BAB II TELAAH PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Manajemen Peserta Didik di MTs NU 02 Al Ma’arif Boja Kabupaten Kendal

BAB II TELAAH PUSTAKA

2.1 Manajemen Peserta didik

  Komponen peserta didik di sekolah/madrasah kedudukannya sangat penting karena yang menjadi

  

input, proses dan output lembaga sekolah/madrasah

  adalah peserta didik. Peserta didik perlu di manage dengan baik. Manajemen peserta didik diperlukan pada lembaga pendidikan karena peserta didik merupakan subyek sekaligus obyek dalam proses tranformasi ilmu dan ketrampilan.

  “Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan akan sangat bergantung dengan perkem- bangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, social, emosional dan kejiwaan peserta didik

  ”. Oleh karena itu, setiap sekolah/madrasah perlu melakukan manajemen peserta didik dengan baik (Badrudin, 2013:19).

2.1.1 Pengertian manajemen peserta didik.

  Istilah “Manajemen peserta didik” merupakan gabungan kata

  “manajemen” dan kata “peserta didik”.

  Kata manajemen merupakan terjemahan dari

  

management (bahasa Inggris), juga berasal dari bahasa

  latin, Prancis, dan Italia yaitu manus, mano, manage dan managgiare berarti melatih kuda agar dapat melangkah dan menari seperti yang dikehendaki pelatihnya (Badrudin,2013:20).

  Secara semantic, kata manajemen yang umum digunakan saat ini berasal dari kata kerja to manage yang berarti mengurus, mengatur, mengemudikan, mengendalikan, menangani, mengelola menyelenggara- kan, menjalankan, melaksanakan, dan memimpin (Didin Kurniadin dan Imam Machali, 2014:23). Kamus

  Webster’s New Cooligiate Dictionary dalam Didin

  Kurniadin danImam Machali, 2014: 23 menjelaskan bahwa kata manage berasal dari bahasa Italia

  

managgio dari kata managgiare yang selanjutnya kata

  ini berasal dari bahasa latin manusyang berarti tangan(hand). Kata manage dalam kamus tersebut diberi arti membimbing dan mengawasi, memperlakukan dengan seksama, mengurus perniagaan atau urusan-urusan, mencapai tujuan tertentu (Didin Kurniadin dan Imam Machali, 2014:23).

  Harold Koontz dan Cyryl O. Donel dalam Prihatin, 2011:2 mendefinisikan

  “manajemen sebagai usaha mencapai suatu tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain. Dengan demikian manajer mengadakan koordinasi atas sejumlah aktifitas orang lain yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, penempatan, pengarahan, dan pengendalian

  ”. Dengan demikian manajemen adalah “suatu proses agar suatu usaha dapat berjalan dengan baik yang memerlukan perencanaan, pemikiran, pengarahan, dan pengaturan serta mempergunakan atau mengikutsertakan semua potensi yang ada baik personal maupun material secara efektif dan efisien

  ”. (Badrudin, 2013:20). Menurut Hasibuan dalam Badrudin, 2013:2

  Manajemen adalah “ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu merupakan terjemahan dari management (Bahasa Inggris).

  “Kata management itu sendiri berasal dari kata

  

manage atau magiare yang berarti melatih kuda dalam

  melangkahkan kakinya. Dalam pengertian manajemen terkandung dua kegiatan ialah berpikir (mind) dan kegiatan tingkah laku (action

  )”. ( Sahertian dalam Prihatin, 2011:1). The Liang Gie dalam Prihatin (2011:2) memberikan batasan manajemen sebagai “segenap perbuatan menggerakkan sekelompok orang atau mengarahkan segala aktivitas dalam suatu usaha kerjasama untuk mencapai tujuan tertentu”.

