PEMBERDAYAAN SENI BACA TULIS ALQUR’AN MELALUI KEGIATAN QIRO’AH DAN KALIGRAFI PADA SISWA KELAS VI MI NU MIFTAHUT THOLIBIN MEJOBO KUDUS TAHUN PELAJARAN 2012/2013 | Sophya | ELEMENTARY 279 1147 1 PB
QUR’AN MELALUI KEGIATAN QIRO’AH DAN
KALIGRAFI PADA SISWA KELAS VI MI NU
MIFTAHUT THOLIBIN MEJOBO KUDUS
TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Ida Vera Sophya Jurusan Tarbiyah STAIN Kudus
Abstract: Teaching al-Qur’an needs to be started to learn and
be read by children at early age, because deep reading Qur’an would instill their faith. The beneits of reading and memorizing the Quran for them are straightening out their tongue, reading the right letter, and pronouncing it in accordance with its makhraj. An art of reading Qur’an is one way to learn it more interesting and fun so that children are easier to understand and practice it.
Calligraphy as one of working art emphasizes a beauty found in
the forms of letters which have been modiied or stylized so as to have an aesthetic value. The purpose of studying calligraphy is to develop talent and students’ creativity in the ield of Arabic literary art, preserve Islamic culture, and provide life skills provision in the form of calligraphy. By the art of Qur’a reading and writing empowerment program through qiro’ah and calligraphy at NU MI Miftahut Tholibin during fasting month, the students ind it helpful to increase their motivations. The empowerment program is supported by the suficient learning infrastructure of MI. While the problems in service activities of MI NU Miftahut Tholibin Mejobo are the limited time, as well as differences in intelligence and students’ character. Then, the obstacles can be overcome by approaching individuals and groups as well as forming peer in service activities.
Key words: analysis of community empowerment programs, reading and writing of the Qur’an, Qiro’ah, calligraphy
A. Latar Belakang Masalah
(2)
perkembangan manusia menuju ke arah yang lebih baik dan sempurna.1
Pendidikan agama Islam merupakan kegiatan pendidikan dan pengajaran agama di sekolah yang bertujuan membimbing dan membentuk manusia menjadi hamba Allah yang shaleh, teguh imannya, taat beribadah dan berakhlak terpuji.2 Selain itu juga tujuan yang tidak kalah penting adalah mempersiapkan peserta didik untuk memahami Al-Qur’an dan Hadist yang
berisi ajaran Islam, sehingga menjadikan seorang muslim yang bertakwa, beriman, dan berakhlak mulia.
Dengan demikian, peran guru agama Islam di sekolah sangat berpengaruh dalam pembinaan karakter/ kepribadian siswa yang dididiknya. Sebab materi pendidikan agama yang diajarkan lebih sering menyentuh masalah moral dan perilaku manusia baik sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial. Dalam hal ini, guru agama diharapkaan dapat mengembangkan potensi positif yang dimiliki oleh setiap siswanya.
Menurut Abdul Majid menyatakan bahwa agar sesuai dengan tingkat perkembangan siswa, strategi pembelajaran harus lebih variatif sehingga mampu menyentuh dasar lubuk hatinya. Oleh karena itu diharapkan dengan kesadarannya sendiri bisa menghayati norma-norma dan nilai-nilai agamanya, sehingga secara tidak langsung dapat membentuk kepribadian untuk menjadi siswa yang beriman dan bertaqwa bagi dirinya, masyarakat maupun negaranya.
Pada umumnya, Madrasah Ibtidaiyah memberlakukan muatan lokal khususnya muatan lokal keagamaan dengan standar evaluasi yang tidak terukur sehingga evaluasi dilakukan tanpa standarisasi sesuai kurikulum yang ideal. Evalusi sebagai komponen penting dalam kurikulum juga sering tidak dirumuskan secara jelas, meskipun tidak semua aspek penilaian itu di ukur dengan angka.
Amalan membaca al-Quran merupakan suatu keperluan dan juga
tanggung jawab secara fardhu ain bagi umat Islam agar menguasai dalam
membaca al-Quran, memahami dan mengamalkannya. Oleh karena itu, tidak hanya isi al-Qur’an yang menjadi pedoman hidup manusia, tetapi membaca
juga dapat menenangkan jiwa dan merupakan suatu ibadat. Hal ini dapat dilihat dalam hadis:
1
Moh Roqib, Ilmu Pendidikan Islam Pengembangan pendidikan Integratif di Sekolah,Keluarga, dan Masyarakat LKis, Yogyakarta, 2009, hlm.18.
2 Zakiyah Drajat,
Pendidikan Islam Dalam Keluarga Dan Sekolah, CV Ruhama, Jakarta, 1995.
(3)
”…Tidak berhimpunnya satu-satu kaum itu dirumah Allah membaca ayat-ayat al-Quran dan mempelajarinya melainkan turun ke
atasnya ketenangan, diliputi dengan rahmat Allah dan Allah sentiasa menyebut mereka”3
Belajar Al-Qur’an adalah keharusan bagi setiap muslim dan merupakan
suatu tanggungjawab untuk membaca, mempelajari dan mengamalkan mukjizat terbesar Nabi Muhammad SAW. Setiap mukmin yakin bahwa
membaca dan mendengarkan Al-Qur’an sudah termasuk amal yang sangat
mulia dan akan mendapat pahala yang berlipat ganda, hal ini sesuai dengan
irman Allah SWT pada surat Al A’rof ayat 204 yang berbunyi:
)٤٠٢ : فرعاا
)
َن ْوُمح ْرُت ْمُكَلَعَلاوُت ِصْنَا َو هَل ْاوُعِمتْسَاف ُنا ْرُقْلا َءا ِرُق َاذِا َو
Artinya : “Dan apabila dibacakan Al Qur’an, maka dengarkanlah baik – baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat”4
Pengajaran Al-Quran itu perlu dipelajari dan dibaca oleh anak-anak pada usia sejak dini, kerana membaca al-Quran akan menanamkan keimanan mereka. Manfaat membaca dan menghafal Al Quran bagi mereka adalah,
mereka dapat belajar meluruskan lidahnya, membaca huruf dengan tepat,
dan mengucapkannya sesuai dengan makhrajnya. Quraish Shihab (2004)
menyatakan bahawa, Allah s.w.t memuliakan umat Islam dengan kitab
al-Quran sebagai kalam terbaik. Dalam al-al-Quran telah dikumpulkan segala
yang diperlukan oleh manusia berbentuk kisah terdahulu, nasihat-nasihat, pelbagai perumpamaan, adab, kepastian hukum, hujah-hujah yang kuat dan jelas sebagai bukti keesaan-Nya. Allah s.w.t mewajibkan manusia supaya bersikap baik terhadap kitab-kitab-Nya, termasuk perlakuan ini adalah menjelaskan adab-adab pembaca, membimbing mereka melaksanakan
ajaran al-Quran serta megingatkan manusia dengan nasihat-nasihat yang
baik.
Dalam rangka menumbuh - kembangkan dan mempermudah dalam
membaca ayat – ayat suci Al Qur’an perlu kiranya disampaikan pelajaran
3 Http://engkizarquran.wordpress.com/2011/11/05/konsep pengajaran dan pembelajaran
membaca al-qur’an dalam pendidikan Islam
4 Lembaga Percetakan Al-Qur’an Raja Fahd, Al-Qur,an dan Terjemahnya,
Saudi Arabia,1424 H, hlm. 256
(4)
seni baca Al Qur’an. Pembelajaran Qiro’atul Qur’an diupayakan mampu
menumbuhkan gairah peserta didik terhadap Al-Qur’an untuk lebih
mempelajari, memahami dan menyakini kebenarannya serta mengamalkan ajaran-ajaran atau nilai-nilai yang terkandung di dalamnya sebagai petunjuk dan pedoman dalam seluruh aspek kehidupannya.5 Karena membaca Al-Qur’an merupakan langkah awal dalam memahami isi Al-Al-Qur’an. Setelah memahami isi Al-Qur’an dan mengamalkan ajaran isi Al-Qur’an dengan baik
kelak akan mendapat kebahagiaan hidup di dunia dan akherat. Dari Ibnu Majah Nabi bersabda” Belajarlah Al-Qur’an dan bacalah 6
Di sini Nabi menyuruh membaca Al-Qur’an setelah belajar terlebih dahulu. Karena belajar membaca Al-Qur’an merupakan hal yang sangat dasar untuk mampu atau memiliki ketrampilan membaca Al-Qur’an dengan
baik dan benar sesuai kaidah-kaidah yang ada, serta memiliki ketrampilan tilawah yang indah, karena seringkali kita jumpai banyak orang yang bisa
membaca Al-Qur’an, tetapi tidak sesuai dengan kaidah ilmu tajwid, bahkan
jarang sekali yang memiliki ketrampilan tilawah yang indah. Oleh karena itu diperlukan suatu belajar atau latihan Qiro’atul Qur’an yang bersifat rutinitas agar dapat mengembangkan keterampilan tilawah atau Qiro’atul Qur’an.
