TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP HUKUMAN BAGI RESIDIVIS PENCURIAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK (STUDI DIREKTORI PUTUSAN PENGADILAN NEGERI KOTO BARU NOMOR 139/PID.B/2013/PN.KBR).

TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP HUKUMAN
BAGI RESIDIVIS PENCURIAN YANG DILAKUKAN OLEH
ANAK
(Studi Direktori Putusan Pengadilan Negeri Koto Baru Nomor
139/Pid.B/2013/PN.KBR)

SKRIPSI

Oleh:
EKE DESSY KUMALASARI
NIM. C03212010

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
JURUSAN HUKUM PUBLIK ISLAM
PRODI HUKUM PIDANA ISLAM
SURABAYA
2016

ABSTRAK
Skripsi ini merupakan hasil dari penelitian kepustakaan untuk menjawab dua

pertanyaan, yaitu bagaimana pertimbangan Hakim terhadap hukuman bagi
residivis pencurian yang dilakukan oleh anak dalam putusan nomor
139/Pid.B/2013/PN.KBR dan bagaimana tinjauan hukum pidana Islam terhadap
hukuman bagi residivis pencurian yang dilakukan oleh anak dalam putusan
nomor 139/Pid.B/2013/PN.KBR.
Dengan adanya permasalahan di atas, maka penyusun mengkaji dan meneliti
untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan penelitian kepustakaan (Library
Research) menggunakan metode dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data
dengan mengadakan studi penelaahan terhadap putusan Pengadilan Negeri Koto
Baru, serta dengan literatur yang ada hubungannya dengan masalah yang akan
dipecahkan. Sedangkan untuk menganalisis hasil penelitian menggunakan teknik
deskriptif, yaitu menggambarkan atau menjelaskan kronologi kasus yang telah
terjadi, serta menggunakan teknik deduktif, yaitu dengan mengemukakan teoriteori yang bersifat umum terlebih dahulu untuk dihubungkan dalam bagianbagiannya yang bersifat khusus.
Kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis dapat diketahui
bahwa keputusan yang ditetapkan oleh Majelis Hakim dengan menjatuhkan
hukuman terhadap terdakwa Rismawati yang berumur 17 tahun berupa hukuman
tindakan yang diberikan kepada negara (menjadi anak negara) agar mendapat
bimbingan, pendidikan, pembinaan, dan latihan kerja untuk perkembangan
perilaku yang lebih baik lagi di masa depan. Hal ini berbeda dalam pandangan
hukum pidana Islam yang menetapkan bahwa anak yang telah akil balig dapat

dimintai pertanggungjawaban atas tindak pidana pencurian dengan hukuman h}ad
(potong tangan), sedangkan beberapa pengulangan tindak pidana yang dilakukan,
maka terdakwa juga dapat dijatuhkan hukuman yang lain berupa takzir. Dimana
penjatuhan hukumannya dapat dikenakan hukuman potong tangan, yaitu untuk
pencurian yang pertama dapat di potong pada tangan kanan, kedua kalinya di
potong kaki kiri, ketiga di potong tangan kiri, keempat di potong kaki kanan, dan
untuk yang kelima hukuman yang diberikan adalah dibunuh.
Sejalan dengan kesimpulan di atas, maka hakim sebagai penguasa dalam
penjatuhan hukuman yang diberikan kepada pelaku tindak pidana residivis
pencurian yang dilakukan oleh anak dianggap belum sesuai dengan ketentuanketentuan hukum yang berlaku didalam Undang-undang dan KUHP. Dengan ini
anak yang dianggap telah mencapai umur dewasa dapat dikenakan penjatuhan
hukuman atas perbuatan yang dilakukannya. Sehingga dengan penjatuhan
hukuman tersebut diharapkan dapat memberikan rasa efek jera terhadap pelaku
tindak pidana, mengingat bahwa perbuatan ini menyangkut kemaslahatan umum
agar dapat terciptanya masyarakat yang aman, tentram, dan sejahtera.

vii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


DAFTAR ISI

Halaman
SAMPUL DALAM ...............................................................................................

i

PERNYATAAN KEASLIAN................................................................................

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................................

iii

PENGESAHAN ......................................................................................................

iv

MOTTO ..................................................................................................................


v

PERSEMBAHAN ..................................................................................................

vi

ABSTRAK .............................................................................................................

vii

KATA PENGANTAR............................................................................................

viii

DAFTAR ISI ..........................................................................................................

x

DAFTAR TRANSLITERASI ...............................................................................


xii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................

1

A. Latar belakang masalah ......................................................................

1

B. Identifikasi dan batasan masalah ........................................................

7

C. Rumusan masalah ...............................................................................

8

D. Kajian pustaka ....................................................................................


9

E. Tujuan penelitian ................................................................................

11

F. Kegunaan hasil penelitian...................................................................

12

G. Definisi operasional ............................................................................

13

H. Metode penelitian ...............................................................................

15

I.


Sistematika pembahasan .....................................................................

17

BAB II HUKUM PIDANA ISLAM ....................................................................

19

A. Hukum pidana pencurian dalam Islam ...............................................

19

1. Pengertian pencurian ....................................................................

19

2. Unsur-unsur pencurian .................................................................

20


3. Syarat-syarat dalam pencurian......................................................

24

4. Alat bukti pencurian .....................................................................

25

5. Sanksi pencurian ...........................................................................

26

x

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

B. Pengulangan tindak pidana menurut hukum pidana Islam .................

29


1. Pengertian pengulangan tindak pidana .........................................

29

2. Gabungan hukum dalam pengulangan tindak pidana ...................

32

C. Kriteria anak menurut hukum Islam ...................................................

40

BAB III PERTIMBANGAN HAKIM DALAM DIREKTORI PUTUSAN
PENGADILAN
NEGERI
KOTO
BARU
NOMOR
139/Pid.B/2013/PN.KBR..........................................................................


44

A. Deskripsi pengadilan negeri Koto Baru..............................................

44

B. Deskripsi kasus dan landasan hukum .................................................

47

C. Pembuktian alat bukti, keterangan saksi dan terdakwa ......................

49

D. Amar direktori putusan pengadilan negeri Koto Baru nomor
139/Pid.B/2013/PN.KBR ...................................................................

59


BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP HUKUMAN
BAGI RESIDIVIS PENCURIAN YANG DILAKUKAN OLEH
ANAK........................................................................................................

