Analisis Pelaksanaan Sistem Rujukan Dalam Era JKN di Puskesmas Bukit Surungan Kota Padang Panjang Tahun 2016

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya

dan keluarganya merupakan hak asasi manusia dan diakui oleh segenap bangsabangsa didunia, termasuk Indonesia. Pengakuan itu tercantum dalam Deklarasi
Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi Manusia. Pasal 25 ayat
(1) Deklarasi menyatakan, setiap orang berhak atas derajat hidup yang memadai
untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan keluarganya termasuk hak atas
pangan, pakaian, perumahan dan perawatan kesehatan serta pelayanan sosial yang
diperlukan dan berhak atas jaminan pada saat menganggur, menderita sakit, cacat,
menjadi janda/duda, mencapai usia lanjut atau keadaan lainnya yang mengakibatkan
kekurangan nafkah, yang berada di luar kekuasaannya (Kemenkes RI, 2012).
Berdasarkan deklarasi tersebut, pasca Perang Dunia II beberapa negara
mengambil inisiatif untuk megembangkan jaminan sosial, antara lain jaminan
kesehatan bagi semua penduduk Universal Health Coverage (UHC). Dalam sidang ke

58 tahun 2005 di Jenewa, World Health Assembly (WHA) menggaris bawahi
perlunya pengembangan sistem pembiayaan kesehatan yang menjamin tersedianya
akses

masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dan memberikan perlindungan

kepada mereka terhadap risiko keuangan. WHA ke 58 tahun 2005 mengeluarkan
resolusi yang menyatakan, pembiayaan kesehatan yang berkelanjutan melalui UHC
1

Universitas Sumatera Utara

2

diselenggarakan melalui mekanisme asuransi kesehatan sosial. WHA juga
menyarankan kepada World Health Organization (WHO) agar mendorong negaranegara anggota untuk mengevaluasi dampak perubahan sistem pembiayaan kesehatan
terhadap pelayanan kesehatan ketika mereka bergerak menuju Universal Health
Coverage (Kemenkes RI, 2012).

Di Indonesia, falsafah dan dasar negara pancasila teruama sila ke-5 juga

mengakui hak asasi warga atas kesehatan. Hak ini juga termaktub dalam UUD 45
pasal 28H dan pasal 34, dan diatur dalam UU No. 23/1992 yang kemudian diganti
dengan UU 36/2009 tentang Kesehatan. Dalam UU 36/2009 ditegaskan bahwa setiap
orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya
dibidang kesehatan dan memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan
terjangkau. Sebaliknya, setiap orang juga mempunyai kewajiban turut serta dalam
program jaminan kesehatan sosial ( Kemenkes RI, 2014).
Untuk mewujudkan komitmen global dan konstitusi diatas, pemerintah
bertanggung jawab atas pelaksanaan jaminan kesehatan masyarakat melalui Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) bagi kesehatan perorangan. Dalam pelaksanaan sistem
JKN di Indonesia dibentuklah Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS
Kesehatan) yang bertanggungjawab memastikan berjalannya jaminan kesehatan bagi
seluruh rakyat Indonesia sebagai peserta jaminan (Departemen Kesehatan, 2011).
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan no. 28 Tahun 2014 tentang Pedoman
Program Jaminan Kesehatan Nasional pada BAB IV Pelayanan Kesehatan yaitu
setiap peserta memiliki hak mendapatkan pelayanan kesehatan tingkat pertama.

Universitas Sumatera Utara

3


Fasilitas kesehatan yang menyelenggrakan pelayanan kesehatan untuk peserta JKN
terdiri atas fasilitas kesehatan tingkat pertama (FTKP) dan fasilitas kesehatan rujukan
tingkat lanjutan (FKRTL). FKTP dimaksud adalah : (1) Puskesmas atau yang setara,
(2) Praktik Dokter, (3) Praktik dokter gigi, (4) klinik pratama atau yang setara, (5)
Rumah Sakit Kelas D Pratama atau yang setara. Dalam hal di suatu kecamatan tidak
terdapat dokter berdasarkan penetapan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
setempat, BPJS kesehatan dapat bekerja sama dengan praktik bidan dan atau praktik
perawat untuk memberikan Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama sesuai dengan
kewenangan yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan. Fasiltas
Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut (FKRTL) berupa: (1) Klinik Utama atau yang
setara (2) Rumah Sakit Umum, (3) Rumah Sakit Khusus ( Kemenkes RI, 2014)
Beberapa hal penting yang menjadi penentu kesuksesan pada program BPJS
yaitu ketersediaan sumber daya manusia. Misalnya dokter dan tenaga kesehatan
lainnya yang lengkap serta mempunyai kompetensi di bidang masing-masing,
ketersediaan alat sarana kesehatan (Permenkes Nomor 75 Tahun 2014).
Sejak 1 januari 2014, BPJS Kesehatan memiliki beragam permasalahan,
banyak aspek yang belum matang dan menjadi persoalan, masalah ini muncul pada
unsur pengaplikasiannya seperti di puskesmas pelayanan kesehatan primer,
khususnya pada aspek rujukan, dan kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

banyak masyarakat yang belum tahu teknis mendapatkan pelayanan sesuai dengan
aturan Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS). Kompas yang mengutip
laporan utama Direktur Komunikasi Hukum dan Antar Lembaga Badan

