3. Sampel cuplikan berbentuk cairan - PEMERIKSAAN KUALITATIF NAPZA
PEMERIKSAAN NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA DAN ALKOHOL SECARA KUALITATIF
A. Persiapan Sampel
1. Sampel berbentuk serbuk atau tablet
Satu tablet sampel (50 mg serbuk) larutkan dalam 10 mL metanol, bila perlu saring.
2. Sampel Ganja Tanaman ganja (Cannabis plant, Cannabis herba)
± 400 mg cuplikan yang telah diserbuk haluskan, masukkan ke dalam Erlenmeyer bertutup, tambah 10 ml petroleum eter atau toluen, dan kocok selama 1 jam, kemudian saring. Bila perlu tambahkan lagi pelarut hingga diperoleh volume 10 ml
Damar ganja (Cannabis resin)
± 100 mg damar ganja dalam mortir, gerus dengan ± 2 ml toluen sampai terbentuk pasta. Dengan bantuan 8 ml toluen masukkan ke dalam Erlenmeyer bertutup, kocok selama 1 jam dan saring.
Hasis (Hasis oil, Cannabis oil)
± 50 mg hasis larutkan dalam 10 ml toluen.
3. Sampel cuplikan berbentuk cairan
Ambil minimal 10 mL cairan, tanpa penambahan zat lain.
4. Spesimen darah/serum/plasma
Persiapan spesimen dengan cara ekstraksi adalah sebagai berikut :
a. Prinsip
Pemisahan/isolasi spesimen dengan pelarut organik pada pH tertentu dari zat-zat yang mengganggu berdasarkan dengan kelarutannya. Hasil ekstraksi disaring dan dikeringkan sehingga didapat residu yang dapat dianalisis.
b. Peralatan
1) Vortex mixer
2) Shaker
3) Sentrifus
4) Tapered tube
5) Corong pisah
6) Corong
7) Batang pengaduk
8) Penangas air
9) Sonikator 9) Sonikator
1) Pelarut organik (CHCl 3 )
2) Natrium sulfat anhidrat
3) Natrium hidroksida
4) Asam sulfat pekat
5) Buffer fosfat
6) Amonia
7) Natrium bikarbonat (NaHCO 3 )
d. Cara kerja
1) Ke dalam 4 mL spesimen tambahkan 2 mL buffer fosfat (pH 7,4) dan 40 mL kloroform (CHCl 3 ) kocok, kemudian tambahkan 2g Na 2 SO 4 anhidrat kocok kembali untuk menghasilkan masa yang padat.
2) Tuangkan CHCl 3 melalui saringan.
3) Ekstraksi kembali masa padat tersebut dalam 20 mL CHCl 3
campur kedua hasil ekstraksi fraksi CHCl 3 .
4) Simpan masa padat yang ada.
5) Apabila terdapat salisilat, fraksi CHCl 3 (fraksi A) ekstraksi dengan NaHCO 3 untuk menghilangkan salisilat yang dapat menghambat penentuan selanjutnya.
6) Pada fraksi CHCl 3 tambahkan 8 mL NaOH 0,45 M (setara dengan
2 kali volume spesimen yang diambil).
7) Kocok selama 2 menit kemudian sentrifus. Larutan NaOH kemungkinan mengandung barbiturat dan senyawa asam lemah lainnya (fraksi B).
8) Cuci fraksi CHCl 3 dengan sedikit air, buang air cucian, keringkan fraksi CHCl 3 dengan Na 2 SO 4 anhidrat, uapkan sampai kering. Residu kemungkingan mengandung obat-obat netral dan beberapa obat yang bersifat basa (fraksi C) seperti klordiazepoksid, diazepam dan nitrazepam.
9) Apabila spesimen masih ada, basakan dengan larutan ammonia, lalu ekstraksi 2 kali, masing-masing dengan 10 mL CHCl 3 kemudian keringkan dengan Na 2 SO 4 anhidrat. Uapkan larutan sampai kering. Residu kemungkingan mengandung obat golongan basa (fraksi D).
10) Jika tidak tersedia sisa spesimen awal maka fraksi C yang telah diperiksa larutkan dengan CHCl 3 dan ekstraksi dengan H 2 SO 4 0,5 M. Tambahkan ekstrak ke masa padat H 2 SO 4 pada butir 3 di atas. Basakan dengan larutan ammonia, ekstraksi 2 kali dengan 10 mL CHCl 3.
Keringkan dengan Na 2 SO 4 anhidrat, kemudian uapkan sampai kering.
Residu kemungkinan mengandung obat golongan basa
(fraksi D).
Ekstraksi tersebut di atas dapat dilihat pada skema IV.I di bawah ini :
Skema IV.1 Ekstraksi Darah/Serum/Plasma
Spesimen
Spesimen (pH 7,4)
Ekstraksi dengan CHCl 3
CHCl 3 (bila ada salisilat
(Fraksi A)
Ekstraksi dengan NaHCO 3
Basakan dengan Ekstraksi dengan NaOH
Ekstraksi
Masa padat
Ekstraksi dengan
CHCl 3
Fraksi NaOH Fraksi CHCl 3 Fraksi CHCl 3
Asam lemah Obat netral
Obat Gol Basa
(Fraksi B) (Fraksi C)
(fraksi D)
5. Ekstraksi urin/cairan lambung
b. Prinsip
Pemisahan/isolasi spesimen dengan pelarut organik pada pH tertentu dari zat-zat yang mengganggu berdasarkan kelarutannya. Hasil ekstraksi disaring dan dikeringkan sehingga didapat residu yang dapat dianalisis.
c. Peralatan
1) Vortex mixer
2) Shaker
3) Sentrifus
4) Tapered tube
5) Corong pisah
6) Corong
7) Batang Pengaduk
8) Penangas air
9) Sonikator
d. Reagen
1) Pelarut organik (Eter)
2) Natrium sulfat anhidrat
3) Natrium hidroksida
4) Asam sulfat pekat
5) Asam tartrat atau asam fosfat
6) Amonium sulfat
7) Kloroforom (CHCl 3 )
e. Cara Kerja
1) Tambah 10 mL urin dengan asam fosfat atau asam tartrat untuk membuat pH = 3
2) Ekstraksi 2 kali, masing-masing dengan 30 mL eter, campur hasil ekstraksi.
3) Cuci dengan 5 mL air dan tambahkan air cucian ke dalam spesimen
4) Simpan fraksi air untuk ekstraksi selanjutnya
5) Fraksi eter di atas ekstraksikan dengan 5 mL larutan natrium bikarbonat jenuh
6) Fraksi eter ekstraksi kembali dengan 5 mL NaOH 0,45 N dan simpan sebagian hasil ekstraksi untuk pemeriksaan barbiturat dan beberapa substansi asam lemah lainnya, misalnya klordiazepoksid
(Fraksi B)
Sebagian lain dari fraksi eter di atas dicuci kembali dengan air, saring hasil cucian dan tambahkan dengan Na 2 SO 4 anhidrat, uapkan sampai kering.
Residu kemungkinan mengandung obat-obat netral (Fraksi C)
7) Fraksi air pada butir 3) tambah dengan amonia untuk membuat pH = 8
8) Ekstraksi sebanyak 2 kali masing-masing dengan 10 mL CHCl 3
9) Cuci campuran ekstrak fraksi CHCl 3 dengan air, kemudian saring dan tambahkan dengan sedikit asam tartrat untuk menghindari hilangnya zat-zat yang mudah menguap.
10) Uapkan sampai kering, residu kemungkinan mengandung antara lain golongan benzodiazepin : klordiazepoksid, diazepam, nitrazepam (Fraksi D).