63

A. Analisis hakim dalam direktori putusan pengadilan negeri Koto
Baru nomor 139/Pid.B/2013/PN.KBR tentang hukuman bagi
residivis pencurian yang dilakukan oleh anak ....................................
B. Analisis hukum pidana Islam terhadap hukuman bagi residivis
pencurian yang dilakukan oleh anak dalam direktori putusan
pengadilan negeri Koto Baru nomor 139/Pid.B/2013/PN.KBR .........

68

BAB V PENUTUP ................................................................................................

73

A. Kesimpulan .........................................................................................

73

B. Saran ...................................................................................................

74

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................

76

63

LAMPIRAN-LAMPIRAN

xi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Di dalam kehidupan bermasyarakat ada berbagai macam jenis manusia,
yang diantaranya ada manusia yang berbuat baik dan ada pula manusia yang
berbuat buruk kepada orang lain. Pada kalangan masyarakat selalu terdapat
banyak pelanggaran-pelanggaran yang terkadang sangat bertentangan oleh
peraturan perundang-undangan maupun norma-norma yang berlaku di
Negara Indonesia. Dalam hal ini setiap pelanggaran peraturan hukum yang
telah ditetapkan, maka akan dikenakan sanksi berupa hukuman atas
pertanggungjawaban pelanggaran yang telah dilakukannya.1
Kejahatan merupakan persoalan yang dialami manusia dari waktu ke
waktu. Hal ini menunjukkan bahwa setiap Negara tidak terlepas dari
tindakan kriminal, dimana kejahatan tersebut dapat dibuktikan dengan
adanya pemberitaan diberbagai media massa, seperti pencurian, narkoba,
penganiayaan, dan lain sebagainya.
Di kalangan masyarakat banyak terjadi suatu tindak pidana yang sering
kali dilakukan oleh orang yang pada dasarnya memiliki niat kejahatan,
meskipun dengan maksud dan cara yang berbeda, serta dengan ketentuan
yang melawan hukum, seperti halnya dengan tindak pidana pencurian. Pada

1

Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana Bagian I, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), 2.

1

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

tindak pidana pencurian ini tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa, tetapi
sering kali anak yang menjadi seorang pelaku tindak pidana.
Anak yang merupakan aset bangsa sebagai bagian dari generasi muda,
karena anak berperan penting untuk mengubah suatu bangsa agar menjadi
lebih baik. Dengan ini, orang tua memiliki tanggungjawab atas terwujudnya
kesejahteraan anak pada masa pertumbuhannya. Dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara, setiap anak berhak untuk memperoleh suatu perlindungan
dari pihak orang tua, masyarakat, dan Negara. Selain itu anak berhak untuk
memperoleh pendidikan, terjamin kesehatan dan kehidupannya, dan
kesejahteraan yang merupakan sebagian dari hak-hak atas anak. Jaminan
perlindungan hak anak pun telah sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung
dalam pancasila dan tujuan dari negara sebagaimana tercantum dalam
pembukaan UUD 1945.2
Berbicara mengenai anak dalam konteks perlindungan hak-hak yang
dimiliki oleh setiap anak, maka ketika seorang anak yang melakukan suatu
tindak pidana juga akan dikenakan sanksi atau hukuman. Karena di negara
Indonesia pun telah menetapkan berbagai macam pemidanaan (sanksi atau
hukuman) yang akan ditetapkan apabila seseorang melakukan suatu tindak
pidana yang dapat merugikan orang lain.
Pengulangan tindak pidana merupakan suatu pengulangan kembali
kriminal yang sebelumnya biasa dilakukan setelah dijatuhi pidana dan
menjalani hukuman yang pernah diberikan atas dasar dari perbuatan yang
2

Koesparmono Irsan, Hukum Perlindungan Anak, (Jakarta: UPN, 2006), 20.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

dilakukannya.3 Dalam hal ini tujuan terpenting terkait residivis (pengulangan
tindak pidana) ialah pada aspek penjeraan dan rehabilitasi, penjeraan berupa
hukuman yang diberikan sebagai balasan atas perbuatan yang telah
dilakukan, sedangkan rehabilitasi merupakan aspek penyiapkan mental dan
keterampilan agar mereka para nara pidana tidak mengulangi kejahatan yang
pernah dilakukannya. Sedangkan dalam hukum Islam residivis dikenal
dengan sebutan pengulangan jari>mah (al-‘aud).
Dalam masalah residivis (pengulangan tindak pidana) dapat diambil
dari kasus pencurian yang dilakukan oleh seorang anak yang berada di
kalangan masyarakat, bahwa kasus ini terjadi di daerah Jorong Pinang
Sinawa, Nagari Luak Kapau, Kecamatan Pauh Duo, Kabupaten Solok
Selatan.4
Peristiwa ini bermula pada saat Rismawati atau yang biasa dipanggil
Riris (terdakwa) sedang berada di rumah nenek Rismawati. Tidak lama
kemudian Rismawati pergi meninggalkan rumah neneknya, dan setelah itu
Rismawati pergi ke rumah Mesri Harizal atau biasa dipanggil Mes. Pada saat
Rismawati berada dibelakang rumah Mesri Harizal, maka timbul niat untuk
mencuri dirumah tersebut. Tidak lama kemudian, Rismawati pun segera
mendekati jendela dan langsung berusaha membuka jendela tersebut. Setelah
jendela berhasil di buka, maka Rismawati langsung memasuki rumah
tersebut dengan cara memanjat dan langsung menuju pintu penghubung

3

Gerson W Bawengan, Beberapa Pemikiran Mengenai Hukum Pidana Islam didalam Teori dan
Praktik, (Jakarta: Pradnya Paramitha, 1997), 70.

4

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 139/Pid.B/2013/PN.KBR

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

antara rumah belakang dan rumah depan dengan melalui pintu penghubung.
Rismawati pun berusaha membuka pintu tersebut, kemudian Rismawati
langsung memasuki rumah bagian depan itu dan langsung masuk menuju
kamar untuk segera mengambil harta atau barang yang ada di dalam lemari.
Maka atas perbuatan tersebut Rismawati mengambil sebuah kalung emas
dan uang senilai Rp 2.700.000,- (dua juta tujuh ratus ribu rupiah).
Pada kasus ini pelaku pencurian yang dilakukan oleh anak yang
berumur 17 tahun merupakan perbuatan yang melawan hukum. Dan pada
kasus ini pelaku sebelumnya pernah melakukan tindak pidana pencurian,
tetapi pada hukuman yang telah diberikan dan dijalankan tidak membuat
pelaku untuk berhenti melakukan perbuatan tersebut.
Dalam kasus diatas perbuatan yang dilakukan oleh Rismawati
menyebabkan Mesri Harizal telah mengalami kerugian sebesar Rp
14.000.000,- (empat belas juta rupiah). Dan dalam kasus pencurian tersebut,
maka pelaku diancam dengan melanggar pasal 363 ayat (1) ke-5 KUHP Jo
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1997 tentang
Pengadilan Anak. Pada pelaku pencurian ini merupakan anak yang masih
dibawah umur, sehingga dalam mengadili kasus tersebut berpedoman pada
Undang-undang Pengadilan Anak. Dan mengenai tindak pidana pencurian
pada pasal 363 ayat (1) ke-5 KUHP yang berbunyi:
Pasal 363 ayat (1) ke-5: “Pencurian yang dilakukan oleh tersalah dengan
masuk ketempat kejahatan itu atau dapat mencapai barang untuk
diambilnya, dengan jalan membongkar, memecah atau memanjat atau

