KESEHATAN MASYARAKAT KUMUH DAN KESEHATAN (1)

MASYARAKAT KUMUH DAN KESEHATAN
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Bagi kota-kota besar di Indonesia, persoalan kemiskinan merupakan
masalah yang serius karena dikhawatirkan akan menyebabkan terjadinya
kantong-kantong kemiskinan yang kronis dan kemudian menyebabkan lahirnya
berbagai persoalan sosial di luar kontrol atau kemampuan pemerintah kota untuk
menangani dan mengawasinya. Kemiskinan merupakan salah satu masalah
sosial di Indonesia yang tidak mudah untuk diatasi. Beragam upaya dan program
dilakukan untuk mengatasinya, namun masih saja banyak kita jumpai
permukiman masyarakat miskin di hampir setiap sudut kota yang disertai dengan
ketidaktertiban dalam hidup bermasyarakat di perkotaan. Misalnya yaitu,
pendirian rumah maupun kios dagang secara liar di lahan-lahan pinggir jalan
sehingga mengganggu ketertiban lalu lintas yang akhirnya menimbulkan
kemacetan jalanan kota. Masyarakat miskin di perkotaan itu unik dengan
berbagai problematika sosialnya sehingga perlu mengupas akar masalah dan
merumuskan solusi terbaik bagi kesejahteraan mereka. Dapat dijelaskan bahwa
bukanlah kemauan mereka untuk menjadi sumber masalah bagi kota namun
karena faktor-faktor ketidakberdayaanlah yang membuat mereka terpaksa

menjadi ancaman bagi eksistensi kota yang mensejahterakan.
Keluhan yang paling sering disampaikan mengenai permukiman
masyarakat miskin tersebut adalah rendahnya kualitas lingkungan yang dianggap
sebagai bagian kota yang mesti disingkirkan. Terbentuknya pemukiman kumuh,
yang sering disebut sebagai slum area sering dipandang potensial menimbulkan
banyak masalah perkotaan, karena dapat merupakan sumber timbulnya berbagai
perilaku menyimpang, seperti kejahatan, dan sumber penyakit sosial lainnya.

1

Karena itulah kelompok kami membahas tentang pemukiman kumuh dan
kesehatan.
2.

3.

Rumusan Masalah
1.

Bagaimanakah pengertian dan karakteristik permukiman kumuh?


2.

Bagaimanakah sebab dan proses terbentuknya permukiman kumuh?

3.

Apa masalah-masalah yang timbul akibat permukiman kumuh?

4.

Bagaimana upaya untuk mengatasi permukiman kumuh?

Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1.

Untuk mengetahui pengertian dan karakteristik permukiman kumuh.

2.


Untuk mengetahui sebab dan proses terbentuknya permukiman kumuh.

3.

Untuk mengetahui masalah-masalah yang timbul akibat permukiman
kumuh.

4.

Untuk mengetahui upaya untuk mengatasi permukiman kumuh.

2

BAB II
KAJIAN EMPIRIS
1.

Pengertian dan Karakteristik Permukiman Kumuh


Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, dapat
merupakan kawasan perkotaan dan perdesaan, berfungsi sebagai lingkungan tempat
tinggal/hunian

dan

tempat

kegiatan

yang

mendukung

perikehidupan

dan

penghidupan. Sedangkan kata “kumuh” menurut kamus besar bahasa indonesia
diartikan sebagai kotor atau cemar. Jadi, bukan padat, rapat becek, bau, reyot, atau

tidak teraturnya, tetapi justru kotornya yang menjadikan sesuatu dapat dikatakan
kumuh. Menurut Johan Silas Permukiman Kumuh dapat diartikan menjadi dua
bagian, yang pertama ialah kawasan yang proses pembentukannya karena
keterbatasan kota dalam menampung perkembangan kota sehingga timbul kompetisi
dalam

menggunakan

lahan

perkotaan.

