PENERAPAN STRATEGI KOMPENSASI DAN METAKO

ISSN 2337-6384

Jurnal Pendidikan Volume 1 Nomor 4, Agustus

2013

PENERAPAN STRATEGI KOMPENSASI DAN METAKOGNISI DALAM BELAJAR
BERCERITA PENGALAMAN PRIBADI SISWA KELAS III MI
Oka Narulita
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Malang
ABSTRAK: Bagi sebagian orang berbicara merupakan hal yang cukup rumit,
terlebih jika kegiatan berbicara tersebut dilakukan di depan khalayak umum.
Pengetahuan akan kosakata tentu dituntut lebih, agar apa yang disampaikan
dapat diterima dengan baik. Namun pada kenyataannya, tingkat pengetahuan
setiap orang tentang kosakata berbeda, hal ini yang menyebabkan informasi
yang disampaikan sedikit terhambat. Untuk mengatasi masalah ini dapat
diterapkan strategi kompensasi dan metakognisi, yaitu strategi komunikasi
yang dapat mempermudah seseorang menyampaikan maksud yang diinginkan.
Tujuan penelitian ini adalah memperoleh deskripsi objektif tentang penerapan
strategi kompensasi dan metakognisi dan belajar bercerita pengalaman pribadi
siswa kelas III MI Hidayatul Mubtadiin Patokpicis Wajak Malang. Penelitian

ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian kelas. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, baik
guru maupun siswa tidak terlepas dari penarapan strategi kompensasi dan
metakognisi yang dapat memudahkan/melancarkan proses komunikasi.
Kata-kata kunci: strategi kompensasi, strategi metakognisi, bercerita,
pengalaman pribadi
Dalam kehidupan, manusia tidak
dapat lepas dari komunikasi, terutama
komunikasi
verbal,
yaitu
berbicara.
Berbicara dianggap sebagai cara yang paling
murah untuk menyampaikan pesan atau
maksud. Selain itu, kelebihan dari berbicara
adalah apabila terjadi kesalahan dapat
dibenarkan pada saat itu juga. Namun untuk
dapat berbicara dengan baik, tidak banyak
orang
dapat

melakukannya
karena
keterbatasan
pengetahuan
kosakata.
Sedangkan kelancaran dalam komunikasi
diharapkan dapat terjalin dengan baik.
Bagi sebagian orang, berbicara
merupakan hal yang cukup rumit, terlebih

jika kegiatan berbicara tersebut dilakukan di
depan khalayak umum. Anggapan bahwa
berbicara
merupakan
kegiatan
yang
menuntut pengetahuan penguasaan kosakata
dan tidak adanya keberanian untuk
mengungkapkan
maksud

merupakan
kendala utama, terlebih jika kegiatan
berbicara tersebut dilakukan di depan
khayalak umum. Lain halnya jika berbicara
antar personal. Pengetahuan tentang
kosakata tidak dituntut lebih, yang ada
adalah bagaimana agar pesan yang
disampaikan dapat diterima pendengar
dengan baik tanpa memperhatikan susunan
bahasa.
84

ISSN 2337-6384

Para ahli bidang bahasa menyatakan
bahwa dalam berkomunikasi dengan bahasa
kedua yang sedang dipelajari, pembelajar
berusaha menggunakan berbagai cara atau
strategi untuk mencapai tujuan komunikasi
yang diinginkan. Strategi ini berperan

mengefektifkan komunikasi yang sedang
berlangsung. Adapun penyebab pembelajar
berusaha menggunakan berbagai cara atau
strategi untuk mencapai tujuan komunikasi
yang diinginkannya adalah ketika pembicara
bermaksud mengekspresikan idenya, namun
dihadapkan pada kesulitan yang disebabkan
oleh penggunaan bahasa kedua atau bahasa
sasaran yang belum disempurnakan, maka
secara otomatis pembicara menggunakan
teknik yang sistematis Tarone ( dalam
Suyipno, 2010 :4 ).
Strategi belajar merupakan langkahlangkah yang dilakukan pembelajar untuk
meningkatkan pembelajaran mereka sendiri.
Strategi pembelajaran digunakan pembelajar
untuk mencapai tujuan tertentu dan terwujud
dalam berbagai jenis.
Oxford (1990) mengklasifikasikan
strategi belajar menjadi dua kategori umum,
yaitu direct strategies (strategi langsung)

dan indirect strategies (strategi tidak
langsung). Strategi belajar dikatakan
langsung apabila jika dalam penerapannya
melibatkan penggunaan bahasa target secara
langsung dan strategi belajar dikatakan tidak
langsung apabila dalam penerapannya tidak
berkenaan
secara
langsung
dengan
penggunaan bahasa target. Strategi langsung
terdiri dari tiga kategori strategi, yaitu
strategi memory (ingatan), cognitive
(kognitif), dan compensation (kompensasi).
Sedangkan strategi tidak langsung juga
terdiri dari tiga kategori, yaitu strategi
metacognitive
(metakognitif),
affective
(afektif), dan social (sosial).