Untuk ekstraksi cairan lambung dilakukan seperti ekstraksi pada urin dengan tambahan cara kerja spesimen yang akan diekstraksikan sebagai berikut :
Tambahkan ke dalam spesimen ammonium sulfat (padat berlebihan) bersama-sama dengan beberapa tetes asam fosfat
10 %, panaskan, kocok dan saring. Fitrat dilakukan seperti cara kerja di atas
Ekstraksi di atas dapat dilihat pada skema IV.2 di bawah ini :
Skema IV.2 Ekstraksi Cairan Lambung
Spesimen (pH 3)
Ekstraksi dengan eter
Fraksi eter
Fraksi air (pH 8)
Bikarbonat
Ekstraksi dengan As. Kuat
Ekstraksi dengan
Na. Bikarbonat
CHCl 3
(Fraksi A)
Fraksi eter diekstraksi
Fraksi CHcl 3
Dengan NaOH
Fraksi NaOH
(Fraksi D)
NaOH
Eter netral
Asam lemah
(Fraksi C)
(Fraksi B)
Isi dari Fraksi A, B, C dan D dapat dilihat pada table IV.1 di bawah ini :
Tabel IV.1 Isi dari Fraksi A, B, C dan D
Fraksi A
Fraksi B
Fraksi C
Fraksi D
Salisilat
Barbiturat
Kabromal Amitriptilin
Kloropropamid Klodiazepoksid Amfetamin
Glutimid Etklorvynol Parasetamol
Etinamet
Klordiazepoksid
Fenil Butazon Glutetimid Klorpromazin
Fenitoin Meprobamat Kodein
Metakualon Desipramin
Nitrazepam
Dekstroproposifen
Parasetamol Diazepam
Penazon Ergot Alkaloid Flurazepam Imipramin Isokarboksazid Metakualon
Metilamfetamin Morfin Nitrazepam
Notrifilin Orfenadrine Fenezlin Fenmetrazin Fentemin Kuinin
Bromazepam
Keterangan. : Nama obat yang hurufnya dicetak tebal yang dibahas dalam buku ini.
B. Pemeriksaan Skrining
Pemeriksaan pendahuluan (Screening Test) adalah pemeriksaan laboratorium sebagai upaya penyaring untuk mengetahui ada/tidaknya dan jenis obat yang menimbulkan efek toksis atau efek gangguan kesehatan. Pemeriksaan pendahuluan (ScreeningTest) dapat dilakukan dengan Card/Strip Test (untuk spesimen urin) dan Reaksi Warna (untuk sampel sediaan farmasi).
Penafsiran hasil
Analisis kualitatif dari sampel biologik akan memberikan informasi apakah subyek yang bersangkutan menggunakan obat terlarang atau tidak. Adanya metabolit menunjukkan bahwa zat/obat tersebut telah dikonsumsi dan termetabolisme dalam badan.
Pemeriksaan skrining positif berarti suatu obat/metabolitnya terdapat dalam urin sebanyak/lebih banyak dari batas deteksi alat. Pengeluaran dari badan dan konsentrasinya dalam urin bergantung pada faktor-faktor sebagai berikut : cara pemakaian, lama dan seringnya penggunaan, fungsi organ, kecepatan metabolisme obat, kondisi fisik dari subyek, umur, jenis kelamin, waktu pengambilan sampel, pengenceran dll.
1. Tes Immunoassay (Card/Strip Test)
a. Prinsip
Adanya zat tertentu dalam urin ditentukan secara Rapid Immunoassay (antigen-antibodi)
b. Alat
Pipet
c. Reagen
Card/Strip Test
d. Cara kerja
Siapkan Card/Strip Test untuk pemeriksaan masing-masing obat
1) Card Test
a) Teteskan 3 tetes spesimen urin pada lubang spesimen yang terdapat dalam masing-masing card test
b) Tunggu beberapa saat sesuai dengan petunjuk manual
2) Strip Test
a) Celupkan strip test ke dalam urin sampai batas yang ditentukan
b) Tunggu beberapa saat sesuai dengan petunjuk manual
e. Pembacaan hasil
1) Card Test
a) Hasil - (negatif) bila tampak 2 garis pada huruf C dan T
b) Hasil + (positif) bila tampak 1 garis pada huruf C
c) Atau sesuai petunjuk manualnya
2) Strip Test
a) Hasil - (negatif) bila tampak 2 garis pada huruf C dan T
b) Hasil + (positif) bila tampak 1 garis pada huruf C
c) Atau sesuai petunjuk manualnya
Pemilihan metode, peralatan serta reagen untuk skrining haruslah yang mempunyai batas deteksi sama atau lebih rendah dari batas deteksi/ cut off yang direkomendasikan pada Tabel IV.2 di bawah ini :
Tabel IV.2 Batas Deteksi Pemeriksaan Skrining
Jenis / golongan zat
Batas deteksi (ng/mL)
Kanabis 50 Kokain 300 Opiat 300 Metadon 300 Amfetamin 1000 Benzodiazepin 200 Methaqualone 300 Propoksifen 300 Barbiturat 200 Fensiklidin 25
Menurut UK Laboratory Guidelines for Legally Defensible Workplace Drug Testing dan SAMHSA (Substance Abuse and Mental Health Services Administration) dari Amerika Serikat.
• Pemeriksaan skrining yang memberikan hasil negatif tidak
dilanjutkan dengan pemeriksaan konfirmasi.
• Bila hasil pemeriksaan Card/Strip Test Positif belum menjamin
+ (positif) untuk spesimen yang diperiksa, pemeriksaan harus dilanjutkan dengan pemeriksaan Konfirmasi.
• Untuk pemeriksaan penyidikan/penegakan hukum, pemeriksaan
konfirmasi yang diakui adalah yang menggunakan metoda
GCMS/HPLC.
• Untuk menjaga mutu pemeriksaan setiap 10 kali pemeriksaan spesimen urin lakukan pemeriksaan minimal terdapat 1 kontrol urin positif dari jenis zat yang diperiksa dan kontrol negatif (blanko urin).
2. Reaksi warna
Pemeriksaan pendahuluan (Screening Test) dengan Reaksi Warna dapat dilakukan dengan beberapa metode sebagai berikut :
Untuk Golongan Narkotika dan Psikotropika
a. Metode Marquis
b. Metode Mecke
c. Metode Frohde
d. Metode Simon
e. Metode Bratton Marshall
f. Metoda Liebermann
g. Metode Fast Blue B
h. Tes Duquenois
Untuk pemeriksaan alkohol
a. Kalium bikromat
b. Mikrodifusi
c. Metanol
d. Aseton
Pemeriksaan hanya untuk mengarahkan kemungkinan jenis zat yang terdapat dalam sampel, sehingga hasilnya harus dilanjutkan dengan tes konfirmasi karena zat selain Narkoba juga mempunyai kemungkinan memberikan hasil yang sama (false positif).
Untuk golongan benzodiazepin reaksi warna tidak dianjurkan untuk dipakai karena jenis zat dalam golongan ini yang sangat beragam, pemeriksaan skrining yang dianjurkan adalah Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Zat yang digunakan untuk pereaksi harus dijaga mutunya untuk menjamin bahwa zat yang digunakan tidak mengalami dekomposisi, yang dapat merubah warnanya dan mengacaukan hasil pemeriksaan.
a. Metode Marquis
1) Prinsip
Pembentukan senyawa berwarna antara zat yang diperiksa dengan formaldehid dalam suasana asam sulfat pekat
2) Alat
a) Pipet tetes
b) Pipet
c) Vortex mixer
d) Sentrifus
3) Reagen
a) Pereaksi Marquis 8-10 tetes formaldehid 40 % diteteskan ke dalam 10 mL asam sulfat pekat
b) Eter
c) Natrium hidroksida (NaOH) 4 N
d) Etanol 95 %
4) Cara Kerja Untuk pemeriksaan urin
a) Masukkan 3 mL urin ke dalam tabung sentrifus
b) Tambahkan NaOH 4 N sampai pH 9-10
c) Ekstraksi dengan 5 mL eter, masukkan dalam vortex mixer dan sentrifus
d) Ekstrak eter pisahkan dan uapkan sampai kering
e) Residu larutkan dalam 1 mL etanol 95 % (secukupnya), keringkan lagi
f) Tambahkan 1 tetes larutan pereaksi
Untuk pemeriksaan sampel obat/makanan
Letakkan 1-2 mg sampel bubuk/1-2 tetes bila berbentuk cairan ke dalam lekukan plat tetes, tambahkan pereaksi, tak lebih dari 3 tetes.