Pada umumnya setiap siswa memiliki ketrampilan tilawah yang berbeda-beda dalam ketrampilan Qiro’atul Qur’an, untuk itu seorang guru diharapkan mampu untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar secara efektif. Karena pada dasarnya Qiro’atul Qur’an dalam hal ini merupakan
seni baca Al-Qur’an yang dimaksudkan melagukan bacaan Al-Qur’an. Secara umum, lagu Al-Qur’an adalah setiap lagu apa saja dapat diterapkan dalam ayat-ayat Al-Qur’an, dengan berbagai variasi dan nada suara yang teratur
dan harmonis, tanpa menyalahi hukum-hukum bacaan yang digariskan dalam ilmu Tajwid.7 Keberadan Qiro’atul Qur’an tidak sekedar realisasi dari irman Allah dalam surah Al-Muzammil ayat 4 ” Dan bacaalah Al-Qur’an
itu dengan perlahan-lahan” akan tetapi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari eksistensi manusia sebagai makhluk yang berbudaya yang memilki cipta, rasa, dan karsa. Hubungan antara cara baca tartil dan lagu demikian erat, secara proporsional saling mengisi dan melengkapi. Tartil
5 Adri Eferi, Materi Dan Pembelajaran Qur’an Hadist MTs- MA
, Stain Kudus Press, Kudus, 2009, hal 2
6 Ibnu Majah, Al-Haidz Muhammad bin Haidz,
Sunan Ibnu Mjah, Darul Fikr, juz 10, hal. 780
7 Saiful Mujab, Ilmu Nagham Kaidah Seni Baca Al-Qur’an
, STAIN Kudus, Kudus. 2011, hal. 13
(5)
memberikan batasan-batasan panjang atau pendek dalam melagukan
Al-Qur’an. Membaca Al-Qur’an dengan tartil atau dengan menerapkan kaidah ilmu Tajwid hukumnya wajib dan melagukan bacaan Al-Qur’an dengan nagham Qur’an atau seni baca Qur’an dan kaidah-kaidah lagu-lagu Al-Qur’an hukumnya adalah sunnah. Jadi, irama nagham Al-Al-Qur’an yang sesuai dengan kaidah Al-Qur’an harus mengikuti kaidah ilmu Tajwid. Adapun lagu-lagu dalam nagham Al-Qur’an atau seni baca Al-Qur’an antara lain sebagai
berikut : Bayyati, hijaz, shobaa, rast, jiharkah, sika, nawahand.8
Selain ketrampilan membaca al-Qur’an, dalam pembelajaran BTQ juga
diterapkan ketrampilan menulis. Menulis dan membaca adalah kegiatan berbahasa tulis. Pesan yang disampaikan penulis dapat diterima oleh pembaca dan dijembatani melalui lambang bahasa yang ditulis. Menurut Kompskin dan Hoskisson, baca tulis merupakan suatu kegiatan yang menjadikan penulis sebagai pembaca dan pembaca adalah sebagai penulis.9
Penulisan kaligrai merupakan salah satu bentuk keindahan Alquran yang disebut juga seni menulis indah. Kaligrai diciptakan dan dikembangkan
oleh kaum Muslim sejak kedatangan Islam. Dibandingkan seni Islam yang
lain, kaligrai memperoleh kedudukan yang paling tinggi dan merupakan ekspresi semangat Islam yang sangat khas. Oleh karena itu, kaligrai sering
disebut sebagai ‘seninya seni Islam’.
Peningkatan pembelajaran seni baca tulis al-Qur’an bisa dilakukan dengan cara seni membaca (qiro’ah) dan seni menulis (kaligrai). Harapannya
dengan pemberdayaan ini akan membantu keefektifan mereka dalam pembelajaran baca tulis al-qur’an terutama siswa kelas VI MI NU Miftahut Tholibin Mejobo Kudus.
B. Perumusan Masalah
Di dalam penelitian ini, perumusan masalahnya yaitu:
1. Bagaimana pelaksanaan pemberdayaan seni baca tulis Al-Qur’an melalui kegiatan Qiro’ah dan kaligrai pada siswa kelas VI MI NU Miftahut
Tholibin Mejobo Kudus tahun pelajaran 2012/2013?
2. Apa saja faktor-faktor pendukung dan penghambat keberhasilan program
pelaksanaan pemberdayaan seni baca tulis Al-Qur’an melalui kegiatan Qiro’ah dan kaligrai pada siswa kelas VI MI NU Miftahut Tholibin Mejobo
8 Ibid, hal. 33
9 Suparno, Mohamad Yusuf,
(6)
Kudus tahun pelajaran 2012/2013?
3. Bagaimana solusi dalam menangani hambatan-hambatan program
pelaksanaan tentang pemberdayaan seni baca tulis Al-Qur’an melalui kegiatan Qiro’ah dan kaligrai pada siswa kelas VI MI NU Miftahut
Tholibin Mejobo Kudus tahun pelajaran 2012/2013?
C. Kajian Teori
1. Pengertian Al-Qur’an
Al Qur’an bagi umat Islam mempunyai arti yang sangat penting, yaitu
sebagai kitab suci dan pedoman bagi kehidupan beragama dan bermasyarakat.
Sebagai kitab suci, Al Qur’an perlu dipahami secara sempurna baik lafal
maupun artinya agar dapat dihayati dan diamalkan ajaran-ajarannya,
membaca Al-Qur’an ada keistimewaannya dibanding dengan membaca pada lainnya Al-Qur’an, keistimewaan itu adalah membaca saja ada pahalanya
apabila benar dalam membacanya .
Al Qur’an menurut Subhi Al Shalih berarti “bacaan”. Al Qur’an berasal dari kata Qoro’a. Kata Al Qur’an berbentuk masdar dengan arti isim maf’ul yaitu maqru’un (dibaca). Di dalam Al Qur’an sendiri ada pemakaian kata “Qur’an” seperti tersebut dalam surat Al Qiyamah ayat 17 – 18 :
.}81{ ُهَنآ ْرُق ْعِبَتاَف ُهاَنْأَرَق اَذِإَف }71{ ُهَنآ ْرُق َو ُهَعْمَج اَنْيَلَع َنِإ
Artinya : “Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan membuatmu pandai membacanya, (karena itu) jika kami telah membacanya, hendaklah kamu ikuti
bacaannya. (QS. Al Qiyamah : 17 – 18).10
Adapun deinisi Al Qur’an adalah kalam Allah SWT, yang merupakan
mu’jizat yang diturunkan kepada (diwahyukan) kepada Nabi Muhammad SAW yang ditulis, dimushaf dan diriwayatkan dengan mutawatir serta membacanya adalah ibadah.11
Selain Al Qur’an Allah juga memberikan nama lain seperti : Al Kitab
atau Kitabullah, Al Furqan dan Al Dzikir. “Sedangkan di MI bahan pelajaran
Qur’an Hadits diarahkan untuk mendorong, membimbing, dan membina
10 Al Qur’an Surat Al Qiyamah Ayat 17-18, Yayasan Penyelenggara Penerjemah / Penafsir
Al-Qur’an, Al Qur’an dan Terjemahannya, Departemen Agama, 1992, hal. 999.
