ANALISIS PENGARUH AKTIFITAS FISIK DAN PE

ANALISIS PENGARUH AKTIFITAS FISIK DAN PERENCANAAN MAKAN
TERHADAP PENURUNAN KADAR GULA DARAH
PADA PENDERITA DM TIPE 2 DI KOTA CIMAHI TAHUN 2010
Oleh :
Dyan Kunthi Nugrahaeni1
1

Dosen STIKES Jenderal A. Yani Cimahi
ABSTRAK

Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas di negara
berkembang dan menjadi beban bagi pelayanan kesehatan dan perekonomian. Faktor risiko
terjadinya DM tipe 2 adalah keturunan, obesitas, kurang olahraga, umur, jenis kelamin,
stress, hipertensi dan obat-obatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya faktor
pembeda antara kadar gula darah terkontrol dengan kadar gula darah tidak terkontrol pada
penderita Diabetes mellitus Tipe 2 di Kota Cimahi tahun 2010.
Desain penelitian adalah studi kasus-kontrol (Case-control). Variabel yang diteliti meliputi
umur, perencanaan makan, IMT, olah raga, tekanan darah dan kadar gula darah penderita
DM tipe 2. Sampel sebanyak 40 orang kasus (kadar gula darah tidak terkontrol) dan 40
orang kontrol (kadar gula darah terkontrol). Data didapatkan dari data sekunder (kadar gula
darah), pengukuran (BB, TB, Tekanan darah) dan food recall 1 x 24 jam. Data dianalisis

secara univariat, bivariat dan multivariat, uji yang digunakan adalah uji diskiminan.
Hasil penelitian didapatkan bahwa penderita DM dengan kadar gula darah tidak terkontrol
berumur 54,93 tahun, AKG lebih rendah (82,33%) IMT lebih tinggi yaitu 35,70, olah raga
lebih rendah yaitu 2,43 kali dan tekanan darah lebih tinggi yaitu 141,25 mmHg
dibandingkan kadar gula darah terkontrol. Dari kelima variabel, didapatkan hanya dua
variabel yang secara statistik signifikan, yaitu olah raga (p value = 0,024) dan tekanan
darah (P value = 0,0001). Variabel yang paling membedakan adalah tekanan darah, karena
memiliki nilai paling tinggi yaitu 0,838. Keakuasian model diskriminan sebesar 73,8%.
Disarankan penderita DM tipe 2 perlu melakukan pemantauan dan pemeriksaan kadar gula
darah secara rutin agar kadar gula darah menjadi terkontrol, melakukan oleh raga secara
teratur dan melakukan pengukuran tekanan darah secara rutin, sehingga dapat mengurangi
resiko munculnya komplikasi pada penderita DM tipe 2.
Kata kunci : Case Control, kadar gula darah, hipertensi
ANALYSIS PHYSICAL ACTIVITY AND DIETARY PLANNING
TO REDUCTION OF BLOOD SUGAR FOR PATIENTS TYPE 2 DIABETES MELLITUS
AT DISTRICT CIMAHI IN 2010
ABSTRAC
Diabetes mellitus (DM) is one cause of morbidity and mortality in developing countries and
be a burden to health care and the economy. Risk factors for type 2 diabetes are heredity,
obesity, lack of exercise, age, sex, stress, hypertension and medications. This study aims to

determine the different factor between blood sugar levels controlled with uncontrolled
blood sugar levels in people with Type 2 Diabetes mellitus in district Cimahi 2010.
The study design was case-control study. Variables examined included age, meal planning,

BMI, exercise, blood pressure and blood sugar levels of people with type 2 diabetes. A
sample of 40 cases (uncontrolled blood sugar levels) and 40 of the control (blood sugar
control). data obtained from secondary data (blood sugar), measurement (BB, TB, blood
pressure) and food recall 1 x 24 hours. data were analyzed by univariate, bivariate and
multivariate test used is diskiminan test.The study found that DM patients with poorly
controlled blood sugar levels was 54.93 years, AKG lower (82.33%) higher BMI is 35.70,
which sports a lower blood pressure and 2.43 times higher at 141.25 mmHg compared to
control blood sugar levels. Of the five variables, found only two statistically significant
variables, namely sports (p value = 0.024) and blood pressure (P value = 0.0001). The
most distinguishing variables were blood pressure, because it has the highest value is
0.838. Acuracy discriminant models of 73.8%. Patients with type 2 diabetes are advised to
conduct monitoring and inspection of blood sugar levels on a regular basis in order to
control blood sugar levels, do the exercise regularly and do regular blood pressure
measurement, thus reducing the risk of the emergence of complications in patients with type
2 diabetes.
Key words: Case Control, blood sugar, hypertension