Sedangkan

kawasan

permukiman

berkepadatan tinggi merupakan embrio permukiman kumuh. Dan yang kedua ialah
kawasan yang lokasi penyebarannya secara geografis terdesak perkembangan kota

yang semula baik, lambat laun menjadi kumuh. Yang menjadi penyebabnya adalah
mobilitas sosial ekonomi yang stagnan. McAndrew dkk.Mengemukakan bahwa kata
permukiman merupakan terjemahan kata-kata landsettlement dan resettlement dan
biasanya dikaitkan dengan kata-kata yang mempunyai arti sama yaitu scheme dan
project. Pada hakekatnya permukiman adalah hidup bersama, sebab itu fungsi rumah
dalam kehidupan manusia adalah sebagai tempat tinggal yang diperlukan oleh
manusia untuk memasyarakatkan dirinya.
Pengertian tentang permukiman telah dikemukakan oleh beberapa ahli antara lain
mengemukakan bahwa, permukiman adalah penataan kawasan yang dibuat oleh
manusia agar dapat hidup secara. lebih mudah dan lebih baik, memberi rasa bahagia
dan rasa aman dan mengandung kesepakatan untuk membangun manusia seutuhnya.

3

Selanjutnya dalam definisi lain dikemukakan bahwa suatu permukiman dapat dilihat
sebagai suatu dunia tersendiri dimanapara warganya menemukan identitas mereka,
merasa aman, merasa sebagai makhluk sosial, dan dapat ia menyalurkan naluri
untuk berkembang biak menyambung keturunannya.
Selanjutnya dikemukakan bahwa permukiman adalah suatu kawasan perumahan
yang ditata secara fungsional sebagai suatu sosial ekonomi dan fisik ke tata ruang,

lingkungan, sasaran umum dan fasilitas sosial sebagai suatu kesatuan yang utuh
dengan membudayakan sumber- sumber daya dan dana, mengelola lingkungan yang
ada untuk mendukung kelangsungan dan peningkatan mutu kehidupan manusia,
memberi rasa aman, tentram, nikmat dan sejahtera dalam keselarasan, keserasian dan
keseimbangan agar berfungsi sebagai wadah yang dapat melayani kehidupan pribadi,
keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.
Dari rumusan-rumusan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa permukiman
merupakan kawasan perumahan yang sengaja dibuat lengkap dengan prasarana dan
fasilitas lingkungan untuk kesejahteraan dan kebahagiaan penghuninya. Suatu
permukiman akan cukup ideal kalau di dalamnya terdapat pengelolaan lingkungan
yang memadai.Untuk dapat menilai bahwa suatu permukiman sehat atau tidak perlu
didasarkan pada karakteristik daerah permukiman yang merupakan standar yang
telah disepakati.
Karakteristik atau standar itu didasarkan pada beberapa aspek yaitu :
1. Keadaan fisik perumahan yang meliputi organisasi ruang, ukuran ruang,
bahan bangunan, ventilasi dan sebagainya.
2. Fasilitas jalan lingkungan, baik berupa jalan utama, jalan menengah ataupun
jalan lokal.
3. Fasilitas


persampahan, meliputi tempat

penampungan, pembuangan

sementara maupun pembuangan akhir, termasuk sistem pengelolaannya.

4

4. Fasilitas air bersih meliputi ketersediaan, cara memperoleh maupun sistem
pengelolaannya.
5. Sarana pembuangan air kotor, meliputi kualitas saluran kemampuan serta
sistem kerjanya.
Pada kenyataannya banyak wilayah permukiman yang kondisi atau keadaannya
berada di bawah standar yang telah ditetapkan. Keadaan seperti itu terutama banyak
dijumpai pada negara-negara yang sedang berkembang. Terbentuknya permukimanpermukiman yang tidak memenuhi standar tersebut erat kaitannya dengan
pertumbuhan penduduk yang sulit terkendali. Selain itu terjadinya arus urbanisasi
yang cukup tinggi telah menimbulkan berbagai masalah di sektor permukiman
tersebut. Sebagai akibat dari proses di atas maka terbentuklah permukiman-permukiman yang tidak dapat terkendali dengan kondisi yang sangat memprihatinkan, dan
lebih dikenal dengan nama permukiman kumuh.
Menurut Soemadi, terjadinya permukiman kumuh karena besarnya arus urbanisasi