11 Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahnya
, Surya Cipta Aksara, Surabaya, hlm. 15.
(7)
kemampuan siswa membaca Al-Qur’an, suka membaca Al-Qur’an, mengerti arti dan pokok kandungan ayat–ayat Al-Qur’an dan Hadits, sehingga dapat
meningkatkan pengetahuan, iman dan taqwa ”.12
a. Fungsi dan Tujuan Al Qur’an
Mata pelajaran Al Qur’an Hadits berfungsi untuk mengarahkan pemahaman dan penghayatan pada isi yang terkandung dalam Al Qur’an
dan Hadits diharapkan dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu perilaku yang memancarkan iman dan taqwa kepada Allah SWT
sesuai dengan tuntunan Qur’an dan Hadits.
Sedangkan tujuannya “untuk memberikan kemampuan dasar kepada siswa dalam membaca, menulis, membiasakan dan menggemari
membaca Al-Qur’an dan Hadits serta menanamkan pengertian, pemahaman, penghayatan isi kandungan ayat – ayat Al-Qur’an dan
Hadits.”.13
b. Baca Tulis Al Qur’an
Mata pelajaran ini bertujuan untuk mengenalkan keterampilan membaca dan menulis Al qur’an sejak usia dini, menumbuhkan kecintaan dan kegemaran untuk membaca Alqur’an. Ruang lingkup mata pelajaran ini meliputi pengenalan huruf hijaiyah dan tanda baca, pelatihan membaca huruf hijaiyah yang dipisah maupun disambung, pengenalan
bacaan-bacaan tajwid dalam Al Qur’an dan pengenalan bacaan-bacaan gharib dalam Al Qur’an
2. Pengertian Membaca
a. Membaca kalimat dalam Al Qur’an
Sebelum membaca huruf-huruf Al Qur’an, ada beberapa hal yang
harus diperhatikan, yaitu sebagai berikut :14
- Membaca Al Qur’an dimulai dari sebelah kanan - Mengucapkan huruf Al Qur’an harus sesuai mahrajnya
- Mengucapkan huruf Al Qur’an dalam kata atau kalimat harus sesuai
dengan tanda baca atau harakat
12
Kurikulum Pendidikan Dasar, Landasan Program dan Pengembangan, DEPAG RI, 1994/1995 , hlm. 10
13 Kurikulum Pendidikan Dasar, Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar
, DEPAG RI, 1995, hlm. 45
14
Masran Ali, Pendidikan Agama Islam Untuk SD Kelas III, PT.Inti Prima Aksara, 2010, Edisi II, hlm.2
(8)
Kalimat atau jumlah muidah adalah rangkaian huruf yang
mengandung arti. Dalam Bahasa Indonesia, rangkaian huruf yang mengandung arti disebut kata. Huruf-huruf hijaiyah bisa dibaca apabila diberi harakat. Tanda baca adalah kode/sandi untuk membantu pemula belajar membunyikan huruf.
1. Membaca huruf berharakat fathah [ ----َ ] Yaitu tanda baca satu baris atas tidak dibaca. Contoh : sa – la – man ًام -- َل – َس
2. Membaca huruf berharakat Kasrahtain adalah tanda baca dua baris bawah. Kasrahtain berbunyi “ in “ [---ٍ---]
Contoh : Ra – ju – lin [ ٍل - ُج – َر ]
3. Membaca huruf berharakat Dhammahtain [ ---ٌ--- ]
Dhammahtain adalah tanda baca dua baris depan. Dhammahtain berbunyi “ un “ .
Contoh : Sa – la – mun [ ٌم __ َل __ َسُ ] 4. Membaca huruf berharakat sukun [ mati ]
Contoh : qul : ْل ُق bis : ْس ِب 5. Membaca huruf berharakat tasydid
Contoh : iyya assa : 6. Membaca panjang
Jika ada fathah diikuti alif [ َا--- ] ada dammah diikuti wau sukun [ ---
-ْوُ-- ] dan jika ada kasrah diikuti ya’ sukun [ ْى--ِ- ]
Contoh : juu – ruu ْو ُر وُج baa – taa : اَت اَب mii : ْىِم
7. Membaca huruf melalui kalimat Al Qur’an
سِ اّنلا ِِبَربُِذ ْوُع َا ْلُق
Dibaca : qul a’uuzu birabbin-naasi
b. Seni Baca Al-Qur’an (Qiro’ah)
Dalam rangka menumbuh - kembangkan dan mempermudah
dalam membaca ayat – ayat suci Al Qur’an perlu kiranya disampaikan pelajaran seni baca Al Qur’an. Hal ini harus mulai ditanamkan untuk
anak-anak usia dini. Dengan menggunakan berbagai seni dalam membaca
(9)
baca Al Qur’an ialah bacaan Al Qur’an yang bertajwid yang diperindah oleh irama dan lagu. Al Qur’an tidak lepas dari lagu. Di dalam melagukan Al Qur’an atau taghonni dalam membaca Al Qur’an akan lebih indah bila diwarnai dengan macam-macam lagu. Untuk melagukan Al Qur’an , para
ahli qurro di Indonesia membagi lagu atas 7 ( tujuh ) macam bagian. Antara lain sebagai berikut :
1. Bayati 2. Shoba 3. Hijaz 4. Nahawand 5. Rost 6. Jiharkah 7. Sikah
Dari
ketujuh
macam lagu di atas masih dibagi lagi dalam beberapa cabang. Macam – macam lagu dan cabangnya antara lain :1. Bayati
a. Qoror : rendah
b. Nawa : sedang
c. Jawab : naik
d. Jawabul jawab : naik tertinggi e. Nuzul : turun
f. Shu’ud : naik 2. Shoba
a. Dasar
b. Ajami/Ala Ajam
c. Qulah Bustanjar/Qoiyah
3. Hijaz a. Dasar b. Kard c. Kurd d. Kard-Kurd e. Variasi 4. Nahawand a. Dasar b. Jawab
(10)
c. Nakriz d. Usysyaq 5. Rost
a. Dasar
b. Nawa/Rost ala Nawa 6. Jiharkah
a. Nawa b. Jawab 7. Sikah
a. Dasar b. Iraqi c. Turki
d. Ramal (fales)
Dalam hal penilaian seni membaca al-Qur’an ada beberapa materi penilaian yang harus diperhatikan. Misalnya dalam perlombaan MTQ (Musabaqoh Tilawatil Qur’an) antara lain:
1. Materi penilaian bidang tajwid, terdiri dari: a. Makharijul huruf
b. Shifatul huruf c. Ahkamul huruf
d. Ahkamul mad wal qoshr
2. Materi penilaian bidang fashohah dan adab, terdiri dari: a. Al Waqf wal – ibtida
b. Muroatul kalimat wal kharokat c. Muroatul kalimat wal ayat d. Adabut tilawah
3. Materi penilaian bidang irama dan suara, terdiri dari: a. Suara
b. Irama dan variasi
c. Keutuhan dan tempo lagu d. Pengaturan nafas
Kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi ketika membaca
al-Qur’an dengan menggunakan lagu disebabkan karena 3 hal, diantaranya
adalah dalam bidang suara dan irama, serta tajwidnya. Adapun kesalahan-kesalahan itu antara lain:
(11)
1. Kesalahan di dalam bidang suara a. Suara kasar
b. Suara pecah c. Suara parau d. Suara lemah
2. Kesalahan dalam irama terdiri dari: a. lagu yang tidak utuh
b. tempo lagu yang terlalu cepat atau terlalu lambat c. irama dan variasi yang tidak indah
d. pengaturan nafas yang tidak terkendali
3. Kesalahan dalam bidang Tajwid serta Fashohah dan adab ada dua macam:
a. Kesalahan Jali, yaitu kesalahan yang dapat merusak makna dan merusak ketentuan Tajwid/ qiroat yang sah. Disebut Jali karena kesalahan itu diketahui oleh ahli qiroat maupun yang bukan ahlinya
b. Kesalahan Khai, yaitu kesalahan yang merusak ketentuan tajwid/qiroat, tetapi tidak merusak makna. Disebut Khai karena
hanya diketahui oleh ulama qiroat saja.
c. Seni Menulis
a. Menulis Kalimat Dalam Al Qur’an
Ada perubahan bentuk huruf ketika di awal, di tengah dan di akhir kalimat.
