Penyebaran islam ke asia tenggara

MAKALAH
PENYEBARAN ISLAM
KE ASIA TENGGARA
Di ajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan nilai
pada mata kuliah Sejarah Kebudayaan Islam

Oleh :
Nurul Fatmah (103400038)

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM
FAKULTAS USHULUDDIN DAKWAH DAN ADAB
IAIN SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN
2014/2015

A. Penyebaran Islam Secara Damai Dan Kekeluargaan
Penyebaran agama islam dilakukan dengan damai dan menyesuaikan diri dengan adat
istiadat penduduk tanpa paksaaan dan kekerasan. Kepandaian mubaligh islam menyesuaikan
diri dalam tokoh ajaran yang akan disampaikan dan tingkah laku mereka, menyebabkan
agama islam mudah di terima, disamping agama islam memberi harga diri sesama bangsa,
tiada perbedaan antara si kaya dan si miskin, si kuat dan si lemah, dan yang berpangkat
dengan rakyat jelata. Rakyat kecil yang dalam agama hindu dimasukan dalam golongan

rendah, menyambut gembira terhadap agama islam. Raja-raja banyak yang mudah menerima
dakwah islam, karena pertimbangan politik. Mereka takut kehilangan pendukung dari rakyat
kecil yang sudah banyak masuk islam.
Penyebaran agama islam berjalan terus dari daerah ke daerah lain. Sehingga dalam
waktu yang sangat pendek, agama islam sudah merata ke seluruh daerah indonesia. Agama
hindu dan budha semakin terdesak, lebih-lebih pada saat kemunduran kerajaan majapahit dan
kerajaan-kerajaan lain mudah berdiri.
B. Tumbuhnya Kerajaan-Kerajaan Islam
Agama islam yang semakin berkembang, mampu mendirikan kerajaan islam
disamudra pasai pada tahun 1292 M dibawah seorang raja al malikus saleh. Kerajaan islam
samudera pasai ada pengaruh dari kerajaan mamalik di mesir atau setidaknya ada hubungan
erat antara keduanya. Persamaan nama dan gelar yang dipakai tidak jauh beda dengan gelar
yang dipakai di mesir. Gelar Al Malikus Saleh dan Malikuz Zahir, raja pertama dan kedua
pasai, sama dengan gelar yang di pakai oleh raja malik mesir.
Kerajaan pasai mengalami perkembangan pesat di masa pemerinahan Al Malikuz
Zahir II tahun 1326 – 1348M. Al Malikuz Zahir mendalami ilmu agama. Ia banyak
melakukan kegiatan-kegiatan untuk memajukan agama. Ibnu batutah, seorang ahli bumi
muslim, pernah melawat ke pasai tahun 764H/1345M, memberi kesan bahwa pasai saat itu
sudah maju, baik di bidang agama maupun tatanan sosial. Pasai sebagai pusat kegiatan ilmu
agama yang bermahzab syafi’i dan merupakan kota bandar besar untuk singgah kapal-kapal

negara lain.
Kemunduran pasai setelah diinggalkan Al Malikuz Zahir II dan digantikan oleh
Zainal Abidin, karena mendapat serangan dari syiam, majapahit dan aceh dalam (nakur).
Meskipun demikian, penyebaran agama masih giat dilakukan ke daerah-daerah sekitarnya,
seperti Minangkabaw, Siakkampar dan lainnya.

Di Jawa, agama islam mengalami perkembangan pesat di masa kemunduruan
kerajaan majapahit. Penyebarannya di lakukan oleh para wali yang tergabung dalam anggota
wali sembilan, yaitu maulana malik ibrahim, Sunan Ampel, S. Bonang, S. Giri, S. Derajat, S.
Kalijaga, S. Kudus, S. Muria, dan Sunan Gunung Jati. Wali sembilan berdakwah kepada
rakyat seusia dengan baka dan keahlian yang mereka miliki.
Maulana Malik Ibrahim menyebarkan agama dengan cara mendekati pergaulan anak
negeri, budi bahasa yang lembut, penuh ramah tamah sera ketinggian akhlak. Beliau tidak
menentang tajam terhadap kepercayaan penduduk asli serta adat istiadat yang berlaku dalam
masyarakat.

