PENGARUH PRAKTIKUM BERBASIS INKUIRI TERBIMBING TERHADAP SIKAP ILMIAH DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI HIDROLISIS GARAM

PENA KREATIF:
JURNAL PENDIDIKAN
September 2018, Volume 7, Nomor 1, Hal 34 - 45
ISSN Online 2541-2264
ISSN Cetak 2089-3027

PENGARUH PRAKTIKUM BERBASIS INKUIRI TERBIMBING
TERHADAP SIKAP ILMIAH DAN HASIL BELAJAR SISWA
PADA MATERI HIDROLISIS GARAM
Supiawati*, Rizmahardian Ashari Kurniawan, dan Tuti Kurniati
Prodi Pendidikan Kimia, UM Pontianak
Jalan Ahmad Yani Nomor 111, Pontianak, Kalimantan Barat
*Email korespondensi: supiafadli@gmail.com
Sikap ilmiah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan dan besarnya pengaruh
metode praktikum berbasis inkuiri terbimbing terhadap sikap ilmiah dan hasil belajar
siswa. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi-eksperimental dengan rancangan
nonequivalent control group design untuk mengetahui hasil belajar siswa dan one-shot
case study untuk observasi sikap ilmiah siswa. Teknik sampling yang digunakan adalah
cluster random sampling, diperoleh kelas XI IPA 1 sebagai kelas eksperimen dan kelas
XI IPA 3 sebagai kelas kontrol. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah

observasi, teknik pengukuran, dan teknik komunikasi langsung. Alat pengumpul data
yang digunakan adalah lembar observasi, catatan lapangan, tes hasil belajar, dan pedoman
wawancara. Berdasarkan analisis data menggunakan uji non-parametrik U-Mann
Whitney menunjukan terdapat perbedaan sikap ilmiah yaitu 0,00 < 0,05 dan hasil belajar
yaitu 0,00 < 0,05. Hal ini menunjukan sikap ilmiah dan hasil belajar siswa pada kelas
eksperimen berbeda dengan kelas kontrol. Effect size yang diperoleh untuk sikap ilmiah
dan hasil belajar siswa adalah 2,47 dan 1,99 yang termasuk dalam kriteria tinggi.
Pembelajaran menggunakan metode praktikum berbasis inkuiri terbimbing berpengaruh
terhadap sikap ilmiah siswa sebesar 99,32% dan hasil belajar siswa sebesar 97,67%.
Kata Kunci: Hidrolisis Garam, Praktikum, Inkuiri Terbimbing, Sikap Ilmiah

PENDAHULUAN
Perkembangan ilmu kimia dalam pendidikan diarahkan pada produk akhir, metode
ilmiah dan sikap ilmiah yang dimiliki siswa dan akhirnya akan bermuara pada perubahan hasil
belajar. Sikap ilmiah merupakan dorongan perasaan dan keyakinan yang muncul dari dalam
DOI: 10.2940.pena2018.71.223

34

ISSN Online 2541-2264

ISSN Cetak 2089-3027

diri seseorang untuk bertingkah laku atau berbuat sesuatu pada suatu objek dengan berpedoman
pada prosedur pemecahan masalah (Dewi dkk, 2014). Siswa yang memiliki rasa ingin tahu yang
tinggi, kritis terhadap suatu permasalahan, jujur, selalu mendahulukan bukti, kreatif, dan
terbuka merupakan ciri siswa yang selalu berpikir dan bertindak secara ilmiah, terstruktur, dan
mandiri. Sikap-sikap tersebut sangat berpengaruh terhadap meningkatnya pencapaian hasil
belajar siswa (Astawa dkk, 2015). Realita yang terjadi di SMAN 2 Sungai Raya, proses
pembelajaran kimia yang diajarkan guru masih mendominasi metode ceramah, sesekali guru
juga menerapkan diskusi kelompok, namun guru tidak pernah melakukan kegiatan praktikum
dikarenakan laboratorium yang ada di sekolah kurang memadai. Kegiatan pembelajaran yang
berpusat pada guru tersebut menyebabkan sikap ilmiah siswa dalam pembelajaran kimia masih
sangat rendah. Hal ini dapat terlihat dari kondisi siswa ketika pembelajaran berlangsung. Siswa
terlihat pasif ketika guru memberikan kesempatan untuk bertanya. Begitu juga ketika siswa
melakukan diskusi kelompok, siswa lebih berdiam diri dan tidak saling bekerjasama. Sikap
saling menghargai pendapat juga tidak tercerminkan ketika siswa melakukan diskusi kelompok.
Sikap ilmiah siswa yang rendah berdampak pada hasil belajar yang diperoleh siswa. Hasil
ulangan harian siswa pada semester genap tahun ajaran 2013/2014 dan 2014/2015
menunjukkan bahwa persentase ketuntasan siswa pada sebagian materi pelajaran tidak
mencapai 70% diperlihatkan pada Tabel 1.

