Untitled Document

Jurnal Suluh Pendidikan FKIP-UHN
Volime 1(1), 46-54, September 2014

ISSN: 2356-2595

PENGARUH INSTRUKTUR TERHADAP PENINGKATAN NILAI UJI KOMPETENSI
PESERTA PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU
Efron Manik
Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas HKBP Nommensen.
ABSTRACT
Matter of Education and Training of Professional Teacher (ETPT) is very much to be
learned for 9 days. According to various studies that teachers' performance before and after the
certification of teachers is almost no difference. The results of these studies led many to ask why
ETPT who spend a lot of money is no result. The purpose of this study was to determine whether
the discipline, passion and a way of teaching instructors can increase the value of the competence
test participant ETPT. This study reveals that the discipline, passion and way of teaching instructor
is necessary, but this is not a sufficient condition to be able to increase the value of ETPT
participants Competency Test.
Kata Kunci : PLPG, Semangat, Disiplin, Cara Mengajar, Uji Kompetensi
PENDAHULUAN
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru


Bruner (Willis, 1989) mengemukakan

(PLPG) merupakan jalur yang paling banyak

bahwa: Terdapat empat tema pendidikan.

dilalui oleh guru-guru yang akan mendapatkan

Tema pertama tentang struktur pengetahuan.

Sertifikat Pendidik. Walaupun ada jalur lain,

Dengan struktur ini peserta pelatihan ditolong

yaitu:

untuk melihat bagaimana fakta-fakta yang

jalur


Pemberian

Portofolio
Sertifikat

(PF)

dan

Pendidik

jalur
secara

kelihatannya

tidak

berhubungan


dapat

Langsung (PSPL), jalur PLPG lebih banyak

dihubungkan satu dengan yang lain. Tema

memberi peningkatan kompetensi bagi guru.

kedua tentang kesiapan untuk belajar kesiapan

Menurut Fontana (Suherman, 2003), belajar

terdiri

adalah proses perubahan tingkah laku individu

ketrampilan yang lebih sederhana yang dapat

yang


mengijinkan

relatif

pengalaman,

tetap

sebagai

sedangkan

hasil

dari

atas

penguasaan

seseorang

ketrampilan-

untuk

mencapai

pembelajaran

ketrampilan-ketrampilan yang lebih tinggi.

merupakan upaya penataan lingkungan yang

Tema yang ketiga adalah intuisi dalam proses

memberi nuansa agar program belajar tumbuh

pendidikan tujuan intuisi untuk mengetahui


dan berkembang secara optimal. Dengan

apakah

demikian proses belajar bersifat internal dan

merupakan kesimpulan-kesimpulan yang sahih

unik dalam diri individu peserta pelatihan,

atau tidak. Tema keempat adalah motivasi

sedangakan

bersifat

untuk belajar dan cara-cara yang merangsang

eksternal yang disengaja direncanakan dan


motivasi adalah pengalaman dimana peserta

proses

pembelajaran

bersifat rekayasa perilaku.
Jurnal Suluh Pendidikan | Volume 1 | Nomor 1 | September 2014

formulasi-formulasi

yang

dibuat

ISSN: 2356-2595
Efron Manik

Pengaruh Instruktur Terhadap Peningkatan Nilai.........................


pelatihan berpartisipasi secara aktif dalam

optimal. Strategi pembelajaran yang dilakukan

menghadapi alamnya.

oleh

instruktur

sebelum

melaksanakan

Pendekatan Bruner terhadap belajar

pembelajaran di kelas, biasanya dibuat secara

didasarkan pada dua asumsi yaitu perolehan


tertulis, mulai dari Telaah Kurikulum, Satuan

pengetahuan merupakan suatu proses yang

Acara Perkuliahan, sampai dengan Rencana

interaktif

dan

pengetahuannya

orang

mengkonstruksi

Pembelajaran.

dengan


menghubungkan

(Suyitno, 2004) strategi pembelajaran adalah

Menurut

Amin

Suyitno

informasi yang masuk dengan informasi yang

perencanaan

disimpan sebelumnya. Bruner yakin bahwa

mengenai

orang


dengan

kompetensi yang diharapkan tercapai. Strategi

lingkungan secara aktif; perubahan tidak hanya

pembelajaran merupakan cara-cara yang akan

terjadi di lingkungan tetapi juga dalam diri

dipilih dan digunakan oleh seorang guru untuk

orang itu sendiri. Dengan demikian belajar

menyampaikan materi pembelajaran sehingga

merupakan suatu proses yang ditandai dengan

akan memudahkan peserta didik menerima dan

adanya perubahan perilaku. Perubahan ini

memahami materi pembelajaran, yang pada

dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk

akhirnya

seperti

dikuasainya di akhir kegiatan belajar.

