ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP SANKSI ABORSI YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI BAWAH UMUR : STUDI PUTUSAN PENGADILAN NEGERI GRESIK NO.368/PID. B/2012/PN.GRESIK.
ABSTRAK
Skripsi yang berjudul “Analisis Hukum Pidana Islam Terhadap Sanksi
Aborsi Yang Dilakukan Oleh Anak Dibawah Umur ( Studi Putusan Pengadilan
Negeri Gresik No.368/Pid.B/2012/PN.Gresik )” perumusan masalah sebagai
berikut : (1) Bagaimana pertimbangan hakim terhadap sanksi aborsi yang
dilakukan oleh anak dibawah umur dalam putusan Pengadilan Negeri Gresik
Nomor 368/Pid.B/2012/PN.Gresik (2) Bagaimana analisis hukum pidana Islam
terhadap pertimbangan hakim terhadap sanksi aborsi yang dilakukan oleh anak di
bawah umur dalam putusan pengadilan Negeri Gresik Nomor
368/Pid.B/2012/PN.Gresik.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik analisis data
pustaka (library research) dan dokumentasi sehingga mendapatkan data yang
diperlukan dalam penelitian ini selanjutnya diketik dan ditulis sehingga dengan
mudah untuk mempelajari, menelaah dan memeriksa bahan-bahan kepustakaan
yang mempunyai relevansi dengan materi pembahasan lalu menghasilkan data
yang sesuai dengan pola pikir deduktif.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pertimbangan hakim dalam
memberikan sanksi kepada pelaku aborsi menurut UU Nomor 3 tahun 1997 Pasal
24 ayat 1 huruf a, dan UU RI Nomor 23 tahun 2002 serta UU RI Nomor 4 tahun
1979 pasal 6 dan pasal 9 adalah tepat karena terdakwa yang berinisial ‘AN’ masih
berusia 16 tahun 10 bulan yang tergolong anak dibawah umur Selanjutnya menurut
Hukum Pidana Islam sanksi terhadap pelaku tindak pidana aborsi yang dilakukan
oleh terdakwa berinisial ‘AN’ adalah hukuman diyat karena usia terdakwa sudah
mencapai 16 tahun 10 bulan dan sudah pernah mengalami haid sehingga
dinyatakan dewasa. Masyarakat yang sebagai warga negara serta orang tua bagi
anaknya diharapkan mampu memberikan cerminan yang baik dan memberikan
pembelajaran moral kepada anaknya sehingga tidak akan terjadi lagi perbuatanperbuatan yang merugikan orang lain bahkan dapat merusak masa depannya
sendiri.
Seharusnya Undang-Undang Nomor 03 Tahun 1997 tentang Peradilan Anak
merupakan salah satu hukum yang diberikan oleh pakar yang semestinya tidak
hanya dipahami sebatas wacana hukum, akan tetapi perlu dijadikan ketegasan
dalam menegakkan hukum sebagai penjatuhan hukuman dari tindak pidana yang
telah dilakukan oleh anak dibawah umur yang selama ini telah terjadi.Pada hakim
maupun calon hakim harus memiliki jiwa keadilan dan kecermatan dalam
menjatuhkan hukuman pada setiap perkara yang dihadapi khususnya dalam tindak
pidana yang dilakukan oleh anak yang masih dibawah umur. Hukuman yang
dijatuhkan harus mempunyai efek jera bagi pelaku, bagi anak yang masih dibawah
umur mempunyai efek pembelajaran agar tidak terulang lagi.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM ..................................................................................................i
PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................................ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING .........................................................................iii
PENGESAHAN .....................................................................................................iv
ABSTRAK .............................................................................................................v
KATA PENGANTAR ...........................................................................................vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................vii
DAFTAR TRANSLITERASI ................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................................1
B. Identifikasi dan Batasan Masalah ..............................................................6
C. Rumusan Masalah .......................................................................................6
D. Kajian Pustaka ............................................................................................7
E. Tujuan Penelitian ........................................................................................8
F. Kegunaan Hasil Penelitian ..........................................................................9
G. Definisi Operasional .................................................................................10
H. Metode Penelitian .....................................................................................11
I. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................15
J. Teknik Pengolahan Data ...........................................................................15
i
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
K. Teknik Analisis Data ................................................................................16
L. Sistematika Penulisan ...............................................................................16
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengertian Aborsi .....................................................................................19
B. Pengertian Anak Di Bawah Umur ............................................................25
C. Tindak Pidana Menurut Hukum Pidana Islam ..........................................26
D. Sanksi Atau Hukuman Dalam Hukum Pidana Islam ................................33
E. Hukuman Tindak Pidana Atas Janin .........................................................39
F. Pengertian Diyat .......................................................................................52
BAB III PUTUSAN PENGADILAN NEGERI GRESIK TENTANG SANKSI
ABORSI YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DIBAWAH UMUR
A. Deskripsi Pengadialn Negeri Gresik ........................................................ 44
B. Deskripsi Terjadinya Tindak Pidana Sanksi Aborsi Anak Dibawah
Umur..........................................................................................................45
C. Pertimbangan Hakim Pengadilan Negeri Gresik Terhadap Sanksi Aborsi
Yang Dilakukan Oleh Anak Dibawah Umur ............................................49
D. Putusan Hakim Pengadilan Negeri Gresik Terhadap Sanksi Aborsi Yang
Dilakukan Oleh Anak Dibawah Umur ......................................................51
BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP SANKSI ABORSI
YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DIBAWAH UMUR
ii
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
A. Analisis Terhadap Sanksi Aborsi yang Dilakukan Oleh Anak Dibawah
Umur di Pengadilan Negeri Gresik ...........................................................55
B. Analisis Hukum Pidana Islam Terhadap Sanksi Aborsi Dalam Putusan
Hakim Pengadilan Negeri Gresik yang Dilakukan Oleh Anak Dibawah
Umur .........................................................................................................59
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ...............................................................................................63
A. Saran ..........................................................................................................65
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................67
iii
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka aborsi di Indonesia saat ini cukup tinggi yaitu tak kurang dari dua
juta kasus per tahun. Hal ini terjadi karena liberalisme telah melahirkan
kehidupan masyarakat serba bebas. Tidak hanya bebas dalam memiliki
sesuatu, bebas berpendapat, bebas memilih agama, juga kebebasan bertingkah
laku. Tingginya free sex mengakibatkan tingginya angka kehamilan yang
tidak diinginkan, yang ujung-ujungnya berakhir pada tingginya angka aborsi.
Liberalisme juga telah membuat masyarakat ini dekat dengan pornografi dan
pornoaksi sehingga tak heran timbul kasus-kasus pelecehan seksual bahkan
perkosaan. Sebagai seorang Muslim yang seluruh perbuatannya harus terikat
dengan hukum syara, akan timbul pertanyaan bagaimanakah hukum aborsi
dalam pandangan Islam yang terlebih lagi dilakukan oleh anak dibawah umur.1
Secara bahasa aborsi adalah pengguguran kandungan (janin). Ia berasal dari
kata ( جهض- )جهضاartinya menghilangkan Maka ( )أجهضت الحاملartinya
membuang anak sebelum sempurna dan disebut dengan menggugurkan janin.
Atau secara bahasa juga bisa dikatakan, lahirnya janin karena dipaksa atau
karena lahir dengan sendirinya. Akan tetapi oleh para pakar bahasa, kata al-
ijha@d{ lebih sering diartikan dengan “keguguran janin yang terjadi sebelum
Resmini Wayan, Pandangan Norma Agama dan Norma Hukum Tentang Aborsi , Mataram: Vol.
4 GanecSwara Vol. 4 No. 2, FKIP. Universitas Muhamadiyah Mataram, 2010, 53
1
1
2
memasuki bulan keempat dari usia kehamilannya”.2 Adapun secara
terminologi, al-ijhad berarti “mengakhiri kehamilan sebelum masanya, baik
terjadi dengan sendirinya (keguguran) ataupun dilakukan dengan sengaja”.
Demikian juga menurut fuqaha diantaranya seperti Al-Ghazali menurutnya
aborsi adalah pelenyapan nyawa yang ada dijanin atau merusakkan sesuatu
yang sudah terkonsepsi (mauju@d al-h{as@ il ), lebih
lanjut dikatakan bahwa
pelenyapan nyawa didalam rahim adalah termasuk perbuatan jinayah karena
fase kehidupan janin telah dimulai sejak terpancarnya sperma dalam vagina
sehingga terjadi konsepsi. Ulama fiqh klasik berpendapat bahwa masa
kehamilan yang paling singkat adalah 6 bulan. Oleh karena itu, perempuan
yang melahirkan pada usia genap enam bulan tidak dapat digunakan sebagai
ijhad{ karena ia dianggap melahirkan secara normal. Adapun al-ijhad{ yang
dimaksud oleh syar’i adalah “mengakhiri masa kehamilan sebelum proses
persalinan yang wajar, yakni sebelum bulan keenam dari proses pembuahan”.
Dari beberapa uraian tentang pengertian aborsi di atas maka menurut penulis
aborsi adalah pengeluaran janin dari rahim seorang ibu, baik yang disengaja
atau yang terjadi secara spontanitas sebelum usia kehamilan sempurna.3
Dengan perkembangan dunia yang semakin kompleks dewasa ini, maka
tidak jarang pula menimbulkan berbagai permasalahan serius yang perlu
mendapatkan perhatian sedini mungkin salah satunya yaitu aborsi yang
Resmini Wayan, Pandangan Norma Agama dan Norma Hukum Tentang Aborsi , Mataram: Vol.
4 GanecSwara Vol. 4 No. 2, FKIP. Universitas Muhamadiyah Mataram, 2010,55
3
Uddin, Reinterprestasi Hukum Islam tentang Aborsi, Jakarta: Universitas Yarsi, 2007, hal. 12
2
3
dilakukan oleh anak-anak dibawah umur. Hal ini di harapkan agar anak dapat
bertumbuh kembang dengan baik dan anak terlindungi dari ancaman kejahatan
yang membahayakan dirinya. Perlindungan hak-hak anak pada hakikatnya
menyangkut langsung pengaturan dalam peraturan perundang-undangan,
kebijaksanaan, usaha dan kegiatan yang menjamin terwujudnya perlindungan
hak-hak anak, pertama-tama didasarkan atas pertimbangan bahwa anak-anak
merupakan golongan yang rawan, di samping karena adanya golongan anakanak yang mengalami hambatan dalam pertumbuhan dan perkembangannya,
baik rohani, jasmani maupun sosial.4
Hukum pidana Islam memang merupakan hukum Islam yang paling lama
dan paling jauh ditinggalkan oleh umatnya. Sehingga wajar kalau sebagian
kalangan yang memiliki semangat Islamisasi menitikberatkan perhatiannya
pada penerapan hukum yang sangat jauh ditinggalkan. 5 Asas-asas atau aturan
pokok yang dikenal dalam hukum pidana positif pada umumnya terdapat pula
dalam aturan-aturan hukum pidana Islam yaitu asas legalitas, asas tidak
berlaku surut, asas praduga tak bersalah, asas tidak sahnya hukuman karena
keraguan,asas kesamaan di depan hukum, dan asas larangan memindahkan
kesalahan kepada orang lain. Asas-asas tersebut saling berkaitan satu sama
lain bahkan diantaranya merupakan sebuah konsekuensi dari asas lain. Asasasaa tersebut dianut oleh hukum pidana Islam material dan formal.6
Maidin Gultom, Perlindungan Hukum Terhadap Anak , Bandung: Refika Aditama,2006,35.
Topo Santoso, Membumikan Hukum Pidana Islam, Jakarta; Gema Insani Press,2003, 96
6
Muhammad Nur Tahmid, Menggapai Hukum Pidana Ideal Kemaslahatan Hukum Pidana Islam,
Yogyakarta, Depublish, 2016, 132
4
5
4
Didalam ayat al-Qur’an menjelaskan
“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan.
Kamilah yang akan memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu.
Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar. Dan
janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu
perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk. Dan janganlah kamu
membunuh jiwa yang diharamkan Allah, melainkan dengan suatu (alasan)
yang benar. Dan barangsiapa dibunuh secara zalim, maka sesungguhnya
Kami telah memberi kekuasaan kepada ahli warisnya, tetapi janganlah
ahli waris itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah
orang yang mendapat pertolongan”. (Q.S. al-Isra’ : 31-33)7
Ada beberapa pasal bagi yang memberikan sanksi atas perilaku aborsi,
diantaranya : pasal 346 berbunyi “perempuan dengan sengaja menyebabkan
gugur atau mati kandungannya atau menyuruh orang lain menyebabkan itu
dihukum hukuman penjara selama-lamanya empat tahun” dan pasal 347,
bunyinya sebagai berikut :8
Depertemen Agama RI, Al-Qur’an & Terjemahnya, Bandung, Penerbit Diponegororo, 2009,hl.
227
8
Laden Marpaung, Tindak Pidana terhadap Nyawa dan Tubuh, Jakarta : Sinar Grafika, 2000, 48
7
5
1.
Barang siapa dengan sengaja menyebabkan gugur atau mati
kandungan dengan tidak dengan izin perempuan itu, dihukum
dengan hukuman penjara selama-lamanya dua belas tahun.
2.
Jika perbuatan itu berakibat perempuan itu mati ia dihukum dengan
hukuman penjara selama-lamanya selama lima belas tahun.
Pasal diatas menegaskan bahwa tindakan pengguguran bayi atau aborsi di
Indonesia adalah perbuatan yang dilarang oleh pemerintah Republik
Indonesia.
