| Sophya | ELEMENTARY 329 1351 1 PB

(1)

PEMAHAMAN

READING TEXT”

MELALUI METODE

PEER TEACHING

(Studi Kasus Mata Kuliah Bahasa Inggris II

Prodi PGMI Jurusan Tarbiyah STAIN Kudus)

Ida Vera Sophya

Dosen Jurusan Tarbiyah STAIN Kudus

Abstract: Learning English is successful and qualiied in terms of the process when the whole and most of the students are actively involved in the learning process and are able to absorb the material being taught, so that they can understand the readings in English, especially literature to Islamization. Therefore, lecturer of English courses required for varied in teaching. One method that can be used in the teaching of English language courses for students of Elementary School Teacher Education (PGMI) Department, Tarbiyah STAIN Kudus is to use peer teaching method.

The results obtained in this study were 1) the use of peer teaching process conducted by Teachers / lecturers on the course English II on PGMI STAIN Kudus majors in improving reading comprehension Islamic text is in conformity with the existing rules on the peer teaching. While 2) supporting factors in the use of peer teaching methods conducted by lecturers of English II course PGMI majors courses STAIN Kudus among other things: (a) increase student motivation to learn; (b) the quality and increase the learning process; (c) students in the social interactive learning increases; (d) Students impelled towards the higher level thinking; (e) developing the skills to work in groups; (f) a sense of responsibility for their own learning increases; (g) awakened the spirit of working together; (i) increasing communication skills; and (j) Increased learning outcomes. While inhibiting the use of peer teaching in teaching English courses II is (a) Requires a relatively long time; (b) If the student does not have the relevant knowledge base then this method becomes ineffective; (c) The possibility is dominated by a student who likes to talk, smart, or who want to stand out; (d)


(2)

Not all the teachers really understand how each student to work in groups; (e) Require strict extra attention from the teacher.

Key words: Peer Teaching Methods, Comprehension, Reading Islamic Text

A. Pendahuluan

Keberhasilan sebuah pembelajaran khususnya di perguruan tinggi bergantung pada pemilihan materi pelajaran, merencanakan kegiatan belajar mengajar, pemilihan metode pembelajaran, dan media yang akan digunakan dalam pembelajaran. Selain hal-hal tersebut, hal yang paling penting adalah keterampilan dosen dalam memperlakukan perangkat pembelajaran tersebut.

Menurut E. Mulyana (2004:32), pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian

besar peserta didik terlibat secara aktif, baik isik, mental maupun

sosial dalam proses pembelajaran, di samping menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi, semangat belajar yang besar, dan rasa percaya diri sendiri. Menurut Oemar Hamalik (2002:172), belajar tidak cukup hanya dengan mendengar dan melihat tetapi harus dengan melakukan aktivitas yang lain diantaranya membaca, bertanya, menjawab, berpendapat, mengerjakan tugas, menggambar, mengomunikasikan, presentasi, diskusi, menyimpulkan, dan memanfaatkan peralatan.

Mata kuliah bahasa Inggris II adalah mata kuliah yang memfokuskan pada keterampilan membaca. Dengan keterampilan ini peserta didik diharapkan mampu menganalisa dan memecahkan permasalahan yang berhubungan dengan teks-teks ke-Islaman yang berbahasa Inggris. Mahasiswa biasanya mengalami kebingungan dalam menerjemahkan teks-teks ke-Islaman tersebut karena kurangnya pengetahuan kosakata bahasa Inggris yang mereka miliki dan juga karena mereka malas untuk membuka kamus apabila mereka menemui kosakata yang sukar. Oleh karena itu, dalam pengajaran mata kuliah bahasa Inggris II ini, perlu suatu metode pengajaran untuk meningkatkan keaktifan belajar peserta didik yaitu dengan menggunakan metode peer teaching.


(3)

teman sebaya sebagai tutor dalam proses belajar dan mengajar. Penerapan metode belajar peer teaching, diharapkan dapat untuk mengungkapkan hal-hal yang tersembunyi pada peserta didik atau mahasiswa, seperti kesulitan memahami memahami materi, kesulitan memahami bahasa pendidik dan berbagai kendala lain yang mengganggu proses belajar. Metode peer teaching merupakan pemanfaatan teman sekelas untuk membantu memicu semangat belajar dan rasa ingin tahu terhadap materi yang sedang dipelajari. Peserta didik cenderung malu mengungkapkan permasalahan yang dialami pada proses belajar terhadap pendidik atau dosen, namun pada teman sebayanya, mahasiswa akan berusaha saling membantu dan tidak merasa canggung bertanya jika menemui permasalahan pada saat belajar.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin melakukan suatu penelitian tentang Penggunaan Metode Peer Teaching Dalam Meningkatkan Pemahaman Islamic Reading Text (Studi Kasus Pengajaran Mata Kuliah Bahasa Inggris II Prodi PGMI Jurusan Tarbiyah STAIN Kudus).

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk

mengidentiikasi masalah-masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan penggunaan metode peer teaching dalam meningkatkan pemahaman Islamic reading text pada matakuliah bahasa Inggris II program studi PGMI Jurusan Tarbiyah STAIN Kudus?

2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan penggunaan metode peer teaching dalam meningkatkan pemahaman Islamic reading text pada matakuliah bahasa Inggris II program studi PGMI Jurusan Tarbiyah STAIN Kudus?

B. Kajian Pustaka

1. Metode Peer Teaching (Tutor Sebaya)

a. Pengertian Metode Peer Teaching (Tutor Sebaya)

Keberhasilan sebuah pembelajaran bergantung pada pemilihan materi pelajaran, merencanakan kegiatan belajar mengajar, pemilihan metode pembelajaran, dan media yang akan digunakan dalam pembelajaran. Selain hal-hal tersebut, hal yang paling penting adalah keterampilan dosen dalam memperlakukan perangkat pembelajaran


(4)

tersebut.

