ALAT BANTU GERAK ELEKTRIK DENGAN SISTEM

ALAT BANTU GERAK ELEKTRIK DENGAN
SISTEM KONTROL UNTUK PENYANDANG
CACAT (POLIO) DAN LANSIA
BIDANG KEGIATAN :
PKM-GAGASAN TERTULIS

Diusulkan oleh :
Deona Erion (1110913047)
Maigi Saputra ( 1010911011)
Dila Zati Hulwani (1110911011)
Ahmad Affandi (1110913043)

UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2014

DAFTAR ISI
Halaman Judul / Cover
Halaman Pengesahan
Daftar Isi................................................................................................................


i

Daftar Gambar.......................................................................................................

iii

Ringkasan..............................................................................................................

iv

Pendahuluan
Latar Belakang ................................................................................................

1

Tujuan ............................................................................................................

2

Manfaat yang ingin dicapai............................................................................


2

Gagasan
Kondisi kekinian Pencetus Gagasan ...............................................................

3

1. Kurang Bergerak. ..................................................................................

3

2. Instabilitas .............................................................................................

4

3. Beser......................................................................................................

4


4. Gangguan Intelektual ............................................................................

5

5. Infeksi....................................................................................................

5

6. Gangguan pancaindera, komunikasi, penyembuhan, dan kulit.............

5

7. Sulit buang air besar (konstipasi)..........................................................

5

8. Depresi ..................................................................................................

6
i


9. Kurang gizi............................................................................................

6

10. Tidak punya uang................................................................................

7

11. Penyakit akibat Obat-obatan ...............................................................

7

12. Gangguan Tidur
Solusi yang pernah ditawarkan .......................................................................

8

Gagasan yang diajukan ...................................................................................


9

Pihak-pihak yang terkait .................................................................................

10

Metode Perancangan .......................................................................................

10

Kesimpulan
Kesimpulan .....................................................................................................

14

Daftar Pustaka
Daftar Pustaka .................................................................................................

15


Lampiran-lampiran
Daftar Biodata
1. Ketua Pelaksana....................................................................................

16

2. Pelaksana 1 ...........................................................................................

17

3. Pelaksana 2 ...........................................................................................

18

4. Pelaksana 3 ...........................................................................................

19

Susunan Organisasi Tim Kegiatan dan Pembagian Tugas
Surat Pernyataan Ketua Pelaksana

ii

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kaki Palsu otomatis ...............................................................................

9

Gambar 2. Bagian (1) Paha,(2) Betis ......................................................................

8

Gambar 3. Sepatu ......................................................................................................

12

Gambar 4. Hidrolik....................................................................................................

12

o


o

Gambar 5. Posisi hidrolik ketika membentuk sudut 45 ,50 ........................................

12

Gambar 6. Posisi hidrolik ketika melangkah ..............................................................

13

Gambar 7. Posisi Kerja Alat bantu jalan.....................................................................

13

iii

RINGKASAN
Manusia membutuhkan tubuh dan akal yang sehat untuk dapat berprestasi dan
membangggakan orang tua. Namun apabila seseorang memiliki kekurangan pada

fisiknya, hal tersebut dapat menghambat mereka untuk dapat berprestasi. Maka dari
itu, kami merancang alat bantu untuk penyandang cacat khususnya untuk penyandang
polio dan lansia.
Polio adalah cacat oleh virus yang menyebabkan infeksi saraf dan kadangkadang sumsum tulang belakang dan otak yang menyebabkan kelumpuhan parsial
atau lengkap. Kerusakan tulang dapat mengakibatkan permanen otot kelemahan dan
cacat. Berdasarkan fakta yang telah disampaikan sebelumnya, maka perancang
merancang alat bantu gerak eletrik dengan system control yang ringan, praktis, mudah
digunakan dan bisa dijadikan terapi untuk penyandang cacat.
Penulisan proposal ini dimulai dengan bagian pendahuluan yang menguraikan
latar belakang, tujuan penulisan, sampai manfaat yang hendak diperoleh dari
penyusunan proposal ini. Bagian selanjutnya merupakan bagian penguraian gagasan
yang memaparkan mengenai kondisi kekininan bagi penyandang cacat, solusi yang
pernah dilakukan, gagasan yang diajukan penulis serta kehandalan dari produk yang
diranvang oleh penulis. Dalam bagian ini juga dicantumkan pihak-pihak yang dapat
mengimplementasikan gagasan. Pada bagian akhir, penulis memberikan rekomendasi
terhadap perwujudan gagasan ini.