Dibukanya pondok pesantren untuk mendidik dan mencetak kader-kader

mubaligh di masa mendatang.
Sunan Ampel berdakwah di daerah ampeldenta, membuka pondok pesantren sebagai

tempat mendidik pemuda islam agar menjadi kader islam terdidik yang di kemudian hari
disebarkan diseluruh pelosok.
Sunan Giri mendapat gelar ainul yaqin karena kecerdasan akalnya, seorang ahli
mendidik, berjiwa demokratis. Telah banyak permainan dan nyanyian anak-anak yang
mengandung pendidikan islam, misalanya jelungan, jamuran, gendi, gerit, jor, guka ganti,
cublak suweng, ilir-ilir dan lainnya.
Sunan Derajat, seorang wali yang berjiwa sosial dan dermawan. Beliau
mengembangakn agama islam dengan tidak segan-segan memberikan pertolongan kepada
penderitaan umum, seperti membantu yatim piatu, orang sakit, fakir miskin dan lainnya.
Sunan Kalijaga, seorang wali yang berjiwa besar, filosuf dan pujangga. Beliau
termasuk rezende mubaligh (mubaligh keliling). Beliau menyirkan agama islam melalui
cerita-cerita wayang yang sudah banyak dimasuki ajaran agama, disesuaikan dengan
kegemaran masyarakat pada masa itu. Saai itu, mayaraka masih teguh memegang ajaran
hindu dan budha, masih sukar terhadap pertunjukan wayang dan mendengarkan gamelan.
Cara ini sangat berbeda dengan yang di lakukan sunan kudus.
Sunan Kudus, mengembangkan agama disekitar Kudus dengan cara mengkikis habis
pengaruh-pengaruh hindu. Sedangkan Sunan Muria menyebarkan agama di sekitar G. Muria,
sebelah Utara Kudus (18 Km dari Kudus) dengan memberikan kursus kepada rakyat jelata.
Beliau lebih suka hidup jauh dari kota dan bergaul dengan rakyat kecil atau desa.
Sunan Bonang menyebarkan agama islam dengan mendirikan pondok pesantren

sebagai mendidik kader-kader islam yang militan. Beliau menciptakan Gending Durma serta
mengganti nama-nama hari nahas menurut kepercayaan hindu dengan nama Nabi dan
malaikat untuk lebih mendekatkan diri dengan ajaran islam. Sedangkan Sunan Gunung Jati

seorang wali yang menyebarkan agama islam di daerah Jawa Barat. Berasal dari pasai.
Seorang wali yang pandai perang dan berasil menguasai sunda kelapa dari serangan Portugis
tahun 1527 M. Kemudian nama Sunda Kelapa digantinya dengan nama Jayakarta (Jakarta)
yang berarti kota kemenangan.
Wali sembilan mendirikan kerajaan islam yang berpusat di demak. Sultan pertama
yang diangkat adalah raden fatah. Kemajuan umat islam sudah mendirikan beberapa kerajaan
di Banten, Cirebon, Panjang, Mataram dan lainnya.
Selain kerajaan islam Samudara Pasai, di Sumatra juga berdiri kerajaan islam Aceh.
Ketika kerajaan malaka pada masa pemerintahan Ali Mahmud Syah di pukul Portugis, raja
Ibrahim yang bergelar Sultan Ali Mughayat Syah berhasil menyatukan seluruh daerah Aceh
tahun 1507. Kerajaan islam Aceh ini, berturut-turut dipimpin oleh Sultan Ali Mughayat Syah
(1507-1522). Sultan Shalahuddin (1522-1537), Sultan Ala’udin Ri’yat Syah (1537-1568),
Sultan Husin (1568-1575). Ketika Sultan Husin wafat, putranya baru berumur 4 bulan, dan
terpaksa dinobatkan sebagai raja dengan gelar sultan muda. Tetapi baru tiga bulan
dinobatkan, iapun meninggal pada umur 7 bulan. Maka, muncullah Sultan Ala Udin Mashur
Syah, yakni putra Sultan Alaudin Mashur Syah yang menjadi Raja Perak dan pernah