Pelaksanaan pembelajaran hendaknya bermakna bagi mahasiswa, jangan sampai mahasiswa hanya datang dan duduk di kelas tanpa memperoleh sesuatu yang bermanfaat. Oleh karena itu hendaknya dosen pandai memilih metode yang dapat menjadikan pembelajaran bermakna bagi mereka. Hal lain yang harus dijadikan pertimbangan dalam memilih metode pembelajaran adalah kesesuaiannya dengan tujuan instruksional serta pelaksanaannya, dilihat dari sarana dan waktu yang tersedia. Metode pembelajaran yang dinilai memiliki efektivitas tinggi, menurut Boud, et al. (2001) adalah peer teaching atau disebut juga peer learning bahwa:

“Peer teaching involves students learning from and with each

other in ways which peer teachingare mutually beneicial and involve

sharing knowledge, ideas and experience between participants. The emphasis is on the learning process, including the emotional support that learners offer each other, as much as the learning itself.”

Ini berarti dengan metode tersebut harus melibatkan mahasiswa belajar dari dan dengan satu sama lain dalam cara-cara yang saling menguntungkan dan di sana terlibat suasana berbagi pengetahuan, ide dan pengalaman antara mahasiswa satu dengan mahasiswa lainnya. Penekanannya adalah pada proses pembelajaran, termasuk dukungan emosional yang ditawarkan oleh mahasiswa satu sama lainnya, sejauh menyangkut pembelajaran itu sendiri.

Pembelajaran metode peer teaching adalah metode belajar yang melibatkan mahasiswa secara aktif. Metode ini sangat cocok untuk diterapkan di kelas yang jumlah mahasiswanya banyak. Menurut Djalil yang dikutip oleh R. Sosiawanti (2012:7) Peer Teaching (Tutor Sebaya) adalah salah seorang mahasiswa yang pandai dapat membantu belajar peserta didik lainnya dalam tingkat kelas yang sama.

Peer Teaching (Tutor Sebaya) merupakan salah satu dari

strategi pembelajaran yang berbasis active learning. Beberapa ahli percaya bahwa suatu materi bisa benar-benar mudah dikuasai hanya apabila peserta didik mampu mengajarkan pada peserta didik lainnya. Mengajar teman sebaya memberikan kesempatan dan mendorong


(5)

pada peserta didik mempelajari sesuatu dengan baik, dan pada waktu yang sama dia menjadi nara sumber bagi yang lain. Melvi (2001:157) menyatakan bahwa Pembelajaran peer teaching merupakan cara yang efektif untuk menghasilkan kemampuan mengajar teman sebaya.

b. Tujuan dan Manfaat Metode Peer Teaching (Tutor Sebaya)

Secara umum, tujuan dan manfaat dari pembelajaran peer teaching adalah:

1. Memberikan umpan balik dan dukungan terhadap peserta didik; 2. Mengatasi isolasi;

3. Tidak menakutkan (peserta didik lebih cenderung berani untuk bertanya walaupun pertanyaan yang “bodoh”);

4. Memotivasi dan meyakinkan peserta didik 5. Fleksible dan responsibel

Sedangkan menurut Conny Semiawan (2000:69-70) menyatakan bahwa jika bantuan diberikan kepada teman sekelasnya atau proses pembelajaran menggunakan metode peer teaching maka: 1. Beberapa mahasiswa yang pandai disuruh mempelajari suatu

topik

2. Dosen memberi penjelasan umum tentang topik yang akan dibahas

3. Kelas dibagi dalam kelompok dan peserta didik yang pandai disebar ke setiap kelompok untuk memberikan bantuannya

4. Dosen membimbing mahasiswa yang perlu mendapat bimbingan khusus

5 . Jika ada masalah yang tidak terpecahkan, mahasiswa yang pandai meminta bantuan kepada dosen

6. Dosen mengadakan evaluasi

Adapun menurut beberapa ahli (Dobos et al., 1999; Biggs, 1999; Bruffee, 1999; dan Boud et al. 2001) manfaat dari pembelajaran peer

teaching ini adalah:


(6)

proses pembelajaran maupun ‘produk’ pengajaran;

2. Sebagai outcome kognitif dan sosial dalam pembelajaran, yaitu meningkatkan level pendalaman atau pemikiran tingkat-tinggi (higher-order thinking), dan untuk mengembangkan keterampilan kerja sama (collaborative skills);

3. Sebagai peningkatan rasa tanggung jawab seseorang atas upaya belajar, yaitu meningkatkan penguasaan proses belajar-mengajar dan proses pembelajaran dan konstruk-konstruk pengetahuan; 4. Meningkatkan keterampilan meta-kognitif yang memungkinkan

peserta didik untuk lebih mencerminkan pengajaran dan pembelajaran mereka secara lebih kritis. Pada gilirannya peserta didik dapat lebih menghargai pengalaman belajar mereka. Proses penerapan metodeini dapat dilakukan di luar lingkungan kelas dalam semua konteks pembelajaran dan pengajaran.