Strategi belajar merupakan langkahlangkah yang dilakukan pembelajar untuk
meningkatkan pembelajaran mereka sendiri.
Strategi pembelajaran digunakan pembelajar
untuk mencapai tujuan tertentu dan terwujud
dalam berbagai jenis. Penggunaan strategi
ini tampak pada tindakan-tindakan atau
perilaku-perilaku khusus yang dilakukan

Jurnal Pendidikan Volume 1 Nomor 4, Agustus

2013

pembelajar
untuk
meningkatkan
kemampuan bahasanya, misalnya dengan
cara meniru, mengulang-ulang, berpindah ke
dalam bahasa lain, memperbaiki tuturan,
meminta klarifikasi, dan lain-lain. Sebagai
contoh, seorang siswa meminta temannya

mengklarifikasi pernyataan yang kurang
disenangi tentang dirinya. Tindakantindakan ini dapat diamati dalam perilaku
berbahasa anak pada saat berinteraksi pada
mitra tuturnya. Menurut Oxford (1990)
perilaku tersebut dipengaruhi oleh beberapa
karakteristik umum, seperti perkembangan
usia, kemampuan bahasa, dan kondisi
psikologis pembalajar bahasa.
Ketiga rangkaian strategi membantu
para pembelajar mempertemukan perhatian
dan kekuatan pada tugas-tugas, kegiatankegiatan, keterampilan atau meterialmaterial tertentu. Menurut Oxford (1990:6)
penggunaan dari strategi ini memberikan
suatu fokus pada pembelajaran bahasa:
1) Pemandangan umum dan penghubungan
dengan material yang telah diketahui.
Strategi ini dapat diselesaikan dengan
banyak cara yang berbeda, tetapi
seringkali
lebih
membantu

jika
mengikuti tiga langkah: mempelajari
mengapa suatu kegiatan dilakukan,
membangun kosakata yang diperlukan,
dan membuat asosiasi/hubungan.
2) Memperhatikan
Terlebih dahulu memusatkan untuk
memperhatikan secara umum tugastugas
pembelajaran
bahasa
dan
mengabaikan pengalih perhatian, dan
memperhatikan tugas-tugas tertentu dari
bahasa
atau
terhadap
kejelasan
berdasarkan situasi.
3) Menunda penghasilan pembicaraan
untuk memfokuskan pada pendengaran.

Terlebih dahulu memutuskan untuk
menunda penghasilan pembicaraan di
dalam bahasa baru baik secara total atau
sebagian,
sampai
keterampilan
pemahaman pendengaran dikembangkan
dengan lebih baik.
Menyusun
Pembelajaran

dan

Merencanakan
2

ISSN 2337-6384

Rangkaian ini berisi enam strategi,
semuanya membantu pembelajar mengatur

dan merencanakan untuk mendapatkan hasil
yang lebih dari pembelajaran bahasa.
1) Mencari tahu bagaimana pembelajaran
bahasa.
Berusaha mencari tahu dengan membaca
buku-buku dan berbicara dengan orang
lain, dan kemudian menggunakan
iinformasi
ini untuk membantu
meningkatkan pembelajaran bahasa
seseorang.
2) Mengatur.
Memahami dan menggunakan kondisi
yang terkait dengan pembelajaran yang
optimal dari bahasa baru, mengatur
jadwal seseorang, lingkungan fisik, dan
buku catatan pembelajaran bahasa.
3) Menentukan sasaran dan tujuan.
Menentukan target untuk pembelajaran
bahasa, termasuk tujuan jangka penjang

(seperti menjadi mampu menggunakan
bahasa di dalam percakapan informal
pada akhir tahun) atau tujuan jangka
pendek (seperti menyelesaikan membaca
sebuah cerita pendek sebelum hari
jumat).
4) Mengidentifikasi maksud dari suatu
tugas bahasa.
Memutuskan maksud dari bahasa
tertentu.
5) Merencanakan tugas bahasa.
Merencanakan
elemen-elemen
dan
fungsi bahasa yang diperlukan dalam
mengantisipasi tugas atau situasi bahasa.
Strategi ini meliputi empat langkah:
menjabarkan
tugas
atau
situasi,
menentukan persyaratan, memerikasa
sumber-sumber
linguistik
milik
seseorang, dan menentukan elemen
bahasa atau fungsi tambahan yang
diperlukan untuk tugas atau situasi.
6) Mencari kesempatan praktik.
Mencari atau menciptakan kesempatan
untuk mempraktikkan bahasa baru di
dalam situasi yang dialami. Berpikir di
dalam bahasa baru dengan penuh

