POLA INTERAKSI SOSIAL DAN KERUKUNAN

POLA INTERAKSI SOSIAL DAN KERUKUNAN
Laporan Penelitian
Kunjungan Lapangan ke Vihara Ratanavana Arama,
Sendangcoyo Lasem

1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)

Nama kelompok :
Abdur Rohman A. (01)
Diana Kholid A.
(04)
Lia Arnita
(14)
Nanda Bintara P. (20)
Nanda Ikasari

(21)
Nur Lailatul M.
(25)
Wahyu A.
(34)
Kelas : XI IPS -2

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH
DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SMA NEGERI 1 PAMOTAN
November, 2017

Laporan Penelitian | Interaksi Sosial dan Kerukunan

1

KATA PENGTANTAR

Rasa syukur , kami panjatkan ke hadirat _Tuhan Yang Maha Esa_ atas
karunia yang dilimpahkan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan

penulisan _laporan hasil kunjungan kami_ ke Vihara Ratanavana Arama ,
Sendangcoyo, lasem.
Kegiatan kunjungan ini merupakan salah satu bentuk pembelajaran ilmu
sosiologi , sebagaimana peserta didik mudah memahami dirinya, dapat
mengetahui realitas sosial yang terjadi dimasyatakat.
Dalam penyusunan penulisan kami ,menyadari masih terdapat banyak
kekurangan yang dibuat, baik sengaja maupun tidak disengaja dikarenakan
keterbatasan ilmu pengetahuan, pengalaman serta wawasan yg dimiliki. Untuk itu
kami mohon maaf atas segala kekurangan tersebut. Oleh karena itu, mohon kritik
dan saran untuk memperbaikinya .
Semoga hasil makalah yang saya buat ini bermanfaat dalam proses
pembelajaran ,pengetahuan dan pengembangan imajinasi .

Pamotan, November 2017
Penyusun

Laporan Penelitian | Interaksi Sosial dan Kerukunan

2


BAB I
PENDAHULUAN

Alhamdulillah karena pada pagi yang sedikit mendung ini kami dapat
berkumpul dalam keadaan sehat dan tanpa halangan apapun untuk melaksanakan
kunjungan lapangan ke Vihara Ratanavana Arama , yang terletak di Sendangcoyo,
Lasem . Dilaksanakan pada hari Rabu,14 November 2017, sekitar pukul 08.00
WIB berangkat dari SMA N 1 Pamotan.
Kami melaksanakan kunjungana lapangan ke Vihara Ratanavana Arama,
karena untuk mengetahui bagaimana keadaan (situasi) atau realitas sosial yang
terjadi di Vihara Ratanavana Arama . Selain itu kita mengamati Proses kehidupan
dan kerukunan masyarakat sekitar Vihara tersebut.
Kunjungan tersebut bertujuan supaya siswa mengetahui proses sosial ,ralitas
sosial ,dan kehidupan sosial ,dan dengan mudah mengetahui semua yang ada di
Vihara Ratanavana Arama, Sendangcoyo , lasem.
Hasil dan bukti penulisan kami dari kunjungan ke Vihara Ratanavana Arama
bisa bermanfaat bagi yag membaca, yaitu dapat mengetahui bagaimana sejarah
Vihara Ratanavan Arama , menambah wawasan ,ilmu pengetahuan dan lain
sebagainya.
Kami menyusun laporan ini berdasarkan apa yang kami amati dan juga

berdasarkan sejarah yang diceritakan oleh pemandu Vihara Ratanavan Arama.
Selain itu juga dari informasi wawancara kami dengan warga sekitar Vihara
Ratanavan Arama.
Dalam penulisan kami banyak kekurangan yg dibuat ,baik disengaja
maupun tidak disengaja. Karena keterbatasan ilmu ,wawasan ,dan pengalaman
kami . Apabila ada kritik dan saran kami sangat menerimanya karena dapat
digunakan untuk penyempurnaanya .