5) Pembacaan Hasil
Tabel IV.3
Hasil Tes Warna Metode Marquis
Zat kimia
unguÆabu-abu/ungu Morphine
Heroin ungu (purple violet) hijau tua
unguÆabu-abu/ungu
ungu (purple violet) hijau tua
Codeine
ungu (purple violet) hijau/biru
Biru/hijau
6 acetylmorphine ungu (purple violet) hijau tua
Kuning/hijau
Acetylcodeine ungu (purple violet) hijau tua
Ungu, warna memucat
Papaverine tidak berwarna
biru tua
Hijau muda
Noscapine kuning terang
hijau/biru
Merah cherry
Diazepam jingga
Nitrazepam,
kuning (setelah
Bromazepam,
didiamkan Lorazepam dan semalam
Klordiazepoksid
Amphetamin dan oranyeÆcoklat
untuk membedakan amfetamin dan metamfetamin metamfetamin gunakan pereaksi Simon.
b. Metode Mecke
1) Prinsip
Pembentukan senyawa berwarna antara zat yang diperiksa dengan asam selenius dalam suasana asam sulfat pekat
2) Alat
a) Pipet tetes
b) Pipet
c) Vortex mixer (untuk urin)
d) Sentrifus(untuk urin)
3) Reagen
a) Pereaksi Mecke : 0,25 gram asam selenius larutkan dalam
25 mL asam sulfat pekat panas
b) Eter (untuk urin)
c) Natrium hidroksida (NaOH) 4 N (untuk urin)
d) Etanol 95 % (untuk urin).
4) Cara kerja
Lihat Metode Marquis
5) Pembacaan Hasil
Lihat Metode Marquis
c. Metode Frohde
1) Prinsip
Pembentukan senyawa berwarna antara zat yang diperiksa dengan asam molibdat/natrium molibdat dalam suasana asam sulfat pekat
2) Alat
a) Pipet tetes
b) Pipet
c) Vortex mixer (untuk urin)
d) Sentrifus(untuk urin)
3) Reagen
a) Pereaksi Frohde : 1,0 gram asam molibdat/natrium molibdat larutkan dalam 100 mL asam sulfat pekat panas, larutan akhir haruslah tak berwarna
b) Eter (untuk urin)
c) Natrium hidroksida (NaOH) 4 N (untuk urin)
d) Etanol 95 % (untuk urin).
4) Cara Kerja
Lihat Metode Marquis
5) Pembacaan Hasil
Lihat Metode Marquis
Tabel IV.4
Hasil Tes Warna Reagen Frohde
Warna Senyawa
Kuning Hidrokodon, petidin Biru kekuningan
Oksikodon HCL
Oranye Difenhidramin, flurazepam, promazin Hijau Trifluoperazine, triflupromazine, klorfentermin, kodein, meskalin, oksikodon, feniltoloxamin
Hijau kekuningan
LSD
Biru Pentazocin Merah
Amfetamin, klorpromazin HCl Meah keabuan
Propoksifen HCl
Merah keunguan Alimemazine, diasetilmorfin, promethazin, propilhexadrin, asam salisilat, tetrasiklin, thioridazine
Coklat Efedrin, meskalin Coklat kemerahan
Doxepin HCl
Hitam kecoklatan
Opium
Hitam kehijauan
MDMA HCl
d) Metode Simon
1) Prinsip
Pembentukan senyawa berwarna antara zat yang diperiksa dengan Reagen Simon dalam suasana basa
2) Alat
a) Pipet tetes
b) Pipet
c) Vortex mixer (untuk urin)
d) Sentrifus (untuk urin)
3) Reagen
a) Pelarut I = 20 % larutan sodium karbonat akuos Pelarut II = 50 % larutan asetaldehida etanolik Pelarut III = 1 % larutan sodium nitroprusida akuos
b) Eter (untuk urin)
c) Natrium hidroksida (NaOH) 4 N (untuk urin)
d) Etanol 95 % (untuk urin).
4) Cara Kerja
1) Untuk pemeriksaan urin lakukan dulu seperti pada metode Marquis, langkah a-e
2) Letakkan sejumlah kecil sampel pada lekukan plat tetes dan campurkan dengan larutan I satu tetes, lalu tambahkan 2 tetes larutan II, kemudian tambahkan beberapa tetes larutan III memberikan warna biru untuk metamfetamin dan amin sekunder lain. Amfetamin dan amin primer lain memberikan warna merah muda perlahan sampai merah cherry. Tes ini dapat membedakan amfetamin dan metamfetamin.
5) Pembacaan Hasil
Hasil akhir memberikan warna biru untuk metamfetamin dan amin sekunder lain. Amfetamin dan amin primer lain memberikan warna merah muda perlahan sampai merah cherry. Tes ini dapat membedakan amfetamin dan metamfetamin. Namun beberapa zat tambahan dapat memberikan negatif palsu.
Tabel IV. 5
Reaksi Warna Untuk Derivat Amfetamin
Senyawa Marquis Simon
Amfetamin Oranye cerahÆcoklat Coklat/NR PMA NRÆhijau terang
Merah muda terang* DMA HijauÆhijau tua
Merah muda suram*
DOB Hijau kekuninganÆhijau Merah muda terang* DOET Coklat kekuningan
Merah muda terang* STP Kuning
Merah muda terang* MDA
Merah muda terang* TMA
Hitam
Merah muda terang* MMDA Ungu
Merah oranye
Merah muda terang* MDMA Hitam
Biru tua Metamfetamin
Oranye/coklat merah
Biru tua
NR = no reaction/tidak bereaksi
* = warna reagen, dianggap negatif
e. Metode Bratton Marshall
1) Prinsip
Pembentukan senyawa berwarna violet dengan natrium nitrit dan asam sulfamat dalam suasana asam
2) Alat.
a) Tabung reaksi
b) Pipet tetes
3) Reagen
a) Asam sulfat (H 2 SO 4 ) 10 %
b) Natrium nitrit (NaNO 2 ) 0,1 % harus dibuat baru
c) Asam sulfamat 0,5 %
d) N-1 naftilendiamin dihidroklorid 0,1 %
4) Cara Kerja
a) Ke dalam tabung reaksi masukkan 4 mL urin
b) Tambahkan 1 tetes H 2 SO 4 10 % dan 1 tetes natrium nitrit 0,1 %
c) Biarkan selama 0,5 menit
d) Tambahkan 1 tetes larutan asam sulfamat 0,5 % dan biarkan 0,5 menit
e) Teteskan larutan N-1 naftilendiamin dihidroklorid 0,1 %
5) Pembacaan Hasil
Apabila terbentuk warna violet secara perlahan-lahan diduga spesimen mengandung Nitrazepam, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut (Konfirmasi Test).
f. Metode Liebermann
1) Prinsip
Sampel yang diperiksa setelah diekstraksi dengan eter pada pH 3-4 (HCl 2 N), bereaksi dengan NaNO 2 dalam suasana H 2 SO 4 pekat membentuk senyawa berwarna. Tes dilakukan untuk memberi warna jelas pada fenol.