A. PENDAHULUAN
Penyakit tidak menular atau penyakit degeneratif sejak beberapa dasawarsa
menjadi segmentasi permasalahan bagi tiap negara di seluruh dunia. Dampak penyakit
tidak menular adalah adanya double burden (beban ganda) bagi dunia kesehatan.
Menurut World Health Organization (WHO), diperkirakan banyak negara mengalami
kerugian akibat penyakit degeneratif ini, oleh karena itu dibutuhkan langkah konkrit
untuk menanggulanginya (Asdi A, 2000).
Penyakit degeneratif yang akan meningkat jumlahnya di beberapa negara
berkembang diantaranya adalah Diabetes mellitus (DM) dan menjadi salah satu
penyebab morbiditas dan mortalitas di negara–negara yang sedang berkembang,
sehingga menimbulkan beban bagi pelayanan kesehatan dan perekonomian negara
tersebut pada saat sekarang dan dikemudian hari baik secara langsung maupun tidak
langsung. Diabetes mellitus adalah suatu penyakit dengan kadar glukosa (gula
sederhana) di dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau
menggunakan insulin secara cukup. Insulin adalah hormon yang dilepaskan oleh
pankreas, yang bertanggung jawab dalam mempertahankan kadar gula darah yang
normal. Insulin memasukkan gula ke dalam sel sehingga bisa menghasilkan energi atau
disimpan sebagai cadangan energi (Yunia,2007, Mau Tahu Lebih Jauh tentang Diabetes
, ¶ 2, http://www.depkes.go.id di peroleh tanggal 21 Februari 2008).

Penyakit DM mempunyai 2 Tipe, Pertama Diabetes Tipe I, yaitu Diabetes
tergantung insulin, karena sel-sel beta dari pulau-pulau Langerhans telah mengalami
kerusakan, sehingga pankreas berhenti memproduksi insulin. DM tipe 1 disebabkan
faktor genetik, penyakit auto imun, dan infeksi virus. Kedua Diabetes Tipe II, yaitu
Diabetes tidak tegantung insulin terjadi jika insulin hasil produksi pankreas tidak cukup
atau sel lemak dan otot tubuh menjadi kebal terhadap insulin, sehingga terjadi gangguan
pengiriman gula ke sel tubuh. Orang yang terkena penyakit diabetes tipe 2 adalah orang
dewasa. Faktor risiko terjadinya DM tipe 2 disebabkan oleh faktor keturunan (sebesar
5%), obesitas akibat konsumerisme masyarakat dan gaya hidup yang dijalani,
kelebihan berat badan, kurang olahraga, umur, jenis kelamin, geografis, latar belakang

ras dan etnik, stress, hipertensi dan obat-obatan. DM tipe 2 adalah jenis yang paling
banyak di temukan (lebih dari 90%) dan prevalensi meningkat setelah umur 40 tahun.
Diabetes mellitus adalah pembunuh pelan–pelan namun mematikan dan menjadi
penyakit pembunuh utama manusia di dunia. Diabetes adalah penyebab kematian orang
dewasa dalam usia kerja. Diabetes mellitus adalah suatu penyakit yang tidak begitu
banyak diketahui dan disadari keberadaannya. Penyakit ini dapat memberikan
komplikasi yang mematikan, seperti serangan jantung, stroke, kegagalan ginjal,
impotensi dan kebutaan.
Dari data Departemen Kesehatan (Depkes), jumlah pasien diabetes Rawat Inap