Laporan Penelitian | Interaksi Sosial dan Kerukunan

3

BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah berdirinya Vihara Ratanavana Arama
Didirikn oleh Bhante Sudhammo Mahathera ia bersekolah di Sekolah
Teknik Menengah (STM). Setelah lulus Skolah STM tahun 1959, Busaha muda
memilih hidup mengembara dari hutan ke hutan yang ada di Pulau Jawa selama
kurang lebih empat setengah tahun. Tujuannya untuk mencari makna kehidupan.
Selama pencariannya itu, berbagai pengalaman, baik manis maupun pahit,

dialaminya. Semuanya dijalani tanpa keluhan.
Tahun 1964, setelah keluar dari hutan, ia mulai mengenal Agama Buddha.
Di tahun 1972, ia bertemu dengan (alm.) Y.M. Girirakkhito Mahathera. Rupanya,
pertemuan itu membawa kesan yang mendalam. Tidak lama kemudian, tepatnya
10 November 1972 pukul 10.00 WIB, ia ditahbiskan menjadi Samanera oleh
almarhum Bhante Giri di Surabaya.
Dua tahun berikutnya, ia diupasampada menjadi Bhikkhu Sudhammo oleh
Somdet Phra Nyanasamvara (Supreme Patriarch of Thailand) di Wat Bovonarives
Vihara, Bangkok, Thailand. Selama di negeri gajah putih itu, ia sempat kuliah di
salah satu universitas selama setahun. Setelah itu ia berguru kepada Ajahn Tate
Dasaramsi. Di antara para Bhikkhu lainnya yang juga berguru di tempat yang
sama, ia terkenal paling berani.
Di tahun 1976 terjadi sebuah peristiwa penting dan bersejarah yang
melibatkan dirinya. Pada 23 Oktober 1976, ia bersama bhikkhu lainnya
mendirikan Sangha Theravãda Indonesia (STI). Pendirian persaudaraan para
Bhikkhu aliran Theravãda itu bertempat di Vihãra Maha Dhammaloka (sekarang
Vihãra Tanah Putih), Semarang.
Selanjutnya, ia mulai mencari tanah di daerah pegunungan untuk
mendirikan sebuah vihara. Pilihan jatuh pada Desa Sendang Coyo, Lasem. Desa
ini terletak di daerah pegunungan yang tandus dan cukup terjal. Akibatnya tenaga

dan dana yang diperlukan menjadi ekstra besar. Meskipun demikian, ia tidak
mengenal rasa putus asa dan tetap bersemangat. Bahkan beberapa pekerjaan
dikerjakannya sendiri. Seperti mengangkut pasir, memikul kayu, sampai
mengaspal jalan setapak. Awalnya luas lahan vihara hanya 1 hektar. Namun,
Laporan Penelitian | Interaksi Sosial dan Kerukunan

4

berkat uluran tangan para donatur, lahan vihara bertambah luas menjadi 6 hektar.
Dipilihnya Lasem sebagai tempat dibangunnya vihara tak lain karena Lasem
merupakan salah satu titik perkembangan Agama Budha di Indonesia sejak zaman
Majapahit. Di Desa Ngasinan, Warugunung, tak jauh dari Sendangcoyo, terdapat
makam Brotoçanti, salah satu keturunan Putri Campa. Konon, Patih Gajah Mada
pernah bersemedi di tempat itu. Setelah bertahun-tahun melewati masa-masa yang
sulit, akhirnya ia dapat mewujudkan impiannya.
Tahun 1985, Vihãra Ratanavana Arãmã berhasil didirikan dengan ditandai
selesainya bangunan Dhammasala. Seiring dengan keberhasilan itu, berbagai
perubahan terjadi. Ia yang sebelumnya sangat pendiam berubah menjadi humoris.
Badannya yang dulunya kurus menjadi semakin berisi. Tanah yang dulunya
tandus perlahan-lahan menjadi subur. Kesulitan airpun bisa teratasi. Semua itu