Jurnal Pendidikan Volume 1 Nomor 4, Agustus

2013

kesadaran juga memberikan kesempatan
praktik.
Mengevaluasi Pembelajaran
Di dalam rangkaian ini ada dua
strategi terkait, keduanya membantu para
pembelajar dalam memeriksa kinerja bahasa
mereka. Strategi yang satu meliputi
mencatat dan belajar dari kesalahan, dan
strategi
lainnya
berkaitan
dengan
pengevaluasian
perkembangan
yang
keseluruhan.
1) Pengawasan diri.
Mengidentifikasikan kesalahan di dalam
pemahaman atau penghasilan bahasa
baru. Menentukan manakah yang
penting, melacak sumber dari kesalahan
yang
penting,
dan
mencoba
menghilangkan kesalahan seperti itu.
2) Pengevaluasian diri.
Mengevaluasi perkembangan seseorang
di dalam bahasa baru, sebagai contoh
dengan memeriksa untuk mengetahui
apakah seseorang membaca dengan lebih
cepat dan memahami lebih dari 1 bulan
atau 6 bulan yang lalu, atau apakah
seseorang memahami dengan prosentase
yang lebih besar untuk tiap percakapan.
Berdasarkan
pengamatan
yang
dilakukan peneliti terhadap pembelajaran
bahasa Indonesia kelas III Madrasah
Ibtidaiyah Hidayatul Mubtadiin Patokpicis
Wajak Malang tahun ajaran 2012/2013 pada
aspek berbicara, diperoleh informasi
mengenai model yang digunakan oleh guru
dalam menyampaikan materi kurang
memberikan respon terhadap siswa. Hal ini
dibuktikan dengan hasil penilaian siswa
pada aspek berbicara tidak sesuai dengan
apa yang diharapkan, yaitu siswa mampu
mencapai kompetensi yang diinginkan. Oleh
karena itu, strategi kompensasi dan
metakognisi digunakan peneliti agar dapat
membantu siswa dalam berkomunikasi
seperti memilih topik, menyesuaikan atau
mengkloning pesan, mengkloning kata, dan
sebagainya, terutama pada aspek berbicara.
METODE
3

ISSN 2337-6384

Jenis penelitian ini adalah Penelitian
Kelas. Penelitian kelas adalah penelitian
pembelajaran di dalam kelas untuk
perbaikan. Penelitian kelas itu ada tiga fase.
Fase pertama, dalam fase ini, peneliti
membuat persiapan pengajaran sekaligus
membuat kesepakatan dengan guru bidang
studi mengenai apa-apa yang akan
diungkapkan dalam penelitian itu. Fase
kedua, guru mengajar mengenai kejadian
selama mengajar mengenai hal yang
disepakati sebelumnya, sebaiknya gunakan
juga rekaman, tidak hanya dicatat. Fase
ketiga, mendiskusikan hasil observasi
mengenai
kejadian-kejadian
selama
mengajar dan berkenaan dengan apa yang
telah disepakati sebelumnya pada fase
persiapan. Dalam fase ketiga ini mungkin
ditemukan hal-hal yang belum baik sehingga
diperlukan perlakuan ulang. Bila demikian
dapat dilakukan penelitian putaran kedua.
Strategi kompensasi ialah strategi
belajar yang sangat bermanfaat bagi
pembelajar yang sedang belajar sedikit
tentang bahasa kedua. Terkadang, dengan
keterbatasan kosakata dan pengetahuan
tentang bahasa kedua, pembelajar akan
panik, tidak dapat bicara atau bahkan sering
sekali melihat kamus untuk memastikan kata
yang tepat. Dengan strtaegi belajar
kompensasi, pembelajar bahasa kedua dapat
menggunakan strategi menerka kata atau
tata bahasa dan juga dapat menggunakan
bantuan, bahasa tubuh, menghindari topik
pembicaraan yang tidak dikuasai, dan juga
dapat menggunakan persamaan kata.Berikut
ini sistem kerja strategi kompensasi: (1)
menebak dengan cerdas yang meliputi: (a)
menggunakan petunjuk linguistik, dan (b)
menggunakan petunjuk lain, (2) melebihi
batas dalam bicara dan menulis yang
meliputi: (a) kembali ke topik asal, (b)
menerima bantuan, (c) menggunakan tiruan
atau isyarat, (d) menghindari komunikasi
sebagian atau total, (e) memilih topik, (f)
mengatur atau menduga pesan, (g)
memperkaya perbendaharaan kata,dan (h)
menggunakan perbendaharaan kata yang
memiliki persamaan atau perlawanan arti:
sinonim atau antonim.