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

dengan jalan memakai kunci palsu, perintah palsu atau pakaian jabatan
palsu.”5
Dalam ajaran agama Islam pun sangat melindungi harta, karena harta
adalah bahan pokok untuk hidup. Dengan demikian, Islam tidak
menghalalkan seseorang merampas hak milik orang lain dengan cara
apapun.6 Karena mengambil sesuatu yang bukan haknya, merupakan
perbuatan yang dilarang oleh agama.
Setiap orang yang melakukan tindak pidana pencurian haruslah
dimintai pertanggungjawaban atas perbuatan yang telah dilakukannya.
Karena apabila seseorang tersebut tidak dikenai hukuman, maka ia akan
dengan mudah mengulangi lagi perbuatannya. Hukuman yang diberikan
kepada pelaku tindak pidana pencurian merupakan bagian dari rasa
tanggungjawab atas perbuatan yang dilakukannya. Tetapi, apabila terdapat
pada senggang waktu tertentu pelaku melakukan penggulangan tindak
pidana, maka hukuman yang diberikan akan lebih berat dibandingkan dengan
hukuman dari yang sebelumnya, serta di dalam KUHP ada beberapa pasal
yang mengatur tentang penambahan hukuman.
Hukuman yang merupakan suatu bentuk balasan bagi seseorang yang
atas perbuatannya melanggar ketentuan-ketentuan syarak yang telah
ditetapkan Allah dan Rasul-Nya untuk kemaslahatan manusia. Dan tujuan
dari hukuman dalam syariat Islam yakni sebagai pembalasan perbuatan jahat
yang telah dilakukan, pencegahan secara umum dan khusus, serta
5

R. Soesilo, Kitab Undang-undang Hukum Pidana, (Bogor: Politeia, 1991), 251.
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, (Moh. Nabhan Husein), Jilid IV, (Bandung: PT. Al-ma’arif, 1984),
213.

6

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

perlindungan terhadap hak-hak korban. Pemberian hukuman harus sesuai
dengan perbuatannya, sehingga dapat memenuhi pada hak atas korban yang
tindak pidana.
Dalam hukum Islam, hukuman yang diberikan untuk tindak pidana
pencurian dengan menggunakan hukuman hudud, dimana perbuatan pidana
tersebut ditentukan jenis, dan bentuk hukumannya telah ditetapkan oleh
syarak dan tidak dapat tambahan ataupun pengurangan, serta hukuman
tersebut telah memenuhi syarat-syaratnya. Islam memberikan hukuman berat
kepada orang yang melakukan perbuatan mencuri, yaitu dengan hukuman
potong tangan atas pencurinya. Karena tangan merupakan organ bagian atas
yang digunakan oleh pencurinya untuk mengambil harta atau barang milik
orang lain yang bukan haknya.7
Dengan demikian hukuman bagi pengulangan tindak pidana (residivis)
pencurian yang diatur dalam hukum positif di Indonesia dalam beberapa
pasal di dalam KUHP.8 Sedangkan dalam hukum pidana Islam pun memiliki
perbedaan dalam pemberian penjatuhan hukuman yang akan dilakukan,
apabila seorang pelaku pencurian tersebut melakukan pengulangan jari>mah
pencurian (sari>qah).
Berdasarkan uraian diatas, mengenai hukuman bagi residivis pencurian
yang dilakukan oleh anak yang dipandang melalui hukum pidana Islam,
maka dengan ini penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan tersebut
berdasarkan direktori putusan Pengadilan Negeri Koto Baru, tentang
7
8

Ibid.
R. Soesilo, Kitab Undang-undang Hukum Pidana..., 318.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

pertimbangan hakim dalam memutuskan hukuman yang diberikan bagi
pelaku residivis berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku
dan juga ditinjau dari segi hukum pidana Islam.
Dengan demikian, penulis akan menganalisis tentang permasalahan
pada kasus tersebut, yang mana penulis akan menuangkan dalam judul
skripsi yang berjudul: Tinjauan hukum pidana Islam terhadap hukuman bagi
residivis pencurian yang dilakukan oleh anak (Studi direktori putusan
pengadilan negeri Koto Baru nomor 139/Pid.B/2013/PN.KBR).

B. Identifikasi dan Batasan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, maka penulis
mengidentifikasikan masalah antara lain, yaitu:
1.

Deksripsi tindak pidana pencurian yang dilakukan oleh anak dalam
direktori

putusan

pengadilan

negeri

Koto

Baru

nomor

139/Pid.B/2013/PN.KBR.
2.

Unsur-unsur tindak pidana pencurian.

3.

Pemahaman tentang residivis menurut hukum positif dan hukum pidana
Islam.

4.

Pertimbangan hakim tentang hukuman bagi residivis pencurian yang
dilakukan oleh anak dalam direktori putusan pengadilan negeri Koto
Baru nomor 139/Pid.B/2013/PN.KBR.

5.

Pandangan hukum pidana Islam terhadap hukuman bagi residivis
(pengulangan jari>mah).

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka untuk membatasi
permasalahan agar tidak melebar, penulis merumuskan beberapa batasanbatasan sebagai berikut:
1.

Pertimbangan hakim terhadap hukuman bagi residivis pencurian yang
dilakukan oleh anak dalam direktor putusan pengadilan negeri Koto
Baru nomor 139/Pid.B/2013/PN.KBR.

2.

Tinjauan hukum pidana Islam terhadap hukuman bagi residivis
(pengulangan jari>mah) pencurian yang dilakukan oleh anak dalam
direktori

putusan

pengadilan

negeri

Koto

Baru

nomor

139/Pid.B/2013/PN.KBR.

C. Rumusan Masalah
Dari pemaparan beberapa identifikasi dan batasan masalah diatas,
penulis merumuskan beberapa permasalahan pokok yang diantaranya:
1.