Cara menulis huruf bersambung:
ٌمَلَق
ٌم
َل
َق
mun La qa
Qalamun
Dengan berharakat fathah [ ---َ-- ]
Dibaca Akhir Tengah Awal Tunggal
(12)
ta َتــــ ـــَتـــ ـــَتـــــَت َت
Dengan berharakat kasrah [ --ِ---- ]
Dibaca Akhir Tengah Awal Tunggal
ji ِجـــ ـــ ِجـــ ـــ ـــِج ِج
khi َِخــــ ـــِخـــ ــ ـــِخ ِخ
Dengan berharakat dammah [ ----ُ-- ]
Dibaca Akhir Tengah Awal Tunggal
su ُســـ ـــُســـ ـــُس ُس
syu ُشـــ ــــُشـــ ـــُش ُش
b. Seni Menulis (Kaligrai)
Kaligrai berasal dari bahasa Yunani yang artinya adalah
“tulisan indah”. Dalam sejarah peradaban Islam, seni tulis huruf Arab yang isinya berupa potongan ayat Alqur’an atau Hadits Nabi SAW ini mempunyai tempat yang sangat istimewa. Setiap muslim percaya bahwa Bahasa Arab adalah bahasa yang digunakan oleh Tuhan ketika menurunkan Alquran kepada Nabi Muhammad SAW. Bahasa ini juga digunakan dalam seluruh tata peribadatan oleh kaum muslimin di seluruh dunia. Karena di dalam ajaran Islam lukisan berupa mahluk hidup adalah termasuk sesuatu yang dilarang, maka kaum muslimin
mengeskpresikan gairah seninya antara lain lewat seni kaligrai ini. Karya-karya kaligrai ini banyak menjadi hiasan di banyak bidang,
mulai dari bangunan, koin, seni dekoratif, permata, tekstil, senjata sampai manuskrip.
Kaligrai merupakan salah satu jenis karya seni rupa yang menekankan keindahan yang terdapat pada bentuk-bentuk huruf
yang telah dimodiikasi atau digayakan sehingga mempunyai nilai
estetika. Keindahan bentuk ini mempunyai pengertian yang umum, artinya bentuk huruf tersebut tidak hanya berlaku untuk huruf-huruf tertentu atau asal dari jenis huruf-huruf tertentu. Salah satu contoh,
(13)
misalnya kaligrai tidak hanya berlaku untuk bentuk atau jenis
huruf Arab (Hijaiyyah) saja, tetapi dapat juga berlaku untuk
jenis-jenis huruf yang lain. Sehingga kata kaligrai berlaku untuk umum,
keindahan hurufnya bersifat umum, universal dan global.
Tujuan dari mempelajari seni kaligrai diantaranya adalah untuk mengembangkan bakat dan kreatiitas peserta didik di bidang
seni tulis arab, melestarikan budaya Islam, dan memberikan bekal
kecakapan hidup berupa seni kaligrai. Kaligrai tidak hanya untuk
mengungkapkan secara visual ayat atau surat-surat yang ada di Al
Quran dan Al Hadits saja, tetapi juga bisa untuk mengungkapkan
kalimat-kalimat sastra yang berbentuk huruf Latin, huruf China, huruf Jepang, huruf India, huruf Sansekerta maupun huruf Jawa. Pengertian masyarakat umum memang mempunyai pandangan dan
pengertian yang kurang tepat, yang mengartikan bahwa kaligrai adalah modiikasi keindahan pada bentuk-bentuk huruf Arab saja.
Walaupun hal itu juga tidak dapat dipungkiri lagi karena yang berkembang pesat di wilayah kita (Indonesia) adalah banyaknya
kreasi-kreasi kaligrai yang ada merupakan bentuk keindahan huruf
Arab. Hal ini memang sangat erat kaitannya dengan mayoritas
seniman kaligrai yang ada di Indonesia kebanyakan hanya mengembangkan kaligrai Arabic. Memang tidak dapat dipungkiri
seniman berkarya juga terikat dengan penikmat seni yang ada di
suatu wilayah. Penikmat kaligrai Indonesia karena kebanyakan
kaum muslimin, senimanpun menciptakanya disesuaikan dengan keadaan tersebut.
Dalam perkembangannya kaligrai dapat dipisahkan menjadi beberapa jenis kaligrai. Kaligrai tersebut antara lain, Kaligrai Tradisional, Kaligrai Klasik, Kaligrai Modern, Kaligrai Ekspresif dan Kaligrai Kontemporer. Semua jenis kaligrai tersebut mempunyai
kelebihan dan keunikan tersendiri tergantung dari jenisnya.
Sebagai seni tulis yang melahirkan karya artistik yang
bermutu tinggi, kaligrai memiliki aturan dan teknik khusus dalam
pengerjaannya. Bukan hanya pada teknik penulisan, tetapi juga pada pemilihan warna, bahan tulisan, medium, hingga pena. Secara teknis
kaligrai juga sangat bergantung pada prinsip geometri dan aturan
(14)
didukung oleh huruf alif dan titik yang menjadi penanda dan pembeda bagi beberapa huruf Arab. Meski dalam perkembangannya
muncul ratusan gaya penulisan kaligrai, tidak semua gaya tersebut bertahan hingga saat ini. Ada sembilan gaya penulisan kaligrai yang populer yang dikenal oleh para pecinta seni kaligrai, antara lain15: 1. Kui
Gaya penulisan kaligrai ini banyak digunakan untuk penyalinan Al-Quran periode awal. Karena itu, gaya Kui ini adalah model penulisan paling tua di antara semua gaya kaligrai. Gaya ini pertama kali
berkembang di Kota Kufah, Irak, yang merupakan salah satu kota terpenting dalam sejarah peradaban Islam sejak abad ke-7 M. Gaya
penulisan kaligrai yang diperkenalkan oleh Bapak Kaligrai Arab,
Ibnu Muqlah, memiliki karakter huruf yang sangat kaku, patah-patah, dan sangat formal. Gaya ini kemudian berkembang menjadi
lebih ornamental dan sering dipadu dengan ornamen loral
2. Tsuluts
Seperti halnya gaya Kui, kaligrai gaya Tsuluts diperkenalkan oleh Ibnu Muqlah yang merupakan seorang menteri (wazii) di
masa Kekhalifahan Abbasiyah. Tulisan kaligrai gaya Tsuluts sangat
ornamental, dengan banyak hiasan tambahan dan mudah dibentuk dalam komposisi tertentu untuk memenuhi ruang tulisan yang
tersedia. Karya kaligrai yang menggunakan gaya Tsuluts bisa ditulis
dalam bentuk kurva, dengan kepala meruncing dan terkadang ditulis dengan gaya sambung dan interseksi yang kuat. Karena keindahan dan keluwesannya ini, gaya Tsuluts banyak digunakan sebagai ornamen arsitektur masjid, sampul buku, dan dekorasi interior.
3. Naskhi
Kaligrai gaya Naskhi paling sering dipakai umat Islam, baik untuk
menulis naskah keagamaan maupun tulisan sehari-hari. Gaya Naskhi
termasuk gaya penulisan kaligrai tertua. Sejak kaidah penulisannya
dirumuskan secara sistematis oleh Ibnu Muqlah pada abad ke-10,
gaya kaligrai ini sangat populer digunakan untuk menulis mushaf
Alquran sampai sekarang. Karakter hurufnya sederhana, nyaris tanpa hiasan tambahan, sehingga mudah ditulis dan dibaca.
(15)
4. Riq’ah
Kaligrai gaya Riq’ah merupakan hasil pengembangan kaligrai
gaya Naskhi dan Tsuluts. Sebagaimana halnya dengan tulisan gaya Naskhi yang dipakai dalam tulisan sehari-hari. Riq’ah dikembangkan oleh kaligrafer Daulah Usmaniyah, lazim pula digunakan untuk tulisan tangan biasa atau untuk kepentingan praktis lainnya. Karakter hurufnya sangat sederhana, tanpa harakat, sehingga memungkinkan untuk ditulis cepat.
