Kalimat Koordinasi Bahasa Batak Toba: Sebuah Ancangan Tipologi Sintaksis

  Telangkai Bahasa dan Sastra, Juli 2014, 120-126 Tahun ke-8, No 2 Copyright ©2014, Program Studi Linguistik FIB USU, ISSN 1978-8266

  

KALIMAT KOORDINASI BAHASA BATAK TOBA:

SEBUAH ANCANGAN TIPOLOGI SINTAKSIS

Nurhayati Sitorus

  

Abstract

This article discusses the coordination sentence of Batak language using a

syntantic typological approach. The purpose of the research is to find or

describe the sentence type in Batak language. The data is taken from

folktale, namely “Hatutubu ni Sisingamangaraja I’. The theory applied is

the theory of typology proposed by Comrie (1981). The result of the research

shows that Batak language is categorized into accusative, ergative and

neutral type. The basic coreferential system of Batak language is P=A, S=P,

and S=A=P.

  Key words: coordination sentences, syntantic typologies, syntactic argument, coreferential relation.

  PENDAHULUAN

  Bahasa adalah suatu sistem dari lambang bunyi arbitrer yang dihasilkan oleh alat ucap manusia (Chaer, 2007: 33). Setiap bahasa memiliki tipe, ciri dan corak yang berbeda-beda dan tidak sama dengan bahasa yang lain. Cabang linguistik yang meneliti corak atau tipe kesemua bahasa yang ada di dunia dinamakan tipologi. Bahasa yang coraknya sama atau setidak-tidaknya mirip dikelompokkan menjadi satu golongan atau dalam satu kelas yang sama, digolongkan sebagai satu tipe.

  Pengkajian tipologi dapat dilakukan pada tataran fonologi, sintaksis dan morfologi. Kajian tipologi sintaksis bahasa Batak Toba merupakan salah satu kajian bahasa secara mikro. Konstruksi sintaksis sebuah bahasa pada dasarnya dibentuk oleh tiga primitif gramatikal-semantis (Comrie, 1981:118, Song, 2001:140). Ketiga primitif itu terdiri atas agen (A) klausa transitif, Subjek (S) klausa intransitif dan pasien (P) klausa transitif.

  Ketiga primitif itu di gunakan dalam pemarkah kasus, terutama penentuan profil sebuah bahasa.

  Bahasa Batak Toba (BBT) merupakan bahasa daerah yang masih tetap digunakan sebagai alat komunikasi. Sejauh yang penulis ketahui bahwa bahasa Batak Toba tergolong tipe akusatif seperti yang tertuang dalam diatesis bahasa Batak Toba oleh Ida Basaria. Oleh sebab itu, peneliti sangat tertarik dan tertantang untuk meneliti lebih lanjut mengenai tipe bahasa Batak Toba tersebut dari segi tipologi sintaksisnya apakah kebenarannya bahasa Batak Toba tersebut hanya termasuk kedalam tipe akusatif saja atau ada tipe lain.

  Dalam penelitian ini akan dianalisis perilaku A, S dan P pada kalimat koordinasi bahasa Batak Toba dalam cerita rakyat “Hatutubu Ni Raja Sisingamangaraja I” untuk mendeskripsikan tipe bahasa Batak Toba pada tataran klausa.

  Nurhayati Sitorus KAJIAN PUSTAKA Konsep

  Kalimat koordinasi merujuk pada dua klausa atau lebih dalam hubungan yang setara (verhaar, 1996: 282, Sibarani, 1997: 95). Kalimat koordinasi disebut juga dengan istilah kalimat majemuk setara. Dalam penelitian ini penulis menggunakan konsep analisis pada kalimat koordinasi dan susunan beruntun.

  Sibarani (1997: 97) mengatakan Bahasa Batak Toba (bBT) memiliki 11 konjungsi koordinatif. Kesebelas konjungsi koordinatif bBT itu dapat dipilah menjadi dua bagian besar berdasarkan maknanya yaitu konjungsi koordinatif aditif dan konjungsi koordinatif adversatif. Masing-masing pemilahan itu masih dapat diperinci lagi berdasarkan maknanya sebagaimana terlihat dalam daftar konjungsi koordinasi berikut ini.