Bagaimana pertimbangan hakim terhadap hukuman bagi residivis
pencurian yang dilakukan oleh anak dalam direktori putusan pengadilan
negeri Koto Baru nomor 139/Pid.B/2013/PN.KBR?

2.

Bagaimana tinjauan hukum pidana Islam terhadap hukuman bagi
residivis pencurian yang dilakukan oleh anak dalam direktori putusan
pengadilan negeri Koto Baru nomor 139/Pid.B/2013/PN.KBR?

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

D. Kajian Pustaka
Kajian pustaka merupakan deskripsi ringkas tentang kajian/penelitian
yang sudah pernah dilakukan diseputar masalah yang akan diteliti, sehingga
terlihat jelas bahwa kajian yang akan dilakukan ini tidak merupakan
pengulangan atau duplikasi dari kajian/penelitian yang telah ada.9
Di bawah ini disebutkan hasil-hasil dari penelitian terdahulu yang telah
diringkas dalam bentuk skripsi, diantaranya:
1.

Karya Rahmi Rasyidah (2005), dengan judul “Putusan Pengadilan
Negeri Gresik Nomor 01/Pid.B/2000/PN.Gs Tentang Tindak Pidana
Pencurian Oleh Anak Ditinjau Dari Hukum Pidana Islam”. Kesimpulan
dari penelitian ini ialah menurut hukum Islam hukuman yang diberikan
kepada pelaku pencurian yang dilakukan oleh anak dibawah umur tidak
memiliki hukum sebagai sanksi pemidanaan, sebab anak yang masih
dibawah umur hanya memiliki hukuman takzir.10 Dimana hukuman yang
diberikan kepada pelaku tindak pidana telah ditentukan dengan putusan
hakim sebagai penguasa yang berhak menghukum atas pelanggaran yang
telah dilakukan. Sehingga hukuman yang diberikan dapat berupa
pemidanaan ataupun pengembalian anak tersebut kepada orang tuanya
agar dapat mendidik anaknya dengan baik.

9

Fakultas Syariah UIN Sunan Ampel Surabaya, Petunjuk Teknik Penulisan Skripsi, (Surabaya:
t.p., 2015), 8.
10
Rahmi Rasyidah, “Putusan Pengadilan Negeri Gresik Nomor 01/Pid.B/2000/PN.Gs tentang
Tindak Pidana Pencurian oleh Anak Ditinjau dari Hukum Pidana Islam”, (Fakultas Syariah
Universitas Sunan Ampel Surabaya, 2005).

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

2.

Karya Izzul Khoir (2012), dengan judul “Pengulangan Kejahatan Oleh
Residivis diwilayah Polsek Kenjeran Surabaya Dalam Kajian Fiqih
Jinayah”. Kesimpulan dari penelitian ini ialah pengulangan kejahatan
yang dilakukan akan dikenakan pemidanaan berdasarkan kejahatan yang
dilakukan. Dan menurut hukum positif pelaku residivis dapat dikenai
penambahan hukuman sepertiga dari hukuman pokok. Sedangkan
menurut hukum Islam pelaku residivis tidak ada penambahan hukuman,
dan tetap menggunakan hukuman pada pokoknya. Karena dalam kasus
ini menuju pada kesejahteraan masyarakat dalam pelayanan pekerjaan.11

3.

Karya Faizah Wahyuni (2013), dengan judul “Tinjauan Hukum Pidana
Islam Terhadap Pelaku Pencurian Dengan Pemberatan Yang Dilakukan
Oleh

Anak

Dibawah

Umur

(Studi

Putusan

Nomor

139/Pid.B/2013/PN.Sda)”. Kesimpulan dari penelitian tersebut ialah
bahwa pidana pokok yang dapat dijatuhkan kepada anak tersebut adalah
pidana penjara. Dan sanksi bagi anak juga dijatuhkan pidana tambahan,
berupa perampasan barang-barang tertentu dan pembayaran ganti rugi.
Namun, hukuman terdakwa diberi keringanan karena usia terdakwa yang
masih dibawah umur, dan orang tua terdakwa masih sanggup untuk
mendidik anaknya. Sedangkan menurut hukum Islam pun memberikan
keringanan atau pembebasan kepada anak yang belum balig, karena pada

11

Izzul Khoir, “Pengulangan Kejahatan oleh Residivis di Wilayah Polsek Kenjeran Surabaya
dalam Kajian Fiqih Jinayah”, (Fakultas Syariah Universitas Sunan Ampel Surabaya, 2012).

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

usia tersebut anak tidak dapat dimintai pertanggungjawaban sesuai
dengan apa yang telah diperbuatnya.12
Dari beberapa uraian judul skripsi di atas, maka ada perbedaan dari
skripsi yang penulis bahas, yakni dalam penelitian ini penulis lebih
memfokuskan kepada pertimbangan hakim dalam memutuskan suatu
perkara, yang mana hakim dalam putusan tersebut hakim tidak melakukan
pemidanaan, tetapi hakim memutuskan bahwa anak sebagai pelaku residivis
pencurian tersebut untuk diserahkan kepada negara (menjadi anak negara)
untuk dimasukkan dalam Lembaga Pemasyarakatan Anak, agar mendapat
suatu bimbingan untuk dapat melindungi hak atas anak tersebut yang
dijelaskan pada Undang-undang Perlindungan Anak. Serta meneliti lebih
jauh tentang hukuman bagi pelaku residivis pencurian yang ditinjau dari
hukum pidana Islam, yang mana pelaku dapat dikenai hukuman lain.

E. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah yang dipaparkan di atas, maka
penelitian ini memiliki beberapa tujuan yang diantaranya sebagai berikut:
1.

Untuk mengetahui pandangan hukum

pidana Islam terhadap

pertimbangan hakim dalam direktori putusan pengadilan negeri Koto
Baru nomor 139/Pid.B/2013/PN.KBR tentang perkara pencurian yang
dilakukan oleh anak.

12

Faizah Wahyuni, “Tinjauan Hukum Pidana Islam terhadap Pelaku Pencurian dengan
Pemberatan Yang Dilakukan Oleh Anak Di bawah Umur (Studi Putusan Nomor
139/Pid.B/2013/PN.Sda)”, (Fakultas Syariah Universitas Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2013).

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

2.

Untuk mengetahui analisis hukum pidana Islam terhadap hukuman bagi
residivis pencurian yang dilakukan oleh anak dalam direktori putusan
pengadilan negeri Koto Baru nomor 139/Pid.B/2013/PN.KBR.

