STRATEGI PEMBELAJARAN MENULIS KREATIF UN

STRATEGI PEMBELAJARAN MENULIS KREATIF
UNTUK ANAK
Nurhidayati (2017)
Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra
Universitas Negeri Malang
Email:[email protected]

Abstrak
Pembelajaran menulis kreatif adalah suatu upaya yang berkenaan
dengan bagaimana cara mendorong siswa untuk menggunakan secara
penuh apa yang ada dalam diri mereka berupa ide, kesan, perasaan,
harapan, imajinasi dengan menggunakan bahasa yang dikuasai.
Dalam proses belajar berbahasa di sekolah, siswa mengembangkan
kemahiran berbahasa secara vertikal, bukan secara horizontal.
Maksudnya mereka sudah dapat mengungkapkan pesan secara
lengkap meskipun belum sempurna. Semakin lama kemahiran
tersebut menjadi semakin sempurna, dalam arti strukturnya menjadi
semakin benar, pilihan katanya semakin tepat, dan kalimat-kalimatnya
semakin bervariasi. Manfaat yang diperoleh siswa dengan menulis
kreatif ini adalah sebagai (1) alat untuk mengekspresikan diri, (2) alat
untuk membangun kepuasan pribadi, kebanggaan dan harga diri, (3)

alat untuk meningkatkan kesadaran dan persepsi lingkungan
seseorang, (4) alat untuk melibatkan seseorang menjadi aktif, dan (5)
alat untuk menciptakan pemahaman dan kemampuan untuk
menggunakan bahasa
Kata Kunci: Strategi Pembelajaran, menulis kreatif, anak
PENDAHULUAN
Untuk mengukur kecakapan dan kemajuan belajar sekolah-sekolah di
Indonesia mempunyai kebiasaan dengan menggunakan tes prestasi belajar
dalam berbagai bentuk. Kebiasaan tersebut akan mengurangi perhatian kita
pada aspek kreatifitas.
Guilford merupakan tokoh yang sangat besar jasanya dalam
menyatakan konsep kreatifitas dengan membedakan kemampuan berpikir
konfergen dan divergen. Pemikiran konfergen adalah kegiatan pemikiran
yang mempunyai tujuan pada suatu jawaban yang benar, dan merupakan
proses yang mendasari tes intelegensi tradisional. Sedang pemikiran divergen
adalah pemikiran yang menghasilkan bermacam-macam gagasan, dan ini
merupakan indikator yang paling nyata dari aspek kreatif.
Pembelajaran bahasa untuk anak, khususnya untuk anak seusia TK
dan MI/SD tahap awal yaitu kelas 1, 2, dan 3 masih didominasi oleh model
pembelajaran dengan strategi pemerolehan yang difokuskan pada tingkat

bentuk, sedang model pembelajaran bahasa untuk anak pada tahap lanjut
yaitu untuk kelas 4, 5, dan 6 MI/SD dilakukan model pembelajaran dengan
strategi pembelajaran bahasa yang juga sebagian besar difokuskan pada
tingkat bentuk dan sebagian kecil waktu bisa dimasukkan materi yang

1

berfokus pada aspek makna. Sebagaimana yang dikemukakan oleh
Murdibyono (1988) bahwa pada tingkat pemula pembelajaran bahasa perlu
diprioritaskan pada tingkat bentuk, sedang pada tingkat menengah dan lanjut
pengajaran berfokus pada makna. Adapun sumber media yang dapat menarik
perhatian dalam pembelajaran bahasa untuk anak adalah sebagaimana
dikemukakan oleh Kasbollah (2004) adalah gambar, dongeng, dan
permainan.
Dalam proses belajar berbahasa di sekolah, siswa mengembangkan
kemahiran berbahasa secara vertikal, bukan secara horizontal. Maksudnya
mereka sudah dapat mengungkapkan pesan secara lengkap meskipun belum
sempurna. Semakin lama kemahiran tersebut menjadi semakin sempurna,
dalam arti strukturnya menjadi semakin benar, pilihan katanya semakin tepat,
dan kalimat-kalimatnya semakin bervariasi (Rofi’uddin, 2002:75).

