PEMBENTUKAN MAWAS DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) TERHADAP ANGKA BEBAS JENTIK (ABJ) Siska Yunita Arsula

1
Jurnal Care Vol .5, No.1,Tahun 2017

PEMBENTUKAN MAWAS DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)
TERHADAP ANGKA BEBAS JENTIK (ABJ)
Siska Yunita Arsula1), Widya Hary Cahyati 2)
1),2)
Universitas Negeri Semarang Kampus Sekaran Gunungpati Semarang Jawa Tengah
e-mail: widyahary27@gmail.com

ABSTRACT
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is a contagious disease that is becoming one of the serious public health
problem in Indonesia. Society participation itself mostly needed for the dengue control program
implementation. Examined issue in this study was regular larva monitoring by jumantik of the housewife
was not optimally running, so that intervention was done to adolescents as jumantik in groups and take
turns. The purpose of this study is to determine the effect of introspective DBD (Youth Alert DBD)
formation to Free Numbers Larva at RW II Village Karanggondang Mlonggo District of Jepara. This
research is a pre-experimental using the one group pretest-posttest design. Sampling method used the
stratified random sampling, with 117 adolescents as the sample. Based on the paired t test results showed
that there are significant instrospective formation of DHF in RW II Village Karanggondang Mlonggo
District of Jepara. Society that served to PJR must run optimally in motivating the citizens to do the PSN.

All health offices and public health centers are also expected to make policy related to DHF control
program involving society participation.
Keywords: Dengue Hemorrhagic Fever, DHF Introspective, Free Numbers Larva

ABSTRAK
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang menjadi salah satu masalah
kesehatan masyarakat di Indonesia. Peran serta masyarakat sangat diperlukan dalam
pelaksanaan program pengendalian DBD. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini
adalah pemantauan jentik rutin oleh jumantik dari kalangan ibu rumah tangga tidak berjalan
optimal, sehingga dilakukan intervensi kepada remaja sebagai jumantik secara kelompok
dan bergilir. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pembentukan MAWAS
DBD (Remaja Waspada DBD) terhadap Angka Bebas Jentik di RW II Desa
Karanggondang Kecamatan Mlonggo Kabupaten Jepara. Jenis penelitian ini adalah preexperimental design dengan menggunakan rancangan one group pretest-posttest design. Cara
pengambilan sampel adalah stratified random sampling. Jumlah sampel sebanyak 117 remaja.
Berdasarkan hasil uji statistik dengan uji t berpasangan menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh pembentukan MAWAS DBD di RW II Desa Karanggondang Kecamatan
Mlonggo Kabupaten Jepara. Masyarakat yang bertugas untuk PJR harus berjalan optimal
agar warga termotivasi untuk melakukan PSN. Dinas kesehatan dan puskesmas juga
diharapkan membuat kebijakan program pengendalian DBD yang melibatkan peran serta
masyarakat.

Kata Kunci

: Angka Bebas Jentik, Demam Berdarah Dengue, MAWAS DBD

2
Jurnal Care Vol .5, No.1,Tahun 2017

PENDAHULUAN

Jepara. Jumlah penderita DBD di wilayah

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)

kerja Puskesmas Mlonggo dari tahun ke

adalah salah satu penyakit yang menjadi

tahun selalu mengalami peningkatan.

masalah kesehatan masyarakat di hampir


Pada tahun 2013 jumlah penderita DBD

seluruh Kota/Kabupaten di Indonesia.

sebesar 98 kasus. Pada tahun 2014

Penyakit yang disebabkan oleh virus

mengalami

dengue ini masuk ke peredaran darah

sejumlah 123 kasus (Dinkes Kab. Jepara,

manusia melalui gigitan nyamuk dari

2014). Pada tahun 2015 meningkat

genus Aedes. Sejak ditemukan pertama


kembali menjadi 221 kasus. Kasus DBD

kali pada tahun 1968 hingga saat ini

tertinggi

jumlah kasus DBD dilaporkan meningkat

sebanyak 43 kasus, Desa Sinanggul

dan penyebarannya semakin meluas di

40 kasus, dan Desa Jambu Barat 31 kasus

Indonesia (Kemenkes RI, 2010).

(Dinkes Kab. Jepara, 2015).