Materi hidrolisis garam merupakan salah satu materi pelajaran yang memiliki
persentase ketuntasan paling rendah. Hasil yang diperoleh dari wawancara dengan siswa dan
guru yaitu terdapat kesulitan pada materi hidrolisis gara. Penjelasan yang disampaikan guru,
siswa tidak memahami konsep materi hidrolisis garam. Selain itu, siswa masih kesulitan dalam
membedakan sifat asam dan basa, serta siswa merasa kesulitan dalam perhitungan materi
hidrolisis garam karena banyak rumus yang mirip dengan rumus materi sebelumnya. Metode
yang digunakan guru kurang membangun keaktifan siswa meskipun metode tersebut dinilai
efektif dalam pembelajaran. Pelaksanaan proses pembelajaran yang tidak seimbang antara
proses dan produk, menyebabkan siswa tidak mampu menumbuhkan dan mengembangkan
sikap ilmiah yang ada didalam dirinya (Astawa dkk, 2015; Wardani, 2012). Metode praktikum
merupakan metode yang cocok digunakan dalam proses pembelajaran kimia dengan tujuan agar
siswa tidak hanya mengetahui, tetapi juga mengalami apa yang dipelajarinya sehingga proses
belajar menjadi lebih bermakna. Pembelajaran kimia dengan metode praktikum dapat
memudahkan siswa dalam memahami konsep-konsep kimia, meningkatkan keterampilan
proses siswa dan mengembangkan proses berpikir siswa (Wardani, 2012). Metode metode

Pena Kreatif, 2008, Vol 7 (1)

35


ISSN Online 2541-2264
ISSN Cetak 2089-3027

praktikum berbasis inkuiri terbimbing dapat dijadikan solusi untuk meningkatkan sikap ilmiah
dan hasil belajar siswa di SMAN 2 Sungai Raya. Metode praktikum dapat meningkatkan
kemampuan berpikir siswa dalam menemukan dan memahami suatu konsep yang sedang
dipelajari, serta dapat meningkatkan keaktifan siswa secara fisik dan mental (Mawarsari, 2013).
Penelitian lain mengenai metode praktikum inkuiri menyimpulkan bahwa sikap ilmiah siswa
akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Siswa yang diajarkan dengan metode praktikum inkuiri
memiliki keterampilan proses sains dan hasil belajar yang lebih baik (Meli dkk, 2013). Antara
sikap ilmiah dan hasil belajar yang diperoleh siswa memiliki hubungan yang saling berkaitan,
semakin tinggi sikap ilmiah siswa maka semakin tinggi pula hasil belajar yang dicapai siswa
(Dewi dkk, 2014). Proses pembelajaran praktikum berbasis inkuri terbimbing yang dilakukan
diharapkan dapat meningkatkan sikap ilmiah dan hasil belajar siswa. Karena melalui praktikum
berbasis inkuiri terbimbing siswa dapat memahami konsep materi yang dipelajari siswa melalui
masalah yang berkaitan dengan pengalaman yang siswa lakukan sehingga proses pembelajaran
menjadi lebih bermakna (Wulandari dkk, 2013). Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui
perbedaan sikap ilmiah dan hasil belajar siswa yang diajar menggunakan metode praktikum
berbasis konvensional dengan metode praktikum berbasis inkuiri terbimbing serta untuk
mengetahui pengaruh metode praktikum berbasis inkuiri terbimbingterhadap sikap ilmiah dan

hasil belajar siswa pada materi hidrolisis garam di SMAN 2 Sungai Raya.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen. Dalam penelitian
ini terdapat dua kelas yang digunakan sebagai kelas kontrol dan kelas eksperimen, kelas kontrol
merupakan kelas yang tanpa menggunakan metode praktikum berbasis inkuiri terbimbing,
sedangkan kelas eksperimen adalah kelas dengan menggunakan metode praktikum berbasis
inkuiri terbimbing. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penerapan metode praktikum
berbasis inkuiri terbimbing yang diberi simbol X. Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu
sikap ilmiah dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran kimia pada materi hidrolisis garam di
kelas XI IPA SMAN 2 Sungai Raya.