maupun Rawat Jalan di Rumah Sakit menempati urutan pertama dari seluruh penyakit
endokrin. Pada tahun 2006 diperkirakan jumlah penderita diabetes di Indonesia
meningkat menjadi 14 juta orang, dimana baru 50% yang sadar mengidapnya dan di
antara mereka baru sekitar 30% yang datang datang berobat teratur
(http://www.depkes.go.id diperoleh pada tanggal 18 maret 2008).
Penyakit Diabetes mellitus berada di urutan keenam dari 10 penyakit yang dapat
penyebabkan kematian di Rumah Sakit (RS) Indonesia pada tahun 2002 dengan
prevalensi 3 %, tetapi Diabetes mellitus berada diurutan pertama penyebab kematian di
pasien Rawat Inap Rumah Sakit pada tahun 2005 dengan Jumlah kasusnya sebesar
42.000 dan jumlah meninggal sebanyak 3316 dengan CFR 7,9% (Pratiwisam, 2007,
Epidemiologi, Program Penanggulangan, Dan Isu Mutakhir Diabetes Mellitus, ¶ 3.
http//: www.amirudin.com diperoleh pada tanggal 18 Februari 2008).
Berdasarkan tingginya prevalensi DM di Indonesia, dan tingkat kefatalan
penyakit serta berbagai macam komplikasi yang diakibatkan oleh penyakit ini, maka
diperlukan pengelolaan yang terpadu bagi penderita DM. Untuk mendapatkan hasil
pengelolaan yang tepat guna dan berhasil guna bagi pasien DM dan untuk menekan
angka penyulit, diperlukan suatu standar pelayanan minimal bagi penderita DM. Dalam
Penatalaksanaan penyakit Diabetes mellitus, dikenal 4 (empat) pilar utama, yaitu:
edukasi, perencanaan makan, latihan jasmani dan obat-obatan yang dapat digunakan
untuk menurunkan kadar gula darah. Langkah pertama dalam pengelolaan DM adalah

pengelolaan non farmakologis, berupa perencanaan makan dan kegiatan jasmani. Jika
pengendalian diabetes belum tercapai, dilanjutkan dengan penggunaan obat-obatan atau
pengelolaan farmakologis (waspadji, 2007). Diabetes Melitus adalah penyakit menahun
yang akan diderita seumur hidup, sehingga yang berperan dalam pengelolaannya tidak
hanya dokter, perawat dan ahli gizi, tetapi lebih penting adalah keikutsertaan pasien
sendiri dan keluarganya. Penyuluhan kepada pasien dan keluarganya, asupan makanan
yang sesuai dengan kebutuhan bagi penderita DM, melakukan aktifitas fisik yang rutin
sangat membantu memperbaiki pengelolaan DM (http://www.Persadia.org. diperoleh
pada tanggal 11 Januari 2010).
B. TUJUAN PENELITIAN
1. Mengetahui perbedaan yang jelas antara kelompok kadar gula darah terkontrol
dengan tidak terkontrol pada penderita DM tipe 2 di kota Cimahi tahun 2012
2. Mengidentifikasi faktor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap kadar gula
darah terkontrol dan tidak terkontrol
3. Mengelompokkan kadar gula darah berdasarkan variabel umur, perencanaan makan
(AKG), IMT, olah raga dan tekanan darah
4. Membuat keakurasian model antara kelompok kadar gula darah terkontrol dengan
tidak terkontrol.

C. METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan studi analitik dengan jenis penelitian yang digunakan
adalah studi kasus-kontrol (Case-control). Variabel yang diteliti meliputi umur,
perencanaan makan, IMT (Indeks Massa Tubuh), aktifitas olah raga per minggu,
tekanan darah dan kadar gula darah penderita DM tipe 2.
Populasi adalah semua pasien yang didiagnosis menderita DM tipe 2 yang
tercatat di Persadia (Persatuan Diabetes Mellitus Indonesia) Kota Cimahi sebanyak 223
orang. Berdasarkan hitung sampel di peroleh sampel sebanyak 40 orang sebagai kasus
dan 40 orang sebagai kontrol. Kasus adalah responden yang menderita DM dengan
kadar gula darah tidak terkontrol (jika gula darah sewaktu ≥ 200 mg/dl. Dan kontrol
adalah penderita DM dengan kadar gula darah terkontrol (< 200 mg/dl), penentuan
kelompok kontrol dengan kriteria tidak sepadan (unmatching).
Pengumpulan data meliputi : (1) hasil pengukuran kadar gula darah sewaktu,
sebagai data sekunder; (2) pengukuran tinggi badan dan berat badan responden, untuk
menghitung IMT; (3) food recall 1 x 24 jam, untuk data perencanaan makan sesuai
dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) dalam %; (4) aktifitas fisik yang dilakukan
dalam satu minggu; dan (5) hasil pengukuran tekanan darah.
Data dianalisis secara univariat untuk mendapatkan nilai rata-rata masingmasing variabel, bivariat untuk mengetahui hubungan antar variabel dan multivariat
untuk menentukan variabel yang paling membedakan dan membuat model fungsi
diskriminan, uji yang digunakan adalah uji diskiminan.
D. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil nilai rata-rata (mean) masing-masing variabel yang diteliti dapat dilihat
pada tabel dibawah ini :
Tabel 1. Rata-rata umur, Perencanaan Makan, IMT, Olah Raga, dan Tekanan Darah
Berdasarkan Kadar Gula Darah Penderita DM Tipe 2 di Kota Cimahi Tahun
2010
Variabel
Umur
Perencanaan Makan
IMT
Olah raga
Tekanan darah

