Syarifuddin., Sadikin, Ali., dan Nordin Jurnal Al-Qardh, Vol. 1, No. 6, Juli (2016) “REAKTUALISASI KONSEP SAPRAH AMAL SEBAGAI SUMBER KEUANGAN PUBLIK ISLAM” STUDI: SAPRAH AMAL DI MENDAWAI KOTA PALANGKA RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Syarifuddin1 , Ali Sad

ISSN : 2354-6034
IAIN Palangka Raya

61

“REAKTUALISASI KONSEP SAPRAH AMAL SEBAGAI SUMBER KEUANGAN
PUBLIK ISLAM” STUDI: SAPRAH AMAL DI MENDAWAI KOTA PALANGKA
RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
Syarifuddin1, Ali Sadikin2 dan Muhammad Nordin3
Abstract
One of tradition effort in a Muslim community, especially in Mendawai area is to
innovate in economic activities which is mutual cooperation to increase mutual prosperity by
establishing SaprahAmal (Charity) as innovation or alternative in to build Muslim facilities.
This alternative is often performed by the community, not only on buying or selling activity
but SaprahAmal also teaches to share with others to achieve a goal that the community
expects in order to achieve falah (success, happiness and well-being).
Keywords: Reactualization, Implementation, and Saprah of charity Concept.
PENDAHULUAN
Islam adalah satu-satunya agama yang sempurna yang mengatur seluruh sendi
kehidupan manusia dan alam semesta. Kegiatan perekonomian manusia juga diatur dalam
Islam dengan prinsip-prinsip illahiyah. Harta yang ada pada kita, sesungguhnya bukan milik

manusia, melainkan hanya anugerah dari Allah SWT agar dimanfaatkan sebaik-baiknya demi
kepentingan umat manusia yang pada akhirnya semua akan kembali kepada Allah SWT
untuk dipertanggungjawabkan.
Agama Islam tidak hanya mengatur persoalan ubudiyah4, hubungan antara manusia
dengan Tuhannya secara vertikal, tetapi juga secara horizontal. Islam mengatur hubungan
dengan kehidupan manusia dalam wilayah muamalah, termasuk transaksi (niaga), dan
kegiatan lain yang menyokong keberlanjutan (continuity) dan kebermaknaan (meaning),
kehidupan manusia untuk kedamaian (silm) dan kebahagiaan manusia bersama. Muamalah
dalam Islami diatur oleh seperangkat ethical norms of Islam (norma-norma etika Islam)
berdasarkan tujuannya ekonomi Islam berupaya mencapai falah, kesejahteraan manusia
dengan cara menghindari terjadinya penyimpangan dalam muamalah yang dapat
mengorbankan hak-hak Individu lain.5Demikian pula dalam hal ekonomi, tujuannya adalah
membantu manusia mencapai ketenangan di dunia dan di akhirat. Akhlak manusia yang dapat
dilakukan melalui akhlak mulia diantaranya adalah pengasih dan penyayang, penolong,
pemurah, pemaaf, penegak keadilan serta kebenaran. Sedapat mungkin dalam semua aktivitas
1

Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama, Fakultas Syariah IAIN Palangka Raya,
syarif.adi@gmail.com
2

Kepala Prodi Magister Ekonomi Syariah, Pasca Sarjana IAIN Palangka Raya,
alisadikinmesy@gmail.com
3
Alumni Mahasiswa Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Palangka Raya Tahun
2016, nordinmuhammad18@yahoo.com
4
Ubudiyah berasal dari kata “abada” yang memiliki arti sederhana mengabdikan atau beribadah.
Sedangkan menurut istilah ialah ibadah seorang hamba yang murni dan tulus dari hati hanya kepada Allah SWT.
5
Muhammad dan Rahmad Kurniawan, Visi dan Aksi Ekonomi Islam, Cet. 1, Malang: Intimedia, 2014,
hlm. 1-2.

Syarifuddin., Sadikin, Ali., dan Nordin / Jurnal Al-Qardh, Vol. 1, No. 6, Juli (2016)

ISSN : 2354-6034
IAIN Palangka Raya

62

manusia menggambarkan akhlak-akhlak mulia sehingga bumi yang dipimpinnya menjadi

makmur aman dan tentram di bawah naungan Allah.6 Sebagaimana dalam Kaidah Fiqh:7
‫ﻹ ﺑَﺎ ﺣَﺔُ إِ ﻻﱠ أَ نْ ﺗَﺪُ لﱠ دَ ﻟِﯿْﻞٌ ءَﻟَﻰ ﺗَﺤْﺮِ ﯾْﻤِﮭَﺎ‬
ِ‫تا‬
ِ ‫ﻼ‬
َ ‫ﻷﺻْﻞُ ﻓِﻲ ا َﻟﻤُﻌَﺎ َﻣ‬
َ ‫ا‬
Artinya: “Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang
mengharamkannya”.
Firman Allah SWT Qs. Al-Maidah [5] : 28
.......
 
Artinya: “.......dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan
jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah
kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.” (QS. Al-Maidah
[5] : 2)
Keselamatan, kebahagiaan, dan keamanan manusia dalam hidup didunia dan diakhirat
ditentukan oleh manusia sendiri. Keselamatan dan kebahagiaan, manusia ditentukan tidak
saja oleh sejauh mana ia memahami ajaran-ajaran agama yang telah ditetapkan Tuhan melalui
Kitab sucinya dan mengamalkan ajaran Tuhan yang dihayati dan dipahami dalam perilaku
bisnis mereka sebagaimana dikehendaki Tuhan. Kontribusi pemikiran dalam pengembangan

pengamalan bisnis sesuai etika dan norma yang diperintahkan Tuhan. 9
Sesungguhnya keberuntungan untuk masa yang kekal tentu lebih penting dari pada
masa sementara maka di akhirat lebih penting dari di dunia dengan firman-Nya:10




Artinya: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan)
duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat
baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Qs.
Al-Qashash: 77)
Ayat di atas telah menjelaskan bahwa carilah harta dan hiasan secara bersungguhsungguh yakni melalui apa yang telah di anugerahkan Allah kepadamu dari hasil usaha untuk
kebahagiaan di akhirat dengan menginfakkan dan menggunakan sesuai petunjuk Allah
SWT11
6

Hasan Aedy, Indahnya Ekonomi Islam, Bandung: Alfabeta, 2007, hlm. 1.
Muhammad dan Rahmad Kurniawan, Visi dan Aksi Ekonomi Islam......, hlm. 67.