5. Ijazah (Raihani)
Tulisan kaligrai gaya Ijazah (Raihani) merupakan perpaduan antara
gaya Tsuluts dan Naskhi, yang dikembangkan oleh para kaligrafer Daulah Usmani. Gaya ini lazim digunakan untuk penulisan ijazah
dari seorang guru kaligrai kepada muridnya. Karakter hurufnya
seperti Tsuluts, tetapi lebih sederhana, sedikit hiasan tambahan, dan tidak lazim ditulis secara bertumpuk (murakkab).
6. Diwani
Gaya kaligrai Diwani dikembangkan oleh kaligrafer Ibrahim Munif.
Kemudian, disempurnakan oleh Syaikh Hamdullah dan kaligrafer Daulah Usmani di Turki akhir abad ke-15 dan awal abad ke-16. Gaya ini digunakan untuk menulis kepala surat resmi kerajaan. Karakter gaya ini bulat dan tidak berharakat. Keindahan tulisannya bergantung pada permainan garisnya yang kadang-kadang pada huruf tertentu meninggi atau menurun, jauh melebihi patokan garis horizontalnya.
Model kaligrai Diwani banyak digunakan untuk ornamen arsitektur
dan sampul buku. 7. Diwani Jali
Kaligrai gaya Diwani Jali merupakan pengembangan gaya Diwani. Gaya penulisan kaligrai ini diperkenalkan oleh Haiz Usman, seorang
kaligrafer terkemuka Daulah Usmani di Turki. Anatomi huruf Diwani Jali pada dasarnya mirip Diwani, namun jauh lebih ornamental, padat, dan terkadang bertumpuk-tumpuk. Berbeda dengan Diwani yang tidak berharakat, Diwani Jali sebaliknya sangat melimpah. Harakat yang melimpah ini lebih ditujukan untuk keperluan dekoratif dan tidak seluruhnya berfungsi sebagai tanda baca. Karenanya, gaya ini sulit dibaca secara selintas. Biasanya, model ini digunakan untuk
(16)
aplikasi yang tidak fungsional, seperti dekorasi interior masjid atau benda hias.
8. Farisi
Seperti tampak dari namanya, kaligrai gaya Farisi dikembangkan oleh
orang Persia dan menjadi huruf resmi bangsa ini sejak masa Dinasti
Safawi sampai sekarang. Kaligrai Farisi sangat mengutamakan unsur
garis, ditulis tanpa harakat, dan kepiawaian penulisnya ditentukan oleh kelincahannya mempermainkan tebal-tipis huruf dalam ‘takaran’ yang tepat. Gaya ini banyak digunakan sebagai dekorasi eksterior masjid di Iran, yang biasanya dipadu dengan warna-warni arabes.
9. Moalla.
Walaupun belum cukup terkenal, gaya kaligrai Moalla merupakan
gaya yang tidak standar, dan tidak masuk dalam buku panduan
kaligrai yang umum beredar. Meski tidak begitu terkenal, kaligrai
ini masih masuk dalam daftar jenis-jenis kaligrai dalam wikipedia Arab, tergolong bagian kaligrai jenis yang berkembang di Iran.
Kaligrai ini diperkenalkan oleh Hamid Ajami, seorang kaligrafer
kelahiran Teheran.
D. Metode Penelitian
Dilihat dari pendekatan analisisnya, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pengunaan metode kualitatif dalam penelitian ini didasarkan pada pertimbangan bahwa permasalahan yang akan dipecahkan lebih tepat bila menggunakan metode kualitatif, karena dengan menggunakan metode kualitatif lebih sensitif (aktif-reaktif dan dapat diadaptasikan) dengan mempertimbangkan saling perpindahannya pengaruh dan pola nilai yang mungkin harus dihadapi dalam penelitian.16 Adapun lokasi dalam penelitian
ini yang peneliti ambil adalah siswa kelas VI MI NU Miftahut Tholibin Mejobo Kudus. Sumber data yang diperoleh dalam penelitian adalah berasal dari lapangan dan kepustakaan
Untuk mengumpulkan data yang diperlukan tentang upaya
pemberdayaan seni baca tulis al-Qur’an melalui kegiatan Qiro’ah dan Kaligrai
untuk siswa Madrasah Ibtidaiyah, peneliti menggunakan metode yang sesuai
16 Nasution.
(17)
dengan luas dan sempitnya obyek yang diteliti. Adapun metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dokumentasi. Dokumentasi dari kata asalnya dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Metode ini dimaksudkan untuk mendapatkan data yang melalui pencatatan terhadap dokumen-dokumen yang sesuai dengan obyek yang diteliti.
E. Hasil Penelitian
Pelaksanaan kegiatan seni baca tulis Al-Qur’an (Qira’ah) dan seni menulis Al-Qur’an (kaligrai) pada siswa kelas VI MI NU Miftahut Tholibin
Mejobo Kudus ini dilakukan dua kali dalam seminggu, yaitu dua kali untuk
kegiatan seni baca tulis Al-Qur’an (Qira’ah) dan dua kali pula untuk kegiatan seni menulis Al-Qur’an (kaligrai). Untuk kegiatan seni baca tulis Al-Qur’an (Qira’ah) dilaksanakan pada hari Senin dan Selasa, sedangkan untuk kegiatan seni menulis Al-Qur’an (kaligrai) dilaksanakan pada hari Rabu dan Kamis.
Pelaksanaan kegiatan tersebut dimulai pukul 07.00-08.30 WIB.
Pada kegiatan seni baca tulis Al-Qur’an (Qira’ah) penulis merekrut
guru qira’ah, yaitu Bapak Sufyan Zuhad untuk menjadi tutor dalam kegiatan
tersebut. Selain menjadi tutor/pelatih seni baca tulis Al-Qur’an (Qira’ah),
Bapak Sufyan Zuhad juga penulis minta untuk menjelaskan tentang ilmu
qira’ah, seperti hukum bacaan dan teknik melantunkan ayat-ayat Al-Qur’an
yang baik dan benar.
Pembelajaran seni baca tulis Al-Qur’an (Qira’ah) dilakukan dengan
tahap. Tahap pertama adalah penjelasan materi seputar hukum bacaan
ayat-ayat Al-Qur’an dan teknik qira’ah. Sedangkan tahap kedua adalah praktik melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an. Sebelum siswa mempraktikkan
qira’ah terlebih dahulu guru memberikan contoh qira’ah dengan berbagai
model bacaan (variasi). Dalam melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an, tutor tidak memaksa siswa untuk melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an dengan
satu macam model bacaan, akan tetapi tutor memberikan kebebasan bagi siswa untuk memilh model bacaan yang disenanginya.
Kemudian dalam kegiatan seni menulis Al-Qur’an (kaligrai), penulis juga merekrut tutor yang ahli di bidang kaligrai yang bernama Muhammad Amin. Pembelajaran seni menulis Al-Qur’an (kaligrai) pada siswa kelas VI
MI NU Miftahut Tholibin Mejobo juga dilaksanakan pada jam 07.00 – 08.30 namun hari pelaksanaannya saja yang berbeda. Kegiatan seni menulis
(18)
Bapak Muhammad Amin dalam mengajar kaligrai diawali dengan
pengenalan terhadap bentuk-bentuk tulisan kemudian menjelaskan teknik
menulis huruf Hijaiyah yang baik dan benar sesuai dengan model kaligrai. Setelah itu baru memberikan contoh penulisan kaligrai. Semua model kaligrai diajarkan oleh Bapak Muhammad Amin mulai dari bentuk naskhi sampai pada khui.