yang

belajar

beriteraksi

berubahnya

kecakapan,
Peristiwa

penalaran,

kebiasaan,
belajar

dan

disertai

sikap,

sebagainya.

tindakan

kegiatan

tujuan

Agar

yang

pembelajaran

pembelajaran

pembelajaran

dapat

cermat
agar

dapat

diserap

proses

dengan baik oleh peserta pelatihan, selain

pembelajaran akan lebih terarah dan sistematik

diperlukan strategi pembelajaran, instruktur

daripada belajar yang hanya semata-mata dari

juga perlu memilih model pembelajaran yang

pengalaman

di

dipandang tepat dan sesuai dengan kondisi

proses

peserta pelatihan. Istilah model pembelajaran

pembelajaran, di dalamnya terdapat peran

dibedakan dari istilah metode pembelajaran.

instruktur, bahan belajar, dan lingkungan

Model pembelajaran dimaksudkan sebagai

kondusif yang sengaja diciptakan, sehingga

pola

diharapkan dapat mencapai hasil belajar yang

instruktur di dalam kelas yang menyangkut

optimal.

strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang

dalam

masyarakat.

kehidupan

Belajar

Strategi

dengan

dan

dalam

sosial

dengan

kaitannya

dengan

interaksi

pelatihan

dengan

diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan belajar

pembelajaran adalah siasat atau kiat yang

mengajar

sengaja

di

kelas.

Sedangkan

metode

oleh

instruktur,

pembelajaran adalah cara menyajikan materi

segala

persiapan

yang masih bersifat umum. Jadi istilah model

pembelajaran agar pelaksanaan pembelajaran

pembelajaran mempunyai makna yang lebih

berjalan dengan lancar dan tujuannya yang

luas dari pada metode pembelajaran. Model

berupa hasil belajar dapat tercapai secara

pembelajaran

berkenaan

47

direncanakan

peserta

dengan

menurut

Saripuddin

dalam

Jurnal Suluh Pendidikan | Volume 1 | Nomor 1 | September 2014

ISSN: 2356-2595
Efron Manik

Pengaruh Instruktur Terhadap Peningkatan Nilai.........................

Nurhayati Abba (Abba, 2000) adalah kerangka

instruktur, dan model pembelajaran yang

konseptual yang menggambarkan prosedur

inovatif

yang sistematis dalam mengorganiasasikan

yang berpusat pada peserta pelatihan . Namun

pengalaman belajar untuk mencapai tujuan

masih tetap perlu diingat bahwa setiap model

belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman

pembelajaran baik yang dianggap kurang

bagi perancang dan para pengajar dalam

inovatif maupun yang

merencanakan dan melaksanakan aktivitas

kelebihan dan kelemahan masing masing.

belajar mengajar.

dengan pendekatan

pembelajaran

inovatif

memiliki

Semangat instruktur saat mengajar

Perubahan paradigma
mendasar dalam

yang

sangat

merupakan salah satu faktor yang menentukan

pembelajaran saat ini

keberhasilan proses pembelajaran. Nuraida

berkaitan dengan pemilihan

pendekatan

(2012) mengatakan semangat dan antusiasme

pembelajaran yaitu perubahan pilihan kegiatan

bisa menular. Jika instruktur tidak semangat

pembelajaran yang berpusat pada guru TCA

maka hal itu akan menular kepada peserta

(teacher centerd approach); yang sudah

pelatihan. Sebaliknya jika instruktur semangat

dianggap usang, dianggap tradisional, peserta

maka peserta juga akan semangat juga. Bahkan

pelatihan sebagai penerima informasi secara

Peale (1997) mengatakan tidak akan pernah

pasif, kurang aktif, materi yang diajarkan

ada yang besar bisa dicapai tanpa semangat.

kurang relevan, model pembelajaran yang

Ada suatu kualitas dinamis luar biasa tentang

kurang inovatif bergeser menjadi pilihan

semangat.