ditaklukan kerajaan islam Aceh oleh Sulan Husin. Sultan Alaudin Mashur Syah dikawinkan
dengan putri Sultan Ala’udin Ri’yat Syah yang bernama Indra Ratna. Sultan ini wafat
dibunuh oleh megat merah, wali negeri Aru, ketika sedang istirahat dalam perjalannanya
menuju Johor dari kekuasaan Portugis.
C. Pengaruh Islam Terhadap Peradaban Bangsa Indonesia
1. Peradaban dan Agama Masyarakat Indonesia Sebelum Kedatangan Islam
Berdasarkan letak geografis, tanah air Indonesia merupakan daerah kawasan Asia
Tenggara. Daerah yang merupakan kepulauan Asia Tenggara, terdiri atas negara-negara
diantaranya Philipina, Malaysia, Singapura dan Indonesia.
Peradaban bangsa indonesia dan malaka telah menganal jaman sejarah, yakni jaman
dimana mereka telah mengenal tulisan. Jaman ini adalah atas pengaruh agama hindu dan
budha yang mengenal huruf pallala. Pengaruh ini berlangsung antara tahun 1400-1478,
bahwa masuknya hinduisme membawa perubahan besar, yaitu kedudukan raja yang semua
atas pemilihan “primusintertares’ berubah menjadi sistem dinasti berdasarkan hukum kata.
Sistenm ini memang menguntungkan bagi raja-raja. Dan inilah salah satu faktor mengapa
agama hindu berkembang lewa jalan atas, yaiu istana. Raja dianggap sebagai keturuanan
dewa.

2. Pengaruh islam terhadap peradaban bangsa indonesia dan perkembangannya
Perkembangan islam di indonesia membawa pengaruh yang sangat besar, sehingga tidak

di rasa kebudayaan dan peradaban di indonesia banyak yang berasal dari islam.
Masuknya pengaruh islam ke kebudayaan nasional meliputi, bahasa, nama, adat istiadat
dan kesenian.
-

Pengaruh bahasa dan nama
Bahasa indonesia banyak dipengaruhi islam, berasal dari bahasa arab. Karena sering
dipergunakannya pada pembicaraan ini, surat kabar dan lain-lainnya, soleh-olah
bahasa tersebut sudah menjadi bahasa indonesia. Disamping pula karena memang
belum ada dalam bahasa indonesia. Sebagai contoh, kata “perlu” berasal dari fardu
“musawarah” berasalah dari musyawarah, “ihlas” dari ikhlas. Ada juga yang berasal
dari bahasa arab yang tidak mengalami perubahan ejaannya, misalnya kata wajib,
majalah, dan lainnya.

-

Pengaruh adat istiadat
Adat istiadat bangsa indonesia yang dari pengaruh ajaran agama islam, tidak saja
orang islam yang melakukan, tetapi oerang lainpun banyak yang melakukan, seolaholah sudah menjadi milk bangsa indonesia sendiri.


-

Pengaruh kesenian
Pengaruh kesenian ini yang menyolok pada kesenian lagu-lagu kosidah dimana
pada syairnya bernafaskan ajaran-ajaran agama. Lagu-lagu kosidah itu diiringi
dengan musik rebana. Memukul rebana dengan irama yang teratur disertai bacaan
memuji allah, sering dilakukan masyarakat indonesia pada upacara perkawinan,
maulidiyah, khitanan dan lainnya.
Seni baca al-qur’an dan musyabaqoh tilawatil qur’an diselenggarakan tiap tahun dari
tingkat anak sampai dewasa. Diadakan penyelesaian atau penyaringan pada
daerahnya masing-masing untuk diajukan ke tingkat yang lebih atas. Musyabaqoh
tilawatil qur’an tingkat nasional diselenggarakan oleh pemerintah setiap dua tahun
sekali. Juara MTQ nasional diajukan ke tingkat inernasional.