Melihat cara penyampaian materi dan pemberian contoh dalam
kegiatan seni baca Al-Qur’an (Qira’ah) dan seni menulis Al-Qur’an (kaligrai),
siswa menjadi tertarik untuk mendalaminya lebih jauh. Di akhir pembelajaran tutor mengadakan evaluasi secara tertulis.
a. Tingkat Pencapaian
Keberhasilan suatu kegiatan dapat diukur dari tingkat pencapaian. Dalam pengukuran keberhasilan terdapat beberapa kategori yang digunakan untuk mengukur tingkat pencapaian seseorang dalam suatu kegiatan. Pengkategorian tingkat pencapaian dalam kegiatan qira’ah dan
kaligrai pada siswa kelas VI MI NU Miftahut Tholibin Mejobo Kudus
adalah sebagai berikut:
1) Baik Sekali: apabila bahan/materi yang diajarkan itu dapat dikuasai 90 – 100%.
2) Baik: apabila sebagian besar bahan/materi yang diajarkan dapat dikuasai 70% – 89%
3) Cukup/sedang: apabila bahan/materi yang diajarkan dapat dikuasai sekitar 50% – 69%.
4) Kurang: apabila bahan/materi yang diajarkan kurang dari 50%. Suatu kegiatan dikatakan memiliki tingkat pencapaian yang tinggi/baik apabila:
1) Daya serap siswa terhadap bahan/materi tinggi.
2) Siswa mamiliki keterampilan/skill setelah melaksanakan kegiatan.
b. Faktor Pendukung, Penghambat, dan Solusinya 1) Faktor Pendukung
Faktor pendukung kegiatan seni membaca dan menulis Al-Qur’an (qira’ah dan kaligrai) pada siswa kelas VI MI NU Miftahut Tholibin
Mejobo Kudus adalah: a) Motivasi belajar siswa
(19)
Proses belajar mengajar merupakan kesatuan antara belajar siswa dengan mengajar guru, yang keduanya terjalin hubungan saling menunjang. Proses mengajar guru tidak akan berarti tanpa diikuti dengan motivasi belajar siswa.
Aktivitas belajar yang disertai motivasi kuat, akan menghasilkan hasil belajar yang baik. Motivasi menentukan intensitas usaha anak dalam belajar. Demikian sebaliknya, bila motivasi belajar rendah, dengan sendirinya hasil belajar kurang memuaskan.
Dengan demikian semakin kuat motivasi belajar siswa dalam
mengikuti kegiatan qira’ah dan kaligrai, maka semakin baik pula hasil
yang akan diperolehnya (keterampilan/skill). Siswa memiliki keinginan yang kuat untuk belajar manakala dalam dirinya tumbuh motivasi yang tinggi.
Dalam kegiatan pembelajaran, motivasi berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian tujuan pembelajaran. Siswa melakukan sesuatu karena motivasi. Adanya motivasi belajar yang tinggi pada diri siswa mampu melahirkan stimulus yang baik dan menumbuhkan minat belajar.
b) Sarana prasarana yang memadai
Keberhasilan siswa dalam belajar tidak semata-mata dipengaruhi oleh faktor siswa saja, seperti kecerdasan intelektual dan motivasi belajar siswa semata, tetapi benyak faktor yang mempengaruhinya termasuk keterpenuhan kebutuhan sarana belajar di sekolah seperti ruang belajar yang nyaman dan fasilitas pembelajaran yang lengkap (buku, media audio-visual, alat-alat multimedia, alat peraga, dll).
Proses belajar mengajar akan berjalan dengan lancar, jika ditunjang dengan sarana yang memadai, baik jumlah, fungsi maupun kelengkapannya. Dengan sarana dan prasarana pembelajaran yang memadai di MI NU Miftahut Tholibin Mejobo, maka siswa dapat belajar dengan sungguh-sungguh dan dapat mengembangkan potensinya dengan
maksimal, termasuk dalam mengembangkan seni qira’ah dan kaligrai.
Sarana dan prasarana yang memadai yang dimiliki oleh MI NU Miftahut Tholibin Mejobo Kudus sangat membantu siswa dalam belajar dan mengikuti kegiatan keagamaan yang penulis lakukan.
(20)
2) Faktor Penghambat
Faktor penghambat kegiatan pemberdayaan seni membaca dan
menulis Al-Qur’an (qira’ah dan kaligrai) pada siswa kelas VI MI NU
Miftahut Tholibin Mejobo Kudus adalah:
a) Keterbatasan waktu dalam kegiatan pengabdian.
Waktu yang sangat minim/singkat dalam pembelajaran seni baca
tulis Al-Qur’an (qira’ah dan kaligrai) merupakan suatu kendala yang
dapat menghambat jalannya kegiatan pembelajaran. Mengajar seni
baca tulis Al-Qur’an (qira’ah dan kaligrai) selain membutuhkan
kesabaran juga membutuhkan alokasi waktu yang cukup banyak. b) Perbedaan intelegensi dan latar belakang siswa
Setiap siswa memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Ada yang memiliki inteligensi tinggi, kreativitas, inovatif dan ada yang intelegensinya rendah, pasif, dan kurang inovatif. Hal ini menyebabkan tingkat penerimaan dan penguasaan materi yang diberikan oleh tutor bervariasi. Ada yang cepat menguasai, sedang dan ada pula yang lambat.
Intelegensi, karakter, latar belakang siswa berbeda-beda merupakan faktor yang berpengaruh terhadap akselerasi dan penguasaan materi ajar yang disampaikan oleh tutor. Bagi siswa yang cerdas intelegensinya, kreatif dan inovatif, hanya membutuhkan satu atau dua kali penjelasan guru untuk memahami suatu materi. Namun bagi siswa yang kurang intelegensi, pasif dan kurang inovatif akan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk memahami materi yang sama. Belum lagi untuk kegiatan pengayaan, remedial, dan evaluasi juga membutuhkan alokasi waktu yang banyak.
3) Solusi
Untuk mengatasi keterbatasan waktu, penulis melakukan beberapa upaya, yaitu:
a) Melakukan pendekatan individual dan kelompok
Pendekatan yang penulis lakukan adalah pendekatan secara individual dan secara kelompok. Pendekatan penulis lakukan agar terjadi komunikasi yang intensif serta adanya penguatan emosional dengan siswa. Apabila kedua aspek ini dapat berjalan dengan baik,
(21)
maka pembelajaran akan berlangsung optimal sehingga keterbatasan waktu dapat teratasi. Atau dengan kata lain, dengan waktu yang terbatas, tujuan dan target pembelajaran dapat tercapai.
b) Membentuk teman sejawat
Adanya teman sejawat sangat membantu dalam mengelola kelas dan
menyampaikan materi. Kegiatan seni baca tulis Al-Qur’an (qira’ah dan kaligrai) dalam praktiknya kurang efektif kalau dilakukan oleh
seorang tutor saja. Oleh karena itu, dibutuhkan seorang pendamping tutor untuk membantu dan membimbing siswa.
Kemudian untuk mengatasi hambatan karena perbedaan intelegensi dan latar belakang siswa, dilakukan dengan membentuk beberapa kelompok belajar. Setiap kelompok terdiri dari 4 – 5 siswa, di mana setiap kelompok ditunjuk satu teman sejawat. Dengan membentuk kelompok setiap aktivitas siswa akan lebih mudah dipantau. Di samping itu, dapat ditemukan hambatan-hambatan dalam pelaksanaan kegiatan sehingga dapat dicarikan solusinya.
c. Kegiatan Pemberdayaan
1. Bentuk Pemberdayaan Masyarakat
Bentuk pengabdian masyarakat yang penulis lakukan di MI NU Miftahut Tholibin Mejobo Kudus adalah pemberdayaan potensi siswa dalam hal peningkatan keterampilan seni membaca dan menulis
Al-Qur’an (qira’ah dan kaligrai). Dengan adanya pemberdayaan tersebut
sangat bermanfaat bagi siswa kelas VI dalam meningkatkan keterampilan
membaca dan menulis Al-Qur’an, menumbuhkan jiwa seni dalam dirinya,
terutama seni yang bercorak khas Islam. 2. Pelaksanaan Pemberdayaan
Madrasah Ibtidaiyah NU Miftahut Tholibin merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang cukup berperan dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat khususnya di Desa Mejobo Kudus. Peran nyata MI NU Miftahut Tholibin Mejobo Kudus adalah sebagai tempat mendidik, mengajar dan membimbing serta membekali siswa dengan berbagai ilmu-ilmu (agama dan umum) yang berguna dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
(22)
Miftahut Tholibin Mejobo Kudus, penulis berperan sebagai fasilitator (fasilitas pertemuan), katalisator (sumber ide perubahan), dan dinamisator (penggerak masyarakat) dalam menjawab problematika yang dihadapinya.