iv

PENDAHULUAN


Latar Belakang
Tumbuh dan berkembang menjadi anak yang sehat adalah impian semua
manusia dimuka bumi. Dengan tubuh yang sehat para generasi penerus bangsa dapat
berprestasi dan membahagiakan orang tua. Dengan prestasi yang diraih kehidupan
manusia dapat menjadi sejahtera dan meningkatkan perekonomian. Namun, lain
halnya jika saat seseorang sedang tumbuh tetapi harus menyandang cacat seumur
hidup atau bisa sembuh dari kecacatan dengan terapi yang memakan waktu yang
lama. Cacat fisik ataupun mental dapat mengganggu seseorang dalam menjalankan
kegiatan sehari-hari.
Berdasarkan hasil pendataan/survey jumlah penyandang cacat pada 9 provinsi
sebanyak 299.203 jiwa dan 10,5% (31.327 jiwa) merupakan penyandang cacat berat
yang mengalami hambatan dalam kegiatan sehari-hari (activity daily living/ADL).
Kecacatan yang paling banyak dialami adalah cacat kaki (21,86%), mental retardasi
(15,41%) dan bicara (13,08%). Data di atas menunjukkan bahwa tingginya kebutuhan
akan protesa kaki palsu di Indonesia.[1]
Dari data yang telah tertera diatas, maka kami merancang alat gerak berupa
kaki palsu dengan sistem kontrol elektrik untuk penyandang cacat yang juga bisa
digunakan untuk lansia. Dalam perancangan alat gerak ini, dirancang brace yang
dapat menompang badan si pengguna dengan alasan penyandang cacat dan lansia

biasanya memiliki kelemahan fisik untuk menegakkan badannya sendiri. Penyandang
cacat yang dijadikan target adalah penyandang cacat polio. Cacat polio adalah
penyakit virus. Virus ini menyebabkan infeksi saraf dan kadang-kadang sumsum
tulang belakang dan otak yang menyebabkan kelumpuhan parsial atau lengkap. Di
sekitar 95% kasus infeksi ringan dan tidak berbahaya. Namun dalam 1% atau kurang
jumlah individu mungkin ada kelumpuhan kaki atau lain otot, otak penderitaan atau
meningitis dan ensefalitis.

1

Hal ini terjadi ketika virus menyerang saraf tulang (terutama bagian dari
tulang yang disebut tanduk anterior) dan bagian dari otak yang disebut batang otak
yang lebih rendah.
Batang otak berkaitan dengan mengontrol pernapasan. Kerusakan daerah ini
dapat menyebabkan kelumpuhan otot respirasi dan bahkan kematian. Kerusakan
tulang dapat mengakibatkan permanen otot kelemahan dan cacat.
Perancangan alat gerak ini dibuat dengan desain sesederhana mungkin agar si
pengguna merasa nyaman dengan alat ini, sehingga dalam perancangan ini ditambah
sistem kontrol untuk meningkatkan efisiensi kerja dari kaki palsu ini.
Tujuan
Merancang Alat Gerak Elektrik dengan system control untuk penyandang
cacat (polio) dan lansia yang ringan, praktis, mudah digunakan dan bisa dijadikan
terapi untuk penyandang cacat.
Manfaat
Dengan adanya perancangan Alat Gerak Elektrik ini diharapkan menjadi
solusi untuk pengembangan disain protesa/kaki palsu modern bagi penyandang cacat
(polio).

