ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN HARTA CALON SUAMI KEPADA CALON ISTRI PASCAPERTUNANGAN DI DESA PAKA'AN DAJAH KECAMATAN GALIS KABUPATEN BANGKALAN MADURA.

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN HARTA
CALON SUAMI KEPADA CALON ISTRI
PASCAPERTUNANGAN DI DESA PAKA’AN DAJAH
KECAMATAN GALIS KABUPATEN BANGKALAN MADURA

SKRIPSI
Oleh:
Ria Analisa
NIM: C31212121

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Syariah dan Hukum
Jurusan Hukum Perdata Islam Prodi Hukum Keluarga
SURABAYA
2016

ABSTRAK
Skripsi ini adalah hasil penelitian lapangan dengan judul Analisis Hukum
Islam terhadap Pemberian harta calon Suami kepada Calon Istri
Pascapertunangan di Desa Paka’an Dajah Kecamatan Galis Kabupaten
Bangkalan Madura. Ini merupakan penelitian lapangan dan rumusan masalah

adalah: Bagaimana Deskripsi Pemberian harta calon Suami kepada Calon Istri
Pascapertunangan di Desa Paka’an Dajah Kecamatan Galis Kabupaten
Bangkalan Madura? Bagaimana Analisis Hukum Islam terhadap Pemberian harta
calon Suami kepada Calon Istri Pascapertunangan di Desa Paka’an Dajah
Kecamatan Galis Kabupaten Bangkalan Madura?
Penelitian ini menggunakan kualitatif (penelitian lapangan) yaitu
penelitian yang dihimpun melalui wawancara dan telaah pustaka. Teknik analisis
data yang menggunakan metode deskriptif analisis ini yang bertujuan untuk
membuat deskripsi atau gambaran mengenai objek penelitian secara sistematis,
faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara
fenomena yang diselidiki. Selanjutnya data yang diolah dan dianalisi dengan pola
pikir induktif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tradisi Pemberian harta calon Suami
kepada Calon Istri Pascapertunangan di Desa Paka’an Dajah adalah adat yang
sudah dilaksanakan dari jaman dahulu. Adat ini juga dikenal oleh masyarakat
Paka’an Dajah dan sebagian besar melaksanakan adat ini. Proses pemberian zakat
fitrah (metraeh) dan memberikan seperangkat baju (nyalenih) ini biasanya
dilakukan pada waktu puasa memasuki hari kedua puluh satu (malem selekoran),
Adapun waktu pembiayaannya dimulai calon istri menjadi tunangan yang sah
dan disepakatin oleh kedua belah pihak. Pemberian pascapertunangan biasanya

dilalukan oleh calon suami atau perwakilan keluarga dari calon suami dan
diserahkan kepada calon istri. Hasil analisis hukum Islam terhadap pemberian
pascapertunangan khususnya berdasarkan ‘urf tradisi ini tidak menyimpang
ajaran Islam karena dapat membawa kemaslahatan. Tradisi memberikan zakat
fitrah (metraeh), memberi seperangkat baju (nyaleneh) dan menafkahi masa
h>yakni kebiasaan yang saling diketahui
pendidikan merupakan al-‘urf al-s}ah}i>
orang, tidak menyalahi dalil syariat, tidak menghalalkan yang haram dan tidak
membatalkan yang wajib.
Sejalan dengan uraian di atas, masyarakat diharapkan dalam pemberian
pascapertunangan ini tidak memberatkan dari seorang laki-laki untuk ngelamar
seorang perempuan dan pemberian ini disesuai dengan kemampuan dari pihak
laki-laki, walaupun pemberian ini sudah menjadi adat kalau tidak mampu jangan
dipaksakan untuk melaksanakan adat pemberian pascapertunangan ini. Apabila
pemberian pascapertunangan ini memberi keridhoan dari semua pihak dan tidak
mendatangkan beban dari pihak laki-laki maka akan lebih baik lagi jika adat
pemberian pascapertunangan ini tetap dilestarikan.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM. ........................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN. ......................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING. .................................................................. iii
ABSTRAK ....................................................................................................... iv
MOTTO. ........................................................................................................... v
PERSEMBAHAN. ........................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .................................................................................... vii
DAFTAR ISI.................................................................................................... ix
DAFTRAR TRANSLITERASI....................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Identifikasi dan Batasan Masalah. .................................................. 7
C. Rumusan Masalah ........................................................................... 8
D. Kajian Pustaka. ............................................................................... 8
E. Tujuan Penelitian. ......................................................................... 10
F. Kegunaan Hasil Penelitian............................................................ 11
G. Definisi Operasional. .................................................................... 12
H. Metode Penelitian ........................................................................ 12

I. Sistematika Pembahasan .............................................................. 18
BAB

II

TINJAUAN UMUM TENTANG PERTUNANGAN,
PEMBERIAN HARTA CALON SUAMI KEPADA CALON
ISTRI DAN ‘URF

A. Tinjauan Umum Tentang Pertunangan ........................................ 20
1. Pengertian Pertunangan .......................................................... 20
2. Landasan Hukum .................................................................... 21
3. Syarat-Syarat Pertunangan ..................................................... 24
4. Pembatalan Pertunangan ........................................................ 30

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5. Hikmah Pertunangan .............................................................. 32
B. Pemberian


harta

calon

Suami

Kepada

Calon

Istri

Pascapertunangan ......................................................................... 34
C. Tinjauan Umum Tentang al-‘urf .................................................. 39
1. Pengertian ‘urf ....................................................................... 39
2. Macam-macam ‘urf ................................................................. 41
3. Krdudukan ‘urf ....................................................................... 44
BAB III PEMBERIAN HARTA CALON SUAMI KEPADA CALON
ISTRI PASCAPERTUNANGAN DI DESA PAKA’AN
DAJAH

KECAMATAN
GALIS
KABUPATEN
BANGKALAN MADURA
A. Sekilas Tentang Desa Paka’an Dajah ........................................... 45
B. Proses Pertunangan di Desa Paka’an Dajah ................................. 55
C. Tradisi Dalam Masa Pertunangan ................................................. 57
BAB IV ANALISIS TERHADAP PEMBERIAN HARTA CALON
SUAMI KEPADA CALON ISTRI PASCAPERTUNANGAN
A. Analisis Pemberian harta calon Suami Kepada Calon Istri
Pascapertunangan di Desa Paka’an Dajah Kecamatan Galis
Kabupaten Bangkalan Madura ..................................................... 65
B. Analisis Hukum Islam Terhadap Pemberin Calon Suami
Kepada Calon Istri Pascapertunangan di Desa Paka’an Dajah
Kecamatan Galis Kabupaten Bangkalan Madura......................... 67