Jurnal Pendidikan Volume 1 Nomor 4, Agustus

2013

Strategi metakognisi adalah strategi
tidak langsung belajar bahasa kedua.
Strategi ini menekankan akan pentingnya
pembelajar untuk memusatkan konsentrasi
belajar
bahasa,
menyusun,
dan
merencanakan
belajar
bahasa,
dan
mengevaluasi cara belajar bahasa tersebut.
Pada dasarnya strategi metakognitif
bertujuan untuk memperbolehkan pelajar
untuk mengontrol pengetahuan mereka
sendiri.
Metakognitif
mementingkan
learning how to learn, yaitu belajar
bagaimana harusnya belajar. Metakognitif
merupakan istilah umum yang berarti
“berpikir tentang berpikir”. Strategi ini
membuat para peserta didik menyadari
proses membaca dan memecahkan masalah.
Mereka akan menjadi lebih menyadari
keterampilan-keterampilan yang diperlukan
untuk memenuhi situasi belajar tertentu.
Pada dasarnya strategi kompensasi
bertujuan untuk memperbolehkan peserta
didik untuk menggunakan bahasa mereka
walaupun sering besar terjadi kesenjangan
pengetahuan. Rebecca L. dalam bukunya
“Language
Learning
Strategies”
menjelaskan strategi-strategi yang dapat
dilakukan untuk mewujudkan sistem strategi
tidak
langsung,
khususnya
strategi
metakognitif (metacognitive strategies).
Dalam strategi memprioritaskan kegiatan
belajar, hal-hal yang perlu diperhatikan ialah
terlalu melihat dan menghubungkan dengan
hal-hal yang sudah diketahui, menghargai
perhatian, menunda produksi pembicaraan
untuk
memusatkan
pikiran
dalam
mendengarkan. (Mekarsari, 2009)
Dalam strategi ini, mengatur dan
merencanakan kegiatan belajar, merupakan
hal-hal yang perlu diperhatikan ialah
menemukan tentang belajar bahasa secara
luas, menyelenggarakan, menetapkan citacita dan tujuan, mengenali maksud tugas
bahasa
(bermaksud
mendengarkan/
membaca/ berbicara/ menulis), bersiap-siap
merencanakan sebuah tugas bahasa,
meminta kesempatan latihan. Strategi
selanjutnya ialah melakukan evaluasi. Hal
itu dapat dilakukan dengan adanya usaha
4

ISSN 2337-6384

untuk mengamati diri sendiri dan menilai
diri sendiri.
Penelitian ini dimulai dengan studi
pendahuluan. Studi pendahuluan dilakukan
sebagai tahap awal untuk mengetahui
permasalahan yang dihadapi guru dan siswa
berkaitan dengan strategi belajar belajar
bercerita pengalaman pribadi siswa kelas III
MI Hidayatul Mubtadiin Patokpicis Wajak
Malang.
Berdasarkan hasil observasi awal,
peneliti melakukan rancangan tindakan
meliputi:
(1)
menyusun
rancangan
pembelajaran, (2) menyusun instrument
penelitian, (3) melakukan komunikasi
dengan guru bahasa Indonesia kelas III agar
pemberian tindakan benar-benar berjalan
sesuai harapan.
Pada tahap pelaksanaan, rancangan
pembelajaran yang telah disusun peneliti
bersama guru dilaksanakan di kelas.
Mekanisme pembelajaran berbicara yang
diterapkan pada tahap pelaksanaan adalah:
(1) peneliti menginstruksikan pada siswa
untuk menceritakan pengalaman pribadi
yang akan diceritakan dengan tema bebas
(berlibur ke rumah nenek, pergi ke kebun
binatang, mengunjungi tempat pemandian,
dsb), (2) dengan alokasi waktu lima menit,
siswa diperkenankan mengingat kembali
pengalaman yang pernah dirasakan, (3)
setelah alokasi waktu habis, sesuai dengan
nomor urut presensi siswa, meskipun
berkelompok
siswa
menceritakan
pengalaman pribadi, (4) siswa dengan
langkah yang pasti menuju depan kelas, (5)
siswa
memberikan
salam
dan
menyampaikan maksud keberadaannya di
depan kelas, (6) siswa menceritakan
pengalaman pribadi dengan percaya diri
sampai semua siswa memiliki kesempatan
untuk bercerita. Menceritakan pengalaman
pribadi harus dengan suara yang keras
namun masih dalam batas yang wajar.
Gunakan intonasi, tekanan, dan ekspresi
yang baik serta gunakanlah bahasa yang
baik dan sopan, dan (7) siswa mengakhiri
penampilan dengan mengucapkan kata
terima kasih dan salam penutup.