2

GAGASAN

Kondisi kekinian Pencetus Gagasan
Penampilan penyakit pada lanjut usia (lansia) sering berbeda dengan dewasa
muda, karena penyakit pada lansia merupakan gabungan dari kelainan-kelainan yang
timbul akibat penyakit dan proses penuaan, yaitu proses menghilangnya secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri
serta mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan
dan memperbaiki kerusakan pada organ tubuh.
Demikian juga, masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia berbeda
dari orang dewasa, menurut Kane dan Ouslander sering disebut dengan istilah 14 I,
yaitu immobility (kurang bergerak), instability (berdiri dan berjalan tidak stabil atau
mudah jatuh), incontinence (sulit buang air kecil dan atau buang air besar),
intellectual

impairment

(gangguan

intelektual/dementia),

infection

(infeksi),

impairment of vision and hearing, taste, smell, communication, convalescence, skin
integrity (gangguan pancaindera, komunikasi, penyembuhan, dan kulit), impaction
(sulit buang air besar), isolation (depresi), inanition (kurang gizi), impecunity (tidak
punya uang), iatrogenesis (menderita penyakit akibat obat-obatan), insomnia
(gangguan tidur), immune deficiency (daya tahan tubuh yang menurun), impotence
(impotensi).
Masalah kesehatan di atas

sering terjadi pada lansia perlu dikenal dan

dimengerti oleh siapa saja yang banyak berhubungan dengan perawatan lansia agar
dapat memberikan perawatan untuk mencapai derajat kesehatan yang seoptimal
mungkin. Beberapa penyakit yang sering diderita lansia adalah sebagai berikut:
1. Kurang bergerak: gangguan fisik, jiwa, dan faktor lingkungan dapat
menyebabkan lansia kurang bergerak. Penyebab yang paling sering adalah

3

gangguan tulang, sendi dan otot, gangguan saraf, dan penyakit jantung dan
pembuluh darah.
2. Instabilitas: penyebab terjatuh pada lansia dapat berupa faktor intrinsik (halhal yang berkaitan dengan keadaan tubuh penderita) baik karena proses
menua, penyakit maupun faktor ekstrinsik (hal-hal yang berasal dari luar
tubuh) seperti obat-obat tertentu dan faktor lingkungan.Akibat yang paling
sering dari terjatuh pada lansia adalah kerusakan bahagian tertentu dari tubuh
yang mengakibatkan rasa sakit, patah tulang, cedera pada kepala, luka bakar
karena air panas akibat terjatuh ke dalam tempat mandi. Selain daripada itu,
terjatuh

menyebabkan

lansia

tersebut

sangat

membatasi

pergerakannya.Walaupun sebahagian lansia yang terjatuh tidak sampai
menyebabkan kematian atau gangguan fisik yang berat, tetapi kejadian ini
haruslah dianggap bukan merupakan peristiwa yang ringan. Terjatuh pada
lansia dapat menyebabkan gangguan psikologik berupa hilangnya harga diri
dan perasaan takut akan terjatuh lagi, sehingga untuk selanjutnya lansia
tersebut menjadi takut berjalan untuk melindungi dirinya dari bahaya
terjatuh.
3. Beser: beser buang air kecil (bak) merupakan salah satu masalah yang sering
didapati pada lansia, yaitu keluarnya air seni tanpa disadari, dalam jumlah
dan kekerapan yang cukup mengakibatkan masalah kesehatan atau sosial.
Beser bak merupakan masalah yang seringkali dianggap wajar dan normal
pada lansia, walaupun sebenarnya hal ini tidak dikehendaki terjadi baik oleh
lansia tersebut maupun keluarganya.Akibatnya timbul berbagai masalah,
baik masalah kesehatan maupun sosial, yang akan memperburuk kualitas
hidup dari lansia tersebut. Lansia dengan beser bak sering mengurangi
minum dengan harapan untuk mengurangi keluhan tersebut, sehingga dapat
menyebabkan lansia kekurangan cairan dan juga berkurangnya kemampuan
kandung kemih. Beser bak sering pula disertai dengan beser buang air besar
(bab), justru akan memperberat keluhan beser bak tadi.
4