Kabupaten Jepara adalah kabupaten yang


Salah satu upaya pemberantasan DBD

sebagian besar wilayahnya terdiri dari

adalah

daerah pantai dan dataran rendah yang

surveilans vektor yang diatur dalam

merupakan daerah endemik DBD. Pada

Kepmenkes No.581 tahun 1992, bahwa

rentang

diketahui

kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk


jumlah penderita DBD di Kabupaten

(PSN) dilakukan secara periodik oleh

Jepara

masyarakat

tahun

2012-2014

masing-masing

sebanyak

peningkatan

di


Desa

Karanggondang

pengendalian

yang

menjadi

vektor

dikoordinir

melalui

oleh

806 kasus, 1.951 kasus, dan 1.091 kasus.


RT/RW. Keberhasilan kegiatan PSN

Pada

di

dapat diukur pada keberadaan vektor

mengalami

yaitu dengan Angka Bebas Jentik (ABJ).

peningkatan kembali sebesar 1.358 kasus

Apabila ABJ ≥95% diharapkan penularan

terhitung dari Bulan Januari sampai

DBD dapat dicegah atau dikurangi


dengan Bulan Oktober 2015 (Dinkes

(Kemenkes

Kab. Jepara, 2015).

rekapitulasi survei ABJ yang dilakukan

tahun

Kabupaten

2015

kasus

Jepara

DBD


Puskesmas

RI,

2010).

Mlonggo

Berdasarkan

bulan

Januari

Puskesmas Mlonggo merupakan salah

sampai Desember tahun 2014 rata-rata

satu puskesmas yang berada di Kota


ABJ di Desa Karanggondang sebesar

3
Jurnal Care Vol .5, No.1,Tahun 2017

68% (< target nasional ABJ ≥95%). Desa

dasawisma,

Karanggondang terdiri dari 9 RW, ABJ

informasi

dari 3 RW terendah yaitu RW 02 sebesar

pemantauan jentik rutin oleh petugas

60%, RW 04 sebesar 64%, dan RW 07

jumantik terdapat beberapa hambatan.

sebesar 69%.Rendahnya ABJ DBD di

Salah satunya adalah kesibukan lain dari

Desa Karanggondang bergantung pada

petugas jumantik. Hal ini mengganggu

kegiatan gerakan PSN. Pemberantasan

pelaksanaan pemantauan rutin setiap

Sarang Nyamuk yang kurang berhasil

minggunya, sehingga pemantauan jentik

tersebut disebabkan karena kurangnya

rutin di Desa Karanggondang hanya

peran serta masyarakat. Peran serta

dapat

masyarakat dalam mendukung upaya

Februari 2015.

pemberantasan

DBD

di

Karanggondang

dilakukan

dan

remaja

bahwa

dilaksanakan

diperoleh
pelaksanaan

sampai

Bulan

Desa
dengan

Perlu adanya suatu upaya pendekatan

pembentukan kader pemantau jentik atau

baru dalam memberdayakan masyarakat.

Juru Pemantau Jentik (Jumantik). Namun

Salah satu wujud dari pemberdayaan

pelaksanaan

oleh

masyarakat adalah pembentukan kader

kader jumatik belum berjalan maksimal

remaja yang peduli dengan penyakit DBD

(P2P Puskesmas Mlonggo, 2015).

dan berperan sebagai jumantik. Hal ini

pemantauan

jentik

dilakukan sebagai upaya untuk menangani
Menurut Paramita dan Lusi (2013),

hambatan jumantik dari kalangan ibu

penyelesaian masalah suatu program yang

rumah

pelaksanaanya kurang maksimal, perlu

remaja adalah salah satu langkah yang

adanya

masyarakat.

diambil mengingat remaja masih memiliki

Kegiatan pemberdayaan ini dapat diawali

banyak waktu luang, dan belum memiliki

dengan

berbagai kesibukan.

pemberdayaan
kegiatan

diskusi

untuk

tangga.