8
Departemen Agama, al-Qur’an dan Terjemah, Surabaya: Karya Agung Surabaya, 2006, hlm. 141-142.
9
Muhammad dan Rahmad Kurniawan, Visi dan Aksi Ekonomi Islam........, hlm. 6-7.
10
Ibid., hlm. 556.
11
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah Volume 10, Jakarta: Lentera Hati, 2002, hlm. 402.
7

Syarifuddin., Sadikin, Ali., dan Nordin / Jurnal Al-Qardh, Vol. 1, No. 6, Juli (2016)

63

ISSN : 2354-6034
IAIN Palangka Raya

Salah satu upaya tradisi masyarakat sekitar terutama di Jalan mendawai induk Kota
Palangka Raya Provinsi Kalimantan Tengah melakukan inovasi, dalam kegiatan ekonomi
yaitu bergotong royong dalam meningkatkan kesejahteraan bersama dengan cara mendirikan

saprah Amal sebagai inovasi atau alternatif dalam membangun sarana umat Islam. Alternatif
ini sering dilakukan masyarakat sekitar, tidak hanya melakukan transaksi jual beli seperti
biasanya tetapi dalam saprah Amal ini mengajarkan agar lebih berbagi kepada sesama untuk
mencapai suatu tujuan yang ingin diharapkan, demi mencapai falah12. Praktek kegiatan
saprah Amal di Kota Palangka Raya Provinsi Kalimantan Tengah telah dilaksanakan
sebelumnya bermula pada tahun 1960, praktek saprah Amal ini dilaksanakan sebagai
instrumen pengumpulan dana pembangunan Masjid Raya Nurul Islam yang beralamatkan di
Jln. A. Yani Kota Palangka Raya. Praktek kegiatan saprah Amal di Kota Palangka Raya pada
tahun 1960 tersebut, di hadiri oleh pelelang handal dari Kota Banjarmasin Provinsi
Kalimantan Selatan dengan nama Rusmini Hanil dan Qoriah bernama Wahidah Arsyad. Pada
tahun 1960 sering bermunculan istiah “malilil” ketika Rusmini Hanil sedang melelangkan
harga dengan maksud membawakan lagu penawaran atau lagu permintaan dari pembeli
dengan upaya meningkatkan harga lelang pada praktek saprah Amal berlangsung. 13
Alternatif ini sudah dilaksanakan sejak zaman bahari kala ketika nenek moyang dahulu kala,
ucap salah satu penduduk masyarakat suku Banjar di Jalan mendawai induk Kota Palangka
Raya Provinsi Kalimantan Tengah. 14
Seni tradisional Banjar adalah unsur kesenian yang menjadi bagian hidup masyarakat
dalam suku Banjar. Tradisional adalah aksi dan tingkah laku yang keluar alamiah karena
kebutuhan dari nenek moyang yang terdahulu. Tradisi adalah bagian dari tradisional namun
bisa musnah karena ketidakmauan masyarakat untuk mengikuti tradisi tersebut. Kebutuhan

hidup mereka yang mendiami wilayah ini dengan memanfaatkan alam lingkungan dengan
hasil benda-benda budaya yang disesuaikan.15
Alternatif ini terus dilaksanakan oleh sebagian masyarakat banjar terutama
membangun kesejahteraan di Jalan Mendawai Induk sehingga penulis melakukan observasi
awal dan menemukan AR mengatakan:
“Saprah Amal ini rancak dilakukan masyarakat Banjar dalam mambangun sabuah
kemaslahatan barataan, dengan adanya saprah Amal ini maka mampermudah kami
selaku panitia pembangunan sarana umat Islam hagan sabarataan. Hasil dari saprah
12
Falahberasal dari bahasa arab dari arti kata Afalaha-yufilhu yang berarti kesuksesan, kemuliaan, atau
kemenangan, yaitu kemenangan dan kemuliaan dalam hidup. Istilah falah menurut Islam diambil dari kata-kata
alqur’an, yang sering dimaknai sebagai keberuntungan jangka panjang, dunia dan akhirat, akhirat merupakan
kehidupan yang diyakini nyata-nyata ada dan akan terjadi, memiliki nilai kuantitas dan kualitas yang lebih
berharga dibandingkan dunia. Kehidupan dunia akan berakhir dengan kematian atau kemusnahan, sedangkan
kehidupan akhirat bersifat abadi atau kekal. Kehidupan dunia merupakan ladang bagi pencapaian tujuan akhirat
dan kebahagiaan dunia, meskipun demikian, falah mengandung makna kondisi maksimum dalam kebahagiaan
di dunia dan di akhirat.
13
Pemaparan dari Dra. Hj. Rahmaniar, M. SI selaku dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN
Palangkaraya, pada tanggal 01 Oktober 2016.

14
Wawancara dengan salah satu warga banjar yang bertempat tinggal di mendawai induk pada tanggal
19 Oktober 2015.
15
Seni Tradisional Banjar, http://pesta-kesenian-bali.minggu.biz/id1/ilmu-690/Seni-TradisionalBanjar_25978_pesta-kesenian-minggu.html, diunduh pada tanggal 20 Oktober 2015.

Syarifuddin., Sadikin, Ali., dan Nordin / Jurnal Al-Qardh, Vol. 1, No. 6, Juli (2016)

64

ISSN : 2354-6034
IAIN Palangka Raya

Amal ni satiap kami lakukan banyak haja tuh mandapatakan duitnya hagan
mambangun biasanya” 16
Terjemahan pada observasi awal penulis kepada AR. AR mengatakan:
(Saprah Amal ini sering dilaksanakan masyarakat Banjar dalam membangun sebuah
kesejahteraan semua, dengan saprah Amal ini, maka mempermudah panitia dalam
membangun sebuah sarana umat Islam. Hasil dari saprah Amal ini setiap kami
laksanakan banyak mendapatkan keuntungan untuk membangun).