Desain penelitian dalam penelitian ini adalah

nonequivalent control group design untuk mengetahui hasil belajar siswa dan one-shot case
study untuk observasi sikap ilmiah siswa (Tabel 2 dan 3). Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa SMAN 2 Sungai Raya. Dari populasi diambil sampel siswa kelas XI IPA yang
terdiri dari 91 siswa. Adapun sampel dalam penelitian ini yaitu kelas XI IPA1 SMAN 2 Sungai
Raya yang berjumlah 30 siswa dengan 12 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan. Penentuan

Pena Kreatif, 2008, Vol 7 (1)


36

ISSN Online 2541-2264
ISSN Cetak 2089-3027

sampel diambil melalui teknik Cluster Random Sampling. Instrumen yang digunaka dalam
penelitian, berupa soal tes tertulis 5 soal, lembar observasi, dan catatan lapangan. Implementasi
pembelajaran ini dimulai dengan pemberian tes pretest yang bertujuan untuk mengetahui
kemampuan awal yang dimiliki siswa. Siswa kemudian diberi perlakuan berupa penerapan
metode praktikum berbasis inkuiri terbimbing, selama proses pembelajaran sikap ilmiah siswa
diamati melalui lembar observasi. Kemudian dilakukan postest untuk mengetahui hasil belajar
siswa setelah diterapakan metode praktikum berbasis inkuiri terbimbing.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pelaksanaan Pembelajaran Praktikum Berbasis Inkuiri Terbimbing
Orientasi
Pada tahap ini siswa diajak untuk mengingat kembali materi yang telah dipelajari
sebelumnya melalui pertanyaan, sehingga dapat mengarahkan siswa pada materi yang akan
dipelajari. Guru kemudian memberikan pertanyaan mengenai materi hidrolisis garam untuk
memotivasi siswa agar semangat belajar serta menjelaskan tujuan dari pembelajaran yang akan

dilakukan, sehingga siswa mendapat gambaran terhadap apa yang akan dipelajari dan apa yang
akan dilakukan.

Merumuskan Masalah
Tahap ini diawali oleh guru dengan mengemukakan suatu wacana yang terdapat pada
LKS mengenai hidrolisis garam. Berdasarkan wacana tersebut, siswa diminta untuk
merumuskan masalah atau pertanyaan. Pada awalnya siswa merasa kesulitan dalam
merumuskan pertanyaan karena siswa tidak terbiasa melakukan hal tersebut. Namun, setelah
diberikan bimbingan sebagian siswa mampu membuat pertanyaan yang diharapkan. Siswa
terlihat antusias ingin menuliskan pertanyaan pada kolom yang terdapat dalam LKS. Pada tahap
ini siswa terlibat secara langsung dalam merumuskan masalah yang akan dikaji sehingga
membuat siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi.

Merumuskan Hipotesis
Tahap merumuskan hipotesis, siswa dituntut untuk membuat jawaban sementara atau
hipotesis atas pertanyaan yang telah ditentukan. Pada tahapan ini siswa menjadi kritis dalam
berpikir untuk merumuskan hipotesisnya. Saat siswa berhipotesis, diharapkan siswa memahami

Pena Kreatif, 2008, Vol 7 (1)


37

ISSN Online 2541-2264
ISSN Cetak 2089-3027

bahwa hipotesis yang dibuat harus dibuktikan. Tahap merumuskan hipotesis ini, siswa
dibimbing dan diarahkan untuk memprediksi jawaban atas pertanyaan yang dibuat.

Mengumpulkan Data
Tahap selanjutnya dalam proses inkuiri adalah mengumpulkan data. Proses
pengumpulan data ini dilakukan melalui percobaan/praktikum. Praktikum yang dilakukan
adalah “Uji Larutan Garam dalam Air”. Sebelum melakukan praktikum, siswa harus
merencanakan percobaan sesuai dengan arahan pertanyaan dalam LKS serta dibimbing oleh
guru. Tahapan ini dilakukan untuk membuktikan hipotesis yang dibuat oleh siswa serta untuk
menemukan konsep yang benar melalui percobaan yang dilakukan. Kegiatan yang dilakukan
siswa pada tahap ini adalah, merancang kegiatan praktikum sesuai dengan perintah yang
terdapat pada LKS.