Pembentukan

kader

mendapatkan data-data yang berkaitan
dengan faktor penyebab masalah. Teknik

MAWAS DBD singkatan dari remaja

Focus Group Discussion (FGD) dilakukan

waspada DBD merupakan kader remaja

untuk menggali data yang diperlukan

yang peduli dengan penyakit DBD.

serta

yang

MAWAS DBD adalah remaja setempat

diharapkan. FGD yang telah dilaksanakan

yang telah memperoleh sosialisasi dan

bersama seksi kesehatan desa, kader

pelatihan

jumantik,

pemantauan jentik rutin di tempat yang

mendapatkan

perwakilan

program

masing-masing

untuk

bertugas

melakukan

4
Jurnal Care Vol .5, No.1,Tahun 2017

berpotensi menjadi tempat perindukan

menggunakan rancangan one group pretest-

nyamuk. Selain itu, menjelaskan kepada

posttest design. Penelitian ini dilakukan pada

masyarakat tentang PSN 3M plus untuk

bulan Mei-Juli 2016 di RW II Desa

mencegah DBD dengan menggunakan

Karanggondang

leaflet. Anggota MAWAS DBD akan

Kabupaten Jepara. dengan jumlah sampel

bertugas melakukan pemantauan jentik

penelitian sebanyak 117 orang remaja

rutin secara kelompok dan bergilir.

(12-18 tahun) dan 441 yang diambil

Kecamatan

Mlonggo

dengan teknik stratified random sampling.
Berdasarkan uraian di atas, maka adanya

Pengambilan

MAWAS

kegiatan

pemeriksaan fisik melalui pemantauan

pemantauan jentik dapat dilaksanakan

jentik oleh remaja anggota MAWAS

secara

DBD. Variabel bebas dalam penelitian ini

DBD
teratur

diharapkan
dan

terus-menerus,

data

dilakukan

dengan

sehingga dapat meningkatkan Angka

sebelum

Bebas

Desa

MAWAS DBD. Variabel terikat dalam

Mlonggo

penelitian ini adalah ABJ. Data yang

Jentik

Karanggondang

di

RW

Kecamatan

II

Kabupaten Jepara.

diperoleh

dan

sesudah

pembentukan

kemudian

dianalisis

menggunakan uji t berpasangan.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah
pre-experimental

design

dengan

HASIL
Tabel 1. Angka Bebas Jentik Sebelum dan Sesudah Pembentukan MAWAS DBD
Angka Bebas Jentik
Sebelum
Sesudah
∑ Rumah
RT
yang Diperiksa
∑ Rumah
∑ Rumah
ABJ(%)
ABJ(%)
(+)
(-)
(+)
(-)
RT 01
53
22
31
58,5
10
43
81,1
RT 02
50
12
38
76,0
4
46
92,0
RT 03
55
27
28
69,1
11
44
87, 3
RT 04
61
17
44
72,1
6
55
90,2
RT 05
52
25
27
61,5
11
41
88,5
RT 06
47
8
39
83,0
3
44
93,6
RT 07
56
27
29
51,8
11
45
80,4
RT 08
67
26
41
61,2
7
60
89,6
441
164
277
533,2
63
378
615,4
55,1
20,5
34,6
66,65
7,9
47,25
87,9

5
Jurnal Care Vol .5, No.1,Tahun 2017

Tabel 2. Perbedaan Angka Bebas Jentik (ABJ) pada Sebelum dan Sesudah Pembentukan
MAWAS DBD
Angka Bebas Jentik (ABJ)
N
Mean
SD
Sig.
Sebelum pembentukan MAWAS DBD
66.650
10.2373
8
0,0001
Sesudah pembentukan MAWAS DBD
87.838
4.7907
8
Hasil analisis data menggunakan uji T

dan

berpasangan

bahwa

kebersamaan di masyarakat, rasa yang

signifikansi (p value) = 0,0001 (p < 0,05),

menyatukan anggota masyarakat untuk

sehingga Ha diterima yang artinya bahwa

menyelesaikan suatu pekerjaan secara

ada perbedaan ABJ pada sebelum dan

bersama-sama.

menunjukkan

gugur

gunung

adalah

rasa

sesudah pembentukan MAWAS DBD di
RW II Desa Karanggondang, Kecamatan

Waktu dalam pelaksanaan tugas MAWAS

Mlonggo, Kabupaten Jepara.