penduduk dari pedesaan ke perkotaan. Lebih jauh dikemukakan bahwa
perkampungan kumuh adalah bagian kota yang jorok, bangunan-bangunan yang ada
tidak memenuhi syarat serta didiami oleh orang miskin, serta fasilitas tempat
pembuangan sampah maupun fasilitas air bersih tidak memenuhi persyaratan
kesehatan.
Fasilitas-fasilitas

sosial

lainnya

yang

merupakan

kebutuhan

penghuni

permukiman, antara lain sarana peribadatan, pendidikan, tempat bermain anak, dan

sebagainya.Ciri-ciri lain permukiman kumuh adalah letak dan bentuk perumahan
yang tidak teratur, sarana dan infrastruktur kota sangat sedikit, bahkan mungkin tidak
ada sama sekali, tingkat pendidikan rendah, pendapatan rumah tangga dan
pendapatan penduduk rendah, serta kebanyakan bekerja di sektor informal. Dalam
keadaan seperti ini mengakibatkan tingkat berfikir dan daya kreasi yang kurang dan
sulit menerima sesuatu yang baru seperti pembangunan ke arah perbaikan
lingkungan permukiman itu sendiri .

5

Soemadimengemukakan beberapa ciri yang menonjol dalam suatu permukiman
kumuh adalah sebagai berikut :
1. Penduduknya sangat padat serta jumlah anak juga besar dan kurang terurus
dengan baik.
2. Warga masyarakat umumnya berpenghasilan rendah denganmatapencaharian
tidak tetap sehingga sulit menjamin pemenuhan kebutuhan sehari-hari,
terutama pada saat terjadinya musibah dalam keluarga (sakit atau kematian).
Sebagai akibat dari keadaan itu, tidak jarang

terjadi seluruh anggota


keluarga terpaksa harus mencari penghasilan tambahan termasuk anak-anak
di bawah umur.
3. Tingkat kesehatan dan pendidikan pada umumnya rendah.
4. Sarana pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari tidak memadai seperti air
bersih, tempat pembuangan sampah dan lain-lain.
5. Kondisi lingkungan sangat kotor sehingga tingkat kesehatan warganya juga
relatif rendah.
6. Masalah-masalah sosial banyak terjadi, antara lain kenakalan remaja, tindak
kekerasan dan bentuk-bentuk kriminalitas lainnya.
7. Perasaan masyarakat untuk memiliki lingkungan sangat rendah, sehingga
partisipasi mereka untuk memperbaiki lingkungan juga rendah.
Karakteristik Permukiman Kumuh : (Menurut Johan Silas)
1.

Keadaan rumah pada permukiman kumuh terpaksa dibawah standar, ratarata 6 m2/orang. Sedangkan fasilitas kekotaan secara langsung tidak

6

terlayani karena tidak tersedia. Namun karena lokasinya dekat dengan
permukiman yang ada, maka fasilitas lingkungan tersebut tak sulit
mendapatkannya.
2.

Permukiman ini secara fisik memberikan manfaat pokok, yaitu dekat
tempat mencari nafkah (opportunityvalue) dan harga rumah juga murah
(asas keterjangkauan) baik membeli atau menyewa. Manfaat permukiman
disamping pertimbangan lapangan kerja dan harga murah adalah
kesempatan mendapatkannya atau aksesibilitas tinggi.

3.

Hampir setiap orang tanpa syarat yang bertele-tele pada setiap saat dan
tingkat kemampuan membayar apapun, selalu dapat diterima dan berdiam
di sana, termasuk masyarakat “residu” seperti residivis, WTS dan lain-lain.

Kriteria Umum Permukiman Kumuh:
1.

Mandiri dan produktif dalam banyak aspek, namun terletak pada tempat
yang perlu dibenahi.

2.

Keadaan fisik hunian minim dan perkembangannya lambat. Meskipun
terbatas, namun masih dapat ditingkatkan.

3.

Para penghuni lingkungan permukiman kumuh pada umumnya bermata
pencaharian tidak tetap dalam usaha non formal dengan tingkat pendidikan
rendah

4.