berkat kegigihannya. Ia kerap kali berjalan ke gunung-gunung sekitar vihara
hanya untuk mencari sumber air.
Agar biaya perawatan dan pemeliharaan vihãra tidak tergantung pada dana
yang diberikan oleh umat, ia berusaha menciptakan sejumlah pos penggalian
dana. Antara lain dengan penjualan madu hutan dan tanaman-tanaman palawija
yang diusahakan oleh pengurus vihãra. Selain untuk vihãra, hasil penjualan itu
dimanfaatkan juga untuk biaya anak asuh yang berjumlah lebih dari 100 orang.
Dalam mengerjakan suatu pekerjaan, almarhum Bhante Sudhammo acap
kali tidak memperhatikan kondisi kesehatannya. Walaupun dalam keadaan tidak
sehat, sering ia memaksakan untuk tetap berkonsentrasi terhadap pekerjaannya.
Dan hal yang dikuatirkan itu akhirnya terjadi. Pada 14 Desember 1998, ia
mengalami serangan stroke pertama kalinya yang membuatnya harus menjalani
perawatan di rumah sakit di Surabaya dan dilanjutkan ke salah satu rumah sakit di
Tangerang.
Setelah keluar dari rumah sakit, ia sempat beristirahat beberapa bulan di
Vipassana Graha, Lembang.sekitar akhir tahun 1999 lalu dikabarkan almarhum
sudah kembali ke Lasem. Ia kembali menyusun sejumlah rencana untuk
pengembangan vihãra yang sudah 14 tahun ditempatinya.
Dan pada tanggal 28 februari 2000 , ia meninggal Dunia . Kemudian ia
dimakamkan didalam miniatur candi borobudur yang diberi nama Candi


Laporan Penelitian | Interaksi Sosial dan Kerukunan

5

Sudhammo Mahathera ,karena dulunya Banthe Sudhmmo bercita-cita untuk
membangun miniatur Candi Borobudur.

B. Biografi Bhante Sudhammo Mahathera
Ia lahir pada 21 April 1938 di Desa Sumenep, Madura. Orang tuanya, Malik
dan Saliha,ia di berinya nama Busaha Burhanudin. Ia merupakan anak tunggal.
Tidak heran orang tuanya cukup memanjakannya. Meskipun demikikehidupannya
tetap memperhatikan pendidikan moral baginya. Berbagai nasehat senantiasa
diberikan. Salah satu yang terus diingatnya adalah “Jangan sampai kamu meminta
kepada orang lain, tetapi memberilah kepada orang lain”.
Busaha tumbuh menjadi anak yang cerdas. Ketertarikannya dengan bidang
filosofi telah dimulai sejak usia muda. Di usianya yang ke-7, misalnya, ia telah
membuat sang ayah pusing dengan berbagai pertanyaannya tentang hal-hal pelik
seputar kehidupan.
Sayangnya, didikan dan cinta kasih dari orang tuanya hanya bisa ia rasakan

dalam waktu yang cukup singkat. Ayah dan ibunya satu persatu meninggal dunia
saat ia masih bersekolah di Sekolah Teknik Menengah (STM). Setelah lulus tahun
1959, Busaha muda memilih hidup mengembara dari hutan ke hutan yang ada di
Pulau Jawa selama kurang lebih empat setengah tahun. Tujuannya adalah untuk
mencari makna kehidupan. Selama pencariannya itu, berbagai pengalaman, baik
manis maupun pait yg dialamArama. Semuanya dijalani tanpa keluhan. Mengeluh
adalah satu hal yang selalu dihindari selama hidupnya.
Tahun 1964, setelah keluar dari hutan, ia mulai mengenal Agama Buddha.
Di tahun 1972, ia bertemu dengan (alm.) Y.M. Girirakkhito Mahathera. Rupanya,
pertemuan itu membawa kesan yang mendalam. Tidak lama kemudian, tepatnya
10 November 1972 pukul 10.00 WIB, ia ditahbiskan menjadi Samanera oleh
almarhum Bhante Giri di Surabaya.
Dua tahun berikutnya, ia diupasampada menjadi Bhikkhu Sudhammo oleh
Somdet Phra Nyanasamvara (Supreme Patriarch of Thailand) di Wat Bovonarives
Vihara, Bangkok, Thailand. Selama di negeri gajah putih itu, ia sempat kuliah di
salah satu universitas selama setahun. Setelah itu ia berguru kepada Ajahn Tate