Sebagai katalisator, peran yang penulis lakukan adalah:
a. Mengadakan sosialisasi kepada subyek kegiatan tentang program
pemberdayaan untuk mendukung efektiitas program pemberdayaan
yang akan dilakukan.
b. Mengadakan komunikasi dan pendekatan dengan subyek kegiatan dalam upaya mencari alternatif pemecahan masalah.
c. Melakukan diskusi secara intensif untuk mengungkapkan dan menyelesaikan berbagai problematika bagi subyek kegiatan.
Sebagai katalisator, penulis berperan:
a. Memberikan pengetahuan yang cukup dalam hal program kerja. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memberikan pengetahuan
tentang materi seni baca tulis Al-Qur’an (qira’ah dan kaligrai)
yang baik dan benar.
b. Membantu menemukan teknik dan strategi yang tepat dalam
pembelajaran seni baca tulis Al-Qur’an (qira’ah dan kaligrai).
Berperan sebagai Dinamisator, penulis melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Memberikan motivasi secara terus menerus kepada subyek kegiatan.
b. Memberikan saran dan bantuan kepada subyek kegiatan dalam melaksanakan tugas.
3. Evaluasi
Evaluasi yang penulis lakukan dalam kegiatan seni baca tulis
Al-Qur’an (qira’ah dan kaligrai) adalah model unjuk kerja (praktik) melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an masing-masing siswa dan membuat seni kaligrai dengan berbagai macam model.
F. Penutup
Berdasarkan analisa data diatas dapat diambil kesimpulan bahwa program pemberdayaan masyarakat di MI NU Miftahut Tholibin Mejobo
(23)
Kudus terkait dengan pemberdayaan baca tulis Al-Qur’an adalah sebagai
berikut:
1) Kegiatan pengabdian dalam rangka pemberdayaan potensi siswa di kelas VI MI NU Miftahut Tholibin meliputi dua bentuk kegiatan, yaitu seni
membaca Al-Qur’an (Qira’ah) dan seni menulis Al-Qur’an (Kaligrai).
2) Faktor pendukung kegiatan pengabdian di kelas VI MI NU Miftahut Tholibin Mejobo Kudus adalah motivasi belajar siswa yang tinggi dan sarana prasarana pembelajaran yang memadai. Sedangkan hambatan dalam kegiatan pengabdian di kelas VI MI NU Miftahut Tholibin Mejobo Kudus adalah terbatasnya waktu, serta perbedaan intelegensi dan karakter siswa.
3) Solusi yang penulis lakukan dalam pemberdayaan di kelas VI MI NU Miftahut Tholibin Mejobo Kudus adalah dengan melakukan pendekatan individual dan kelompok serta membentuk teman sejawat dalam kegiatan pengabdian.
(24)
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Agama RI. Al Qur’an dan Terjemahnya. Surya Cipta Aksara. Surabaya.
Http://engkizarquran.wordpress.com/2011/11/05/konsep pengajaran dan pembelajaran membaca al-qur’an dalam pendidikan Islam.
Kurikulum Pendidikan Dasar. Landasan Program dan Pengembangan. DEPAG RI. 1994/1995.
Kurikulum Pendidikan Dasar. Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar. DEPAG RI. 1995.
Lembaga Percetakan Al-Qur’an Raja Fahd. Al-Qur,an dan Terjemahnya.
Saudi Arabia. 1424 H.
Munawir Yusuf dkk. Pendidikan Bagi Anak Dengan Problema Belajar Cet.I. PT Tiga Serangkai Mandiri. Solo. 2003.
Moh. Roqib. Ilmu Pendidikan Islam Pengembangan pendidikan Integratif di Sekolah, Keluarga, dan Masyarakat. Lkis. Yogyakarta. 2009. Moh. Uzer Usman. Menjadi Guru Profesional. PT Remaja Rosdakarya.
Bandung. 2001.
Nasution. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung. Remaja Rosdakarya. 1990. Saiful Mujab. Ilmu Nagham Kaidah Seni Baca Al-Qur’an. STAIN Kudus.
Kudus.
Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta. Rineka Cipta. 1998.
Syaifudin Azwar. Metode Penelitian. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. 2001. Zakiyah Drajat. Pendidikan Islam Dalam Keluarga Dan Sekolah. CV
Ruhama. Jakarta. 1995.
Suroso. SMART BRAIN. Metode Menghafal Cepat dan Meningkatkan Ketajaman Memori. SIC. 2010. Cet.:2.
(1)
Proses belajar mengajar merupakan kesatuan antara belajar siswa dengan mengajar guru, yang keduanya terjalin hubungan saling menunjang. Proses mengajar guru tidak akan berarti tanpa diikuti dengan motivasi belajar siswa.
Aktivitas belajar yang disertai motivasi kuat, akan menghasilkan hasil belajar yang baik. Motivasi menentukan intensitas usaha anak dalam belajar. Demikian sebaliknya, bila motivasi belajar rendah, dengan sendirinya hasil belajar kurang memuaskan.
Dengan demikian semakin kuat motivasi belajar siswa dalam mengikuti kegiatan qira’ah dan kaligrai, maka semakin baik pula hasil yang akan diperolehnya (keterampilan/skill). Siswa memiliki keinginan yang kuat untuk belajar manakala dalam dirinya tumbuh motivasi yang tinggi.
Dalam kegiatan pembelajaran, motivasi berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian tujuan pembelajaran. Siswa melakukan sesuatu karena motivasi. Adanya motivasi belajar yang tinggi pada diri siswa mampu melahirkan stimulus yang baik dan menumbuhkan minat belajar.
b) Sarana prasarana yang memadai
Keberhasilan siswa dalam belajar tidak semata-mata dipengaruhi oleh faktor siswa saja, seperti kecerdasan intelektual dan motivasi belajar siswa semata, tetapi benyak faktor yang mempengaruhinya termasuk keterpenuhan kebutuhan sarana belajar di sekolah seperti ruang belajar yang nyaman dan fasilitas pembelajaran yang lengkap (buku, media audio-visual, alat-alat multimedia, alat peraga, dll).
Proses belajar mengajar akan berjalan dengan lancar, jika ditunjang dengan sarana yang memadai, baik jumlah, fungsi maupun kelengkapannya. Dengan sarana dan prasarana pembelajaran yang memadai di MI NU Miftahut Tholibin Mejobo, maka siswa dapat belajar dengan sungguh-sungguh dan dapat mengembangkan potensinya dengan maksimal, termasuk dalam mengembangkan seni qira’ah dan kaligrai.
Sarana dan prasarana yang memadai yang dimiliki oleh MI NU Miftahut Tholibin Mejobo Kudus sangat membantu siswa dalam belajar dan mengikuti kegiatan keagamaan yang penulis lakukan.
(2)
2) Faktor Penghambat
Faktor penghambat kegiatan pemberdayaan seni membaca dan menulis Al-Qur’an (qira’ah dan kaligrai) pada siswa kelas VI MI NU Miftahut Tholibin Mejobo Kudus adalah:
a) Keterbatasan waktu dalam kegiatan pengabdian.
Waktu yang sangat minim/singkat dalam pembelajaran seni baca tulis Al-Qur’an (qira’ah dan kaligrai) merupakan suatu kendala yang dapat menghambat jalannya kegiatan pembelajaran. Mengajar seni baca tulis Al-Qur’an (qira’ah dan kaligrai) selain membutuhkan kesabaran juga membutuhkan alokasi waktu yang cukup banyak. b) Perbedaan intelegensi dan latar belakang siswa
Setiap siswa memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Ada yang memiliki inteligensi tinggi, kreativitas, inovatif dan ada yang intelegensinya rendah, pasif, dan kurang inovatif. Hal ini menyebabkan tingkat penerimaan dan penguasaan materi yang diberikan oleh tutor bervariasi. Ada yang cepat menguasai, sedang dan ada pula yang lambat.