Menguji Hipotesis
Tahap ini diawali dengan siswa berdiskusi melakukan analisis data dari hasil

pengamatan yang diperoleh dengan cara menjawab pertanyaan yang ada didalam LKS pada
bagian analisis data. Siswa diharapkan mampu menghubungkan data yang diperoleh dari hasil
pengamatan, sehingga siswa menemukan suatu pola tertentu, yaitu hubungan perubahan warna
kertas lakmus dengan sifat larutan garam, pH larutan garam serta menghitung pH larutan garam.
Setelah siswa melakukan analisis data, dilanjutkan dengan tahap menguji hipotesis. Pengujian
hipotesis dilakukan dengan cara siswa melaporkan hasil diskusi ke depan kelas setelah
menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh
berdasarkan pengumpulan dan hasil analisis data. Siswa yang lain diberi kesempatan untuk
menanggapi hasil diskusi yang disampaikan temannya di depan kelas, sehingga membuat
suasana kelas menjadi lebih aktif dan mengajarkan siswa untuk saling menghargai pendapat
orang lain. Terlihat masih ada siswa yang ragu-ragu dengan keputusannya mengenai hipotesis
yang diambil, sehingga diakhir proses melaporkan hasil diskusi, guru memberikan penguatan
terhadap keputusan yang diambil siswa.

Menarik Kesimpulan
Tahap terakhir dalam pembelajaran inkuiri adalah tahap membuat kesimpulan. Guru
membimbing siswa dengan memberikan arahan sehingga siswa mengerti dan akhirnya dapat
membuat kesimpulan. Tahapan ini siswa tidak sekedar menyimpulkan tetapi siswa dituntut

Pena Kreatif, 2008, Vol 7 (1)


38

ISSN Online 2541-2264
ISSN Cetak 2089-3027

untuk menghubungakan data hasil pengamatan dengan teori yang ada di buku atau internet.
Setelah siswa selesai menuliskan kesimpulan, guru meminta salah satu siswa untuk
mengkomunikasikan kesimpulan yang dibuat serta guru memberikan penguatan kembali untuk
menguatkan konsep yang didapat siswa ketika praktikum.

Deskripsi Sikap Ilmiah Siswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen Berdasarkan
Aspek Penilaian
Sikap ilmiah yang diamati dalam penelitian ini meliputi 6 aspek yaitu, rasa ingin tahu,
menghargai data/fakta, berpikir kritis, berpikir terbuka dan bekerjasama, ketekunan, dan peka
terhadap lingkungan sekitar. Sikap ilmiah dapat diketahui setelah melakukan observasi
terhadap 31 siswa dikelas kontrol dan 30 siswa di kelas eksperimen yang diamati oleh 4 orang
observer. Penilaian sikap ilmiah siswa dilakukan menggunakan lembar observasi sikap ilmiah.
Berikut hasil observasi sikap ilmiah dapat dilihat pada Gambar 1.


94.45

90
80.12

86.02
73.33
60.76

25.27

95.56

95.56

82.26
67.22

73.12

75.27

28.5

Gambar 1: Sikap Ilmiah Siswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Hasil observasi pada Gambar 1. menunjukkan bahwa terdapat perbedaan sikap ilmiah
kelas kontrol dan kelas eksperimen. Sikap ilmiah siswa kelas kontrol memiliki rata-rata sebesar
60,75 dengan rentang nilai dari 25,27 hingga 82,26. Sikap ilmiah siswa kelas eksperimen
memiliki rata-rata sebesar 86,01 lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol dengan rentang nilai
67,22 hingga 95,55. Dari Gambar 1. Dapat dilihat bahwa rata-rata sikap ilmiah berdasarkan
aspek penilaian terdapat perbedaan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Rata-rata sikap
ilmiah yang pertama yaitu rasa ingin tahu di kelas kontrol sebesar 25,27 sedangkan di kelas
eksperimen sebesar 73,33. Perbedaan ini dikarenakan metode pembelajaran yang diterapkan di

Pena Kreatif, 2008, Vol 7 (1)