  Konjungsi Koordinatif sebagai Kalimat Koordinasi

  A. Konjungsi Koordinatif-Aditif

  No. No. Konjungsi Koordinatif-Aditif Arti Urut Data

  Perincian Konjungsi

  1

  1 A. jala/jala Dan Urutan

  2

  2 B. dohot dan Gabungan/Tambahan

  nang dan (maupun)

  3

  3 C. huhut dan (sambil) Keserempakan

  4

  4 D. laos dan (sekalian) Keikutsertaan

  5

  5 E. ro di dan Keseluruhan

  6

  6 F. manang/barang atau Pilihan

  B. Konjungsi Koordinatif-Adversatif

  No. No. Konjungsi Koordinatif-Adversatif Arti Urut Data Perincian Konjungsi

  1

  8 A. alai, tetapi (begitu pula), Pertentangan

  2 9 ndada holan... alai bukan hanya...tetapi

  3 10 tutu do nian... alai memang benar...tetapi B.

  Pembetulan

  4 11 eh maksud saya Dalam kalimat koordinasi, konjungsi koordinatif juga bisa di elipsis. Kalimat koordinasi yang konjungsinya dielipsis disebut kalimat koordinasi asidentik, sedangkan kalimat koordinasi yang tetap menggunakan konjungsi disebut konstruksi koordinatif sindentik (koordinasi sidentik). Elipsis konjungsi koordinasi kalimat koordinasi lebih sering di jumpai dalam bahasa tak resmi dan bahasa perumpamaan atau bahasa lisan daripada dalam bahasa resmi dan bahasa tulis. Dalam bahasa resmi dan bahasa tulis, kalimat koordinasi biasanya menggunakan konjungsi. Elipsis konjungsi koordinasi hanya bisa dilakukan apabila ada hubungan semantis antar klausa yang dikoordinasikan atau apabila hubungan makna antar klausa itu sudah diketahui tanpa penggunaan konjungsi koordinasi. Untuk menggantikan konjungsi koordinasi dalam bahasa tulis, biasanya digunakan tanda baca titik koma (;) untuk kalimat koordinasi asidentik. Perhatikan contoh berikut dalam bahasa Batak Toba:

  Telangkai Bahasa dan Sastra, Tahun Ke-8, No 2, April 2014

  (1) Mangkuling ma ronggur; humasiksak sillam

  Berbunnyi T petir memancar kilat „petir berbunyi; kilat memancar‟

  Sebaiknya penggunaan elipsis ini dihindari untuk memperjelas hubungan antar klausa sesuai dengan tugas utama konjungsi untuk menghubungkan dan mengeksplisitkan hubungan antar klausa dalam kalimat koordinasi. Apabila konjungsi tidak digunakan dalam konstruksi koordinasi, informasi yang paling jelas sulit diperoleh sehingga akan menghambat komunikasi. Hubungan antar klausa pada kalimat (1) di atas tidak begitu jelas apakah menyatakan hubungan pertentangan karena dapat dihubungkan dengan konjungsi alai „tetapi‟, hubungan urutan karena dapat dihubungkan konjungsi jala „dan‟.

  Elipsis konjungsi koordinasi yang disarankan hanya jika terdapat dua atau lebih konjungsi koordinatif (Sibarani, 1997:100). Jika terdapat dua atau lebih konjungsi koordinasi, maka dapat dielipsis kecuali konjungsi yang terakhir. Dan pengganti konjungsi digunakan tanda koma (,) dalam bahasa tulis. Perhatikan contoh berikut dalam bahasa Batak Toba.

  (2) Ro ma hamu tu son jala boan hamu ma donganmu jala hatop ma hamu ro.

  Datang T kamu ke sini dan bawa kamu T temanmu dan cepat T kamu datang. „Datanglah kalian ke sini dan bawalah teman kalian dan cepat lah kalian datang‟

  (3) Ro ma hamu tu son, boan hamu ma donganmu jala hatop ma hamu ro. Datang T kamu ke sini bawa kamu T temanmu dan cepat T kamu datang.

  „Datanglah kalian ke sini, bawalah teman kalian dan cepat lah kalian datang‟ Pada kalimat di atas terlihat jelas bahwa konjungsi koordinasi jala pada kalimat (2) di elipsis pada kalimat (3).