F. Kegunaan Hasil Penelitian
Adapun kegunaan dari hasil penelitian ini antara lain:
1.

Secara teoritis
Secara teoritis, penelitian ini dapat dijadikan sebagai pedoman
untuk menyusun hipotesis penulisan berikutnya, bila ada kesamaan
dengan masalah ini, dan memperluas ilmu pengetahuan tentang
hukuman bagi pelaku residivis pencurian yang dilakukan oleh anak
dalam pandangan hukum Islam.

2.

Secara praktis
Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi penerapan suatu ilmu
dilapangan atau masyaralat, tentang betapa pentingnya penegakkan
hukuman yang diberikan kepada setiap pelaku tindak pidana agar
mendapatkan efek jera dari perbuatan yang dilakukan karena telah
melawan hukum. Dengan demikian, bidang hukum yang diharapkan
dapat bermanfaat bagi upaya terciptanya keadilan dan kemaslahatan
bagi rakyat yang sesuai dengan peraturan Perundang-undangan serta alQuran dan al-Hadis.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

G. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah penjelasan tentang pengertian yang bersifat
operasional dari konsep/variabel penelitian, sehingga bisa dijadikan acuan
dalam menelusuri, mengkaji atau mengukur variabel tersebut melalui
penelitian. Adapun beberapa penjelasan untuk menghindari kesalahan dalam
memahami judul “Tinjauan hukum pidana Islam terhadap hukuman bagi
residivis pencurian yang dilakukan oleh anak (Studi direktori putusan
pengadilan negeri Koto Baru nomor 139/Pid.B/2013/PN.KBR)”, maka perlu
dijelaskan istilah-istilah yang terdapat pada judul tersebut, diantaranya:
1.

Hukum pidana Islam merupakan suatu ketentuan hukum yang
membahas mengenai tindak pidana atau perbuatan kriminal yang
dilakukan oleh orang-orang mukalaf (orang yang dapat dibebani
kewajiban), serta ketentuan ini sebagai hasil dari pemahaman atas dalildalil hukum yang terinci dari al-Quran dan al-Hadis.13 Dalam hadis pun
telah menjelaskan bahwa hukuman yang diberikan bagi pelaku tindak
pidana pencurian ini dapat dikenakan potong tangan, sedangkan untuk
pengulangan tindak pidana tersebut hukuman dapat dijatuhkan lebih
berat lagi yaitu dibunuh.

2.

Hukuman merupakan suatu pembalasan yang ditetapkan untuk
memelihara kepentingan masyarakat, karena adanya pelanggaran atas
ketentuan-ketentuan syarah. Dijatuhkannya hukuman yang diberikan

13

Dede Rosyada, Hukum Islam dan Pranata Sosial, (Jakarta: Lembaga Studi Islam dan
Kemasyarakatan, 1992), 86.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

kepada pelaku tindak pidana untuk dapat mempertanggungjawabkan
perbuatan yang dilakukannya.
3.

Residivis merupakan suatu pengulangan tindak pidana oleh seseorang
sesudah melakukan tindak pidana lain yang telah mendapat keputusan
akhir. Pengulangan ini dilakukan setelah seorang yang melakukan tindak
pidana pencurian, dan pada saat itu telah mendapat putusan oleh hakim
atas perbuatannya, dan di kemudian hari pelaku ditemukan telah
mengulangi perbuatannya tersebut.

4.

Pencurian merupakan seseorang yang dengan sengaja mengambil harta
orang lain secara sembunyi-sembunyi yang dilakukan oleh orang yang
tidak dipercayai untuk menjaga barang tersebut.14 Pelaku yang bernama
Rismawati ini telah melakukan residivis pencurian berupa sebuah kalung
emas dan uang tunai dirumah milik korban Mesri Harizal.

5.

Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun,
termasuk anak yang masih berada dalam kandungan.15 Anak disini yang
dianggap masih belum sempurna dalam hal emosional, kemampuan
berpikir, dan juga batasan-batasan umur yang dianggap masih terbilang
sangat muda.

14

Rahmat Hakim, Hukum Pidana Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2000), 83.
Redaksi Fokus media, Undang-undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak ,
(Bandung: Fokus Media, 2007), 3.
15

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

H. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan seperangkat pengetahuan tentang
langkah-langkah yang sistematis dan logis tentang pencarian data yang
berkaitan dengan masalah tertentu yang diolah, dianalisis, diambil
kesimpulan, serta dicari cara untuk penyelesaiannya.16
1.

Data yang dikumpulkan
a.

Data mengenai direktori putusan Pengadilan negeri Koto Baru
nomor 139/Pid.B/2013/PN.KBR tentang residivis pencurian yang
dilakukan oleh anak.

b.

Data mengenai hukuman bagi pelaku residivis pencurian menurut
pandangan hukum pidana Islam dengan ketentuan-ketentuan
berdasarkan al-Quran dan al-Hadis.

2.

Sumber data
Adapun beberapa sumber data yang digunakan sebagai bahan
rujukan dalam penelitian tersebut, antara lain:
a.

Sumber data primer
Yaitu data diperoleh secara langsung dari subyek penelitian
dengan menggunakan alat pengambilan data langsung pada subyek
sebagai sumber informasi yang akan dicari.17 Dalam penelitian ini
data yang diperoleh melalui direktori putusan mahkamah agung
pengadilan negeri Koto Baru nomor 139/Pid.B/2013/PN.KBR.

16
17

Wardi Bahtia, Metodelogi Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos, 2001), 1.
Saifuddin Azwar, Metodelogi Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet. IV, 2003), 91

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

b.

Sumber data sekunder
Yaitu data yang diperoleh dari sumber yang telah ada atau datadata yang sudah tersedia yang berfungsi sebagai pelengkap data
primer.18 Data dalam penelitian ini meliputi:
1) UU No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak.
2) UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
3) R. Soesilo, Kitab Undang-undang Hukum Pidana, 1991.
4) Abdul Qadir Al Audah, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam,
2008.
5) A. Djazuli, Hukum Pidana Islam (Fiqh Jinayah), 2000.
6) Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, 1996.

3.

Teknik pengumpulan data
Pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan metode
dokumentasi baik berupa dokumen tertulis, gambaran, dan elektronik.
Dalam hal ini dokumen atau arsip yang digunakan seperti data yang
berkaitan dengan permasalahan mengenai residivis pencurian yang
dilakukan oleh anak.

4.

Teknik analisis data
Teknik analisis data yang digunakan dalam menganalisis data
diantaranya:
a.