Ada beberapa keunggulan dan kelemahan menggunakan

peer teaching dalam pembelajaran. Adapun keunggulan dalam

menggunakan metode peer teaching antara lain adalah: a) Meningkatkan motivasi belajar peserta didik

b) Meningkatkan kualitas dan proses pembelajaran

c) Meningkatkan interaktif sosial peserta didik dalam pembelajaran d) Mendorong peserta didik ke arah berpikir tingkat tinggi

e) Mengembangkan keterampilan bekerja dalam kelompok f) Meningkatan rasa tanggung jawab untuk belajar sendiri g) Membangun semangat bekerja sama

h) Melatih keterampilan berkomunikasi i) Meningkatkan hasil belajar

Sedangkan berdasarkan hasil penelitian Lyn Longaretti, dkk mengatakan bahwa kelemahan dalam menggunakan metode peer teaching adalah

a) Memerlukan waktu yang relatif lama


(7)

maka metode ini menjadi tidak efektif

c) Kemungkinan didominasi oleh peserta didik yang suka berbicara, pintar, atau yang ingin menonjolkan diri

d) Tidak semua pendidik benar-benar memahami cara masing-masing peserta didik bekerja di kelompok

e) Memerlukan perhatian pendidik yang ekstra ketat

c. Langkah-langkah Metode Peer Teaching (Tutor Sebaya) Dalam melaksanakan metode ini, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:

1. Dosen menjelaskan topik, tujuan pembelajaran, dan langkah/ kegiatan yang akan dilalui oleh mahasiswa

2. Membagi mahasiswa menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 4-6 mahasiswa secara merata (tiap kelompok terdapat mahasiswa yang pintar)

3. Di dalam kelompoknya mahasiswa belajar dari dan dengan sesama teman lain dengan cara yang saling menguntungkan serta berbagi pengetahuan, ide, dan pengalaman masing-masing.

4. Setiap anggota kelompok dituntut memberikan tanggapan serta pendapat mereka sendiri yang nantinya akan disatukan dalam satu kesimpulan.

5. Setiap kelompok merumuskan hasil diskusinya dalam satu kesimpulan atas dasar kesepakatan bersama.

6. Beberapa menit kemudian (sekitar 20 menit) salah satu anggota masing-masing kelompok secara bergiliran mengajarkan hasil temuannya di hadapan kelompok lain.

7. Setiap kelompok diminta memberikan tanggapan (kritik, saran, pendapat, pertanyaan, komentar, dll)

8. Perbedaan pendapat didiskusikan sampai permasalahan terpecahkan

9. Setiap masalah baru yang muncul dicatat oleh dosen dan diberikan solusiny


(8)

sehingga pemahaman setiap mahasiswa seragam.

11. Penilaian dilakukan oleh dosen saat proses pembelajaran sedang berlangsung (terutama pada langkah 3)

2. Proses Pemahaman Islamic Reading Text.

Standar Kompetensi dari pembelajaran Matakuliah Bahasa Inggris II di STAIN Kudus adalah mahasiswa mempunyai ketrampilan dalam memahami isi teks berbahasa Inggris baik secara global maupun detil, khususnya yang terkait dengan literatur Pendidikan Agama Islam. Akan tetapi, kemampuan membaca teks-teks berbahasa Inggris rata-rata mahasiswa STAIN Kudus masih jauh dari harapan. Ada mahasiswa yang cepat dalam memahami isi bacaan dan ada pula yang lambat dalam memahami isi bacaan. Mahasiswa yang cepat memahami isi bacaan, begitu mudah membaca dan menemukan informasi yang terdapat dalam bacaan. Sebaliknya, mahasiswa yang lambat memahami isi bacaan akan menggunakan waktu yang lama untuk dapat menemukan informasi yang ada dalam bacaan. Dengan kata lain, mahasiswa yang cepat memahami isi bacaan akan merasa bosan, sedangkan mahasiswa yang lambat memahaminya akan merasa bingung. Mahasiswa yang lambat memerlukan bantuan orang lain agar dapat memahami isi bacaan bersama-sama dengan teman sekelasnya.

Selain itu, mahasiswa pada umumnya tidak terlatih untuk berpikir kritis dan kreatif dalam memahami isi bacaan karena pelaksanaan pembelajaran membaca cenderung menekankan pemahaman tersurat dan kurang melibatkan mereka secara aktif, baik dalam pemilihan materi bacaan maupun dalam aktivitas membaca. Dengan demikian, proses pembelajaran membaca dalam bahasa Inggris yang memungkinkan mahasiswa agar dapat memahami dan menerjemahkan teks –teks tentang Ke-Islaman secara tersirat belum tercapai. Hal itu terlihat pada saat mahasiswa sulit mengekspresikan pendapat, argumentasi, ide, dan gagasan mereka dalam bahasa Inggris sederhana, baik secara lisan dan tulisan.

Berkaitan dengan konsep membaca, Hornsby et al. (1986:54) menyatakan bahwa membaca bukanlah kegiatan pasif. Pembaca harus merekonstruksi makna yang ingin disampaikan oleh peneliti dan hanya


(9)

mungkin melakukannya dengan menghubungkan bacaan dengan pengetahuan, pengalaman, dan emosinya. Rekonstruksi makna itu berkembang dan berubah menjadi informasi baru yang diperoleh dari teks dan kekreatifan pembaca dalam memahami makna bacaan.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat dinyatakan bahwa membaca adalah proses transaksi antara pembaca dan teks. Pembaca merekonstruksi makna dari teks berdasar pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki. Rekonstruksi makna akan berubah dari pengetahuan yang belum diketahui menjadi pengetahuan baru yang menjadi milik pembaca. Pengetahuan yang dimiliki pembeca ini berbeda antara seseorang pembaca dengan lainnya dalam membaca teks yng sama sesuai dengan pemahaman pembaca tersebut.