BAB V PENUTUP
A. Simpulan ....................................................................................... 77
B. Saran .............................................................................................. 78


DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Islam adalah sebuah agama yang disyariatkan oleh Allah SWT kepada
manusia sampai akhir zaman. Kehadiran agama Islam yang dibawa Nabi
Muhammad saw diyakini dapat menjamin terwujudnya kehidupan manusia
yang sejahtera lahir dan batin. Islam juga memiliki suatu ajaran yang
bertujuan untuk mencapai kemaslahatan dan kebahagiaan dunia dan akhirat,
karena didalamnya terdapat berbagai petunjuk tentang bagaimana seharusnya
manusia itu menyikapi kehidupan ini secara lebih bermakna.
Sudah menjadi kodrat alam, bahwa dua orang manusia dengan jenis
kelamin yang berlainan, seorang perempuan dan seorang laki-laki dengan
berbagai macam tujuan, salah satunya dengan tujuan awal untuk saling
mengenal antara satu dengan yang lain. Hal ini ditegaskan dalam Q.S Al-


H{ujura>
t ayat 13, yang berbunyi:
            
        

Artinya: Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa -bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenalmengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di
sisi Allah SWT ialah orang yang paling takwa di antara kamu.
Sesungguhnya Allah SWT Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. 1

1

Abdul Hafid, Al-Quran dan Terjemahannya, (Semarang: CV. Asyifa’, 1998), 412.

1

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


2

Bahwasannya Allah SWT telah memerintahkan agar antara laki-laki
dengan perempuan untuk melakukan sebuah pernikahan, dan membangun
rumah tangga yang sakinah mawaddah warahmah. Hal ini dijelaskan dalam
Q.S Al-Nu>
r (24): 32
          
       
Artinya: Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu,
dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu
yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika
mereka miskin Allah SWT akan memampukan mereka dengan kurniaNya. dan Allah SWT Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha
Mengetahui. 2
Sejalan dengan ayat Al-Quran di atas, Rasulullah Saw telah
memerintahkan kaumnya untuk menikah. Hal ini dijelaskan dalam Hadits
Rasulullah Saw yang berbunyi:

ِ
ِ ُ ‫ﺎل ر‬

ِ ِ
ِِ
ُ ‫ﺴ ْ ﺴْ ُﺪ ﺒﷲ ْ ﺴ ْ ُ ْﻮد ﺴر ﺴﻰ ﺒﷲُ ﺴـ ﺴﺎ ﺴ ﺴْﻪُ ﻗﺴ ﺴ ﺴ‬
‫ ﺴ ﻰ ﺒﷲُ ﺴﺴْﻪ ﺴو ﺴ ﺴ‬- ‫ﻮل ﺒﺴ ﻪ‬
ِ
ِ ‫ﺎب ! ِ ﺒ ﺴﻄﺴ‬
‫ﺴﺎ ﺴ ْ ﺴﺸﺴﺮ ﺒﺴ ﺸﺴ ِ ﺴ ْ ﺴ‬
ْ ‫ ﺴوأ‬, ‫ ﺴِﺈ ﻪُ أﺴ ﺴﻏ ْﺴ ﺴ ِﺮ‬, ‫ﺎع ْ ُﻜ ُ ﺒﺴْﺴﺎءﺴ ﺴة ﺴـ ْﺴﺴـﺴﺰو ْﺗ‬
ُ ‫ﺴﺣ ﺴ‬
."ٌ‫ ﺴوﺴ ْ ﺴْ ﺴ ْ ﺴ ِﻄ ْ ﺴـ ﺴﺴْ ِﻪ ِﺎ ْﻮِم ; ﺴِﺈ ﻪُ ﺴﻪُ ِو ﺴﺟﺎء‬, ‫ِْ ﺴ ْﺮِﺗ‬

Artinya: Abdullah bin Mas’ud r.a berkata bahwa Rasulullah Saw
bersabda, wahai para pemuda! Apabila di antara kalian kuasa untuk
kawin, maka kawinlah.Karena kawin itu lebih kuasa untuk menjaga
mata dan kemaluan; dan barang siapa yang tidak kuasa hendaklah
berpuasa, sebab berpuasa itu menjadi penjaga baginya. 3
Dari dalil-dalil di atas, dapat dipahami bahwa pernikahan merupakan
hal yang sangat dianjurkan dalam Islam dan hal ini sesuai dengan fitrah
manusia. Ada beberapa hikmah dalam sebuah pernikahan yang ditemukan


2

Ibid., 282.
Mas’ud Muhsan, Himpunan Hadis Shahih Buchori, (Surabaya: Arkola, 2004), 146.

3

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

oleh para ulama, di antaranya; (1) satu-satunya cara untuk menyalurkan
naluri dan mengembangkan keturunan yang secara sah, dan (2) menerapkan
rasa tanggung jawab untuk bekerja sama dan mencari nafkah. 4 Selain itu,
pernikahan merupakan suatu cara yang dipilih Allah SWT sebagai jalan bagi
manusia untuk berkembang biak dan melestarikan hidupnya, setelah masingmasing pasangan siap melakukan perannya yang positif dalam mewujudkan
tujuan pernikahan 5
Di antara cara untuk bisa mewujudkan rumah tangga yang harmonis

’ah dalam dua belah pihak. 6 Yang dimaksud
dan tenteram ialah adanya kafa>
’ah dalam hal ini ialah keseimbangan, keharmonisan dan
dengan kafa>
keserasian, terutama dalam hal agama, yaitu akhlak dan ibadah. Adapun
tujuannya agar keduanya bisa saling mengerti antara satu dengan yang lain
bila terjadi permasalahan. Sebelum melakukan pernikahan, Islam memberikan
cara agar terbentuk pernikahan yang ideal yaitu memilih istri. Istri yang

sha>
lihah dapat membentuk sebuah pernikahan yang sejahtera. Maksud dari
sha>
lihah ialah mematuhi agama dengan baik, bersikap luhur, dan
memperhatikan hak-hak suami dan memelihara anak-anaknya dengan baik.
Suatu pernikahan biasanya didahului oleh suatu keadaan pendahuluan,
yang mempunyai sifat khusus dan yang pada umumnya dinamakan
pertunangan. Di mana seorang laki-laki meminta persetujuan kepada seorang