Pada umumnya penghuni mengalami kemacetan mobilitas pada tingkat
yang paling bawah, meskipun tidak miskin serta tidak menunggu bantuan
pemerintah, kecuali dibuka peluang untuk mendorong mobilitas tersebut.

5.

Ada kemungkinan dilayani oleh berbagai fasilitas kota dalam kesatuan
program pembangunan kota pada umumnya.

6.

Kehadirannya perlu dilihat dan diperlukan sebagai bagian sistem kota yang
satu, tetapi tidak semua begitu saja dapat dianggap permanen.
Kriteria Khusus Permukiman Kumuh:

7

1.

Berada di lokasi tidak legal

2.

Dengan keadaan fisik yang substandar, penghasilan penghuninya amat
rendah (miskin)

3.

Tidak dapat dilayani berbagai fasilitas kota

4.

Tdak diingini kehadirannya oleh umum, (kecuali yang berkepentingan)

5.

Permukiman kumuh selalu menempati lahan dekat pasar kerja (non
formal), ada sistem angkutan yang memadai dan dapat dimanfaatkan
secara umum walau tidak selalu murah.

2.

Sebab dan Proses Terbentuknya Permukiman Kumuh
a.

Sebab Terbentuknya Permukiman Kumuh Dalam perkembangan suatu
kota, sangat erat kaitannya dengan mobilitas penduduknya. Masyarakat
yang mampu, cenderung memilih tempat huniannya keluar dari pusat kota.
Sedangkan bagi masyarakat yang kurang mampu akan cenderung memilih
tempat tinggal di pusat kota, khususnya kelompok masyarakat urbanisasi
yang ingin mencari pekerjaan dikota. Kelompok masyarakat inilah yang
karena tidak tersedianya fasilitas perumahan yang terjangkau oleh kantong
mereka serta kebutuhan akan akses ke tempat usaha, menjadi penyebab
timbulnya lingkungan pemukiman kumuh di perkotaan.

b.

Latar belakang lain yang erat kaitannya dengan tumbuhnya permukiman
kumuh adalah akibat dari ledakan penduduk di kota-kota besar, baik
karena urbanisasi maupun karena kelahiran yang tidak terkendali. Lebih
lanjut, hal ini mengakibatkan ketidakseimbangan antara pertambahan
penduduk

dengan

kemampuan

pemerintah

untuk

menyediakan

permukiman-permukiman baru, sehingga para pendatang akan mencari
alternatif tinggal di permukiman kumuh untuk mempertahankan kehidupan
di kota.
c.

Proses Terbentuknya Permukiman Kumuh Dimulai dengan dibangunnya
perumahan oleh sektor non-formal, baik secara perorangan maupun

8

dibangunkan oleh orang lain. Pada proses pembangunan oleh sektor nonformal tersebut mengakibatkan munculnya lingkungan perumahan kumuh,
yang padat, tidak teratur dan tidak memiliki prasarana dan sarana
lingkungan yang memenuhi standar teknis dan kesehatan.

3.

Masalah-masalah yang Timbul Akibat Permukiman Kumuh
Perumahan kumuh dapat mengakibatkan berbagai dampak. Dari segi
pemerintahan, pemerintah dianggap dan dipandang tidak cakap dan tidak
peduli dalam menangani pelayanan terhadap masyarakat. Sementara pada
dampak sosial, dimana sebagian masyarakat kumuh adalah masyarakat
berpenghasilan rendah dengan kemampuan ekonomi menengah ke bawah
dianggap sebagai sumber ketidakteraturan dan ketidakpatuhan terhadap normanorma sosial.
Terbentuknya pemukiman kumuh, yang sering disebut sebagai slum
area. Daerah ini sering dipandang potensial menimbulkan banyak masalah
perkotaan, karena dapat merupakan sumber timbulnya berbagai perilaku
menyimpang, seperti kejahatan, dan sumber penyakit sosial lainnya.
Penduduk di permukiman kumuh tersebut memiliki persamaan,
terutama dari segi latar belakang sosial ekonomi-pendidikan yang rendah,
keahlian terbatas dan kemampuan adaptasi lingkungan (kota) yang kurang
memadai. Kondisi kualitas kehidupan yang serba marjinal ini ternyata
mengakibatkan semakin banyaknya

