KETERSEDIAAN AIR BERSIH DAN SEHAT MERUPA

KETERSEDIAAN AIR BERSIH DAN SEHAT
MERUPAKAN SALAH SATU HAK ASASI
MANUSIA

OLEH:

RESKY NUR AMALIA
NIM : B11112018
KELAS C HUKUM DAN HAM

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2014/2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis makalah ini memanjatkan atas kehadirat Allah SWT., bahwa penulis
telah menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Hukum dan HAM. Dalam penyusunan makalah

ini, ada sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran
dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan orang tua,
sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi. Oleh karena itu penulis mengucapkan

terima kasih kepada:
Yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada penulis sehingga penulis termotivasi
dan menyelesaikan makalah ini. Orang tua yang telah turut membantu, membimbing dan
mengatasi berbagai kesulitan sehingga makalah ini selesai.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini. Oleh karena
itu, penulis mengharap kritik dan saran yang membangun guna perbaikan tugas-tugas yang akan
datang. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam
pembuatan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak
yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai,
amin.

November 2014

Penulis

DAFTAR ISI
Sampul…................................................................................................................1
Kata Pengantar………............................................................................................2
Daftar Isi…….........................................................................................................3

BAB I Pendahuluan…............................................................................................4

A. Latar Belakang………………………………………………………....................4
B. Rumusan Masalah…………………………………………………......................5
C. Tujuan Makalah…………………………………………………………..............5
BAB II Pembahasan…………………………………………………………........6
A. Ketersediaan Air Bersih dan Sehat Saat Ini Di Indonesia……..............................6
B. Kebijakan Pemerintah Untuk Memenuhi Ketersediaan Air Bersih dan Sehat Sebagai Hak Asasi
Manusia………………………………….............................................................11
BAB III Penutup………………………………………………………………....15
A. Kesimpulan…………………………………………………………...................15
B. Saran…………………………………………………………………….............15
Daftar Pustaka………………………………………………………………….. .16

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Air dalam kehidupan manusia memiliki posisi terpenting dan merupakan jaminan
keberlangsungan kehidupan manusia di muka bumi. Air yang keberadaannya merupakan amanat


dan karunia sang Pencipta untuk dimanfaatkan juga seharusnya dijaga kelestariannya demi
kelangsungan hidup manusia itu sendiri. Maka pengelolaan dan penguasaan dan pemilikan atas
sumber-sumber air seharusnya juga diusahakan bersama.
Melihat pentingnya fungsi air bagi kehidupan dan manusia yang berhubungan dengan hak
hidup sesesorang sehingga air tidak bisa dilepaskan dalam kerangka hak asasi manusia.
Pengakuan air sebagai hak asasi manusia mengindikasikan dua hal; di satu pihak adalah
pengakuan terhadap kenyataan bahwa air merupakan kebutuhan yang demikian penting bagi
hidup manusia, di pihak lain perlunya perlindungan kepada setiap orang atas akses untuk
mendapatkan air. Demi perlindungan tersebut perlu dipositifkan hak atas air menjadi hak yang
tertinggi dalam bidang hukum yaitu hak asasi manusia. Sebagaimana hak-hak manusia lainnya
negara dengan kewajibannya yang ditimbulkan oleh hak tersebut, negara harus menghormati (to
respect), melindungi (to protect), dan memenuhinya (to fulfill). Namun, saat ini air terkadang
terabaikan oleh Pemerintah bahwa air merupakan salah satu kebutuhan rakyat yang harus
terpenuhi terutama air bersih untuk diminum hal ini dapat kita lihat masih banyaknya daerah di
Tanah Air ini kekurangan ketersediaan air bersih.
Persoalan ini semakin mengkhawatirkan ketika ketersediaan air bersih dan sehat tidak
sebanding dengan tingkat kebutuhan manusia itu sendiri. Pertumbuhan jumlah penduduk yang
ditandai dengan meningkatnya aktivitas perekonomian masyarakat, memberikan pengaruh
signifikan terhadap ketersediaan air bersih dan sehat. Oleh karena itu, diperlukan sebuah solusi
dalam memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap air bersih dan sehat.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang dapat kami rumuskan adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimanakah ketersediaan air bersih dan sehat saat ini di Indonesia?

2.

Bagaimanakah kebijakan yang diambil oleh Pemerintah untuk memenuhi ketersediaan air di
Indonesia sehingga memenuhi salah satu Hak Asasi Manusia?