Selain itu penulis juga melakukan wawancara kepada masyarakat sekitar yaitu IH,
KS, dan HM. IH, KS, dan HM Mengatakan:
“Saprah Amal nginih rancak sudah buhannya mandiriakan di daerah Banjarmasin,
lamun daerah kami hanyar pertama kali bahanu saminggu dua kali dan bila dihitung
sabulan tuh delapan kali hitungannya dalam harian, dilaksanakan amun perlu bantuan
dana.”17
Terjemahan observasi penulis kepada masyarakat sekitar yaitu IH, KS, dan HM. IH,
KS, dan HM Mengatakan:
(Saprah Amal sudah terbiasa dilaksanakan di daerah Banjarmasin, tetapi untuk daerah
kami baru pertama kali biasanya satu minggu dilaksanakan dua malam dan apabila
dihitung satu bulan dilaksanakan sebanyak delapan hari, dilaksanakan apabila perlu
bantuan dana).
Pemikiran penulis jika membicarakan budaya Banjar melirik ke masa lalu dan
memperhatikan manfaatnya untuk masa depan, mungkin sungguh berorientasi yang baik
untuk mencapai kesejahteraan bersama. Karena itu, perlulah penulis meneliti nilai-nilai
budaya apa yang perlu digali, dikembangkan untuk menopang kemajuan menuju
kesejahteraan bersama.
Landasan Teori
 Pengertian Reaktualisasi
Reaktualisasi berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah

bermula dari kata aktualisasi adalah perihal mengaktualkan atau pengaktualan suatu
kegiatan yang pernah dilaksanakan.18 sedangkan reaktualisasi merupakan proses, cara,
perbuatan mengaktualisasikan kembali, penyegaran dan pembaruan nilai-nilai kehidupan
masyarakat.19 Menurut penulis reaktualisasi adalah suatu proses mengaktualkan suatu
kegiatan yang pernah dilaksanakan untuk mendapatkan suatu kesimpulan, berdasarkan

16
Wawancara observasi awal dengan panitia saprah Amal Langgar Darul Iman Mendawai Induk Kota
Palangkaraya, hari jum’at 22 Mei 2015 pukul 15.10 WIB
17
Wawancara observasi awal dengan masyarakat Mendawai Induk Kota Palangkaraya, hari jum’at 22
Mei pukul 14.30 WIB.
18
Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:Balai Pustaka, cet. 3, 2005, hlm. 23.
19
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Reaktualisasi,Http://kbbi.web.id/reaktualisasi, diunduh pada
tanggal 04 Oktober 2016.

Syarifuddin., Sadikin, Ali., dan Nordin / Jurnal Al-Qardh, Vol. 1, No. 6, Juli (2016)


65

ISSN : 2354-6034
IAIN Palangka Raya

kesimpulan tersebut akan memberikan suatu hasil mengenai kegiatan yang telah di
aktualkan sebagai pembaharuan nilai-nilai kehidupan masyarakat.


Konsep Saprah Amal
Saprah Amal berasal dari kata bahasa Arab yaitu Safāratul Amal yang berarti
merupakan suatu kegiatan perjalanan amal dengan konsep kegiatan yang berisikan musik
orkes Islami, lelang komoditas produk ekonomi, pencerahan melalui ustad Kyai, dengan
berjualan barang produk dengan harga dilebihkan dari harga normal yang bertujuan
untuk mengumpulkan dana sosial berupa bangunan sekolah, masjid dan sebagainya yang
didalam kegiatannya berimplementasikan nilai-nilai sedekah.20 Sedangkan berdasarkan
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah tempat berjual beli yang diadakan oleh
perkumpulan masyarakat dan sebagainya dengan maksud mencari dana untuk keperluan
tertentu yang bersifat membangun untuk kesejahteraan bersama.21Saprah Amal/bazar
sendiri merupakan sebuah saprah yang menjual makanan, minuman, dan lainnya.
Biasanya saprahseperti ini dibuka dalam waktu tertentu dan jangka waktu terbatas, hasil
penjualannya disalurkan masyarakat untuk kegiatan Amal.22
Saprah Amal adalah sebuah tradisi yang sering kali dilaksanakan oleh sebagian
masyakat Banjar dalam mengumpulkan dana dan merupakan suatu kebudayaan yang
sering dilaksanakan.23Kebudayaan itu sendiri berasal dari (bahasa Sansekerta)
buddhayah yang merupakan bentuk jamak kata “buddhi” yang berarti budi atau akal.
Kebudayaan diartikan sebagai “hal-hal yang bersangkutan dengan budi atau akal”.24
Seorang antropolog lain, yaitu E.B Tylor (1871), pernah mencoba memberikan definisi
mengenai kebudayaan;
Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan,
kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan lain kemampuan-kemampuan serta kebiasaankebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat. 25 Kebudayaan
mencakup semuanya yang didapatkan atau dipelajari oleh manusia sebagai anggota
masyarakat. Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang dipelajari dari pola-pola
perilaku yang normatif. 26
Walaupun setiap masyarakat mempunyai kebudayaan yang saling berbeda satu
dengan lainnya, setiap kebudayaan memiliki masing hakikat yang berlaku umum bagi
semua kebudayaan di mana pun juga. Diantaranya;

20
Pemaparan dari Bapak Dr. Ahmad Dakhoir, MHI selaku Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam IAIN Palangka Raya , pada tanggal 01 Oktober 2016.
21
Ibid.,hlm. 833.
22
Ant,
Pemkab
Bengkalis
Bakal
Buka
Pasar
Amal
Ramadan,
http://news.okezone.com/read/2015/06/12/340/1164224/pemkab-bengkalis-bakal-buka-pasar-amal-ramadan,
diunduh pada tanggal 20 Oktober 2015.
23
Berdasarkan observasi awal dengan masyarakat sekitar dilapangan, ditemukan bahwa kebanyakan
pelaksanaan tersebut sering di lakukan oleh masyarakat Banjar.
24
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Rajawali Pers, Cet. 47, 2015, hlm. 148.
25
Ibid.
26
Ibid.