penyimpangan perilaku penduduk

penghuninya. Hal ini dapat diketahui dari tatacara kehidupan sehari-hari,
seperti mengemis, berjudi, mencopet dan melakukan berbagai jenis penipuan.
Terjadinya perilaku menyimpang ini karena sulitnya mencari atau menciptakan
pekerjaan sendiri dengan keahlian dan kemampuan yang terbatas, selain itu
juga karena menerima kenyataan bahwa impian yang mereka harapkan
mengenai kehidupan di kota tidak sesuai dan ternyata tidak dapat memperbaiki
kehidupan mereka.

9

Mereka pada umumnya tidak cukup memiliki kamampuan untuk
mendapatkan pekerjaan yang layak, disebabkan kurangnya keterampilan, tanpa
modal usaha, tempat tinggal tak menentu, rendahnya penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi, rendahnya daya adaptasi sosial ekonomi dan pola
kehidupan kota. Kondisi yang serba terlanjur, kekurangan dan semakin
memprihatinkan itu mendorong para pendatang tersebut untuk hidup seadanya,
termasuk tempat tinggal yang tidak memenuhi syarat kesehatan.
Permukiman kumuh umumnya di pusat-pusat perdagangan, seperti
pasar kota, perkampungan pinggir kota, dan disekitar bantaran sungai kota.
Kepadatan penduduk di daerah-daerah ini cenderung semakin meningkat
dengan berbagai latar belakang sosial, ekonomi, budaya dan asal daerah.
Perhatian utama pada penghuni permukiman ini adalah kerja keras mencari
nafkah atau hanya sekedar memenuhi kebutuhan sehari-hari agar tetap bertahan
hidup, dan bahkan tidak sedikit warga setempat yang menjadi pengangguran.
Sehingga tanggungjawab terhadap disiplin lingkungan, norma sosial dan
hukum, kesehatan, solidaritas sosial, tolong menolong, menjadi terabaikan dan
kurang diperhatikan.
Oleh karena para pemukim pada umumnya terdiri dari golongangolongan yang tidak berhasil mencapai kehidupan yang layak, maka tidak
sedikit menjadi pengangguran, gelandangan, pengemis, yang sangat rentan
terhadap terjadinya perilaku menyimpang dan berbagai tindak kejahatan, baik
antar penghuni itu sendiri maupun terhadap masyarakat lingkungan sekitarnya.
Kondisi kehidupan yang sedang mengalami benturan antara perkembangan
teknologi dengan keterbatasan potensi sumber daya yang tersedia, juga turut
membuka celah timbulnya perilaku menyimpang dan tindak kejahatan dari
para penghuni pemukiman kumuh tersebut. Kecenderungan terjadinya perilaku
menyimpang (deviantbehaviour) ini juga diperkuat oleh pola kehidupan kota
yang lebih mementingkan diri sendiri atau kelompoknya yang acapkali
bertentangan dengan nilai-nilai moral dan norma-norma sosial dalam
masyarakat.

10

Perilaku

menyimpang pada

umumnya

sering dijumpai pada

permukiman kumuh adalah perilaku yang bertentangan dengan norma-norma
sosial, tradisi dan kelaziman yang berlaku sebagaimana kehendak sebagian
besar anggota masyarakat. Wujud perilaku menyimpang di permukiman kumuh
ini berupa perbuatan tidak disiplin lingkungan seperti membuang sampah dan
kotoran di sembarang tempat. Kecuali itu, juga termasuk perbuatan
menghindari pajak, tidak memiliki KTP dan menghindar dari kegiatan-kegiatan
kemasyarakatan, seperti gotong-royong dan kegiatan sosial lainnya.
Bagi kalangan remaja dan pengangguran, biasanya penyimpangan
perilakunya berupa mabuk-mabukan, minum obat terlarang, pelacuran, adu
ayam, bercumbu di depan umum, memutar blue film, begadang dan berjoget di
pinggir

jalan

dengan

musik

keras

sampai

pagi,

mencorat-coret

tembok/bangunan fasilitas umum, dan lain-lain. Akibat lebih lanjut perilaku
menyimpang tersebut bisa mengarah kepada tindakan kejahatan (kriminal)
seperti

pencurian,

pemerkosaan,

penipuan,

penodongan,

pembunuhan,

pengerusakkan fasilitas umum, perkelahian, melakukan pungutan liar,
mencopet dan perbuatan kekerasan lainnya.
Keadaan seperti itu cenderung menimbulkan masalah-masalah baru
yang menyangkut:
a.