Metode deskriptif, yaitu teknik yang diawali dengan cara
menggambarkan dan menjelaskan data dari hasil penelitian,

18

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Cet. III, (Jakarta: UI-PRESS, 2002), 132.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

sehingga diperoleh pemahaman yang mendalam dan menyeluruh,19
dengan cara mendeskripsikan direktori putusan pengadilan negeri
Koto Baru nomor 139/Pid.B/2013/PN.KBR dengan menguraikan
kronologi kasus, menjelaskan mengenai pertimbangan hukum hakim
dan sanksi yang diberikan kepada pelaku tindak pidana.
b.

Metode deduktif, yaitu teknik yang diawali dengan cara
mengemukakan teori-teori yang bersifat umum mengenai hukuman
bagi pelaku residivis pencurian yang dilakukan oleh anak dalam
direktori

putusan

pengadilan

negeri

Koto

Baru

nomor

139/Pid.B/2013/PN.KBR untuk dijadikan sebagai bahan analisis
data yang dikumpulakan, sehingga dapat diambil kesimpulan yang
bersifat khusus.

I.

Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah pembahasan masalah dalam skripsi ini, maka
penulis menyusun sistematika pembahasan agar lebih terarah dan menjadi
mudah untuk dipahami. Dalam penulisan skripsi ini penulis membedakannya
menjadi lima bagian, diantaranya:
Bab pertama, merupakan bab pendahuluan yang menguraikan tentang
latar belakang masalah, rumusan masalah, identifikasi masalah, batasan
masalah, kajian pustaka, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, definisi
operasional, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.

19

Moh. Nazir, Metodelogi Penelitian, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), 62.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

Bab

kedua,

merupakan

landasan

teori

dengan

menguraikan

pembahasan tentang hukuman bagi residivis pencurian yang dilakukan oleh
anak yang meliputi: Pengertian pencurian, syarat-syarat, unsur-unsur, alat
bukti, sanksi pencurian. Mengenai pengulangan tindak pidana diantaranya
meliputi: pengertian pengulangan tindak pidana, hukuman bagi pengulangan
tindak pidana, gabungan hukuman, serta menerangkan mengenai kriteria
anak menurut hukum Islam.
Bab ketiga, merupakan gambaran singkat tentang kasus tindak pidana
pencurian yang dilakukan oleh anak dengan residivis, pertimbangan hukum
hakim, dan hukuman yang diberikan kepada pelaku tindak pidana tersebut
berdasarkan pada direktori putusan pengadilan negeri Koto Baru nomor
139/Pid.B/2013/PN.KBR.
Bab keempat, pemaparan analisis terhadap pertimbangan hakim
tentang hukuman bagi residivis pencurian yang dilakukan oleh anak, serta
dikaitkan dengan hukum pidana Islam yang berlaku demi terciptanya
ketenteraman dan kesejahteraan masyarakat maupun diri sendiri.
Bab kelima, merupakan kesimpulan mengenai jawaban yang ditulis
secara ringkas dari rumusan masalah dalam penelitian tersebut, serta berisi
saran-saran.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II
HUKUM PIDANA ISLAM

A. Hukum Pidana Pencurian dalam Islam
1.

Pengertian pencurian
Pencurian dalam istilah Islam disebut dengan “sa>riqa|h”. Menurut
Muhammad Al-Khatib Al-Syarbini (Ulama mazhab Syafi’i) menjelaskan
bahwa sa>riqa|h secara bahasa berarti mengambil harta (orang lain) secara
sembunyi-sembunyi, sedangkan secara syarak adalah mengambil harta
(orang lain) secara sembunyi-sembunyi dan dzalim, diambil dari tempat
penyimpanan yang biasa digunakan untuk menyimpan dengan berbagai
syarat.1
Pencurian bila ditinjau dari syariat Islam ada dua macam,
diantaranya: pencurian yang hukumannya had, dan pencurian yang
hukumannya takzir.2 Pencurian yang hukumannya had terbagi menjadi
dua bagian, yaitu: Pertama, Pencurian ringan adalah pengambilan harta
yang dilakukan cara sembunyi-sembunyi. Sedangkan Kedua, pencurian
berat adalah pengambilan harta orang lain secara terang-terangan
dengan kekerasan. Adapun pada pencurian yang hukumannya takzir juga
dibagi dalam dua bagian, yaitu:

1
2

Nurul Irvan dan Masyarofah, Fiqh Jinayah, (Jakarta: Amzah, 2013), 100.
Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), 81.

19
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

a.

Pencurian yang diancam hukum had, tetapi syaratnya tidak
terpenuhi.

b.

Pencurian yang dilakukan dengan sepengetahuan pemiliknya, dan
tanpa kerelaannya dan tanpa kekerasan.3

2.

Unsur-unsur pencurian
Unsur pencurian merupakan mengambil harta orang lain secara
diam-diam, yang diambil berupa harta, harta yang diambil milik orang
lain dan ada itikad tidak baik. Adapun unsur-unsur pencurian itu dibagi
ada empat macam, yaitu:
a) Pengambilan secara diam-diam
Pengambilan secara diam-diam terjadi apabila pemilik (korban)
tidak mengetahui terjadinya pengambilan barang tersebut, dan
tanpa merelakannya. Pengambilan harta harus dilakukan dengan
sempurna. Jadi, sebuah perbuatan tidak dianggap sebagai tindak
pidana jika tangan pelaku hanya menyentuh barang tersebut.
Sedangkan pengambilan harta harus memenuhi tiga syarat yang
diantaranya:4
1.

Pencuri mengeluarkan barang yang dicuri dari tempat
simpanannya.

3
4

2.

Barang yang dicuri dikeluarkan dari kekuasaan pemilik.

3.

Barang yang dicuri dimasukkan ke dalam kekuasaan pencuri.

Ibid., 82.
Ibid., 83.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

b) Barang yang diambil berupa harta
Salah satu unsur penting untuk dapat dikenakannya hukuman
potong tangan adalah barang yang dicuri harus barang yang bernilai

ma>l (harta). Sedangkan barang yang dicuri telah ditentukan syaratsyaratnya

untuk

bisa

dikenakan

hukuman

potong

tangan,

diantaranya:5
1.

Barang yang dicuri harus berupa ma>l mutaqawwim
Pencurian dapat dikenakan hukuman had, apabila barang
yang dicuri itu barang yang mutaqawwim, yaitu barang yang
dianggap bernilai menurut syarah. Sedangkan barang yang tidak
bernilai menurut pandangan syarak tidak termasuk ma>l

mutaqawwim dan pelakunya tidak dikenai hukuman.
2.