Topik materi bahasa Inggris II yang digunakan dalam silabus program studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) jurusan Tarbiyah STAIN Kudus adalah berupa bacaan atau teks-teks ke-Islaman berbahasa Inggris dengan mengacu pada referensi dari buku English For Islamic Studies yang dikarang oleh Drs. Djamaluddin Darwis, M. A. Buku tersebut sering digunakan oleh para dosen pengampu Bahasa Inggris II di STAIN Kudus dianggap sudah tepat karena isinya banyak membahas tentang kebesaran Allah, Nabi, Kitab-Kitab Allah dan sejenisnya yang ditulis dengan menggunakan bahasa Inggris.

C. Metode Penelitian

Pada penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif yaitu pendekatan penelitian yang tidak menggunakan perhitungan angka-angka dalam menguji kebenaran datanya. Menurut Jazuli (2001:18) mengatakan bahwa penelitian kualitatif lebih menggambarkan cara hidup subjek penelitian sesuai dengan persepsi, pemahaman, dan interpretasi mereka sendiri sehingga penelitian kualitatif bersifat deskriptif yaitu berupa kata-kata dan gambar yang berasal dari naskah, hasil wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi atau resmi. Untuk itu penelitian kualitatif senantiasa berhubungan dengan subyeknya langsung guna mencari informasi yang diharapkan.

Penelitian ini merupakan penelitian yang tergolong dalam penelitian


(10)

terjadinya gejala-gejala. Peneliti melakukan penelitian di lapangan untuk memperoleh data atau informasi secara langsung.

Penelitian ini dilakukan di STAIN Kudus beralamatkan di Jalan Jl. Conge Ngembalrejo PO. BOX. 51 Bae Kudus 59322 Telp. (0291) 432677, 438818 Fax. (0291) 441613. Perolehan data dalam penelitian ini melalui observasi yang bersifat langsung yaitu pengamatan di kelas dan pencatatan hasil wawancara secara sistematis terhadap 2 objek. Sumber data primer diperoleh dari beberapa informan kunci yaitu dosen mata kuliah bahasa Inggris.

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Adapun teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah dengan menggunakan metode wawancara, pengamatan/ observasi dan dokumentasi

D. PEMBAHASAN

1. Deskripsi Mata Kuliah Bahasa Inggris di STAIN Kudus Mata kuliah bahasa Inggris di STAIN Kudus merupakan mata kuliah dasar umum dengan kelompok komponen MPK (Mata kuliah Pengembangan Kepribadian). Mata kuliah ini diberi bobot 2 SKS dengan lama waktu per 1 SKS adalah 50 menit. Oleh karena itu, mahasiswa STAIN Kudus diwajibkan untuk mengambil mata kuliah bahasa Inggris ini pada semester awal yaitu semester I atau semester II. Untuk Jurusan Syariah dan jurusan Dakwah mata kuliah bahasa Inggris diajarkan di semester I sedangkan untuk jurusan Ushuluddin dan jurusan Tarbiyah, mata kuliah bahasa Inggris diajarkan di semester II. Di setiap semester I atau semester II, mahasiswa mendapatkan 3 mata kuliah yang berhubungan dengan bahasa Inggris, diantaranya adalah mata kuliah bahasa Inggris I, mata kuliah bahasa Inggris II dan praktikum bahasa Inggris.

Mata kuliah bahasa Inggris II lebih memfokuskan pada pemahaman membaca (reading) mahasiswa. Dalam pemahaman

reading ini diharapkan mahasiswa mampu menerjemahkan sehingga

mereka memahami isi dari bacaan berbahasa Inggris tentang ke-Islaman. Hal ini seperti tertulis di dalam silabus mata kuliah bahasa


(11)

Inggris II Jurusan Tarbiyah STAIN Kudus yang menyebutkan bahwa standar kompetensi mata kuliah bahasa Inggris II adalah mahasiswa mempunyai ketrampilan dalam memahami isi teks berbahasa Inggris baik secara global maupun detil, khususnya yang terkait dengan literature keislaman. Sedangkan kompetensi dasar mata kuliah bahasa Inggris II berdasarkan silabus mata kuliah bahasa Inggris jurusan Tarbiyah STAIN Kudus adalah (1). mahasiswa mampu memahami dan menterjemahkan text bahasa Inggris tentang Islam dan (2). mahasiswa mampu memahami dan menterjemahkan text bahasa Inggris tentang Pendidikan.

2. Data Tentang Penggunaan Metode Peer Teaching dalam

Peningkatan Pemahaman Islamic Reading Text

Mata kuliah bahasa Inggris II adalah mata kuliah pengembangan kepribadian yang difokuskan pada penguasaan pemahaman isi bacaan dari teks-teks berbahasa Inggris terkait dengan literatur keislaman. Oleh sebab itu dosen mata kuliah bahasa Inggris II harus menyiapkan bacaan berbahasa Inggris terkait dengan literatur-literatur Keislaman. Buku yang biasa sering digunakan oleh para dosen pengampu mata kuliah bahasa Inggris II adalah buku karangan Djamaluddin Darwis, M. A yang berjudul English for Islamic Studies yang diterbitkan oleh

PT Raja Graindo Persada. Di dalam buku tersebut dibagi menjadi 2 bagian (2 Part). Part 1 terdiri dari bacaan antara lain:

Chapter Part One Page

I II III IV V VI VII VIII IX X XI

Prophet Muhammad (1) Prophet Muhammad (2) Prophet Muhammad (3) Allah - The God

Allah Knows Everything Faith

Islam

The Sources of Islam The Qur’an (1) The Qur’an (2) Books of Allah

3 8 13 17 21 26 30 34 39 43 47


(12)

XII XIII XIV XV

The Prophet (1) The Prophet (2) The Angels Life After Death

52 56 61 66

Sedangkan bacaan Part two terdiri dari:

Chapter Part two Page

I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII XIII XIV XV

An Approach to the Study of Religion The Beginning of The Revelation Dawn of Islam (1)

Dawn of Islam (2) Dawn of Islam (3) The Day of Peace

The Quranic Recitation Festival Praying During Travel

Fasting in Islam Divine Tax Pilgrimage (1) Pilgrimage (2) Equality in Islam Culture in Islam Visiting in Islam

73 81 88 94 102 110 117 126 135 143 153 160 170 179 189

Di setiap chapter dari buku tersebut membahas tentang bacaan berdasarkan tema yang telah ditentukan dilengkapi dengan pertanyaan-pertanyaan pemahaman. Selain itu juga membahas tentang grammar dan pengembangan vocabulary.