4

Dewan Redaksi Ensikopedi Islam, Ensiklopedi Islam,(Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1997),
32.
5
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, jilid VI, (Bandung: Alma’arif, 1990), 9.
6
Soemiyati, Hukum Pernikahan Islam dan Undang-Undang Pernikahan,(Yogyakarta: t.p., 1997),
85.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

perempuan untuk menjadi istrinya, dengan cara-cara yang umum berlaku
ditengah-tengah masyarakat. 7 Prosesi pertunangan ini terlaksana apabila
telah ada persetujuan antara kedua belah pihak untuk mengadakan pernikahan
dan pada umumnya hal ini didahului dalam bentuk suatu lamaran, yaitu suatu
permintaan atau tawaran yang dilakukan oleh pihak laki-laki kepada pihak
perempuan.Setelah melakukan ikatan (prosesi) peminangan, masa antara
peminangan menuju pernikahan disebut masa pertunangan. Jadi pertunangan
yakni hubungan hukum yang dilakukan antara keluarga dari pihak laki-laki
dengan keluarga dari pihak perempuandengan maksud mengikat tali
pernikahan anak-anak mereka dengan jalan peminangan. 8
Sementara itu, tidak semua perempuan boleh (dapat) dipinang oleh
laki-laki. Terdapat beberapa kategori perempuan yang tidak boleh dipinang
oleh seorang laki-laki. Sehingga perempuan yang diboleh dipinang harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut: 9
1. Tidak dalam pinangan orang lain.
2. Pada waktu dipinang tidak ada penghalang syar’i yang melarang untuk
dilangsungkannya pernikahan.
3. Perempuan tersebut tidak dalam masa iddah karena talak raj’i.
4. Apabila perempuan dalam masa iddah karena talak bain, hendaklah
meminang dengan cara sirri.

7

Sayyid Sabiq, Asas-Asas Fiqh Munakahat, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1984), 15.
Hilman Hadikusuma, Hukum Pernikahan Adat, (Bandung: PT. Aditya Bakti,1995), 27.
9
Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, (Jakarta Timur: Kencana, 2003), 74.

8

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

Sementara di zaman sekarang, setiap suku, ras, bahkan desa satu
dengan desa yang lain memiliki adat (kebiasaan) yang berbeda-beda dalam
hal pertunangan. Tidak terkecuali kebiasaan yang dilakukan di Kecamatan
Galis Kabupaten Bangkalan Madura yang pada umumnya yang telah
dipengaruhi oleh hukum Islam khususnya tentang pelaksanaan pertunangan.
Mereka berpendapat bahwa pertunangan tidak hanya menunjukkan tanda
ikatan bahwa kedua belah pihak telah terikat untuk melakukan pernikahan,
akan tetapi mereka juga telah menyatukan persaudaraan sehingga
mempermudah kerja sama dalam segala bidang, antara pihak keluarga lakilaki dan pihak keluarga perempuan. 10
Adat yang ada di Desa Paka’an Dajah Kecamatan Galis Kabupaten
Bangkalan Madura antara menikah dengan khit}bah

tidak mewujudkan

perbedaan yang signifikasi, karena pemberian terhadap calon suami kepada
calon istri dalam masa pertunangan, pihak calon suami biasanya menanggung
beberapa kebutuhan dari pihak calon istri, seperti membayar zakat, memberi
baju baru (dalam bulan ramadhan) dan memberi nafkah secara tidak langsung
kepada calon istri. Ada pula dalam kasus seperti calon istri masih menjalani
masa pendidikannya, sehingga calon suami harus membiayai selama masa
pendidikannya tersebutsampai lulus (selesai). 11 Hal ini sudah menjadi
kebiasaan bagi pihak-pihak yang sedang dalam masa pertunangan. Meskipun
demikian,bagi mereka yang tidak melakukan hal-hal seperti yang telah
disebutkan di atas, tidak lantas mendapatkan sanksi yang pasti, namun tidak
10

Abdul Fatah, Wawancara, Desa Paka’an Dajah Galis Bangkalan, 25 Oktober 2015.
Ibid,.

11

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

menutup kemungkinan akan membuahkan kecemburuan sosial bagi pihak
perempuan dan akan menjadi dampak sosial yang tidak baik bagi pihak lakilaki seperti merasa malu dan gunjingan masyarakat sekitar. 12
Maka sudah selayaknya dari pihak laki-laki melaksanakan adat
tersebut. Meski pertunangan dianjurkan dalam Islam, namun ikatan ini belum
menimbulkan akibat hukum sampai yang bersangkutan telah sah melakukan
akad pernikahan.Hal ini sudah dijelaskan dalam KHI yang terdapat pada pasal
13 (1) bahwa peminangan belum menimbulkan akibat hukum dan para pihak
bebas memutuskan hubungan peminangan. 13 Namun dilihat dari segi (hukum
adat) kebiasaan yang telah dilakukan oleh masyarakat Desa Paka’an Dajah
Kecamatan Galis Kabupaten Bangkalan Madura berbeda dengan ketentuan
yang telah disyariatkan dalam Islam. Sedangkan menurut adat tersebut
seharusnya pihak laki-laki memenuhi kewajiban pihak perempuan untuk
mengeluarkan zakat

fitrah, memberikan baju dan memberi nafkah

pascapertunangan. Padahal dari pihak laki-laki belum mempunyai kewajiban
untuk melakukan hal seperti itu.
Berkenaan dengan masalah di atas maka penyusun tertarik untuk
mengangkat masalah tersebut menjadi tema skripsi dengan judul “Analisis
Hukum Islam terhadap Pemberian harta calonSuami kepada Calon Istri
Pascapertunangan Di Desa Paka’an Dajah Kecamatan Galis Kabupaten
Bangkalan Madura”

12

Abdul Fatah, Wawancara, Desa Paka’an Dajah Galis Bangkalan, 25 Oktober 2015.
Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dilengkapi Kompilasi Hukum Islam,(Bandung:
Rhedbook Publisher, 2008), 507.

13

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

B. Identifikasi dan Batasan Masalah
Sesuai dengan paparan latar belakang masalah di atas, dapat kita
identifikasikan antara lain sebagai berikut :
1.

Pemberian harta calon suami kepada calon istri pascapertunangan di
Desa Paka’an Dajah Kecamatan Galis Kabupaten Bangkalan Madura

2.

Analisis hukum Islam terhadap pemberian harta calon suami kepada
calon istri pascapertunangan di Desa Paka’an Dajah Kecamatan Galis
Kabupaten Bangkalan Madura
Sehubungan dengan adanya suatu permasalahan di atas, maka untuk

memberikan arah yang jelas dalam penelitian ini penulis membatasi hanya
pada masalah-masalah berikut ini :
1. Deskripsi

pemberian

harta

calon

suami

kepada

calon

istri

pascapertunangan di Desa Paka’an Dajah Kecamatan Galis Kabupaten
Bangkalan Madura
2. Analisis hukum Islam terhadap pemberian harta calon suami kepada calon
istri pascapertunangan di Desa Paka’an Dajah Kecamatan Galis
Kabupaten Bangkalan Madura.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah pokok
dalam penelitian ini, yaitu:
1. Bagaimana deskripsi pemberian harta calon suami kepada calon istri
pascapertunangan di Desa Paka’an Dajah Kecamatan Galis Kabupaten
Bangkalan Madura?
2. Bagaimana analisis hukum Islam terhadap pemberian harta calon suami
kepada calon istri pascapertunangan di Desa Paka’an Dajah Kecamatan
Galis Kabupaten Bangkalan Madura?