Bagi orang yang menggugurkan atau mengaborsi anak yang
berada didalam kandungan ( janin ) dan meskipun pelakunya masih berada
di bawah umur pantaslah dia memperoleh hukuman dari pemerintah yang
diwakili oleh Pengadilan Negeri di Gresik. Ada kasus tentang hal
tersebut, lalu Pengadilan Negeri Gresik memberi putusan kepada
pelakunya sebagai hukuman. Kemudia putusan tersebut apakah sesuai
atau tidak dengan Hukum Pidana Islam, sebab itu penulis menyusun judul
“ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP SANKSI ABORSI
YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI BAWAH UMUR (STUDI
PUTUSAN
PENGADILAN
368/Pid.B/2012/PN.GRESIK)”.
B. Identifikasi dan Batasan Masalah
NEGERI
GRESIK
NOMOR
6
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, terdapat beberapa
masalah pada penelitian ini. Adapun masalah-masalah tersebut dapat
diidentifikasi sebagaimana berikut :
1. Sanksi tindak pidana terhadap aborsi yang dilakukan oleh anak
dibawah umur
2. Pertimbangan yang digunakan oleh hakim dalam putusan Nomor
368/Pid.B/2012/PN.Gresik Terhadap tindak pidana aborsi yang
dilakukan oleh anak dibawah umur.
3. Dasar hukum hakim Pengadilan Negeri Gresik dalam putusan
Nomor 368/Pid.B/2012/PN.Gresik terhadap tindak pidana aborsi
yang dilakukan oleh anak dibawah umur.
4. Analisis hukum pidana Islam terhadap tindak pidana aborsi yang
dilakukan oleh anak dibawah umur.
Berdasarkan identifikasi masalah diatas dan juga bertujuan agar
permasalahan ini dikaji dengan baik, maka penulis membatasi penulisan
karya ilmiah dengan batasan :
1. Pertimbangan hakim terhadap anak di bawah umur sebagai pelaku
tindak pidana aborsi dalam putusan Pengadilan Negeri Gresik
Nomor 368/Pid.B/2012/PN.Gresik
2. Analisis hukum pidana Islam tentang pertimbangan hakim
terhadap sanksi aborsi yang dilakukan oleh anak di bawah umur
7
dalam
putusan
pengadilan
Negeri
Gresik
Nomor
368/Pid.B/2012/PN.Gresik.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah diatas, maka secara
lebih terperinci perumusan masalah dalam skripsi ini akan memfokuskan pada
beberapa pembahasan untuk diteliti lebih lanjut adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pertimbangan hakim Pengadilan Negeri Gresik terhadap
tindak pidana aborsi yang dilakukan oleh anak dibawah umur dalam
putusan Nomor 368/Pid.B/2012/PN.Gresik ?.
2. Bagaimana analisis hukum pidana Islam terhadap pertimbangan
sanksi aborsi yang dilakukan oleh anak dibawah umur dalam
putusan
pengadilan
Negeri
Gresik
Nomor
368/Pid.B/2012/PN.Gresik ?.
D. Kajian Pustaka
Penelitian masalah tentang aborsi sudah banyak sekali ditemukan
dalam buku atau dalam karya-karya ilmiah. Tetapi penelitian tentang
analisis hukum pidana Islam terhadap sanksi aborsi yang dilakukan oleh
anak dibawah umur sulit ditemukan, dan sepanjang pengetahuan penulis
tentang aborsi yang telah dibahas oleh mahasiswa Universitas Islam Negeri
Sunan Ampel Surabaya antara lain :
8
1.
Siti Yulisti Ningsih9 didalam skripsinya yang berjudul “Tinjauan Hukum
Pidana Islam dan KUHP Terhadap Pelaku Aborsi (Studi Komparasi)”
pokok pembahasan yang dibuat adalah mencari persamaan dan
perbedaan bagi pelaku aborsi.
2.
Edi Susilo menulis dalam skripsinya yang berjudul “Tinjauan Hukum
Islam Terhadap Tindak Aborsi Yang belum Bernyawa” menyatakan
bahwa: Hukum pengguguran janin yang dilakukan sebelum janin
bernyawa adalah diperbolehkan10 karena dengan sebab tertentu dan
dengan syarat harus ada keterangan dari medis dan izin dari pihak
keluarga.
3.
Siti Khotijah yang menulis skripsi berjudul “Putusan Pengadilan negeri
Surabaya No.149/Pid.B/1999 tentang tindak pidana aborsi yang
dilakukan oleh dokter kebidanan dalam perspektif hukum Islam
menyatakan bahwa terdakwa terbukti secara sah melakukan tindak
pidana aborsi sehingga dihukum selama enam bulan satu minggu dan dia
harus membayar denda sebagai ongkos perkara sebesar lima ribu rupiah.
Sedangkan dalam perspektif hukum Islam Bahwa pelakunya mendapat
hukuman atau sanksi didunia yaitu mendapat dosa besar, terkena denda,
diyah kalimah dan kifarah, sedangkan sanksi diakhirat yakni neraka
Siti Yulisti Ningsih, Tinjauan hukum Pidana Islam dan KUHP Terhadap pelaku Aborsi (Studi
komparasi). Skripsi, IAIN, Fakultas Syariah Jurusan Siyasah Jinayah, 2002
10
Edi Susilo, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Tindak Aborsi Kepada Janin Yang Belum
Bernyawa. Skripsi, IAIN, Fakultas Syariah Jurusan Ahwalus Sykhsiyah, 2009
9
9
jahanam, murka Allah, laknat Allah dan siksaan yang berat.11
Dari perbedaan diatas penelitian yang diteliti merupakan hasil dari
analisis kasus tentang pelaku aborsi yang dilakukan oleh anak dibawah
umur serta pertimbangan Hakim dalam memberikan sanksi yang belum
pernah di teliti oleh peneliti terdahulu.
E. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah yang ditulis diatas, maka skripsi ini
bertujuan sebagai berikut :
1.
Untuk mengetahui pertimbangan hakim Pengadilan Negeri Gresik
terhadap tindak pidana aborsi yang dilakukan oleh anak dibawah
umur dalam putusan Nomor 368/Pid.B/2012/PN.Gresik
2.
Untuk mengetahui analisis hukum pidana Islam terhadap
pertimbangan sanksi aborsi yang dilakukan oleh anak dibawah
umur
dalam
putusan
pengadilan
Negeri
Gresik
Nomor
368/Pid.B/2012/PN.Gresik
F. Kegunaan Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sekurang-kuarangnya
dalam dua aspek yaitu :
1. Aspek keilmuan (teoritis), dapat dijadikan sebagai sumbangan
pemikiran atau pedoman untuk menyusun hipotesis penulisan
11
Siti Khotijah, Putusan Pengadilan Negeri Surabaya No.149/Pid.B/1999 Tentang Tindak Pidana
Aborsi Yang Dilakukan Oleh Dokter Kebidanan Dalam Perspektif Hukum Islam. Skripsi,Fakultas
Syariah Jurusan Siyasah Jinayah, 2005
10
berikutnya bila ada kesamaan masalah ini dan memperluas
khazanah keilmuan, khususnya tentang tindak pidana aborsi yang
bisa mengakibatkan gangguan psikologis pada korbannya.
2.
Aspek terapan ( praktis ), penelitian ini dapat menjadi
pertimbangan hakim dalam memutus perkara pidana khususnya
pidana aborsi dalam sistem apapun dan bahan penyuluhan baik
secara kumulatif, informatif maupun edukatif. Dan dapat
bermanfaat bagi orang tua untuk menjaga anak-anaknya agar
tidak menjadi korban aborsi.
G. Definisi Operasional
Untuk mempermudah pemahaman dan menghindari kesalahpahaman
terhadap masalah yang dibahas, maka perlu kiranya dijelaskan beberapa
istilah sebagai berikut :
1. Analisis Hukum Pidana Islam : Analisis tentang perbuatanperbuatan yang dilarang oleh syara’ yang diancam oleh Allah
dengan hukuman had, qissa@s, diyat atau ta’zir@ yang bersumber
dari dalil, baik dari Al-Qur’an maupun al-Hadits ataupun sumbersumber yang lain.12 Suatu perbuatan dinamai jarimah apabila
perbuatan tersebut mengakibatkan kerugian bagi orang lain baik
12
Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam…,249.
11
jasad anggota badan, jiwa, perasaan ataupun hal-hal lain yang
harus dipelihara dan dijunjung tinggi keberadaanya.13 Dan dalam
skripsi ini yang akan dijadikan landasan teori adalah diyat sebagai
analisis hukum pidana Islam terhadap anak dibawah umur sebagai
tindak pidana aborsi.
2. Sanksi : suatu bentuk imbalan atau balasan yang diberikan kepada
seseorang atas perilakunya. Sanksi yang dimaksud disini yaitu
berupa hukuman ( punishment ). Sanksi diberikan atau ditetapkan
oleh agar sesuai dengan norma-norma yang berlaku. Dan dalam
skripsi ini yaitu sanksi bagi pelaku aborsi.
Jadi maksud dari judul ini adalah untuk meneliti putusan Pengadilan
Negeri Gresik Nomor 368/Pid.B/2012/PN.Gresik mengenai pertimbangan
hakim yang digunakan untuk memutuskan sanksi bagi pelaku tindak
pidana aborsi yang dilakukan oleh anak dibawah umur kemudian
dianalisis dengan hukum pidana Islam dengan hukuman diyat.
H. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian pustaka (Library research)
dengan
mempelajari,
kepustakaan
13
yang
menelaah
mempunyai
dan
memeriksa
relevansi
bahan-bahan
dengan
Rahmat Hakim, Hukum Pidana Islam, Bandung: CV. Pustaka Setia,2000, 17.
materi
12
pembahasan.14 Kepustakaan yang dimaksud bersumber dari buku,
makalah, jurnal, majalah dan digital library dengan cara diketik dan
ditulis. Dalam hal ini penelitian dilaksanakan dengan cara membaca
dan menelaah konsep dari data yang obyektif tentang sanksi tindak
pidana aborsi yang dilakukan oleh anak dibawah umur dalam putusan
Pengadilan Negeri Gresik Nomor 368/Pid.B/2012/PN.Gresik dengan
menggunakan pola pikir deduktif dengan menerapkan dari hal umum
lalu ditarik kesimpulan kedalam hal khusus.
2. Sifat Penelitian
Penelitian
ini
bersifat
kualitatif,
yakni
penelitian
yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau ucapan
lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.15 Dalam hal
ini dilakukan dengan menganalisa implementasi sanksi aborsi
sebagaimana yang terdapat dalam bahan-bahan kepustakaan dan
bagaimana penggunaannya sebagai metodologi perumusan putusan
Pengadilan Negeri Gresik. Dalam paradigma penelitian kualitatif ini
tidak hanya bermaksud mengumpulkan data dari sisi kuantitasnya,
tetapi juga ingin memperoleh pemahaman yang lebih mendalam
dibalik fenomena yang berhasil di rekam. Pendekatan kualitatif
14
15
DudungAbdurrahman,PengantarMetodePenelitian, Yogyakarta:KurniaKalamSemesta, 2003,7
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosda Karya,2003 ,3.
13
digunakan karena tema penelitian ini menitik beratkan pada kajian
konseptual yang berupa butir-butir pemahaman dan bagaimana
pemahaman itu tersosialisasi. Pendekatan kualitatif ini berusaha
memberikan kunci bagi pengungkapan sebuah makna (meaning). Ini
merupakan hal yang paling esensial. Peneliti sebagai instrument
kunci untuk dapat menggali makna sehingga fenomena atas objek
dapat dideskripsikan secara objektif. Menurut Sugiyono, penelitian
kualitatif memiliki ciri-ciri, yaitu: (1) dilakukan pada kondisi yang
alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen), langsung ke sumber
data dan peneliti adalah instrument kunci, (2) penelitian kualitatif
lebih bersifat deskriptif. Data yang terkumpul berbentuk kata-kata
atau gambar, sehingga tidak menekankan pada angka, (3) penelitian
kualitatif lebih menekankan pada proses daripada produk atau
outcome, (4) penelitian kualitatif melakukan analisis data secara
induktif, (5) penelitian kualitatif lebih menekankan makna (data
dibalik yang teramati).16
3. Sumber Data
Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penulisan skripsi
ini digunakan dua sumber data, yaitu :
a.
Sumber Primer yaitu ata primer yaitu sumber data penelitian
yang diperoleh secara langsung dari sumber asli ( tidak
16
Sugiyono, Metode Penelitian Manajeman, Bandung: Alfabeta, 2013, 41.
14
melalui perantara ). Sumber primer dari penelitian ini adalah
Putusan
Pengadilan
Negeri
Gresik
Nomor
368/Pid.B/2012/PN.Gresik
b.
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang
diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media
perantara ( diperoleh dan dicatat oleh pihak lain ).17 Sumber
sekunder adalah sumber yang didapat dari sumber tidak
langsung berfungsi sebagai pendukung terhadap kelengkapan
penelitian. Data yang dimaksud antara lain :
1) Topo Santoso, Membumikan Hukum Pidana Islam:
Jakarta, Gema Insani, 2003
2) Muhammad Nur Tahmid, Menggapai Hukum Pidana
Ideal
Kemaslahatan
Hukum
Pidana
Islam:
Yogyakarta, Depublish, 2016
3) Siti Yulisti Ningsih, Tinjauan hukum Pidana Islam dan
KUHP Terhadap pelaku Aborsi (Studi komparasi).