DBD dalam pemantauan jentik adalah
± 10 menit tiap rumah. Kegiatan

PEMBAHASAN

pemantauan jentik yang dilaksanakan

MAWAS DBD sebagai pemantau jentik

secara kelompok membagi tugas dengan

ditentukan berdasarkan tiap RT. Hal

anggota Remaja Waspada DBD yang lain.

tersebut lebih menguntungkan daripada

Pembagian tugas yang terjadi adalah

membentuk

Jarak

setiap anggota MAWAS DBD telah

rumah yang berdekatan dan masing-

diberi tugas untuk memeriksa semua

masing anggota kelompok sudah pernah

tempat

bekerjasama dalam kelompok karang

11-13 rumah tiap anggota, sehingga

taruna di daerahnya, sehingga sudah

semua rumah yang ada di masing-masing

terbiasa dengan masing-masing anggota

RT

kelompok. Disamping itu juga, menurut

dipantau keberadaan jentiknya. Selain itu

Purwadi dan Dwiyanto (2007) dalam

kegiatan

Josef (2010), budaya lokal dan nilai-nilai

berkelompok ini dapat mengantisipasi

kebijakan

lokal

berhentinya pelaksanaan kegiatan seperti

kekuatan

sosial

kelompok

besar.

dipandang
yang

sebagai

mempengaruhi

penampungan

anggota

halnya

MAWAS

yang

apabila

air

DBD

dilaksanakan

dilaksanakan

keefektifan pengendalian penyakit di

individu.

Berdasarkan

hal

masyarakat.

kegiatan

pemantauan

jentik

Kebudayaan

masyarakat

Jawa, mengenal budaya gotong-royong

pada

dapat
secara

secara
tersebut,
secara

berkelompok dalam penelitian ini mampu

6
Jurnal Care Vol .5, No.1,Tahun 2017

meringankan dalam pelaksanaan kegiatan

para remaja dengan kegiatan yang lebih

dan juga kegiatan dapat terlaksana secara

bermanfaat daripada hanya bermain.

kontinyu.

Berdasarkan hasil pemantauan jentik oleh
MAWAS DBD pada minggu keenam

Kegiatan MAWAS DBD dilaksanakan

dapat diketahui bahwa terdapat 63 KK

oleh remaja pada waktu senggang atau

yang masih ditemukan jentik dari semua

pada waktu liburan sekolah sehingga tidak

rumah yang di pantau jentiknya. Angka

mengganggu

Pada

tersebut mengalami penurunan dari hasil

penelitian ini, kegiatan pemantauan jentik

pemantauan jentik pada minggu pertama

dilaksanakan sebanyak 6 kali. Pemantauan

yaitu sebesar 164 KK. Hal ini sejalan

jentik

dilakukan

dengan penelitian Andini (2014), bahwa

jadwal

untuk

MAWAS

kegiatan

dengan

pembagian

memudahkan

DBD

melakukan

remaja.

anggota

keberadaan siswa pemantau jentik aktif

dan peneliti dalam

memiliki pengaruh terhadap keberadaan

pemantauan.

Selain

itu

jentik

di

sekolah

dasar

Kecamatan

pelaksanaan kegiatan pemantauan jentik

Gajahmungkur Kota Semarang tahun

oleh MAWAS DBD dapat terlaksana

2013.

secara rutin.

penampungan air yang masih ditemukan

Sebagian

besar

tempat

jentik adalah bak mandi. Selain bak
Keberhasilan

pelaksanaan

kegiatan

mandi, tempat penampungan air lainnya

MAWAS DBD dalam meminimalisir

adalah

keberadaan jentik di RW II Desa

tempayan,

Karanggondang

kulkas/dispenser,

tersebut

merupakan

rangkaian kontribusi dari remaja sekitar,
orang

tua

remaja,

dan

ember/tandon

air,

gentong/

barang

bekas,

dan

tempat

perendaman kayu di beberapa mebel.