D. Kajian Pustaka
Kajian pustaka ini membahas tentang keterkaitan dengan skripsi yang
telah dilakukan oleh peneliti lain yang sejenis pada masa sebelumnya
sehingga diharapkan tidak ada pengulangan materi penelitian secara mutlak.
Adapun penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan oleh para
peneliti antara lain:
1. Skripsi yang ditulis oleh Ach Saifus Syarif Fadlli tahun 2014 dengan
judul Tinjauan Hukum Islam terhadap Tradisi “Metraeh dan Nyaleneh”
dalam Masa Pertunangan di Desa Gili Timur

Kecamatan Kamal

Kabupaten Bangkalan. Intinya membahas masalah pemberian dalam masa
pertunangan pihak lelaki melakukan “metraeh dan nyaleneh” kepada
pihak perempuan dalam bulan Ramadan. Yakni pihak laki-laki
“membayarkan zakat dan memberi baju baru” kepada pihak perempuan.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

Tradisi Metraeh dan Nyaleneh seolah-olah menjadi sebagai suatu
kewajiban dan juga dibahas tentang perspektifmasyarakat disana dan
dilihat dari sudut pandang hukum Islam. 14
2. Skripsi yang ditulis oleh Ahmad Hurmanuddin Ali Masyharitahun 2013
dengan judul Tinjauan Hukum Islam terhadap Tradisi Calon Istri Tinggal
di Kediaman Calon Suami Pasca Khit}bah

di Desa Karang Mango

KecamatanNgambon Kabupaten Bojonegoro. Masalah ini lebih fokus
pada suatu kasus yang mengenai pergaulan calon suami istri dalam masa
peminangan yang mana calon suami tersebut diperkenankan tidur
sekamar serta leluasa untuk melakukan hubungan layaknya suami istri.
Hal seperti ini adalah kurang fahamnya seseorang atau masyarakat
tentang hukum Islam itu sendiri. Oleh karena itu etika sesudah khit}bah
yang muncul ditengah masyarakat menggunakan hukum adat yang pada
dasarnya bertentangan dengan saklaritas nilai-nilai Islam. 15
3. Skripsi yang ditulis

oleh Syafiie Asrori tahun 2012 dengan judul

Tinjauan Hukum Islam terhadap Tradisi Peminangan ”Lancengan Dan
Prabenan” di Desa Dumajah Kecamatan Tanah Merah Kabupaten
Bangkalan. Intinya membahas tentang tradisi prabenan yaitu serahserahan dari calon suami

kemudian disusul dengan tradisi lancengan

yakni balasan dari tradisi prabenan oleh calon istri yang dijadikan syarat
14

Ach Saifus Syarif Fadlli, “Tinjauan Hukum Islam terhadap Tradisi “Metraeh dan Nyaleneh”
dalam Masa Pertunangan di Desa Gili Timur Kecamatan Kamal Kabupaten Bangkalan” (Skripsi-UIN Sunan Ampel, Surabaya, 2014), 9.
15
Ahmad Hurmanuddin Ali Masyhari , “Tinjauan hukum Islam terhadap tradisi calon istri tinggal
di kediaman calon suami pasca khit}bah di Desa Karang Mango Kecamatan Ngambon Kabupaten
Bojonegoro” (Skripsi--IAIN Sunan Ampel , Surabaya, 2013), 5.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

untuk melangsungkan pernikahan dan dilaksanakan setelah acara lamaran,
dengan selang waktu yang telah disepakati oleh kedua belah pihak. Dan
mereka juga percaya kalau tujuan dari adanya tradisi lancengan dan

prabenan adalah supaya pernikahan menjadi langgeng dan terhindar dari
suatu perceraian. Sedangkan menurut hukum Islam tidak membatalkan
pernikahan apabila syarat dan rukun nikah sudah terpenuhi . 16
Dari kajian pustaka yang ada di atas, yang menjadi titik perbedaan
penelitian ini adalah pada pokok bahasan. Skripsi ini menjelaskan tentang
pemberian harta calonsuami kepada istri yang berupa zakat, baju dan
menafkahi dalam masa pendidikan seolah-olah dijadikan sebagai suatu
kewajiban, juga dibahas tentang persepsi masyarakat tentang tradisi tersebut.
Dan juga tidak lepas dari pembahasan tentang tradisi tersebut dilihat dari
sudut pandang hukum Islam.

E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dihasilkan dari penelitian skripsi ini adalah
sebagai berikut :
1. Mengetahui deskripsi pemberian harta calonsuami kepada calon istri
pascapertunangan di Desa Paka’an Dajah Kecamatan Galis Kabupaten
Bangkalan Madura.

16

Syafiie Asrori, “Tinjauan Hukum Islam terhadap Tradisi Peminangan ”Lancengan Dan
Prabenan” di Desa Dumajah Kecamatan Tanah Merah Kabupaten Bangkalan” (Skripsi--IAIN
Sunan Ampel, Surabaya, 2012),10.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

2. Mengetahui analisis hukum Islam terhadap pemberian harta calonsuami
keada calon istri pascapertunangan di Desa Paka’an Dajah Kecamatan
Galis Kabupaten Bangkalan Madura.

F. Kegunaan Hasil Penelitian
Adapun mengenai kegunaan dari penelitian ini, penulis berharap agar
dapat memberikan kontribusi baik yang bersifat teoritis maupun praktis.
1.

Manfaat praktis
a. Untuk memberikan masukan dan solusi yang tepat untuk mengatasi
masalah kewajiban membayarkan zakat (metraeh), memberi baju baru

(nyalenih) dan menafkahi secara tidak langsung pada masa
pertunangan di Desa Paka’an Dajah Kecamatan Galis Kabupaten
Bangkalan Madura.
b. Sebagai pedoman dan dasar bagi peneliti lain dalam mengkaji
penelitian lagi yang lebih mendalam.
2.