Skripsi, IAIN, Fakultas Syariah Jurusan Siyasah
Jinayah, 2002
4) Rahmat Hakim, Hukum Pidana Islam,Bandung: CV.
Pustaka Setia,2000
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D, Bandung, Alfabeta,
2008,225
17
15
5) Wayan Resmi, Pandangan Norma Agama dan Norma
Hukum Tentang Aborsi, Mataram: GanecSwara Vol. 4
No. 2, FKIP. Universitas Muhamadiyah Mataram,
2010.
6) Uddin, Reinterpretasi Hukum Islam tentang Aborsi:
Jakarta, Universitas Yarsi, 2007
7) Gultom Maidin, Perlindungan Hukum Terhadap Anak:
Bandung, Refika Aditama, 2006
8) Departemen Agama RI, al-Qur’an & Terjemahannya:
Bandung, Diponegoro, 2009
9) Marpaung Laden, Tindak Pidana terhadap Nyawa dan
Tubuh: Jakarta, Sinar Grafika, 2000
I. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka
dipergunakan teknik yaitu Studi Dokumentasi, yakni teknik pengumpulan
data yang tidak langsung ditunjukkan pada subjek penelitian, namun melalui
dokumen, atau dilakukan melaui berkas yang ada dengan cara diketik, ditulis
dan putusan digandakan. Dokumen yang diteliti adalah putusan Pengadilan
Negeri
Gresik tentang tindak pidana aborsi yang dilakukan oleh anak
dibawah umur dalam putusan No. 368/Pid.B/2012/PN.Gresik18
J. Teknik Pengolahan Data
18
Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian, Jakarta, Kencana Prenada Media Group,140
16
Data yang didapat dari dokumen dan terkumpulkan kemudian diolah,
berikut tahapan-tahapannya:
a)
Editing : Melakukan pemeriksaan kembali terhadap data-data yang
diperoleh secara cermat baik dari sumber primer atau sumber
sekunder,19 yakni tentang kajian hukum pidana Islam terhadap tindak
pidana aborsi dalam putusan Pengadilan Negeri Gresik Nomor
368/Pid.B/2012/PN.Gresik
b) Organizing : Menyusun data secara sistematis mengenai kajian
hukum pidana Islam terhadap tindak pidana aborsi yang dilakukan
oleh anak dibawah umur dalam putusan Pengadilan Negeri Gresik (
Studi Nomor 368/Pid.B/2012/PN.Gresik )
c) Analizing : Tahapan analisis terhadap data,20 kajian hukum pidana
Islam mengenai pertimbangan hukum hakim dalam memutuskan
sanksi tindak tindak pidana aborsi yang dilakukan oleh anak dibawah
umur
dalam putusan Pengadilan Negeri Gresik
Nomor
368/Pid.B/2012/PN.Gresik
K. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif analisis dengan menggunakan pola pikir deduktif, yaitu
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D, Bandung, Alfabeta,
2008,134
20
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D, Bandung, Alfabeta,
2008,137
19
17
mendeskripsikan dalil-dalil dan data-data yang bersifat umum tentang tindak
pidana aborsi kepada permasalahan yang lebih bersifat khusus dalam putusan
Pengadilan
Negeri
Gresik
Nomor
368/Pid.B/2012/PN.Gresik
dan
relevansinya dengan hukum pidana Islam.
L. Sistematika Pembahasan
Dalam menyusun skripsi yang berjudul “ Analisis Hukum Pidana Islam
Terhadap Aborsi Yang Dilakukan Oleh Anak Dibawah Umur (Studi Putusan
Pengadilan Negeri Gresik No. 368/Pid.B/2012/PN.Gresik) diperlukan adanya
suatu sistematika pembahasan, sehingga dapat diketahui kerangka skripsi ini
adalah sebagai berikut:
Bab 1 berisi pendahuluan, merupakan gambaran umum yang terdiri
dari beberapa sub bab yang meliputi Latar Bealakang Masalah,
Identifikasi dan BatasanMasalah, Rumusan Masalah, Kajian
Pustaka, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, dan Sistematika
Pembahsan. Alasan sub bab tersebut diletakkan pada bab 1 adalah
untuk mengetahui alasan pokok mengapa penulisan ini dilakukan
dan untuk lebih mengetahui cakupan batasan, dan metode yang
dilakukan sehingga maksud dari penulisan ini dapat dipahami.
Bab II menguraikan tinjauan umum atau landasan teori mengenai
konsep aborsi dalam pidana Islam yang memuat pengertian aborsi
18
unsur-unsur aborsi macam-macam aborsi dan macam-macam
hukuman aborsi serta teori diyat.
Bab III tentang objek penelitian, penetapan populasi dan sampel,
metode pengumpulan data, teknik analisis data, dan metode
pengujian data yang digunakan. penyajian data dari putusan
Pengadilan Negeri Gresik Nomor 368/Pid.B/2012/PN.
Bab IV Menganalisis mengenai tindak pidana aborsi yang dilakukan
oleh anak dibawah umur menurut hukum pidana Islam dan
pertimbangan hukum yang dijadikan landasan oleh hakim dalam
memutuskan sanksi pidana bagi pelaku tindak pidana aborsi dalam
putusan Pengadilan Negeri Gresik Nomor 368/Pid.B/2012/PN.Gresik.
Bab V merupakan bab terakhir yang menjadi penutup dengan
berisikan kesimpulan dan saran-saran. Bab ini bertujuan untuk
memberikan kesimpulan dari bab-bab sebelumnya mengenai apa dan
bagaimana isi pokok bahasan tersebut, apakah putusan hakim telah
sesuai dengan dengan hukum pidana Islam atau tidak, dan
selanjutnya memberikan saran untu Pengadilan Negeri Gresik dan
lembaga penegak hukum terkait mengenai isi dari penulisan skripsi
ini.
19
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Aborsi
Aborsi menurut kamus besar Bahasa Indonesia berarti pengguguran.
Aborsi atau abortus dalam bahasa latin berarti wiladah sebelum waktunya
atau keguguran.20 Dalam Bahasa Inggris istilah ini menjadi abortion yang
berati pengguguran janin dari rahim sebelum ia mampu hidup sendiri, yaitu
pada 28 minggu pertama dari kehamilan.21 Jadi aborsi atau abortus secara
etimologi bermakna keguguran, pengguguran kandungan, atau membuang
janin.
Adapun secara terminologi, abortus mengandung beberapa pengertian,
diantaranya:
a. Menurut
istilah
kedokteran,
abortus
adalah
pengakhiran
kehamilan selama masa gestasi (kehamilan) yaitu 28 minggu
sebelum janin mencapai berat 1000 gram.
b.
Menurut istilah hukum, aborsi adalah pennghentian kehamilan
atau matinya janin sebelum waktu kelahiran.22
c. Menurut Sardikin Ginaputra (Fakultas Kedokteran UI), aborsi
adalah penghentian kehamilan atau hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup di luar kandungan.
20
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangn Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 2.
21K.
Prent, C. M. J. Adisubrata, WJS. Poerwadarminta, Kamus Latin Indonesia, Yogyakarta:
Kanisius, 1969, 2.
22 Hafizh Dasuki, Ensiklopedi Islam, Jakarta: Ihtiar Baru van Houve, 1994, 33.
19
20
Berpijak dari pengertian yang telah dikemukakan, maka dapat dikatakan,
bahwa aborsi adalah suatu pengeluaran hasil konsepsi (janin) dari rahim ibu,
sebelum janin berumur 20 - 28 minggu atau sebelum waktunya. Hal ini
berati, bahwa dalam suatu aborsi mengandung unsur-unsur sebagai berikut:
a. Pengeluaran hasil konsepsi (janin) dari rahim, yaitu suatu proses
keluarnya janin yang telah ada dalam rahim.
b. Sebelum waktunya atau sebelum dapat secara alamiah, yaitu
pengeluaran tersebut terjadi pada masa janin belum dapat lahir
secara alamiah.
Definisi aborsi lainnya menyatakan, aborsi adalah pengeluaran hasil
konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu berat janin kurang dari
500 gram. Aborsi merupakan pengakhiran hidup janin sebelum bertumbuh
besar.23
1. Macam – Macam Aborsi
Dalam dunia kedokteran dikenal adanya 3 macam aborsi, yaitu:24
a. Aborsi Spontan atau alamiah yaitu berlangsung tanpa tindakan
apapun. Kebanyakan disebabkan karena kurang baiknya kualitas
sel telur dan sel sperma. Para ulama sepakat tidak ada persoalan
dalam kasus ini karena terjadi secara alami dan atas kehendak
Allah Swt.
23
24
Masfjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah, Jakarta: Toko Gunung Agung, 1997, 78.
Moh. Ali Aziz et al, Fiqih Medis, Surabaya: Rumah Sakit Islam Jemursari, 2012, 74.
21
Adapun jenis aborsi spontan dapat dibedakan sesuai dengan
kondisinya sebagai berikut :
1) Abortus Incipient
Pada aborsi jenis ini kehamilan tidak bisa dipertahankan lagi
sehingga pengobatannya hanya bertujuan menghentikan
pendarahan dan membersihkan rongga rahim dari sisa hasil
konsepsi.
2) Abortus Complete
Dalam keadaan ini, seluruh hasil konsepsi dikeluarkan.
Abortus Incompletus
Pada aborsi jenis ini sebagian kandungan keluar dan sebagian
lagi tertunda di dalam perut, sehingga pengobatan bertujuan
menghentikan pendarahan dan membersihkan rongga rahim
dari sisi hasil konsepsi.
3) Abortus Habitualis
Pada jenis ini keguguran terjadi tiga kali atau lebih berturutturut. Penyebab dari keguguran ini adalah adanya kelainan
pada leher rahim atau pembengkakan pada rahim atau cacat
bawaan.
4) Abortus Imminance
Pada jenis ini kehamilan masih dapat dipertahankan misalnya
dengan istirahat dan pemberian obat-obatan.
22
5) Aborsi Buatan atau sengaja, atau Abortus Provocatus
Criminalis, yaitu pengakhiran kehamilan sebelum usia
kandungan 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram
sebagai akibat dari tindakan yang disengaja dan didasari oleh
sang ibu maupun si pelaku aborsi (dalam hal ini dokter, bidan
atau dukun anak).
6) Aborsi Terapeutik atau Abortus Provocatus Therapeuticum,
yaitu pengguguran kandungan buatan yang dilakukan atas
indikasi medis. Contoh, seorang ibu yang sedang hamil
mengidap penyakit darah tinggi menahun, penyakit jantung
yang parah atau sesak nafas yang dapat membahayakan si
ibu dan janin yang dikandungnya.
Dengan demikian banyak cara yang dapat ditempuh untuk
melakukan pengguguran (aborsi). Cara yang paling tradisional adalah
dengan cara yang kasar dan keras, seperti memijat-mijat bagian
tertentu, yaitu perut dan pinggul dari tubuh wanita yang akan
digugurkan kandungannya. Cara lain adalah dengan meminum obatobatan atau ramuan tradisional dengan detelan melalui mulut, atau
diletakkan ke dalam vagina (alat kelamin wanita), dan ada juga yang
menggunakan cara dengan mengoleskan zat-zat yang memedihkan
kulit di bagian perut, atau si ibu sengaja berlapar-lapar agar janinnya
meninggal.25
25
Ahmad Anees Munawir, Islam dan Masa Depan Biologis Manusia, Bandung: Mizan, 1991, 35.
23
Sedangkan pada masa sekarang dimana kemajuan dalam
bidang medis mengalami perubahan, maka banyak para ibu
maupun wanita menempuh cara dengan menggunakan jasa ahli
medis di rumah sakit. Sedangkan cara-cara atau praktik yang
dipakai oleh seseorang dalam melakukan aborsi, baik itu dengan
bantuan tenaga medis atau non medis, adalah sebagai berikut:
a. Pijat atau urut, biasanya dilakukan oleh dukun bayi, kadangkadang disertai pemberian ramuan dari akar atau tumbuhtumbuhan. Kegagalan cara ini sering menyebabkan pendarahan
yang hebat dan infeksi bahkan sampai pada kematian
b. Kuret atau dikenal dengan D & C (Ditaloge and Curatage)
sering digunakan dokter atau bidan.
c. Dengan alat khusus, mulut rahim dilebarkan, kemudian janin
dikiret (dicuret) dengan alat seperti sendok kecil.
d.
Aspirasi yakni penyedotan isi rahim dengan pompa kecil.
e. Hysterotomi (melalui operasi).26
2. Dampak Aborsi
Pada saat melakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi ada
beberapa dampak buruk atau resiko yang akan dihadapi seorang
wanita, yaitu dampak pada kesehatan wanita dan dampak psikologis
bagi wanita.
a. Dampak Pada Kesehatan Wanita:
26
Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah, Jakarta: Toko Gunung Agung, 1997, 78
24
1. Kerusakan leher rahim , Hal ini terjadi karena leher rahim
robek akibat penggunaan alat aborsi.
2. Infeksi, Penggunaan peralatan medis yang tidak steril
kemudian dimasukkan ke dalam rahim bisa menyebabkan
infeksi, selain itu infeksi juga disebabkan jika masih ada
bagian janin yang tersisa di dalam rahim.
3. Pendarahan Hebat, Ini adalah resiko yang sering dialami oleh
wanita yang melakukan aborsi, pendarahan terjadi karena leher
rahim robek dan terbuka lebar. Tentunya hal ini sangat
membahayakan jika tidak ditangani dengan cepat.
4. Kematian, Kehabisan banyak darah akibat pendarahan dan
infeksi bisa membuat sang ibu meninggal.
