BIMA DALAM SEKAD PRAGMATIS DAN SEKAD STA
Bima Dalam Sekat Pragmatis dan sekat status sosial
oleh Eka D-kerz
Pada dasarnya masarakat bima adalah masyarakat yg tau bagaimana cara untuk
menyatukan diri atau bersosial dengan sesamanya,akan tetapi seiring dengan berjalanya waktu dan
dengan munculnya westernisasi ( perkembangan teknologi )dan modrenisasi ( perkembangan
masalah style ) dan pada akhitnya melahirkan globalisasi ( perkembangan pemahaman dalam
segala bentuk ) yg di salah artikan,sehingga mempengaruhi paradikma awal yg luhur.
Dan sebelum lebih jauh kita membahas,saya ingin membagi apa yg di maksud dengan
paragmatis yg cemderung menjadi logika dan ciri khas sebagian besar orang bima pada saat ini,yg
pertama yaitu ( mereka melihat peluang yg ada di depan mata akan tetapi tidak mau memjemputnya
) hal seperti ini di karnakan kemalasan dan kecuekaan mereka,maunya hanya kesempatan yg
mudah dan ada di depan matanya,,yg kedua adalah mareka mau bergerak tapi cenderung ingin naik
tangga yg paling atas,,di karnakan mereka tidak mau mengahargai proses,perhitunganya adalah
laba besar yg akan selalu di dapat dalm satu kali jalan padahal dalam setiap usaha pasti ada
pasang surut nya disinilah yg tidak mau dilihat, dan yg terakhir adalah ( mereka ingin mendapatkan
sesuatu dengan instan dan cemderung ikut-ikutan ) hal seperti ini di karnakan sikap dan pola
pikirnya di tutupi dengan keinginan sesuatu itu datang dengan cepat,mudah dan ketika ada orang yg
behasil dalam mejalan kan sesuatu, maka mereka akan malakukanya walaupun dalam lingkungan
tersebut ada banyak orang melakuknya mereka tidak akan perduli karna kalau tidak ada bukti maka
mereka akan meremehkanya,,itullah gambaran sifat sebagian besar orang bima sekarang pada
akhirnya nilai-nilai dan pradikma awal yg penuh dengan sifat tampa menyerah sekarang mengalami
degradasi ( pergeseran nilai )…..sungguh miris aku melihat masarakat ku terjerumus dalam
keninaboboan pragmatis bahkan ini terjadi pada keluarga ku sendri,dan akupun hamper
terpengaruh.
Sekarang masarakat bima lebih mengedepan kan satatus sosial yg mengkotak-kotakan
mereka di bandingkan penerapan kalimat ( HI,I SANGGI,I PEKE SATAKO ) yg memiliki arti bersosial
yg erat,seperti dalam satu tubuh,satu tulang dan satu darah,yg di terapakan pada dahulu kala di
jaman kerajaan,dan budaya baru pun mulai bermuculan seperti KA,ANCA WEKI,KA INGGE
WEKI,KEPENTI MAPONTA DAN KASIMPA MASAMPU,inilah budaya-budaya yg sekali lagi saya
katakan yg meninabobokan kita,pada akhirnya yg terjadi akibat sifat paragmatis ini fenomena instan
dan status sosial yg menjadi fanatis buta nya masarakat ku adalah menjadi PNS,TNI dan POLISI
selai dari ketiga profesi ini tidak di anggap berhasil oleh kebanyakan orang bima padahal banyak
profesi profesi yg meningkatkan taraf hidup atau ekonomi, dan bahkan orang-orang cerdas yg tidak
mempunyai status sosisal seperti diatas tidak di hargai dan di anggap so’tau,so’pintar ini
itulah,,,sperti yg dikatak oleh EN MAREWO dalam puisinya “Dana Mbojo Dana Mbari” bahwa orang
cerdas di luar bima seperti singa dan masuk kebima seperti domba hal ini di karnakan tidak di hargai
dan di anggap so’tau dan so’pintar,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,aduh-aduh sungguh sangat pusing aku
memikirkanya………………heheheheheheheheheheh.