3. Analisis Pelaksanaan Penggunaan Metode Peer Teaching

Dalam mentransfer pengetahuan kepada mahasiswa, dosen dituntut memberikan layanan terbaiknya agar materi yang diajarkan dapat tersampaikan dan tersalurkan secara tuntas, dan indikator yang diharapkan dapat direspon positif oleh mahasiswa. Strategi pembelajaran yang tepat akan menuntun mahasiswa untuk mencapai tujuan tersebut.


(13)

Ada pola ajar yang mungkin tepat bagi dosen untuk menyampaikan materi ajarnya. Yaitu tukar pendapat atau brain storming dimana materi yang disampaikan hanya sebatas materi pokok, selanjutnya diberikan waktu bagi mahasiswa untuk memberikan tanggapan atau respon materi tadi, lalu dosen memberikan jawaban atas respon tadi dengan menyelipkan indikator yang ingin disampaikan. Namun cara ini biasanya hanya akan menberikan hasil tidak maksimal, artinya mahasiswa yang menanggapi serius materi itu atau hanya mahasiswa yang tertarik saja yang akan menunjukkan bahwa dia dapat menanggapi indikator sang dosen. Sedangkan mahasiswa yang masih mengambang pikirannya justru akan semakin tertinggal.

Namun dalam satu waktu pertemuan, dosen tidak harus menerapkan satu strategi saja, namun bisa saja dua atau tiga strategi, tergantung tingkat kesulitan materi yang akan diajarkan serta daya tangkap pikiran mahasiswa atau daya serap mahasiswa terhadap materi tersebut.

Selain tukar pikiran, strategi lain yang masih dapat digunakan adalah mahasiswa saling memberi pengetahuannya kepada sesama temannya atau mengajar teman sejawat (peer teaching). Peer Teaching adalah pola belajar antar sesama mahasiswa . Dalam proses ini pendidik tak dapat dipisahkan dari proses perubahan afeksi mahasiswa dalam belajar.

Untuk menerapkan strategi ini selain membutuhkan skill yang memadai, juga perlu penguasaan konsep materi yang akan diajarkan kepada mahasiswa . Oleh karena itu, dalam pembelajaran mata kuliah bahasa Inggris II dibutuhkan pemahaman bacaan tentang Islamic reading text. Satu metode yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan Peer Teching.

1. Proses penggunaan metode peer teaching dalam meningkatkan pemahaman Islamic reading text pada matakuliah bahasa Inggris II PGMI Tarbiyah STAIN Kudus

Pembelajaran bahasa Inggris dikatakan berhasil dan berkualitas dari segi proses apabila seluruh dan sebagian besar mahasiswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan mampu menyerap materi yang


(14)

diajarkan, sehingga mereka bisa memahami bacaan-bacaan berbahasa Inggris khususnya literatur ke-Islaman.

Pendidik / dosen pengampu mata kuliah bahasa Inggris II di program studi Pendidikan Agama Islam jurusan Tarbiyah STAIN Kudus banyak yang menerapkan metode peer teaching dalam pengajarannya. Hal ini dilakukukan untuk memberi semangat kepada mahasiswa agar aktif selama proses belajar mengajar dan juga digunakan agar memudahkan mereka dalam memahami bacaan-bacaan berbahasa Inggris khususnya yang berhubungan dengan literatur ke-Islaman sesuai dengan kompetensi dasar yang ada. Selain itu menurut hasil penelitian Lyn Longaretti, dkk mengatakan bahwa metode ini sangat cocok digunakan untuk kelas yang memiliki mahasiswa dalam jumlah banyak. Aktivitas ini memberikan simulasi pada setiap kelompok untuk melatih setiap sub bab lebih baik. Adapun langkah-langkah yang digunakan oleh para dosen pengampu mata kuliah bahasa Inggris program studi PGMI di STAIN Kudus sudah sesuai dengan aturan yang ada pada metode peer teaching.

Urutan langkah-langkah yang digunakan antara lain pertama dosen menerangkan secara umum tentang topik yang dibahas pada waktu itu. Kemudian dosen membuat kelompok antar mahasiswa secara merata, artinya dalam satu kelompok terdapat mahasiswa yang pintar, sedang dan kurang pintar. Maksudnya agar terdapat keseragaman pemikiran nantinya.

Langkah berikutnya adalah menjelaskan secara detail materi yang akan dibahas pada waktu itu meliputi indikator yang harus dicapai oleh mahasiswa pada waktu itu. Selanjutnya mahasiswa diberikan tugas berupa pertanyaan untuk didiskusikan menurut pemahaman yang mereka kuasai.