  Dalam kalimat koordinasi terdiri dari dua klausa koordinasi yaitu anak klausa dan induk klausa. Apabila subjek pertama pada klausa pertama berkoreferensi dengan subjek kedua pada klausa kedua maka subjek pada klausa kedua dapat dilesapkan.

  Susunan beruntun mengacu pada penggolongan bahasa yang didasarkan pada tiga konstituen utama yaitu S,V dan O. Menurut Comrie (1981:81) susunan beruntun dasar terdiri dari enam permutasi yang logis yakni SOV, SVO, VSO, VOS, OVS, dan OSV. Bahasa Batak Toba memiliki urutan kata VSO (Sibarani, 1997:8).

  Landasan Teori

  Penelitian ini menggunakan ancangan tipologi sintaksis. Penetapan tipe bahasa mengacu pada prilaku sintaksis. Argumen sintaksis terdiri dari 3 yaitu argumen A, S dan P (Comrie, 1981: 118, Song, 2001: 140). A = Argumen agen kalimat transitif S = Argumen subjek kalimat intransitif P = Argumen pasien kalimat transitif

  Pada klausa transitif hadir dua argumen yaitu argumen A dan P. Sedangkan pada klausa intransitif hanya hadir satu argumen yakni argumen S. Menurut comrie (1981:118- 120) ada beberapa tipe penetapan bahasa yakni nominatif-akusatif yang dikenal dengan akusatif, ergatif-absolutif yang dikenal dengan ergatif, neutral, tripartie, dan A/P S.

  Nurhayati Sitorus 1.

  Akusatif Dikatakan tipe bahasa itu akusatif apabila argumen S pada klausa intransitif berprilaku sama dengan argumen A pada klausa transitif dan diperlakukan berbeda dengan P. Tapi berbeda dengan bahasa English, bahasa ini tergolong tipe akusatif dengan pemarkahan kasus yang dikenal AS/P. A ditafsirkan berkoreferensi dengan S dan bukan dengan P. Seperti terlihat pada contoh berikut.

  (4) She pinched him. (5) She ran.

2. Ergatif

  Dikatakan ergatif apabila argumen S pada klausa intransitif berprilaku sama dengan argumen P pada klausa transitif dan diperlakukan berbeda dengan argumen A, maka tipe bahasa tersebut adalah ergatif. Perhatikan contoh berikut dalam bahasa Yalarnnga.

  (6) Yalarnnga

  Kupi waya kunhu- ŋka Fish that water-LOC „That fish is in the water‟

  (7) Yalarnnga

  Kupi- ŋku milŋa taca-mu Fish-ERG fly bite-PST 3.

  Neutral Dikatakan neutral apabila argumen S berprilaku sama dengan argumen A dan P. Tipe ini dipakai oleh bahasa Angola,Namibia, Dickins. Perhatikan contoh berikut.

  (8)

  a. jū nîanî tsî People three come S

  „Three people have come‟

  b. dă‟ăbi lôă ho niăniă children NEG find road A P

  „the children did not find the road‟ 4. Tripartite

  Dikatakan apabila S berprilaku berbeda dengan A dan P. Tipe bahasa ini terdapat dalam bahasa Wangkumara. Perhatikan contoh berikut: (9)

  a. Kana-ulu kalka-ŋa titi-nana țiți-ņaņa man-ERG hit-PST dog-F:ACC „The man hit the bitch‟

  b. Kana-ia palu- ņa

  Man-NOM die-PST „The man died‟

  Telangkai Bahasa dan Sastra, Tahun Ke-8, No 2, April 2014

  Pada (9a) dan (9b) kata ganti pada fungsi A, S, dan P dimarkahi berbeda dengan yang lain. Dixon (1994:41) mengatakan bahwa sekelompok bahasa Australia Aborigin di Queesland selatan yang membuat perbedaan untuk A, S, dan P dalam lintas Phrase nominal. Dan perlu diketahui bahwa Wangkumara berasal dari kelompok ini.

5. A/P S

  Suatu bahasa tergolong kepada tipe bahasa A/P S apabila argumen A pada klausa transitif berprilaku sama dengan P pada klausa transitif dan berbeda dengan S. Tipe bahasa ini terdapat dalam bahasa Spanis dan Persian. Perhatikan contoh berikut.