masalah persediaan ruang yang semakin terbatas terutama masalah
permukiman untuk golongan ekonomi lemah dan masalah penyediaan
lapangan pekerjaan di daerah perkotaan sebagai salah satu faktor penyebab
timbulnya perilaku menyimpang.

b.

masalah adanya kekaburan norma pada masyarakat migran di perkotaan
dan adaptasi penduduk desa di kota.

c.

masalah perilaku menyimpang sebagai akibat dari adanya kekaburan atau
ketiadaan norma pada masyarakat migran di perkotaan. Di samping itu
juga pesatnya pertumbuhan penduduk kota dan lapangan pekerjaan di
wilayah perkotaan mengakibatkan semakin banyaknya pertumbuhan
pemukiman-pemukiman kumuh yang menyertainya dan menghiasi areal
perkotaan tanpa penataan yang berarti.

11

Masalah yang terjadi akibat adanya permukiman kumuh ini,
khususnya dikota-kota besar diantaranya wajah perkotaan menjadi memburuk
dan kotor, planologi penertiban bangunan sukar dijalankan, banjir, penyakit
menular dan kebakaran sering melanda permukiman ini. Disisi lain bahwa
kehidupan penghuninya terus merosot baik kesehatannya, maupun sosial
kehidupan mereka yang terus terhimpit jauh dibawah garis kemiskinan (Sri
Soewasti Susanto, 1974)
Secara umum permasalahan yang sering terjadi di daerah permukiman
kumuh adalah:
1.

Ukuran bangunan yang sangat sempit, tidak memenuhi standart untuk
bangunan layak huni

2.

Rumah yang berhimpitan satu sama lain membuat wilayah permukiman
rawan akan bahaya kebakaran

4.

3.

Sarana jalan yang sempit dan tidak memadai

4.

Tidak tersedianya jaringan drainase

5.

Kurangnya suplai air bersih

6.

Jaringan listrik yang semrawut

7.

Fasilitas MCK yang tidak memadai

Upaya Mengatasi Permukiman Kumuh
Kemiskinan merupakan salah satu penyebab timbulnya pemukiman
kumuh di kawasan perkotaan. Pada dasarnya kemiskinan dapat ditanggulangi
dengan adanya pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pemerataan,
peningkatan lapangan pekerjaan dan pendapatan kelompok miskin serta

12

peningkatan pelayanan dasar bagi kelompok miskin dan pengembangan
institusi penanggulangan kemiskinan. Peningkatan pelayanan dasar ini dapat
diwujudkan dengan peningkatan air bersih, sanitasi, penyediaan serta usaha
perbaikan perumahan dan lingkungan pemukiman pada umumnya.
Cara Mengatasi Permukiman Kumuh:
1.

Program Perbaikan Kampung, yang ditujukan untuk memperbaiki kondisi
kesehatan lingkungan dan sarana lingkungan yang ada.

2.

Program uji coba peremajaan lingkungan kumuh, yang dilakukan dengan
membongkar lingkungan kumuh dan perumahan kumuh yang ada serta
menggantinya dengan rumah susun yang memenuhi syarat.

Bentuk Bentuk Peremajaan Kota Di Indonesia:
1.

Perbaikan lingkungan permukiman.
Disini kekuatan pemerintah/publicinvestment sangat dominan, atau
sebagai faktor tunggal pembangunan kota.

2.

Pembangunan rumah susun sebagai pemecahan lingkungan kumuh.

3.