paradigma

arah

hambatan di depannya, membuat kepribadian

pembelajaran yang berpusat pada peserta siswa

hidup, dan menghasilkan kekuatan-kekuatan

SCA (student centered approach);

yang aktif.

baru

memberikan

dan

bergerak

ke

yang

Semangat

melenyapkan

semua

kesempatan kepada peserta

Disiplin memastikan seseorang dapat

pelatihan untuk aktif, ketrampilan belajar dan

mencapai tujuan yang sudah direncanakan.

berinovasi berfokus pada kreativitas, berfikir

Pavlina (2012) mengatakan disiplin adalah

kritis, komunikatif dan kolaborasi

kemampuan

(Fuad

Abdul Hamied, 2008).

untuk

mengambil

tindakan

terlepas dari keadaan emosi anda. Dengan

Trianto (2007:2) menyatakan bahwa

disiplin kita dapat mencapai cita-cita dan niat

perubahan paradigma pembelajaran tersebut

kita. Jika peserta pelatihan melihat instruktur

adalah orientasi pembelajaran

yang semula

disiplin maka peserta akan berusaha untuk

berpusat pada guru (teacher centered) beralih

disiplin melakukan apa yang diinginkan

berpusat

pada

siswa

Dengan demikian,

(student

centered).
ada

Dari landasan teori yang diuraikan di

model pembelajaran yang kurang inovatif

atas maka dapat ditarik hipotesis dalam

dengan

penelitian ini, yaitu: (1) Ada pengaruh antara

pendekatan

dapat disimpulkan

instruktur.

yang

berpusat

pada

Jurnal Suluh Pendidikan | Volume 1 | Nomor 1 | September 2014

48

ISSN: 2356-2595
Efron Manik

Pengaruh Instruktur Terhadap Peningkatan Nilai.........................

disiplin, semangat, dan cara mengajar

ajar, lembar kerja siswa (LKS) dan lain-lain

instruktur terhadap nilai Uji Kompetensi

akan diakukan selama 22 jam pelajaran.

peserta PLPG. (2) Ada perbedaan pencapaian

Akhirnya kegiatan pelatihan akan diakhiri

nilai Uji Kompetensi peserta PLPG yang diajar

dengan

oleh instruktur yang disiplin dengan yang

(peerteaching) selama 20 jam pelajaran.

pelaksanan

pembelajaran

tidak. (3) Ada perbedaan pencapaian nilai Uji

Materi PLPG terlalu sangat banyak

Kompetensi peserta PLPG yang diajar oleh

untuk dipelajari selama 9 hari. Sehingga

instruktur yang bersemangat dengan yang

menurut berbagai penelitian yang dilakukan

tidak.

untuk mengukur kinerja guru sebelum dan

oleh

PLPG diselenggarakan selama 9 hari

sesudah sertifikasi guru hampir tidak ada

Lembaga

perbedaan. Hasil tersebut membuat banyak

Pendidikan

dan

Tenaga

Kependidikan (LPTK). Setiap hari peserta

orang

diajar oleh instruktur selama 10 jam pelajaran.

menghabiskan banyak dana menjadi terbuang

Proses pembelajaran dimulai pukul 7.30

siasia. Hal ini membuat pelaksanaan sertifikasi

sampai dengan pukul 17.45. Setelah itu

guru mengalami banyak perubahan dari tahun

mereka akan mengerjakan tugas-tugas yang

ke tahun.

diberikan oleh instruktur. Untuk tahun 2012
mereka

belajar

materi

Kebijakan

bertanya

mengapa

kegiatan

yang

Penyelenggaraan sertifikasi guru tahun
2012 mengalami banyak perubahan. Peserta

Pengembangan Profesi Guru (KPPG) selama 3

PLPG

jam pelajaran, dan pendalaman materi mata

Kompetensi Awal terlebih dahulu. Peserta

pelajaran yang belum dikuasai oleh sebagian

yang skornya di bawah 30 tidak dapat

besar guru selama 25 jam pelajaran. Selama 10

mengikuti PLPG, sehingga pesertanya lebih

jam pelajaran berikutnya mereka belajar

siap

tentang model-model pembelajaran inovatif,

sebelumnya. LPTK juga akan dinilai oleh KSG

asesmen, dan pemanfaatan media disesuaikan

apakah

dengan karakteristik isi mata pelajaran dan

penyelenggara sertifikasi guru atau tidak untuk

peserta didik yang mengacu pada Rencana

tahun berikutnya. Penilaiannya dilihat dari

Pelaksanaan

untuk

ketaatan menjalankan aturan/prosedur dan

meningkatkan pengetahuan, teknologi, dan

kemampuan LPTK meningkatkan skor Uji

seni termasuk keimanan, ketaqwaan, dan

Kompetensi Guru.