4. Gangguan intelektual: merupakan kumpulan gejala klinik yang meliputi
gangguan fungsi intelektual dan ingatan yang cukup berat sehingga
menyebabkan terganggunya aktivitas kehidupan sehari-hari.Kejadian ini
meningkat dengan cepat mulai usia 60 sampai 85 tahun atau lebih, yaitu
kurang dari 5 % lansia yang berusia 60-74 tahun mengalami dementia
(kepikunan berat) sedangkan pada usia setelah 85 tahun kejadian ini
meningkat mendekati 50 %. Salah satu hal yang dapat menyebabkan
gangguan interlektual adalah depresi sehingga perlu dibedakan dengan
gangguan intelektual lainnya.
5. Infeksi: merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting pada lansia,
karena selain sering didapati, juga gejala tidak khas bahkan asimtomatik
yang menyebabkan keterlambatan di dalam diagnosis dan pengobatan serta
risiko

menjadi

fatal

meningkat

pula.Beberapa

faktor

risiko

yang

menyebabkan lansia mudah mendapat penyakit infeksi karena kekurangan
gizi, kekebalan tubuh:yang menurun, berkurangnya fungsi berbagai organ
tubuh, terdapatnya beberapa penyakit sekaligus (komorbiditas) yang
menyebabkan daya tahan tubuh yang sangat berkurang. Selain daripada itu,
faktor lingkungan, jumlah dan keganasan kuman akan mempermudah tubuh
mengalami infeksi.
6. Gangguan pancaindera, komunikasi, penyembuhan, dan kulit: akibat
proses menua semua pancaindera berkurang fungsinya, demikian juga
gangguan pada otak, saraf dan otot-otot yang digunakan untuk berbicara
dapat menyebabkn terganggunya komunikasi, sedangkan kulit menjadi lebih
kering, rapuh dan mudah rusak dengan trauma yang minimal.
7. Sulit buang air besar (konstipasi): beberapa faktor yang mempermudah
terjadinya konstipasi, seperti kurangnya gerakan fisik, makanan yang kurang
sekali mengandung serat, kurang minum, akibat pemberian obat-obat tertentu
dan lain-lain.

5

Akibatnya, pengosongan isi usus menjadi sulit terjadi atau isi usus menjadi
tertahan. Pada konstipasi, kotoran di dalam usus menjadi keras dan kering,
dan pada keadaan yang berat dapat terjadi akibat yang lebih berat berupa
penyumbatan pada usus disertai rasa sakit pada daerah perut.
8. Depresi: perubahan status sosial, bertambahnya penyakit dan berkurangnya
kemandirian sosial serta perubahan-perubahan akibat proses menua menjadi
salah

satu

pemicu

munculnya

depresi

pada

lansia.