Manfaat teoritis
Manfaat

teoritis

dari

penelitian

diharapkan

dapat

mengembangkan bidang kajian hukum keluarga Islam yang berorientasi
pada sosiologi hukum masyarakat yang ada. Konteksnya dalam penelitian
ini kita bisa lebih memahami masalah seputar pertunangan atau khit}bah
dalam hukum pernikahan Islam.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

G. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahan persepsi perlu dijelaskan definisi
operasional dalam penyusunan skripsi ini, yaitu:
Hukum Islam

:

Seperangkat aturan berdasarkan wahyu Allah
SWT dan sunnah Rasulullah tentang tingkah
laku manusia yang diakui berlaku dan
mengikat untuk semua orang yang terbebani
hukum. Dalam konteks ini hukum islam
berdasarkan

Al-Qur’an,

Hadits,

yang

membicarakan tentang al-‘urf dan khit}bah .
Pemberian Harta Calon :

Suatu pemberian harta dari calon laki-laki

Suami

kepada calon perempuan yang berupa zakat

Kepada

Calon

fitrah (metraeh), seperangkat

Istri

baju baru

(nyalenih) dalam bulan Ramadhan dan
menafkahi dalam masa pendidikan.
Pascapertunangan

:

Masa setelah prosesi pertunangan selama
masa menjelang waktu pernikahan dan
pemberian

zakat

fitrah

(metraeh),

seperangkat baju baru (nyalenih) dalam bulan
Ramadhan

dan

menafkahi

dalam

masa

pendidikan.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

H. Metode Penelitian
Untuk mendapatkan pemahaman yang utuh tentang “Analisis Hukum
Islam

terhadap

Pemberian

harta

calonSuami

kepada

Calon

Istri

Pascapertunangan di Desa Paka’an Dajah Kecamatan Galis Kabupaten
Bangkalan Madura” sesuai dengan rumusan masalah, tujuan serta manfaat
penelitian yang telah ditetapkan, maka penelitian ini menggunakan penelitian
kualitatif dalam bentuk studi lapangan.
Penggunaan metode kualitatif ini bertujuan agar data yang diperoleh
lebih lengkap, lebih mendalam, kredibel dan bermakna sesuai hakikat
penelitian kualitatif yang menekankan pada pengamatan atas orang dalam
lingkungannya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan
tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya. 17
1.

Data yang dikumpulkan
Data yang diambil dan diperlukan oleh penulis adalah data yang
diperoleh dengan referensi-referensi atau buku-buku yang menjelaskan
tentang masalah pertunangan, syarat-syarat pertunangan dan pemberian
pascapertunangan. Sementara itu, data yang digunakan oleh penulis
adalah

wawancara

kepada

pihak-pihak

yang

terkait,

khususnya

masyarakat Desa Paka’an Dajah Kecamatan Galis kabupaten Madura
selaku obyek penelitian. Data yang dikumpulkan haruslah lengkap, agar
penelitian ini lengkap dan mempunyai nilai keilmuan yang tinggi
sehingga bermanfaat untuk dikaji. Data yang harus diperoleh penelitian

17

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2008), 180.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

adalah tentang bagaimana pemberian harta calonsuami kepada calon istri
pascapertunangan sehingga peneliti bisa mengkaji lebih dalam lagi
terhadap pemberian pascapertunangan.
2.

Sumber data
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan, sumber yang
digunakan yaitu sumber data primer dan sekunder, terdiri dari :
a.

Sumber primer
Sumber data primer adalah sumber data yang bersifat utama
dan penting yang memungkinkan untuk mendapatkan sejumlah
informasi yang diperlukan dan berkaitan dengan penelitian. 18terdiri
dari:
1) Pasangan

tunangan

yang

melakukan

pemberian

harta

calonsuami kepada calon istri pascapertunangan.
2) Orang tua kedua pasangan.
3) Para masyarakat Desa Paka’an Dajah Kecamatan Galis
Kabupaten Bangkalan.
4) Kepala KUA Galis yang mengetahui tentang pemberian harta
calonsuami kepada calon istri.
5) Para tokoh agama, tokoh masyarakat, dan tokoh adat Desa
Paka’an Dajah Kecamatan Galis Bangkalan Madura
b.

18

Sumber sekunder

Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum,(Jakarta: PT Raja Grafindo,1997), 116.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

Sumber sekunder dalam penelitian adalah kitab-kitab, bukubuku, dokumen yang ada dan berkaitan dengan penelitian serta
menggunakan bahan pustaka yang dapat menunjang penelitian
seperti karya ilmiah dan data yang ada hubungannya dengan judul
penelitian ini.Adapun buku dan kitab yang peneliti gunakan di
antaranya:
1) R. Wirjono Prodjodikoro, Hukum Pernikahan di Indonesia,
Bandung: Sumur Bandung, 1995.
2) Jalaluddin Abdurrahman, Lima Kaidah Pokok dalam Fikih

Mazhab Syafi’i, Surabaya, Bina Ilmu, 1986.
3) Selamet Abidin dan Aminuddin. Fiqih MunakahatI, Bandung:
CV Pustaka Setia, 1999.
4) Mas’ud Muhsan, Himpunan Hadis Shahih Buchori, Cet. I. t.tp.:
Arkola, 2004.
5) Soemiyati, Hukum Pernikahan Islam dan Undang Undang

Pernikahan, Yogyakarta: Liberty, 1997.
6) Sayyid Sabiq, Fikih Sunah 6, Bandung: Al-Ma’arif, 1990.
3.

Teknik pengumpulan data
Tekhnik pengumpulan data adalah proses memperoleh data
dalam penelitian sebagai berikut:
a. Interview (wawancara)
Yaitu cara melakukan tanya jawab yang dikerjakan dengan
sistematik dan berlandaskan dalam tujuan penelitian, dilakukan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

pada pelaku pertunangan, masyarakat Paka’an Dajah, Orang tua
kedua pasangan, kepala KUA Galis, dan pihak-pihak yang
bersangkutan.

b.

Dokumentasi
Dokumentasi adalah metode pengumpulan data yang
diperoleh melalui dokumen-dokumen, atau meyelidiki benda-benda
tertulis seperti buku-buku, majalah, peraturan-peraturan, catatan
harian. Data-data yang dikumpulkan dengan metode ini cenderung
merupakan data sekunder. 19

4.

Teknik pengolahan data
Setelah data terkumpul baik dari data lapangan maupun hasil
pustaka, maka dapat dilakukan analisis data dengan tahapan-tahapan
sebagai berikut:
1) Editing, yakni pemeriksaan kembali data-data yang diperoleh
terutama dari segi kelengkapan, kejelasan, keserasian, dan keterkaitan
antara data satu dengan yang lainnya. 20
2) Organizing, yakni penulisan data yang diatur dan disusun sehingga
menjadi sebuah kesatuan yang teratur. 21 Untuk selanjutnya semua
data yang telah diperoleh akan disusun secara sistematis untuk
dijadikan sebagai bahan penelitian.

