengan
teliti. Hubungan antara lemak tubuh dan IMT ditentukan oleh bentuk tubuh dan

Universitas Sumatera Utara

11

proporsi tubuh, sehingga dengan demikian IMT belum tentu memberikan
kegemukan yang sama bagi semua populasi

13

.Tabel dibawah ini merupakan

klasifikasi berat badan berlebih dan obesitas pada orang dewasa ( > 20 tahun)
berdasarkan IMT menurut Kriteria Asia Pasifik 16:

Tabel 2.2 Klasifikasi Berat Badan Lebih dan ObesitasBerdasarkan IMT
Menurut Kriteria Asia Pasifik.
Klasifikasi
IMT (kg/m2)
Berat badan kurang

< 18,5

Kisaran normal

18,5 - 22,9

Berat badan lebih

≥ 23

Berisiko

23,0 – 24,9

Obesitas I

25 – 29,9

Obesitas II

≥ 30

Sumber : WHO WPR/IASO/IOTF dalam The Asia-Pasific Perspective: Redefinig
Obesity and its Treatment (2000)
IMT berdasarkan umur (2 – 20 tahun) dan jenis kelamin mengunakan IMT
menurut United State Department of Health and Human Service Tahun 2000 dan
diplotkan

dalam

grafik

Centers

for

Disease

Control

andPrevention

(CDC)20.Kategori IMT berdasarkan umur dan jenis kelamin menurut United State
Department of Health and Human Service Tahun 2000, adalah :

Tabel 2.3 Kategori IMT menurut Umur dan Jenis Kelamin
Kategori Status Gizi
IMT
Gizi Kurang
< 5 percentile
Gizi Normal
5 – 84 percentile
Gizi Lebih
85 – 94 percentile
Obesitas
≥ 95 percentile
Sumber : United State Department of Health and Human Service Tahun 2000.

Universitas Sumatera Utara

12

Gambar 2.1 Kurva IMT CDC untuk laki-laki

Universitas Sumatera Utara

13

Gambar 2.2 Kurva IMT CDC untuk perempuan

Universitas Sumatera Utara

14

Indeks massa tubuh (IMT) adalah ukuran yang menyatakan komposisi
tubuh, perimbangan antara berat badan dengan tinggi badan. IMT digunakan
untuk mengukur kegemukan, sebagai dampak dari perubahan pola hidup,
kebiasaan mengkonsumsi makanan siap saji yang tinggi lemak dan protein, serta
rendah karbohidrat. IMT tidak dapat membedakan otot dengan lemak, selain itu
pula tidak memberikan distribusi lemak di dalam tubuh yang merupakan factor
penentu utama risiko gangguan metabolisme yang dikaitkan dengan kelebihan
berat badan. Pola penyebaran lemak tubuh tersebut dapat ditentukan oleh rasio
lingkar pinggang dan pinggul atau mengukur lingkar pinggang. Pinggang diukur
pada titik yang tersempit, sedangkan pinggul diukur pada titik yang terlebar, lalu
ukuran pinggang dibagi dengan ukuran pinggul 17.

2.2.4 Jenis obesitas
Jaringan adiposa tidak terisolasi pada area tertentu di tubuh, melainkan
tersebar menyeluruh. Pada wanita 18% berat badan adalah lemak sedangkan pada
pria 16% berat badan adalah lemak. Pada tubuh manusia, lemak didistribusikan
menjadi 2 kategori yaitu disimpan pada area panggul dan kaki (“pear-shaped” –
obesitas perifer) atau disimpan terpusat disekitar abdomen (“apple-shaped” –
obesitas sentral18.
Rasio Lingkar Perut (LPe) dan Lingkar Panggul (LPa) merupakan cara
sederhana untuk membedakan obesitas bagian bawah tubuh (panggul) dan bagian
atas tubuh (pinggang dan perut).Jika rasio antara lingkar pinggang dan lingkar
panggul untuk perempuan diatas 0.85 dan untuk laki-laki diatas 0.95 maka
berkaitan dengan obesitas sentral / apple-shaped obesity dan memiliki faktor
resiko stroke, DM, dan penyakit jantung koroner. Sebaliknya jika rasio lingkar
pinggang dan lingkar panggul untuk perempuan dibawah 0,85 dan untuk laki-laki
dibawah 0,95 maka disebut obesitas perifer / pear-shaped obesity18.