Syarifuddin., Sadikin, Ali., dan Nordin / Jurnal Al-Qardh, Vol. 1, No. 6, Juli (2016)

66

ISSN : 2354-6034
IAIN Palangka Raya

a. Kebudayaan bersifat universal artinya perwujudan kebudayaan mempunyai ciri-ciri
khusus yang sesuai dengan situasi maupun lokasinya,
b. Kebudayaan bersifat stabil dan setiap kebudayaan mengalami perubahan-perubahan
yang kontinu artinya setiap kebudayaan pasti mengalami perubahan atau
perkembangan-perkembangan. Hanya kebudayaan mati saja yang bersifat statis,
c. Kebudayaan mengisi serta menentukan jalannya kehidupan manusia, walaupun hal
itu jarang disadari oleh manusia sendiri. 27


Konsep Keuangan Publik Islam
Sejarah pada masa Rasulullah SAW menunjukkan bahwa keuangan publik
bertumpu untuk mempertahankan eksistensi ajaran dan umat Islam dalam masyarakat.
Keuangan publik meliputi setiap sumber keuangan yang dikelola untuk kepentingan
masyarakat, baik yang dikelola secara individual, kolektif ataupun pemerintahan.
Sumber-sumber keuangan publik dalam sejarah Islam selain zakat, mayoritas adalah
bersifat sukarela yaitu dalam bentuk infaq, waqaf, dan sedekah.28 Sejarah keuangan
publik pada masa Rasulullah SAW dan Khulafaurrasyidin dapat dilihat dari praktik
dan kebijakan yang diterapkan oleh beliau dan para sahabat. Rasulullah SAW dan
Khulafaurrasyidin memfokuskan seperti pembangunan masjid sebagai tempat utama
dalam mengadakan forum bagi para pengikutnya, merehabilitasi muhajirin Makkah di
Madinah, menciptakan kedamaian dalam negara, mengelurkan kewajiban bagi warga
negaranya, membuat konstitusi negara, menyusun sistem pertahanan madinah, dan
meletakkan dasar-dasar sistem keuangan negara.29
Sumber pendanaan publik, secara garis besar telah ditentukan dalam al-Qur’an,
namun karena sesuai perkembangan zaman sumber pendanaan publik tidak hanya
pada zakat dan ghanimah, namun diantaranyazakat30, ushr31, kharaj32, jizya33(pajak
dzimmi), ghanimah34, fai’35, amwal fadhila36, nawaib37, wakaf38, dan sedekah39.

27

Ibid., hlm. 158-159.
Pusat Pengajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI), Ekonomi Islam , Jakarta: Rajawali Pers,
2014, hlm. 515-516.
29
Ibid., hlm. 486.
30
Merupakan kewajiban langsung dari Allah Swt pada kitab suci al-Qur’an.
31
Merupakan kewajiban yang dibebankan oleh pemerintah kepada pedagang, yang ditujukan untuk
meningkatkan perdagangan.
32
Kewajiban yang dibebankan oleh pemerintah kepada pengguna lahan negara atau tanah.
33
Kewajiban yang dibebankan oleh pemerintah sebagai konpensasi atas perlindungan jiwa, property,
ibadah dan tanggung jawab militer.
34
Harta yang diperoleh secara paksa melalui perang, ditujukan untuk pembiayaan perang dan
kesejahteraan tentara (80%) sebagian (20%) dialokasikan untuk sabilillah, sebagaimana tarif zakat yang
dikenakan atas harta temuan (rikaz).
35
Harta yang diperoleh dari non-muslim secara damai atau non-perang, prinsipnya pemanfaatan harta
yang menganggur yang dimiliki oleh pemilik asal jika ia masih hidup atau masuk Islam, dan menjadi milik
negara jika pemilik asal meninggal atau tetap non-muslim.
36
Merupakan harta yang diperoleh karena tidak ada yang memiliki baik karena ditinggal pemiliknya
ataupun tanpa ahli waris.
37
Pungutan yang dibebankan oleh pemerintah kepada orang tertentu untuk tujuan negara tertentu,
misalnya untuk pertahanan negara.
28

Syarifuddin., Sadikin, Ali., dan Nordin / Jurnal Al-Qardh, Vol. 1, No. 6, Juli (2016)