  (10)

a. Na=na nayŋ-ma -tɨ-s

  IsNOM=TOP fall-COMPL-PST-CNJ.UND S

  „I fell‟

  b. kin-ka=na na=na santos=ta izh-ta-w dawn-when-TOP 1stNOM=TOP S=DAT see-PT-CONJ.SBJ A P

  „At dawn I saw Santa‟

METODOLOGI PENELITIAN

  Korpus penelitian ini menggunakan data tulis. Dimana perilaku A, S dan P pada kalimat koordinasi dikumpulkan dari cerita rakyat yaitu „Hatutubu Ni Raja Sisingamangaraja I”. Dan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pustaka dengan mengembangkan teknik catat.

TEMUAN DAN PEMBAHASAN

  Interpretasi tipologi pada kalimat koordinasi bahasa Batak Toba dapat diamati dengan memperhatikan hubungan koreferensi yang terjadi pada argumen A, S dan P. (11)

  Dung i dijou nasida ma dakdanak i jala Sesudah itu dipanggil mereka-3Pl/NOM T anak itu-ABS dan [ ]

  A P CONJ dipahundul songon raja. didudukkan seperti raja „Sesudah itu dipanggil merekalah anak itu dan anak itu didudukkan seperti raja‟ Kalimat koordinasi (4) dibentuk oleh dua klausa transitif. Dimana P berprilaku sama dengan A dan diperlakukan berbeda dengan P atau P berkoreferensi dengan A. Hal ini ditandai dengan adanya pelesapan A yang disimbolkan dengan [ ] pada klausa kedua. S pada kalimat diatas adalah nasida, A = [ ] dan P = dakdanak i. Dengan kata lain bahwa kalimat di atas tergolong kepada tipe akusatif.

  (12) Dung marumur dakdanak i hirahira pitu taon, ditogihon inana ma

  Setelah berumur anak-anak itu kira-kira tujuh tahun, diajak ibunya T S A Ibana tu tombak Sulusulu masi hau mambahen aekrabu.

  Dia ke hutan Sulusulu mencari kayu membuat airabu P

  „Setelah anak-anak itu berumur kira-kira tujuh tahun, diajak ibunya lah dia ke hutan Sulusulu untuk mencari kayu‟ Kalimat diatas menunjukkan perilaku argumen S sama dengan prilaku argumen A dan sama dengan prilaku argumen P (S=A=P). Berdasarkan teori yang ada jika S diperlakukan sama dengan A dan P maka kalimat tersebut tergolong kepada tipe neutral. Dimana S adalah „dakdanak i‟, A adalah „inana‟ dan P adalah „ibana‟

  (13) Asi do roha ni Boru Pasaribu umbege i, alai disuru [ ] dope

  Menaruh kasihan T hatinya Boru Pasaribu mendengar itu, tetapi disuruh lagi S CONJ

  

paduahalion boruna i laho tu amana mangido asa dipatupa raja i

  kedua kalinya putrinya itu pergi ke ayahnya meminta supaya dilakukan raja itu P na pinangido ni rohana i. yang di hatinya itu. „Hatinya Boru Pasaribu menaruh kasihan mendengar itu, tetapi dia menyuruh putrinya untuk kedua kalinya pergi menemui ayahnya untuk meminta supaya raja itu melakukan (mengabulkan) p ermintaannya‟.

  Kalimat diatas menunjukkan perilaku argumen S sama dengan prilaku argumen A dan sama dengan prilaku argumen P (S=A=P). Berdasarkan teori yang ada jika S diperlakukan sama dengan A dan P maka kalimat tersebut tergolong kepada tipe neutral. Di mana S adalah „roha ni Boru Pasaribu‟, A adalah [ ] yang berkoreferensial dengan S dan P dan P adalah „boru na i‟.

  Dari analisis data di atas dapat diperoleh bahwa bahasa batak Toba tergolong kepada tipe akusatif, ergatif dan neutral. Dan hubungan koreferensial P=A, S=P dan S=A=P.

  (14) Alai dang adong na hum jala na barani mandongani ibana

  Tetapi tak seorang pun-ERG berani dan yang berani menemani dia-SG3/ABS A

  P na marnortor i, mansai uli do tortor na i. yang menari itu, sungguh bagus T tarian nya itu.