C. TUJUAN MAKALAH
Penulisan makalah ini bertujuan untuk:
1. Memenuhi tugas mata kuliah Hukum dan HAM
2. Untuk mengetahui bagaimana ketersediaan air bersih dan sehat saat ini di Indonesia
3. Untuk mengetahui kebijakan yang diambil oleh Pemerintah untuk memenuhi ketersediaan air di
Indonesia sehingga memenuhi salah satu Hak Asasi Manusia.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Ketersediaan Air Bersih dan Sehat Saat Ini Di Indonesia

Ketersediaan dan akses terhadap air bersih dan sehat menjadi salah satu persoalan yang
dihadapi pemerintah dan masyarakat di Tanah Air. Bahkan, dari delapan target yang ditetapkan
dalam Millenium Development Goals (MDGs), Indonesia masih kesulitan untuk mencapai target
peningkatan akses terhadap air bersih dan kualitas sanitasi.
Persoalan ini menjadi perhatian serius dari salah satu lembaga Perserikatan Bangs Bangsa
(PBB) yakni Unicef yang gencar mengkampanyekan ketersediaan air yang memadahi. Dikuti
dari Unicef, bagian-bagian utama dari kegiatan dan program Unicef di Indonesia mencakup
penanganan kualitas air yang tidak memadai, cakupan sanitasi yang rendah dan kebersihan yang
kurang. Bidang itu menjadi tantangan-tantangan karena memiliki dampak pada kesehatan, gizi,
pencapaian pendidikan anak dan keluarga.

Beberapa daerah di Indonesia masih kekurangan ketersediaan dan akses air bersih. Di
Kalimantan misalnya, Kota Banjarmasin, Banjar, Kapuas, Palangkaraya, Pontianak

dan

Balikpapan masih kesulitan untuk mendapatkan pasokan dan akses air bersih. Sementara di Nusa
Tenggara Timur, tercatat Kabupaten Kupang, Ende, Sikka, Flores Timur, Belu, dan Sumba Timur
mengalami krisis air bersih.
Bagian utama dari kegiatan Unicef di Indonesia adalah penanganan cakupan sanitasi yang

rendah dan kebersihan yang kurang. Unicef bekerja dengan pemerintah daerah dan komunitas
setempat untuk mengembangkan model praktek terbaik untuk program sanitasi masyarakat,
berbagi keahlian dan mengembangkan kapasitas untuk melaksanakan lima pilar dan kemudian
membantu masyarakat untuk mendapatkan dan memanfaatkan pengalaman mereka dan
menyebarluaskan pengalaman tersebut dengan masyarakat lainnya.
Unicef juga memberikan bantuan teknis kepada pemerintah untuk mengembangkan
kebijakan air dan sanitasi yang lebih baik di daerah perkotaan, di mana jumlah penduduk yang
meningkat dan sumber daya pemerintah yang semakin terbagi membuat tertekannya penempatan
sumber daya pada sarana dan prasarana.
Mengetahui bahwa anak dapat berperan sangat efektif dalam mengubah perilaku masyarakat
mereka yang lebih luas, Unicef juga mendukung prakarsa kebersihan dan sanitasi berbasis
sekolah melalui pemberian panduan tentang bagaimana meningkatkan fasilitas dan sarana
sanitasi di sekolah, dan mengembangkan serta melaksanakan promosi kebersihan yang efektif di
kelas-kelas. Ini tidak hanya membantu mempromosikan kebersihan yang baik dan arti penting
sanitasi yang tepat di suatu komunitas, namun juga meningkatkan lingkungan fisik pembelajaran
sehingga anak didorong untuk bersekolah dan berprestasi lebih baik di sekolah.