Kadar gula darah
Tidak terkontrol
Terkontrol
55,93
57,18
82,33
86,90
35,70

33,84
2,43
2,98
141,25
123,75

Rata-rata
56,55
84,61
34,77
2,70
132,50

Berdasarkan tabel diatas penderita DM tipe 2 dengan kadar gula darah
terkontrol memiliki umur 54,93 tahun, lebih rendah dibandingkan dengan kadar gula
darah tidak terkontrol. Pada penderita DM dengan kadar gula darah tidak terkontrol,
rata-rata AKG lebih rendah yaitu 82,33%, IMT lebih tinggi yaitu 35,70, aktifitas olah
raga lebih rendah yaitu 2,43 kali dan tekanan darah lebih tinggi yaitu 141,25 mmHg.
Hasil uji perbedaan antar group setiap variabel dapat dilihat pada tabel dibawah ini :


Tabel 2. Uji Perbedaan Antargroup Variabel Independen (Umur, Perencanaan Makan,
IMT, Olah Raga, dan Tekanan Darah) Penderita DM Tipe 2 di Kota Cimahi
Tahun 2010
Variabel

P Value
0,587
0,271
0,150
0,024
0,0001

Umur
Perencanaan Makan
IMT
Olah raga
Tekanan darah

Dari kelima variabel independen, didapatkan hanya dua variabel yang secara statistik
signifikan, yaitu variabel olah raga (P value = 0,024) dan tekanan darah (P value =

0,0001). Sehingga variebel yang masuk dalam model diskriminan adalah olah raga dan
tekanan darah.
Selanjutnya menentukan indikasi perbedaan nyata antara kedua group (kadar gula
darah terkontrol dan tidak terkontrol), hasilnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 3. Uji Perbedaan Antara 2 Group Penderita DM Tipe 2 di Kota Cimahi Tahun
2010
Test of Fungtion
1

Wilk’s Lamda
0,757

Chi Square
21,436

df
2

Sig
0,0001

Dari hasil uji didapatkan P.Value 0,0001 (≤ 0,05), menunjukkan bahwa ada perbedaan
yang nyata antara kadar gula darah terkontrol dan tidak terkontrol dilihat dari variabel
umur, perencanaan makan, IMT, olah raga dan tekanan darah.
Variabel yang paling membedakan diantaranya semua variabel yang diteliti dapat
dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4. Variabel Independen (Umur, Perencanaan Makan, IMT, Olah Raga, dan
Tekanan Darah) yang paling membedakan terhadap kadar gula darah
Penderita DM Tipe 2 di Kota Cimahi Tahun 2010
Variabel
Umur
Perencanaan Makan
IMT
Olah raga
Tekanan darah

Fungsi
0,010
0,117
-0,058
-0,461
0,838

Variabel independen yang paling membedakan antara kadar gula darah terkontrol dan
tidak terkontrol adalah tekanan darah, karena memiliki nilai paling tinggi yaitu 0,838.
Model fungsi diskriminan adalah sebagai berikut :

Tabel 5. Klasifikasi Model Fungsi Koefisien
Variabel
Olah raga
Tekanan darah
(konstanta)

Fungsi
Tidak Terkontrol
Terkontrol
1,449
2,024
0,397
0,344
-30,509
-24,979

Model fungsi diskriminan adalah sebagai berikut :
1. Kadar gula darah tidak terkontrol :
Skor kadar gula darah tidak terkontrol =
- 30, 509 + 1,449 (Olah raga) + 0,397 (tekanan darah)
2. Kadar gula darah tidak terkontrol : =
- 24,979 + 2.024 (olah raga) + 0,344 (tekanan darah)

Tabel 6. Diskriminan Fungsi Koefisien
Variabel

Fungsi
-0,514
0,048
-4,942

Olah raga
Tekanan Darah
Konstanta
Model diskriminan fungsi koefisien (Z-Skor) adalah :
- 4,942 – 0,514 (Olahraga) + 0,048 (tekanan Darah).