Berkaitan dengan keterampilan menulis kreatif Ellis (1989:182)
menyatakan bahwa menulis kreatif adalah eksplorasi diri dan
mengekspresikannya dalam komunikasi. Sedang Percy (1981:1) menyatakan
bahwa pembelajaran menulis kreatif adalah suatu upaya yang berkenaan
dengan bagaimana cara mendorong siswa untuk menggunakan secara penuh
apa yang ada dalam diri mereka berupa ide, kesan, perasaan, harapan,
imajinasi dengan menggunakan bahasa yang dikuasai. Dengan demikian
mengajar menulis kreatif adalah mengajar siswa untuk berpikir.
Manfaat yang diperoleh siswa dengan menulis kreatif ini adalah
sebagai (1) alat untuk mengekspresikan diri, (2) alat untuk membangun
kepuasan pribadi, kebanggaan dan harga diri, (3) alat untuk meningkatkan
kesadaran dan persepsi lingkungan seseorang, (4) alat untuk melibatkan
seseorang menjadi aktif, dan (5) alat untuk menciptakan pemahaman dan
kemampuan untuk menggunakan bahasa (Percy, 1981).
STRATEGI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN BAHASA
Pengertian strategi belajar bahasa sebagaimana dikemukakan oleh
Oxford (1989:235) adalah tingkah laku atau tindakan yang dipakai oleh
pembelajar, agar pembelajaran bahasa lebih berhasil, terarah, dan
menyenangkan. Dari pengertian tersebut strategi belajar merupakan
perbuatan yang dapat diamati, yang juga memungkinkan mencakup tindakan

kognitif yang tidak bisa diamati. Oxford (2002:124) menyatakan bahwa
strategi belajar bahasa merupakan tindakan khusus, tingkah laku, tahapan,
atau teknik yang digunakan pembelajar untuk meningkatkan kemajuan dalam
pengembangan keterampilan berbahasa. Strategi-strategi tersebut dapat
digunakan untuk pemrosesan (internalitation), penyimpanan (starage),
pengambilan (retrival), dan penggunaan bahasa yang baru dipelajari. Strategistrategi tersebut juga merupakan seperangkat alat untuk mengarahkan diri
sendiri untuk mengembangkan kemampuan komunikasi.
Choudron dalam (Irhamni, 2002:3) mendefinisikan strategi
pembelajaran sebagai kesadaran kognitif yang diaplikasikan dalam
pembelajaran, yang dikelompokkan ke dalam (1) strategi alam, dan (2)
strategi budaya. Strategi alam merupakan inti pengembangan strategi budaya.
Strategi alam bersifat induk, primordial, azali, menjadi rujukan, statis, dan
inspiratif, sedangkan strategi kultur bersifat pengembangan, kreatif, bergerak,
adaptif, dan tidak mempunyai kemapanan konseptual. Pembelajaran dengan

2

strategi alam dapat terwujud antara laindalam teknik pembelajaran dengan
peniruan (imitation), dan pembelajaran gramitika dalam pendekatan
komunikatif yang menolak rekayasa pembelajaran semisal drill.

Adapun yang dimaksud strategi kultur atau budaya adalah
pembelajaran yang berbasis pada pengolahan peristiwa pembelajaran bahasa
ibu dan bahasa asing. Strategi ini akan melahirkan analisis kesalahan (error
analysis), lab bahasa, hafalan teks percakapan, urutan pemerolehan bahasa,
teks-teks kaidah berbahasa, dan sebagainya.
Brown (dalam Huda, 1999:144) menekankan konsep strategi belajar
sebagai tingkah laku yang tidak teramati di dalam diri pembelajar. Brown
membedakan antara strategi belajar (learning strategy) dan strategi
komunikasi (Communication Strategy). Strategi belajar berkaitan dengan
pemrosesan, penyimpanan, dan pengambilan masukan pemerolehan bahasa,
sedangkan strategi komunikasi berkenaan dengan keluaran pemerolehan
bahasa.
Strategi belajar merupakan hal yang sangat penting dalam belajar
bahasa, karena ia merupakan sarana untuk mengaktifkan diri siswa, pengarah
diri untuk berkembang, khususnya mengembangkan kompetensi komunikasi
berbahasa (Oxford, 1991:1). Nur (2004:6) menyebutkan strategi belajar
mengacu pada prilaku dan proses-proses berfikir yang digunakan oleh siswa
yang mempengaruhi apa yang dipelajari, termasuk proses memori dan
metakognitif . Pressley (1991) menyebutkan bahwa strategi belajar adalah
operator-operator kognitif meliputi dan di atas proses-proses yang secara