Selanjutnya dalam lembaran tersebut setiap kelompok diminta untuk memberikan pendapat menurut persepsi mereka sendiri masing-masing, lalu satu pendapat didiskusikan sampai permasalahan yang diindikasikan terpecahkan. Dalam diskusi tersebut di tuntut setiap anggota kelompok memberikan tanggapan serta pendapat mereka sendiri yang nantinya akan disatukan dalam satu kesimpulan yang mengerucut pada tujuan yang hendak dicapai dalam materi tersebut. Peran dosen di sini adalah mengawasi serta mengamati kegiatan diskusi yang


(15)

dilakukan setiap kelompok siswa, serta memberikan bantuan bila mereka mendapatkan kesulitan dalam hal-hal tertentu, namun bukan berarti dosen harus ikut memecahkan masalah tersebut. Mengenai pemecahan masalah tersebut, setiap kelompok mahasiswa harus memikirkannya sendiri dan tidak keluar dari batasan materi yang diberikan pada waktu itu. Bila ada yang menyimpang dari koridor, maka dosen mengembalikan perdebatan mereka ke materi semula.

Bila masing-masing setiap kelompok telah selesai melaksanakan semua instruksi yang diberikan tersebut, maka setiap kelompok harus merumuskan hasil diskusinya dalam satu kesimpulan yang telah disepakati bersama. Kemudian hasil diskusinya diserahkan ke dosen dalam bentuk lembaran yang ditulis rapi.

Selanjutnya dosen memerintahkan setiap kelompok satu per satu membacakan hasil diskusinya. Hasil diskusi yang dibacakan di depan kelompok yang lainnya. Sementara kelompok yang lain memberikan tanggapan tentang hasil diskusi kelompok tersebut serta memberikan pendapat atau sanggahan kepada kelompok tersebut. Setiap masalah baru yang muncul, dicatat dosen.

Terakhir, semua masalah yang muncul pada waktu diskusi kelompok tersebut diberikan solusinya oleh dosen. Selanjutnya dosen mengevaluasi serta menyimpulkan semua masalah dan pemecahannya kepada seluruh anggota kelas, sehingga terdapat satu pemahaman yang seragam bagi setiap mahsiswa. Terakhir dosen memberikan tugas kepada mahasiswa untuk merangkum semua penjelasan dosen tadi untuk dikumpulkan sebagai post test bagi mahasiswa.

2. . Faktor pendukung dan penghambat penggunaan metode peer

teaching dalam meningkatkan pemahaman Islamic reading text pada matakuliah bahasa Inggris II Prodi PGMI Jurusan Tarbiyah STAIN Kudus

Dalam penggunaan suatu metode pengajaran tentulah ada faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaannya. Adapun faktor pendukung dalam penggunaan metode peer teaching yang dilakukan oleh dosen pengampu mata kuliah bahasa Inggris II program studi PGMI jurusan Tarbiyah STAIN Kudus yaitu antara lain


(16)

a. Meningkatkan motivasi belajar siswa

b. Meningkatkan kualitas dan proses pembelajaran

c. Meningkatkan interaktif sosial siswa dalam pembelajaran d. Mendorong siswa ke arah berpikir tingkat tinggi

e. Mengembangkan keterampilan bekerja dalam kelompok f. Meningkatan rasa tanggung jawab untuk belajar sendiri g. Membangun semangat bekerja sama

h. Melatih keterampilan berkomunikasi i. Meningkatkan hasil belajar

Faktor pendukung tersebut seperti halnya yang disampaikan oleh Mrs. Taranindya Zulhi Amalia dan Mrs. Setyoningsih yang mengatakan bahwa dalam pengajaran mata kuliah bahasa Inggris II dengan menggunakan metode peer teaching maka mahasiswa akan lebih aktif dan tertarik untuk mempelajari bahasa Inggris. Selain itu juga dapat mendorong mahasiswa tidak hanya mudah menguasai keterampilan reading tetapi juga menguasai keterampilan speakingnya.

Sedangkan kelemahan penggunaan peer teaching dalam pengajaran mata kuliah bahasa Inggris II adalah

a. Memerlukan waktu yang relatif lama

b. Jika mahasiswa tidak memiliki dasar pengetahuan yang relevan maka metode ini menjadi tidak efektif

c. Kemungkinan didominasi oleh mahasiswa yang suka berbicara, pintar, atau yang ingin menonjolkan diri

d. Tidak semua guru benar-benar memahami cara masing-masing mahasiswa bekerja di kelompok


(17)

DAFTAR PUSTAKA

Anita Lie Hidayati. 2004. Cooperative Learning.Jakarta:Grasindo, hlm 7-30

Ariin, Zainal Drs. M.Pd. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.

Boud, D., Cohen, R., and Sampson, J. (2001). Peer learning in higher education: Learning from and with each other. London: Kogan Press.

Bruffee, K. (1999) Collaborative learning: Higher education,

interdependence, and the authority of knowledge. Baltimore: Johns Hopkins Univ. Press.

Conny Semiawan. 2000. Pendekatan Ketrampilan Proses. Jakarta : PT. Gramedia. Hlm 69-70

E. Mulyana. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep,

Karakteristik dan Implementasi. Bandung:Remaja Rosdakarya

Melvi L. Siberrnen. 2001. 101 Strategi Pembelajaran Aktif (Active

Learning), terj. Sarjuli dan Azfat Ammar. Jakarta:Yakpendis, hlm

157

Mujinem. Pengembangan Pendidikan IPS SD, hlm. 7-30

Oemar Hamalik. 2002. Psikologi Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo

Ratno Harsanto. 2007. Pengelolaan Kelas yang Dinamis.

Yogyakarta:Kanisius, hlm 43

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif - Kualitatif R&D. Bandung : Alfabeta. Hlm 21-22

Suharsimi Arikunto. 1992. Pengelolaan Kelas dan Peserta didik.