Laporan Penelitian | Interaksi Sosial dan Kerukunan

6


Dasaramsi. Di antara para Bhikkhu lainnya yang juga berguru di tempat yang
sama, ia terkenal paling berani.
Di tahun 1976 terjadi sebuah peristiwa penting dan bersejarah yang
melibatkan dirinya. Pada 23 Oktober 1976, ia bersam bhikkhu lainya menditikan
persaudaraan para bhikkhu aliran Theravada , yang bertempatan di Vihara Maha
Dhammaloka ( vihara tanah putih) , Semarang.
Selanjutnya, ia mulai mencari tanah di daerah pegunungan untuk
mendirikan sebuah vihara. Pilihan jatuh pada Desa Sendang Coyo, Lasem. Desa
ini terletak di daerah pegunungan yang tandus dan cukup terjal. Akibatnya tenaga
dan dana yang diperlukan menjadi ekstra besar. Meskipun demikian, ia tidak
mengenal rasa putus asa dan tetap bersemangat. Bahkan beberapa pekerjaan
dikerjakannya sendiri. Seperti mengangkut pasir, memikul kayu, sampai
mengaspal jalan setapak. Setelah bertahun-tahun melewati masa-masa yang sulit,
akhirnya ia dapat mewujudkan impiannya.
Tahun 1985, Vihãra Ratanavana Arãmã berhasil didirikan dengan ditandai
selesainya bangunan Dhammasala. Seiring dengan keberhasilan itu, berbagai
perubahan terjadi. Ia yang sebelumnya sangat pendiam berubah menjadi humoris.
Badannya yang dulunya kurus menjadi semakin berisi. Tanah yang dulunya
tandus perlahan-lahan menjadi subur. Kesulitan airpun bisa teratasi. Semua itu

berkat kegigihannya. Ia kerap kali berjalan ke gunung-gunung sekitar vihara
hanya untuk mencari sumber air.
Agar biaya perawatan dan pemeliharaan vihãra tidak tergantung pada dana
yang diberikan oleh umat, ia berusaha menciptakan sejumlah pos penggalian
dana. Antara lain dengan penjualan madu hutan dan tanaman-tanaman palawija
yang diusahakan oleh pengurus vihãra. Selain untuk vihãra, hasil penjualan itu
dimanfaatkan juga untuk biaya anak asuh yang berjumlah lebih dari 100 orang.
Ketika STI memperingati ulang tahunnya yang ke-20 pada 23 Oktober
1996, ia dianugrahi gelar Padhana Sasanadhaja (orang pertama yang mengibarkan
bendera sasana) atas jasa dan pengabdiannya selama menjadi Bhikkhu.
Dalam mengerjakan suatu pekerjaan, almarhum Bhante Sudhammo acap
kali tidak memperhatikan kondisi kesehatannya. Walaupun dalam keadaan tidak
sehat, sering ia memaksakan untuk tetap berkonsentrasi terhadap pekerjaannya.
Dan hal yang dikuatirkan itu akhirnya terjadi. Pada 14 Desember 1998, ia
Laporan Penelitian | Interaksi Sosial dan Kerukunan

7

mengalami serangan stroke pertama kalinya yang membuatnya harus menjalani
perawatan di rumah sakit di Surabaya dan dilanjutkan ke salah satu rumah sakit di
Tangerang.
Setelah keluar dari rumah sakit, ia sempat beristirahat beberapa bulan di
Vipassana Graha, Lembang. Rupanya ia tidak tahan untuk berlama-lama
meninggalkan lingkungan vihãra yang begitu dicintainya, sehingga sekitar akhir
tahun 1999 lalu dikabarkan almarhum sudah kembali ke Lasem. Ia kembali
menyusun sejumlah rencana untuk pengembangan vihãra yang sudah 14 tahun
ditempatinya.
Beberapa bulan kemudian, tepatnya 12 Februari 2000, ia terserang stroke
lagi sehingga harus dilarikan ke Rumah Sakit Adi Husada, Surabaya malam itu
juga. Akibat pembekuan aliran darah di sekitar otak yang menghambat pasokan
oksigen ke otaknya membuatnya harus menjalani perawatan medis secara intensif
di ruang ICU. Beberapa kali operasi dilakukan terhadap dirinya, terutama pada
bagian kepala. Beberapa kali pula ia sempat tidak sadarkan diri secara serius atau
koma. Jelas sakitnya kali ini jauh lebih parah dari sebelumnya.Rupanya, serangan
stroke kali ini adalah yang terakhir kalinya. Meskipun pada hari-hari terakhir,
kondisinya sempat membaik, namun yang namanya ketidakkekalan bisa terjadi
kapan saja. Dan akhirnya pada 28 Februari 2000 pukul 23.09 WIB, detak
jantungnya berhenti untuk selamanya.