  

Slameto (2009:1) manajemen sering diartikan sebagai ilmu,

kiat, dan profesi. Dikatakan sebagai ilmu karena manajemen

dipandang sebagai suatu bidang pengetahuan yang secara

sistematik berusaha memahami mengapa dan bagaimana

orang bekerja- sama. Dikatakan sebagai kiat karena

manajemen mencapai sasaran melalui cara-cara dengan

mengatur orang lain menjalankan tugas. Dipandang sebagai

profesi karena manajemen dilandasi oleh keahlian khusus

untuk mencapai suatu prestasi manajer, dan para

professional dituntun oleh suatu kode etik.

  Dari beberapa pendapat tersebut dapat diambil kesimpulkan bahwa manajemen adalah suatu proses yang dilakukan agar suatu usaha dapat berjalan dengan baik, memerlukan perencanaan, pemikiran, pengarahan, dan pengaturan serta mempergunakan atau mengikutsertakan semua potensi yang ada baik personal maupun material secara efektif dan efisien.

  Menurut Suharsimi Arikunto (1986;12) peserta didik adalah “siapa saja yang terdaftar sebagai obyek didik di suatu lembaga pendidikan

  ”. Menurut Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 4 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, peserta didik adalah “anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu

  ”. Dengan demikian peserta didik adalah “seseorang yang terdaftar dalam suatu jalur, jenjang, dan jenis lembaga pendidikan tertentu, yang selalu ingin mengembangkan potensi dirinya baik pada aspek akademis maupun non akademis melalui proses pembelajaran yang diselenggarakan

  ”. (Daryanto, 2013:53). Prihatin (2011:3) mengemukakan bahwa peserta didik adalah

  “orang yang mempunyai pilihan untuk menempuh ilmu sesuai dengan cita-cita dan harapan masa depan”. Peserta didik adalah anak yang sedang tumbuh dan berubah kebutuhannya karena pada hari ini belum tentu sama dengan kebutuhannya hari kemarin. Peserta didik adalah individu yang memiliki kepribadian, tujuan, cita-cita hidup, dan potensi diri, oleh karena itu ia tak dapat diperlakukan semena- mena.

  Abu Ahmadi, (2001:39) berpendapat bahwa peserta didik adalah “sosok manusia sebagai individu atau pribadi (manusia seutuhnya)

  ”. Individu diartikan “orang yang tidak tergantung dari orang lain, dalam arti benar-benar seorang pribadi yang menentukan diri sendiri dan tidak dipaksa dari luar, mempunyai sifat- sifat dan keinginan sendiri”. Dini Oktaria 2013 menyebutkan bahwa peserta didik adalah “orang yang memiliki pendidikan, baik secara fisik maupun psikis, baik pendidikan itu dilingkungan keluarga, sekolah maupun dilingkungan masyarakat dimana anak tersebut berada”.

  Peserta didik juga memiliki sebutan yang berbeda-beda. Pada taman kanak-kanak disebut dengan anak didik, pada jenjang pendidikan dasar dan menengah disebut dengan siswa, sedangkan pada jenjang pendidikan tinggi disebut mahasiswa. Disamping sebutan tersebut masih ada sebutan lain bagi peserta didik, yaitu: murid, pembelajar, santri dan sebagainya (Tim Dosen Administrasi UPI, 2011:205). “Peserta didik merupakan suatu komponen masukan dalam system pendidikan yang selanjutnya diproses dalam proses pendidikan sehingga menjadi manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional ” (Oemar Hamalik, 2008:3).

  Dari pendapat-pendapat tersebut peserta didik perlu disiapkan agar pada waktunya mampu melaksanakan peranannya dalam dunia kerja dan dapat menyesuaikan diri dari masyarakat dimana mereka berada. Kehidupan bermasyarakat itu diawali dari lingkungan keluarga dan dilanjutkan di dalam lingkungan masyarakat sekolah. Dalam kontek inilah peserta didik melakukan interaksi dengan rekan sesamanya, guru-guru, dan masyarakat yang berhubungan dengan sekolah. Dalam situasi inilah nilai-nilai social yang terbaik dapat ditanamkan secara bertahap melalui proses pembelajaran dan pengalaman langsung. Dapat disimpulkan bahwa peserta didik untuk mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan minat, bakat, dan kemampuannya.