19

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Bandung: PT Rineka
Cipta, 2006), 158.
20
Rianto Adi, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum (Jakarta: Granit, 2004), 118.
21
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (t.tp., t.p., t.t.)803.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

5.

Teknik analisis data
Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan menguatkan
data ke dalam pola kategori dan satuan uraian dasar, sehingga dapat
ditentukan tema dan dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan
oleh data. 22
Penelitian dalam hal ini yang digunakan adalah penelitian
kualitatif, yaitu suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif dari wawancara atau sumber-sumber tertulis. Dalam penelitian
ini penulis menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan
metode di antaranya:
a.

Metode

deskriptif

mendeskripsikan,

yaitu

metode

menggambarkan

yang
atau

bertujuan

untuk

melukiskan

secara

sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta secara apa
adanya sesuai dengan temuan yang didapatkan. Metode ini
digunakan untuk menggambarkan kebiasaan yang terjadi di
lapangan terkait dengan pemberian harta calonsuami kepada calon
istri pascapertunangan di Desa Paka’an Dajah Kecamatan Galis
Kabupaten Bangkalan Madura.
b.

Pola pikir Induktif yaitu mengemukakan kenyataan yang bersifat
khusus dari hasil penelitian tentang adanya fakta dimana pemberian
harta calonsuami kepada istri pascapertunangan di Desa Paka’an
Dajah kecamatan Galis Kabupaten Bangkalan Madura, kemudian

22

Lexy J. Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rusda Karya, 2006),103.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

menggambarkan hasil penelitian dengan teori atau dalil yang
bersifat umum tentang pertunangan menurut hukum Islam.
I. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan ini memberikan penjelasan mengenai hal-hal
apa saja yang akan dibahas dari tiap-tiap bab. Adapun rinciannya sebagai
berikut:
Bab pertama membahas tentang pendahuluan yang terdiri dari latar
belakang, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, kajian
pustaka, tujuan dan kegunaan penelitian, definisi operasional, dan metode
penelitian serta sistematika pembahasan.
Bab kedua menjelaskan tentang landasan teori umum mengenai

khit}bah

(pertunangan) dalam hukum Islam, yang sub babnya meliputi:

pengertian khit}bah

(pertunangan), landasan hukum pertunangan, syarat-

syarat pertunangan, pembatalan pertunangan, dan hikmah pertunangan.
Dalam bab ini juga dijelaskan

kewajiban calon suami kepada calon istri

pascapertunangan menurut hukum Islam. Juga dijelaskan tentang teori umum
tentang ‘urf.
Bab ketiga merupakan deskripsi hasil penelitian mengenai pemberian
harta calonsuami kepada calon istri pasca pertunangan yang terjadi di Desa
Paka’an Dajah Kecamatan Galis Kabupaten Bangkalan Madura, dengan subsub bab meliputi: yang pertama, kondisi geografis, demografis, pendidikan,
sosial, ekonomi, serta agama masyarakat Desa Paka’an Dajah Kecamatan
Galis Kabupaten Bangkalan Madura. Yang kedua, menjelaskan tentang

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

praktek pertunangan, persepsi-persepsi masyarakat tentang adat pertunangan
di Desa Paka’an Dajah Kecamatan Galis Kabupaten Bangkalan Madura.
Deskripsi tentang pemberian harta calonsuami kepada calon istri
Bab keempat merupakan analisis data yang memuat analisis tentang
pemberian harta calonsuami kepada calon istri pascapertunangan yang terjadi
di Desa Paka’an Dajah Kecamatan Galis Kabupaten Bangkalan Madura yang
dikaji menurut hukum Islam dan urf terhadap pemberian harta calonsuami
kepada calon istri pascapertunangan yan terjadi di desa tersebut.
Bab kelima merupakan bab terakhir atau penutup yang terdiri dari
kesimpulan sebagai jawaban atas rumusan masalah sekaligus saran.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG PERTUNANGAN, PEMBERIAN HARTA
CALONSUAMI KEPADA CALON ISTRI DAN ‘URF

A. Tinjauan Umum Tentang Pertunangan
1. Pengertian pertunangan
Pertunangan berasal dari kata tunang yang mempunyai arti
bersepakat (biasanya diumumkan secara resmi atau dinyatakan di
hadapan orang banyak) akan menjadi suami istri. Dengan kata lain, hal ini
telah melakukan pertunangan (permintaan hendak memperistri). 1
Dalam hukum Islam, pertunangan dikenal dengan lafal khit}bah,
dalam terminologi Arab memiliki akar kata yang sama dengan al-khit}a>
b
dan al-khat}ha>
b. Kata al-khat}a>
b berarti “pembicaraan”. Apabila dikatakan

takha>
t }haba maksudnya “dua orang yang sedang berbincang-bincang”. Jika
dikatakan khat}ab>ahu fi> amr artinya “ia memperbincangkan sesuatu
persoalan pada seseorang”. Sehingga khit}bah (‫)ﺧﻄﺒﺔ‬berarti pertunangan,
lamaran. 2
P1F

Adapun pengertian khit}bah menurut istilah ialah mengungkapkan
keinginan untuk menikah dengan seorang perempuan tertentu dan
memberitahukan keinginan tersebut kepada perempuan dan walinya. 3

1

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta: Balai Pustaka,
2005), 1224.
2
Ahmad Warson, KamusAl-Munawir, (Surabaya: Pustaka Progessif, 1997), 349.
3
Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, Jilid 9, (Jakarta: Gema Islami, 2007), 20-21.

20
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

Menurut kompilasi hukum Islam, pertunangan adalah kegiatan
upaya ke arah terjadinya hubungan perjodohan antara seorang pria dengan
seorang perempuan. 4
Sehingga bisa diambil kesimpulan, yang dimaksud dengan
pertunangan adalah masa setelah melakukan prosesi pertunangan
(permintaan) untuk merencanakan sebuah pernikahan yang dilakukan oleh
kedua belah pihak yang bersangkutan dimana antara keduanya belum
mempunyai hak dan kewajiban (belum terjadi akibat hukum) hingga
berlangsungnya akad nikah.
2. Landasan hukum
Terdapat dalam Al-Quran dan dalam banyak hadits nabi yang
membicarakan perihal pertunangan (khit}bah). Namun tidak ditemukan
secara jelas dan terarah adanya perintah atau larangan melakukan suatu
pertunangan

(khit}bah),

sebagaimana

perintah

untuk

mengadakan

perkawinan dengan kalimat jelas, baik dalam Al-Quran maupun dalam
hadits nabi. Hal ini juga dijelaskan dalam Al-Quran di surah Al-Baqarah
ayat 235.
           