39

ISSN Online 2541-2264
ISSN Cetak 2089-3027

kelas eksperimen yaitu, metode praktikum berbasis inkuiri terbimbing memiliki kelebihan
dalam penyajian masalah yang terdapat dalam wacana Lembar Kerja Siswa (LKS), dengan
adanya penyajian masalah tersebut akan memotivasi siswa untuk belajar dan ingin terus
mencari jawaban dari pertanyaan atau rasa keingin tahuannya.
Rata-rata sikap ilmiah pada aspek menghargai data/fakta di kelas kontrol sebesar 80,12
dan kelas eksperimen sebesar 90. Di kelas kontrol dan kelas eksperimen sama-sama dilakukan
kegiatan praktikum, sehingga perbedaan rata-rata yang dimiliki siswa tidak jauh berbeda.
Namun di kelas eksperimen digunakan metode praktikum berbasis inkuiri terbimbing, dalam
pelaksanaan praktikum siswa dibiasakan memecahkan masalah dan merancang percobaan
secara mandiri, sedangkan di kelas kontrol siswa hanya menerima arahan dari guru dalam
melakukan percobaan, sehingga dalam menghargai data/fakta siswa kelas eksperimen lebih
unggul dibandingkan dengan siswa kelas kontrol. Rata-rata sikap ilmiah pada aspek berpikir
kritis kelas kontrol sebesar 25,50 dan kelas eksperimen sebesar 67,22. Penerapan
metodepraktikum berbasis inkuiri terbimbing pada kelas eksperimen membiasakan siswauntuk
berpikir kritis dalam membuat hipotesis dalam memecahkan masalah merancang kegiatan
praktikum, menemukan konsep, dan menghubungkan konsepdengan kehidupan sehari-hari.
Selain itu setiap proses pembelajaran siswa selalu dituntutuntuk aktif berpikir, hal ini berbeda
pada kelas kontrol yang siswanya bersifatpasif, sehingga peningkatan sikap berpikir kritis akan
lebih tinggi dibanding kelas kontrol. Rata-rata sikap ilmiah pada aspek berpikir terbuka dan
bekerja sama pada kelas kontrol sebesar 82,26 dan kelas eksperimen sebesar 94,45 lebih tinggi
dibanding kelas kontrol. Hal inidikarenakan walaupun kelas eksperimen proses pembelajaran
menggunakanmetode praktikum berbasis inkuiri terbimbing dan pada kelas kontrol
menggunakanmetode eksperimen tanpa inkuiri terbimbing, namum kedua kelas di lakukan
kegiatan diskusikelompok. Kegiatan diskusi kelompok yang dilengkapi dengan presentasi
hasildiskusi akan membuat sikap terbuka dalam menerima pendapat di kedua kelasmeningkat
dan bahkan kelas kontrol yang memiliki peningkatan sedikit lebihbesar daripada kelas
eksperimen.
Sikap ilmiah pada aspek ketekunan didapat rata-rata kelas kontrol sebesar 73,12 dan
kelas eksperimen sebesar 95,56. Dan rata-rata sikap ilmiah peduli terhadap lingkungan sekitar
pada kelas kontrol sebesar 75,27 dan kelas eksperimen sebesar 95,56. Kedua aspek sikap ilmiah
ini memiliki rata-rata yang tidak jauh berbeda antara kedua kelas. Keduanya saling berkaitan.
Siswa yang diajarkan dengan metode praktikum berbasis inkuiri terbimbing pada kelas
eksperimen melalui tahap pembelajaran yang sistematis dan teratur, sehingga memudahkan

Pena Kreatif, 2008, Vol 7 (1)

40

ISSN Online 2541-2264
ISSN Cetak 2089-3027

guru dalam membimbing siswa. Hal ini melatih ketekunanyang dimiliki siswa ketika belajar
serta membuat siswa saling mengetahui dampak dan saling mengingatkan temannya untuk
membersihkan lingkungan belajarnya. Sedangkan dikelas kontrol tahap pembelajaran yang
kurang sistematis, membuat siswa cenderung terburu-buru dalam menyelesaikan pembelajaran.
Siswa menjadi kurang peduli terhadap lingkungan sekitar, sehingga membuat guru cenderung
menegur siswa.