Jurnal Pendidikan Volume 1 Nomor 4, Agustus

2013

Pada tahap pelaksanaan, peneliti
berada dalam area penelitian. Kehadiran
peneliti sebagai instrumen kunci. Kehadiran
peneliti diperlukan untuk mendapatkan data
yang akurat dan pada akhirnya menjadi
pelopor keberhasilan penelitian. Pengamatan
yang dilakukan peneliti bertujuan untuk
mencatat kejadian-kejadian yang berkaitan
dengan belajar bercerita pengalaman
pribadi, baik yang berkaitan dengan siswa
maupun guru. Hasil pengamatan tersebut
dijadikan dasar untuk tahap penilaian.
Pada
tahap
penilaian,
hasil
pengamatan dilapangan dideskripsikan yang
mengarah pada pola piker induktif, yaitu
suatu proses berfikir bertolak dari suatu
fenomena
kemudian
menarik
suatu
kesimpulan.
Sumber data penelitian ini adalah
siswa dan guru dalam kegiatan proses
belajar
mengajar
belajar
bercerita
pengalaman
pribadi
dengan
mengimplementasikan strategi kompensasi
dan metakognisi yang berlangsung di kelas
III MI Hidayatul Mubtadiin Patokpicis
Wajak Malang. Sumber data siswa yaitu
tuturan siswa kelas III MI Hidayatul
Mubtadiin Patokpicis Wajak Malang.
Sumber data guru yaitu guru Bahasa
Indonesia sekaligus guru kelas yang
mengajar di kelas III MI Hidayatul
Mubtadiin Patokpicis Wajak Malang.
Teknik pengumpulan data yang
dialkukan peneliti (1) observasi, (2)
wawancara, dan (3) dokumentasi. Observasi
dilakukan dengan cara sistematis, yaitu
observasi yang dilakukan pengamat dengan
menggunakan pedoman sebagai instrument
penelitian. Wawancara dilakukan kepada
guru
Bahasa
Indonesia
kelas
III.
Dokumentasi diambil dalam penelitian ini
berupa silabus yang berasal dari sekolah
yang bersangkutan serta RPP yang dibuat
oleh penliti. Peneliti menggunakan checklist yaitu daftar variabel yang akan
dikumpulkan datanya. Dalam hal ini peneliti
tinggal memberikan tanda pada setiap
pemunculan gejala yang dimaksud.
Analisis data ditafsirkan secara lugas
dan sesuai dengan fakta yang diperoleh.
5

ISSN 2337-6384

Analisis data dilakukan secara berulangulang selama dan sesudah pengumpulan
data. Menurut Huberman dan Miles
(2008:16) analisis terdiri dari tiga alur
kegiatan yang terjadi secara bersamaan,
yaitu reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan/verifikasi data.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Menurut Miles dan Hubermen dalam
Rahmad Sahid (2011), mengemukakan
bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif
dilakukan secara interaktif dan berlangsung
secara terus menerus sampai tuntas,
sehingga datanya jenuh. Ukuran kejenuhan
data ditandai dengan tidak diperolehnya lagi
data atau informasi baru. Aktivitas dalam
analisis meliputi reduksi data (data
reduction), penyajian data (data display)
serta penarikan kesimpulan dan verifikasi
(conclusion drawing/verification).
Sebelum melakukan penelitian,
peneliti melakukan studi pendahuluan
berkaitan
dengan
belajar
bercerita
pengalaman pribadi. Studi pendahuluan
terhadap siswa menunjukkan bahwa
berbicara
merupakan
keterampilan
berbahasa yang tidak disukai. Siswa lebih
suka menulis daripada bercerita karena
menulis dianggap keterampilan paling
mudah mengungkapkan maksud tanpa harus
bersusah payah befikir mencari kosakata
yang tepat untuk menyampaikan maksud,
selain itu juga rasa malu menghadapi orang
banyak bukanlah hal mudah untuk dihadapi.
Kemampuan siswa secara umum
dalam bercerita khususnya bercerita pribadi
masih
sangat
kurang.
Sebelum
diterapkannya strategi kompensasi dan
metakognisi, banyak siswa terlihat canggung
dan kesusahan untuk menyampaikan
maksud. Hal ini juga berpengaruh terhadap
susunan kosakata yang diucapkan. Kalimat
menjadi tidak teratur dan maksud yang
disampaikan kurang tepat diterima dengan
baik.
Setelah peneliti mendapatkan data
awal. Peneliti mendiskusikan dengan guru
Bahasa Indonesia strategi yang tepat untuk
mengatasi masalah tersebut. Strategi yang

Jurnal Pendidikan Volume 1 Nomor 4, Agustus

2013

dipilih adalah strategi kompensasi dan
metakognisi yang dapat memberikan
kesempatan kepada siswa untuk melibatkan
dirinya secara langsung, yaitu menyusun dan
merencanakan pembelajaran serta dapat
mengevaluasi diri sendiri.
Perencanaan pembelajaran berbicara
ini disusun dan disajikan dalam waktu 4x35
menit (dua kali pertemuan), dengan dibagi
menjadi tiga kegiatan yaitu kegiatan awal,
inti dan akhir. Sedangkan SK yang diambil
adalah Mengungkapkan pikiran, perasaan,
pengalaman, dan petunjuk dengan bercerita
dan memberikan tanggapan/ saran. KD yang
ingin dicapai adalah
Menceritakan
pengalaman yang mengesankan dengan
menggunakan kalimat yang runtut dan
mudah dipahami. Penggunaan model
pengintegrasian strategi kompensasi dan
metakognisi dalam pembelajaran berbicara
BI diharapkan dapat mencapai kompetensi
dasar. Rencana kegiatan pembelajaran
dalam penelitian ini dilaksanakan untuk
mencapai tujuan pembelajaran yaitu (1)
Siswa dapat menganalisis cerita pengalaman
pribadi yang di ceritakan di depan kelas, (2)
Siswa dapat bercerita dengan menggunakan
kalimat yang runtut dan mudah dipahami,
(3) Siswa dapat memberikan komentar
terhadap pengalaman yang diceritakan.
Materi
pembelajaran
yang
direncanakan
adalah
menceritakan
pengalaman pribadi yang ditampilkan
dengan kata-kata sendiri di depan temantemannya dengan mengaplikasikan strategi
kompensasi
dan
metakognisi
dalam
pembelajaran.
Rencana pembelajaran pada kegiatan
awal yang dilakukan adalah sebagai berikut.
1) Mengecek kehadiran dan menanyakan
kabar siswa dengan kata-kata yang
menarik
disertai
contoh
cerita
pengalaman pribadi.
2) Siswa
berfikir sejenak mengenai
pengalamannya, kemudian guru bertanya
dengan beberapa pertanyaan sebagai
berikut.
1) Apakah kalian pernah bercerita di
depan kelas?
2) Apa saja kendala yang kalian
6