67

ISSN : 2354-6034
IAIN Palangka Raya

PEMBAHASAN
Keuangan publik Islam telah dipraktikkan pada masa Rasulullah SAW dan
Khulafaurrasyidin, dapat dilihat dari praktik dan kebijakan yang diterapkan oleh beliau dan
para sahabat. Keuangan publik pada masa Rasulullah SAW adalah berangkat dari kedudukan
beliau sebagai kepala Negara, demikian halnya pada masa para sahabat Khulafaurrasyidin
juga ditempatkan sebagai kepala Negara. Sebab, kedudukan kepala Negara adalah identik
dengan kedudukan melayani publik. 40
Keuangan publik merupakan sebuah konsep keuangan yang dipergunakan dalam
lingkup makro keuangan publik Islam memiliki instrumen-instrumen tertentu yang menjadi
sebuah satu kesatuan yang tak terpisahkan. Instrumen-instrumen tersebut merupakan alat
yang dipergunakan untuk memperoleh pendapatan negara guna dialokasikan sesuai
kebutuhan masyarakat, bangunan yang ada dalam keuangan publik Islam kontemporer tentu
mengalami perubahan seiring dengan kondisi yang ada, instrumen yang dipergunakan
sebagai sumber keuangan publik Islam dapat dikategorikan menjadi dua bagian yaitu sedekah
wajib dan sedekah sunnah. 41 Instrumen yang termasuk dalam kategori sedekah wajib yaitu
berupa zakat dan pajak sedangkan instrumen yang termasuk dalam kategori sedekah sunnah
adalah wakaf, infaq dan sedekah. Pada zaman kontemporer ini ada terdapat sumber keuangan
publik dalam Islam kontemporer sedikit unik yang seringkali dilaksanakan pada suatu
organisasi yang muncul dari kulturasi budaya Banjar setara sebagai penggerak dan
pembangun perekonomian yang merupakan dari bagian sedekah sunnah yaitu saprah Amal.
Saprah Amal adalah sebuah tradisi yang sering kali dilaksanakan oleh sebagian masyakat
Banjar dalam mengumpulkan dana dan merupakan suatu kebudayaan yang sering
dilaksanakan. 42
Saprah Amal berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah tempat
berjual beli yang diadakan oleh perkumpulan masyarakat dan sebagainya dengan maksud
mencari dana untuk keperluan tertentu yang bersifat membangun untuk kesejahteraan
bersama.43
Praktek kegiatan saprah Amal di Kota Palangka Raya Provinsi Kalimantan Tengah
telah dilaksanakan sebelumnya bermula pada tahun 1960.44 Praktek saprah Amal
dilaksanakan kembali pada tahun 2015 yang berlokasi di Jln. Mendawai Induk RT. 04 RW.
VI Kecamatan Jekan Raya Provinsi Kalimantan Tengah. Praktek saprah Amal di lokasi
tersebut telah mengikuti tahapan konsep manajemen praktek pada umumnya, dimana
38
Harta yang secara sukarela diserahkan kepemilikannya oleh seorang muslim untuk digunakan
kemaslahatan umat Islam.
39
Harta yang secara sukarela diserahkan kepemilikannya oleh seorang muslim kepada orang lain atau
umat Islam atau negara.
40
Pusat Pengajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI), Ekonomi Islam......, hlm. 486.
41
Tim Penyusun, Jurnal al-Qardh........, hlm. 26.
42
Berdasarkan observasi awal dengan masyarakat sekitar dilapangan, ditemukan bahwa kebanyakan
pelaksanaan tersebut sering di lakukan oleh masyarakat Banjar.
43
Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia........, hlm. 833.
44
Pemaparan dari Dra. Hj. Rahmaniar, M. SI selaku dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN
Palangkaraya, pada tanggal 01 Oktober 2016.

Syarifuddin., Sadikin, Ali., dan Nordin / Jurnal Al-Qardh, Vol. 1, No. 6, Juli (2016)

68

ISSN : 2354-6034
IAIN Palangka Raya

manajemen itu sendiri berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Pengaturan
dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsi-fungsi manajemen.
Manajemen merupakan suatu proses untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan.45
Suatu praktek agar tercapai secara maksimal sudah tentu adanya manajemen untuk
mengatur langkah perjalanan kegiatan tersebut agar mencapai suatu tujuan yang ingin
dicapai. praktek kegiatan tersebut diawali dengan proses perencanaan, perencanaan
(planning) adalah fungsi dasar atau fungsi fundamental manajemen, karena organizing,
actuating, dan controlling harus terlebih dahulu direncanakan.46 Sebagaimana praktek
kegiatan saprah Amal ini sebelum praktek dimulai mereka melakukan rapat koordinasi
secara terbuka terlebih dahulu dari pihak yang bersangkutan untuk membicarakan perihal
tujuan dilaksanakannya praktek kegiatan saprah Amal.
Setelah melakukan perencanaan (planning) tahap selanjutnya yaitu tahap organisasi
(organizing), organisasi atau pembentukan kepanitiaan praktek saprah Amal di Kota
Palangkaraya dibentuk dari masyarakat sekitar serta dibantu oleh seluruh jamaah Langgar
Darul Iman. Adapun tujuan dibentuknya kepanitiaan atau organisasi (organizing) adalah
mengatasi terbatasnya kemampuan, kemauan, dan sumber daya yang dimilikinya dalam
mencapai tujuannya, mencapai secara lebih efektif dan efisien karena dikerjakannya bersamasama, wadah memanfaatkan sumber daya dan teknologi bersama-sama, serta sebagai wadah
memenuhi kebutuhan manusia yang semakin banyak dan kompleks.47
Praktek kegiatan saprah Amal di Kota Palangka Raya selanjutnya melakukan langkah
praktek atau penggerakan (actuating). Praktek atau penggerakan (actuating) menurut George
R. Terry, penggerakan adalah membuat semua anggota kelompok atau organisasi agar mau
bekerja sama dan bekerja secara ikhlas serta bersemangat untuk mencapai sesuai dengan
perencanaan dan usaha-usaha pengorganisasian.48 Praktek atau penggerakan (actuating)
kegiatan saprah Amal dilaksanakan sejak tanggal 27 Februari 2015, praktek tersebut
dilaksanakan selama dua kali dalam satu minggu dan sebanyak delapan kali praktek dalam
satu bulan. Praktek tersebut dilaksanakan setelah sholat Isya. Sebelum praktek berlangsung
tahap praktek awal kegiatan saprah Amal diawali dengan pengumpulan modal untuk
pengadaan acara kegiatan saprah Amal, dimana pengumpulan dana tersebut dikumpulkan
dari warga atau masyarakat sekitar baik berupa uang maupun berupa bahan untuk
keberlangsungan acara kegiatan saprah Amal, setelah pengumpulan dana terkumpul dari
warga atau masyarakat sekitar prakteknya pun dilaksanakan sebagaimana jadwal praktek
yang telah ditentukan. Adapun barang yang diperjual belikan dalam kegiatan saprah Amal
tersebut bervariasi, sesuai kesepakatan para pedagang dalam praktek kegiatan saprah Amal.
Mengenai harga penjualan terdapat adanya perbedaan antara praktek kegiatan saprah Amal
dengan warung biasanya yaitu terdapat adanya kenaikan harga penjualan dibandingkan harga
pada warung biasanya yaitu dapat di lihat dari perbedaan harga nasi sop pada warung biasa
kisaran harga mencapai Rp. 10.000,- sedangkan pada saat praktek saprah Amal berlangsung
45

Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen: Dasar, Pengertian, dan Masalah, Jakarta:Bumi Aksara, 2014,

hlm. 1.
46

Brantas, Dasar-dasar Manajemen........, hlm. 55.
Ibid., hlm. 73-74.
48
Ibid., hlm. 95.