Universitas Sumatera Utara

4

Penyelenggara jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan menyampaikan tingkat rujukan ke
fasilitas kesehatan tingkat pertama secara nasional menunjukkan kenaikan. Pada
januari 2014 misalnya, angka kunjungan total secara nasional ke sarana primer
mencapai 914 ribu lebih dan yang dirujuk ke Rumah Sakit mencapai 120 ribuan atau
13%, pada februari dari 1,5 juta kunjungan, 220 ribu diantaranya dirujuk ke rumah
sakit atau sekitar 14,5%, sebenarnya semakin lama puskesmas memahami konsep
JKN, presentase rujukan makin kecil, namun secara nasional memang masih di
bawah 15% (BPJS Kesehatan Nasional, 2014).
Sistem rujukan adalah suatu ssitem penyelenggaraan kesehatan yang
melaksanakan peerlimpahan tanggung jawab yang timbal balik terhadap suatu kasus
penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal dalam arti dari unit yang b
rkemamuoan kurang keoada unit yang lebih mampu atau secara horizontal dalam

unit-unit yang setingkat kemampuannya (Kementrian Kesehatan, 2012).
Sistem rujukan pelayanan kesehatan yang sudah diatur dalam Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 001 tahun 2012 tentang Sistem Rujukan Pelayanan
Kesehatan Perorangan, dilaksanakan secara berjenjang sesuai dengan kebutuhan
medis. Pada pelayanan kesehatan tingkat pertama, peserta dapat berobat kefasilitas
kesehatan primer seperti puskesmas, klinik, atau dokter keluarga yang tercantum pada
kartu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

Kesehatan. Apabila peserta

memerlukan pelayanan lanjutan oleh dokter spesialis, maka peserta dapat dirujuk
kefasilitas kesehatan tingkat kedua atau kefasilitas kesehatan sekunder. Rujukan
hanya diberikan jika pasien membutuhkan pelayanan kesehatan spesialistik. Untuk

Universitas Sumatera Utara

5

memfasilitas kesehatan primer yang dirujuk untuk melayani peserta, tidak dapat
memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan peserta karena

keterbatasan fasilitas, pelayanan, ketenagaan.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun
2014, puskesmas sebagai pelayanan publik dalam era Jaminan Kesehatan Nasional,
diberikan wewenang kesehatan layanan primer mencakup 155 penyakit dengan alur
klinis yang sudah disusun organisasi profesi terkait. Keadaan ini memberikan makna
bahwa puskesmas sebagai Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) tingkat pertama
wajib menangani pelayanan kesehatan mencakup 155 jenis diagnosis dan tidak boleh
dirujuk ke Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) 2 atau Pemberi Pelayanan Kesehatan
(PPK) 3 kecuali kondisi gawat darurat.
Puskesmas Bukit Surungan merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis
Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
tingkat pertama dalam era BPJS terkait Jaminan Kesehatan Nasional memiliki
kewenangan melakukan pelayanan kesehatan primer mencakup 155 penyakit.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti kepada pegawai Puskesmas
Bukit Surungan di lapangan diketahui proses pelayanan di puskesmas dilakukan
dengan cara pasien datang ke puskesmas, mendaftar kepetugas puskesmas diloket
yang disediakan, setelah itu dilanjutkan pada proses pemeriksaan serta konsultasi
dengan dokter. Kemudian dilakukan diagnosa oleh dokter apakah

pasien perlu


mendapat rujukan atau tidak. Jika perlu pasien dapat dirujuk ke pelayanan lanjutan
dengan membawa surat rujukan. Selain itu, pasien juga dapat langsung meminta surat

Universitas Sumatera Utara

6

rujukan bila kunjungan rujukan ulangan (kontrol) dengan syarat surat balasan dari
rumah sakit sudah ada, begitu juga dengan pasien gawat darurat yang langsung
dirujuk.
Berdasarkan hasil survei awal di puskesmas Bukit Surungan Kota Padang
Panjang tahun berikut data jumlah kunjungan dan junlah rujukan pada tahun 20122015.
Tahun

Jumlah Kunjungan

Jumlah rujukan

2012


12.596

1976 (rasio rujukan 16%)

2013

13.001

2001 (rasio rujukan 15,4%)

2014

13.258

2256 (rasio rujukan 17%)