langsung terlibat dalam menyelesaikan suatu tugas belajar. Strategi-strategi
tersebut merupakan strategi-strategi yang digunakan siswa untuk
memecahkan masalah belajar tertentu. Sebagai contoh ketika siswa ditugasi
untuk mengerjakan tugas-tugas belajar tertentu misalnya mengisi suatu
lembar kerja dalam pembelajaran membaca misalnya, maka untuk
menyelesaikan tugas-tugas belajar ini memerlukan keterlibatan dalam prosesproses berfikir dan prilaku tertentu, seperti menskim atau membaca sepintas
judul-judul utama, meringkas, dan membuat catatan, serta memonitor jalan
berfikir diri sendiri.
Dengan berpijak pada pengertian strategi belajar sebagaimana
dipaparkan maka dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran merupakan
rencana, metode, siasat, dan teknik yang digunakan guru untuk mengaktifkan
siswa, dan mengembangkan diri untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan. Strategi pembelajaran adalah strategi yang digunakan guru
untuk menjadikan siswa belajar dengan menggunakaan strategi belajar
tertentu.
Konsep Menulis
Menulis merupakan aktivitas pengekspresian ide, gagasan, pikiran,
atau perasaan ke dalam lambang-lambang kebahasaan. Kegiatan menulis
melibatkan aspek penggunaan tanda baca dan ejaan, penggunaan diksi dan
kosakata, penataan kalimat, pengembangan paragraf, pengolahan gagasan,

serta pengembangan model karangan. Dengan demikian dapat dinyatakan
bahwa kegiatan menulis melibatkan aspek isi dan aspek bahasa. Aspek isi
atau topik berkenaan dengan masalah pengembangan topik ke dalam ide-ide
atau pikiran-pikiran yang relevan serta pengorganisasiannya. Aspek bahasa

3

berkenaan dengan penggunaan tatabahasa, kosakata, serta ejaan untuk
mewadahi topik. Kelly (dalam Read, 1991) menyatakan bahwa kegiatan
menulis merupakan upaya menghasilkan ide dan bahasa sebagai sarana
pengekspresiannya.
Pengertian Kreatif
Kata kreatif berasal dari bahasa latin Create yang artinya mencipta,
melahirkan, dan mencapai. Reilly dan Lewis (1983) membedakan istilah
kreatif ke dalam dua kategori, yaitu Traits Approach dan Learned Behavior
Approach. Traits Approach memandang bahwa kreatif itu merupakan suatu
karakteristik dan kecenderungan tertentu dari individu. Hal itu berarti bahwa
sikap kreatif itu merupakan aspek bawaan dan lingkungan berfungsi sebagai
alat bantu untuk menunjang kreatifitas yang ada. Terkait dengan ketrampilan
menulis kreatif, Edward, dkk (2003:vii) mengartikan kreatif sebagai proses

mengekspresikan ide dan mengeksplorasi imajinasi dengan menggunakan
berbagai bentuk tulisan baik fiksi, nonfiksi, maupun puisi.
Adapun yang dimaksud dengan learned behavior approach adalah
pendekatan yang memandang bahwa aspek kreatif merupakan akibat atau
hasil dari pengalaman yang berbentuk keahlian dan perilaku pada setiap
individu. Dengan demikian setiap individu secara potensial kreatif, dan
lingkungan yang mempengaruhi perbedaan kreatifitas seseorang.
Munandar (1988) memandang aspek kreatif dari segi pribadi,
pendorong, produk dan proses, dan ia menyatakan bahwa lingkungan yang
dapat mendorong munculnya tingkah laku kreatif meliputi lingkungan
keluarga, sekolah, masyarakat, dan lingkungan kebudayaan. Dari segi proses
Munandar menyatakan bahwa pengertian kreatif sama dengan kemampuan
berpikir kreatif. Adapun ciri-ciri berpikir kreatif adalah terampil berpikir
orisinil, memperinci/mengelaborasi, dan menilai. Sedang dilihat dari segi
produk sikap kreatif merupakan produk kreatif yang oleh Vernan (1982)
dinyatakan bahwa produk kreatif mempunyai kriteria (1) produk itu harus
nyata, (2) produk itu harus baru, dan (3) produk itu adalah hasil dari kualitas
unik individu dalam interaksi dengan lingkungannya.
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kreatifitas
seseorang dapat ditingkatkan melalui pengelolaan lingkungan sebagaimana