supervisor

MAWAS DBD (ketua RT) serta ketua

Keberadaan jentik yang ditemukan pada

RW. Peran dukungan orang tua dengan

pemantauan jentik oleh MAWAS DBD

memberikan ijin kepada remaja untuk

pada minggu keenam bukan semata-mata

mengikuti kegiatan MAWAS DBD juga

karena anggota MAWAS DBD tidak

berpengaruh

melakukan tugas dengan baik. Hal ini

terhadap

pelaksanaan

kegiatan. Orang tua para remaja setuju

dapat

dengan adanya pembentukan MAWAS

masyarakat

DBD karena untuk mengisi waktu luang

melaksanakan PSN. Berdasarkan hasil

terjadi

karena
sendiri

banyak

warga

yang

tidak

wawancara dengan pemilik rumah pada

7
Jurnal Care Vol .5, No.1,Tahun 2017

minggu terakhir sebagai evaluasi kerja

denganABJ. Apabila ABJ lebih atau sama

MAWAS DBD, mereka tidak sempat

dengan 95% diharapkan penularan DBD

melakukan PSN karena pada waktu

dapat dicegah atau dikurangi (Kemenkes

penelitian warga yang bekerja sebagai

RI, 2011).ABJ sebelum pembentukan

buruh tani sedang musim tanam, sehingga

MAWAS

mereka sibuk di sawah. Selain petani, para

sedangkan ABJ sesudah pembentukan

buruh industri mebel juga kadang tidak

MAWAS

menyempatkan untuk melakukan PSN

Pembentukan

karena jam kerja dimulai dari pagi sampai

meningkatkan ABJ di RW II Desa

sore hari.

Karanggondang.

DBD
DBD

adalah

66,65

sebesar

MAWAS
Hasil

%,

87,84
DBD

%.
dapat

penelitian

ini

sejalan dengan hasil penelitian yang
PSN merupakan kegiatan yang paling

dilakukan

berpengaruh terhadap keberadaan jentik

menunjukkan

nyamuk di tempat penampungan air. Jika

jumantik efektif meningkatkan ABJ DBD

seseorang

di RW I Kelurahan Dayang Kecamatan

melakukan

praktik

PSN

oleh

Mubarokah
bahwa

(2013),

penggerakan

dengan benar, maka keberadaan jentik

Purwodadi

nyamuk di tempat penampungan air

Penelitian lain juga menunjukkan bahwa

dapat

indikator

berkurang

bahkan

hilang.

Seseorang melakukan praktik PSN DBD

mengalami

berarti

setelah

telah

melaksanakan

praktik

Kabupaten
entomologi

Grobogan.
berupa

kecenderungan
dilakukan

ABJ

meningkat

pemberdayaan

pencegahan (preventive) yang merupakan

masyarakat dalam pengendalian vektor

aspek

DBD di Kota Semarang (Trapsilowati,

dari

kesehatan

perilaku
(health

pelaksanaan

pemeliharaan

maintenance)

perilaku

dan

dkk., 2015).

kesehatan

lingkungan (Notoatmodjo, 2007).

Hasil penelitian Rosidi dan Sasmito
(2009), menyebutkan bahwa pelaksanaan

Angka Bebas Jentik (ABJ) adalah ukuran

pemantauan jentik secara berkala dapat

yang dipakai untuk mengetahui kepadatan

meningkatkan

jentik dengan cara menghitung rumah

Sumberjaya Kabupaten Majalengka, Jawa

atau bangunan yang tidak dijumpai jentik

Barat. Kegiatan pemantauan jentik yang

dibagi dengan seluruh jumlah rumah atau

dilakukan secara rutin akan mampu

bangunan. Keberhasilan kegiatan PSN

memotivasi

DBD

melaksanakan kegiatan PSN melalui 3M

antara

lain

dapat

diukur

AJB

di

masyarakat

Kecamatan

dalam

8
Jurnal Care Vol .5, No.1,Tahun 2017

plus.Pemantauan

jentik

adalah

Masyarakat akan lebih bersemangat dalam

pemeriksaan tempat perkembangbiakan

praktik PSN apabila didukung oleh sarana

nyamuk Aedes aegypti yang dilakukan

dan prasarana yang memadai. Salah satu

secara teratur oleh petugas kesehatan atau

sarana yang dapat digunakan adalah

kader atau petugas pemantau jentik.

dengan

Peran MAWAS DBD sebagai pemantau

sehingga mereka lebih terdorong untuk

jentik

melaksanakan

adalah

untuk

melakukan

pemberdayaan

masyarakat,

PSN.

Pemberdayaan

melalui

pembentukan

pemeriksaan jentik nyamuk penular DBD

masyarakat

serta memotivasi keluarga dan masyarakat

jumantik

dalam

DBD.

merupakan salah satu cara yang efektif

Kunjungan yang berulang-ulang disertai

dalam upaya pencegahan penyakit DBD.

penyuluhan diharapkan masyarakat dapat

Menurut Kusumawati (2008), model

melakukan PSN DBD secara teratur dan

penyadaran masyarakat dapat lebih efektif

terus-menerus (Kemenkes RI, 2010).

jika dilakukan oleh kader kesehatan atau

melaksanakan

PSN

melalui

MAWAS

DBD

tokoh masyarakat terlibat langsung dalam
Menurut Pratamawati (2012), adanya

kegiatan kemasyarakatan.

anjuran serta kunjungan jumantik ke
rumah

memengaruhi

masyarakat

dalam

partisipasi

kegiatan

KESIMPULAN

PSN.