Pembelajaran

(RPP)

akhlak mulia. Guru juga akan dilengkapi
dengan

untuk

mengikuti

dibanding

masih

Untuk

seleksi

peserta

layak

menjaga

Ujian

tahun-tahun

menjadi

peningkatan

induk

mutu

Penelitaian

penyelenggaraan, Panitia Sertifikasi Guru

Tindakan Kelas (PTK) dan penulisan karya

Rayon 133, Universitas HKBP Nommensen,

ilmiah selama 6 jam pelajaran. Selanjutnya

membuat prosedur pelaksanaan PLPG yang

workshop untuk membuat silabus, RPP, bahan

lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya.

49

kemampuan

harus

Jurnal Suluh Pendidikan | Volume 1 | Nomor 1 | September 2014

ISSN: 2356-2595
Efron Manik

Pengaruh Instruktur Terhadap Peningkatan Nilai.........................

Pemilihan instruktur PLPG untuk tahap

secara bersama-sama. Hasil penelitian ini akan

berikutnya ditentukan oleh rata-rata kenaikan

memberikan manfaat untuk perbaikan angket

skor Uji Kompetensi dari peserta kelas yang

untuk instruktur PLPG untuk tahun-tahun

diasuhnya, dan oleh hasil rank angket yang

selanjutnya. Hasil ini juga dapat digunakan

disebarkan kepada peserta. Peserta diminta

sebagai bahan masukan untuk instruktur-

untuk membuat rank dari instruktur untuk

instruktur yang mengajar di kampus.

instrumen angket yang terdiri dari 4 butir,
yaitu: (1) Instruktur yang paling semangat

METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian dilakukan di Universitas

pada saat mengajar di kelas, (2) Instruktur
yang

mampu

membuat

materi

yang

diajarkannya mudah dimengerti , (3) Instruktur
yang mengajar paling PAIKEM (Pembelajaran
Aktif,

Inovatif,

Kreatif,

Efektif,

dan

Menyenangkan), dan (4) Instruktur yang
paling disiplin mematuhi kegiatan dan waktu

HKBP Nommensen dan Lembaga Pendidikan
Perkebunan (LPP) Medan. Penelitian ini
direncanakan dilaksanakan selama enam bulan
sejak Oktober 2012 sampai dengan Maret
2013. Sampel penelitian ini adalah instruktur
dan peserta PLPG Rayon 133 tahun 2012 mata
pelajaran Matematika.

pada jadwal (Roster) PLPG.
Penelitian ini akan difokuskan untuk
peserta PLPG mata pelajaran Matematika
karena keterbatasan dana. Mata pelajaran ini
juga sesuai dengan mata pelajaran yang diasuh
oleh peneliti. Sehingga kesalahan-kesalahan

ini diperoleh dari hasil angket instruktur yang
diisi peserta PLPG, dan persentasi jumlah soal
yang dijawab peserta PLPG dengan benar
untuk setiap materi yang diajarkan instruktur
yang bersangkutan dikali dengan seratus.
Angket akan diujicoba pada peserta

yang terjadi dapat diminimumkan. Masalah
yang akan diteliti adalah ”Apakah

ada

hubungan nilai rank angket instruktur mata
pelajaran

Matematika

dengan

skor

Uji

Kompetensi peserta PLPG sesuai dengan
materi

yang

bersangkutan?

diberikan

instruktur

yang

Apakah

perbedaan

rank

instruktur menyebabkan pemahaman peserta
PLPG tentang materi yang diajarkan instruktur
juga berbeda?” Sesuai dengan latar belakang
dan perumusan masalah, maka tujuan dari
penelitian ini adalah mengetahui berapa besar

Data pada penelitian

mata pelajaran Matematika Tahap I untuk
mengetahui validitas dan reliabilitas. Sebelum
digunakan data diuji dulu kenormalannya
dengan menggunakan uji Liliefors dan uji
Burlett digunakan untuk menguji homogenitas
dua

kelompok

data

(Muhidin,

2007).