(1)

XII XIII XIV XV

The Prophet (1) The Prophet (2) The Angels Life After Death

52 56 61 66

Sedangkan bacaan Part two terdiri dari:

Chapter Part two Page

I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII XIII XIV XV

An Approach to the Study of Religion The Beginning of The Revelation Dawn of Islam (1)

Dawn of Islam (2) Dawn of Islam (3) The Day of Peace

The Quranic Recitation Festival Praying During Travel

Fasting in Islam Divine Tax Pilgrimage (1) Pilgrimage (2) Equality in Islam Culture in Islam Visiting in Islam

73 81 88 94 102 110 117 126 135 143 153 160 170 179 189

Di setiap chapter dari buku tersebut membahas tentang

bacaan berdasarkan tema yang telah ditentukan dilengkapi dengan pertanyaan-pertanyaan pemahaman. Selain itu juga membahas tentang grammar dan pengembangan vocabulary.

3. Analisis Pelaksanaan Penggunaan Metode Peer Teaching

Dalam mentransfer pengetahuan kepada mahasiswa, dosen dituntut memberikan layanan terbaiknya agar materi yang diajarkan dapat tersampaikan dan tersalurkan secara tuntas, dan indikator yang diharapkan dapat direspon positif oleh mahasiswa. Strategi pembelajaran yang tepat akan menuntun mahasiswa untuk mencapai tujuan tersebut.


(2)

Ada pola ajar yang mungkin tepat bagi dosen untuk menyampaikan materi ajarnya. Yaitu tukar pendapat atau brain storming dimana materi yang disampaikan hanya sebatas materi pokok, selanjutnya diberikan waktu bagi mahasiswa untuk memberikan tanggapan atau respon materi tadi, lalu dosen memberikan jawaban atas respon tadi dengan menyelipkan indikator yang ingin disampaikan. Namun cara ini biasanya hanya akan menberikan hasil tidak maksimal, artinya mahasiswa yang menanggapi serius materi itu atau hanya mahasiswa yang tertarik saja yang akan menunjukkan bahwa dia dapat menanggapi indikator sang dosen. Sedangkan mahasiswa yang masih mengambang pikirannya justru akan semakin tertinggal.

Namun dalam satu waktu pertemuan, dosen tidak harus menerapkan satu strategi saja, namun bisa saja dua atau tiga strategi, tergantung tingkat kesulitan materi yang akan diajarkan serta daya tangkap pikiran mahasiswa atau daya serap mahasiswa terhadap materi tersebut.

Selain tukar pikiran, strategi lain yang masih dapat digunakan adalah mahasiswa saling memberi pengetahuannya kepada sesama

temannya atau mengajar teman sejawat (peer teaching). Peer

Teaching adalah pola belajar antar sesama mahasiswa . Dalam proses ini pendidik tak dapat dipisahkan dari proses perubahan afeksi mahasiswa dalam belajar.

Untuk menerapkan strategi ini selain membutuhkan skill yang memadai, juga perlu penguasaan konsep materi yang akan diajarkan kepada mahasiswa . Oleh karena itu, dalam pembelajaran mata kuliah bahasa Inggris II dibutuhkan pemahaman bacaan tentang Islamic reading text. Satu metode yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan Peer Teching.

1. Proses penggunaan metode peer teaching dalam meningkatkan pemahaman Islamic reading text pada matakuliah bahasa Inggris II PGMI Tarbiyah STAIN Kudus

Pembelajaran bahasa Inggris dikatakan berhasil dan berkualitas dari segi proses apabila seluruh dan sebagian besar mahasiswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan mampu menyerap materi yang


(3)

diajarkan, sehingga mereka bisa memahami bacaan-bacaan berbahasa Inggris khususnya literatur ke-Islaman.

Pendidik / dosen pengampu mata kuliah bahasa Inggris II di program studi Pendidikan Agama Islam jurusan Tarbiyah STAIN Kudus

banyak yang menerapkan metode peer teaching dalam pengajarannya. Hal

ini dilakukukan untuk memberi semangat kepada mahasiswa agar aktif selama proses belajar mengajar dan juga digunakan agar memudahkan mereka dalam memahami bacaan-bacaan berbahasa Inggris khususnya yang berhubungan dengan literatur ke-Islaman sesuai dengan kompetensi dasar yang ada. Selain itu menurut hasil penelitian Lyn Longaretti, dkk mengatakan bahwa metode ini sangat cocok digunakan untuk kelas yang memiliki mahasiswa dalam jumlah banyak. Aktivitas ini memberikan simulasi pada setiap kelompok untuk melatih setiap sub bab lebih baik. Adapun langkah-langkah yang digunakan oleh para dosen pengampu mata kuliah bahasa Inggris program studi PGMI di STAIN Kudus sudah sesuai dengan aturan yang ada pada metode peer teaching.

Urutan langkah-langkah yang digunakan antara lain pertama dosen menerangkan secara umum tentang topik yang dibahas pada waktu itu. Kemudian dosen membuat kelompok antar mahasiswa secara merata, artinya dalam satu kelompok terdapat mahasiswa yang pintar, sedang dan kurang pintar. Maksudnya agar terdapat keseragaman pemikiran nantinya.

Langkah berikutnya adalah menjelaskan secara detail materi yang akan dibahas pada waktu itu meliputi indikator yang harus dicapai oleh mahasiswa pada waktu itu. Selanjutnya mahasiswa diberikan tugas berupa pertanyaan untuk didiskusikan menurut pemahaman yang mereka kuasai.