47

Syarifuddin., Sadikin, Ali., dan Nordin / Jurnal Al-Qardh, Vol. 1, No. 6, Juli (2016)

69

ISSN : 2354-6034
IAIN Palangka Raya

harga berkisar menjadi Rp. 15.000,- , diiringi dengan harga nasi rawon pada warung biasa
harga berkisar Rp. 10.000,- saat praktek kegiatan saprah Amal berlangsung harga berkisar
Rp. 15.000,- , selanjutnya harga telur itik pada warung biasa kisaran Rp. 3.000,- saat praktek
saprah Amal berlangsung harga telur itik berkisar Rp. 5.000,- karena telur tersebut telah
dibacakan doa penerang hati oleh tokoh Agama, adanya perbedaan harga dari penjualan saat
kegiatan saprah Amal berlangsung dengan warung biasanya karena akan dipergunakan untuk
Amal dalam membantu meringankan dana pembangunan sarana sosial yang belum tercapai.
Saprah Amal/bazar sendiri merupakan sebuah saprah yang menjual makanan,
minuman, dan lainnya. Biasanya saprah seperti ini dibuka pada waktu tertentu dan jangka
waktu terbatas adapun keunikan praktek saprah Amal yaitu untuk pembeli yang membeli
makanan dalam kegiatan tersebut telah memiliki adanya nilai ibadah karena sebagian dari
penjualannya disumbangkan untuk Amal, selain itu juga terdapat telur penerang hati yang
tidak ada di jual di warung biasa, serta dengan adanya kegiatan saprah Amal dapat menjaga
silaturahmi antar sesama untuk mencapai kesejahteraan bersama.
Panitia saprah menyatakan bahwa pembeli pada kegiatannya tidak hanya berasal dari
masyarakat mendawai melainkan masyarakat dari luar mendawai dikarenakan kegiatan
saprah Amal ini bersifat umum namun prakteknya dilaksanakan secara tradisional terdapat
penjual dan pembeli. Melihat dari pengaruh praktek saprah Amal sebagai sumber keuangan
publik Islam, perlu praktek tersebut direaktualisasikan kembali bahwa praktek kegiatan
saprah Amal akan berorientasi lebih baik lagi kedepan jika praktek tersebut dilaksanakan
menggunakan konsep pasar modern, pasar modern tidak banyak berbeda dari pasar
tradisional, namun pasar jenis ini penjual dan pembeli tidak bertransaksi atau bertemu secara
langsung. Melainkan pembeli melihat label harga yang tercantum dalam barang (barcode),
berada dalam bangunan dan pelayanannya dilakukan secara mandiri (swalayan) atau dilayani
oleh pramuniaga. Berikut ini ciri dari pasar modern diantaranya seperti:
1.
2.
3.
4.
5.

Tidak bisa tawar-menawar harga.
Harga sudah tertera di barang yang dijual dan umumnya diberi barcode.
Barang yang dijual beranekaragam dan biasanya memiliki kualitas yang baik.
Layanan yang baik dan biasanya memuaskan.
Tata tempat yang rapih supaya konsumen atau pembeli dapat dengan mudah menemukan
barang yang akan di belinya.
6. Pembayarannya dilakukan dengan membawa barang ke Kasir dan tentunya tidak ada
tawar-menawar lagi.49
Setelah tahap perencanaan (planning), pembentukan kepanitiaan atau organisasi
(organizing), praktek atau penggerakan (actuating), selanjutnya yaitu tahap pengawasan
(controlling), dalam praktek kegiatan saprah Amal juga terdapat tahap pengawasan
(controlling) dimana pengawasan (controlling) adalah fungsi terakhir dari proses manajemen,
dalam tahap ini sangat menentukan praktek proses manajemen. Pengawasan adalah proses

49

Sora,
Pengertian
Pasar
Modern
Dan
Ciri-Cirinya
Terlengkap,
Http://www.pengertianku.net/2015/04/pengertian-pasar-modern-dan-ciri-cirinya.html, diunduh pada tanggal 18
Mei 2016.

Syarifuddin., Sadikin, Ali., dan Nordin / Jurnal Al-Qardh, Vol. 1, No. 6, Juli (2016)