5. Resiko Kanker, Karena leher rahim yang robek dan rusak bisa
mengakibatkan resiko kanker serviks, kanker payudara, indung
telur dan hati.
b. Dampak Psikologis Bagi Wanita:
1. Perasaan bersalah dan berdosa.
2. Kehilangan harga diri.
3. Depresi.
4. Trauma.
5. Ingin bunuh diri. 27
27
Ahmad Anees Munawir, Islam dan Masa Depan Biologis Manusia, Bandung: Mizan, 1991,47
25
B. Pengertian Anak Dibawah Umur
Menurut hukum Islam mendefinisikan kriteria anak di bawah umur
sebagai berikut:
a. Anak di bawah umur dimulai sejak 7 tahun hingga mencapai kedewasaan
(baligh) dan fuqoha membatasinya dengan usia 15 tahun, yaitu masa
kemampuan berfikir lemah (tamyis yang belum baligh), jika seorang anak
telah mencapai usia tersebut, maka ia dianggap dewasa meskipun ia
belum dewasa dalam arti yang sebenarnya.
b. Imam Abu Hanifah membatasi kedewasaan atau baligh pada usia 18
tahun dan menurut satu riwayat 19 tahun, begitu pendapat yang terkenal
dari madzahb Maliki.28 Masa tamyiz dimulai sejak seorang anak mencapai
usia kecerdikan atau setelah mencapai usia 15 tahun atau telah
menunjukkan baligh alami adalah nampak adanya sifat-sifat kelaki-lakian
dan sifat kewanitaan yang berarti munculnya fungsi kelamin, hal ini
menunjukkan bahwa anak memasuki masa kelakian dan wanita sempurna.
Namun batas usia dewasa menurut Undang-undang No. 1 Tahun 1974
tentang Perkawinan terdapat dalam pasal 47 ayat (1) yang berbunyi: “
Anak yang belum mencapai 18 (delapan belas) tahun atau belum pernah
melangsungkan perkawinan ada di bawah kekuasaan orang tuanya selama
mereka tidak dicabut dari kekuasaannya.”29
Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, Jakarta: Rieneka Cipta, 2004, 370
Undang-Undang Republik Indonesia tentang Perkawinan, UU No. 1 Tahun 1974, pasal 47 ayat
(1).
28
29
26
Batas usia pada pasal yang terdapat dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata yaitu 21 (dua puluh satu) tahun, dan Undang-Undang
Perkawinan yaitu 18 (delapan belas) tahun. Hal inilah yang pada akhirnya
digunakan sampai saat ini sebagai pengertian anak atau pengertian
dewasa.
Pengertian anak menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak adalah “Seseorang yang belum berusia 18
(delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan”.
Menurut pasal tersebut, anak adalah siapa saja yang belum berusia 18
(delapan belas) tahun yang termasuk anak yang masih dalam kandungan,
yang berarti segala kepentingan akan pengupayaan perlindungan terh}ada
anak sudah dimulai sejak anak tersebut berada di dalam kandungan
hingga berusia 18 (delapan belas) tahun.30
C. Tindak Pidana Menurut Hukum Pidana Islam
1. Pengertian Hukum Pidana Islam
Hukum Pidana Islam merupakan terjemahan dari kata Fiqih Jina@yah.
Fiqih Jina@yah adalah segala ketentuan hukum mengenai tindak pidana
atau perbuatan kriminal yang dilakukan oleh orang-orang muka#llaf
( orang yang dapat dibebani kewajiban ), sebagai hasil dari pemahaman
atas dalil-dalil hukum yang terperinci dari al-Qur’an dan Hadits.
Tindakan kriminal yang dimaksud adalah tindakan-tindakan kejahatan
30
Undang-Undang Republik Indonesia tentang Perlindungan Anak, (UU No. 23 Tahun 2002),
Pasal 1 ayat (1).
27
yang mengganggu ketentuan umum serta tindakan yang melawan
perundang-undangan yang bersumber dari al-Qur’an dan Hadits.31
Perbuatan manusia yang dinilai sebagai pelanggaran atau kejahatan
kepada sesamanya, baik pelanggaran atau kejahatan tersebut secara fisik
atau non fisik, seperti membunuh, menuduh atau memfitnah maupun
kejahatan terhadap harta benda dan lainnya, semua dibahas dalam
jina@yah. Pembahasan masalah jina@yah hanya dikhususkan pada perbuatan
dosa yang berkaitan dengan sasaran ( objek ) badan dan jiwa saja. Ulamaulama muta’akhiri@n menghimpunnya dalam dalam bagian khusus yang
dinamai fiqih jinayah atau yang dikenal dengan istilah Hukum Pidana
Islam. 32
2. Pengertian Tindak Pidana dan Macam-macamnya
Tindak pidana atau kejahatan dan pelanggaran dalam hukum
pidana Islam dikenal dengan istilah jina@yah atau jari@mah. Kedua istilah ini
secara etimologis mempunyai arti dan arah yang sama. Istilah yang satu
menjadi mura@dif ( sinonim ) bagi istilah lainnya atau keduanya bermakna
tunggal. Jina@yah artinya perbuatan dosa, perbuatan salah atau jahat.
Abdul Kadir Audah menjelaskan arti kata jina@yah, yaitu merupakan nama
bagi suatu perbuatan jelek seseorang. Adapun menurut istilah adalah
nama bagi suatu perbuatan yang diharamkan oleh shara’, baik perbuatan
tersebut mengenai jiwa, harta benda, maupun selain jiwa dan harta
Dede Rosyada, Hukum Islam dan Pranata Sosial, Jakarta : Lembaga Studi Islam dan
Kemasyarakatan, 1992, 86.
32
Achmad Jazuli, Hukum Pidana Islam ( Fiqih Jinayah ), Bandung : Pustaka Setia, 2000, 11.
31
28
benda. Pengertian jina@yah adalah semua perbuatan yang diharamkan.
Perbuatan yang diharamkan adalah tindakan yang dilarang atau dicegah
oleh shara’ ( Hukum Islam ). Apabila tetap dilakukan maka perbuatan
tersebut mempunyai konsekuensi yang membahayakan agama, jiwa, akal,
kehormatan, dan harta benda.33
Sedangkan jari@mah berarti larangan-larangan shara’ ( yang apabila
dikerjakan ) diancan oleh Allah SWT dengan dengan hukuman had atau
ta’zir@. Dalam hal ini kata jari@mah pun mencakup perbuatan ataupun tidak
berbuat, mengerjakan atau meninggalkan, aktif ataupun pasif. Oleh
karena itu, perbuatan jari@mah bukan saja mengerjakan perbuatan yang
jelas-jelas dilarang oleh peraturan, tetapi juga dianggap sebagai jari@mah
kalau seseorang meninggalkan perbuatan yang menurut peraturan harus
dikerjakan.34
D. Sanksi ( Hukuman ) dalam Hukum Pidana Islam
1. Pengertian Sanksi ( Hukuman )
Dari pengertian diatas dapat dipahami bahwa sesuatu disebut
hukuman karena ia mengiringi perbuatan dan dilaksanakan sesudah
perbuatan itu dilakukan. Sedangkan dari pengertian kedua dapat dipahami
sesuatu disebut hukuman karena ia merupakan balasan terhadap perbuatan
yang menyimpang yang telah dilakukannya. Menurut kamus bahasa
Indonesia karangan S.Wojowaswito, hukuman berarti siksaan atau
33
34
A.Jazuli, Hukum Pidana Islam ( Fiqih Jinayah ), Bandung : Pustaka Setia, 2000, 12.
Rahmad Hakim, Hukum Pidana Islam, Bandung : Pustaka Setia, 2000, 14
29
pembalasan kejahatan ( kesalahan dosa ). Sedangkan Abdul Qodir Audah
memberikan definisi hukuman adalah pembalasan atas pelanggaran
perintah syara’ yang ditetapkan untuk kemaslahatan masyarakat.35
Disini dapat kita simpulkan bahwa hukuman ( sanksi ) merupakan
balasan yang setimpal atas perbuatan pelaku
kejahatan
yang
mengakibatkan orang lain menjadi korban akibat perbuatannya. Dalam
ungkapan lain, hukuman merupakan penimpaan derita dan kesengsaraaan
dari pelaku kejahatan sebagai balasan yang diterima si pelaku akibat
pelanggaran perintah syara’.36
2. Dasar Hukum Pemberlakuan Sanksi ( Hukuman )
Hukuman harus mempunyai dasar baik dari al-Qur’an, maupun
Hadits. Berbagai kebijakan yang ditempuh oleh Islam dalam upaya
menyelamatkan manusia baik perseorangan maupun masyarakat dari
kerusakan dan menyingkirkan hal-hal yang menimbulkan kejahatan. Islam
berusaha mengamankan dengan berbagai ketentuan baik berdasarkan alQur’an, Hadits, maupun berbagai ketentuan ulil amri. Semua itu pada
hakikatnya dalam menyelamatkan umat manusia dari ancaman kejahatan.
Adapun dasar penjatuhan hukuman (sanksi) tersebut ;
Mustafa Abdullah dan Ruben Ahmad, Intisari Hukum Pidana, Jakarta : Ghalia Indonesia, 1983,
47
36
Rahmad Hakim, Hukum Pidana Islam, Bandung : CV Pustaka Setia, 2000, 59.
35
30
Surat Shad ayat 26 :
Artinya : “ Hai Daud, sesungguhnya kami menjadikan kamu khalifah
dimuka bumi ini, maka berilah keputusan ( perkara ) diantara
manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa
nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah.
Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari Allah akan
mendapatkan azab yang berat, karena mereka melupakan hari
perhitungan”.37
3. Macam-macam Sanksi ( Hukuman )
Hukuman dibagi menjadi beberapa macam sesuai dengan tindak
pidananya, antara lain :38
a) Hukuman ditinjau dari segi terdapat atau tidak terdapat nashnya dalam
al-Qur’an dan al-Hadits. Maka hukuman dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu :
1) Hukuman yang ada nashnya, yaitu Hudud@, Qishas@, Diyat,
dan Kafa@rat. Misalnya hukuman bagi pezina, pencuri,
Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya, surat Shad ayat 26, 455
A.Djazuli, Fiqih Jinayah, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1997, 28
37
38
31
perampok, pemberontak, pembunuh, dan orang yang
mendzihar istrinya.
2) Hukuman yang tidak ada nashnya, hukuman ini disebut
dengan hukuman ta’zir@ seperti percobaan melakukan
tindak pidana, tidak melaksanakan amanah, saksi palsu dan
melanggar aturan lalu lintas.39
b) Hukuman ditinjau dari segi hubungan antara satu hukuman dengan
hukuman lain, hukuman daapat dibedakan menjadi empat yaitu :
1) Hukuman pokok, yaitu hukuman yang menempati tempat
hukuman yang asal bagi satu kejahatan, seperti hukuman mati
bagi pembunuh dan hukuman jilid seratus kali bagi pezina
ghairu@ muhs{han@.
2) Hukuman pengganti, yaitu hukuman yang menempati tempat
hukuman pokok apabila hukuman hukuman pokok itu tidak
dapat dilaksanakan karena suatu alasan hukum, seperti hukuman
diyat atau denda bagi pembunuh sengaja yang dimaafkan
qish@asnya oleh keluarga korban atau hukuman ta’zir@ apabila
karena suatu alasan hukum pokok yang berupa had tidak dapat
dilaksanakan.
3) Hukuman tambahan, yaitu hukuman yang dijatuhkan kepada
pelaku
39
Ibid,30
atas
dasar
mengikuti
hukuman
pokok,
seperti
32
terhalangnya seorang pembunuh untuk mendapat waris dari
harta terbunuh.
4) Hukuman pelengkap, yaitu hukuman yang dijatuhkan sebagai
pelengkap terhadap hukuman yang telah dijatuhkan, seperti
mengalungkan tangan pencuri yang telah dipotong di lehernya.
Hukuman ini harus berdasarkan keputusan hakim tersendiri.40
c) Hukuman ditinjau dari segi kekuasaan hakim yang menjatuhkan
hukuman, maka hukuman dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
1) Hukuman yang memiliki satu batas tertentu, dimana hakim
tidak dapat menambah atau mengurangi batas itu, seperti
hukuman h{ad.
2) Hukuman yang memiliki dua batas yaitu batas tertinggi dan
batas terendah, dimana hakim dapat memilih hukuman yang
paling adil dijatuhkan kepada terdakwa, seperti dalam kasuskasus maksiat yang diancam dengan ta’zir@.
d) Hukuman ditinjau sasaran hukum, hukuman dapat dibagi menjadi
empat yaitu :41
1) Hukuman badan, yaitu hukuman yang dikenakan kepada badan
manusia, seperti hukuman jilid.
2) Hukuman yang dikenakan dengan hukuman jiwa, yaitu hukuman
mati.
A.Djazuli, Fiqih Jinayah, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1997, 31
A.Djazuli, Fiqih Jinayah, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1997 , 35
40
41
33
3) Hukuman yang dikenakan kepada kemerdekaan manusia, seperti
hukuman penjara dan pengasingan.