ISSN 2337-6384

hadapi?
3) Bagaimana
caranya
mengatasi
kendala/hambatan tersebut?
3)
Guru menginformasikan tujuan
pembelajaran.
4) Siswa diberi pengarahan dan gambaran
tentang manfaat bercerita, terutama
bercerita di depan kelas.
Dalam kegiatan pembuka ini, peneliti
berusaha menggali pengetahuan siswa serta
membangkitkan motivasi siswa agar berani
berbicara di depan kelas. Adapun rencana
pembelajaran pada kegiatan inti yang
dilakukan peneliti adalah sebagai berikut.
1) Guru menjelaskan konsep bercerita di
depan umum, dalam hal ini yaitu teman
sekelas.
2) Siswa dibagi menjadi 6 kelompok
berdasarkan teman sebangku, dengan
jumlah anggota masing-masing terdiri
atas 5 siswa. Dengan kelompok kecil ini,
diharapkan semua siswa mampu bercerita
tanpa
mengandalkan
teman
sekelompoknya. Karena sistem penilaian
adalah per individu.
3) Guru
menjelaskan
langkah-langkah
menceritakan
pengalaman
pribadi
berdasarkan pengaplikasian beberapa
komponen strategi kompensasi dan
metakognisi. Adapun hal-hal yang dapat
digunakan dalam mengatasi hambatan
berbicara (Strategi Kompensasi dan
Metakognisi) yang digunakan peneliti
adalah sebagai berikut.
 Strategi Kompensasi yang digunakan:
a) Berganti pada logat asli (bahasa
ibu)
b) Menyesuaikan
atau
memperkirakan pesan (sesuai
situasi dan kondisi mitratutur)
c) Menggunakan
mimik
atau
gerakan
tangan
(untuk
meyakinkan mitratutur)
d) Mencari bantuan (meminta
bantuan
dengan
mitratutur
sehingga pembicaraan menjadi
multi arah)
 Strategi Metakognisi yang digunakan:
a) Memberi perhatian terhadap
pokok bahasan

Jurnal Pendidikan Volume 1 Nomor 4, Agustus

2013

b) Merencanakan untuk tugas bahasa
c) Mencari kesempatan latihan
d) Mengevaluasi diri terhadap proses
dan hasil belajar
4) Setiap kelompok tampil menceritakan
tokoh yang diidolakan secara lisan di
depan kelas, dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
 Ucapkanlah salam.
 Sebutkan nama anggota kelompok
dengan jelas dan lantang
 Mulai bercerita dengan tema yang
telah
disepakati
dengan
menggunakan bahasa yang runtut
dan mudah dipahami.
 Jika terjadi kesalahan ataupun lupa,
siswa harus mampu mengatasinya
dengan
menggunakan
strategi
kompensasi sehingga kesalahan
tersebut tidak tampak. Sebelum
siswa maju untuk bercerita, siswa
harus
menerapkan
strategi
metakognisi agar dapat mengatasi
hambatan berbicara nantinya.
 Setelah selesai bercerita, siswa yang
belum atau sudah maju dapat
mengomentari cerita yang telah
diceritakan.
Dalam kegiatan inti ini, siswa
diusahakan mampu berbicara di depan kelas
dengan
baik
dan
jelas.
Sehingga
pengaplikasian strategi kompensasi dan
metakognisi
menjadi
efektif
dalam
mendukung kemahiran berbicara bahasa
Indonesia.
Adapun perencanaan dalam kegiatan
penutup adalah sebagai berikut.
1) Siswa dan guru membahas hambatanhambatan dalam berbicara
2) Siswa dan guru membahas efektivitas
penggunaan strategi kompensasi dan
metakognisi yang diaplikasikan.
3) Guru membuat rencana tindak lanjut
untuk pertemuan kedua.
4) Guru menutup pembelajaran dengan
mengucapkan salam serta memberikan
motivasi.
5) Semua berdoa untuk mengakhiri
pelajaran.
7