  S „Tetapi tak seorangpun yang berani dan berani menemani dia karena sungguh bagus tariannya‟ Kalimat (14) menunjukkan bahwa prilaku argumen S diperlakukan sama dengan argumen P dan berbeda dengan argumen A atau dengan kata lain S berkoreferensi dengan

  P. Maka tipe kalimat di atas tergolong tipe ergatif.

  Nurhayati Sitorus

  Telangkai Bahasa dan Sastra, Tahun Ke-8, No 2, April 2014 KESIMPULAN

  Bahasa Batak Toba termasuk ke dalam tipe akusatif secara sintaksis karena argumen P berprilaku sama dengan argumen A dan berbeda dengan argumen S, bahasa Batak Toba juga termasuk kedalam tipe ergatif karena argumen S diperlakukan sama dengan argumen P dan berbeda dengan argumen A dan bahasa Bahasa Toba juga tergolong neutral karena argumen S diperlakukan dengan argumen A dan P. Dan sistem koreferensial bahasa Batak Toba adalah P=A, S=P dan S=A=P.

  Keterangan: ABS : absolutive ACC : accusative CONJ : konjungsi COMPL : complementizer DAT : dative ERG : ergative LOC : locative NOM : nominal PL : plural PST : past SG : singular T : pemarkah topik TOP : topik 3 : 3rd person Sumber Data:

1. Cerita rakyat „Hatutubu Ni Sisingamangaraja I‟

  Daftar Pustaka

  Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta Comrie, B. 1981. Language Universal and Linguistic Typology. Oxford: blackwell.

  Sibarani. 1997. Sintaksis Bahasa Toba. Medan : USU Press Sihombing, T.M. 1989. Jambar hata Dongan Tu Ulaon Adat. Tulus Jaya.

  Song.2001. Linguistic Typology: Morphology and syntax. England: Pearson Education.

Dokumen yang terkait

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Paradigma - Peran Opinion Leader Dalam Masyarakat Hukum Adat(Studi Kasus Tentang Peran Opinion Leader Dalam Masyarakat Hukum Adat Batak Toba Di Desa Hutauruk, Kecamatan Sipoholon, Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara

0 0 15

BAB I PENDAHULUAN - Peran Opinion Leader Dalam Masyarakat Hukum Adat(Studi Kasus Tentang Peran Opinion Leader Dalam Masyarakat Hukum Adat Batak Toba Di Desa Hutauruk, Kecamatan Sipoholon, Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara)

0 0 13

PERAN OPINION LEADER DALAM MASYARAKAT HUKUM ADAT (Studi Kasus Tentang Peran Opinion Leader Dalam Masyarakat Hukum Adat Batak Toba di Desa Hutauruk, Kecamatan Sipoholon, Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara)

0 0 10

Analisis Partikel Pemarkah Emotif Bahasa Jepang ; Satu Kajian Pragmatik

0 1 43

BAB II KONSEP, KERANGKA TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengantar - Analisis Partikel Pemarkah Emotif Bahasa Jepang ; Satu Kajian Pragmatik

0 1 18

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Analisis Partikel Pemarkah Emotif Bahasa Jepang ; Satu Kajian Pragmatik

0 0 9

BAB II KAJIAN TENTANG WARISAN MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM ADAT A. Pengertian Warisan Menurut Hukum Islam dan Hukum Adat 1. Menurut Hukum Islam - Kajian Yuridis Pelaksanaan Warisan Pada Masyarakat Adat Batak Mandailing Di Padang Lawas

0 0 31

DAFTAR ISI - Kajian Yuridis Pelaksanaan Warisan Pada Masyarakat Adat Batak Mandailing Di Padang Lawas

0 0 18

ASPEKTUALITAS DALAM BAHASA JAWA DI DESA BANDAR TENGAH KECAMATAN BANDAR KHALIPAH Nanda Dwi Astri nandadwi_astriyahoo.co.id Abstrak - Aspektualitas dalam Bahasa Jawa di Desa Bandar Tengah Kecamatan Bandar Khalipah

0 0 15

PROSES TIPOLOGI BAHASA MANDAILING Nurainun Hasibuan inunhasibuangmail.com Abstrak - Proses Tipologi Bahasa Mandailing

0 0 11