Peremajaan yang bersifat progresif oleh kekuatan sektor swasta seperti
munculnya super blok (merupakan fenomena yang menimbulkan banyak
kritik dalam aspek sosial yaitu penggusuran, kurang adanya integrasi
jaringan dan aktifitastrafik yang sering menciptakan problem diluar super
blok). Faktor tunggalnya adalah pihak swasta besar.
Pemerintah juga telah membentuk institusi yaitu Badan Perencanaan

Pembangunan Nasional (Bappenas). Tugas Pokok dan Fungsi Bappenas
diuraikan sesuai dengan Keputusan Presiden Nomor 4 dan
Nomor 5 Tahun 2002 tentang Organisasi dan tata kerja Kantor
Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional, tugas pokok dan fungsi tersebut
tercermin dalam struktur organisasi, proses pelaksanaan perencanaan
pembangunan nasional, serta komposisi sumber daya manusia dan latar
belakang pendidikannya. Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala Bappenas

13

dibantu oleh Sekretariat Utama, Staf Ahli dan Inspektorat Utama, serta 7 deputi
yang masing-masing membidangi bidang-bidang tertentu.
Yang di usahakan adalah: perkembangan ekonomi makro, pembangunan
ekonomi, pembangunan prasarana, pembangunan sumber daya manusia,
pembangunan regional dan sumber daya alam, pembangunan hukum,
penerangan, politik, hankam dan administrasi negara, kerja sama luar negeri,
pembiayaan dalam bidang pembangunan, pusat data dan informasi
perencanaan pembangunan, pusat pembinaan pendidikan dan pelatihan
perencanaan

pembangunan

nasional(propenas),

badan

(pusbindiklatren),
koordinasi

program
tata

pembangunan

ruang

nasional,

landasan/acuan/dokumen pembangunan nasional, hubungan eksternal.
BAB III
ANALISIS
Warga kumuh kerap digusur, tanpa adanya solusi bagi mereka
selanjutnya. Seharusnya, pemerintah bisa mengakomodasi hal ini dengan
melakukan relokasi ke kawasan khusus. Dengan penyediaan lahan khusus
tersebut, pemerintah bisa membangun suatu kawasan tempat tinggal terpadu
berbentuk vertikal (rumah susun) yang ramah lingkungan untuk disewakan
kepada mereka. Namun, pembangunan rusun tersebut juga harus dilengkapi
sarana pendukung lainnya, seperti sekolah, tempat ibadah, dan pasar yang bisa
diakses hanya dengan berjalan kaki, tanpa harus menggunakan kendaraan.
Bangunan harus berbentuk vertikal (rusun) agar tidak menghabiskan banyak
lahan. Sisanya, harus disediakan pula lahan untuk ruang terbuka hijau,
sehingga masyarakat tetap menikmati lingkungan yang sehat. Dalam hal ini
masyarakat harus turut serta untuk menanam dan memelihara lingkungan hijau
tersebut.
Pemerintah dapat menerapkan program rekayasa sosial, di mana
tidak hanya menyediakan pembangunan secara fisik, tetapi juga penyediaan
lapangan pekerjaan bagi masyarakat, sehingga mereka dapat belajar survive.

14

Perlu dukungan penciptaan pekerjaan yang bisa membantu mereka survive,
misalnya dengan pemberdayaan lingkungan setempat yang membantu mereka
untuk mendapatkan penghasilan, sehingga mereka memiliki uang untuk
kebutuhan hidup.
Masyarakat harus ikut dilibatkan dalam mengatasi permukiman
kumuh di perkotaan. Karena orang yang tinggal di kawasan kumuhlah yang
tahu benar apa yang menjadi masalah, termasuk solusinya. Jika masyarakat
dilibatkan, persoalan mengenai permukiman kumuh bisa segera diselesaikan.
Melalui kontribusi masukan dari masyarakat maka akan diketahui secara persis
instrumen dan kebijakan yang paling tepat dan dibutuhkan dalam mengatasi
permukiman kumuh.
Dalam mengatasi permukiman kumuh tetap harus ada intervensi dari
negara, terutama untuk menilai program yang disampaikan masyarakat sudah
sesuai sasaran atau harus ada perbaikan. Kerja sama Pemerintah dan Swara
(KPS) dalam membenahi kawasan kumuh, terutama dalam hal penyediaan
infrastruktur pendukung dibutuhkan.
Permukiman kumuh tidak dapat diatasi dengan pembangunan fisik
semata-mata tetapi yang lebih penting mengubah prilaku dan budaya dari
masyarakat di kawasan kumuh. Jadi masyarakat juga harus menjaga
lingkungannya agar tetap bersih, rapi, tertur dan indah. Sehingga akan tercipta
lingkungan yang nyaman, tertip, dan asri.

