WAJIB MILITER DAN PENERAPAN DI INDONESIA

WAJIB MILITER DAN PENERAPAN DI INDONESIA
APAKAH MUNGKIN?
Oleh:
Deka Nurjaman
120170102007
Wacana penerapan wajib militer di Indonesia muncul bersamaan dengan
dirancangnya RUU tentang Komponen Cadangan. RUU ini bertujuan memenuhi
amanat dari UU Pertahanan Negara dan juga UUD NRI 1945 terkait
sishankamrata. Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan antara lain bahwa
tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan
negara.1
Pertahanan

negara

yang

dimaksud

adalah


segala

usaha

untuk

mempertahankan kedaulatan negara, keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia, dan keselamatan segenap bangsa dari ancaman dan gangguan terhadap
keutuhan bangsa dan negara.2
Penerapan akan wajib militer yang dicanangkan di Indonesia, hemat
penulis merupakan suatu ide yang menarik, meskipun saat ini negara kita memang
tidak sedang menghadapi perang konvensional. Namun, karena melihat ancaman
negara kita yang beragam baik karena lokasi negara yang strategis, sumber daya
yang melimpah menjadikan Indonesia sebagai pusat mata dunia. Oleh karena itu
ancaman pun yang berkembang cukup bervariasi, perang asimetrik misalnya.
Maka perlu adanya pemahaman terhadap ancaman yang dihadapi, selain ancaman
yang sifatnya asimetris, kita juga tidak bisa mengesampingkan ancaman yang
sifatnya militer, oleh sebab itu dengan adanya wajib militer misalnya diharapkan
dapat menumbuhkan jiwa korsa di tengah-tengah kemajemukan masyarakat,
seperti sikap saling mengharagai, menyayangi, tidak membeda-bedakan dan lain

sebagainya. Masyarakat harus mengerti dan memahami kondisi bangsa dan
negaranya. Sikap bela negara merupakan salah satu wujud nyata dari yang sudah
dijalanakan selama ini yang merupakan kewajiban dari seluruh warga negara
1 Rancangan Undang-Undang Republik Indonesia (RUU) tentang komponen cadangan pertahanan
negara.
2 Rancangan Undang-Undang Republik Indonesia (RUU) tentang komponen cadangan pertahanan
negara, Pasal 1.

Indonesia. Kewajiban bela negara memang dapat membentuk karakter bangsa,
namun seberapa persenkah dari pembelajaran bela negara yang diaktualisasikan
dalam kehidupan sehari-hari. Oleh kerena itu, hemat penulis pendidikan bela
negara saja tidak cukup. Kewajiban atau pendidikan bela negara ini jelas
menyokong pertahanan dan mampu memperkuat sishankamrata, oleh karenanya
harus dikembangkan lebih lanjut lagi ketahap militer untuk semakin
meningkatkan jiwa korsa terhadap bangsa dan negara, di mana komponen
cadangan dan komponen pendukung3 memiliki kedudukan yang tidak kalah
penting dari komponen utama.
Negara kita yang memiliki doktrin perathanan semesta atau sishankamrata,
di mana dalam pengejewantahannya melibatkan seluruh sumber daya nasional 4
dalam menghadapi ancaman baik di masa damai (tanpa konflik) maupun pada saat