70

ISSN : 2354-6034
IAIN Palangka Raya

pemantauan, penilaian, dan pelaporan rencana atas pencapaian tujuan yang telah ditetapkan
untuk tindakan korektif guna penyempurnaan lebih lanjut.50
Saprah Amal merupakan salah satu indikator atau instrumen untuk keberhasilan
praktek ekonomi Islam yang telah dilihat dari tujuan serta hasil praktek kegiatannya, praktek
kegiatan saprah Amal merupakan langkah sebagai proses memperoleh berkah. Sebagaimana
di dalam prakteknya, adanya terdapat keutamaan sedekah. Ar-Raghib mengatakan:
“Sedekah adalah harta yang dikeluarkan seseorang dengan tujuan ibadah”.51
Ali bin Abi Thalib menuturkan:
“Barang siapa diberi harta oleh Allah, hendaknya ia menyambung hubungan dengan
kerabatnya dengan harta itu, memperindah jamuan untuk tamunya, menolong orang
yang membutuhkannya, dan sebagainya dengan hal itu orang-orang tersebut akan
mendapat kemuliaan dunia dan akhirat”. 52
Sebagaimana karakteristik dasar dari ekonomi Islam sendiri diantaranya:
a) Saling menjaga kemaslahatan bersama dan saling mengasihi satu sama lain.
b) Mengajak untuk menggunakan uang sebagai medium of exchange (alat tukar), bukan
sebagai komoditas yang dapat menggiring seseorang terjerumus dalam transaksi ribawi.53
c) Mengajak untuk bersama-sama meningkatkan pertumbuhan dan kesejahteraan ekonomi.
d) Memprioritaskan kemaslahatan bersama.54
Kekayaan tidak boleh dinikmati dan hanya berputar di antara orang-orang kaya saja,
dengan demikian Islam telah mengajarkan nilai-nilai kebersamaan dalam hak dan kewajiban,
baik individu maupun masyarakat secara seimbang dan adil. Sebab, maqās}hid syari’ah
sendiri telah menjamin bagi manusia atas hak agama, keamanan, kehormatan, penghidupan,
dan sosial. Meningkatkan kesejahteraan manusia yang terletak pada perlindungan iman,
hidup, akal, keturunan dan harta. 55
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas oleh penulis, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
 Praktek kegiatan saprah Amal di Mendawai Kota Palangka Raya Provinsi Kalimantan
Tengah telah mengikuti tahapan konsep manajemen pada umumnya, dalam praktek
kegiatan saprah Amal diawali dengan proses perencanaan (planning) dan di akhiri
dengan proses pengawasan (controlling), praktek kegiatan saprah Amal di Mendawai
Kota Palangka Raya Provinsi Kalimantan Tengah, panitia terbentuk dari anggota
masyarakat sekitar dan modalpun diperoleh dari masyarakat sekitar. Praktek tersebut
dilaksanakan secara tradisional dimana praktek dilaksanakan dengan adanya pedagang
yang menjual dan menawarkan barangnya kepada pembeli sebagaimana penjualan pada
umumnya. Kegiatan saprah Amal barang yang diperjualbelikan cukup bervariasi dan
harga yang diperjualbelikan ada sedikit kenaikan dibandingkan penjualan pada warung
50

Brantas, Dasar-dasar Manajemen........, hlm. 188.
Hasan bin Ahmad Hammam, Obati Sakitmu dengan Sedekah, Solo: Zamzam, 2011, hlm. 15.
52
Ibid., hlm. 17.
53
Veithzal Rivai dan Andi Buchari, Islamic Economics, Jakarta: Bumi Aksara, 2013, hlm. 179.
54
Ibid.
55
Abdul Aziz dan Mariyah Ulfah, Kapita Selekta Ekonomi Islam Kontemporer..........., hlm. 29.
51

Syarifuddin., Sadikin, Ali., dan Nordin / Jurnal Al-Qardh, Vol. 1, No. 6, Juli (2016)

71

ISSN : 2354-6034
IAIN Palangka Raya

umumnya, adapun kelebihan dari keuntungan akan dipergunakan untuk Amal. Tujuan
praktek kegiatan saprah Amal di Mendawai Kota Palangka Raya untuk memajukan dan
membangun sarana peribadatan umat Islam.
 Praktek kegiatan saprah Amal di Mendawai Kota Palangka Raya Provinsi Kalimantan
Tengah perlu direaktualisasikan kembali, melihat dari peran dan tujuan praktek kegiatan
saprah Amal tersebut sebagai sumber keuangan publik Islam yang sangat berperan dan
merupakan salah satu indikator atau instrumen untuk keberhasilan praktek ekonomi
Islam yang telah dilihat dari tujuan serta hasil praktek kegiatannya, praktek kegiatan
saprah Amal merupakan langkah sebagai proses memperoleh berkah. Karena, praktek
tersebut merupakan instrumen yang dipergunakan sebagai sumber keuangan publik Islam
dapat dikategorikan menjadi sedekah sunnah, namun dalam praktek kegiatannya perlu
dikembangkan kembali sesuai dengan perkembangan zaman yang semakin berkembang.
Perlulah praktek tersebut ditata ulang sebagai sebuah saprah dengan konsep modern
dengan memodernkan yang awalnya tradisional menjadi sebuah saprah yang semi
modern tersebut melalui cara
merubah perilaku penjual maupun pembeli,
mengelompokan lokasi penjual (zoning), supaya lebih tertata dengan penataan yang rapi
demi mempermudah transaksi penjualan pada kegiatan saprah Amal pada umumnya,
yaitu dengan menerapkan sebuah konsep ciri-ciri pasar modern, diantaranya: Tidak bisa
tawar-menawar harga, harga sudah tertera pada barang yang dijual dan umumnya diberi
barcode, barang yang dijual beranekaragam dan biasanya memiliki kualitas yang baik,
layanan yang baik dan memuaskan, tata tempat yang rapih supaya konsumen atau
pembeli dapat dengan mudah menemukan barang yang akan di belinya, dan
pembayarannya dilakukan dengan membawa barang ke Kasir dan tidak tawar-menawar.
DAFTAR PUSTAKA
Aedy, Hasan, Indahnya Ekonomi Islam, Bandung: Alfabeta, 2007.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 1993.
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007.
Aziz, Abdul, dan Mariyah Ulfah, Kapita Selekta Ekonomi Islam Kontemporer, Bandung:
Alfabeta, 2010.
Azizy, A.Qodri, Ph.D, Membangun Fondasi Ekonomi Umat, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2004.
Azmi, Sabahuddin, Menimbang Ekonomi Islam, Bandung: Nuansa, 2005.
Azwar, Saifuddin, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2007.
Bakhri, Asafri Jaya, Konsep Maqashid al-Syari’ah Menurut al-Syatibi, Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 1996.
Brantas, Dasar-dasar Manajemen, Bandung: Alfabeta, 2009.
Bungin, Burhan, Analisis Data Penelitian Kualitatif, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2003.
________, Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003.
________, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial
Lainnya, cet. IV, Jakarta: Kencana, 2010.
Chapra, M. Umer, Islam dan Tantangan Ekonomi, Jakarta: Gema Insani Press, 2000.