C. Kondisi lingkungan Vihara Ratanavana Arama
Vihara Ratanavan Arama lingkungan nya bersih dari sampah plastik , karena
dijaga kebersihannya . Disana hanya ada dedaunan yang berserakan di tanah ,
serta buah-buahan yg jatuh ditanah entah busuk ataupun kematangan.
Lingkungannya banyak ditumbuhi beraneka ragam tanaman-tanaman seperi,
pepohonan , bunga, semak belukar , rerumputan dll.
Karena pada saat itu kami kesana setelah hujan , tanah dan batuannya
licin ,sehingga kita berhati- hati, agar kita tidak terpeleset dan terjatuh , karena
banyak bebatuan . Patung atau bangunan-bangunannya pun sudah ada yang retak ,
kita dilarang untuk menaiki patung dan bangunan yang sudah retak itu, nanti
bangunan itu bisa hancur ataupun roboh .
Laporan Penelitian | Interaksi Sosial dan Kerukunan

8

D. Situs-situs di Vihara Ratanavana Arama
Rangkaian patung Sidhartha Gaoutama, mulai dari awal kelahiran, sampai
menjadi Buddha hingga wafat, yang terbagi enam situs patung.
Dari halaman bangunan vihara, naik sedikit melalui jalan bertangga, akan
sampai pada :

Laporan Penelitian | Interaksi Sosial dan Kerukunan

9

1. Situs pertama

Di situs ini terdapat taman yang sejuk dilengkapi dengan patung Sidharta
lahir, Dewi Mahamaya (ibunda Sidharta), gajah putih , ular naga raksasa
(keperkasaan), serta tujuh kembang teratai(kesucian), banthe siwali (tsmbahan
setelah sang buddha). semua patung berwarna emas. Disitus ini Menggambarkan
bagaimana Ratu Mahamaya mengandung anak Sidharta Gautama.

Laporan Penelitian | Interaksi Sosial dan Kerukunan

10

2. Situs Kedua

Terdapat patung Sidharta yang menggambarkan Sidharta tengah bermeditasi
selama enam tahun di hutan Uruvela, benars, India. Kedua tangannya terkatup di
depan dada. Tubuh Sidharta terlihat kurus kering. Dengan tujuan mengajarkan
kepada pengikutnya agar tidak menyakiti diri sendiri dalam bermeditasi.

Laporan Penelitian | Interaksi Sosial dan Kerukunan

11

3. Situs ketiga

Patung Sidharta berdiri dengan tangan kanan dia mencapai depan dengan
telapak tangan menghadap ke depan. Patung ini menggambarkan Sidharta telah
menemukan tujuh langkah mencapai kesempurnaan hidup, yaitu Sati (perhatian),
Dhamma (penyelidikan), Viriya (semangat), Piti (kegiuran), Pasadi (ketenangan),
Samadhi (pemusatan pikiran) dan Upekkha (keseimbangan batin).
Disamping patung terdapat tembok yang dijadikan semacam prasasti
beberapa ajaran utama Buddha Gautama. Pahatan tulisan tersebut diatas berbunyi,
“Jalan utama berunsur delapan : (1) Pengertian benar (2) Pikiran benar (3) Ucapan
benar (4) Perbuatan benar (5) Mata pencaharian benar (6)Daya upaya benar (7)
Perhatian benar dan (8) Konsentrasi benar”

Laporan Penelitian | Interaksi Sosial dan Kerukunan

12

4. Situs Keempat

Terdapat patung Sidharta Gautama yang sedang duduk dan dibelakangnya
ada cakra yang besar . Disaat itu Sidharta gautama mendapat penerangan
sempurna . Cakra tersebut melambangkan bahwa roda darma yang terus berputar .