perang khususnya. Memang saat ini kondisi peperangan sudah bergeser dari
konvensional menjadi non konvensional, namun kondisi ini tidak menutup
kemungkinan akan terjadinya perang konvensional. Oleh karena itu, penguataan
akan pertahanan dan keamanan harus selalu ditingkatkan.
Kata semesta yang terdapat dalam sishankamrata memiliki makna sebagai
sistem pertahanan yang melibatkan seluruh warga negara, wilayah, dan sumber
daya nasional lainnya, serta dipersiapkan secara dini oleh pemerintah dan
diselenggarakan secara total, terpadu, terarah, dan berlanjut untuk menegakkan
kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap bangsa dari segala
ancaman.5
3 Penggunaan istilah komponen cadangan dan komponen pendukung ini, hemat penulis sudah
mengarah pada wajib militer. Komponen cadangan adalah komponen cadangan pertahanan negara
yang terdiri dari segenap sumber daya nasional yang telah disiapkan untuk dikerahkan melalui
mobilisasi guna memperbesar dan memperkuat kekuatan dan kemampuan komponen utama.
Komponen cadangan berunsurkan warga negara, sumber daya alam, sumber daya buatan, sarana
dan prasarana nasional. Komponen pendukung adalah sumber daya nasional yang secara langsung
atau tidak langsung dapat digunakan untuk meningkatkan kekuatan dan kemampuan komponen
utama dan komponen cadangan. Lihat Rancangan Undang-Undang Republik Indonesia (RUU)
tentang komponen cadangan pertahanan negara, Pasal 1 dan 4.
4 Sumber daya nasional adalah sumber daya manusia, sumber daya alam dan sumber daya buatan,

sarana dan prasarana nasional, nilai-nilai, teknologi serta dana yang dapat didayagunakan untuk
pertahanan negara. Lihat Rancangan Undang-Undang Republik Indonesia (RUU) tentang
komponen cadangan pertahanan negara, Pasal 1.
5 Indonesia, Undang-Undang tentang Pertahanan Negara, UU No, 3 Tahun 2002, LN No. 3
Tahun 2002, TLN No. 4169, Pasal 1 Ayat (2). Lihat juga Kementerian Pertahanan RI Direktorat

Dalam menghadapai ancaman khususnya militer (bersenjata), sistem
pertahanan negara Indonesia adalah semesta yang diatur secara spesifik di dalam
Undang-Undang No. 3 Tahun 2002 tentang pertahanan negara. Di mana dalam
undang-undang

tersebut,

diamanatkan

bahwa

pertahanan

negara


dalam

menghadapi ancaman militer akan dilaksanakan oleh tiga komponen, yaitu:
komponen utama, komponen cadangan serta komponen pendukung. Komponen
utama adalah Tentara Nasional Indonesia (TNI),6 sedangkan komponen cadangan
dan pendukung terdiri atas warga negara, sumber daya alam, sumber daya buatan,
serta sarana dan prasarana nasional yang telah disiapkan untuk dikerahkan melalui
mobilisasi7 guna memperbesar dan memperkuat komponen utama.8 Komponen
utama telah diatur lebih lanjut dalam Undang-Undang No. 34 Tahun 2004 tentang
Tentara Nasional Indonesia. Sedangkan untuk komponen cadangan dan komponen
pendukung masih dalam tahap RUU. Belum disahkannya RUU yang mengatur
komponen cadangan maupun RUU komponen pendukung tersebut dikarenakan
adanya ketakutan jika kalau RUU ini disahkan maka wajib militer akan digerkan
sehingga ada kehawatiran dari golongan tertentu bahwa TNI akan kembali
berkuasa seperti pada masa orde baru. Polemik inilah yang menjadi salah satu
alsannya.
Wajib militer adalah suatu kebijakan yang mewajibkan warga negara
untuk menyumbangkan tenaganya dalam angkatan perang. Kebijakan ini
bertujuan untuk meningkatkan kedisiplinan, keberanian, kemandirian, serta