Syarifuddin., Sadikin, Ali., dan Nordin / Jurnal Al-Qardh, Vol. 1, No. 6, Juli (2016)

72

ISSN : 2354-6034
IAIN Palangka Raya

________, Islam dan Pembangunan Ekonomi, Jakarta: Gema Insani Press, 2000.
Chaudhry, Muhammad Sharif, Sistem Ekonomi Islam, Jakarta: Kencana, 2012.
Dahlan, Abd. Rahman, Ushul Fiqh, Jakarta: AMZAH, 2011.
Dawson, Catherine, Metode Penelitian Praktis: Sebuah Panduan, (Terj.) M. Widiono,
Yogyakarta: Pustaka Poelajar, 2010.
Departemen Agama, al-Qur’an dan Terjemah, Surabaya: Karya Agung Surabaya, 2006.
Fathoni, Abdurrahmat, Metodologi Penelitian & Teknik Penyusunan Skripsi, Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2006.
Fauzia, Ika Yunia, dan Abdul Kadir Riyadi, Prinsip Dasar Ekonomi Islam Persfektif
Maqashid al-Syari’ah, Jakarta: Kencana, 2014.
Fazlurrahman, Islam, Bandung: Penerbit Pustaka, 1984.
Ghony, M. Djunaidi, dan Fauzan Almanshur, Metode Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: ArRuzz Media, 2012.
Hafidhuddin, Didin, Tentang Zakat Infak Sedekah, Jakarta: Gema Insani Press, 2002.
Hamid, Arifin, Membumikan Ekonomi Syariah di Indonesia, Jakarta: Paramuda Book Store,
2008.
Handrianto, Budi, Sedekah: Hidup Menjadi Berkah dan Bahagia, Jakarta: Gema Insani Press,
2010.
Hasan bin Ahmad Hammam, Obati Sakitmu dengan Sedekah, Solo: Zamzam, 2011.
Hasibuan, Malayu S.P., Manajemen: Dasar, Pengertian, dan Masalah, Jakarta:Bumi Aksara,
2014.
Izzan, Ahmad, dan Syahri Tanjung, Referensi Ekonomi Syariah, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2006.
Karim, Adiwarman Azwar, Ekonomi Makro Islami, Cet. 1, Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada, 2007.
________, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2012.
Khadijah dan M. Tufiqurrahman, Palangka Raya dalam Angka 2015, t.tp: Badan Pusat
Statistik Kota Palangka Raya, 2015.
Mahfud, Rois, Al-Islam Pendidikan Agama Islam, t.t: Erlangga, 2011.
Manullang, Muhammad, Dasar-dasar Manajemen, Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 2006.
Moleong, Lexi J, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdaskarya, 1990.
Muhammad dan Rahmad Kurniawan, Visi dan Aksi Ekonomi Islam, Cet. 1, Malang:
Intimedia, 2014.
Muhammad, Aspek Hukum dalam Muamalat, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007.
________, Prinsip-prinsip Ekonomi Islam, Cet. 1, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007.
Nasution, Metode Research (Penelitian Ilmiah), Jakarta:Bumi Aksara, 2000.
Nasution, Mustafa Edwin, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, Jakarta: Kencana, 2007.
Prastowo, Andi, Menguasai Teknik-Teknik Koleksi Data Kualitatif, Yogyakarta: Diva Press,
2010.
Pusat Pengajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI), Ekonomi Islam , Jakarta:
Rajawali Pers, 2014.
Rivai, Veithzal, dan Andi Buchari, Islamic Economics, Jakarta: Bumi Aksara, 2013.
Sarwono, Jonathan, Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif, Yogyakarta: Graha Ilmu,
2006.

Syarifuddin., Sadikin, Ali., dan Nordin / Jurnal Al-Qardh, Vol. 1, No. 6, Juli (2016)

73

ISSN : 2354-6034
IAIN Palangka Raya

Shihab, M. Quraish, Tafsir al-Misbah Volume 10, Jakarta: Lentera Hati, 2002.
Siswanto, H.B., Pengantar Manajemen, Jakarta: Bumi Aksara, 2011.
Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Rajawali Pers, Cet. 47, 2015.
Subagyo, Joko, Metode Penelitian, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004.
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2010.
Thobroni, Muhammad, Mukjizat Sedekah, Yogyakarta: Pustaka Marwa, 2007.
Tim Penyusun, Jurnal al-Qardh, Palangka Raya: STAIN Palangka Raya, 2013.
________, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:Balai Pustaka, cet. 3, 2005.
________, Pedoman Penulisan Skripsi, Palangka Raya: Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
(STAIN) Palangka Raya, 2013.
Unal, Ali, Makna Hidup Sesudah Mati, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002.
Andini
Elizabeth’s
Castle,
Pasar
Tradisional
dan
Pasar
Modern,
Http://dokumen.tips/documents/konsep-an-pasar-modern.html, diunduh pada tanggal
18 Mei 2016.
Ant,
Pemkab
Bengkalis
Bakal
Buka
Pasar
Amal
Ramadan,
http://news.okezone.com/read/2015/06/12/340/1164224/pemkab-bengkalis-bakalbuka-pasar-amal-ramadan, diunduh pada tanggal 20 Oktober 2015.
Jurnal Eis Al Masitoh, upaya menjaga eksistensi pasar tradisional: studi revitalisasi pasar
piyungan
bantul,
http://www.aifisdigilib.org/uploads/1/3/4/6/13465004/jurnal_pmi_63_78.pdf, diunduh pada tanggal 18
Mei 2016.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Reaktualisasi,Http://kbbi.web.id/reaktualisasi,
diunduh pada tanggal 04 Oktober 2016.
Matthoriq, Aktualisasi Nilai Islam dalam Pemberdayaan Masyarakat Pesisir,
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=6&ved=0CE
AQFjAFahUKEwirttfIw9LIAhXCc44KHRmvAiA&url=http%3A%2F%2Fadministra
sipublik.studentjournal.ub.ac.id%2Findex.php%2Fjap%2Farticle%2Fview%2F405%2
F278&usg=AFQjCNE1TIjHjry1YfsItipLL7aepORTnw&bvm=bv.105454873,d.c2E,
diunduh pada tanggal 20 Oktober 2015.

Syarifuddin., Sadikin, Ali., dan Nordin / Jurnal Al-Qardh, Vol. 1, No. 6, Juli (2016)