Apalagi hampir satu dari enam anak di Indonesia masih tidak memiliki akses ke air minum
yang aman, kunci tingginya faktor yang berkontribusi pada diare dan kematian anak terkait.
Diare yang sering disebabkan oleh air yang tidak bersih maupun oleh praktek-praktek sanitasi

dan kebersihan yang buruk tetap menjadi salah satu pembunuh terbesar anak-anak balita di
Indonesia.
Unicef dan WHO memperkirakan, Indonesia adalah salah satu kelompok dari 10 negara
yang hampir dua pertiga dari populasi tidak mempunyai akses ke sumber air minum. Mereka
adalah : China (108 juta ) , India (99 juta) , Nigeria (63 juta) , Ethiopia (43 juta) , Indonesia (39
juta) , Republik Demokratik Kongo (37 juta) ,Bangladesh (26 juta) ; Inggris Republik Tanzania
(22 juta) , Kenya (16 juta) dan Pakistan (16 juta).
Adanya kesenjangan sosial antara penduduk di kota dan desa juga menjadi penyebab
mengapa kualitas sanitasi dan air bersih di Indonesia masih kurang terjaga dengan baik,
kesenjangan sosial menentukan perilaku masyarakat khususnya masyarakat kurang mampu.
Banyak masyarakat kurang mampu yang masih menerapkan perilaku Buang Air Besar
Sembarangan (BABS) sehingga merusak lingkungan, selain itu masih banyak masyarakat di
daerah yang mengalami kesulitan dalam mengakses air bersih bahkan sampai menggunakan air
hujan untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Dampaknya adalah berkurangnya kualitas hidup dari setiap komponen hidup manusia
khususnya. Ketika kualitas hidup masyarakatnya tidak baik maka akan berpengaruh pula pada
perkembangan suatu negara dalam berbagai aspek.
World Bank Water Sanitation Program (WSP) pada 2013 lalu menyebutkan, Indonesia berada
di urutan kedua di dunia sebagai negara dengan sanitasi buruk. Perserikatan Bangsa-Bangsa


(PBB) melansir data bahwa 63 juta penduduk Indonesia tidak memiliki toilet dan masih buang
air besar (BAB) sembarangan di sungai, laut, atau di permukaan tanah.
Pada 2010 cakupan pelayanan air minum di Indonesia baru mencapai 46 persen. Padahal,
target MDGs di 2015, Indonesia harus sudah mencapai 68,87 persen. Sementara itu, target
pemenuhan akses sanitasi layak harus mencapai 62,41 persen. Pemerintah sendiri
memperkirakan Indonesia mengalami kerugian sebesar Rp56 triliun setiap tahun yang
diakibatkan buruknya kondisi air minum dan sanitasi. Jumlah ini setara dengan 2,3 persen dari
Pendapatan Domestik Bruto (PDB).
Angka tersebut juga setara dengan 25 persen anggaran pendidikan nasional yang dianggarkan
per tahun dan setara dengan biaya untuk menyediakan 12-15 juta toilet yang layak. Sanitasi yang
buruk juga menyebabkan diare dan gizi buruk pada anak. Sebanyak 1,4 juta anak meninggal
akibat diare yang diakibatkan buruknya sanitasi dan air minum.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kementerian Pekerjaan Umum 2013,
capaian penduduk yang sudah memiliki akses terhadap sanitasi layak baru mencapai 57,35
persen dari 62,41 persen yang ditargetkan. Pencapaian untuk penyediaan pelayanan air minum
baru mencapai 58,05 persen dari target 68,87 persen. Hal ini masih terdapat selisih 33 juta jiwa
agar target tersebut terpenuhi.
Saat ini pengelolaan air limbah atau sewerage di Indonesia baru 1 persen. Hal ini menjadi
yang terendah di Asia Tenggara. Sementara, pengelolaan air limbah di Singapura sudah
mencapai 100 persen, Malaysia 95 persen, dan Vietnam yang baru merdeka saja pengelolaan air

limbah sudah mencapai 65 persen.
Berbagai permasalahan air kerap muncul di Indonesia. Seperti terjadinya banjir apabila
musim hujan dan terjadinya kekeringan ketika musim kemarau, kurangnya ketersediaan air