2) Alat
a) Tabung reaksi
b) Sentrifus
c) Waterbath
d) Pipet tetes
e) Pipet ukur
3) Reagen
a) HCl 2 N
b) Eter
c) Pereaksi Liebermann
d) 1g NaNO 2 atau KNO 2 dalam 10 mL H 2 SO 4 pekat
4) Cara Kerja
a) Ke dalam tabung reaksi masukkan 2 mL urin kemudian tambahkan HCl 2 N sampai pH 3-4
b) Ekstraksi dengan 5 mL eter selama 15 menit
c) Kemudian sentrifus selama 5 menit
d) Keringkan ekstrak di waterbath
e) Residu yang didapat tambahkan 2-3 tetes pereaksi Liebermann
5) Pembacaan Hasil
Contoh pada tabel berikut (lengkapnya baca Clarke’s Analysis of Drugs and Poisons)
Warna Senyawa
MerahÆoranye Phenylmethylbarbituric acid Coklat Haloperidol Hitam Diamorfin/heroin
g. Metode Garam Fast Blue B (1)
1) Prinsip
Sampel diekstraksi dengan petroleum eter, kemudian direaksikan dengan Garam Fast Blue B membentuk senyawa berwarna
2) Alat
a) Kertas saring
b) Spatel
c) Pipet tetes
3) Reagen
a) Reagen padat : Garam Fast Blue B (di-o-anisidinetetrazolium klorida) encerkan Garam Fast Blue B dengan natrium sulfat anhidrous (1 :100)
b) Larutan I : Petroleum eter Larutan II : Larutan cair dari natrium bikarbonat 10 % (w/w)
4) Cara Kerja
a) Lipat 2 kertas saring menjadi seperempat, buka sebagian untuk membentuk corong
b) Letakkan sejumlah kecil bubuk tanaman kanabis atau resin atau
setetes kecil kanabis cair pada bagian tengah kertas sebelah atas
c) Tambahkan 2 tetes larutan 1
d) Biarkan cairan sampai menembus kertas sebelah bawah
e) Pisahkan kedua kertas saring
f) Buang kertas bagian atas dan biarkan kertas bagian bawah mengering
g) Tambahkan sejumlah kecil reagen padat pada kertas saring
bawah dan tambahkan 2 tetes larutan 2
5) Pembacaan Hasil
Warna noda merah keunguan pada bagian tengah kertas saring menunjukkan adanya kanabis, warna ini adalah kombinasi bermacam warna dari berbagai kanabinoid yang berbeda yang adalah komponen mayor dari kanabis; THC=merah, CBN = ungu, CBD = oranye.
Catatan :
1. Reagen padat berwarna putih/putih kekuningan saat baru dibuat. Simpan reagen dalam kantong plastik pada tempat kering dingin, dianjurkan di dalam freezer. Jika reagen terdekomposisi, ia akan berubah warna menjadi keabuan dan harus dibuang.
2. Fast Blue B bersifat potensial karsinogenik, dianjurkan menggantinya dengan dye Fast blue B.
3. Untuk meningkatkan spesifisitas tes, sangatlah penting untuk menggunakan materi yang diperiksa sesedikit mungkin, tak lebih dari ujung korek api dan menggunakan 2 kertas saring. Kertas saring sebelah atas yang dibuang sebelum terjadinya warna, mencegah ekstraksi kembali dyes yang ada pada materi tanaman sebelum mencapai kertas saring bawah dan menghasilkan reaksi positif palsu.
4. Larutan 2 menghasilkan kondisi basa yang akan meningkatkan intensitas reaksi warna antara kanabinoid dan garam Fast Blue
B.
g. Metode Garam Fast Blue B (2)
1) Prinsip
Sampel diekstraksi dengan kloroform, kemudian direaksikan dengan Garam Fast Blue B membentuk senyawa berwarna
2) Alat
a) Tabung reaksi
b) Spatel
c) Pipet tetes
d) Pipet ukur
3) Reagen
a) Reagen padat : Garam Fast Blue B (di-o-anisidinetetrazolium klorida) Encerkan Garam Fast Blue B dengan natrium sulfat anhidrous (2,5 :100)
b) Larutan I : Kloroform Larutan II : Larutan natrium hidroksida cair 0,1 N
4) Cara Kerja
a) Letakkan sejumlah kecil zat yang akan diperiksa dalam tabung reaksi
b) Tambahkan sedikit sekali reagen padat dan 1 mL larutan I
c) Kocok tabung selama 1 menit
d) Tambahkan 1 mL larutan II
e) Kocok tabung reaksi selama 2 menit
f) Tegakkan tabung rekasi selama 2 menit
5) Pembacaan Hasil
Warna, seperti pada metode I, pada lapisan cairan kloroform bagian bawah menunjukkan hasil positif. Warna dari lapisan atas diabaikan.
Catatan :
Perhatikan catatan di atas.
i. Tes Duquenois
1) Prinsip
Cuplikan bereaksi dengan asetaldehid/vanilin dalam suasana asam sehingga terjadi perubahan warna yang larut dalam kloroform.
2) Alat
a) Tabung reaksi
b) Pipet tetes
c) Vorteks Mixer
3) Reagen
a) Larutan I: Lima tetes asetaldehida dan 0,4 g vanilin dilarutkan dalam 20 mL etanol 95 %
b) Larutan II : Asam Hidroklorida pekat
c) Larutan III : Kloroform
Catatan
Larutan I harus disimpan dalam tempat gelap dan dingin, buang bila ada perubahan warna menjadi kuning tua
4) Cara kerja
a) Masukkan sedikit zat yang akan diperiksa ke dalam tabung reaksi
b) kocok dengan 2 mL larutan I selama 1 menit
c) tambahkan 2 mL larutan II, kocok campuran c) tambahkan 2 mL larutan II, kocok campuran
5) Pembacaan Hasil
Jika lapisan bagian bawah (kloroform) menjadi berwarna ungu violet, menunjukkan adanya produk kanabis.
j. Kalium Bikromat
1) Prinsip
Terbentuknya warna hijau hasil oksidasi antara etanol dalam spesimen urin dengan kalium bikromat dalam suasana asam.
2) Alat
a) Kertas saring Whatman (Glass-Fibre filter paper)
b) Tabung reaksi
c) Penangas air
3) Reagen
a) Larutan kalium bikromat (K 2 Cr 2 O 7 ) 2,5 %
b) Asam sulfat (H 2 SO 4 ) 50 %
4) Cara Kerja
a) Masukkan 5 mL spesimen urin dalam tabung reaksi, lalu tutup
b) Pada kertas saring teteskan K 2 Cr 2 O 7 tambahkan H 2 SO 4
c) Masukkan kertas saring tersebut dibagian atas leher tabung
d) Sumbat mulut tabung dengan gabus dan panaskan pada penangas air suhu 100° C selama 2 menit
5) Interpretasi Hasil
a) Perubahan warna dari kuning menjadi hijau menandakan alkohol positif.
b) Etanol memberikan reaksi positif bila kadarnya lebih dari
40 mg %.
k. Mikrodifusi
1) Prinsip
Di dalam tempat yang kedap, alkohol dalam spesimen urin akan menguap dan bereaksi dengan kalium bikromat dalam suasana asam sehingga terjadi perubahan warna.
2) Alat
a) Cawan Conway
b) Pipet ukur
3) Reagen
Kalium bikromat 0,5 g Kalium bikromat dalam 100 ml asam sulfat 60 %
4) Cara Kerja
a) Tempatkan spesimen di bagian tepi cawan sampai tertutup dasarnya
b) Tambahkan beberapa ml kalium bikromat di sekitar tempat spesimen tersebut.
c) Tutup rapat cawan tersebut dan inkubasi pada suhu 37° C selama 1 jam
5) Interpretasi Hasil
Warna kalium bikromat akan berubah dari kuning menjadi hijau selanjutnya menjadi biru.
l. Metanol
1) Prinsip
Terbentuknya warna hijau hasil oksidasi antara etanol dengan kalium bikromat dalam suasana asam.
3) Alat
a) Tabung reaksi
b) Pipet tetes
4) Reagen
a) Larutan kalium bikromat (K 2 Cr 2 O 7 ) 2,5 % dalam asam sulfat (H 2 SO 4 ) 50 %
b) Asam kromotropat
c) Etanol
4) Cara Kerja
1) Ke dalam 1 ml urin, tambahkan 1 tetes K 2 Cr 2 O 7 2,5 % dalam (H 2 SO 4 ) 50 %
2) Biarkan pada suhu kamar selama 5 menit
3) Tambahkan 1 tetes etanol dan beberapa mg asam kromotropat
4) Tambah H 2 SO 4 sehingga timbul suatu lapisan pada dasar tabung,
5) Interpretasi hasil
Warna ungu pada lapisan pemisah menunjukkan adanya metanol. Catatan : formaldehid akan memberikan reaksi positif pada uji ini.
m. Aseton (spesimen darah, urin dan cairan tubuh lain)
1) Prinsip
Terbentuknya warna violet
2) Alat
Tabung reaksi
3) Reagen
Tablet acetest (ames Co) atau produk lain yang sejenis
4) Cara Kerja
Teteskan beberapa tetes darah dan urin pada tablet acetest biarkan selama 1-10 menit
5) Interpretasi Hasil
Warna violet menandakan aseton positif, dengan sensitivitas reaksi = 100 ppm
3. Uji kelarutan /Anion tes
Prinsip : Menggunakan kelarutan dikombinasi dengan beberapa reaksi tertentu di mana hasilnya ditentukan dengan adanya presipitat/endapan.