dinyatakan oleh Clark (1983) bahwa bila faktor lingkungan mendorong,
maka bakat berkembang, tetapi bila lingkungan menghambat maka bakat itu
akan menciut. Dengan demikian pengembangan kreatifitas anak dapat
dilaksanakan melalui pembelajaran kreatif.
Startegi Pembelajaran Kreatif
Pembelajaran kreatif menurut Semiawan (1988) adalah pembelajaran
yang memungkinkan meningkatnya perilaku kreatif pebelajar. Pembelajaran
kreatif ini memungkinkan pebelajar belajar kreatif, yaitu belajar yang
mengasyikkan, yang mengerahkan potensi kreatifitas, dan menimbulkan
berbagai getaran penemuan terhadap hal-hal yang sebelumnya belum
diketahui, dikenal atau dipahaminya.
Pengembangan kemampuan kreatif berhubungan erat dengan strategi
pembelajaran. Dalam situasi pembelajaran yang menaruh kepercayaan
terhadap kemampuan anak untuk berpikir dan berani mengemukakan gagasan

4

baru, dan ketika siswa diberi kesempatan untuk bekerja sesuai dengan minat
dan kebutuhannya maka kemampuan kreatif dapat tumbuh dengan subur.
Clark (1983) mengatakan bahwa strategi pembelajaran yang berhasil

mengembangkan aspek kreatifitas adalah yang mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut.
1) Lebih banyak melakukan aktivitas-aktivitas berpikir.
2) Menggunakan lebih sedikit aktivitas ingatan.
3) Memberikan kesempatan untuk mempergunakan pengetahuan
secara kreatif.
4) Menggunakan evaluasi untuk diagnosis.
5) Mendorong ekspresi spontan.
6) Memberikan suasana penerimaan.
7) Memberikan stimulasi yang kaya dan bervariasi.
8) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan profokatif.
9) Tidak menolak ide siswa yang baru dan mendorongnya untuk
menguji sendiri ide-ide barunya.
10) Memberikan latihan dan percobaan yang tidak dievaluasi.
11) Mengajar keterampilan berpikir kreatif seperti orisinalitas,
kelancaran, keluwesan, elaborasi, menemukan ide secara sengaja,
penilaian yang ditunda, berpikir alternatif, dan menyusun hipotesis.
12) Mengajar keterampilan meneliti, seperti inisiatif mengeksplorasi,
mengobservasi, mengklasifikasi, bertanya, menyusun, dan
menggunakan informasi, mencatat, menerjemahkan, menyimpulkan,

menguji kesimpulan, menyajikan kembali pengalaman dan
observasi, mengkomunikasikan, menggeneralisasi, dan
menyederhanakan.
Prinsip Pembelajaran Menulis Kreatif
Prinsip- prinsip pembelajaran menulis kreatif menurut Ellis
(1989:182-183) adalah: (1) melakukan observasi dan menulis, (2)
mengasosiasikan kata, (3) menemukan informasi, (4) menemukan cara
alternatif untuk melihat sesuatu, (5) menulis apa yang dilihat, jangan
menceritakan secara lisan, (6) membuat kalimat yang biasa menjadi luar
biasa, (7) memilih kata yang tepat, dan (8) menulis metafora/analogi.
1) Melakukan Observasi dan Menulis
Kegiatan ini dapat dimulai dengan mengamati objek atau benda misalnya
buah-buahan, mainan, atau bisa juga anak diminta untuk membawa majalah
untuk melakukan pengamatan pada gambar-gambar yang ada pada majalah.
Kemudian guru atau siswa lain mengajukan pertanyaan terhadap objek yang
diobservasi tersebut. Jawaban-jawaban dari pertanyaan tersebut ditulis untuk
disusun menjadi puisi atau prosa deskripsi.
2) Mengasosiasikan Kata
Guru meminta siswa untuk mengasosiasikan kata-kata tertentu, dan
guru atau siswa lain dapat membantu dengan memberikan pertanyaanpertanyaan. Hasil jawaban siswa disusun menjadi karya tulis kreatif.
3) Menemukan Informasi
Siswa diberi kesempatan untuk menemukan informasi dari apa yang
dirasakan dan dipikirkan, dan menuangkannya dalam bentuk tulisan.