4) Hukuman harta, yaitu hukuman yang dikenakan kepada harta,
seperti diyat@, denda dan perampasan.42
4. Syarat-syarat Sanksi ( Hukuman )
a) Sanksi ( hukuman ) harus ada dasarnya dari syara’
Hukum dianggap mempunyai dasar apabila ia didasarkan pada
sumber – sumber syara’, seperti al-Qur’an, as-Sunnah, Ijma’ atau
undang-undang yang ditetapkan dilembaga yang berwenang. Dalam hal
ini hukuman ditetapkan oleh ulil a
Skripsi yang berjudul “Analisis Hukum Pidana Islam Terhadap Sanksi
Aborsi Yang Dilakukan Oleh Anak Dibawah Umur ( Studi Putusan Pengadilan
Negeri Gresik No.368/Pid.B/2012/PN.Gresik )” perumusan masalah sebagai
berikut : (1) Bagaimana pertimbangan hakim terhadap sanksi aborsi yang
dilakukan oleh anak dibawah umur dalam putusan Pengadilan Negeri Gresik
Nomor 368/Pid.B/2012/PN.Gresik (2) Bagaimana analisis hukum pidana Islam
terhadap pertimbangan hakim terhadap sanksi aborsi yang dilakukan oleh anak di
bawah umur dalam putusan pengadilan Negeri Gresik Nomor
368/Pid.B/2012/PN.Gresik.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik analisis data
pustaka (library research) dan dokumentasi sehingga mendapatkan data yang
diperlukan dalam penelitian ini selanjutnya diketik dan ditulis sehingga dengan
mudah untuk mempelajari, menelaah dan memeriksa bahan-bahan kepustakaan
yang mempunyai relevansi dengan materi pembahasan lalu menghasilkan data
yang sesuai dengan pola pikir deduktif.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pertimbangan hakim dalam
memberikan sanksi kepada pelaku aborsi menurut UU Nomor 3 tahun 1997 Pasal
24 ayat 1 huruf a, dan UU RI Nomor 23 tahun 2002 serta UU RI Nomor 4 tahun
1979 pasal 6 dan pasal 9 adalah tepat karena terdakwa yang berinisial ‘AN’ masih
berusia 16 tahun 10 bulan yang tergolong anak dibawah umur Selanjutnya menurut
Hukum Pidana Islam sanksi terhadap pelaku tindak pidana aborsi yang dilakukan
oleh terdakwa berinisial ‘AN’ adalah hukuman diyat karena usia terdakwa sudah
mencapai 16 tahun 10 bulan dan sudah pernah mengalami haid sehingga
dinyatakan dewasa. Masyarakat yang sebagai warga negara serta orang tua bagi
anaknya diharapkan mampu memberikan cerminan yang baik dan memberikan
pembelajaran moral kepada anaknya sehingga tidak akan terjadi lagi perbuatanperbuatan yang merugikan orang lain bahkan dapat merusak masa depannya
sendiri.
Seharusnya Undang-Undang Nomor 03 Tahun 1997 tentang Peradilan Anak
merupakan salah satu hukum yang diberikan oleh pakar yang semestinya tidak
hanya dipahami sebatas wacana hukum, akan tetapi perlu dijadikan ketegasan
dalam menegakkan hukum sebagai penjatuhan hukuman dari tindak pidana yang
telah dilakukan oleh anak dibawah umur yang selama ini telah terjadi.Pada hakim
maupun calon hakim harus memiliki jiwa keadilan dan kecermatan dalam
menjatuhkan hukuman pada setiap perkara yang dihadapi khususnya dalam tindak
pidana yang dilakukan oleh anak yang masih dibawah umur. Hukuman yang
dijatuhkan harus mempunyai efek jera bagi pelaku, bagi anak yang masih dibawah
umur mempunyai efek pembelajaran agar tidak terulang lagi.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM ..................................................................................................i
PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................................ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING .........................................................................iii
PENGESAHAN .....................................................................................................iv
ABSTRAK .............................................................................................................v
KATA PENGANTAR ...........................................................................................vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................vii
DAFTAR TRANSLITERASI ................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................................1
B. Identifikasi dan Batasan Masalah ..............................................................6
C. Rumusan Masalah .......................................................................................6
D. Kajian Pustaka ............................................................................................7
E. Tujuan Penelitian ........................................................................................8
F. Kegunaan Hasil Penelitian ..........................................................................9
G. Definisi Operasional .................................................................................10
H. Metode Penelitian .....................................................................................11
I. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................15
J. Teknik Pengolahan Data ...........................................................................15
i
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
K. Teknik Analisis Data ................................................................................16
L. Sistematika Penulisan ...............................................................................16
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengertian Aborsi .....................................................................................19
B. Pengertian Anak Di Bawah Umur ............................................................25
C. Tindak Pidana Menurut Hukum Pidana Islam ..........................................26
D. Sanksi Atau Hukuman Dalam Hukum Pidana Islam ................................33
E. Hukuman Tindak Pidana Atas Janin .........................................................39
F. Pengertian Diyat .......................................................................................52
BAB III PUTUSAN PENGADILAN NEGERI GRESIK TENTANG SANKSI
ABORSI YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DIBAWAH UMUR
A. Deskripsi Pengadialn Negeri Gresik ........................................................ 44
B. Deskripsi Terjadinya Tindak Pidana Sanksi Aborsi Anak Dibawah
Umur..........................................................................................................45
C. Pertimbangan Hakim Pengadilan Negeri Gresik Terhadap Sanksi Aborsi
Yang Dilakukan Oleh Anak Dibawah Umur ............................................49
D. Putusan Hakim Pengadilan Negeri Gresik Terhadap Sanksi Aborsi Yang
Dilakukan Oleh Anak Dibawah Umur ......................................................51
BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP SANKSI ABORSI
YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DIBAWAH UMUR
ii
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
A. Analisis Terhadap Sanksi Aborsi yang Dilakukan Oleh Anak Dibawah
Umur di Pengadilan Negeri Gresik ...........................................................55
B. Analisis Hukum Pidana Islam Terhadap Sanksi Aborsi Dalam Putusan
Hakim Pengadilan Negeri Gresik yang Dilakukan Oleh Anak Dibawah
Umur .........................................................................................................59
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ...............................................................................................63
A. Saran ..........................................................................................................65
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................67
iii
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka aborsi di Indonesia saat ini cukup tinggi yaitu tak kurang dari dua
juta kasus per tahun. Hal ini terjadi karena liberalisme telah melahirkan
kehidupan masyarakat serba bebas. Tidak hanya bebas dalam memiliki
sesuatu, bebas berpendapat, bebas memilih agama, juga kebebasan bertingkah
laku. Tingginya free sex mengakibatkan tingginya angka kehamilan yang
tidak diinginkan, yang ujung-ujungnya berakhir pada tingginya angka aborsi.
Liberalisme juga telah membuat masyarakat ini dekat dengan pornografi dan
pornoaksi sehingga tak heran timbul kasus-kasus pelecehan seksual bahkan
perkosaan. Sebagai seorang Muslim yang seluruh perbuatannya harus terikat
dengan hukum syara, akan timbul pertanyaan bagaimanakah hukum aborsi
dalam pandangan Islam yang terlebih lagi dilakukan oleh anak dibawah umur.1
Secara bahasa aborsi adalah pengguguran kandungan (janin). Ia berasal dari
kata ( جهض- )جهضاartinya menghilangkan Maka ( )أجهضت الحاملartinya
membuang anak sebelum sempurna dan disebut dengan menggugurkan janin.
Atau secara bahasa juga bisa dikatakan, lahirnya janin karena dipaksa atau
karena lahir dengan sendirinya. Akan tetapi oleh para pakar bahasa, kata al-
ijha@d{ lebih sering diartikan dengan “keguguran janin yang terjadi sebelum
Resmini Wayan, Pandangan Norma Agama dan Norma Hukum Tentang Aborsi , Mataram: Vol.
4 GanecSwara Vol. 4 No. 2, FKIP. Universitas Muhamadiyah Mataram, 2010, 53
1
1
2
memasuki bulan keempat dari usia kehamilannya”.2 Adapun secara
terminologi, al-ijhad berarti “mengakhiri kehamilan sebelum masanya, baik
terjadi dengan sendirinya (keguguran) ataupun dilakukan dengan sengaja”.
Demikian juga menurut fuqaha diantaranya seperti Al-Ghazali menurutnya
aborsi adalah pelenyapan nyawa yang ada dijanin atau merusakkan sesuatu
yang sudah terkonsepsi (mauju@d al-h{as@ il ), lebih
lanjut dikatakan bahwa
pelenyapan nyawa didalam rahim adalah termasuk perbuatan jinayah karena
fase kehidupan janin telah dimulai sejak terpancarnya sperma dalam vagina
sehingga terjadi konsepsi. Ulama fiqh klasik berpendapat bahwa masa
kehamilan yang paling singkat adalah 6 bulan. Oleh karena itu, perempuan
yang melahirkan pada usia genap enam bulan tidak dapat digunakan sebagai
ijhad{ karena ia dianggap melahirkan secara normal. Adapun al-ijhad{ yang
dimaksud oleh syar’i adalah “mengakhiri masa kehamilan sebelum proses
persalinan yang wajar, yakni sebelum bulan keenam dari proses pembuahan”.
Dari beberapa uraian tentang pengertian aborsi di atas maka menurut penulis
aborsi adalah pengeluaran janin dari rahim seorang ibu, baik yang disengaja
atau yang terjadi secara spontanitas sebelum usia kehamilan sempurna.3
Dengan perkembangan dunia yang semakin kompleks dewasa ini, maka
tidak jarang pula menimbulkan berbagai permasalahan serius yang perlu
mendapatkan perhatian sedini mungkin salah satunya yaitu aborsi yang
Resmini Wayan, Pandangan Norma Agama dan Norma Hukum Tentang Aborsi , Mataram: Vol.
4 GanecSwara Vol. 4 No. 2, FKIP. Universitas Muhamadiyah Mataram, 2010,55
3
Uddin, Reinterprestasi Hukum Islam tentang Aborsi, Jakarta: Universitas Yarsi, 2007, hal. 12
2
3
dilakukan oleh anak-anak dibawah umur. Hal ini di harapkan agar anak dapat
bertumbuh kembang dengan baik dan anak terlindungi dari ancaman kejahatan
yang membahayakan dirinya. Perlindungan hak-hak anak pada hakikatnya
menyangkut langsung pengaturan dalam peraturan perundang-undangan,
kebijaksanaan, usaha dan kegiatan yang menjamin terwujudnya perlindungan
hak-hak anak, pertama-tama didasarkan atas pertimbangan bahwa anak-anak
merupakan golongan yang rawan, di samping karena adanya golongan anakanak yang mengalami hambatan dalam pertumbuhan dan perkembangannya,
baik rohani, jasmani maupun sosial.4
Hukum pidana Islam memang merupakan hukum Islam yang paling lama
dan paling jauh ditinggalkan oleh umatnya. Sehingga wajar kalau sebagian
kalangan yang memiliki semangat Islamisasi menitikberatkan perhatiannya
pada penerapan hukum yang sangat jauh ditinggalkan. 5 Asas-asas atau aturan
pokok yang dikenal dalam hukum pidana positif pada umumnya terdapat pula
dalam aturan-aturan hukum pidana Islam yaitu asas legalitas, asas tidak
berlaku surut, asas praduga tak bersalah, asas tidak sahnya hukuman karena
keraguan,asas kesamaan di depan hukum, dan asas larangan memindahkan
kesalahan kepada orang lain. Asas-asas tersebut saling berkaitan satu sama
lain bahkan diantaranya merupakan sebuah konsekuensi dari asas lain. Asasasaa tersebut dianut oleh hukum pidana Islam material dan formal.6
Maidin Gultom, Perlindungan Hukum Terhadap Anak , Bandung: Refika Aditama,2006,35.
Topo Santoso, Membumikan Hukum Pidana Islam, Jakarta; Gema Insani Press,2003, 96
6
Muhammad Nur Tahmid, Menggapai Hukum Pidana Ideal Kemaslahatan Hukum Pidana Islam,
Yogyakarta, Depublish, 2016, 132
4
5
4
Didalam ayat al-Qur’an menjelaskan
“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan.
Kamilah yang akan memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu.
Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar. Dan
janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu
perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk. Dan janganlah kamu
membunuh jiwa yang diharamkan Allah, melainkan dengan suatu (alasan)
yang benar. Dan barangsiapa dibunuh secara zalim, maka sesungguhnya
Kami telah memberi kekuasaan kepada ahli warisnya, tetapi janganlah
ahli waris itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah
orang yang mendapat pertolongan”. (Q.S. al-Isra’ : 31-33)7
Ada beberapa pasal bagi yang memberikan sanksi atas perilaku aborsi,
diantaranya : pasal 346 berbunyi “perempuan dengan sengaja menyebabkan
gugur atau mati kandungannya atau menyuruh orang lain menyebabkan itu
dihukum hukuman penjara selama-lamanya empat tahun” dan pasal 347,
bunyinya sebagai berikut :8
Depertemen Agama RI, Al-Qur’an & Terjemahnya, Bandung, Penerbit Diponegororo, 2009,hl.
227
8
Laden Marpaung, Tindak Pidana terhadap Nyawa dan Tubuh, Jakarta : Sinar Grafika, 2000, 48
7
5
1.
Barang siapa dengan sengaja menyebabkan gugur atau mati
kandungan dengan tidak dengan izin perempuan itu, dihukum
dengan hukuman penjara selama-lamanya dua belas tahun.
2.
Jika perbuatan itu berakibat perempuan itu mati ia dihukum dengan
hukuman penjara selama-lamanya selama lima belas tahun.
Pasal diatas menegaskan bahwa tindakan pengguguran bayi atau aborsi di
Indonesia adalah perbuatan yang dilarang oleh pemerintah Republik
Indonesia.