Tes anion dapat dilakukan untuk sampel opiat dengan pengecualian opium mentah. Morfin biasa didapat dalam bentuk garam hidroklorida, garam sulfat, basa bebas, terkadang garam tartrat. Heroin biasa terdapat dalam bentuk basa bebas atau garam hidroklorida.
Basa Basa Heroin larut dalam CCl 4 , tetapi garam heroin jenis lain tidak larut sama sekali. Basa morfin tidak larut dalam air dan larut sedikit dalam benzene dan kloroform.
Garam hidroklorida Heroin hidroklorida larut dalam kloroform dan metilen klorida. Heroin tartrat, heroin sitrat dan klorida anorganik tidak larut dengan pelarut tersebut. Garam morfin pada dasarnya tidak larut dalam kloroform dan Garam hidroklorida Heroin hidroklorida larut dalam kloroform dan metilen klorida. Heroin tartrat, heroin sitrat dan klorida anorganik tidak larut dengan pelarut tersebut. Garam morfin pada dasarnya tidak larut dalam kloroform dan
Garam Sulfat Morfin sulfat larut dalam air. Ketika garam sulfar yang telah dicampur air direaksikan dengan larutan barium klorida terbentuk endapan putih yang tidak larut dalam HCl.
Garam Tartrat Heroin tartrat tidak larut dalam metilen klorida atau kloroform tetapi larut dalam metanol. Morfin tartrat larut dalam air sedangkan asam morfin tartrat hanya sedikit larut dalam air. Perak nitrat akan membentuk endapan putih ketika dicampur dengan larutan air bercampur asam tartarik bebas atau garam tartrat. Endapan larut dalam asam nitrit. Merah kongo akan memberikan hasil negatif dengan garam tartrat tetapi membentuk warna biru bila terdapat asam bebas (merah kongo akan memberikan hasil positif juga bila terdapat asam salisilat.)
Garam sitrat Heroin sitrat tidak larut dalam metilen klotida atau kloroform tetapi larut dalam metanol. Perak nitrat akan Perak nitrat akan membentuk endapan putih ketika dicampur dengan larutan air bercampur asam sitrat bebas atau garam sitrat. Endapan larut dalam asam nitrit. Asetik anhidrida dapat digunakan untuk pemeriksaan sitrat dan asam sitrat bebas. Pemeriksaan melibatkan penambahan 0,5 mL asetik anhidrida pada sedikit sampel
dalam tabung tes dan memanaskan tabung pada 80 O
C selama 10 menit.
Warna ungu akan terjadi bila terdapat garam sitrat dan asam sitrat bebas bersama amin tertier, misalnya heroin.
4. Analysis Melting Point/titik lebur
Analisis ini digunakan untuk raw material dalam bentuk serbuk, tablet maupun kristal yang telah dihomogenisasikan terlebih dahulu. Tes ini dapat membantu mengarahkan jenis sampel tersebut. Berikut merupakan data hasil melting poin beberapa senyawa yang tergolong narkotika dan psikotropika.
Tabel IV.6 Titik Lebur (Melting Point)
Senyawa Yang Tergolong Narkotika Dan Psikotropika
Melting Point No
( O C) Narkotika 1. Heroin
Nama Senyawa
Rumus molekul
Jenis
C 21 H 23 NO 5 Basa
229-233 2. Morfin
Hidroklorida
C 17 H 19 NO 3 Basa
C 18 H 21 NO 3 Basa
C 17 H 21 NO 4 Hidroklorida 195 Psikotropika 1. Amfetamin
C 9 H 13 N Basa 203-204 (d), 200-203 (d,l)
Sulfat Sulfat
300 (d), 280- 281 (d,l)
Fosfat
300 (d), 300 (d,l)
2. Metamfetamin
C 10 H 15 N Basa
208-210 (d), 210 (l), 209- 210 (d,l)
Hidroklorida
170-175 (d), 170-171 (l), 131-135 (d,l)
147-148 (3,4-metilendioksi metamfetamin)
3. MDMA C 11 H 15 NO 2 Hidroklorida
183-185 metilendioksi amfetamin)
4. MDA (3,4- C 10 H 13 NO 2 Hidroklorida
5. MMDA (3-metoksi- Hidroklorida 190-191 4,5-metilendioksi amfetamin
6. Diazepam
131-135 7. Alprazolam
C 16 H 13 C 1 N 2 O Basa
228-228,5 8. Bromazepam
C 17 H 13 C 1 N 4 Basa
237-238,5 9. Flunitrazepam
C 14 H 109 BrN 3 O Basa
166-167 10. Flurazepam
C 16 H 12 FN 3 O 3 Basa
77-82 Dihidroklorida 212 11. Nimetazepam
C 21 H 23 C 1 FN 3 O Basa
156,5-157,5 12 Nitrazepam
C 16 H 13 N 3 O 3 Basa
224-226 13. Oksazepam
C 15 H 11 N 3 O 3 Basa
204-206 14. Allobarbital
C 15 H 11 C 1 N 2 O 2 Basa
171-173 15. Pentobarbital
C 10 H 12 N 2 O 3 Basa
127-133 16. Fenobarbital
C 11 H 18 N 2 O 3 Basa
174-178 17. Sekobarbital
C 12 H 12 N 2 O 3 Basa
C 12 H 18 N 2 O 3 Basa
*sumber: Recommended Methods for Testing Manual for Use By National Narcotics Laboratories, United Nations 1989
5. Pemeriksaan fraksi-fraksi dengan metode pemeriksaan KLT
a. Prinsip
Residu hasil ekstraksi dielusi dengan eluen tertentu sehingga terbentuk noda (spot) dengan warna khas yang akan dibandingkan Rfnya berdasarkan perbandingan Rf spesimen terhadap Rf Standar.
b. Peralatan
1) Alat KLT
a) Plat KLT (20 x 20 cm, 10 x 10 cm, 10 x 5 cm)
b) Bejana Kromatografi
c) Pipa Kapiler, pipet mikro
d) Botol semprot sprayer
2) Oven
3) Lampu UV
4) pH meter
5) Sentrifus
c. Reagen
1) Eluen : dipilih salah satu dari berbagai campuran sistem eluen.
2) Larutan penampak noda : dipilih sesuai dengan hasil ekstrak dari spesimennya. Hasil ekstrak basa (spesimen darah/serum plasma) menggunakan salah satu reagen di bawah ini :
a) Mandelin’s Reagen
Larutan 0,59 g amonium vanadat dalam 1,5 mL akuades dan encerkan sampai 100 mL dengan H 2 SO 4 . Saring larutan dengan glass wool
b) Larutan asam iodoplatinat
Larutkan 0,25 g reagen platina klorida dan 5 g kalium iodida dalam 100 mL akuades, tambahkan 2 mL asam klorida. Campur baik-baik.
Hasil ekstrak asam dan netral (spesimen urin/cairan lambung) menggunakan salah satu reagen di bawah ini:
a) Merkuro nitrat
Ke dalam larutan merkuro nitrat tambah natrium bikarbonat sampai busa berhenti dan endapan berwarna kuning.