Namun demikian, sering sekali gejala depresi menyertai penderita dengan
penyakit-penyakit gangguan fisik, yang tidak dapat diketahui ataupun
terpikirkan sebelumnya, karena gejala-gejala depresi yang muncul seringkali
dianggap sebagai suatu bagian dari proses menua yang normal ataupun tidak
khas.
Gejala-gejala depresi dapat berupa perasaan sedih, tidak bahagia, sering
menangis, merasa kesepian, tidur terganggu, pikiran dan gerakan tubuh
lamban, cepat lelah dan menurunnya aktivitas, tidak ada selera makan, berat
badan berkurang, daya ingat berkurang, sulit untuk memusatkan pikiran dan
perhatian, kurangnya minat, hilangnya kesenangan yang biasanya dinikmati,
menyusahkan orang lain, merasa rendah diri, harga diri dan kepercayaan diri
berkurang, merasa bersalah dan tidak berguna, tidak ingin hidup lagi bahkan
mau bunuh diri, dan gejala-gejala fisik lainnya.Akan tetapi pada lansia sering
timbul depresi terselubung, yaitu yang menonjol hanya gangguan fisik saja
seperti sakit kepala, jantung berdebar-debar, nyeri pinggang, gangguan
pencernaan dan lain-lain, sedangkan gangguan jiwa tidak jelas.
9. Kurang gizi: kekurangan gizi pada lansia dapat disebabkan perubahan
lingkungan maupun kondisi kesehatan. Faktor lingkungan dapat berupa
ketidaktahuan untuk memilih makanan yang bergizi, isolasi sosial (terasing
dari masyarakat) terutama karena gangguan pancaindera, kemiskinan, hidup
seorang diri yang terutama terjadi pada pria yang sangat tua dan baru
kehilangan pasangan hidup, sedangkan faktor kondisi kesehatan berupa
6

penyakit fisik, mental, gangguan tidur, alkoholisme, obat-obatan dan lainlain.
10. Tidak punya uang: dengan semakin bertambahnya usia maka kemampuan
fisik dan mental akan berkurang secara perlahan-lahan, yang menyebabkan
ketidakmampuan

tubuh

dalam

mengerjakan

atau

menyelesaikan

pekerjaannya sehingga tidak dapat memberikan penghasilan. Untuk dapat
menikmati masa tua yang bahagia kelak diperlukan paling sedikit tiga
syarat, yaitu :memiliki uang yang diperlukan yang paling sedikit dapat
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, memiliki tempat tinggal yang layak,
mempunyai peranan di dalam menjalani masa tuanya.
11. Penyakit akibat obat-obatan: salah satu yang sering didapati pada lansia
adalah menderita penyakit lebih dari satu jenis sehingga membutuhkan obat
yang lebih banyak, apalagi sebahagian lansia sering menggunakan obat
dalam jangka waktu yang lama tanpa pengawasan dokter dapat
menyebabkan timbulnya penyakit akibat pemakaian obat-obat yaqng
digunakan.
12. Gangguan tidur: dua proses normal yang paling penting di dalam
kehidupan manusia adalah makan dan tidur. Walaupun keduanya sangat
penting akan tetapi karena sangat rutin maka kita sering melupakan akan
proses itu dan baru setelah adanya gangguan pada kedua proses tersebut
maka kita ingat akan pentingnya kedua keadaan ini.
Jadi dalam keadaan normal (sehat) maka pada umumnya manusia dapat
menikmati makan enak dan tidur nyenyak atau bergerak secara bebas. Berbagai
keluhan gangguan tidur yang sering dilaporkan oleh para lansia, yakni sulit untuk
masuk dalam proses tidur, jika terbangun sukar tidur kembali, terbangun dinihari,
lesu setelah bangun dipagi hari.disamping itu seorang lansia sulit untuk bergerak,
atau berjalan dikarenakan kekuatan saraf dan tulang tidak mampu memonitoring