Laporan Penelitian | Interaksi Sosial dan Kerukunan

13

5. Situs ke lima

Patung Sidharta duduk bersila sedang menyampaikan ajarannya kepada lima
petapa muda, terdapat pula patung seekor rusa. Situs patung ini menceritakan
Sidharta yang telah menjadi Buddha Gautama. Untuk pertama kalinya sang
Buddha menyampaikan ajarannya kepada lima petapa yakni Kondanya,Badiya,
Mahanama, Wapa, dan Asaji di taman rusa Isipatana, India.

Laporan Penelitian | Interaksi Sosial dan Kerukunan

14

6. Situs keenam

Patung Buddha Gatama dengan posisi tidur miring ke kanan. Patung
sepanjang 14 meter tersebut menggambarkan sang Buddha Gautama meninggal
secara sempurna (parinibbana). Ia meninggal pada usia 80 tahun .

Laporan Penelitian | Interaksi Sosial dan Kerukunan

15

Tempat lain yang menjadi daya tarik di vihara ini adalah miniature Candi
Borobudur. Situs ini letaknya di sebelah utara vihara. Miniatur Borobudur
dibangun sebagai penghormatan kepada Bhante Sudhamo. Semasa hidupnya,
Bhanda Sudhamo pernah becita-cita membangun miniatur bangunan candi yang
menjadi salah satu keajaiban dunia tersebut. Di dalam miniatu Borobudur itulah
letak makan Bhante Sudhamo.
Pada miniature bangunannya sangat mirip dengan bangunan aslinya. Relief
pada miniature candi Borobudur berupa gambar bhante Sudhamo.

Laporan Penelitian | Interaksi Sosial dan Kerukunan

16

Di depan halaman miniature Borobudur didirikan satu pedapa dan rumah
kayu yang bisa digunakan untuk tempat beristirahat .

Letaknya dibelakang candi Sudhammo Mahathera yang terdapat
bangunan Kapal beserta Kolam ikan yang didalamnya ada patung besar sebagai
nahkoda , dihalaman tempat kapal itu berada halamanya penuh dengan bunga
yang tertata rapi . Bangunan kapal tersebut menggambarkan bahawa dulu Banthe
sudhammo seorang nahkoda.

Laporan Penelitian | Interaksi Sosial dan Kerukunan

17

Bangunan puja bhakti terletak di pojok vihara. Bangunan pintunya dari
kayu yang berukir-ukiran dan tiang penyangganya terbuat dari beton yang tinggi.

Di dalam vihara terdapat altar puja bhakti yang berupa patung Buddha
lengkap dengan persembahannya. Bangunan itu mampu menampung 200 orang.
Perlengkaoan yang digunakan untuk pemujaan yakni Air(membersihkan kotoran),
Bunga(ketidak kekalan) , Buah ( rasa terimakasih), lilin(pengorbanan) ,
Ahar(kehancuran), patung(objek meditasi), kitab suci nya adalah Tripitaka (tiga
keranjang) . Kebaktian dilaksanakan setiap Rabu malam.

Laporan Penelitian | Interaksi Sosial dan Kerukunan

18

E. Potret Interaksi sosial masyarakat Sekitar
1. Pendidikan
Divihara , masyarakat mengetahui bagaimana proses tata cara beribadah
disana , dan dari cerita cerita , patung-patung , tulisan tulisan dapat menambah
wawasan pengetahuan . Tetapi pendidikan tersebut khusus Budha ,seperti Anak
asuh.
2. Keyakinan
Dalam keyakinan yang berbeda , mereka tidak memandang baik buruknya
mereka yang berbeda agama , jika ada upacara atau acara divihara , mereka boleh
datang ,dan pihak vihara pun tidak melarang jika ada undangan yg diberikan.
Keyakinan di Vihara tersebut tidak mempengaruhi keyakinan yang dianutnya .
3. Pekerjaan
Jika ada pembangunan di vihara , masyarakat ikut membantunya . Jika ada
perbaikan , pembangunan jalan , pemanenan buah-buahan , dan perawatannya.
4. Kesenian
Kesenian yang ada divihara biasanya nyanyian dari anak asuh . Masyarakat
sekitar vihara pun boleh menonton kesenian tersebut, meskipun berbeda-beda
agama .
5. Tradisi
Tradisi yang dilakukan yakni kebhaktian yang dilakukan pada Rabu malam .
Pernikahan , kematian , biasanya dilakukkan di vihara tersebut , tepatnya di
tempat pujja bhakti . Biasanya warga sekitar diundanguntuk menghadiri upacara
tersebut , biasanya warga yang agamanya berbeda hanya melihat dari luar tempat
pujja bhakti . , biasanya disana upacaranya 4 kali , seperti muslim ada besaran
,rejepan dan lainnya tetapi nama atau sebutan berbeda yanki waisya(kelahiran
pangeran) , Sidarta (mencapai penerangan), Asada(perputaran kakbah),
katina(biku 3 bulan dan berdana berupa jubah ,obat-obatan ,tempat tinggal . Maga
pujja (berkumpulnya 1250 orang bikkhu).
6. Perdagangan
Vihara yang menjual Hasil tanaman atau buah-buahan yang ada di Vihara ,
biasanya masyarakat membeli hasil alam itu , dan biasanya warga ikut menitipkan
hasil alam mereka kepada pengelola vihara untuk dibawa kepasar . Sarana dan
prasarana seperti truk yang digunakan untuk mengangkut hasil alam dan dijual ke
pasar . Vihara juga menjual Madu ternak , madu hutan dan tanaman-tanaman
palawija .
Laporan Penelitian | Interaksi Sosial dan Kerukunan