Barang tersebut harus barang yang bergerak
Dalam menjatuhkan hukuman had bagi pencurian, maka
disyaratkan bahwa barang yang dicuri harus barang atau benda
bergerak. Hal ini karena pencurian itu memang menghendaki
dipindahkannya sesuatu dan mengeluarkannya dari tempat
simpanannya, dan ini tidak akan terjadi kecuali pada benda
yang bergerak. Dengan ini, suatu benda dianggap sebagai benda
bergerak apabila benda tersebut dapat dipindahkan dari satu
tempat ke tempat yang lainnya.6

5
6

Ibid.
Ibid., 84.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

3.

Barang tersebut adalah barang yang tersimpan
Jumhur fukaha berpendapat bahwa salah satu syarat untuk
dikenakannya hukuman had bagi pencuri adalah bahwa barang
yang dicuri harus tersimpan ditempat simpanannya. Sedangkan
Zhahiriyah dan sekelompok ahli hadits tetap memberlakukan
hukuman had, walaupun pencurian bukan dari tempat
simpanannya apabila barang yang dicuri mencapai nisab
pencurian. Namun, mengenai tempat penyimpanan ada dua
macam, yaitu sebagai berikut:
a) Hirz bil atau hirz binafsih, yang artinya setiap tempat yang
disiapkan untuk penyimpanan barang, dimana orang lain
tidak boleh masuk kecuali dengan seijin pemiliknya.
b) Hirz bil hafizh atau hirz bigairih, artinya setiap tempat
yang tidak disiapkan untuk penyimpanan barang, dimana
setiap orang boleh masuk tanpa ijin.7

4.

Barang tersebut mencapai nisab pencurian
Untuk dapat dikenakan hukuman had, maka barang yang
dicuri harus mencapai satu nisab. Jadi, satu niab yang harus
dijadikan

sebagai

standart

minimal

untuk

menegakkan

hukuman had, dan barang tersebut merupakan barang yang
berharga dimana manusia sangat membutuhkannya. Akan tetapi

7

Ibid., 85.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

untuk para ulama berbeda pendapat mengenai ukuran satu nisab
tersebut.
Jumhur ulama disini berpendapat bahwa hukuman potong
tangan tidak dapat dijatuhkan kecuali dalam pencurian
seperempat dinar dari emas, tiga dirham dari perak, atau barang
yang sebanding dengan harga seperempat dinar dari emas atau
tiga dirham dari perak tersebut. Jadi, dengan ini yang menjadi
ukuran satu nisab adalah jumlah harta yang mencapai nilai
seperempat dinar dari emas atau tiga dirham dari perak.8
Ketentuan ini didasarkan kepada hadis Rasulullah saw. yang
berbunyi sebagai berikut:

‫اَتقْطعَيدَسا َِقَإِاَفَِ َبعَِدِي ا َفصاَعِدا‬
Artinya:
Tidak boleh dipotong tangan seorang pencuri, kecuali
sebesar seperempat dinar atau lebih.9
c) Harta tersebut milik orang lain
Untuk terwujudnya tindak pidana pencurian yang pelakunya
dapat dikenai hukuman had, disyaratkan barang yang dicuri itu
merupakan hak milik orang lain. Apabila barang yang diambil dari
orang lain itu hak milik pencuri yang dititipkan kepadanya, maka

Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, (Moh. Nabhan Husein), Jilid IV, (Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1993),
212.
9
Ahmad Muhammad Yusuf, Ensiklopedi Tematis ayat al-Quran dan Hadits, (KH. Achmad
Sunarto), Jilid VII, (Jakarta: Widya Cahaya, 2009), 403.
8

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

perbuatan tersebut tidak dianggap sebagai pencurian, walaupun
pengambilan

tersebut

dilakukan

secara

diam-diam.

Dengan

demikian, orang yang mencuri tidak dapat dikenai hukuman had
apabila terdapat syubhat (ketidakjelasan) dalam barang yang dicuri,
dan dalam hal ini pelaku hanya dikenakan hukuman takzir.10
d) Adanya niat yang melawan hukum
Unsur ini terpenuhi apabila pelaku pencurian mengambil suatu
barang padahal ia tahu bahwa barang tersebut bukan miliknya, dan
karenanya haram untuk diambil. Dengan demikian, apabila ia
mengambil barang tersebut dengan keyakinan bahwa barang
tersebut adalah barang yang mubah, maka ia tidak dikenai
hukuman, karena dalam hal ini tidak ada maksud melawan hukum.
Di samping itu, untuk terpenuhinya unsur ini disyaratkan dalam
pengambilan barang tersebut dilakukan dengan maksud untuk
memiliki barang yang dicuri. Apabila tidak ada maksud untuk
memiliki maka dengan sendirinya tidak ada maksud melawan
hukum, oleh karena itu ia tidak dianggap sebagai pencuri.11
3.

Syarat-syarat dalam pencurian
Dalam memberlakukan sanksi potong tangan, harus diperhatikan
aspek-aspek penting yang berkaitan dengan syarat dan rukunnya. Dalam
masalah ini menurut Shalih Sa’id Al-Haidan yang dikutip oleh Nurul
Irvan dan Masyarofah dalam bukunya Fiqh Jinayah mengemukakan ada

10
11

Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam..., 87.
Ibid., 88.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

lima syarat untuk dapat diberlakukannya hukuman ini, yaitu sebagai
berikut:12
a.

Pelaku telah dewasa dan berakal sehat. Jika pelakunya sedang tidur,
anak kecil, orang gila, dan orang dipaksa tidak dapat dituntut.

b.

Pencurian tidak dilakukan karena pelakunya sangat terdesak oleh
kebutuhan hidup.

c.

Tidak terdapat hubungan kerabat antara pihak korban dan pelaku,
seperti anak yang mencuri harta milik ayah atau sebaliknya.

d.

Tidak terdapat unsur syubhat dalam hal kepemilikan, seperti harta
yang dicuri itu menjadi milik bersama antara pencuri dan pemilik.

e.
4.

Pencurian tidak terjadi pada saat peperangan di jalan Allah swt.

Alat bukti pencurian
Ada beberapa alat bukti dalam tindak pidana pencurian yang dapat
dibuktikan menurut hukum Islam, antara lain:13
a.

Saksi, merupakan suatu pemberitahuan (pernyataan) yang benar
untuk membuktikan suatu kebenaran. Dalam hal ini cukup dengan
dua orang saksi, dan apabila saksi kurang dari dua orang maka
pencuri tidak dapat dikenai hukuman.

b.