Selanjutnya dalam lembaran tersebut setiap kelompok diminta untuk memberikan pendapat menurut persepsi mereka sendiri masing-masing, lalu satu pendapat didiskusikan sampai permasalahan yang diindikasikan terpecahkan. Dalam diskusi tersebut di tuntut setiap anggota kelompok memberikan tanggapan serta pendapat mereka sendiri yang nantinya akan disatukan dalam satu kesimpulan yang mengerucut pada tujuan yang hendak dicapai dalam materi tersebut. Peran dosen di sini adalah mengawasi serta mengamati kegiatan diskusi yang


(4)

dilakukan setiap kelompok siswa, serta memberikan bantuan bila mereka mendapatkan kesulitan dalam hal-hal tertentu, namun bukan berarti dosen harus ikut memecahkan masalah tersebut. Mengenai pemecahan masalah tersebut, setiap kelompok mahasiswa harus memikirkannya sendiri dan tidak keluar dari batasan materi yang diberikan pada waktu itu. Bila ada yang menyimpang dari koridor, maka dosen mengembalikan perdebatan mereka ke materi semula.

Bila masing-masing setiap kelompok telah selesai melaksanakan semua instruksi yang diberikan tersebut, maka setiap kelompok harus merumuskan hasil diskusinya dalam satu kesimpulan yang telah disepakati bersama. Kemudian hasil diskusinya diserahkan ke dosen dalam bentuk lembaran yang ditulis rapi.

Selanjutnya dosen memerintahkan setiap kelompok satu per satu membacakan hasil diskusinya. Hasil diskusi yang dibacakan di depan kelompok yang lainnya. Sementara kelompok yang lain memberikan tanggapan tentang hasil diskusi kelompok tersebut serta memberikan pendapat atau sanggahan kepada kelompok tersebut. Setiap masalah baru yang muncul, dicatat dosen.

Terakhir, semua masalah yang muncul pada waktu diskusi kelompok tersebut diberikan solusinya oleh dosen. Selanjutnya dosen mengevaluasi serta menyimpulkan semua masalah dan pemecahannya kepada seluruh anggota kelas, sehingga terdapat satu pemahaman yang seragam bagi setiap mahsiswa. Terakhir dosen memberikan tugas kepada mahasiswa untuk merangkum semua penjelasan dosen tadi untuk dikumpulkan sebagai post test bagi mahasiswa.

2. . Faktor pendukung dan penghambat penggunaan metode peer

teaching dalam meningkatkan pemahaman Islamic reading text pada matakuliah bahasa Inggris II Prodi PGMI Jurusan Tarbiyah STAIN Kudus

Dalam penggunaan suatu metode pengajaran tentulah ada faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaannya. Adapun faktor

pendukung dalam penggunaan metode peer teaching yang dilakukan

oleh dosen pengampu mata kuliah bahasa Inggris II program studi PGMI jurusan Tarbiyah STAIN Kudus yaitu antara lain


(5)

a. Meningkatkan motivasi belajar siswa

b. Meningkatkan kualitas dan proses pembelajaran

c. Meningkatkan interaktif sosial siswa dalam pembelajaran d. Mendorong siswa ke arah berpikir tingkat tinggi

e. Mengembangkan keterampilan bekerja dalam kelompok f. Meningkatan rasa tanggung jawab untuk belajar sendiri g. Membangun semangat bekerja sama

h. Melatih keterampilan berkomunikasi i. Meningkatkan hasil belajar

Faktor pendukung tersebut seperti halnya yang disampaikan oleh Mrs. Taranindya Zulhi Amalia dan Mrs. Setyoningsih yang mengatakan bahwa dalam pengajaran mata kuliah bahasa Inggris II dengan

menggunakan metode peer teaching maka mahasiswa akan lebih aktif

dan tertarik untuk mempelajari bahasa Inggris. Selain itu juga dapat mendorong mahasiswa tidak hanya mudah menguasai keterampilan reading tetapi juga menguasai keterampilan speakingnya.

Sedangkan kelemahan penggunaan peer teaching dalam pengajaran

mata kuliah bahasa Inggris II adalah a. Memerlukan waktu yang relatif lama

b. Jika mahasiswa tidak memiliki dasar pengetahuan yang relevan maka metode ini menjadi tidak efektif

c. Kemungkinan didominasi oleh mahasiswa yang suka berbicara, pintar, atau yang ingin menonjolkan diri

d. Tidak semua guru benar-benar memahami cara masing-masing mahasiswa bekerja di kelompok


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Anita Lie Hidayati. 2004. Cooperative Learning.Jakarta:Grasindo, hlm

7-30

Ariin, Zainal Drs. M.Pd. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya Offset.

Boud, D., Cohen, R., and Sampson, J. (2001). Peer learning in higher education: Learning from and with each other. London: Kogan Press.

Bruffee, K. (1999) Collaborative learning: Higher education,

interdependence, and the authority of knowledge. Baltimore: Johns Hopkins Univ. Press.

Conny Semiawan. 2000. Pendekatan Ketrampilan Proses. Jakarta : PT.

Gramedia. Hlm 69-70

E. Mulyana. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep,

Karakteristik dan Implementasi. Bandung:Remaja Rosdakarya

Melvi L. Siberrnen. 2001. 101 Strategi Pembelajaran Aktif (Active

Learning), terj. Sarjuli dan Azfat Ammar. Jakarta:Yakpendis, hlm

157

Mujinem. Pengembangan Pendidikan IPS SD, hlm. 7-30

Oemar Hamalik. 2002. Psikologi Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru

Algesindo

Ratno Harsanto. 2007. Pengelolaan Kelas yang Dinamis.

Yogyakarta:Kanisius, hlm 43

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif - Kualitatif R&D. Bandung

: Alfabeta. Hlm 21-22

Suharsimi Arikunto. 1992. Pengelolaan Kelas dan Peserta didik.