bersih bagi sebagian masyarakat indonesia, masih kurangnya sanitasi yang memadai serta
banyaknya limbah cair maupun padat yang mencemari wilayah perairan di Indonesia seperti
sungai, laut, waduk, dan danau.
Dalam rangka penyediaan air bersih, pemerintah telah memiliki program Penyediaan Air
Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) dengan dukungan Bank Dunia.
Program ini dilaksanakan di wilayah perdesaan dan pinggiran kota. Program Pamsimas
bertujuan untuk meningkatkan jumlah fasilitas pada warga masyarakat kurang terlayani termasuk
masyarakat berpendapatan rendah di wilayah perdesaan dan peri-urban.
Dengan Pamsimas, diharapkan mereka dapat mengakses pelayanan air minum dan sanitasi
yang berkelanjutan serta meningkatkan penerapan perilaku hidup bersih dan sehat. Penerapan
program ini dalam rangka mendukung pencapaian target MDGs (sektor air minum dan sanitasi)
melalui pengarusutamaan dan perluasan pendekatan pembangunan berbasis masyarakat.
Data yang dirilis Pokja Air Minum dan Penehatan Lingkungan (AMPL) Program Pamsimas I
dilaksanakan pada tahun 2008 sampai tahun 2012 di 110 Kabupaten/Kota dari 15 Provinsi.
Pamsimas I berhasil diterapkan pada 6.845 (enam ribu delapan ratus empat puluh lima) desa,
terdiri dari 6.262 (enam ribu dua ratus enam puluh dua) desa reguler dan sekitar 593 (lima ratus

sembilan puluh tiga) desa replikasi.
Program Pamsimas II dilaksanakan pada tahun 2013 sampai dengan 2016. Program
Pamsimas II ditargetkan akan dilaksanakan di sekitar 5000 desa di 32 provinsi di 220 Kab/Kota.
Namun segala upaya tersebut akan sia-sia tanpa dukungan aktif dari masyarakat. Masyarakat
perlu memainkan peran penting dalam mengembangkan dan mengelola sanitasi total berbasis
masyarakat. Yakni ketika lima pilar utama sanitasi ditangani dan dicermati secara memadai,
penghentian buang air besar secara sembarangan, promosi cuci tangan pakai sabun, peningkatan

pengolahan air rumah tangga, pengelolaan sampah padat dan pengelolaan limbah cair dan
saluran pembuangan secara tepat.
B. Kebijakan Pemerintah Untuk Memenuhi Ketersediaan Air Bersih dan Sehat Sebagai Hak
Asasi Manusia
Indonesia melalui Undang-Undang No. 11 Tahun 2005 telah meratifikasi kovenan
internasional tentang hak-hak ekonomi, social dan budaya sehingga Indonesia sudah mempunyai
kewajiban secara formal untuk menerapkan kovenan tersebut berserta seluruh dokumen
pendukungnya. Berkaitan dengan hak atas air, sesuai dengan komentar umum PBB No.15,
Indonesia berkewajiban untuk menghormati, melindungi dan memenuhi hak atas air. Sedangkan
kebijakan yang khusus mengatur tentang sumberdaya air adalah Undang-Undang No. 7 Tahun
2004 tentang Sumber daya Air.
Pasal 5 UU No.7 tentang Sumberdaya Air menyatakan bahwa negara menjamin hak setiap

orang untuk mendapatkan air bagi kebutuhan pokok minimal sehari-hari guna memenuhi
kehidupannya yang sehat, bersih dan produktif. Ketentuan ini dimaksudkan bahwa negara wajib
menyelenggarakan berbagai upaya untuk menjamin ketersediaan air bagi setiap orang yang
tinggal di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jaminan tersebut menjadi tanggung
jawab bersama antara Pemerintah dan pemerintah daerah, termasuk di dalamnya menjamin akses
setiap orang ke sumber air untuk mendapatkan air. Kewajiban Negara untuk menjamin hak atas
air ternyata dibatasi hanya terbatas pada kebutuhan pokok minimal sehari-hari akan air.
Penjabaran lebih lanjut sehubungan dengan hak atas air dalam UU No.7 Tahun 2004
menyebutkan bahwa masyarakat berhak:
1. Memperoleh informasi yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya air;

2. Memperoleh penggantian yang layak atas kerugian yang dialaminya sebagai akibat pelaksanaan
pengelolaan sumber daya air;
3. Memperoleh manfaat atas pengelolaan sumber daya air;
4. Menyatakan keberatan terhadap rencana pengelolaan sumber daya air yang sudah diumumkan
dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan kondisi setempat;
5. Mengajukan laporan dan pengaduan kepada pihak yang berwenang atas kerugian yang menimpa
dirinya yang berkaitan dengan penyelenggaraan pengelolaan sumber daya air; dan/atau
6.

Mengajukan gugatan kepada pengadilan terhadap berbagai masalah sumber daya air yang
merugikan kehidupannya
Peraturan pelaksana dari Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 adalah Peraturan Pemerintah No. 16
Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum dan Peraturan Pemerintah
No. 20 Tahun 2006 tentang Irigasi. Hak masyarakat sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 16
Tahun 2005 yang dalam hal ini adalah pelanggan adalah :

1.