Pengakuan, merupakan suatu pernyataan yang menceritakan tentang
suatu kebenaran atau mengakui kebenaran tersebut cukup dilakukan
satu kali saja. Dalam hal ini menurut Imam Abu Hanafiah, Imam

12

Nurul Irvan dan Masyarofah, Fiqh Jinayah..., 113.
A. Djazuli, Fiqh Jinayah (Upaya Menanggulangi Kejahatan dalam Islam) , (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2000), 80.
13

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

Syafi’i, dan Imam Ahmad cukup satu kali, meskipun demikian
ulama lain ada yang mensyaratkan dua kali.
c.

Sumpah, dikalangan Mazhab Syafi’i, terdapat pendapat yang
menyatakan bahwa pencurian dapat dibuktikan dengan sumpah
yang dilakukan oleh tersangka. Namun, apabila tersangka tidak
ingin bersumpah maka sumpah dikembalikan kepada penuntut
(pemilik barang). Dan apabila pemilik barang ingin bersumpah,
maka tindak pidana pencurian dapat dibuktikan dengan sumpah
tersebut, sehingga tersangka pun dapat dikenai hukuman had.14

d.

Karinah (sesuatu yang berkumpul), dengan adanya tanda-tanda yang
menunjukkan bahwa seorang telah mencuri.

5.

Sanksi pencurian
Adapun sanksi yang dapat diberikan bagi pelaku tindak pidana
pencurian yang telah dibuktikan, maka pencuri dapat dikenai dua
macam sanksi yang diantaranya:15
a) Penggantian kerugian (dhaman)
Dalam hukum pidana Islam ada perbedaan pendapat mengenai
penjatuhan hukuman bagi pelaku pencurian, diantaranya; Menurut
Imam Abu Hanifah dan murid-muridnya penggantian kerugian dapat
dikenakan terhadap pencurian apabila ia tidak dikenakan hukuman
potong tangan. Akan tetapi, apabila hukuman potongan tangan
dilaksanakan maka pencuri tidak dijatuhkan hukuman ganti rugi.

14
15

Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam..., 89.
Ibid., 90.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

Sedangkan menurut Imam Syafi’i dan Imam Ahmad, hukuman
potong tangan dan ganti rugi dapat dilaksanakan bersama-sama.
Alasannya, karena dalam pencurian terdapat dua hak yang dilanggar,
yaitu hak Allah swt (masyarakat). Dan hak manusia. Dengan ini,
hukuman potong tangan dijatuhkan sebagai imbangan dari hak Allah
(masyarakat), sedangkan ganti rugi dikenakan sebagai imbangan dari
hak manusia.
Berbeda dengan pendapat Imam Malik dan murid-muridnya yang
menjelaskan bahwa apabila barang yang dicuri sudah tidak ada dan
pencuri adalah orang yang mampu, maka diwajibkan untuk
membayar ganti rugi sesuai dengan nilai barang yang dicurinya,
disamping itu pelaku tidak dikenai hukuman potong tangan. Akan
tetapi, apabila pelaku tidak mampu membayar ganti rugi, maka dapat
dijatuhi hukuman potong tangan tanpa dikenakan hukuman ganti rugi
tersebut.
b) Hukuman potong tangan (had)
Hukuman potong tangan merupakan hukuman pokok untuk
tindak pidana pencurian. Oleh karena itu, hukuman potong tangan
tidak bisa di gugurkan, baik oleh korban maupun oleh ulil amri
(penguasa).16
Dengan demikian, para ulama sepakat dengan adanya hukuman
potong tangan yang diberlakukan kepada pelaku pencurian. Karena
16

Ibid.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

28

hukuman potong tangan telah dijelaskan dalam al-Quran berdasarkan
firman Allah swt. dalam surat Al-Maidah ayat 38 yang berbunyi:

َ‫ا سا ِقَ ا سا َِق َُفاَقْطع َ يدَِي ماَجزا ًَبِماَكس اَن اًَمِنَاهَِ َاهعَعزَِيز‬
َ۸۳َ:َ ‫ح ِيمَُام ئد‬
Artinya:
Adapun orang laki-laki maupun perempuan yang mencuri,
potonglah tangan keduanya (sebagai) balasan atas apa yang
mereka lakukan dan sebagai siksaan dari Allah SWT. dan
Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. Al-Maidah:
38).17
Batas pemotongan, menurut Imam Abu Hanifah, Imam Malik,
Imam Syafi’i, Imam Ahmad, dan Zahiri adalah dari pergelangan
tangan ke bawah. Begitu pula bila yang dipotong kakinya, maka
batas pemotongannya adalah dari pergelangan kaki. Alasannya adalah
batas minimal anggota yang disebut tangan dan kaki adalah telapak
tangan atau kaki dengan jari-jarinya. Selain itu, Rasulullah
melakukan pemotongan tangan pada pergelangan tangan pencuri.18
Bila seorang pencuri melakukan beberapa kali dan baru
tertangkap, maka ia hanya dikenai hukuman sekali. Karena pencurian
itu merupakan jari>mah hudud yang berkaitan dengan hak Allah swt.
Padanya, sepenuhnya diterapkan teori at-tada>khul. Demikian juga
halnya dengan kasus-kasus lainnya yang berhubungan dengan hak
Allah SWT. Sehubungan dengan ini, dipegang kaidah sebagai
berikut: “Semua jari>mah yang berkaitan dengan Hak Allah, padanya
17

Kementerian Agama RI, Ar-Rahim Al-Quran dan Terjemahan, (Bandung: CV Mikraj Khazanah
Ilmu, 2014), 114.
18
A. Djazuli, Fiqh Jinayah..., 84.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

29

berlaku teori at-tada>khul, sedangkan untuk semua jari>mah yang
berhubungan dengan Hak manusia, padanya tidak berlaku teori at-

tada>khul”.19
Adapun orang yang melaksanakan hukuman adalah ulil amri
(penguasa), dan seseorang atau sekelompok orang yang diberi
kewenangan untuk melakukan hal terse

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

EFEKTIFITAS BERBAGAI KONSENTRASI DEKOK DAUN KEMANGI (Ocimum basilicum L) TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR Colletotrichum capsici SECARA IN-VITRO

4 157 1

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA REGULER DENGAN ADANYA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD INKLUSI GUGUS 4 SUMBERSARI MALANG

64 523 26

STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM MEWUJUDKAN MALANG KOTA LAYAK ANAK (MAKOLA) MELALUI PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN

73 431 39

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PENGARUH DIMENSI KUALITAS LAYANAN TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN DI CAFE MADAM WANG SECRET GARDEN MALANG

18 115 26