2015

13.948


2598 (rasio rujukan 18%)

Dari data diatas, didapatkan trend kenaikan rujukanya sebagai berikut
t1= 2013-2012 (b-a)/a = 405/12.596 = 0.03 %
t2 = 2014-2013 (c-b)/b = 257/13.001 = 0.019%
t3 = 2015-2014 (d-c)/c = 690/13.258 = 0.05%
trend rata-ratanya adalah t1+t2+t3/4= 0.099%. Dimana dari trend rata-rata
tersebut menunjukkan kenaikan rujukan 0,099%.
Dari data diatas dapat dilihat terjadinya kenaikan jumlah rujukan pada tahun
2015. Dengan rata-rata jumlah rujukan tiap bulannya sebanyak 217 rujukan. Data
terbaru pada bulan Januari tahun 2016 jumlah kunjungan sebanyak 1.404 dan jumlah
rujukan meningkat sebanyak 262 rujukan (rasio rujukan 18,6%). Bila dibandingkan

Universitas Sumatera Utara

7

data terakhir bulan Oktober tahun 2015 dengan kunjungan sebanyak 1.185 dengan
204 rujukan (rasio rujukan 17,2%), bulan November tahun 2015 dengan kunjungan

sebanyak 1.280 dengan 191 rujukan (dengan rasio rujukan 0,14%) dan bulan
Desember tahun 2015 dengan kunjungan sebanyak 1.150 dengan 194 rujukan
(dengan rasio rujukan 17%).
Menurut hasil penelitian Kesumawatin (2012), membandingkan tingkat
persentase tingginya rujukan antara Puskesmas Nanggeleng dan Puskesmas Gedong
Panjang. Mencari tahu penyebab kenapa Puskesmas Nanggeleng memiliki rasio
rujukan diatas 15% sedangkan Puskesmas Gedong Panjang dibawah 15%. Beberapa
hal yang menyebabkan perbedaan tingginya rujukan dilihat dari aspek ketersediaan
dokter, aspek kebijakan, obat-obatan dan pemahaman dokter terhadap puskesmas
sebagai gatekeeper mempengaruhi rujukan.
Selain itu, menurut hasil penelitian Zuhrawardi (2007), bahwa para dokter
telah mengerti dengan baik tentang sistem kapitasi dan penyebab tingginya rujukan
pada puskesmas, para dokter pada prinsipnya tidak dapat menolak jika pasien
bersikeras memnita rujukan rawat jalan walaupun tidak didukung oleh indikasi medis.
Alasan pasien meminta rujukan pada umumnya adalah karena obat-obatan yang
diberikan oleh pihak puskesmas tidak bervariasi walaupun mereka menderita
penyakit berbeda-beda.
1.2

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi perumusan masalah

dalam penelitian ini adalah masih tingginya rujukan Puskesmas Bukit Surungan Kota

Universitas Sumatera Utara

8

Padang Panjang dalam era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Tahun 2016 dan
faktor-faktor yang mempengaruhi rujukan tersebut.
1.3

Tujuan Penelitian

1.3.1

Tujuan Umum
Untuk menganalisa pelaksanaan sistem rujukan pada pelayanan rujukan

tingkat pertama dalam era JKN di puskesmas Bukit Surungan kota Padang Panjang
tahun 2016.
1.3.2

Tujuan Khusus
1. Untuk menganalisa ketersediaan sumber daya manusia pada Puskesmas
Bukit Surungan dalam pelaksanaan rujukan.
2. Untuk menganalisa ketersediaan sarana puskesmas (fasilitas alat) pada
Puskesmas Bukit Surungan dalam pelaksanaan rujukan.
3. Untuk menganalisa ketersediaan obat pada Puskesmas Bukit Surungan
dalam pelaksanaan rujukan.
4. Untuk menganalisa dalam melaksanakan pelayanan kesehatan dalam era
JKN.

1.4

Manfaat Penelitian
1. Bagi Puskesmas Bukit Surungan sebagai masukan guna meningkatkan
pelayanan secara optimal supaya pelayanan yang diberikan dapat
terlaksana sesuai fungsi sebagai gatekeeper .

Universitas Sumatera Utara

9

2. Bagi BPJS dalam pengembanagan cara dan metode dalam pembuatan
kebijakan untuk menyempurnakan pelayanan serta mengoptimalkan
kualitas pelayanan bagi peserta BPJS.
3. Sebagai sumber referensi untuk dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai
pelaksanaan rujukan puskesmas.
4. Dari sudut kalangan kesehatan sebagai penyelenggara pelayanan
kesehatan (health

provider ) yaitu memperjelas jenjang karir tenaga

kesehatan dengan berbagai akibat positif lainnya seperti semangat kerja,
ketekunan, dan dedikasi.

Universitas Sumatera Utara