nasionalisme.9 Di Indonesia sendiri saat ini sedang mengembangkan bela negara.
Jenderal Potensi Pertahanan, Tataran Dasar Bela Negara (Jakarta: Direktorat Jenderal Potensi
Pertahanan Kementerian Pertahanan RI, 2014), hal. 6. Kementerian Pertahanan Republik
Indonesia, Buku Putih Pertahanan Indonesia (Jakarta: Kementerian Pertahanan Republik
Indonesia, 2015), hal. 1. Rancangan Undang-Undang Republik Indonesia (RUU) tentang
komponen cadangan pertahanan negara, Pasal 1.
6 Indonesia, Undang-Undang tentang Pertahanan Negara, UU No, 3 Tahun 2002, LN No. 3
Tahun 2002, TLN No. 4169, Pasal 7 Ayat (2). Lihat Juga Rancangan Undang-Undang Republik
Indonesia (RUU) tentang komponen cadangan pertahanan negara.
7 Mobilisasi adalah tindakan pengerahan dan penggunaan diseluruh maupun sebagian wilayah
negara secara serentak atas sumber daya nasional yang telah dibina sebagai kekuatan komponen
pertahanan negara. Lihat Rancangan Undang-Undang Republik Indonesia (RUU) tentang
komponen cadangan pertahanan negara, Pasal 1.
8 Indonesia, Undang-Undang tentang Pertahanan Negara, UU No, 3 Tahun 2002, LN No. 3
Tahun 2002, TLN No. 4169, Pasal 8.
9Nikky,
“Bagaimana
Bila
Indonesia
Jadi

Menerapkan
Wajib
Militer,”
http://www.saranainformasi.com, diakses pada tanggal 14 Desember 2017.

tujuan diadakannya pembelajaran bela negara adalah untuk menumbuhkan rasa
percaya diri, optimis, kerja keras, kedisiplinan, nasionalisme dan patriotisme. 10
Penerapan akan wajib bela negara di Indonesia, hemat penulis merupakan suatu
wujud nyata dari wajib militer.
Beberapa negara mengatur hal yang sama, guna memperkuat sistem
pertahanan dan keamanan negaranya, di Amerika Serikat misalnya, komponen
cadangan (reserve component) atau kekuatan cadangan (reserve force) telah
dipersiapkan dan menjadi kekuatan yang tidak kalah kuatnya dengan komponen
utamanya.
Di Indonesia sendiri masalah komponen cadangan legalitas hukumnya
sampai saat ini masih menjadi perdebatan. Pasalanya RUU yang diajukan merujuk
pada wajib militer. Hemat penulis wajib militer yang terdapat dalam RUU komcat
perlulah diapresiasi, melihat negara kita yang multikultural baik dari suku, agama,
budaya dan ras, yang sangat rentan disintegrasi sehinga membutuhkan jiwa korsa
yang tinggi untuk disatukan dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika. Dan karena kita

memiliki doktrin perang semesta maka perlu ada pendidikan dasar kemiliteran
kepada komponen cadangan dan komponen pendukung agar ketika dibutuhkan
sewaktu-waktu sudah memiliki kesiapan, khusunya ketika terjadi perang ataupun
konflik sehingga mampu menghadapinya. Setelah waktu perang berakhir atau
pada saat damai tercapai, komponen cadangan dan komponen pendukung ini
dapat kembali ke profesi awalanya yakni sebagai sipil biasa, dan jika ada yang
ingin melanjutkan menjadi militer juga bisa. Jadi masyarakt diberikan pilihan.
Namun penulis juga tidak menafikan akan kesipaan negara sendiri dalam
melaksanakan wajib militer, karena wajib militer membutuhkan anggaran yang
tidak sedikit karena kebutuhan logistiknya misalnya, anggaran yang diajukan 1,3
namun yang diberikan baru 0,8.
Selain itu, wajib militer bagi warga sipil juga banyak yang menganggap
telah bertolak belakang dengan ketentuan hukum humaniter internasional. Wajib
militer dianggap meniadakan prinsip pembedaan (distinction principle) dalam
Hukum Humaniter Internasional (HHI) yakni antara kombatan dan non kombatan
10

Wawancara dengan Persiden Joko Widodo, Antar TV, 2017, di Jakarta.