Selanjutnya untuk menguji ada tidaknya
perbedaan rata-rata hasil belajar dari kedua
kelompok, diuji menggunakan uji t atau uji
Mann U Whitney.
Salah satu hipotesis yang akan diuji adalah:

pengaruh disiplin, semangat, dan PAIKEM

H0 : 1  2

instruktur terhadap nilai Uji Kompetensi baik

H1 : 1 > 2

Jurnal Suluh Pendidikan | Volume 1 | Nomor 1 | September 2014

50

ISSN: 2356-2595
Efron Manik

Pengaruh Instruktur Terhadap Peningkatan Nilai.........................

Rumus yang digunakan:
t

x1  x 2

, dimana:

1
1
s

n1 n2

s2 

(n1  1) s12  (n2  1) s 22
.
n1  n2  2

Terima Ho jika – t1-1/2α(n1+n2-2) < t Ftabel.
Dari pembahasan di atas diperoleh

disusun dapat dipakai untuk mengukur dalam
p-enelitian

ini.

digunakan

untuk

Sedangkan
mengukur

soal
nilai

yang

bahwa kedua data berdistribusi normal tetapi

Uji

Jurnal Suluh Pendidikan | Volume 1 | Nomor 1 | September 2014

52

ISSN: 2356-2595
Efron Manik

Pengaruh Instruktur Terhadap Peningkatan Nilai.........................

tidak homogen. Sehingga Uji Perbedaan yang

t

digunakan menggunakan Uji-t dengan rumus:

t

Perhitungan
menggunakan

x 2  x1

.
s12 s 22

n1 n2
selengkapnya

rumus

x1  x 2
1
1
s

n1 n2

,

dimana
. s2 
dengan

tersebut

tersebut

Perhitungan

(n1  1) s12  (n2  1) s 22
.
n1  n2  2
selengkapnya
dengan
t =

diperoleh t = 2,57, sedangkan untuk n1 = n2,

menggunakan rumus tersebut diperoleh

dan  = 5% diperoleh ttabel = 2,04. Jadi rata-

0,34, dan

rata Rank X1 lebih baik dari X2, karena t

Karena | t | < ttabel maka disimpulkan bahwa

hitung lebih besar dari pada ttabel. Berarti rata-

½

 = 2,5% diperoleh ttabel = 2,30.

tidak cukup alasan untuk mengatakan bahwa

rata Rank Instruktur 1 lebih baik dari

nilai rata-rata Y1 lebih besar dari nilai rata-rata

Instruktur 2.

Y2.

Selanjutnya

peneliti

akan

Walaupun peserta PLPG menyatakan

menguji

apakah nilai Uji Kompetensi peserta PLPG

bahwa Instruktur 1 lebih disiplin, dan lebih

untuk topik yang diajarakan Instruktur 1 (Y1)

semangat, serta cara mengajarnya (X1) juga

berbeda dengan nilai Uji Kompetensi peserta

lebih baik dari pada Instruktur 2 (X2), tetapi

PLPG untuk topik yang diajarakan Instruktur 2

nilai Uji Kompetensi peserta PLPG untuk

(Y2). Sebelum dianalisa, peneliti akan terlebih
dahulu menguji kenormalan data, yaitu: untuk
data Y1diperoleh L0 = 0,1 dan untuk data Y2
diperoleh L0 = 0,153. Untuk n = 31 dan  =
5% diperoleh Ltabel = 0,159. Maka data Y1 dan

topik yang diajarakan Instruktur 1 (Y1) tidak
berbeda dengan nilai Uji Kompetensi peserta
PLPG untuk topik yang diajarakan Instruktur 2
(Y2).
Jika kita perhatikan bahwa rata-rata
nilai Uji Kompetensi peserta PLPG untuk

Y2 berdistribusi Normal karena L0 < Ltabel.
Selanjutnya akan diuji Homogenitas
data Y1 dan Y2. Variansnya adalah S12 =

topik yang diajarakan Instruktur 1

Y1 sama

dengan 57,76 tidak berbeda dengan rata-rata

Dengan

nilai Uji Kompetensi peserta PLPG untuk

menggunakan nilai kedua varians ini, dihitung

topik yang diajarakan Instruktur 2 Y2 sama

F = 1,18. Sedangkan untuk  = 5% diperoleh

dengan 52,70. Selisih rata-ratanya sebesar 5,06

Ftabel =3,316. Jadi kedua data Homogen karena

tetapi selisih sebesar ini ternyata tidak cukup

F < Ftabel.

untuk mengatakan hasil pengajaran Instruktur

3586,21,

dan

S22

=3032,80.