Endapan akan berubah warna menjadi warna biscuit vii) . Reagen disiapkan harus dalam keadaan segar, kocok sebelum
digunakan dan simpan tidak boleh lebih dari 1 jam.
b) Merkuri klorida-diphenilkarbason
3) Larutan standar : pilih sesuai dengan obat yang akan dideteksi.
d. Cara kerja
1) Ekstrak basa
a) Ekstrak dari fraksi B, C, D larutkan masing-masing pada 100 µL CHCl 3 . Buat larutan standar dari zat yang diduga. Kemudian ambil 10 µL larutan standar dan 25 µL larutan spesimen, totolkan dengan jarak 2 cm pada plat dengan menggunakan pipet kapiler (dalam satu plat dapat ditotolkan beberapa spesimen dan beberapa standar).
b) Plat setelah ditotolkan elusi dalam bejana menggunakan elusi sistem A, B atau C. - Sistem A : - Metanol
- Amonia pekat
- Sistem B : - Sikloheksan
- Sistem C : - kloroform
- Metanol
c) Keluarkan plat dari bejana elusi, kemudian plat dikeringkan sebelum disemprot dengan larutan penampak noda
d) Plat dapat dikeringkan pada suhu kamar atau pada oven dengan suhu 120° C selama 10 menit atau menggunakan udara panas dari blower.
e) Plat disemprot dengan penampak noda yang sesuai dengan table IV.7
f) Plat dikeringkan pada udara terbuka
2) Ekstrak asam dan netral
a) Ekstrak dari fraksi A, B, C larutkan masing-masing pada 100 µL CHCl 3 . Buat larutan standar dari zat yang diduga. Kemudian ambil 10 µL larutan standar dan 25 µL larutan spesimen, totolkan dengan jarak 2 cm pada plat dengan menggunakan pipet kapiler (dalam satu plat dapat ditotolkan beberapa spesimen dan beberapa standar)
b) Plate setelah ditotolkan dielusi dalam bejana elusi menggunakan elusi sistem D, E atau F. - Sistem D : - Chloroform
- Aseton
- Sistem E : - Etil Asetat
- Metanol
- Amonia pekat
- Sistem F : Etil Asetat
c) Keluarkan plat dari bejana elusi, kemudian plat keringkan semprot dengan larutan penampak noda.
d) Plat dapat dikeringkan pada suhu kamar/atau pada oven dengan suhu 120° C selama 10 menit atau menggunakan udara panas dari blower d) Plat dapat dikeringkan pada suhu kamar/atau pada oven dengan suhu 120° C selama 10 menit atau menggunakan udara panas dari blower
f) Plat dikeringkan pada udara terbuka
Tabel IV.7
Data Hasil KLT Untuk Hasil Ekstrak Dalam Suasana Basa
Nilai Rf dengan
Noda yang timbul dengan penampak noda
UV (350 nm)
Visible
Marprotiline
hijau Protriptyline
Nilai Rf dengan
Noda yang timbul dengan penampak noda
UV (350 nm)
Kuning (tengah berwarna violet)
- Chlorpheniramine 45 33 18 Violet
kekuning- kuningan
Methadone
48 61 20 pink (dikelilingi
warna abu-abu
48 43 30 Coklat (dikelilingi biru (dikelilingi
quenches biru
(redup) Chlorpromazine
warna biru)
warna violet)
49 49 35 violet (dikelilingi
pink
warna biru)
Promethazine 50 37 35 violet (dikelilingi pink
warna biru)
biru (kuat) Amitryptiline
kuning (ditengah berwarna violet)
Clomipramine
quenches Dothiepin
51 54 34 Violet
biru
51 50 42 merah (dikelilingi putih biru (redup)
warna biru)
(dikelilingi warna orange)
quenches Nicotine
54 20 35 Violet
biru
54 39 35 Coklat
Opipramol
Hijau Diphenhydramine 55 45 33 Violet Orphenadrine
54 06 22 Biru
kuning
biru Chlorprothixene
55 48 33 Violet
kuning
orange Cycclizine
56 51 51 Violet
pink
57 49 41 violet (dikelilingi
warna biru)
Mianserin
quenches Butriptyline
58 39 58 Biru
violet
abu-abu hijau Trimipramine
59 61 48 Pink
quenches Carbamazepine
hijau (teang)
(dikelilingi warna biru)
Pentazocine
abu-abu putih Dextropropoxyphen
61 15 12 Violet
abu-abu e Lignozaine*
* Lignocaine digunakan sebagai anastesi local pada kateter, spesimen urin bias terkontaminasi .
Tabel IV.8 Data Hasil KLT Untuk Hasil Ekstrak Dalam Suasana Asam dan Netral
Nilai Rf dengan
Larutan Penampak Noda
eluen Sistem
Senyawa
Merkuri klorid
Merkuri nitrat
DEF
diphenil
spray
carbazone
Primadone
+ Meprobamate* 09 60 34
- Parasetamol
+ Salicylamide
Phenytoin
Barbitone
+ Phenobarbitone 47 28 65
+ Cyclobarbitone 50 35 64
+ Butobarbiton
Heptabarbitone 50 30 65
+ Amylobarbitone 52 36 65
+ Pentabarbitone 55 45 66
+ Quinalbarbitone 56 44 68
+ Glutethimide+ 63 78 62
+ Methaqualone++ 63 -
- Phenylbutazone 78 66 68
6) Pembacaan hasil
• Bandingkan warna, bentuk noda (spot) dan nilai Rf hasil ekstrak dengan Standar. • Apabila dengan pemeriksaan fraksi metode KLT tersebut diatas, ternyata belum dapat dipastikan adanya jenis obat yang dicurigai maka dilanjutkan dengan pemeriksaan konfirmasi.
C. Pemeriksaan Konfirmasi
Pemeriksaan konfirmasi adalah suatu pemeriksaan lanjutan yang lebih akurat karena hasil yang dikeluarkan sudah definitif menunjukkan jenis zat narkotika psikotropika yang terkandung di dalam sampel tersebut. Pemeriksaan dilakukan apabila hasil pemeriksaan pendahuluan (screening test) memberi hasil positif.
Batas Deteksi Pemeriksaan Konfirmasi
Jenis / golongan zat Jenis zat Batas deteksi (ng/mL) Kanabis
Delta-9- Asam THC
Kokain Benzoylecgonine 150 Opiat Kodein
300 Morfin 300 6-MAM (Heroin) 10 Dihydrokodein 300
Metadon Metadon 250 EDDP 250 Amfetamin Amfetamin
500 Metil Amfetamin 500 MDA,MDMA,MDEA 200
Benzodiazepin Oxazepam 100 7-Amino Nitrazepam 100 Temazepam 100 Nordiazepam 100
Methaqualone Methaqualone 300 Propoksifen Propoksifen
300 Nor propoksifen 300 Barbiturat Barbiturat
150 Fensiklidin Fensiklidin
Menurut UK Laboratory Guidelines for Legally Defensible Workplace Drug Testing dan SAMHSA (Substance Abuse and Mental Health Services Administration) dari Amerika Serikat.
1. Pemeriksaan ganja dalam cuplikan
a. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
1) Prinsip
Sampel diekstraksi dengan metanol, elusi menggunakan eluen tertentu, sehingga terbentuk noda dengan Rf tertentu. Noda discanning dengan spektrodensitometer, sehingga terbentuk spektrum serapan sinar ultraviolet sebelum akhirnya noda pada pelat disemprot menggunakan penyemprot tertentu. Rf spektrum serapan sinar ultraviolet dan warna noda hasil penyemprotan dari sampel dibandingkan terhadap baku pembanding.
2) Alat
a) Peralatan kromatografi lapis tipis (KLT) terdiri dari : - Pipet kapiler - Plat KLT dilapisi silika gel berfluoresensi pada λ 254 nm
dengan ketebalan 0,25 mm - Tabung elusi (developing tank) - Lampu UV λ 254 nm
b) Spektrofotodensitometer
3) Reagen
a) Pelarut organik : toluen, petroleum eter, dietil eter, sikloheksan, diisopropil eter, dietilamin.
b) Larutan Sampel
Tanaman ganja (Cannabis plant, Cannabis herba) ± 400 mg cuplikan yang telah diserbuk haluskan, masukkan ke dalam Erlenmeyer bertutup, tambah 10 mLpetroleum eter atau toluen, dan kocok selama 1 jam, kemudian saring. Bila perlu
tambahkan lagi pelarut hingga diperoleh volume 10 mL (A 1 ) Damar ganja (Cannabis resin) ± 100 mg damar ganja dalam mortir, gerus dengan ± 2 mL toluen sampai terbentuk pasta. Dengan bantuan 8 mL toluen masukkan ke dalam Erlenmeyer bertutup, kocok selama 1 jam
dan saring (A 2 ).