Bagi orang yang menggugurkan atau mengaborsi anak yang
berada didalam kandungan ( janin ) dan meskipun pelakunya masih berada
di bawah umur pantaslah dia memperoleh hukuman dari pemerintah yang
diwakili oleh Pengadilan Negeri di Gresik. Ada kasus tentang hal
tersebut, lalu Pengadilan Negeri Gresik memberi putusan kepada
pelakunya sebagai hukuman. Kemudia putusan tersebut apakah sesuai
atau tidak dengan Hukum Pidana Islam, sebab itu penulis menyusun judul
“ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP SANKSI ABORSI
YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI BAWAH UMUR (STUDI
PUTUSAN
PENGADILAN
368/Pid.B/2012/PN.GRESIK)”.
B. Identifikasi dan Batasan Masalah
NEGERI
GRESIK
NOMOR
6
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, terdapat beberapa
masalah pada penelitian ini. Adapun masalah-masalah tersebut dapat
diidentifikasi sebagaimana berikut :
1. Sanksi tindak pidana terhadap aborsi yang dilakukan oleh anak
dibawah umur
2. Pertimbangan yang digunakan oleh hakim dalam putusan Nomor
368/Pid.B/2012/PN.Gresik Terhadap tindak pidana aborsi yang
dilakukan oleh anak dibawah umur.
3. Dasar hukum hakim Pengadilan Negeri Gresik dalam putusan
Nomor 368/Pid.B/2012/PN.Gresik terhadap tindak pidana aborsi
yang dilakukan oleh anak dibawah umur.
4. Analisis hukum pidana Islam terhadap tindak pidana aborsi yang
dilakukan oleh anak dibawah umur.
Berdasarkan identifikasi masalah diatas dan juga bertujuan agar
permasalahan ini dikaji dengan baik, maka penulis membatasi penulisan
karya ilmiah dengan batasan :
1. Pertimbangan hakim terhadap anak di bawah umur sebagai pelaku
tindak pidana aborsi dalam putusan Pengadilan Negeri Gresik
Nomor 368/Pid.B/2012/PN.Gresik
2. Analisis hukum pidana Islam tentang pertimbangan hakim
terhadap sanksi aborsi yang dilakukan oleh anak di bawah umur
7
dalam
putusan
pengadilan
Negeri
Gresik
Nomor
368/Pid.B/2012/PN.Gresik.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah diatas, maka secara
lebih terperinci perumusan masalah dalam skripsi ini akan memfokuskan pada
beberapa pembahasan untuk diteliti lebih lanjut adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pertimbangan hakim Pengadilan Negeri Gresik terhadap
tindak pidana aborsi yang dilakukan oleh anak dibawah umur dalam
putusan Nomor 368/Pid.B/2012/PN.Gresik ?.
2. Bagaimana analisis hukum pidana Islam terhadap pertimbangan
sanksi aborsi yang dilakukan oleh anak dibawah umur dalam
putusan
pengadilan
Negeri
Gresik
Nomor
368/Pid.B/2012/PN.Gresik ?.
D. Kajian Pustaka
Penelitian masalah tentang aborsi sudah banyak sekali ditemukan
dalam buku atau dalam karya-karya ilmiah. Tetapi penelitian tentang
analisis hukum pidana Islam terhadap sanksi aborsi yang dilakukan oleh
anak dibawah umur sulit ditemukan, dan sepanjang pengetahuan penulis
tentang aborsi yang telah dibahas oleh mahasiswa Universitas Islam Negeri
Sunan Ampel Surabaya antara lain :
8
1.
Siti Yulisti Ningsih9 didalam skripsinya yang berjudul “Tinjauan Hukum
Pidana Islam dan KUHP Terhadap Pelaku Aborsi (Studi Komparasi)”
pokok pembahasan yang dibuat adalah mencari persamaan dan
perbedaan bagi pelaku aborsi.
2.
Edi Susilo menulis dalam skripsinya yang berjudul “Tinjauan Hukum
Islam Terhadap Tindak Aborsi Yang belum Bernyawa” menyatakan
bahwa: Hukum pengguguran janin yang dilakukan sebelum janin
bernyawa adalah diperbolehkan10 karena dengan sebab tertentu dan
dengan syarat harus ada keterangan dari medis dan izin dari pihak
keluarga.
3.
Siti Khotijah yang menulis skripsi berjudul “Putusan Pengadilan negeri
Surabaya No.149/Pid.B/1999 tentang tindak pidana aborsi yang
dilakukan oleh dokter kebidanan dalam perspektif hukum Islam
menyatakan bahwa terdakwa terbukti secara sah melakukan tindak
pidana aborsi sehingga dihukum selama enam bulan satu minggu dan dia
harus membayar denda sebagai ongkos perkara sebesar lima ribu rupiah.
Sedangkan dalam perspektif hukum Islam Bahwa pelakunya mendapat
hukuman atau sanksi didunia yaitu mendapat dosa besar, terkena denda,
diyah kalimah dan kifarah, sedangkan sanksi diakhirat yakni neraka
Siti Yulisti Ningsih, Tinjauan hukum Pidana Islam dan KUHP Terhadap pelaku Aborsi (Studi
komparasi). Skripsi, IAIN, Fakultas Syariah Jurusan Siyasah Jinayah, 2002
10
Edi Susilo, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Tindak Aborsi Kepada Janin Yang Belum
Bernyawa. Skripsi, IAIN, Fakultas Syariah Jurusan Ahwalus Sykhsiyah, 2009
9
9
jahanam, murka Allah, laknat Allah dan siksaan yang berat.11
Dari perbedaan diatas penelitian yang diteliti merupakan hasil dari
analisis kasus tentang pelaku aborsi yang dilakukan oleh anak dibawah
umur serta pertimbangan Hakim dalam memberikan sanksi yang belum
pernah di teliti oleh peneliti terdahulu.
E. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah yang ditulis diatas, maka skripsi ini
bertujuan sebagai berikut :
1.
Untuk mengetahui pertimbangan hakim Pengadilan Negeri Gresik
terhadap tindak pidana aborsi yang dilakukan oleh anak dibawah
umur dalam putusan Nomor 368/Pid.B/2012/PN.Gresik
2.
Untuk mengetahui analisis hukum pidana Islam terhadap
pertimbangan sanksi aborsi yang dilakukan oleh anak dibawah
umur
dalam
putusan
pengadilan
Negeri
Gresik
Nomor
368/Pid.B/2012/PN.Gresik
F. Kegunaan Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sekurang-kuarangnya
dalam dua aspek yaitu :
1. Aspek keilmuan (teoritis), dapat dijadikan sebagai sumbangan
pemikiran atau pedoman untuk menyusun hipotesis penulisan
11
Siti Khotijah, Putusan Pengadilan Negeri Surabaya No.149/Pid.B/1999 Tentang Tindak Pidana
Aborsi Yang Dilakukan Oleh Dokter Kebidanan Dalam Perspektif Hukum Islam. Skripsi,Fakultas
Syariah Jurusan Siyasah Jinayah, 2005
10
berikutnya bila ada kesamaan masalah ini dan memperluas
khazanah keilmuan, khususnya tentang tindak pidana aborsi yang
bisa mengakibatkan gangguan psikologis pada korbannya.
2.
Aspek terapan ( praktis ), penelitian ini dapat menjadi
pertimbangan hakim dalam memutus perkara pidana khususnya
pidana aborsi dalam sistem apapun dan bahan penyuluhan baik
secara kumulatif, informatif maupun edukatif. Dan dapat
bermanfaat bagi orang tua untuk menjaga anak-anaknya agar
tidak menjadi korban aborsi.
G. Definisi Operasional
Untuk mempermudah pemahaman dan menghindari kesalahpahaman
terhadap masalah yang dibahas, maka perlu kiranya dijelaskan beberapa
istilah sebagai berikut :
1. Analisis Hukum Pidana Islam : Analisis tentang perbuatanperbuatan yang dilarang oleh syara’ yang diancam oleh Allah
dengan hukuman had, qissa@s, diyat atau ta’zir@ yang bersumber
dari dalil, baik dari Al-Qur’an maupun al-Hadits ataupun sumbersumber yang lain.12 Suatu perbuatan dinamai jarimah apabila
perbuatan tersebut mengakibatkan kerugian bagi orang lain baik
12
Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam…,249.
11
jasad anggota badan, jiwa, perasaan ataupun hal-hal lain yang
harus dipelihara dan dijunjung tinggi keberadaanya.13 Dan dalam
skripsi ini yang akan dijadikan landasan teori adalah diyat sebagai
analisis hukum pidana Islam terhadap anak dibawah umur sebagai
tindak pidana aborsi.
2. Sanksi : suatu bentuk imbalan atau balasan yang diberikan kepada
seseorang atas perilakunya. Sanksi yang dimaksud disini yaitu
berupa hukuman ( punishment ). Sanksi diberikan atau ditetapkan
oleh agar sesuai dengan norma-norma yang berlaku. Dan dalam
skripsi ini yaitu sanksi bagi pelaku aborsi.
Jadi maksud dari judul ini adalah untuk meneliti putusan Pengadilan
Negeri Gresik Nomor 368/Pid.B/2012/PN.Gresik mengenai pertimbangan
hakim yang digunakan untuk memutuskan sanksi bagi pelaku tindak
pidana aborsi yang dilakukan oleh anak dibawah umur kemudian
dianalisis dengan hukum pidana Islam dengan hukuman diyat.
H. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian pustaka (Library research)
dengan
mempelajari,
kepustakaan
13
yang
menelaah
mempunyai
dan
memeriksa
relevansi
bahan-bahan
dengan
Rahmat Hakim, Hukum Pidana Islam, Bandung: CV. Pustaka Setia,2000, 17.
materi
12
pembahasan.14 Kepustakaan yang dimaksud bersumber dari buku,
makalah, jurnal, majalah dan digital library dengan cara diketik dan
ditulis. Dalam hal ini penelitian dilaksanakan dengan cara membaca
dan menelaah konsep dari data yang obyektif tentang sanksi tindak
pidana aborsi yang dilakukan oleh anak dibawah umur dalam putusan
Pengadilan Negeri Gresik Nomor 368/Pid.B/2012/PN.Gresik dengan
menggunakan pola pikir deduktif dengan menerapkan dari hal umum
lalu ditarik kesimpulan kedalam hal khusus.
2. Sifat Penelitian
Penelitian
ini
bersifat
kualitatif,
yakni
penelitian
yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau ucapan
lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.15 Dalam hal
ini dilakukan dengan menganalisa implementasi sanksi aborsi
sebagaimana yang terdapat dalam bahan-bahan kepustakaan dan
bagaimana penggunaannya sebagai metodologi perumusan putusan
Pengadilan Negeri Gresik. Dalam paradigma penelitian kualitatif ini
tidak hanya bermaksud mengumpulkan data dari sisi kuantitasnya,
tetapi juga ingin memperoleh pemahaman yang lebih mendalam
dibalik fenomena yang berhasil di rekam. Pendekatan kualitatif
14
15
DudungAbdurrahman,PengantarMetodePenelitian, Yogyakarta:KurniaKalamSemesta, 2003,7
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosda Karya,2003 ,3.
13
digunakan karena tema penelitian ini menitik beratkan pada kajian
konseptual yang berupa butir-butir pemahaman dan bagaimana
pemahaman itu tersosialisasi. Pendekatan kualitatif ini berusaha
memberikan kunci bagi pengungkapan sebuah makna (meaning). Ini
merupakan hal yang paling esensial. Peneliti sebagai instrument
kunci untuk dapat menggali makna sehingga fenomena atas objek
dapat dideskripsikan secara objektif. Menurut Sugiyono, penelitian
kualitatif memiliki ciri-ciri, yaitu: (1) dilakukan pada kondisi yang
alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen), langsung ke sumber
data dan peneliti adalah instrument kunci, (2) penelitian kualitatif
lebih bersifat deskriptif. Data yang terkumpul berbentuk kata-kata
atau gambar, sehingga tidak menekankan pada angka, (3) penelitian
kualitatif lebih menekankan pada proses daripada produk atau
outcome, (4) penelitian kualitatif melakukan analisis data secara
induktif, (5) penelitian kualitatif lebih menekankan makna (data
dibalik yang teramati).16
3. Sumber Data
Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penulisan skripsi
ini digunakan dua sumber data, yaitu :
a.
Sumber Primer yaitu ata primer yaitu sumber data penelitian
yang diperoleh secara langsung dari sumber asli ( tidak
16
Sugiyono, Metode Penelitian Manajeman, Bandung: Alfabeta, 2013, 41.
14
melalui perantara ). Sumber primer dari penelitian ini adalah
Putusan
Pengadilan
Negeri
Gresik
Nomor
368/Pid.B/2012/PN.Gresik
b.
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang
diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media
perantara ( diperoleh dan dicatat oleh pihak lain ).17 Sumber
sekunder adalah sumber yang didapat dari sumber tidak
langsung berfungsi sebagai pendukung terhadap kelengkapan
penelitian. Data yang dimaksud antara lain :
1) Topo Santoso, Membumikan Hukum Pidana Islam:
Jakarta, Gema Insani, 2003
2) Muhammad Nur Tahmid, Menggapai Hukum Pidana
Ideal
Kemaslahatan
Hukum
Pidana
Islam:
Yogyakarta, Depublish, 2016
3) Siti Yulisti Ningsih, Tinjauan hukum Pidana Islam dan
KUHP Terhadap pelaku Aborsi (Studi komparasi).
Skripsi, IAIN, Fakultas Syariah Jurusan Siyasah
Jinayah, 2002
4) Rahmat Hakim, Hukum Pidana Islam,Bandung: CV.
