PENGERTIAN DAN TUJUAN FILSAFAT (2)

PENDAHULUAN
Kata filsafat dan ilmu adalah dua kata yang saling berkaitan, baik secara
substansial maupun historis. Kehadiran ilmu tidak dapat dipisahkan dari peran
penting filsafat, dan begitu juga sebaliknya bahwa perkembangan ilmu akan
memperkuat keberadaan filsafat. Pada zaman Plato sampai pada masa Al-Kindi,
batas antara filsafat dan ilmu pengetahuan boleh dikatakan tidak ada. Seorang
filosuf p a s t i m e n g u a s a i i l m u pengetahuan. Perkembangan daya berfikir
manusia yang mengembangkan filsafat pada tingkat praktis dikalahkan oleh
perkembangan i1mu yang didukung oleh teknologi. Wilayah kajian filsafat
menjadi lebih sempit dibandingkan dengan wilayah kajian ilmu. Sehingga ada
anggapan filsafat tidak dibutuhkan lagi.
Filsafat kurang membumi sedangkan ilmu lebih bermanfaat dan lebih
praktis. Padahal filsafat menghendaki pengetahuan yang komprehensif yang luas,
umum, dan universal dan hal ini tidak dapat diperoleh dalam ilmu. Sehingga filsafat
dapat di tempatkan pada posisi dimana pemikiran manusia tidak mungkin dapat
dijangkau oleh ilmu.
Ilmu bersifat pasteriori (kesimpulan ditarik setelah melakukan pengujian
secara berulang), sedangkan filsafat bersifat priori (kesimpulan ditarik tanpa
pengujian tetapi pemikiran dan perenungan). Keduanya sama-sama menggunakan
aktivitas berfikir, walaupun cara berfikirnya berbeda. Keduanya juga sama-sama
mencari kebenaran. Kebenaran filsafat tidak dapat dibuktikan oleh filsafat sendiri

tetapi hanya dapat dibuktikan oleh teori keilmuan melalui observasi ataupun
eksperimen untuk mendapatkan justifikasi.
Filsafat dapat merangsang lahirnya keinginan dari temuan filosofis melalui
berbagai observasi dan eksperimen yang melahirkan ilmu-ilmu. Hasil kerja filosofis
dapat menjadi pembuka bagi lahirnya suatu ilmu, oleh karena itu filsafat disebut
juga sebagai induk ilmu (mother of science). Untuk kepentingan perkembangan
ilmu, lahir disiplin filsafat yang mengkaji ilmu pengetahuan yang dikenal sebagai
filsafat ilmu pengetahuan. Dalam hal ini, penulis lebih menitikberatkan pada pada
Pengertian dan tujuannya

PENGERTIAN DAN TUJUAN FILSAFAT
A. Pengeritan Filsafat
Secara etimologis, pengertian filsafat terdiri dari berbagai bahasa yaitu
bahasa Inggris dan bahasa Yunani. Dalam bahasa Inggris “Philosophy”,
sedangkan dalam bahasa Yunani “Philein atau

“Philos” dan “Sofein” atau

“sophi”. Ada juga yang mengatakan bahwa filsafat itu berasal dari bahasa Arab,
yaitu “Falsafah” yang artinya al-hikmah. Akan tetapi kata teersebut pada awalnya

berasal dari bahasa Yunani “Fhilos” artinya cinta, sedangkan “Shopia” artinya
kebijaksanaan. Oleh karena itu filsafat dapat diartikan dengan cinta kebijaksanaan
yang dalam bahasa arab diistilahkan Al-hikmah.
Secara Terminologi, filsafat mempunyai arti yang bervariasi. Menurut
Juhaya S. Pradja mengatakan bahwa arti yang sangat formal dari filsafat adalah
suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang di junjung
tinggi. Suatu sikap falsafi yang benar adalah sikap kritis dan mencari. Sikap itu
merupakan sikap toleran dan terbuka dalam melihat persoalan dengan berbagai
sudut pandang dan tanpa prasangka.
Menurut Sutardjo A. Wiramihardja filsafat diartikan sebagai pengetahuan
tentang cara berfikir terhadap segala sesuatu atau secara sekalian alam. Artinya
semua materi pembicaraan filsafat adalah segala hal yang menyangkut
keseluruhan yang bersifat universal.
Aristoteles (384-332 SM) tokoh utama silosof klasik, mengatakan bahwa
filsafat menyelidiki sebab dan asas segala terdalam dari wujud. Karena itu, ia
menamakan filsafat dengan ‘teologi’ atau ‘fisafat pertama’. Aristoteles sampai
pada kesimpulan bahwa setiap gerak dialam ini digerakkan oleh yang lain
Filsafat adalah seni kritik yang bukan semata – mata membatasi diri pada
destruktif atau seakan-akan takut untuk membawa pandangan positifnya sendiri,
kemudian Franz Magnis Suseno menegaskan bahwa kritisnya filsafat adalah kritis