15

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
1.

Kesimpulan
Tumbuhnya permukiman kumuh adalah akibat dari ledakan penduduk
di kota-kota besar, baik karena urbanisasi maupun karena kelahiran yang tidak
terkendali. Lebih lanjut, hal ini mengakibatkan ketidakseimbangan antara
pertambahan penduduk dengan kemampuan pemerintah untuk menyediakan
permukiman-permukiman baru, sehingga para pendatang akan mencari
alternatif tinggal di permukiman kumuh untuk mempertahankan kehidupan di
kota.
Terbentuknya pemukiman kumuh, yang sering disebut sebagai slum
area. Daerah ini sering dipandang potensial menimbulkan banyak masalah
perkotaan, karena dapat merupakan sumber timbulnya berbagai perilaku
menyimpang, seperti kejahatan, dan sumber penyakit sosial lainnya.
Secara umum permasalahan yang sering terjadi di daerah permukiman
kumuh adalah: ukuran bangunan yang sangat sempit, tidak memenuhi standard
untuk bangunan layak huni, rumah yang berhimpitan satu sama lain membuat
wilayah permukiman rawan akan bahaya kebakaran, sarana jalan yang sempit

16

dan tidak memadai, tidak tersedianya jaringan drainase, kurangnya suplai air
bersih, jaringan listrik yang semrawut, dan fasilitas MCK yang tidak memadai.
Cara Mengatasi Permukiman Kumuh:
1.

Program Perbaikan Kampung, yang ditujukan untuk memperbaiki kondisi
kesehatan lingkungan dan sarana lingkungan yang ada.

2.

Program uji coba peremajaan lingkungan kumuh, yang dilakukan dengan
membongkar lingkungan kumuh dan perumahan kumuh yang ada serta
menggantinya dengan rumah susun yang memenuhi syarat.

3.

Saran
Pemerintah selain memberikan rumah susun juga harus memberikan
lapangan pekerjaan bagi mereka yang belum punya pekerjaan. Dan masyarakat
harus selalu menjaga lingkungannya agar tetap indah, bersih, dan teratur.

17

DAFTAR PUSTAKA
Ami-archuek. 2009. Permukiman Kota. (Online), (http://amiarchuek06.blogspot.com, Diakses 23 Desember 2009).
Chyntiawati, deby. 2009. Masalah Sosial Permukiman Kumuh. (Online),
(http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/12/pemukiman-kumuh/, Diakses 23
Desember 2009).
Fitrilubis, Nurul. 2009. Pembangunan Dengan Sistem Partisipasi Masyarakat Sebagai
Salah Satu Usaha Untuk Meningkatkan Dan Memperbaiki Kehidupan Masyarakat
Permukiman Kumuh. (Online),
(http://nurulfitrilubis.wordpress.com/2009/04/18/pembangunan-dengan-sistempartisipasi-masyarakat-sebagai-salah-satu-usaha-untuk-meningkatkan-danmemperbaiki-kehidupan-masyarakat-permukiman-kumuh/, Diakss 23 Desember
2009).
Qurow-yun. 2009. Fenomena Masyarakat Miskin Perkotaan. (Online), (http://qurowyun.blogspot.com/2009/05/fenomena-masyarakat-miskin-perkotaan.html, Diakses 23
Desember 2009).
Rukmana, Deden.2008. Kemiskinan dan Permukiman Kumuh di Perkotaan. (Online),
(http://dedenrukmana.wordpress.com/, Diakses 23 Desember 2009).

18