19

7. Teknologi
Teknologi yang digunakan yakni teknologi transportasi , sarana prasarana
yang digunakan seperti Truk , mobil ,motor dan lain-lain. Truk yang digunakan
untuk mengangkut hasil alam yang akan dijual ke pasar , biasanya warga ikut
menitipkan hasil tananmanya ke pasar dengan jasa sarana pihak Vihara.

F. Potret kerukunan masyarakat di sekitar Vihara
Masyarakat yang sering berkunjung merupakan suatu kerukunan antar
masyarakat sekitar vihara. Sikap saling menghormati , toleransi , dan kerjasama
masyarakat dengan vihara.
G. Konsep kerukunan antar umat berAgama
Kerukunan Umat Beragama adalah keadaan hubungan sesama umat
beragama yang dilandasi toleransi, saling pengertian, saling menghormati,
menghargai kesetaraan dalam pengamalan ajaran agamanya. Termasuk
didalamnya adalah kerjasama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara ,kerukunan yang dimaksud dibangun (oleh) umat beragama yang
berbeda-beda agamanya, yang dilandasi toleransi dan kesetaraan. Toleransi
merupakan sifat atau sikap saling menghormati perbedaan yang ada (terhadap
sesama). Adapun setara adalah sama kedudukannya, maksudnya yaitu setara
dalam pengamalan ajaran agamanya. Kedua, adalah kerjasama dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. keharusan untuk memiliki pemahaman
bahwa hubungan yang dibangun dilandasi kesadaran sebagai umat yang berbedabeda agama dan keyakinan. Tentu saja perbedaan ini tidak bisa disama-samakan,
karena menyangkut keimanan . Termasuk di dalamnya adalah cara masing-masing
beribadah kepada Tuhan. Maka yang dikembangkan adalah toleransi. Setiap
penganut agama harus mengimani keyakinan agamanya, namun ia harus
mengakui bahwa ada orang lain yang memiliki iman berbeda. Dalam kaidah
“bagimu agamamu bagiku agamaku”.