Ada pengaruh pembentukan MAWAS

Berdasarkan standar nasional ABJ yang

DBD (Remaja Waspada DBD) terhadap

ditentukan adalah sebesar 95%, maka

Angka Bebas Jentik (ABJ) di RW II Desa

dapat disimpulkan bahwa ABJ di RW II

Karanggondang

Desa Karanggondang belum memenuhi

Kabupaten Jepara.

Kecamatan

Mlonggo

target nasional. Peran jumantik dalam
sistem kewaspadaan dini DBD sangat

REFERENSI

penting

Andini,

dalam

kegiatan

pencegahan

Ayu.(2014).

Pengaruh

DBD. Namun, karena adanya kendala

Keberadaan

teknis serta kebiasaan masyarakat yang

Jentik Aktif dengan Keberadaan

belum selaras dengan program PSN 3M

Jentik

plus,

kinerja

Kecamatan Gajah Mungkur Kota

jumantik belum memperlihatkan hasil

Semarang Tahun 2013, Unnes

yang optimal.

Journal of Public Health, 3 (2): 1-9.

mengakibatkan

hasil

di

Siswa
Sekolah

Pemantau
Dasar

9
Jurnal Care Vol .5, No.1,Tahun 2017

Dinkes Kabupaten Jepara. (2015). Data

Paramita, Astridya dan Lusi Kristiana.

Kasus DBD Kabupaten Jepara Tahun

(2013). Teknik Focus Group

2014. Jepara: DKK Jepara.

Discussion

Josef, Francisca M., dan Afiatin T. (2010).
Partisipasi

dalam

Promosi

Kesehatan pada Kasus Penyakit

Dalam

Penelitian

Kualitatif. Buletin Penelitian Sistem
Kesehatan, 16 (2): 117–127.
Pratamawati, D.A. (2012). Peran Juru

Demam Berdarah (DB) Ditinjau

Pantau

dari Pemberdayaan Psikologis dan

Kewaspadaan

Rasa Berasyarakat. Jurnal Psikologi,

Berdarah Dengue di Indonesia.

37 (1): 65-81.

Jurnal

Kemenkes RI. (2010). Demam Berdarah

Jentik

dalam
Dini

Kesehatan

Sistem
Demam

Masyarakat

Nasional, 6 (6): 243-248.

Dengue. Buletin Jendela Epidemiologi

Rosidi, AR dan Sasmito W. (2009).

Volume 2. Jakarta: Pusat Data dan

Hubungan Faktor Penggerakan

Surveilans Epidemiologi.

Pemberantasan Sarang Nyamuk

Kusumawati, Y dan S. Darnoto. (2008).

Demam Berdarah Dengue (PSN

Pelatihan Peningkatan Kemampuan

DBD)

Kader

Jentik di Kecamatan Sumberjaya

Posyandu

Penanggulangan
Dengue

Demam

(DBD)

Joyotakan

dalam
Berdarah

di

Kelurahan

Kecamatan

Serengan

Surakarta. Warta, 11 (2): 159 –
169.

dengan

Kabupaten

Angka

Bebas

Majalengka,

Jawa

Barat. Majalah Kedokteran Bandung,
41 (2).
Trapsilowati,

W.,

Mardihusodo

SJ,

Prabandari YS, Mardikanto T.

Mubarokah, Rizqi dan Indarjo S. (2013).

(2015). Developing Community

Upaya Peningkatan Angka Bebas

Empowerment

Jentik

Hemorrhagic

(ABJ)

Penggerakan

DBD
Jumantik.

Melalui
Unnes

Journal of Public Health, 2 (3): 1-9.
Notoatmodjo, Sukidjo. (2007). Promosi
Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta:
Rineka Cipta.

for

Dengue

Fever

Vector

Control in Semarang City, Central
Java Province. Buletin Penelitian
Sistem Kesehatan, 18 (1): 95–103.