Hasis (Hasis oil, Cannabis oil) ± 50 mg hasis larutkan dalam 10 mL toluen (A 3 ).
c) Larutan Baku Buat masing-masing larutan baku pembanding dalam metanol sebagai berikut :
- 9 ∆ tetrahidrokanabinol 0,5 mg/mL (B
- Kanabinol 0,5 mg/mL (B 2 ) - Kanabidiol 0,5 mg/mL (B 3 )
Alternatif lain : buat ekstrak dari tanaman ganja pembanding, damar ganja pembanding atau hasis pembanding yang disiapkan seperti larutan sampel.
d) Penampak noda Fast Blue B Penampak noda Fast Blue B
50 mg garam Fast Blue B kocok dalam 1 mL air, tambah 20 mL metanol, kocok kembali sehingga semua garam larut.
4) Cara Kerja
Larutan A, B 1 ,B 2 dan B 3 masing-masing ditotolkan pada pelat secara terpisah dan dilakukan kromatografi lapis tipis dengan kondisi sebagai berikut :
Fase diam : Silika gel GF 254 Fase gerak : 1. Toluen
2. Petroleum eter – dietil eter (80 : 20)
3. Sikloheksan–diisopropileter–dietilamin
Volume penotolan : 1. Larutan A dilakukan 2 kali penotolan masing-masing 20 µl dan 50 µL
2. Larutan B 1 ,B 2 dan B 3 masing-masing
10 µL
3. Apabila digunakan tanaman ganja pembanding, damar ganja pembanding atau hasis pembanding, masing-masing totokan 20 µL
Jarak rambat : 15 cm Penampak noda
: 1. Sinar ultraviolet λ 254 nm, noda
berwarna ungu
2. Larutan garam Fast Blue B, noda berwarna ungu kemerahan
Interpretasi Hasil :
Cuplikan mengandung ganja bila larutan A memberi harga Rf dan warna noda yang sama dengan harga Rf dan warna noda larutan
B 1 ,B 2 dan atau B 3 .
Catatan :
Gunakan salah satu fasa gerak yang tercantum dalam metode, fasa gerak yang lain gunakan sebagai konfirmasi.
b. Kromatografi Gas (KG)
1) Prinsip
Pemisahan sampel dari zat lain menggunakan kromatografi gas, kemudian deteksi dengan detektor menghasilkan spektrum dengan Pemisahan sampel dari zat lain menggunakan kromatografi gas, kemudian deteksi dengan detektor menghasilkan spektrum dengan
2) Alat
Kromatografi gas
3) Reagen
a) Pelarut toluen
b) Larutan sampel
Tanaman ganja (Cannabis plant, Cannabis herba)
± 400 mg cuplikan yang telah diserbukhaluskan, masukkan ke dalam Erlenmeyer bertutup, tambah 10 mL petroleum eter atau toluen, dan kocok selama 1 jam, kemudian saring. Bila perlu
tambahkan lagi pelarut hingga diperoleh volume 10 mL (A 1 )
Damar ganja (Cannabis resin)
± 100 mg damar ganja dalam mortir, gerus dengan ± 2 mL toluen sampai terbentuk pasta. Dengan bantuan 8 mL toluen masukkan ke dalam Erlenmeyer bertutup, kocok selama 1 jam
dan saring (A 2 ).
Hasis (Hasis oil, Cannabis oil)
± 50 mg hasis larutkan dalam 10 mL toluen (A 3 )
c) Larutan baku Buat masing-masing larutan baku pembanding dalam metanol sebagai berikut :
- 9 ∧ tetrahidrokanabinol 0,5 mg/mL (B
- Kanabinol 0,5 mg/mL (B 2 ) - Kanabidiol 0,5 mg/mL (B 3 )
Alternatif lain : buat ekstrak dari tanaman ganja pembanding, damar ganja pembanding atau hasis pembanding yang disiapkan seperti larutan sample
4) Cara Kerja
Suntikkan masing-masing larutan A 1 ,A 2 ,A 3 ,B 1 ,B 2 dan B 3 secara terpisah ke dalam kromatografi gas dengan kondisi sebagai berikut :
Kolom : Kaca, panjang 2 m, diameter dalam 2
mm, isi kolom 3 % OV-17 atau yang sesuai, ukuran isi kolom 80/100, kolom penyangga kromosorb.
Detektor : Ionisasi nyala (FID)
0 Suhu : 0 Detektor 280 C, injektor 280
C, kolom
240 0 C
Gas pembawa : Nitrogen Laju aliran fase gerak :
40 - 60 mL/menit
Volume penyuntikkan : Larutan A, B 1 ,B 2 atau B 3 masing-masing
1- 3 µL
Interpretasi hasil
Cuplikan mengandung ganja jika pada larutan A terdapat spektrum dengan waktu retensi yang sama dengan waktu retensi larutan
baku (B 1 ,B 2 atau B 3 ). Jika larutan A dicampur dengan larutan B 1 atau B 2 atau B 3 dan diinjeksikan ke sistem kromatografi maka akan terbentuk satu spektrum utama yang sama.
2. Pemeriksaan Heroin dalam cuplikan
a. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
1) Prinsip : Sampel diekstraksi dengan metanol, elusi menggunakan eluen
tertentu, sehingga terbentuk noda dengan Rf tertentu. Noda discanning dengan spektrodensitometer, sehingga terbentuk spektrum serapan sinar ultraviolet sebelum akhirnya noda pada pelat disemprot menggunakan penyemprot tertentu. Rf spektrum serapan sinar ultraviolet dan warna noda hasil penyemprotan dari sampel dibandingkan terhadap baku pembanding.
2) Alat
a) Peralatan kromatografi lapis tipis (KLT) terdiri dari : (1) Pipet kapiler (2) Plat KLT dilapisi silika gel berfluoresensi pada
nm dengan ketebalan 0,25 mm (3) Tabung elusi (developing tank) (4) Lampu UV λ 254 nm
b) Spektrofotodensitometer
3) Reagen
a) Pelarut organik : metanol, amoniak, benzen, dioksan, asam asetat.
b) Larutan Sampel Satu dosis sampel (± 50 mg cuplikan) larutkan dalam 10 mL metanol, bila perlu saring (A)
c) Larutan Baku Buat larutan baku pembanding heroin dalam metanol dengan konsentrasi 1 mg/mL (B)
d) Penampak noda iodoplatinat asam 0,25 g platina klorida dan 5 g kalium iodida larutkan dalam 100 mL air, kemudian tambah 5 mL asam klorida.
e) Penampak noda Dragendorff
(1) 2 g bismuth subnitrat campur dengan 25 mL asam asetat
dan 100 mL air. (2) 40 g kalium iodida larutkan dalam 100 mL air.
10 mL larutan (1) dan 10 mL larutan (2) campur dengan 20 mL asam asetat glasial dan 100 mL air.
4) Cara Kerja
Larutan A dan B masing-masing ditotolkan secara terpisah pada pelat dan dilakukan kromatografi lapis tipis dengan kondisi sebagai berikut : Fase diam : Silika gel GF 254 Fase gerak : 1. Metanol : amoniak (100 : 1,5)
2. Amoniak – benzen – dioksan (50 : 40 : 5)
3. Asam asetat – metanol – air (30 : 60 : 10) Volume penotolan : Larutan A dan B masing-masing 20 µL Jarak rambat : 15 cm Penampak noda : 1. Sinar ultraviolet λ 254 nm, noda berwarna
ungu
2. Larutan iodoplatinat asam, noda berwarna ungu
3. Larutan Dragendorff, noda berwarna
jingga.