Akibat paradikama seperti inilah yg merusak kebersamaaan dan kesosialan kita sebagai
orang yg satu sperti dalam lagu bima yg berjudul “dou labo dana” juga di katakana,”O,Inaro Ama
Lenga Cinaro Angi Bae Kaipu Ade Ndai Londo Dou Sabua” nah itu menunjukan bahwa kita benar
saling menghargai antara satu samalain,,hal-hal yg seperti ini tidak mau di lihat dan sudah
melenceng dari nilai-nilai sosial yg seharus tertanam dalam diri pribadi kita sebagai orang bima dan
apa yg di anggap baik dan di anggap buruk,,Syaikh Tayuddin An-Nabbani mengatakan bahwa
bermasarakat itu adalah apabila memiliki pikiran,perasaan,serta system aturan yg sama,artinya
ketika hidup berdampingan natara individu yg satu dan yg lain dapat memciptakan keselarasan yg
erat…………….
yg harus di ingat sebagian besar dari 100% masyarakat bima,80%nya BerpIkir seperti diatas dan
hanya 20%nya
diharapkan
mempunyai pola pikir yg baik dan sesuai dengan penerapan falsafah luhur yg
untuk
membantu
generasi-generasi
bima
seperti
SAYA
yg
kehilangan
arah…………………………………saya sangat mencintai bima ,,,,,,,,,dan harapan say dengan
melalui
tilisan
ini
semoga
tergugah……………………………………………………………………
kita
dapat
Sekiranya itu saja dari saya jika salah kata itu dari pribadi saya sendiri dan jika ada kata atau
kalimat yg bisa di ambil sebagai pelajaran itu dating dari ALLAH melalui saya,,,,,,,,,,terima kasih
untuk para pembaca,salam bima,,,,,,,IHDINNA SIRATALLMUSTAKKIM,,ASSALAMUALAIKUM
WARRAHMATULLAHI WBBARAKATU
oleh Eka D-kerz
Pada dasarnya masarakat bima adalah masyarakat yg tau bagaimana cara untuk
menyatukan diri atau bersosial dengan sesamanya,akan tetapi seiring dengan berjalanya waktu dan
dengan munculnya westernisasi ( perkembangan teknologi )dan modrenisasi ( perkembangan
masalah style ) dan pada akhitnya melahirkan globalisasi ( perkembangan pemahaman dalam
segala bentuk ) yg di salah artikan,sehingga mempengaruhi paradikma awal yg luhur.
Dan sebelum lebih jauh kita membahas,saya ingin membagi apa yg di maksud dengan
paragmatis yg cemderung menjadi logika dan ciri khas sebagian besar orang bima pada saat ini,yg
pertama yaitu ( mereka melihat peluang yg ada di depan mata akan tetapi tidak mau memjemputnya
) hal seperti ini di karnakan kemalasan dan kecuekaan mereka,maunya hanya kesempatan yg
mudah dan ada di depan matanya,,yg kedua adalah mareka mau bergerak tapi cenderung ingin naik
tangga yg paling atas,,di karnakan mereka tidak mau mengahargai proses,perhitunganya adalah
laba besar yg akan selalu di dapat dalm satu kali jalan padahal dalam setiap usaha pasti ada
pasang surut nya disinilah yg tidak mau dilihat, dan yg terakhir adalah ( mereka ingin mendapatkan
sesuatu dengan instan dan cemderung ikut-ikutan ) hal seperti ini di karnakan sikap dan pola
pikirnya di tutupi dengan keinginan sesuatu itu datang dengan cepat,mudah dan ketika ada orang yg
behasil dalam mejalan kan sesuatu, maka mereka akan malakukanya walaupun dalam lingkungan
tersebut ada banyak orang melakuknya mereka tidak akan perduli karna kalau tidak ada bukti maka
mereka akan meremehkanya,,itullah gambaran sifat sebagian besar orang bima sekarang pada
akhirnya nilai-nilai dan pradikma awal yg penuh dengan sifat tampa menyerah sekarang mengalami
degradasi ( pergeseran nilai )…..sungguh miris aku melihat masarakat ku terjerumus dalam
keninaboboan pragmatis bahkan ini terjadi pada keluarga ku sendri,dan akupun hamper
terpengaruh.