5

4) Menemukan Cara Alternatif untuk Melihat Sesuatu
Yaitu dengan meminta siswa untuk mengungkapkan kesenangan dan
keinginan yang mendalam.
5) Menulis Apa yang Dilihat
Guru mengajak siswa melihat sesuatu objek, kemudian siswa diberi
kesempatan untuk mendeskripsikan apa yang dilihat menurut versi sendiri.
6) Membuat Hal-Hal yang Biasa Menjadi Luar Biasa
Guru menajak siswa membaca sebuah cerita kemudian siswa diminta
untuk mengubah perwatakan tokoh dalam cerita, konflik, dan sebagainya
sesuai dengan kreativitas masing-masing siswa.
7) Menggunakan Metafora
Yaitu meminta siswa menggunakan ungkapan perbandingan,
perumpamaan, bahasa majas atau kiasan dalam karangan mereka.
Menulis kreatif menurut Edwards, dkk. (2003:vii) adalah kegiatan
mengekspresikan ide dan mengeksplorasi imajinasi dengan menggunakan
berbagai bentuk tulisan misalnya fiksi, nonfiksi, atau puisi. Melalui kegiatan
menulis fiksi seorang anak dapat menuangkan imajinasinya secara bebas
yang dapat berbetuk cerita pendek maupun narasi secara umum.
Melaluikegiatan menulis nonfiksi pebelajar dilatih untuk melakukan kegiatan
menulis tentang laporan cuaca, laporan kegiatan out bond, rekreasi, kegiatan
ekstra kurikuler, dan seterusnya. Elalui kegiatan menulis puisi pebelajar
berlatih mengekspresikan imejinasinya terkait dengan ungkapan kata frasa
dan kalimat yang sesuai dengan aturan penulisan puisi.
Beberapa kegiatan kreatif yang dapat menunjang kegiatan menulis
kreatif menurut Edwards, dkk. (2003:14-16) adalah kegiatan menjadi
kolektor kata dan menjadi detektif bahasa. Sebagai kolektor kata pebelajar
dimotivasi untuk selalu menambah kosakata yang dimiliki melalui kegiatan
(1) membuat kartu kata, (2) kartu bergambar, (3) lembaran kamus, (4) kamus
elektronik,(5) papan siap tulis dan hapus, (6) keranjang atau kotak kata, atau
amplop kata, (7) daftar kata berdasar alpahabet atau kategori sukukata
tertentu. Sebagai detektif bahasa pebelajar diarahkan untuk melakukan
kegiatan berikut. (1) Memilih beberapa kata yang mempunya sukukata awal
sama, (2) memilih kata kata yang mempunyai akar kata sama, (3)
memisahkan kata kata dari gabungannya, (4) mengelompokkan kata kata
yang mempunyai kesamaan bentuk, (5) mengubah kata menjadi berbagai
variasi bentuk kata, (6) menyusun kalimat dengan bantuan kata tertentu, dan
(7) membuat daftar arti kata yang diperoleh dari teks lisan maupun tulis.
Daftar Rujukan
Clark, B. 1983. Growing up Gifted. Colombus: Merril Publication. CO.
Edwards, Sharon A.; Maloy, Robert W.; O’Loughlin, Ruth Ellen Verock.
2003.Ways of Writing with Young Kids: Teaching Creativity
andConventions Unconventionally. Boston: Pearson Education, Inc.
Effendy, A. F. 1993. Lagu dan Permainan sebagai Media Pengajaran Bahasa
Arab di Madrasah Ibtidaiyah. Majalah Nadi Tahun II No: 1
Effendy, A.F. 2004. Strategi pembelajaran Duru:s Arabiyyah Muktsafah
(DAM). Makalah disampaikan pada Konsultasi tenaga ahli pembelajaran