Intelegensi, karakter, latar belakang siswa berbeda-beda merupakan faktor yang berpengaruh terhadap akselerasi dan penguasaan materi ajar yang disampaikan oleh tutor. Bagi siswa yang cerdas intelegensinya, kreatif dan inovatif, hanya membutuhkan satu atau dua kali penjelasan guru untuk memahami suatu materi. Namun bagi siswa yang kurang intelegensi, pasif dan kurang inovatif akan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk memahami materi yang sama. Belum lagi untuk kegiatan pengayaan, remedial, dan evaluasi juga membutuhkan alokasi waktu yang banyak.
3) Solusi
Untuk mengatasi keterbatasan waktu, penulis melakukan beberapa upaya, yaitu:
a) Melakukan pendekatan individual dan kelompok
Pendekatan yang penulis lakukan adalah pendekatan secara individual dan secara kelompok. Pendekatan penulis lakukan agar terjadi komunikasi yang intensif serta adanya penguatan emosional dengan siswa. Apabila kedua aspek ini dapat berjalan dengan baik,
(3)
maka pembelajaran akan berlangsung optimal sehingga keterbatasan waktu dapat teratasi. Atau dengan kata lain, dengan waktu yang terbatas, tujuan dan target pembelajaran dapat tercapai.
b) Membentuk teman sejawat
Adanya teman sejawat sangat membantu dalam mengelola kelas dan menyampaikan materi. Kegiatan seni baca tulis Al-Qur’an (qira’ah dan kaligrai) dalam praktiknya kurang efektif kalau dilakukan oleh seorang tutor saja. Oleh karena itu, dibutuhkan seorang pendamping tutor untuk membantu dan membimbing siswa.
Kemudian untuk mengatasi hambatan karena perbedaan intelegensi dan latar belakang siswa, dilakukan dengan membentuk beberapa kelompok belajar. Setiap kelompok terdiri dari 4 – 5 siswa, di mana setiap kelompok ditunjuk satu teman sejawat. Dengan membentuk kelompok setiap aktivitas siswa akan lebih mudah dipantau. Di samping itu, dapat ditemukan hambatan-hambatan dalam pelaksanaan kegiatan sehingga dapat dicarikan solusinya.
c. Kegiatan Pemberdayaan
1. Bentuk Pemberdayaan Masyarakat
Bentuk pengabdian masyarakat yang penulis lakukan di MI NU Miftahut Tholibin Mejobo Kudus adalah pemberdayaan potensi siswa dalam hal peningkatan keterampilan seni membaca dan menulis Al-Qur’an (qira’ah dan kaligrai). Dengan adanya pemberdayaan tersebut sangat bermanfaat bagi siswa kelas VI dalam meningkatkan keterampilan membaca dan menulis Al-Qur’an, menumbuhkan jiwa seni dalam dirinya, terutama seni yang bercorak khas Islam.
2. Pelaksanaan Pemberdayaan
Madrasah Ibtidaiyah NU Miftahut Tholibin merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang cukup berperan dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat khususnya di Desa Mejobo Kudus. Peran nyata MI NU Miftahut Tholibin Mejobo Kudus adalah sebagai tempat mendidik, mengajar dan membimbing serta membekali siswa dengan berbagai ilmu-ilmu (agama dan umum) yang berguna dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
(4)
Miftahut Tholibin Mejobo Kudus, penulis berperan sebagai fasilitator (fasilitas pertemuan), katalisator (sumber ide perubahan), dan dinamisator (penggerak masyarakat) dalam menjawab problematika yang dihadapinya.
Sebagai katalisator, peran yang penulis lakukan adalah:
a. Mengadakan sosialisasi kepada subyek kegiatan tentang program pemberdayaan untuk mendukung efektiitas program pemberdayaan yang akan dilakukan.
b. Mengadakan komunikasi dan pendekatan dengan subyek kegiatan dalam upaya mencari alternatif pemecahan masalah.
c. Melakukan diskusi secara intensif untuk mengungkapkan dan menyelesaikan berbagai problematika bagi subyek kegiatan.
Sebagai katalisator, penulis berperan:
a. Memberikan pengetahuan yang cukup dalam hal program kerja. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memberikan pengetahuan tentang materi seni baca tulis Al-Qur’an (qira’ah dan kaligrai) yang baik dan benar.
b. Membantu menemukan teknik dan strategi yang tepat dalam pembelajaran seni baca tulis Al-Qur’an (qira’ah dan kaligrai).
Berperan sebagai Dinamisator, penulis melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Memberikan motivasi secara terus menerus kepada subyek kegiatan.
b. Memberikan saran dan bantuan kepada subyek kegiatan dalam melaksanakan tugas.
3. Evaluasi
Evaluasi yang penulis lakukan dalam kegiatan seni baca tulis Al-Qur’an (qira’ah dan kaligrai) adalah model unjuk kerja (praktik) melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an masing-masing siswa dan membuat seni kaligrai dengan berbagai macam model.
F. Penutup
Berdasarkan analisa data diatas dapat diambil kesimpulan bahwa program pemberdayaan masyarakat di MI NU Miftahut Tholibin Mejobo
(5)
Kudus terkait dengan pemberdayaan baca tulis Al-Qur’an adalah sebagai berikut:
1) Kegiatan pengabdian dalam rangka pemberdayaan potensi siswa di kelas VI MI NU Miftahut Tholibin meliputi dua bentuk kegiatan, yaitu seni membaca Al-Qur’an (Qira’ah) dan seni menulis Al-Qur’an (Kaligrai). 2) Faktor pendukung kegiatan pengabdian di kelas VI MI NU Miftahut
Tholibin Mejobo Kudus adalah motivasi belajar siswa yang tinggi dan sarana prasarana pembelajaran yang memadai. Sedangkan hambatan dalam kegiatan pengabdian di kelas VI MI NU Miftahut Tholibin Mejobo Kudus adalah terbatasnya waktu, serta perbedaan intelegensi dan karakter siswa.
3) Solusi yang penulis lakukan dalam pemberdayaan di kelas VI MI NU Miftahut Tholibin Mejobo Kudus adalah dengan melakukan pendekatan individual dan kelompok serta membentuk teman sejawat dalam kegiatan pengabdian.
(6)
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Agama RI. Al Qur’an dan Terjemahnya. Surya Cipta Aksara. Surabaya.
Http://engkizarquran.wordpress.com/2011/11/05/konsep pengajaran dan pembelajaran membaca al-qur’an dalam pendidikan Islam.
Kurikulum Pendidikan Dasar. Landasan Program dan Pengembangan.
DEPAG RI. 1994/1995.
Kurikulum Pendidikan Dasar. Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar. DEPAG RI. 1995.
Lembaga Percetakan Al-Qur’an Raja Fahd. Al-Qur,an dan Terjemahnya.
Saudi Arabia. 1424 H.
Munawir Yusuf dkk. Pendidikan Bagi Anak Dengan Problema BelajarCet.I.
PT Tiga Serangkai Mandiri. Solo. 2003.
Moh. Roqib. Ilmu Pendidikan Islam Pengembangan pendidikan Integratif di Sekolah, Keluarga, dan Masyarakat. Lkis. Yogyakarta. 2009. Moh. Uzer Usman. Menjadi Guru Profesional. PT Remaja Rosdakarya.
Bandung. 2001.
Nasution. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung. Remaja Rosdakarya. 1990. Saiful Mujab. Ilmu Nagham Kaidah Seni Baca Al-Qur’an. STAIN Kudus.
Kudus.
Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta. Rineka Cipta. 1998.
Syaifudin Azwar. Metode Penelitian. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. 2001. Zakiyah Drajat. Pendidikan Islam Dalam Keluarga Dan Sekolah. CV
Ruhama. Jakarta. 1995.
Suroso. SMART BRAIN. Metode Menghafal Cepat dan Meningkatkan