7

kerja organ tubuh akibatnya penyandang lansia sulit untuk melakukan aktifitas seharihari,selain permasalah tulang pada lansia,sering kita jumpai penyandang cacat pada
kaki yang sulit melakukan aktifitas sehari-hari seperti bekerja,berjalan dan lain-lain
dikarenakan tidak sempurnanya organ gerak (kaki) bekerja. Cacat pada kaki ini
disebabkan karena :
1. kekurangan zat besi,fosfor, dan kalsium sehingga tulang kaki melemah
akibatnya tulang kaki tidak berfungsi secara optimal.
2. Amputasi adalah pemotongan atau pengambilan tulang (kaki) yang sudah
membusuk
3. Dan lain-lain
Solusi Yang Pernah Ditawarkan
Melihat permasalahan yang dihadapi oleh lanjut usia (lansia) dan penyandang
cacat pada kaki mereka sangat sulit melakukan aktifitas dikarenakan kurangnya organ
gerak seperti kaki pada tubuh dan ketidak sempurnaan kerja kaki pada lanjut usia
(lansia).Pada zaman dahulu penyandang cacat pada kaki atau lanjut usia (lansia)
untuk mempermudah berjalan umumnya menggunakan tongkat namun fungsi dari
tongkat tidak sepenuhnya membantu penyandang cacat kaki dan lanju usia (lansia)
untuk berjalan dikarenakan untuk melangkah atau berjalan mereka harus
mengeluarkan tenaga atau energi yang banyak sehingga sipengguna tongkat merasa
letih dan cepat capek untuk menggunakannya,disamping itu tongkat tidak memiliki
nilai keamanan ketika sipengguna tongkat tidak mampu menahan atau mengontrol
tongkat mereka cenderung akan jatuh.Pada tahun 2001 penyandang cacat kaki dan
lanjut usia (lansia) beralih ke kaki palsu manual namun penggunaan kaki palsu
manual tidak bertahan lama dikarenakan untuk menggunakannya kita harus
mengeluarkan energi dan tenaga yang banyak mereka berfikiran kaki palsu manual
ini sama dengan tongkat
Melihat permasalahan yang dihadapi oleh penyandang cacat kaki dan lanjut usia
(lansia) mereka membutuhkan suatu alat yang mampu mengontrol pergerakan kaki
secara otomatis sehingga untuk berjalan mereka tidak membutuhkan tenaga yang

8

banyak,oleh karena itu pada pekan kreatifitas mahasiswa kami mengajukan sebuah
penelitian perancangan alat bantu gerak pada cacat kaki dan lanjut usia (lansia)
dengan sistem kontrol.
Gagasan Yang Diajukan
Alat gerak elektrik dengan system control untuk penyandangan cacat
(polio),kaki, dan lansia yang ringan, praktis, mudah digunakan dan bisa dijadikan
terapi untuk penyandang cacat terutama pada kaki. Alat ini diperkirakan dapat
membantu penyandang cacat pada kaki atau lansia untuk dapat berjalan melakukan
aktifitas semestinya. Dengan menggunakan sistem kontrol dan dibantu dengan
hidrolik pengguna kaki palsu elektrik dapat mengarahkan langkah kakinya untuk
sampai ketujuan, Disamping itu kaki palsu elektrik ini memiliki pengatur kecepatan
langkah otomatis yang bertujuan agar pada saat melangkah atau berjalan sipengguna
kaki palsu tersebut bisa mengetahui kondisi jalan seperti lubang,batu-batuan sehingga
kaki palsu tersebut akan mendeteksi kondisi jalan, ketika kondisi jalan tidak
memungkinkan kecepatan langkah kaki akan berkurang atau lambat dan sebaliknya
sehingga alat gerak ini memiliki nilai keamanan bagi pengguna kaki palsu.

Gambar 1. Kaki Palsu Otomatis

Pihak-Pihak Yang Terkait
Setiap manusia menginginkan pertumbuhan san perkembangan dengan baik
baik terhadap dirinya. Akan tetapi, terdapat beberapa dari kita yang mendapatkan
masalah terhadap pertumbuhan dan perkembangan terhadap fisiknya. Dalam masalah