(civilian).11 Prinsip ini pada dasarnya mewajibkan para pihak yang terlibat dalam

suatu konflik bersenjata untuk membedakan antara kombatan (combatant) -pihak
yang terlibat langsung dalam konflik bersenjata- sebagai pihak yang dapat
dijadikan target serangan dan warga sipil (civilians) yang tidak boleh dijadikan
target serangan.12 Pembedaan perlakuan antara sipil dan militer juga telah disadari
oleh Indonesia dengan diratifikasinya Konvensi Jenewa melalui Undang-Undang
No. 59 Tahun 1958 tentang Ikut Serta Negara Republik Indonesia dalam seluruh
Konvensi Jenewa 1949.
Dengan dicanangkannya wajib militer, prinsip pembedaan dalam HHI
tidak akan lagi berlaku bagi para warga sipil yang menjadi subyek wajib militer.
Hal ini dikarenakan, para warga sipil yang mengikuti wajib militer akan kemudian
dalam konflik bersenjata statusnya akan berubah dari civilians menjadi kombatan
yang akan bersenjata dan kehilangan proteksi yang diberikan oleh HHI kepada
warga sipil.13
Namun, kita juga harus memahami dan melihat bahwa sipil yang menjadi
komponen cadangan (militer) digunakan hanya ketika terjadi konflik atau perang,
dan ketika perang sudah selesai maka komponen cadangan kembali menjadi
masyarakat sipil biasa.

11 Kombatan adalah mereka yang boleh secara aktif ikut dalam pertempuran, apabila tertangkap
lawan menjadi tawanan perang. Penduduk sipil (civilian) adalah mereka yang tidak boleh turut

serta dalam pertempuran, mereka harus dilindungi dan tidak boleh dijadikan sasaran serangan.
Lihat tulisan Lina Hastuti, “Wajib Bela Negara dan Prinsip Pembedaan dalam Hukum Humaniter
Internasional (Kajian Pasal 30 UUD 1945),” dalam portalgaruda.org, diakses pada tanggal 13
Desember 2017.
12 Jean Marie Henckaerts, Customary International Humanitarian Law (Jenewa: ICRC, 2005),
hal. 3-24.
13 KGPH Haryomataram, Pengantar Hukum Humaniter (Jakarta: Raja Grafindo Persada 2005),
hal. 73.

DAFTAR PUSTAKA
Haryomataram, KGPH. 2005. Pengantar Hukum Humaniter. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Hastuti, Lina. “Wajib Bela Negara dan Prinsip Pembedaan dalam Hukum Humaniter Internasional
(Kajian Pasal 30 UUD 1945).” Dalam portalgaruda.org, diakses pada tanggal 13
Desember 2017.
Henckaerts, Jean Marie. 2005. Customary International Humanitarian Law. Jenewa: ICRC.
Indonesia, Undang-Undang tentang Pertahanan Negara, UU No, 3 Tahun 2002, LN No. 3 Tahun
2002, TLN No. 4169, Pasal 1 Ayat (2).
Indonesia, Undang-Undang tentang Pertahanan Negara, UU No, 3 Tahun 2002, LN No. 3 Tahun
2002, TLN No. 4169, Pasal 7 Ayat (2).
Indonesia, Undang-Undang tentang Pertahanan Negara, UU No, 3 Tahun 2002, LN No. 3 Tahun

2002, TLN No. 4169, Pasal 8.
Kementerian Pertahanan Republik Indonesia. 2015. Buku Putih Pertahanan Indonesia. Jakarta:
Kementerian Pertahanan Republik Indonesia.
Kementerian Pertahanan RI Direktorat Jenderal Potensi Pertahanan. 2014. Tataran Dasar Bela
Negara. Jakarta: Direktorat Jenderal Potensi Pertahanan Kementerian Pertahanan RI.
Nikky.

“Bagaimana
Bila
Indonesia
Jadi
Menerapkan
Wajib
http://www.saranainformasi.com. Diakses pada tanggal 14 Desember 2017.

Wawancara dengan Persiden Joko Widodo. Antar TV, 2017, di Jakarta.

Militer.”