Sekarang masarakat bima lebih mengedepan kan satatus sosial yg mengkotak-kotakan
mereka di bandingkan penerapan kalimat ( HI,I SANGGI,I PEKE SATAKO ) yg memiliki arti bersosial
yg erat,seperti dalam satu tubuh,satu tulang dan satu darah,yg di terapakan pada dahulu kala di
jaman kerajaan,dan budaya baru pun mulai bermuculan seperti KA,ANCA WEKI,KA INGGE
WEKI,KEPENTI MAPONTA DAN KASIMPA MASAMPU,inilah budaya-budaya yg sekali lagi saya
katakan yg meninabobokan kita,pada akhirnya yg terjadi akibat sifat paragmatis ini fenomena instan
dan status sosial yg menjadi fanatis buta nya masarakat ku adalah menjadi PNS,TNI dan POLISI
selai dari ketiga profesi ini tidak di anggap berhasil oleh kebanyakan orang bima padahal banyak
profesi profesi yg meningkatkan taraf hidup atau ekonomi, dan bahkan orang-orang cerdas yg tidak
mempunyai status sosisal seperti diatas tidak di hargai dan di anggap so’tau,so’pintar ini
itulah,,,sperti yg dikatak oleh EN MAREWO dalam puisinya “Dana Mbojo Dana Mbari” bahwa orang
cerdas di luar bima seperti singa dan masuk kebima seperti domba hal ini di karnakan tidak di hargai
dan di anggap so’tau dan so’pintar,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,aduh-aduh sungguh sangat pusing aku
memikirkanya………………heheheheheheheheheheh.
Akibat paradikama seperti inilah yg merusak kebersamaaan dan kesosialan kita sebagai
orang yg satu sperti dalam lagu bima yg berjudul “dou labo dana” juga di katakana,”O,Inaro Ama
Lenga Cinaro Angi Bae Kaipu Ade Ndai Londo Dou Sabua” nah itu menunjukan bahwa kita benar
saling menghargai antara satu samalain,,hal-hal yg seperti ini tidak mau di lihat dan sudah
melenceng dari nilai-nilai sosial yg seharus tertanam dalam diri pribadi kita sebagai orang bima dan
apa yg di anggap baik dan di anggap buruk,,Syaikh Tayuddin An-Nabbani mengatakan bahwa
bermasarakat itu adalah apabila memiliki pikiran,perasaan,serta system aturan yg sama,artinya
ketika hidup berdampingan natara individu yg satu dan yg lain dapat memciptakan keselarasan yg
erat…………….
yg harus di ingat sebagian besar dari 100% masyarakat bima,80%nya BerpIkir seperti diatas dan
hanya 20%nya
diharapkan
mempunyai pola pikir yg baik dan sesuai dengan penerapan falsafah luhur yg
untuk
membantu
generasi-generasi
bima
seperti
SAYA
yg
kehilangan
arah…………………………………saya sangat mencintai bima ,,,,,,,,,dan harapan say dengan
melalui
tilisan
ini
semoga
tergugah……………………………………………………………………
kita
dapat
Sekiranya itu saja dari saya jika salah kata itu dari pribadi saya sendiri dan jika ada kata atau
kalimat yg bisa di ambil sebagai pelajaran itu dating dari ALLAH melalui saya,,,,,,,,,,terima kasih
untuk para pembaca,salam bima,,,,,,,IHDINNA SIRATALLMUSTAKKIM,,ASSALAMUALAIKUM
WARRAHMATULLAHI WBBARAKATU