9

ini, kami lebih fokus terhadap cacat pada alat gerak bagian bawah atau kaki
khususnya pada penyandang cacat dan polio. Dari permasalahan diatas kami
merancang sebuah alat bantu gerak yang dapat memudahkan para penyandang cacat
polio dan lansia agar dapat melakukan aktifitas sehari-hari seperti semestinya.
Untuk memulai membuat alat ini, dibutuhkanlah pihak-pihak yang terkait
untuk dapat merealisasikan produk ini. Dimulai dari customer yang menganalisa
kebutuhan produk terhadap masyarakat yang mendapati masalah terhadap kaki nya.
Setelah customer memahami permasalahan, kemudian akan dilanjutkan kebagian
industri yang berguna untuk memproduksi alat yang telah ditawarkan oleh customer
setelah terdapat kebutuhan pada masyarakat. Setelah adanya kerja sama antara
customer dan pihak industri maka dibutuhkanlah engineer design untuk merancang
alat ini agar dapat digunakan secara maksimal sesuai dengan kebutuhan. Engineer
design akan menentukan alat pendukung yang berguna dalam proses pembuatan
produk. Setelah menentukan alat-alat pendukung yang berguna dalam proses
produksi ini maka dimulailah proses manufacturing untuk pembuatan serta prosesproses dalam pembuatan alat gerak ini. Ketika produksi selesai dilakukan, makan
didapatkan lah produk yang berupa alat bantu gerak bagi penyandang cacat polio dan
lansia yang berguna bagi masyarakat dan dilanjutkan oleh distributor untuk
memasarkan dan menyalurkan alat ini untuk dipasarkan. Untuk memuaskan
konsumen maka kami menyediakan pelayanan dan service jika terjadi kerusakan atau
masalah dalam produk alat bantu gerak ini.
Metode Perancangan
Dalam merancang alat bantu gerak elektrik dengan sistem kontrol untuk
penyandang cacat (polio) dan lanjut usia (lansia) kita harus mengetahui komponenkomponen dan material yang akan kita gunakan diantaranya :
1. Motor stepper digunakan untuk mengatur gerak atau langkah sesuai sudut
yang diatur atau deprogram terlebih dahulu.
2. Batrai merupakan sumber energi listrik yang dapat menghidupkan komponenkomponen elektronik.
10

3. Kabel merupakan penghubung arus listrik menuju komponen elektronik
lainnya.
4. Hidrolik merupakan alat bantu melangkah yang diletakan pada bagian betis
yang terhubung kebagian belakang paha.
5. Sensor optik merupakan komponen elektronika yang berfungsi mendeteksi
kondisi yang sedang dihadapi,misalnya ketika dalam perjalanan kita
menemukan jalan yang berlubang atau tidak rata maka sensor akan
memerintahkan kekomponen lainnya untuk meperlambat pergerakan dan
sebaliknya.
6. Engsel merupakan suatu alat yang dapat mengarahkan pergerakan sesuai
dengan perintah.
Dalam merancang alat bantu gerak elektrik dengan sistem kontrol untuk
penyandang cacat (polio) dan lanjut usia (lansia) kita harus mengetahui material yang
akan kita gunakan diantaranya :
1. Untuk membuat tabung paha dan betis material yang kita gunakan
adalah pipa pvc alasannya karena material tersebut ringan,murah,dan
kuat untuk menahan pembebanan

Gambar 2. Bagian (1) Paha,(2) Betis

2. Untuk membuat sepatu material yang akan kita gunakan adalah
material yang terbuat dari alumunium karena alumunium memiliki
kekuatan yang kokoh,dan anti karat.

11

Gambar 3. Sepatu

3. Hidrolik merupakan alat bantu melangakah dimana material yang kita
gunakan adalah hidrolik pasaran yang terbuat dari alumunium

Gambar 4. Hidrolik

Skema Kerja Alat :
1. Ketika tombol maju ditekan maka motor stepper akan menggerakan
paha dan membentuk sudut,45o,50o ( sesuai perintah)
2. Ketika paha terangkat maka posisi kaki akan membentuk sudut 45o,50o
(sesuai perintah)
3. Pada saat posisi kaki membentuk sudut 45o,50o ( sesuai perintah)
maka hidrolik akan mengecil