6

bahasa Arab di Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri
Maaalang.
Ellis, A. , Pumau, J. , Standal T., dan Rummel, M. K. 1989. Elementary
Language Arts Instruction. New Jersey: Prentice Hall.
Everet, W. 1987. Apopular Song as A Teaching Instrumen. Forum, Vol XXV.
Huda, N. 1999. Pengajaran Bahasa Kedua Berbasis Strategi Belajar. Dalam:
Bahasa dan Seni. Tahun: 27, 2: 143-145.
Irhamni. 2002. Strategi Pembelajaran ALA. Makalah disajikan dalam
seminar Pelatihan Pembelajaran bahasa Arab untuk Anak (ALA) di
Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang.
Kasbolah, K. 2004. Pengajaran Bahasa Inggris di Sekolah Dasar:
Kebijakan, Implementasi, dan Kenyataan. (Pidato Pengukuhan Guru
Besar dalam Bidang Pengajaran Bahasa Inggris pada fakultas Sastra
Universitas Negeri Malang, Disampaikan pada Tanggal 12 Januari 2004).
Munandar, S.C.U. 1987. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak
Sekolah. Jakarta: PT Gramedia.
Munandar, S.C.U. 1988. Memupuk Kreativitas Anak Usia Pra Sekolah.
Dalam: S.C. Utami Munandar (Ed) Kreativitas Sepanjang Masa. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan.
Murdibyono, A. W. 1995. Bahasa Inggris untuk Sekolah Dasar: Tujuan
Pengembangan dan Karakteristik Pembelajar. Dalam: Bahasa dan Seni.
Tahun 23. No. 2.
Nur, M. & Wihandari, P.R. 2000. Pengajaran Berpusat kepada Siswa dan
Pendekatan Konstruktivis dalam Pengajaran. Surabaya: Pusat Sains dan
Matematika Sekolah Unesa: University Press.
Oxford, R.L. 1989. Use of Learning Strategies: a Synthesis of Studies with
Implications for Strategy Training. Dalam: System, 12, 2: 235-247.
Oxford, R. L. 1990. Language Learning Strategies. What Every Teacher
Should Know. USA: Newbury House Publishers.
Oxford, R.L. 2002. Language Learning Strategies in a Nutshell: Update and
ESL Suggestions. Dalam: Methodology in Language Teaching. Richards
J. C. & Renandya W.A. (Eds). Cambridge: University Press.
Percy, B. 1981. The Power of Creative Writing. London: Prentice Hall
International, Inc.
Read, John. 1991. The Validity of Writing Test Tasks. Dalam Sarinee Anivan
(ed), Current Developments in Language Testing. Singapore: SEAMEO
RELC.
Reilly, R.R. dan E.L. Lewis. 1983. Educational Psychology Aplications for
Classroom Learning and Instruction. New York: MC Millan
Publishing.Co.
Risakotta, I. 1990. Beberapa Contoh Permainan Untuk Pengajaran Bahasa
dalam Kelompok Besar, dalam Learnen Und Lehren no. I Februari 1990.
Rofi’uddin, A. 2002. Teknik Peningkatan Kemampuan Berbicara untuk
Murid Sekolah Dasar Kelas Tinggi. Dalam : Bahasa dan Seni. Tahun 30.
No 1 Februari.

7

Semiawan, C. 1988. Belajar Kreatif untuk Mengembangkan Bakat Kreatifitas
pada Masa Usia Sekolah. Dalam SC. Utami Munandar (Ed) Kreativitas
Sepanjang Masa. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Ur, P. and Wright, A. 1992. Five Minutes Activities: A Reseurce Book of Short
Activities. Cambridge University Press.
Vernan, P.E. (Ed) 1982. Creativity. Baltimore: Penguin.

8

Dokumen yang terkait

STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM MEWUJUDKAN MALANG KOTA LAYAK ANAK (MAKOLA) MELALUI PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN

73 431 39

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

STRATEGI PUBLIC RELATIONS DALAM MENANGANI KELUHAN PELANGGAN SPEEDY ( Studi Pada Public Relations PT Telkom Madiun)

32 284 52

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN SEPEDA MOTOR HONDA MELALUI PENDEKATAN BOSTON CONSULTING GROUP PADA PT. MPM MOTOR DI JEMBER

7 89 18

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

2 5 46

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DITINJAU DARI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

6 77 70

MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA REALIA DI KELAS III SD NEGERI I MATARAM KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2011/2012

21 126 83

PENGARUH KEMAMPUAN AWAL MATEMATIKADAN MOTIFBERPRESTASI TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

8 74 14

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMA MAKANANKU SEHAT DAN BERGIZI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA KELAS IV SDN 2 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

3 72 62