ISSN 2337-6384

Dalam pelaksanaan pembelajaran,
peneliti mengacu pada RPP dengan
pengaplikasian strategi kompensasi dan
metakognisi yang telah disusun oleh peneliti
yang diamati oleh teman sejawat. Selain itu,
peneliti juga mempertimbangkan data hasil
wawancara dan observasi pelaksanaan
pembelajaran di lapangan dan pengelolaan
pembelajaran guru di kelas serta perolehan
nilai yang dimiliki siswa.
Dalam pelaksanaan pembelajaran,
kegiatan yang dilakukan peneliti dan siswa
telah sesuai dengan RPP yang telah disusun.
Pengaplikasian strategi kompensasi dan
metakognisi sangat mendukung efektivitas
pembelajaran berbicara, tentunya berbeda
jauh dengan pretest yang diberikan
sebelumnya. Berikut penjelasan dari proses
pelaksanaan
pembelajaran
dan
pengaplikasian strategi kompensasi dan
metakognisi.
Pada kegiatan awal, guru berusaha
membangkit minat belajar siswa dengan
menggunakan kata-kata yang menarik dan
berubah-ubah pada saat mengecek kehadiran
siswa, sehingga siswa menjadi lebih tenang
dan tidak tegang. Mengecek kehadiran dan
menanyakan kabar siswa dengan kata-kata
yang mudah dipahami dan berubah-ubah.
Selanjutnya, siswa diminta berfikir sejenak
mengenai konsep bercerita pengalaman
pribadi, lalu terjadi tanya jawab antar guru
dengan siswa dan antarsiswa dengan
beberapa pertanyaan sebagai berikut.(1)
Apakah kalian sudah pernah mencoba
bercerita di depan kelas; (2) Apa saja
kendala yang kalian hadapi; dan (3)
Bagaimana
caranya
mengatasi
kendala/hambatan tersebut. Setelah itu, guru
menginformasikan tujuan pembelajaran
serta manfaat-manfaat berbicara di depan
umum.
Dalam kegiatan pembuka, peneliti
lebih memfokuskan untuk besikap seramah
mungkin agar siswa merasa nyaman dan
tidak tegang. Peneliti juga berusaha
menggali motivasi siswa agar mereka
memiliki semangat belajar sehingga pikiran
mereka fokus pada pelajaran serta
memperdalam pemahaman siswa terhadap

Jurnal Pendidikan Volume 1 Nomor 4, Agustus

2013

materi yang dipelajari.
Pada kegiatan inti, guru (peneliti)
menjelaskan konsep bercerita di depan
umum, dalam hal ini yaitu teman sekelas.
Kemudian siswa dibagi menjadi 6 kelompok
masing-masing
berjumlah
5
siswa
berdasarkan teman sebangku. Dengan
kelompok kecil ini, diharapkan semua siswa
mampu bercerita tanpa mengandalkan teman
sekelompoknya. Karena sistem penilaian
adalah per individu. Selanjutnya, guru
menjelaskan langkah-langkah menceritakan
pengalaman
pribadi
berdasarkan
pengaplikasian beberapa komponen strategi
kompensasi dan metakognisi. Setiap
kelompok tampil menceritakan pengalaman
pribadi secara lisan di depan kelas dengan
percaya diri dan penuh semangat. Pada
kegiatan inti ini lebih difokuskan agar semua
siswa mampu berbicara dengan lancar tanpa
terikat dengan aturan bahasa baku yakni
mengaplikasikan stategi kompensasi dan
metakognisi.
Pada kegiatan akhir, siswa dan guru
membahas
hambatan-hambatan
dalam
berbicara serta cara mengatasinya dengan
menggunakan strategi kompensasi dan
metakognisi. Kemudian, siswa dan guru
membahas efektivitas penggunaan stategi
kompensasi
dan
metakognisi
yang
diaplikasikan. Di akhir jam pelajaran, guru
menjelaskan rencana tindak lanjut untuk
pertemuan kedua, siswa harus latihan di
rumah agar kelompok yang belum tampil
dapat tampil dengan lebih baik lagi. Guru
menutup
pembelajaran
dengan
mengucapkan salam serta memberikan
motivasi. Sebagai penutup, siswa dan
berdoa untuk mengakhiri pelajaran.
Menurut Wahyuni (2008: 6)
penilaian dapat diartikan suatu proses
membandingkan hasil pengukuran dengan
patokkan/kriteria/norma tertentu. Menilai
berarti mengambil keputusan terhadap
sesuatu dengan ukuran baik dan buruk.
Dalam suatu penilaian pembelajaran
diperlukan berbagai kriteria atau parameter
tertentu sehingga hasil penilaian tersebut
empiris. Hasil penilaian tersebut untuk
selanjutnya digunakan sebagai dasar rencana
8