Perbedaan Sikap Ilmiah Siswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen Secara
Statistik
Perbedaan sikap ilmiah siswa melalui beberapa uji dapat dilihat seperti pada Tabel
4.Sikap ilmiah siswa dianalisis menggunakan uji statistik, dapat dilihat pada Tabel 4.
Berdasarkan Tabel 4. hasil uji statistik sikap ilmiah, menunjukkan bahwa sikap ilmiah siswa
kelas kontrol terdistribusi normal, hal ini dapat disimpulkan dari nilai signifikansi Uji
Kolmogorov Smirnov yaitu 0,20. Hasil tersebut menunjukkan bahwa signifikansi yang
diperoleh lebih dari 0,05. Sikap ilmiah siswa kelas eksperimen memiliki nilai signifikansi uji
Kolgomorov Smirnov sebesar 0,00. Signifikasi yang diperoleh kurang dari 0,05 sehingga dapat
disimpulkan bahwa data yang diperoleh tidak terdistribusi normal. Salah satu data hasil uji tidak
terdistribusi normal dilakukan Uji U Mann Whitney terhadap sikap ilmiah siswa kelas kontrol
dan eksperimen. Hasil Uji U Mann Whitney menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,00 yang
kurang dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan terdapat perbedaan sikap ilmiah siswa kelas
kontrol dan kelas eksperimen. Penggunaan model pembelajaran yang berbeda antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol menyebabkan adanya perbedaan sikap ilmiah siswa. Model
pembelajaran

inkuiri

terbimbing

merupakan

suatu

pembelajaran

dengan

proses

penyelidikan/penemuan yang memiliki langkah-langkah kerja ilmiah untuk membentuk
karakteristik sikap ilmiah siswa. Dalam proses pembelajarannya, siswa terlibat secara mental
dan secara fisik untuk memecahkan masalah yang diberikan guru. Sehingga siswa terbiasa
berperilaku sebagai saintis dan secara tidak langsung akan terbentuk sikap ilmiah seperti
objektif, kreatif, ingin tahu, menghargai pendapat orang lain, bertanggung jawab, kerja sama
dan peduli terhadap lingkungan (Mawarsari, 2013).

Pena Kreatif, 2008, Vol 7 (1)

41

ISSN Online 2541-2264
ISSN Cetak 2089-3027

Deskripsi Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
89.6
77.87

58.26

38.1

20.16
11.73

Pretest

Postest

Selisih

Kontrol

Eksperimen

Gambar 2: Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Hasil belajar siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen diukur dengan memberikan
pretest dan postest yang dilakukan diluar jam pembelajaran. Nilai pretest dan posttest kelas
kontrol dan kelas eksperimen dapat dilihat pada Gambar 2. Berdasarkan data pada Gambar 2.
nilai rata-rata pretest siswa kelas kontrol sebesar 38,09 sedangkan di kelas eksperimen sebesar
11,73. Berdasarkan keterangan guru mata pelajaran, ternyata siswa di kelas kontrol telah
dijelaskan tentang pengenalan materi hidrolisis garam, sehingga ketika dilakukan pretest siswa
dapat menjawab pertanyaan nomor 1 tentang pengertian hidrolisis garam. Selain itu, di kelas
kontrol terdapat 2 orang siswa yang mengikuti bimbingan belajar di luar jam sekolahnya.
Berbeda dengan siswa kelas kontrol, siswa kelas eksperimen belum pernah mendapatkan
penjelasan materi tersebut. Siswa kelas eksperimen adalah siswa yang lebih lama mendapatkan
penjelasan materi dibandingkan kelas kontrol dan kelas yang lain. Secara keseluruhan hasil
posttest menunjukkan nilai rata-rata siswa kelas kontrol sebesar 58,25 dan kelas eksperimen
sebesar 89,6 (Gambar 5.). Merujuk pada Gambar 5., diketahui bahwa hasil postest kelas kontrol
dan kelas eksperimen mengalami peningkatan dari hasil pretest yang telah dilakukan. Hampir
seluruh siswa dapat menjawab butir soal nomor 1 dengan benar baik dikelas kontrol maupun
kelas eksperimen. Siswa masih kesulitan dalam menjawab soal nomor 2 mengenai penentuan
larutan garam yang dapat terhidrolisis dan soal nomor 3 yang berkaitan dengan penentuan sifat
larutan garam. Hal ini dikarenakan siswa tidak hafal dan kesulitan dalam membedakan senyawa
Pena Kreatif, 2008, Vol 7 (1)

42

ISSN Online 2541-2264
ISSN Cetak 2089-3027

asam-basa beserta sifatnya. Padahal, ketika pelaksanaan praktikum guru banyak menjelaskan
kepada siswa mengenai senyawa asam-basa dan sifat senyawa tersebut. Butir soal nomor 4 dan
5 mengenai perhitungan, hampir seluruh siswa kelas eksperimen dapat menjawab soal dengan
benar, karena ketika proses pelaksanaan diskusi praktikum membuat siswa mampu menemukan
permasalahan, salah satunya adalah rumus yang digunakan berbeda dengan rumus pada materi
sebelumnya, sehingga siswa meminta guru untuk membimbing dan mengarahkan dalam
penyelesaian soal perhitungan. Melalui bimbingan dan pengarahan oleh guru membuat siswa
lebih mudah dalam mengerjakan soal perhitungan.