Laporan Penelitian | Interaksi Sosial dan Kerukunan

20

BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
1. Situs Vihara
Vihara Ratanavana Arama ini memiliki 5 situs tentang perjalanan hidup sang
Buddha,mulai dari situs pertama hingga ke lima. Yaitu : Situs pertama,
merupakan awal mula Sidharta Gautama di lahirkan oleh Dewi Mahamaya. Di
situs tersebut dapat sebuah taman yang asri lengkap dengan patung Sidharta
Gautama beserta ibunya,gajah putih, ular naga raksasadan tujuh bunga teratai.
Situs kedua, pada situs kedua ini bercerita tentang Sidharta Gautama yang
bersemedi selama 6 tahun di hutan Uruvela India. Terdapat patung Sidharta
Gautama setinggi 3 meter sedang duduk di bawah pohon beringin dengan badan
terlihat kurus kering. Situs ketiga, bercerita tentang Sidharta Gautama sudah
menemukan tujuh langkah mencapai kesempurnaan hidup. Terdapat patung
Sidharta berdiri di atas bunga teratai dengan tangan kanan di angkat setinggi dada
dan telapak tangan menghadap ke depan. Di situs ke empat, bercerita tentang
Sidharta Gautama telah menjadi Buddha Gautama. Terdapat patung sang Buddha
sedang duduk di atas bunga teratai dan sedang menyampaikan ajarannya kepada
beberapa muridnya di Taman Rusa Isipatana India serta terdapat beberapa patung
rusa. Pada situs kelima, bercerita tentang sang budha telah meninggal dunia
dengan sempurna . Terdapat patung Buddha tidur sepanjang 14 meter dengan
posisi tidur miring kekanan dan tangan kanan di lipat ke depan wajahnya dan
menghadap ke selatan. Di sini juga terdapat sebuah candi Sudhammo Mahathera
mirip candi Borobudhur yang merupakan tempat peristirahatan terakhir pendiri
vihara ini, karena beliau semasa hidupnya ingin membangun miniatur candi
Borobudur. Serta terdapat sebuah kapal beserta kolam ikan yang di dalamnya
terdapat patung besar sebagai nahkoda.
Bangunan puja bhakti terletak di pojok vihara. Bangunan tersebut sangatlah
indah ,pintu kayu yan berukir-ukiran ,Tiang penyangganya terbuat dari beton yang
tingg. Di dalam vihara terdapat altar puja bhakti yang berupa patung Buddha
lengkap dengan persembahannya. Bangunan itu mampu menampung 200 orang.
2. Interaksi sosial masyarakat Sekitar Vihara
Laporan Penelitian | Interaksi Sosial dan Kerukunan

21

Interaksi antara masyarakat di sekitar Vihara berjalan dengan baik , jika di
Vihara ada pentas kesenian, pernikahan , dll. , masyarakat sekitar vihara juga
diundang untuk menghadiri acara itu ,meskipun berbeda kepercayaan. Warga ada
yang datang dan ada yg tidak , jika ada acara di dalam tempat puja bhakti, warga
yg agamanya berbeda biasanya hanya melihat dari depan saja.
Kemudian , ada warga yg menitipkan baraang dagangannya ke sarana yg
ada di Vihar , kemudian dijual dipasar . Saat kami berinteraksi dengan salah satu
warga , kami berkomunikasi dengan baik ,sopan dan santun . Kami juga disambut
dengan wajah ceria oleh warga tersebut, sehingga kami merasakan kedekatan
dengan warga tersebut.
3. Kerukunan masyarakat di sekitar Vihara
Kerukunan masyarakat disekitar vihara , seperti mengunjungi Vihara , ikut
melaksanakan Bhakti sosial , saling membantu vihara dengan masyarakat , adanya
toleransi antar masyaralat dan Vihara . Masyarakat ikut serta membantu perbaikan
Vihara atau bangunan-bangunan yang retak.

B. Saran
1. Untuk pihak pengelola
Vihara tersebut bersih dari sampah plastik ,tetapi banyak berserakan
buah-buahan busuk yang berserakan dijalan . Seharusnya buah busuk itu
dikumpulkan supaya pemandangan jalan terlihat bersih ,tidak kotor lagi ,dan
bangunan yang retak diperbaiki serta menjaga bangunan itu tetap baik.
2. Untuk pihak pemerintah
Pemerintah harus ikut serta dalam membantu pembangunan ,perbaikan
bangunan tersebut , perbaikan jalan dan keamanan, serta ikut melestarikan vihara
tersebut. toleransi terhadap masyarakat dengan lingkungan vihara tersebut .
3. Untuk pihak siswa
Bagi pengunjung harus menaati tata tertib , sopan santun dalam berbicara
,pengunjung harus memenuhi peraturan di vihara , saling menghormati , berhatihati , harus memenuhi syarat untuk berkunjung ,seperti membawa surat instant
misalkan surat keterangan dari sekolah untuk melakukan pengamatan ,

Laporan Penelitian | Interaksi Sosial dan Kerukunan

22

Lampiran Foto Pendukung
Foto Nara Sumber

Foto Kelompok

Laporan Penelitian | Interaksi Sosial dan Kerukunan

23