Pustaka Setia,2000
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D, Bandung, Alfabeta,
2008,225
17
15
5) Wayan Resmi, Pandangan Norma Agama dan Norma
Hukum Tentang Aborsi, Mataram: GanecSwara Vol. 4
No. 2, FKIP. Universitas Muhamadiyah Mataram,
2010.
6) Uddin, Reinterpretasi Hukum Islam tentang Aborsi:
Jakarta, Universitas Yarsi, 2007
7) Gultom Maidin, Perlindungan Hukum Terhadap Anak:
Bandung, Refika Aditama, 2006
8) Departemen Agama RI, al-Qur’an & Terjemahannya:
Bandung, Diponegoro, 2009
9) Marpaung Laden, Tindak Pidana terhadap Nyawa dan
Tubuh: Jakarta, Sinar Grafika, 2000
I. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka
dipergunakan teknik yaitu Studi Dokumentasi, yakni teknik pengumpulan
data yang tidak langsung ditunjukkan pada subjek penelitian, namun melalui
dokumen, atau dilakukan melaui berkas yang ada dengan cara diketik, ditulis
dan putusan digandakan. Dokumen yang diteliti adalah putusan Pengadilan
Negeri
Gresik tentang tindak pidana aborsi yang dilakukan oleh anak
dibawah umur dalam putusan No. 368/Pid.B/2012/PN.Gresik18
J. Teknik Pengolahan Data
18
Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian, Jakarta, Kencana Prenada Media Group,140
16
Data yang didapat dari dokumen dan terkumpulkan kemudian diolah,
berikut tahapan-tahapannya:
a)
Editing : Melakukan pemeriksaan kembali terhadap data-data yang
diperoleh secara cermat baik dari sumber primer atau sumber
sekunder,19 yakni tentang kajian hukum pidana Islam terhadap tindak
pidana aborsi dalam putusan Pengadilan Negeri Gresik Nomor
368/Pid.B/2012/PN.Gresik
b) Organizing : Menyusun data secara sistematis mengenai kajian
hukum pidana Islam terhadap tindak pidana aborsi yang dilakukan
oleh anak dibawah umur dalam putusan Pengadilan Negeri Gresik (
Studi Nomor 368/Pid.B/2012/PN.Gresik )
c) Analizing : Tahapan analisis terhadap data,20 kajian hukum pidana
Islam mengenai pertimbangan hukum hakim dalam memutuskan
sanksi tindak tindak pidana aborsi yang dilakukan oleh anak dibawah
umur
dalam putusan Pengadilan Negeri Gresik
Nomor
368/Pid.B/2012/PN.Gresik
K. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif analisis dengan menggunakan pola pikir deduktif, yaitu
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D, Bandung, Alfabeta,
2008,134
20
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D, Bandung, Alfabeta,
2008,137
19
17
mendeskripsikan dalil-dalil dan data-data yang bersifat umum tentang tindak
pidana aborsi kepada permasalahan yang lebih bersifat khusus dalam putusan
Pengadilan
Negeri
Gresik
Nomor
368/Pid.B/2012/PN.Gresik
dan
relevansinya dengan hukum pidana Islam.
L. Sistematika Pembahasan
Dalam menyusun skripsi yang berjudul “ Analisis Hukum Pidana Islam
Terhadap Aborsi Yang Dilakukan Oleh Anak Dibawah Umur (Studi Putusan
Pengadilan Negeri Gresik No. 368/Pid.B/2012/PN.Gresik) diperlukan adanya
suatu sistematika pembahasan, sehingga dapat diketahui kerangka skripsi ini
adalah sebagai berikut:
Bab 1 berisi pendahuluan, merupakan gambaran umum yang terdiri
dari beberapa sub bab yang meliputi Latar Bealakang Masalah,
Identifikasi dan BatasanMasalah, Rumusan Masalah, Kajian
Pustaka, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, dan Sistematika
Pembahsan. Alasan sub bab tersebut diletakkan pada bab 1 adalah
untuk mengetahui alasan pokok mengapa penulisan ini dilakukan
dan untuk lebih mengetahui cakupan batasan, dan metode yang
dilakukan sehingga maksud dari penulisan ini dapat dipahami.
Bab II menguraikan tinjauan umum atau landasan teori mengenai
konsep aborsi dalam pidana Islam yang memuat pengertian aborsi
18
unsur-unsur aborsi macam-macam aborsi dan macam-macam
hukuman aborsi serta teori diyat.
Bab III tentang objek penelitian, penetapan populasi dan sampel,
metode pengumpulan data, teknik analisis data, dan metode
pengujian data yang digunakan. penyajian data dari putusan
Pengadilan Negeri Gresik Nomor 368/Pid.B/2012/PN.
Bab IV Menganalisis mengenai tindak pidana aborsi yang dilakukan
oleh anak dibawah umur menurut hukum pidana Islam dan
pertimbangan hukum yang dijadikan landasan oleh hakim dalam
memutuskan sanksi pidana bagi pelaku tindak pidana aborsi dalam
putusan Pengadilan Negeri Gresik Nomor 368/Pid.B/2012/PN.Gresik.
Bab V merupakan bab terakhir yang menjadi penutup dengan
berisikan kesimpulan dan saran-saran. Bab ini bertujuan untuk
memberikan kesimpulan dari bab-bab sebelumnya mengenai apa dan
bagaimana isi pokok bahasan tersebut, apakah putusan hakim telah
sesuai dengan dengan hukum pidana Islam atau tidak, dan
selanjutnya memberikan saran untu Pengadilan Negeri Gresik dan
lembaga penegak hukum terkait mengenai isi dari penulisan skripsi
ini.
19
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Aborsi
Aborsi menurut kamus besar Bahasa Indonesia berarti pengguguran.
Aborsi atau abortus dalam bahasa latin berarti wiladah sebelum waktunya
atau keguguran.20 Dalam Bahasa Inggris istilah ini menjadi abortion yang
berati pengguguran janin dari rahim sebelum ia mampu hidup sendiri, yaitu
pada 28 minggu pertama dari kehamilan.21 Jadi aborsi atau abortus secara
etimologi bermakna keguguran, pengguguran kandungan, atau membuang
janin.
Adapun secara terminologi, abortus mengandung beberapa pengertian,
diantaranya:
a. Menurut
istilah
kedokteran,
abortus
adalah
pengakhiran
kehamilan selama masa gestasi (kehamilan) yaitu 28 minggu
sebelum janin mencapai berat 1000 gram.
b.
Menurut istilah hukum, aborsi adalah pennghentian kehamilan
atau matinya janin sebelum waktu kelahiran.22
c. Menurut Sardikin Ginaputra (Fakultas Kedokteran UI), aborsi
adalah penghentian kehamilan atau hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup di luar kandungan.
20
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangn Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 2.
21K.
Prent, C. M. J. Adisubrata, WJS. Poerwadarminta, Kamus Latin Indonesia, Yogyakarta:
Kanisius, 1969, 2.
22 Hafizh Dasuki, Ensiklopedi Islam, Jakarta: Ihtiar Baru van Houve, 1994, 33.
19
20
Berpijak dari pengertian yang telah dikemukakan, maka dapat dikatakan,
bahwa aborsi adalah suatu pengeluaran hasil konsepsi (janin) dari rahim ibu,
sebelum janin berumur 20 - 28 minggu atau sebelum waktunya. Hal ini
berati, bahwa dalam suatu aborsi mengandung unsur-unsur sebagai berikut:
a. Pengeluaran hasil konsepsi (janin) dari rahim, yaitu suatu proses
keluarnya janin yang telah ada dalam rahim.
b. Sebelum waktunya atau sebelum dapat secara alamiah, yaitu
pengeluaran tersebut terjadi pada masa janin belum dapat lahir
secara alamiah.
Definisi aborsi lainnya menyatakan, aborsi adalah pengeluaran hasil
konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu berat janin kurang dari
500 gram. Aborsi merupakan pengakhiran hidup janin sebelum bertumbuh
besar.23
1. Macam – Macam Aborsi
Dalam dunia kedokteran dikenal adanya 3 macam aborsi, yaitu:24
a. Aborsi Spontan atau alamiah yaitu berlangsung tanpa tindakan
apapun. Kebanyakan disebabkan karena kurang baiknya kualitas
sel telur dan sel sperma. Para ulama sepakat tidak ada persoalan
dalam kasus ini karena terjadi secara alami dan atas kehendak
Allah Swt.
23
24
Masfjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah, Jakarta: Toko Gunung Agung, 1997, 78.
Moh. Ali Aziz et al, Fiqih Medis, Surabaya: Rumah Sakit Islam Jemursari, 2012, 74.
21
Adapun jenis aborsi spontan dapat dibedakan sesuai dengan
kondisinya sebagai berikut :
1) Abortus Incipient
Pada aborsi jenis ini kehamilan tidak bisa dipertahankan lagi
sehingga pengobatannya hanya bertujuan menghentikan
pendarahan dan membersihkan rongga rahim dari sisa hasil
konsepsi.
2) Abortus Complete
Dalam keadaan ini, seluruh hasil konsepsi dikeluarkan.
Abortus Incompletus
Pada aborsi jenis ini sebagian kandungan keluar dan sebagian
lagi tertunda di dalam perut, sehingga pengobatan bertujuan
menghentikan pendarahan dan membersihkan rongga rahim
dari sisi hasil konsepsi.
3) Abortus Habitualis
Pada jenis ini keguguran terjadi tiga kali atau lebih berturutturut. Penyebab dari keguguran ini adalah adanya kelainan
pada leher rahim atau pembengkakan pada rahim atau cacat
bawaan.
4) Abortus Imminance
Pada jenis ini kehamilan masih dapat dipertahankan misalnya
dengan istirahat dan pemberian obat-obatan.
22
5) Aborsi Buatan atau sengaja, atau Abortus Provocatus
Criminalis, yaitu pengakhiran kehamilan sebelum usia
kandungan 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram
sebagai akibat dari tindakan yang disengaja dan didasari oleh
sang ibu maupun si pelaku aborsi (dalam hal ini dokter, bidan
atau dukun anak).
6) Aborsi Terapeutik atau Abortus Provocatus Therapeuticum,
yaitu pengguguran kandungan buatan yang dilakukan atas
indikasi medis. Contoh, seorang ibu yang sedang hamil
mengidap penyakit darah tinggi menahun, penyakit jantung
yang parah atau sesak nafas yang dapat membahayakan si
ibu dan janin yang dikandungnya.
Dengan demikian banyak cara yang dapat ditempuh untuk
melakukan pengguguran (aborsi). Cara yang paling tradisional adalah
dengan cara yang kasar dan keras, seperti memijat-mijat bagian
tertentu, yaitu perut dan pinggul dari tubuh wanita yang akan
digugurkan kandungannya. Cara lain adalah dengan meminum obatobatan atau ramuan tradisional dengan detelan melalui mulut, atau
diletakkan ke dalam vagina (alat kelamin wanita), dan ada juga yang
menggunakan cara dengan mengoleskan zat-zat yang memedihkan
kulit di bagian perut, atau si ibu sengaja berlapar-lapar agar janinnya
meninggal.25
25
Ahmad Anees Munawir, Islam dan Masa Depan Biologis Manusia, Bandung: Mizan, 1991, 35.
23
Sedangkan pada masa sekarang dimana kemajuan dalam
bidang medis mengalami perubahan, maka banyak para ibu
maupun wanita menempuh cara dengan menggunakan jasa ahli
medis di rumah sakit. Sedangkan cara-cara atau praktik yang
dipakai oleh seseorang dalam melakukan aborsi, baik itu dengan
bantuan tenaga medis atau non medis, adalah sebagai berikut:
a. Pijat atau urut, biasanya dilakukan oleh dukun bayi, kadangkadang disertai pemberian ramuan dari akar atau tumbuhtumbuhan. Kegagalan cara ini sering menyebabkan pendarahan
yang hebat dan infeksi bahkan sampai pada kematian
b. Kuret atau dikenal dengan D & C (Ditaloge and Curatage)
sering digunakan dokter atau bidan.
c. Dengan alat khusus, mulut rahim dilebarkan, kemudian janin
dikiret (dicuret) dengan alat seperti sendok kecil.
d.
Aspirasi yakni penyedotan isi rahim dengan pompa kecil.
e. Hysterotomi (melalui operasi).26
2. Dampak Aborsi
Pada saat melakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi ada
beberapa dampak buruk atau resiko yang akan dihadapi seorang
wanita, yaitu dampak pada kesehatan wanita dan dampak psikologis
bagi wanita.
a. Dampak Pada Kesehatan Wanita:
26
Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah, Jakarta: Toko Gunung Agung, 1997, 78
24
1. Kerusakan leher rahim , Hal ini terjadi karena leher rahim
robek akibat penggunaan alat aborsi.
2. Infeksi, Penggunaan peralatan medis yang tidak steril
kemudian dimasukkan ke dalam rahim bisa menyebabkan
infeksi, selain itu infeksi juga disebabkan jika masih ada
bagian janin yang tersisa di dalam rahim.
3. Pendarahan Hebat, Ini adalah resiko yang sering dialami oleh
wanita yang melakukan aborsi, pendarahan terjadi karena leher
rahim robek dan terbuka lebar. Tentunya hal ini sangat
membahayakan jika tidak ditangani dengan cepat.
4. Kematian, Kehabisan banyak darah akibat pendarahan dan
infeksi bisa membuat sang ibu meninggal.