Y2

1 lebih baik dari hasil pengajaran Instruktur 2.

berdistribusi normal dan homogen maka Uji

Jadi disiplin, semangat dan cara mengajar

Perbedaan yang digunakan menggunakan Uji-t

Instruktur merupakan hal yang perlu, tetapi hal

Karena

kedua

data

Y1

dan

dengan rumus:
53

Jurnal Suluh Pendidikan | Volume 1 | Nomor 1 | September 2014

ISSN: 2356-2595
Efron Manik

Pengaruh Instruktur Terhadap Peningkatan Nilai.........................

ini belum merupakan syarat yang cukup yang
dimiliki oleh seorang instruktur untuk dapat
meningkatkan nilai Uji Kompetensi peserta
PLPG.
KESIMPULAN DAN SARAN
Instruktur 1 lebih disiplin, dan lebih
semangat, serta cara mengajarnya (X1) juga
lebih baik dari pada Instruktur 2 (X2), tetapi
nilai Uji Kompetensi peserta PLPG untuk
topik yang diajarakan Instruktur 1 (Y1) tidak
berbeda dengan nilai Uji Kompetensi peserta
PLPG untuk topik yang diajarakan Instruktur 2
(Y2).

Jadi

disiplin,

semangat

dan

cara

mengajar Instruktur merupakan hal yang perlu,
tetapi hal ini belum merupakan syarat yang
cukup yang dimiliki oleh seorang instruktur
untuk

dapat

meningkatkan

nilai

Uji

Kompetensi peserta PLPG.
Pada

kesempatan

ini

kami

menyarankan kepada Panitia PLPG untuk
memikirkan

aspek-aspek

lain

yang

mempengaruhi nilai Uji Kompetensi guru. Hal
ini diperlukan untuk menambah butir penilaian
Angket pada PLPG yang akan datang sehingga
nilai angket benar-benar perpengaruh pada
peningkatan nilai Uji Kompetensi.
DAFTAR PUSTAKA
Abba, N. 2000. Pengembangan Perangkat
Pembelajaran
Matematika
Berorientasi Model Pembelajaran
Berdasarkan Masalah. Makalah
Program
Studi
Pendidikan
Matematika Program Pasca Sarjana
UNESA.
Fuad Abdul Hamied. 2008. Deputi Menko
Kesra. Model Pembelajaran Inovatif
.

di Era Global . Seminar Nasional
Model Pembelajaran Inovatif. Di
Purwokerto
27
Nov.
2008.
http://ispibanyumas.blogspot.com/2008/12/mo
del-pembelajaran-inovatif-diera.html. 11-6-2009.
Muhidin, S.A. dan M. Abdurahman. 2007.
Analisis Korelasi, Regresi, dan Jalur
Dalam Penelitian. Bandung: Pustaka
Setia.
Nuraida, N. 2012. Semangat dan Antusiasme
Bisa
Menular.
http://edukasi.kompasiana.
com/2012/03/22/semangat-danantusiasme-bisa-menular/
Pavlina, S. 2012. Self Discipline: The Key to
Success.
http://penyala.files.wordpress. com/
2012/05/self-disiplin.pptx
Peale, N.P. 1997. Enam Sikap Pemenang.
Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Sudjana. 1996. Metoda Statistika. Bandung:
Tarsito
Suherman,
E.,
dkk.
2003.
Strategi
Pembelajaran
Matematika
Kontemporer. Bandung: UPI.
Suyitno, A. 2004. Dasar-dasar dan Proses
Pembelajaran Matematika I.
Semarang: Universitas Negeri
Semarang.
Trianto. 2007. Model Model Pembelajaran
Inovatif berorientasi
Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi
Pustaka.
Willis, D.R. 1989. Teori – teori Belajar.
Jakarta: Erlangga

Jurnal Suluh Pendidikan | Volume 1 | Nomor 1 | September 2014

54