Ketepatan model analisis diskriminan adalah sebagai berikut :
Tabel 7. Hasil Klasifikasi
Gula Darah
Jumlah
%

Tidak Terkontrol
Terkontrol
Tidak Terkontrol
Terkontrol

Tidak
Terkontrol
29
10
72,5
25

Terkontrol

Total

11
30
27,5
75

40
40
100
100

Ketepatan model diskriminan adalah =
= 73,8%
Penelitian ini sesuai dengan teori yang ada bahwa penyakit-penyakit degeneratif
akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia, karena usia merupakan salah satu
resiko terjadinya gangguan toleransi glukosa, mulai umur 31 tahun terjadi penurunan
metabolisme basal sebesar 1% setiap tahun. Dan pada usia lanjut fungsi sel beta lebih
terganggu, akibatnya produksi insulin sedikit sehingga asupan glukosa ke dalam sel
terganggu, akibatnya glukosa tetap di dalam darah sehingga kadar gula dalam darah
meningkat.

Penderita DM tipe 2 diharapkan melakukan perencanaan makan yaitu dengan
AKG antara 80 – 100%. Dalam penelitian ini rata-rata AKG sebesar 84,61%.
Kebutuhan kalori yang sesuai untuk mencapai dan mempertahankan berat-badan
dengan komposisi energi yang dianjurkan adalah terpenuhinya AKG minimal 80% dan
diet yang dilakukan dapat dipergunakan untuk mengontrol kadar gula dalam darh pada
penderita DM.
Kegemukan (obesitas) dihitung berdasarkan IMT, dimana seseornag dengan
IMT lebih dari 30 sudah dikategorikan Obesitas. Dari hasil penelitian didapatkan ratarata IMT sebesar 34,77, yang berarti sebagian besar penderita Dm Tipe 2 mengalami
Obesitas. Obesitas merupakan faktor resiko pasti terjadinya obesitas, seiring dengan
bertambahnya berat badan, maka tubuh seseorang semakin kurang sensitif terhadap
efek inslin, akibatnya pankreas akan memproduksi insulin lebih banyak lagi. Ketika
kemampuan insulin tidak bisa mengimbangi resistensi insulin terjadi DM tipe 2.
Olah raga adalah bentuk aktifitas fisik yang terencana dan terstruktur yang
melibatkan gerakan tubuh berulang-ulang dan ditujukan untuk meningkatkan
kebugaran jasmani. Olah raga dapat menurunkan resiko DM tipe 2 pada wanita yang
memiliki kelebihan berat badan dan pada wanita yang mempunyai anggota keluarga
yang menderita DM. Olah raga dapat meingkatkan sensitifitas insulin sehingga ambilan
glukosa darah meningkat dan secara langsung kadar gula darah berkurnag.
Hipertensi merupakan salah satu faktor resiko terjadinya DM. Pada penelitian
in, tekanan darah memiliki kontribusi terbesar dalam membedakan kadar gula darah
penderita DM tipe 2 dengan nilai paling tinggi yaitu sebesar 0,838. Berdasarkan
beberapa hasil penelitian terdahulu didapatkan bahwa apabila tekanan darah diatas
130/80 mmHg. Harus dianggap sebagai faktor resiko dan sebaiknya diberikan
perawatan, dengan diberikan pengobatan maka tekanan darah akan stabil dan gula
darah juga akan ditekan sehingga mencapai batas normal.
E. SIMPULAN
1. Ada perbedaan yang jelas antara kelompok kadar gula darah terkontrol dengan
kadar gula darah tidak terkontrol pada penderita penyakit diabetes mellitus tipe 2 di
Kota Cimahi Tahun 2010 berdasarkan variabel umur, perencanaan makan, IMT,
olah raga dan tekanan darah.
2. Tekanan darah memberikan kontribusi terbesar dalam membedakan kadar gula
darah penderita Diabetes mellitus tipe 2 dengan nilai sebesar 0.838
3. Model diskriminan dalam pengelompokan kadar gula darah penderita DM tipe 2
adalah = - 0, 4,942 – 0,514 (Olahraga) + 0,048 (tekanan Darah).
4. Keakurasian model diskriminan antara kelompok kadar gula darah tidak terkontrol
dan terkontrol pada penderita DM tipe 2 di Kota Cimahi adalah sebesar 73,8%.
Saran yang direkomendasikan adalah pada penderita DM tipe 2 perlu melakukan
pemantauan dan pemeriksaan kadar gula darah secara rutin agar kadar gula darah
menjadi terkontrol, melakukan oleh raga secara teratur dan melakukan pengukuran
tekanan darah secara rutin, sehingga dapat mengurangi resiko munculnya komplikasi
pada penderita DM tipe 2.