5. Resiko Kanker, Karena leher rahim yang robek dan rusak bisa
mengakibatkan resiko kanker serviks, kanker payudara, indung
telur dan hati.
b. Dampak Psikologis Bagi Wanita:
1. Perasaan bersalah dan berdosa.
2. Kehilangan harga diri.
3. Depresi.
4. Trauma.
5. Ingin bunuh diri. 27
27
Ahmad Anees Munawir, Islam dan Masa Depan Biologis Manusia, Bandung: Mizan, 1991,47
25
B. Pengertian Anak Dibawah Umur
Menurut hukum Islam mendefinisikan kriteria anak di bawah umur
sebagai berikut:
a. Anak di bawah umur dimulai sejak 7 tahun hingga mencapai kedewasaan
(baligh) dan fuqoha membatasinya dengan usia 15 tahun, yaitu masa
kemampuan berfikir lemah (tamyis yang belum baligh), jika seorang anak
telah mencapai usia tersebut, maka ia dianggap dewasa meskipun ia
belum dewasa dalam arti yang sebenarnya.
b. Imam Abu Hanifah membatasi kedewasaan atau baligh pada usia 18
tahun dan menurut satu riwayat 19 tahun, begitu pendapat yang terkenal
dari madzahb Maliki.28 Masa tamyiz dimulai sejak seorang anak mencapai
usia kecerdikan atau setelah mencapai usia 15 tahun atau telah
menunjukkan baligh alami adalah nampak adanya sifat-sifat kelaki-lakian
dan sifat kewanitaan yang berarti munculnya fungsi kelamin, hal ini
menunjukkan bahwa anak memasuki masa kelakian dan wanita sempurna.
Namun batas usia dewasa menurut Undang-undang No. 1 Tahun 1974
tentang Perkawinan terdapat dalam pasal 47 ayat (1) yang berbunyi: “
Anak yang belum mencapai 18 (delapan belas) tahun atau belum pernah
melangsungkan perkawinan ada di bawah kekuasaan orang tuanya selama
mereka tidak dicabut dari kekuasaannya.”29
Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, Jakarta: Rieneka Cipta, 2004, 370
Undang-Undang Republik Indonesia tentang Perkawinan, UU No. 1 Tahun 1974, pasal 47 ayat
(1).
28
29
26
Batas usia pada pasal yang terdapat dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata yaitu 21 (dua puluh satu) tahun, dan Undang-Undang
Perkawinan yaitu 18 (delapan belas) tahun. Hal inilah yang pada akhirnya
digunakan sampai saat ini sebagai pengertian anak atau pengertian
dewasa.
Pengertian anak menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak adalah “Seseorang yang belum berusia 18
(delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan”.
Menurut pasal tersebut, anak adalah siapa saja yang belum berusia 18
(delapan belas) tahun yang termasuk anak yang masih dalam kandungan,
yang berarti segala kepentingan akan pengupayaan perlindungan terh}ada
anak sudah dimulai sejak anak tersebut berada di dalam kandungan
hingga berusia 18 (delapan belas) tahun.30
C. Tindak Pidana Menurut Hukum Pidana Islam
1. Pengertian Hukum Pidana Islam
Hukum Pidana Islam merupakan terjemahan dari kata Fiqih Jina@yah.
Fiqih Jina@yah adalah segala ketentuan hukum mengenai tindak pidana
atau perbuatan kriminal yang dilakukan oleh orang-orang muka#llaf
( orang yang dapat dibebani kewajiban ), sebagai hasil dari pemahaman
atas dalil-dalil hukum yang terperinci dari al-Qur’an dan Hadits.
Tindakan kriminal yang dimaksud adalah tindakan-tindakan kejahatan
30
Undang-Undang Republik Indonesia tentang Perlindungan Anak, (UU No. 23 Tahun 2002),
Pasal 1 ayat (1).
27
yang mengganggu ketentuan umum serta tindakan yang melawan
perundang-undangan yang bersumber dari al-Qur’an dan Hadits.31
Perbuatan manusia yang dinilai sebagai pelanggaran atau kejahatan
kepada sesamanya, baik pelanggaran atau kejahatan tersebut secara fisik
atau non fisik, seperti membunuh, menuduh atau memfitnah maupun
kejahatan terhadap harta benda dan lainnya, semua dibahas dalam
jina@yah. Pembahasan masalah jina@yah hanya dikhususkan pada perbuatan
dosa yang berkaitan dengan sasaran ( objek ) badan dan jiwa saja. Ulamaulama muta’akhiri@n menghimpunnya dalam dalam bagian khusus yang
dinamai fiqih jinayah atau yang dikenal dengan istilah Hukum Pidana
Islam. 32
2. Pengertian Tindak Pidana dan Macam-macamnya
Tindak pidana atau kejahatan dan pelanggaran dalam hukum
pidana Islam dikenal dengan istilah jina@yah atau jari@mah. Kedua istilah ini
secara etimologis mempunyai arti dan arah yang sama. Istilah yang satu
menjadi mura@dif ( sinonim ) bagi istilah lainnya atau keduanya bermakna
tunggal. Jina@yah artinya perbuatan dosa, perbuatan salah atau jahat.
Abdul Kadir Audah menjelaskan arti kata jina@yah, yaitu merupakan nama
bagi suatu perbuatan jelek seseorang. Adapun menurut istilah adalah
nama bagi suatu perbuatan yang diharamkan oleh shara’, baik perbuatan
tersebut mengenai jiwa, harta benda, maupun selain jiwa dan harta
Dede Rosyada, Hukum Islam dan Pranata Sosial, Jakarta : Lembaga Studi Islam dan
Kemasyarakatan, 1992, 86.
32
Achmad Jazuli, Hukum Pidana Islam ( Fiqih Jinayah ), Bandung : Pustaka Setia, 2000, 11.
31
28
benda. Pengertian jina@yah adalah semua perbuatan yang diharamkan.
Perbuatan yang diharamkan adalah tindakan yang dilarang atau dicegah
oleh shara’ ( Hukum Islam ). Apabila tetap dilakukan maka perbuatan
tersebut mempunyai konsekuensi yang membahayakan agama, jiwa, akal,
kehormatan, dan harta benda.33
Sedangkan jari@mah berarti larangan-larangan shara’ ( yang apabila
dikerjakan ) diancan oleh Allah SWT dengan dengan hukuman had atau
ta’zir@. Dalam hal ini kata jari@mah pun mencakup perbuatan ataupun tidak
berbuat, mengerjakan atau meninggalkan, aktif ataupun pasif. Oleh
karena itu, perbuatan jari@mah bukan saja mengerjakan perbuatan yang
jelas-jelas dilarang oleh peraturan, tetapi juga dianggap sebagai jari@mah
kalau seseorang meninggalkan perbuatan yang menurut peraturan harus
dikerjakan.34
D. Sanksi ( Hukuman ) dalam Hukum Pidana Islam
1. Pengertian Sanksi ( Hukuman )
Dari pengertian diatas dapat dipahami bahwa sesuatu disebut
hukuman karena ia mengiringi perbuatan dan dilaksanakan sesudah
perbuatan itu dilakukan. Sedangkan dari pengertian kedua dapat dipahami
sesuatu disebut hukuman karena ia merupakan balasan terhadap perbuatan
yang menyimpang yang telah dilakukannya. Menurut kamus bahasa
Indonesia karangan S.Wojowaswito, hukuman berarti siksaan atau
33
34
A.Jazuli, Hukum Pidana Islam ( Fiqih Jinayah ), Bandung : Pustaka Setia, 2000, 12.
Rahmad Hakim, Hukum Pidana Islam, Bandung : Pustaka Setia, 2000, 14
29
pembalasan kejahatan ( kesalahan dosa ). Sedangkan Abdul Qodir Audah
memberikan definisi hukuman adalah pembalasan atas pelanggaran
perintah syara’ yang ditetapkan untuk kemaslahatan masyarakat.35
Disini dapat kita simpulkan bahwa hukuman ( sanksi ) merupakan
balasan yang setimpal atas perbuatan pelaku
kejahatan
yang
mengakibatkan orang lain menjadi korban akibat perbuatannya. Dalam
ungkapan lain, hukuman merupakan penimpaan derita dan kesengsaraaan
dari pelaku kejahatan sebagai balasan yang diterima si pelaku akibat
pelanggaran perintah syara’.36
2. Dasar Hukum Pemberlakuan Sanksi ( Hukuman )
Hukuman harus mempunyai dasar baik dari al-Qur’an, maupun
Hadits. Berbagai kebijakan yang ditempuh oleh Islam dalam upaya
menyelamatkan manusia baik perseorangan maupun masyarakat dari
kerusakan dan menyingkirkan hal-hal yang menimbulkan kejahatan. Islam
berusaha mengamankan dengan berbagai ketentuan baik berdasarkan alQur’an, Hadits, maupun berbagai ketentuan ulil amri. Semua itu pada
hakikatnya dalam menyelamatkan umat manusia dari ancaman kejahatan.
Adapun dasar penjatuhan hukuman (sanksi) tersebut ;
Mustafa Abdullah dan Ruben Ahmad, Intisari Hukum Pidana, Jakarta : Ghalia Indonesia, 1983,
47
36
Rahmad Hakim, Hukum Pidana Islam, Bandung : CV Pustaka Setia, 2000, 59.
35
30
Surat Shad ayat 26 :
Artinya : “ Hai Daud, sesungguhnya kami menjadikan kamu khalifah
dimuka bumi ini, maka berilah keputusan ( perkara ) diantara
manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa
nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah.
Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari Allah akan
mendapatkan azab yang berat, karena mereka melupakan hari
perhitungan”.37
3. Macam-macam Sanksi ( Hukuman )
Hukuman dibagi menjadi beberapa macam sesuai dengan tindak
pidananya, antara lain :38
a) Hukuman ditinjau dari segi terdapat atau tidak terdapat nashnya dalam
al-Qur’an dan al-Hadits. Maka hukuman dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu :
1) Hukuman yang ada nashnya, yaitu Hudud@, Qishas@, Diyat,
dan Kafa@rat. Misalnya hukuman bagi pezina, pencuri,
Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya, surat Shad ayat 26, 455
A.Djazuli, Fiqih Jinayah, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1997, 28
37
38
31
perampok, pemberontak, pembunuh, dan orang yang
mendzihar istrinya.
2) Hukuman yang tidak ada nashnya, hukuman ini disebut
dengan hukuman ta’zir@ seperti percobaan melakukan
tindak pidana, tidak melaksanakan amanah, saksi palsu dan
melanggar aturan lalu lintas.39
b) Hukuman ditinjau dari segi hubungan antara satu hukuman dengan
hukuman lain, hukuman daapat dibedakan menjadi empat yaitu :
1) Hukuman pokok, yaitu hukuman yang menempati tempat
hukuman yang asal bagi satu kejahatan, seperti hukuman mati
bagi pembunuh dan hukuman jilid seratus kali bagi pezina
ghairu@ muhs{han@.
2) Hukuman pengganti, yaitu hukuman yang menempati tempat
hukuman pokok apabila hukuman hukuman pokok itu tidak
dapat dilaksanakan karena suatu alasan hukum, seperti hukuman
diyat atau denda bagi pembunuh sengaja yang dimaafkan
qish@asnya oleh keluarga korban atau hukuman ta’zir@ apabila
karena suatu alasan hukum pokok yang berupa had tidak dapat
dilaksanakan.
3) Hukuman tambahan, yaitu hukuman yang dijatuhkan kepada
pelaku
39
Ibid,30
atas
dasar
mengikuti
hukuman
pokok,
seperti
32
terhalangnya seorang pembunuh untuk mendapat waris dari
harta terbunuh.
4) Hukuman pelengkap, yaitu hukuman yang dijatuhkan sebagai
pelengkap terhadap hukuman yang telah dijatuhkan, seperti
mengalungkan tangan pencuri yang telah dipotong di lehernya.
Hukuman ini harus berdasarkan keputusan hakim tersendiri.40
c) Hukuman ditinjau dari segi kekuasaan hakim yang menjatuhkan
hukuman, maka hukuman dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
1) Hukuman yang memiliki satu batas tertentu, dimana hakim
tidak dapat menambah atau mengurangi batas itu, seperti
hukuman h{ad.
2) Hukuman yang memiliki dua batas yaitu batas tertinggi dan
batas terendah, dimana hakim dapat memilih hukuman yang
paling adil dijatuhkan kepada terdakwa, seperti dalam kasuskasus maksiat yang diancam dengan ta’zir@.
d) Hukuman ditinjau sasaran hukum, hukuman dapat dibagi menjadi
empat yaitu :41
1) Hukuman badan, yaitu hukuman yang dikenakan kepada badan
manusia, seperti hukuman jilid.
2) Hukuman yang dikenakan dengan hukuman jiwa, yaitu hukuman
mati.
A.Djazuli, Fiqih Jinayah, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1997, 31
A.Djazuli, Fiqih Jinayah, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1997 , 35
40
41
33
3) Hukuman yang dikenakan kepada kemerdekaan manusia, seperti
hukuman penjara dan pengasingan.
4) Hukuman harta, yaitu hukuman yang dikenakan kepada harta,
seperti diyat@, denda dan perampasan.42
4. Syarat-syarat Sanksi ( Hukuman )
a) Sanksi ( hukuman ) harus ada dasarnya dari syara’
Hukum dianggap mempunyai dasar apabila ia didasarkan pada
sumber – sumber syara’, seperti al-Qur’an, as-Sunnah, Ijma’ atau
undang-undang yang ditetapkan dilembaga yang berwenang. Dalam hal
ini hukuman ditetapkan oleh ulil a