dalam arti bahwa filsafat tidak pernah puas diri, tidak pernah membiarkan sesuatu
sebagai sudah selesai, bahkan senang, untuk membuka kembali perdebatan , selalu

dan secara hakiki bersifat dialetika dalam arti bahwa setiap kebenaran menjadi
lebih benar dengan setiap putaran tesis dan antitesis.

B. Tujuan Filsafat
Segala sesuatu yang terdapat di alam ini diciptakan dengan fungsinya,
dengan kata lain bahwa tidak ada materi yang tidak bermanfaat tak terkecuali
lahirnya filsafat ilmu. Lahirnya filsafat ilmu memberikan jawaban terhadap
persoalan yang muncul terutama yang berhubungan dengan pengetahuan manusia.
Oleh karena, di antara tujuannya ialah:
1. Dengan berfilsafat kita lebih menjadi manusia lebih mendidik dan
membangun diri sendiri. Sifat yang khusus bagi seorang filsuf ialah bahwa
sesadar-sadarnya apa saja yang termasuk dalam kehidupan manusia, Tetapi
dalam pada itu juga mengatasi dunia itu, Sanggup melepaskan diri,
menjauhkan diri sebentar dari keramaian hidup dan kepentingan-kepentingan
subyektif untuk menjadikan hidupnya sendiri itu obyek peyelidikannya. Dan
justru kepentingan-kepentingan dan keinginan-keinginan subyektif itu maka
ia mencapai keobyektifan dan kebebasan hati, Yang perlu buat pengetahuan

dan penilaian yang obyektif dan benar tentang manusia dan dunia. Dan sifat
ini, sifat mengatasi kesubyektifan belaka, Sifat melepaskan kepentingankepentingan dan kebutuhan-kebutuhan sendiri,
2. Berusaha mempertahankan sikap yang obyektif mengenai intisari dan sifatsifat objek-objek itu sendiri. Bila seseorang semakin pantas di sebut
“berkepribadian”, semakin mendekati kesempurnaan kemanusiaan, Semakin
memiliki “kebijaksanaan”.
3. Mengajar dan melatih kita memandang dengan luas dan menyembuhkan kita
dari sifat Akuisme dan Aku sentrimisme. Ini berhubungan erat pula dengan
“Spesialisasi”

dalam

ilmu

pengetahuan

yang

membatasi

lapangan


penyelidikan orang sampai satu aspek tertentu dari pada keseluruhan itu. Hal
inilah dalam ilmu pengetahuan memang perlu akan tetapi sering membawa
kita kepada kepicikan dalam pandangan, Sehingga melupakan apa saja yang

tidak termasuk lapangan penyelidikan itu sendiri, Sifat ini sangat merugikan
perkembangan manusia sebagai keutuhan maka obatnya yang paling manjur
ialah “pelajaran filsafat”
4. Agar menjadi orang yang dapat berpikir sendiri. Dengan latihan akal yang di
berikan dalam filsafat kita harus menjadi orang yang sungguh-sungguh
“berdiri sendiri” / mandiri terutama dalam lapangan kerohanian, mempunyai
pendapat sendiri. Jika perlu dapat dipertahankan pula menyempurnakan ara
kita berpikir, hingga dapat bersikap kritis, melainkan mencari kebenaran
dalam apa yang dikatakan orang baik dalam buku-buku maupun dalam surat –
surat kabar dan lain –lain.
5. Mendalami unsur-unsur pokok ilmu, sehingga secara menyeluruh kita dapat
memahami sumber, hakikat dan tujuan ilmu.
6. Memahami sejarah pertumbuhan, perkembangan, dan kemajuan ilmu di
berbagai bidang, sehingga kita dapat gambaran tentang proses ilmu
kontemporer secara histories.

7. Menjadi pedoman bagi para dosen dan mahasiswa dalam mendalami studi di
perguruan tinggi, terutama untuk membedakan persoalan yang alamiah dan
non-alamiah.
8. Mendorong pada calon ilmuan dan iluman untuk konsisten dalam mendalami
ilmu dan mengembangkanya.
9. Mempertegas bahwa dalam persoalan sumber dan tujuan antara ilmu dan
agama tidak ada pertentangan.