            

4

Soesilo, Pramuji R, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dilengkapi Kompilasi Hukum Islam,
(Bandung: Rhedbook Publisher, 2008), 505.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

            
5

             

Artinya: Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang perempuanperempuan itu dengan sindiran atau kamu menyembunyikan
(keinginan mengawini mereka) dalam hatimu. Allah SWT
mengetahui bahwa kamu akan menyebut-nyebut mereka secara
rahasia, kecuali sekedar mengucapkan (kepada mereka) perkataan
yang ma’ruf. Dan jangan kamu berazam (bertetap hati) untuk
berakad nikah, sebelum habis masa ‘iddahnya. Dan ketahuilah
bahwasanya Allah SWT mengetahui apa yang ada dalam hatimu;
maka takutlah kepada-Nya, dan ketahuilah bahwa Allah SWT
Maha Pengampun lagi Maha Penyantun.
Menurut

Ibnu

Hajar

ayat

ini

menjelaskan

tentang

membolehkannya seseorang meminang secara sindiran perempuan yang
masih dalam masa iddah ditinggal mati (masa berkabung) atau dalam
masa iddah ba’in. Akan tetapi beliau mengharamkan bila meminang
secara terang-terangan. 6 Demikian pula mengharamkan meminang
perempuan yang masih dalam masa iddah raj’i baik sindiran maupun
terang-terangan. Dari ayat di atas juga memberikan peringatan untuk
tidak mengadakan pertemuan secara sembunyi-sembunyi atau memberi
janji-janji terhadap perempuan tersebut untuk melakukan akad nikah. 7
Dan hadisnya Al-Tirmidzi yang datang dari Rasulullah Saw yang
berbunyi:

‫ﺆد َم ـَْـَ ُ َﻤﺎ‬
َ ُ ‫أﺣَﺮى أ ْن‬
ْ ُ ‫أُْﻈُْﺮ ﺐَْـ َﻬﺎ َﺈ‬

Artinya: lihatlah wanita itu sesungguhnya penglihatan itu lebih
utama untuk mempertemukan antara anda berdua. 8
5

Abdul Hafid, Al-Quran dan Terjemahannya, (Semarang: CV. Asyifa’, 1998), 30.
Ali Yusuf As-Subki, Fiqh Keluarga, (Jakarta: Amzah, 2010), 72.
7
Abdul Hafid, Al-Quran…, 30.
8
Imam At-Tirmidzi, Sunan At-Tirmidzi jus II, (lebanol: Darul Al-fikru, 2005), 346
6

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

Keberlangsungan kasih sayang antara suami istri tidak hanya
terletak pada seorang laki-laki, akan tetapi masing-masing pihak adalah
unsur dalam kasih sayang. Jika laki-laki mencari wanita pinangan yang
baik, wanita pun tentunya akan senang jika dinikahi oleh seorang laki-laki
yang baik pula bagi dirinya. 9
Menurut syariat, Islam memandang pandangan wanita terhadap
laki-laki pada saat khit}bah lebih utama dan sangat penting dari pada
pandangan laki-laki terhadap wanita. Hal ini dikarenakan wanita setelah
menikah jika tidak saling mencintai maka ia tidak kuasa untuk
membebaskan dirinya dengan talak. Sebab hak talak di tangan laki-laki
bukan di tangan perempuan. 10

Khit}bah

merupakan pernyataan yang jelas atas keinginan

menikah, dan merupakan langkah-langkah menuju pernikahan atas
keinginan yang benar dan kerelaan penglihatan antara kedua belah pihak.
Hal ini dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat perempuan yang dicintai
sehingga bisa mengerti apa yang harus dilakukannya. 11
Dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) khususnya terdapat dalam
pasal 11, 12 dan 13 juga menjelaskan tentang khit}bah . Pasal 11
menjelaskan bahwa peminangan dapat langsung dilakukan oleh orang
yang berkehendak mencari pasangan jodoh. Tapi dapat pula diwakilkan

9

Abdul Aziz Muhammad Azzam, Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqh Munakahat , (Jakarta:
Amzah, 2011), 15
10
Ibid., 124-125
11
Ali Yusuf As-Subki, Fiqh..., 66.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

atau dilakukan oleh orang perantara yang dapat dipercaya. Selajutnya
pasal 12 menjelaskan tentang perempuan yang boleh dipinang, yaitu gadis
atau janda yang sudah habis masa iddahnya. Perempuan yang ditalak
suami yang masih berada dalam masa iddah raj’i, haram dan dilarang
untuk dipinang. Dilarang juga meminang seorang perempuan yang sedang
dipinang pria lain, selama pertunangan pria tersebut belum putus atau
belum ada penolakan dari pihak perempuan. Putusnya pertunangan untuk
pria, karena adanya pernyataan tentang putusnya hubungan pertunangan
atau secara diam-diam pria yang meminang telah menjauhi dan
meninggalkan perempuan yang dipinang. Pasal 13 menjelaskan bahwa
pertunangan belum menimbulkan akibat hukum dan para pihak bebas
memutuskan hubungan peminangan. Dalam masa pertunangan diberikan
kebebasan memutuskan hubungan peminangan dilakukan dengan tata
cara

yang

baik

sesuai dengan

tuntunan

agama

dan

kebiasaan

setempat, sehingga tetap terbina kerukunan dan saling menghargai. 12
3. Syarat-syarat pertunangan
Syarat-syarat perempuan yang akan dipinang sebagai berikut:
a. Syarat mustah}sinah
Yang dimaksud dengan syarat mustah}sinah ialah syarat yang
berupa anjuran kepada seorang laki-laki yang akan meminang seorang
perempuan agar meneliti duhulu perempuan yang akan dipinangnya
itu, sehingga dapat menjamin kelangsungan hidup berumah tangga.
12

Soesilo, Pramuji R, Kitab Undang-Undang..., 507.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

Syarat mustah}sinah ini syarat yang tidak harus dipenuhi sebelum
peminangan dilakukan, namun hanya berupa anjuran dan kebiasaan
yang baik saja. Tanpa syarat-syarat ini dipenuhi, peminangan tetap
sah.
Adapun yang termasuk syarat-syarat mustah}sinah ialah
sebagai berikut:
1) Perempuan yang akan dipinang hendaklah perempuan yang
mempunyai sifat kasih sayang dan perempuan yang peranak,
karena adanya sifat ini sangat menentukan ketentraman dalam
kehidupan rumah tangga, apalagi ketika ditengah-tengah mereka
hadir anak-anak pastilah akan menambah kebahagiaan dan
kesakinahan kehidupan rumah tangga.
2) Perempuan yang akan dipinang hendaklah perempuan yang jauh
hubungan darah dengan laki-laki yang meminangnya. Agama
melarang seorang laki-laki mengawini seorang perempuan yang
sangat dekat hubungan darahnya. Dalam pandangan Umar bin
Khattab menyatakan bahwa perkawinan antara seorang laki-laki
yang dekat hubungan darahnya akan menurunkan keturunan yang
lemah jasmani dan rohaninya.
3) Hendaklah mengetahui keadaan-keadaan jasmani, budi pekerti dan
sebagainya dari perempuan-perempuan yang akan dipinang.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