Memperoleh pelayanan air minum yang memenuhi syarat kualitas, kuantitas, dan kontinuitas
sesuai dengan standar yang ditetapkan;

2. Mendapatkan informasi tentang struktur dan besaran tarif serta tagihan;
3. Mengajukan gugatan atas pelayanan yang merugikan dirinya ke pengadilan;
4. Mendapatkan ganti rugi yang layak sebagai akibat kelalaian pelayanan;
5. Memperoleh pelayanan pembuangan air limbah atau penyedotan lumpur tinja.
Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2006 tentang Irigasi menyebutkan bahwa hak dan
tanggungjawab masyarakat petani adalah :
1. Melaksanakan pengembangan dan pengelolaan system irigasi tersier;

2.

Menjaga efektivitas, efisiensi, dan ketertiban pelaksanaan pengembangan dan pengelolaan
sistem irigasi tersier yang menjadi tanggung jawabnya; dan

3.

Memberikan persetujuan pembangunan, pemanfaatan, pengubahan, dan/atau pembongkaran
bangunan dan/atau saluran irigasi pada jaringan irigasi tersier berdasarkan pendekatan
partisipatif.
Sebagai peraturan pelaksana bagi UU no.7 tahun 2004, pemerintah telah meregulasikan
Peraturan Pemerintah No. 16 tahun 2005 yang mengatur tentang Sistem Penyediaan Air Minum.
Ditegaskan dalam Pasal 37 dari PP tersebut bahwa ”Pengembangan SPAM menjadi
tanggungjawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk menjamin hak setiap orang dalam
mendapatkan air minum bagi kebutuhan pokok minimal sehari-hari guna memenuhi kehidupan
yang sehat, bersih dan produktif”.
Dengan kata lain, semakin jelaslah bahwa penyediaan air minum sebagai kebutuhan pokok
minimal sehari-hari menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah dalam hal ini PDAM. Syarat
lain dari penjaminan tersebut adalah kualitas air yaitu sehat bersih dan produktif. Pemberian air
yang tidak sehat dan tidak bersih merupakan pengingkaran terhadap jaminan negara tersebut.
Hal ini ditegaskan dalam Pasal 6 ayat (2) di dalam PP No 16 Tahun 2005 bahwa adanya larangan
untuk mendistribusikan air minum yang tidak memenuhi syarat kualitas berdasarkan peraturan
Menteri Kesehatan, ketika digunakan oleh masyarakat pengguna/ pelanggan.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat kami simpulkan bahwa:
1.

Ketersediaan air bersih dan sehat di Indonesia saat ini masih kurang khususnya di beberapa
kabupaten di pulau Kalimantan dan Provinsi Nusa Tenggara Timur.

2.

Kebijakan Pemerintah untuk memenuhi persediaan air bersih sebagai salah satu Hak Asasi
Manusia yaitu telah meratifikasi Kovenan Internasional tentang hak-hak ekonomi, social dan
budaya melalui Undang-Undang No. 11 Tahun 2005, tentang Hak katas air juga terdapat dalam
komentar umum PBB No.15, yaitu Indonesia berkewajiban untuk menghormati, melindungi dan
memenuhi hak atas air. Sedangkan kebijakan yang khusus mengatur tentang sumberdaya air
adalah Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber daya Air. Serta Peraturan pelaksana
dari Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 adalah Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang
Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum dan Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2006
tentang Irigasi.

B. Saran
Saran yang dapat saya sampaikan dari makalah ini adalah marilah kita menjaga kelestarian
lingkungan hidup untuk menciptakan sebuah kenyamanan dan kebersihan lingkungan terutama
untuk mendapatkan air yang bersih dan sehat.

DAFTAR PUSTAKA
Undang-Undang
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2005
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumberdaya Air

Peraturan Pemerintah
Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum.
Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2006 tentang Irigasi
Website
“Indonesia Butuh Air Bersih” dalam http://nasional.sindonews.com/read/862939/18/indonesiabutuh-air-bersih-1399907826 di akses tanggal 20 November 2014 Pukul 13.45 WITA.
Lainnya
KOMENTAR UMUM no. 15 HAK ATAS AIR Komite Persatuan Bangsa-bangsa untuk Hak-hak
Ekonomi, Sosial dan Budaya