DAFTAR PUSTAKA
Arisman.(1999),Pencegahan Diabetes Mellitus Laporan Kelompok Studi WHO . Jakarta :
Hipokrates
Budiarto, E. (2001). Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat.
Jakarta:EGC
Bustan, M.N (1997). Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta : PT.Rineka Cipta
Format referensi elektronik direkomendasikan oleh Depkes RI, 2002, Mau Tahu Lebih Jauh
Tentang Diabetes Mellitus tersedia http://www.depkes.go.id di peroleh tanggal 21
februari 2008
Amrizal Muhtar, 2007, tersedia http://www.geocitis.com diperoleh pada tanggal 8 mei
2008
Ridwan Amirudin, 2007, Analisis Faktor Risiko Kejadian Diabetes melitus di Rumah Sakit
Umum Pusat dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar tahun 2007 . tersedia
http://www.amirudin.wordpress.com diperoleh tanggal 18 Februari 2008
Karim F (2007).Panduan Kesehatan Olahraga Bagi Petugas Kesehatan tersedia.
http://pbcprimaciptautama.blogspot.com di peroleh pada tanggal 24 April 2008
Santoso, dkk. (2007). Gambaran Pola Penyakit Diabetes Melitus di Bagian Rawat Inap
RSUD Koja 2000-2004. tersedia http://www.cerminduniakedokteran.com diperoleh
pada tanggal 8 mei 2008
Sam pratiwi. Epidemiologi, Program Penanggulangan, Dan Isu Mutakhir Diabetes
Mellitus. (2007). Tersedia http://www.amirudin.wordpress.com diperoleh tanggal
18 Februari 2008
Achmad, (2006). Faktor yang mempengaruhi terjadinya neuropati diabetik simptomatik
perifer (studi di RSD dr. Soegiri lamongan tahun 2006) tersedia
http://digilib.litbang.depkes.go.id diperoleh pada tanggal 8 mei 2008.
Fortunestarindonesia 2007, tersedia
tanggal 25 April 2008

http://www.fortune star indonesia, diperoleh pada

Persadia Indonesia, tersedia http://www.persadia.org, diperoleh pada tanggal 11 Januari
2010
Surkesnas 2004, tersedia
April 2008

http://www.litbang.depkes.go.id, diperoleh pada tanggal 24

Hastono, S.R. (2007). Analisis Data Kesehatan. Jakarta : FKUI
Jhonson, M. (998). Diabetes,Terapi Dan Pencegahnnya.Bandung: Indonesia
House

Publishing

Kartini, Sukardji, 2007 Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI.
Martinus, A, (2005) .1001 Tentang Diabetes. Bandung:Nexx Media Inc.
Notoatmodjo, S. (2005). Metode penelitian untuk kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
PERKENI (2006). Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes mellitus tipe 2 di
Indonesia tahun 2006. Jakarta:PB.Perkeni.
Soegondo S., 2007. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI.
Sugiyono, (2007), Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.
Supariasa, I, dkk. (2001). Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC
Suyono, S. (2004).Penatalaksanaaan Diabetes Mellitus. Jakarta: FKUI
Suyono S.,2007. Patofisiologi DM Dalam Penatalaksanaan DM Terpadu. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI.
Yusmayanti (2008). Hubungan Obesitas Sentral dengan Kejadian DM tipe 2 di RSU DR.M
Djamil Padang Tahun 2008. Jakarta: FKM UI
Waspadji, 2007. Mekanisme Dasar dan Pengelolaannya yang Rasional, Jakarta : Balai
Penerbit FKUI