Sebaliknya yang dipinang sendiri harus mengetahui pula keadaan
yang meminangnya. 13
Sehubungan dengan itu, maka sebaiknya para pemuda muslim
menghindari pilihan dari perempuan yang masih keluarga dekatnya,
meskipun dia tidak termasuk perempuan yang haram dinikahi. Dengan
demikian maka keluarga yang akan terbentuk nanti adalah keluarga
yang sakinah dan berkualitas, selain itu akan bertambah pula jumlah
keluarganya menjadi banyak karena menjalin kekeluargaan dengan
keluarga baru.
1) Mereka yang menginginkan kehidupan pernikahan yang lebih
baik, maka sebelumnya hendaklah ia mengetahui identitas calon
pendamping

hidupnya

secara

komprehensif,

menyangkut

pekerjaan, pendidikan, nasab, keluarga, dan yang lebih penting
lagi adalah kualitas akhlak dan agama. 14
2) Disunahkan agar istri yang diambil masih gadis. Karena gadis
pada umumnya masih belum pernah mengikat cinta dengan lakilaki lain, sehingga kalau beristri dengan mereka akan lebih bisa
kokoh tali perkawinannya dan cintanya kepada suami lebih
menyentuh jantung hatinya, sebab biasanya cinta itu jatuhnya
pada kekasih pertama. 15

13

Ibid., 29-30
Rahmat Hakim, Hukum Perkawinan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2000), 43.
15
M. Thalib, Perkawinan Menurut Islam, (Surabaya:Al-Ikhlas,1993), 4.
14

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

Syarat ini hanya merupakan sebuah anjuran, diikuti atau tidak
terserah pada kita sendiri, karena dalam hukum Islam, tidak dijelaskan
tentang cara-cara peminangan. Hal ini memberikan peluang bagi kita
untuk melakukan pertunangan sesuai dengan adat istiadat yang ada
pada kita. 16
b. Syarat la>
zimah

zimah ialah syarat yang wajib
Yang dimaksud dengan syarat la>
dipenuhi sebelum peminangan dilakukan. Sahnya peminangan
tergantung kepada adanya syarat-syarat la>
zimah. Adapun yang
termasuk syarat-syarat la>
zimah ialah: 17
1) Perempuan yang dipinang tidak sedang dipinang orang lain.
Hikmah larangan ini adalah untuk menghindari terjadinya
permusuhan diantara sesama muslim, karena muslim satu dengan
muslim yang lainnya bersaudara.
Sebagaimana sabda Rasulullah saw:

. ُ ِ ‫ﺒﳋَﺎ‬
ْ ‫َ َ ْ ِ ُ ﺒ ﺮ ُﺟ ُ ََﻰ ِ َْ ِﺔ ﺒَ ِ ْ ِ َﺣﱴ ـَْـ ُﺮَك‬
ْ ُ َ ‫ﺒﳋَﺎ ِ ُ ﺒَْوَﺄْ َذ َن‬
‫ﱡروﺒ ﺒ ﺎرىﱠ‬
Artinya: Janganlah seorang laki-laki meminang
pertunangan saudaranya hingga peminang sebelumnya
meninggalkannya atau mengizinkannya. 18
Larangan di atas juga terdapat dalam pasal 12 ayat 3 KHI
“dilarang juga meminang seorang perempuan yang sedang

16

Rahmat Hakim, Hukum..., 47.
Kamal Muchtar, Asas-asas..., 30.
18
Imam Bukhari, S}ah}ih}Bukha>
ri, (Beirut: Dar Al-Ihya’ Al-Kutub, t.t.), 251.

17

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

28

dipinang pria lain, selama pertunangan pria tersebut belum putus
atau belum ada penolakan dari pihak perempuan”. 19
Meminang pertunangan orang lain yang dilarang itu
bilamana perempuan sudah menerima pertunangan pertama d

Dokumen yang terkait

INDUSTRI GARAM MASYARAKAT MADURA(Studi Tentang Industri Garam di Desa Lembung, Kecamatan Galis,Kabupaten Pamekasan, Madura)

0 4 2

HAK WARIS JANDA ATAS HARTA WARISAN SUAMI MENURUT HUKUM ADAT MADURA DI DESA PONTEH KECAMATAN GALIS KABUPATEN PAMEKASAN

0 13 115

Analisis Perbandingan Profitabilitas Usaha Penggemukan Sapi Madura Dan Persilangan (Madura-Limousin)(Studi Kasus: Desa Banyubunih Kecamatan Galis Kabupaten Bangkalan).

0 3 69

(Studi Kasus di Dusun Galis Utara, Desa Galis, Dominasi Orang Tua Terhadap Bakat Anak (Studi Kasus Di Dusun Galis Utara, Desa Galis, Kecamatan Galis, Kabupaten Pamekasan, Madura).

0 2 15

DOMINASI ORANG TUA TERHADAP BAKAT ANAK (Studi Kasus di Dusun Galis Utara, Desa Galis, Dominasi Orang Tua Terhadap Bakat Anak (Studi Kasus Di Dusun Galis Utara, Desa Galis, Kecamatan Galis, Kabupaten Pamekasan, Madura).

0 0 24

Tinjauan Hukum Islam terhadap nusyuznya istri karena ketidakmampuan suami memberi nafkah: Studi kasus di Desa Leran Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik.

0 2 91

Analisis hukum Islam terhadap praktik paron Sapi di Desa Petaonan Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan.

0 10 76

ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG TRADISI MELARANG ISTRI MENJUAL MAHAR DI DESA PARSEH KECAMATAN SOCA KABUPATEN BANGKALAN.

0 2 84

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI MERRIK LENGKAAN ( PEMBERIAN LANGKAHAN) DALAM PERNIKAHAN DI DESA PESANGGRAHAN KECAMATAN KWANYAR KABUPATEN BANGKALAN.

3 5 84

ANALISIS YURIDIS TERHADAP PERKAWINAN SEORANG SUAMI YANG BERPOLIGAMI TANPA IZIN ISTRI PERTAMA : STUDI KASUS DI DESA PATAONAN KECAMATAN SOCAH KABUPATEN BANGKALAN.

0 0 85