Gambar 5. Posisi hidrolik ketika membentuk sudut 45o,50o

4. Sesuai waktu (5 detik,7 detik,9 detik) yang telah diatur maka hidrolik
akan kembali kebentuk semula dengan mendorong bagian betis

12

Gambar 6. Posisi hidrolik ketika melangkah

5. Ketika saat perjalanan kita menemukan kondisi jalan berlubang atau
tidak teratur maka alat ini langsung mengurangi kecepatan langkahnya
agar sipengguna alat tidak terjatuh akibat kondisi permukaan jalan dan
sebaliknya
6. Ketika sipengguna alat ingin berbelok maka kita hanya menekan
tombol belok kanan atau belok kiri sehingga alat akan berbelok sesuai
dengan perintah.Alat ini dilengkapi dengan engsel yang akan
mempermudah untuk melangkah dan belok

Gambar 7. Posisi Kerja Alat bantu jalan

13

KESIMPULAN

Alat bantu gerak dengan dengan sistem kontrol untuk penyandang cacat
(polio) dan lansia merupakan suatu alat gerak yang berupa kaki palsu yang
memberikan keunggulan dari kaki palsu yang telah ada, yaitu ringan, praktis, mudah
digunakan dan bisa dijadikan terapi untuk penyandang cacat. Alat ini sangat
membantu para penyandang cacat untuk dapat melakukan aktivitasnya sehingga tidak
menutup kemungkinan untuk dapat berprestasi sebagaimana mestinya. Oleh karena
itu, perancangan alat ini harus tetap dilaksanakan hingga menjadi sebuah produk yang
dapat didistribusikan ke masyarakat.

14

DAFTAR PUSTAKA

[1] PT Surveyor Indonesia (Persero).
2009.
[2] B.J Beumer. 1985. Ilmu Bahan Logam jilid I, Bhratara Karya Aksara. Jakarta.
[3] Fessenden dan Fessenden. 1991. Kimia Organik, Erlangga. Jakarta.
[4] Fitriadi, Taufik. 2008. Perancangan Alat Bantu Jalan (Kruk) Yang Praktis Dan
Ergonomis Dengan Menggunakan Software Catia. http://scribt.com. Diakses pada
13 Maret 2014.
[5] Van Vlack, Lawrence. 1986. Ilmu dan teknologi bahan Edisi Keempat. Erlangga.
Jakarta.
[6] Universitas Gunadarma. 2010. Alat Bantu Jalan Kruk.
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/12/alat-bantu-berjalan-kruk/. Diakses
pada 16 Maret 2014.
[7] Jakarta Prosthetic Orthotic Centre. Kaki Palsu.
http://www.jpoc-indonesia.com/jpoc-product/. Diakses 20 Maret 2014.
[8] Medika,R. Rehabilitation Product. www.ratumedika.com/alat-bantu-jalan.html.
Diakses pada 15 Maret 2014.
[9]Ubaya. Leg Brace Adjustable, Alat Bantu Berjalan.
https://www.ubaya.ac.id/2013/content/news_detail/644/Leg-Brace-Adjustable-Alat-Bantu-Berjalan.html. Diakses pada 20 maret 2014.

15

Susunan Organisasi Tim Kegiatan dan Pembagian Tugas
No.

Nama / NIM

Program
Studi

Bidang Ilmu

Alokasi
Waktu
(jam/minggu)

Uraian
Tugas

1.

Deona Erion

Teknik Mesin

Teknik Mesin

24

Ketua

Teknik Mesin

Teknik Mesin

24

Pelaksana 1

Teknik Mesin

Teknik Mesin

24

Pelaksana 2

Teknik Mesin

Teknik Mesin

24

Pelaksana 3

(1110913047)
2.

Dila Zati Hulwani
(1110911011)

3.

Maigi Saputra
(1010911011)

4.

Ahmad Affandi
(1110913043)