Universitas Sumatera Utara

15

Gambar 2.3 Obesitas Apple-shaped dan Obesitas Pear-shaped.
http://www.healthcentral.com/common/images/2/23229_598329_5.jpg

2.2.5 Teknik pengukuran Rasio Lingkar Pinggang Panggul (RLPP)
Teknik pengukuran lingkar pinggang menurut Riskesdas (2013) yaitu
sebagai berikut :
a. Responden diminta dengan cara yang santun untuk membuka pakaian
bagian atas atau menyingkapkan pakaian bagian atas dan raba tulang rusuk
terakhir responden untuk menetapkan titik pengukuran.
b. Tetapkan titik batas tepi tulang rusuk paling bawah.
c. Tetapkan titik ujung lengkung tulang pangkal paha/panggul.
d. Tetapkan titik tengah di antara diantara titik tulang rusuk terakhir titik
ujung lengkung tulang pangkal paha/panggul dan tandai titik tengah
tersebut dengan alat tulis. Minta responden untuk berdiri tegak dan
bernafas dengan normal (ekspirasi normal).
e. Lakukan pengukuran lingkar perut dimulai/diambil dari titik tengah
kemudian secara sejajar horizontal melingkari pinggang dan perut kembali
menuju titik tengah diawal pengukuran.

Universitas Sumatera Utara

16

f. Apabila responden mempunyai perut yang gendut kebawah, pengukuran
mengambil bagian yang paling buncit lalu berakhir pada titik tengah
tersebut lagi.
g. Pita pengukur tidak boleh melipat dan ukur lingkar pinggang mendekati
angka 0,1 cm6.
Teknik pengukuran lingkar panggul menurut Riskesdas (2013) yaitu sebagai
berikut :
a. Responden diminta berdiri tegap dengan kedua kaki dan berat merata pada
setiap kaki.
b. Palpasi dan tetapkan daerah trochanter mayor pada tulang paha.
c. Posisikan pita ukur pada lingkar maksimum dari bokong, untuk wanita
biasanya di tingkat pangkal paha, sedangkan untuk pria biasanya sekitar 2
- 4 cm bawah pusar.
d. Lingkarkan pita ukur tanpa melakukan penekanan.
e. Ukur lingkar pinggul mendekati angka 0,1cm6.

2.2.6 Komplikasi obesitas
Obesitas memiliki dampak merugikan yang besar pada kesehatan.
Obesitas berhubungan dengan meningkatnya mortalitas, hal ini karena
meningkatnya 50 sampai 100% resiko kematian dari semua penyebab
dibandingkan dengan orang yang normal berat badannya, dan terutama oleh sebab
kardiovaskular. Berikut beberapa efek patologis dari obesitas adalah resistensi
insulin dan diabetes melitus tipe 2, gangguan pada sistem reproduksi, penyakit
kardiovaskular, penyakit paru, Gallstones (batu empedu), kanker, penyakit tulang,
sendi dan kulit1.

2.3 Hubungan Asupan Nutrisi Terhadap Kejadian Obesitas
Beberapa penelitian sebelumnya menemukan bahwa asupan nutrisi
memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian obesitas di Provinsi Jawa
Barat, Jawa Tengah, dan Sulawesi Selatan19. Temuan ini sejalan dengan sejumlah
penelitian yang dilakukan di Indonesia oleh Rembulan dkk yang meneliti orang

Universitas Sumatera Utara

17

dewasa di Kota Pekan Baru21, Christina dkk yang meneliti karyawan perusahaan
migas22, Pujiati dkk yang meneliti pada polisi pria di Purworejo 23. Dengan
berbagai latar belakang yang berbeda, hasil penelitian tersebut menunjukkan
bahwa prevalensi obesitas lebih banyak dijumpai pada responden dengan asupan
energi yang berlebih.
Penelitian yang dilakukan oleh Arora dkk menunjukkan bahwa konsumsi
makanan berlemak dapat meningkatkan berat tubuh17.Garaulet dkk terhadap 85
sampel obesitas tingkat 1 dan tingkat 2 berumur 30-70 tahun menunjukkan bahwa
konsumsi

makanan

denganobesitas24.

berlemak

Asupan lemak

merupakan

faktor

yang

berhubungan

memiliki densitas energi lebih tinggi

dibandingkan zat gizi makro lain. Satu gram lemak menyumbang 9 kilokalori.
Efek stimulasi makanan berlemak pada asupan energi karena rasa enak di mulut
ketika mengonsumsi makanan berlemak. Makanan berlemak mengatur sinyal
yang mengontrol rasa kenyang dengan cara melemahkan, menunda, dan
mencegah pada waktu seseorang mengonsumsi makanan berlemak 16 .
Obesitas terjadi jika dalam suatu periode waktu, lebih banyak kilokalori
yang masuk melalui makanan daripada yang digunakan untuk menunjang
kebutuhan energi tubuh, dengan kelebihan energi tersebut disimpan sebagai
trigliserida di jaringan lemak. Pada awal pembentukan obesitas, sel sel lemak
yang sudah ada membesar. Seorang dewasa rata – rata memilki 40 milyar sampai
50 milyar adiposity. Setiap sel lemak dapat menyimpan maksimal 1,2 µg
trigliserida. Jika sel-sel lemak yang sudah ada terisi penuh, maka jika yang
bersangkutan terus mengkonsumsi lebih banyak kalori daripada yang dikeluarkan,
maka akan terbentuk lebih banyak adiposit 15.

Universitas Sumatera Utara