Perbedaan Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen Secara
Statistik
Perbedaan hasil belajar siswa melalui beberapa uji dapat dilihat seperti pada Tabel 5.
Berdasarkan hasil Uji Kolgomorov Smirnov pada nilai pretest kelas kontrol diperoleh nilai
signifikansi sebesar 0,15. Hasil uji dinyatakan bahwa data terdistribusi normal karena nilai
signifikasi yang diperoleh lebih besar dari 0,05. Analisis Kolgomorov Smirnov juga dilakukan
terhadap nilai pretest kelas eksperimen, dan diperoleh signifikansi sebesar 0,00. Nilai
signifikansi yang diperoleh menunjukkan bahwa data tidak terdistribusi normal, karena kurang
dari 0,05. Salah satu data tidak terdistribusi normal, maka dilakukan Uji U Mann Whitney
terhadap nilai pretest kelas kontrol dan kelas eksperimen. Signifikansi yang diperoleh sebesar
0,00, hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan awal hasil belajar
siswa kelas kontrol dan eksperimen.
Analisis dilanjutkan terhadap selisih nilai pretest dan postest pada kelas kontrol dan
eksperimen karena terdapat perbedaan kemampuan awal siswa. Selisih nilai pretest dan postest
dapat dilihat pada Gambar 5. Selisih hasil belajar siswa dianalisis menggunakan Uji
Kolgomorov Smirnov yang disajikan pada Tabel 5. Uji Kolgomorov Smirnov terhadap selisih
hasil belajar kelas kontrol sebesar 0,11. Signifikansi yang diperoleh lebih dari signifikansi 0,05
sehingga dapat dinyatakan bahwa data terdistribusi normal. Sedangkan signifikansi selisih hasil
belajar kelas eksperimen sebesar 0,00. Signifikansi tersebut dinyatakan kurang dari 0,05
sehingga data dinyatakan tidak terdistribusi normal. Salah satu data hasil uji tidak terdistribusi
normal, sehingga dilakukan Uji U Mann Whitney terhadap selisih nilai postest pretest kelas
kontrol. Hasil uji menunjukkan signifikansi sebesar 0,00, signifikansi yang diperoleh kurang
dari 0,05 sehingga, data hasil uji dinyatakan terdapat perbedaan hasil belajar siswa kelas kontrol
dan kelas eksperimen.

Pena Kreatif, 2008, Vol 7 (1)