Konfirmasi :
Sebelum pelat disemprot dengan penampak noda, lakukan pengukuran spektrum serapan ultra violet terhadap noda sampel yang mempunyai harga Rf atau tinggi noda yang sama dengan salah satu noda baku menggunakan alat spektrodensitometer.
Interpretasi Hasil : Cuplikan mengandung heroin bila :
- Larutan A memberi harga Rf dan warna noda yang sama dengan harga Rf dan warna noda larutan baku heroin (B).
- Profil spektrum serapan ultraviolet noda sampel sesuai dengan spektrum serapan ultraviolet noda baku heroin serta panjang gelombang serapan maksimum noda sampel dan baku berimpit.
Catatan :
- Gunakan salah satu fasa gerak yang tercantum dalam metode, fasa gerak yang lain gunakan sebagai konfirmasi. - Sebagai penampak noda gunakan sinar ultra violet λ 254 nm dan salah satu penyemprot, penyemprot yang lain dapat gunakan untuk mempertegas hasil yang diperoleh.
b. Kromatografi Gas (KG)
1) Prinsip
Pemisahan sampel dari zat lain menggunakan kromatografi gas, kemudian deteksi dengan detektor menghasilkan spektrum dengan waktu retensi tertentu yang dapat dibandingkan dengan waktu retensi baku pembanding
2) Alat
Kromatografi gas
3) Reagen
a) Metanol
b) Larutan sampel Satu dosis sampel (± 50 mg cuplikan) larutkan dalam 10 mL metanol, bila perlu saring (A)
c) Larutan Baku Larutan Baku Baku pembanding heroin larutkan dalam metanol hingga diperoleh kadar 1 mg/mL (B)
4) Cara Kerja
Suntikkan masing-masing larutan A dan B secara terpisah ke dalam kromatografi gas dengan kondisi sebagai berikut :
Kolom : Kaca, panjang 2 m, diameter dalam
2 mm, isi kolom 5 % OV-1 atau yang sesuai, ukuran isi kolom 80/100, kolom penyangga kromosorb.
Detektor : Ionisasi nyala (FID)
0 Suhu : 0 Detektor 275 C, injektor 275
C, kolom
210 0 C
Gas pembawa : Nitrogen Laju aliran fase gerak :
40 - 60 mL/menit
Volume penyuntikkan : Larutan A dan B masing-masing 1 µL
Interpretasi hasil
Cuplikan mengandung heroin bila larutan A memberikan waktu retensi yang sama dengan waktu retensi larutan baku heroinin (B). Jika larutan A dan B dicampur dan diinjeksikan ke sistem kromatografi maka akan terbentuk satu spektrum utama yang sama.
c. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT))
1) Prinsip
Pemisahan sampel dari zat lain menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi, kemudian dideteksi dengan detektor menghasilkan spektrum dengan waktu retensi tertentu yang dapat dibandingkan dengan waktu retensi baku pembanding.
2) Alat Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)
3) Reagen
a) Metanol
b) Ammonium asetat 0,045 M
c) Larutan sampel Satu dosis sampel (± 50 mg cuplikan) larutkan dalam 10 mL metanol, bila perlu saring (A)
d) Larutan Baku Larutan Baku Baku pembanding heroin larutkan dalam metanol hingga diperoleh kadar 1 mg/mL (B)
4) Cara Kerja
Suntikkan masing-masing larutan A dan B secara terpisah ke dalam HPLC dengan kondisi sebagai berikut : Kolom : C-18 Fasa gerak : Asetonitril – air – trietilamin
Detektor : Ultra violet λ 254 nm Laju aliran fase gerak : 1,0 mL/menit Volume penyuntikkan : Larutan A dan B masing-masing 20 µL
Interpretasi Hasil
Cuplikan mengandung heroin bila larutan A memberikan waktu retensi yang sama dengan waktu retensi larutan baku heroin (B). Jika larutan A dan B dicampur dan diinjeksikan ke sistem kromatografi maka akan terbentuk satu spektrum utama yang sama
3. Pemeriksaan Kokain dalam cuplikan
a. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
1) Prinsip
Sampel diekstraksi dengan metanol, elusi menggunakan eluen tertentu, sehingga terbentuk noda dengan Rf tertentu. Noda discanning dengan spektrodensitometer, sehingga terbentuk spektrum serapan sinar ultraviolet sebelum akhirnya noda pada pelat disemprot menggunakan penyemprot tertentu. Rf spektrum serapan sinar ultraviolet dan warna noda hasil penyemprotan dari sampel dibandingkan terhadap baku pembanding.
2) Alat
a) Peralatan kromatografi lapis tipis (KLT) terdiri dari : (1) Pipet kapiler (2) Plat KLT dilapisi silika gel berfluoresensi pada
λ 254 nm dengan ketebalan 0,25 mm
(3) Tabung elusi (developing tank) (4) Lampu UV λ 254 nm
b) Spektrofotodensitometer
3) Reagen
a) Pelarut organik : metanol, kloroform, aseton, sikoloheksan, toluen, dietiamin.
b) Larutan Sampel Satu dosis sampel (atau lebih kurang 50 mg cuplikan) larutkan dalam 10 mL metanol, bila perlu saring (A)
c) Larutan Baku Buat larutan baku pembanding kokain hidroklorida dalam metanol dengan konsentrasi 1 mg/mL (B).
d) Penampak noda iodoplatinat asam 0,25 g platina klorida dan 5 g kalium iodida larutkan dalam 100 mL air, kemudian tambah 5 mL asam klorida.
e) Penampak noda Dragendorff (1) 2 g bismuth subnitrat campur dengan 25 mL asam asetat
dan 100 mL air. (2) 40 g kalium iodida larutkan dalam 100 mL air.
10 mL larutan (1) dan 10 mL larutan (2) campur dengan 20 mL asam asetat glasial dan 100 mL air.
4) Cara Kerja
Larutan A dan B masing-masing ditotolkan pada pelat secara terpisah dan dilakukan kromatografi lapis tipis dengan kondisi sebagai berikut :
Fase diam : Silika gel GF 254 Fase gerak :
1. Metanol - amoniak (100 : 1,5)
2. Etil asetat - metanol – amoniak
3. Kloroform - metanol (9 : 1) Volume penotolan : Larutan A dan B masing-masing 20 uL. Jarak rambat :
15 cm
Penampak noda : 1. Sinar ultraviolet λ 254 nm, noda
berwarna ungu.
2. Larutan iodoplatinat asam, noda berwarna ungu
3. Larutan Dragendorff, noda berwarna
jingga.
Konfirmasi :
Sebelum pelat disemprot dengan penampak noda, dilakukan pengukuran spektrum serapan ultra violet terhadap noda sampel yang mempunyai harga Rf atau tinggi noda yang sama dengan salah satu noda baku menggunakan alat spektrodensitometer.
Interpretasi Hasil : Cuplikan mengandung kokain bila :
- Larutan A memberi harga Rf dan warna noda yang sama dengan harga Rf dan warna noda larutan baku kokain (B 1 ). - Profil spektrum serapan ultraviolet noda sampel sesuai dengan spektrum serapan ultraviolet noda baku kokain serta panjang gelombang serapan maksimum noda sampel dan baku berimpit.
Catatan :
- Gunakan salah satu fasa gerak yang tercantum dalam metode, fasa gerak yang lain gunakan sebagai konfirmasi. - Sebagai penampak noda gunakan sinar ultra violet λ 254 nm dan salah satu penyemprot, penyemprot yang lain dapat gunakan untuk mempertegas hasil yang diperoleh. Kokain Hidroklorida dalam cuplikan
b. Kromatografi Gas
1) Prinsip
Pemisahan sampel dari zat lain menggunakan kromatografi gas, kemudian deteksi dengan detektor menghasilkan spektrum dengan waktu retensi tertentu yang dapat dibandingkan dengan waktu retensi baku pembanding
2) Alat
Kromatografi gas
3) Reagen
a) Metanol