ISSN 2337-6384

tindak lanjut. Dengan tujuan utama penilaian
(evaluasi) hasil belajar adalah pengambilan
keputusan dan hasil evaluasi tersebut dapat
dipertanggungjawabkan. Penilaian hasil
belajar dengan model pengaplikasian
strategi kompensasi dan metakognisi dalam
pembelajaran berbicara bahasa Indonesia
siswa kelas III MI Hidayatul Mubtadiin
menggunakan penilaian proses yang
dilakukan
terhadap
siswa
selama
pembelajaran berlangsung serta penilaian
hasil penampilan berbicara siswa dengan
mengaplikasian strategi kompensasi dan
metakognisis.
Penilaian proses yang dilakukan
terhadap siswa selama pembelajaran
berlangsung dapat dideskripsikan pada awal
pembelajaran, sebagian besar siswa kurang
merespon apa yang disampaikan guru. Hal
ini terlihat belum adanya persiapan siswa
menerima materi yang diberikan. Namun
tidak lama kemudian situasi kelas dapat
dikuasai, sehingga susana kelas menjadi
kondusif. Untuk menarik perhatian siswa,
guru menggunakan bahasa ibu sebagai
pengantar pembelajaran. Kriteria penilaian
proses yang dilakukan terhadap siswa
meliputi kesungguhan, inisiatif, kerjasama,
dan keaktifan. Sedangkan penilaian hasil
penampilan
berbicara
siswa
dengan
mengaplikasikan strategi kompensasi dan
metakognisi ditentukan dengan komponen
amsing-masing strategi. Pada strategi
kompensasai komponen yang menajdi
indikator diantaranya berganti pada logat
asli (bahasa ibu), mencari bantuan,
menggunakan mimik atau gerakan tangan,
dan menyesuaikan atau memperkirakan
pesan. Sedangkan strategi metakognisi
komponen
yang
menajdi
indikator
diantaranya memberi perhatian terhadap
pokok bahasan, merencanakan untuk tugas
bahasa, mencari kesempatan praktek/latihan,
serta mengevaluasi proses dan hasil belajar.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil analisis data dapat
disimpulkan bahwa penarapan strategi
kompensasai dan metakognisi dapat
membantu pembelajar dan guru mengatasi

Jurnal Pendidikan Volume 1 Nomor 4, Agustus

2013

permasalahan berkomunikasi. Penerapan
strategi ini dilakukan guna guru pada saat
awal, inti, dan akhir pembelajaran. Bahkan
untuk menarik perhatian dan minat siswa,
guru tidak segan menggunakan bahasa ibu
(bahasa Jawa). Begitu juga dengan siswa,
siswa sama sekali tidak merasa canggung
berkomuniaksi menggunakan bahasa ibu
ketika
mengalami
hambtan
untuk
menyampaikan maksud, susana kelas
menjadi lebih hidup, jika dibandingkan
siswa
menggunakan
bahasa
target.
Penggunaan bahasa yang sedang dipelajari
siswa membuat siswa canggung, bingung,
dan malu jika terjadi kesalahan dalam
menyampaikan maksudnya.
Berkaitan dengan hasil penelitian ini,
maka
hasil
penelitian
ini
layak
dipertimbangkan untuk dijadikan sebagai
bahan acuan bagi guru bahasa Indonesia di
MI dalam materi berbicara, khususnya di MI
Hidayatul Mubtadiin Patok picis Wajak
Malang, dan sebagai pertimbangan untuk
menggunakan strategi kompensasi dan
metakognisi ini pada keterampilan lain,
seperti menyimak, membaca dan menulis.
Bagi peneliti lain, diharapkan agar
mengembangkan
penelitian
mengenai
strategi kompensasi dan metakognisi untuk
meningkatkan kompetensi bahasa yang lain
seperti menyimak, membaca, dan menulis
dengan harapan memperoleh temuan dan
kajian baru mengenai penggunaan strategi
kompensasi
dan
metakognisi
untuk
pembelajaran
berbicara
siswa
serta
melakukan pengembangan-pengembangan
yang lebih baik.
DAFTAR RUJUKAN
Wahyuni,
Sri.
2010.
Perencanaan
Pembelajaran Bahasa Indonesia.
Malang:
Universitas
Islam
Malang.
Arikunto, Suharsimi Edisi Revisi. 2010.
Prosedur Penelitian. Jakarta:
Rineka Cipta.
Miles, Matthew B. dan Huberman. 2009.
Analisis Data Kualitatif . Jakarta: UI
PRESS.
Oxford, R. L. 1990. Language Learning
9

ISSN 2337-6384

Strategies: What Every teacher
Should
know.
New
York:
Newbury House Publishers.
Mekarsari, Dwi Octaria.2009. Strategi
Pembelajaran Bahasa Teori

Jurnal Pendidikan Volume 1 Nomor 4, Agustus

2013

Belajar Bahasa (TBB) (Online),
www.tugasgcg.blogspot.com
diaksese 12 Oktober 2012

10