43

ISSN Online 2541-2264
ISSN Cetak 2089-3027

Pengaruh Metode Pratikum Berbasis Inkuiri Terbimbing Terhadap Sikap Ilmiah
dan Hasil Belajar Siswa
Pengaruh metode praktikum berbasis inkuiri terbimbing terhadap sikap ilmiah dan hasil
belajar siswa pada materi hidrolisis garam diketahui menggunakan perhitungan Effect Size.
Perhitungan Effect Size terhadap sikap ilmiah siswa diperoleh sebesar 2,47. Perhitungan Effect
Size terhadap hasil belajar siswa diperoleh sebesar 1,99. Nilai effect sizeyang diperoleh
kemudian disesuaikan dengan tabel Z dan didapat pengaruh metode praktikum berbasis inkuiri
terbimbing terhadap sikap ilmiah siswa sebesar 99,32% dan hasil belajar sebesar 97,67%.
Kedua hasil dinyatakan dengan kategori tinggi. Secara keseluruhan setiap tahapan metode
praktikum berbasis inkuiri terbimbing dari proses orientasi hingga menarik kesimpulan,
semuanya sangat berpengaruh terhadap pengembangan sikap ilmiah dan hasil belajar siswa.
Karena setiap tahap yang dilakukan siswa semuanya saling berkaitan dan saling memberikan
kelebihan tersendiri dalam melatih fisik dan mental siswa. Pembelajaran di kelas eksperimen
melatih siswa untuk aktif dan kreatif dalam berpikir, seperti pada tahap merumuskan masalah
dan mengajukan hipotesis, siswa harus tanggap dalam memahami wacana yang disajikan pada
LKS agar siswa dapat merumuskan masalah dan mengajukan hipotesis sesuai dengan wacana
tersebut. Selain itu pada tahap pelaksanaan praktikum, memberikan keleluasaan kepada siswa
untuk melakukan praktikum sendiri dalam menyelesaikan masalah dengan bimbingan guru,
menemukan konsep sendiri dari hasil praktikum yang dilakukan, sehingga memotivasi dan
mendorong siswa secara aktif menggali pengetahuannya sendiri menjadi pribadi yang aktif,
mandiri, dan terampil dalam memecahkan masalah serta memiliki pemahaman konsep yang
lebih. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian (Mawarsari, 2013), yang menyatakan
bahwa metode praktikum berbasis inkuiri terbimbing meningkatkan sikap ilmiah sebesar
91,35% dan pemahaman konsep siswa sebesar 88,65%. Siswa mendapatkan pembelajaran yang
lebih optimal dengan penerapan metode praktikum berbasis inkuiri terbimbing. Partisipasi
siswa saat pembelajaran dalam hal mengajukan pertanyaan, menyusun hipotesis,
mengumpulkan data dan menganalisis data merupakan kegiatan yang berkaitan erat dengan
kegiatan inkuiri sehingga dari segala aktivitas yang berhubungan dengan kegiatan inkuiri akan
membantu siswa membangun pengetahuan dan sikap ilmahnya.
KESIMPULAN
Berdasarkan data yang diperoleh dari lembar observasi sikap ilmiah dan tes hasil belajar
siswa, dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat perbedaan sikap ilmiah dan hasil belajar siswa

Pena Kreatif, 2008, Vol 7 (1)

44

ISSN Online 2541-2264
ISSN Cetak 2089-3027

yang diajarkan menggunakan metode praktikum berbasis konvensional dengan metode
praktikum berbasis inkuiri terbimbing pada materi hidrolisis garam. Pembelajaran
menggunakan metode praktikum berbasis inkuiri terbimbing memberikan pengaruh yang tinggi
terhadap sikap ilmiah dan hasil belajar siswa dengan nilai effect size, sebesar 2,47 dengan
persentase 99,32%, dan 1,99 dengan persentase 97,67%.
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, I.G.A.W.K., Agung, A.A.G, dan Rati, N.W. (2014). Hubungan Sikap Ilmiah Dan
Motivasi Berprestasi Dengan Hasil Belajar Ipa Pada Siswa Kelas V Sd Di Gugus Ii
Laksamana Kabupaten Jembrana Tahun Pelajaran 2013/2014. MIMB
Astawa, I.M.W., Sadia, I.W., dan Suastra, I.W. (2015). Pengaruh Model Pembelajaran
Berbasis Proyek Terhadap Sikap Ilmiah dan Konsep Diri Siswa SMP. Jurnal
Pendidikan IPA 5 (1): 1-10.
Wardani, D.K. (2012). Analisis Penerapan Metode Praktikum Pada Pembelajaran Kimia
Materi Pokok Hidrolisis Garam Kelas XI Di MAN 1 Semarang 2012-2013. Skripsi.
Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang.
Mawarsari, A.A. (2013). Penerapan Metode Eksperimen Berpendekatan Inkuiri Pada Materi
Larutan Penyangga Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Sikap Ilmiah
Siswa. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.
Meli, S.B., Kurnia, dan Yayan, S. (2013). Peningkatan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA
Melalui Pembelajaran Praktikum Berbasis Inkuiri Pada Materi Laju Reaksi. Jurnal
Riset dan Praktik Pendidikan Kimia. 1 (1): 69-75.
Wulandari, A.D., Kurnia, dan Sunarya, Y. (2013). Pembelajaran Praktikum Berbasis Inkuiri
Terbimbing Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Pada
Materi Laju Reaksi. Jurnal Riset dan Praktik Pendidikan Kimia. 1 (1): 18-26.

Pena Kreatif, 2008, Vol 7 (1)

45

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA REGULER DENGAN ADANYA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD INKLUSI GUGUS 4 SUMBERSARI MALANG

64 523 26

PENGEMBANGAN TARI SEMUT BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER DI SD MUHAMMADIYAH 8 DAU MALANG

57 502 20

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25