  “Manajemen peserta didik merupakan penataan dan pengaturan terhadap kegiatan yang berkaitan dengan peserta didik sejak peserta didik masuk sekolah sampai keluar dari suatu sekolah

  ” (Daryanto, 2013:53). Manajemen peserta didik bukan hanya pencatatan data peserta didik saja akan tetapi meliputi aspek yang lebih luas yaitu dapat membantu upaya pertumbuhan anak melalui proses pendidikan di sekolah (Daryanto, 2013:53).

  “Manajemen peserta didik selain melakukan pencatatan data peserta didik dan meliputi aspek-aspek yang secara operasional dapat digunakan untuk membantu kelancaran pertumbuhan dan perkem- bangan peserta didik melalui proses pendidikan di sekolah

  ” (Badrudin, 2013:23). Manajemen peserta didik adalah

  “seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan diusahakan secara sengaja serta pembinaan secara kontinu terhadap seluruh peserta didik dalam lembaga bersangkutan agar proses pembelajaran berjalan efektif dan efesien

  ” (Mulyono, 2008:178). Menurut Hendayat Soetopo dan Wasty Soemanto dalam Prihatin (2011:4) manajemen peserta didik adalah

  “suatu penataan atau pengaturan segala aktivitas yang berkaitan dengan peserta didik mulai masuknya peserta didik sampai dengan keluarnya peserta didik tersebut dari suatu sekolah atau suatu lembaga ”.

  Prihatin (2011:4) mengemukakan manajemen pesera didik “diartikan sebagai usaha pengaturan masuk sekolah sampai dengan mereka lulus sekolah ”. Manajemen peserta didik menunjuk kepada pekerjaan atau suatu kegiatan pencatatan peserta didik sejak dari proses penerimaan peserta didik baru sampai dengan peserta didik meninggalkan sekolah karena lulus/ tamat mengikuti pendidikan pada sekolah itu. Knezevich (1961:205) dalam Prihatin (2011:4) mengartikan

  “manajemen peserta didik (pupil personnel

  

administration) sebagai suatu layanan yang

  memusatkan perhatian pada pengaturan, pengawasan, dan layanan siswa di kelas dan di luar kelas seperti: pengenalan, pendaftaran, layanan individual seperti pengembangan keseluruhan kemampuan, minat, kebutuhan sampai peserta didik matang di sekolah ”.

  Mulyasa (2013:69) menyatakan “manajemen peserta didik merupakan salah satu bidang operasional sekolah. Manajemen peserta didik adalahpenataan dan pengaturan terhadap kegiatan yang berkaitan dengan peserta didik mulai masuk sampai keluar dari sekolah”. Manajemen peserta didik tidak hanya berbentuk kegiatan pencatatan data peserta didik saja, melainkan meliputi berbagai aspek yang lebih luas yang secara operasional dapat membantu upaya pertumbuhan dan perkembangan pribadi peserta didik secara optimal.

  Jadi dari pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Manajemen peserta didik merupakan upaya untuk memberikan layanan sebaik mungkin kepada peserta didik sejak proses penerimaan peserta didik sampai dengan peserta didik meninggalkan sekolah/madrasah karena sudah tamat/lulus mengikuti pendidikan di lembaga pendidikan/ sekolah tersebut.

2.1.2 Tujuan dan fungsi manajemen peserta didik

  Manajemen peserta didik bertujuan “mengatur kegiatan-kegiatan peserta didik agar menunjang proses pembelajaran di sekolah/madrasah sehingga proses pembelajaran berjalan lancar,tertib,teratur dan dapat memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan pembelajaran dan tujuan sekolah/madrasah secara efektif dan efisien ” (Badrudin, 2013:24).

  Prihatin (2011:9) mengemukakan secara khusus manajemen peserta didik bertujuan:

  • psikomotor peserta didik; menyalurkan dan mengembangkan kemampuan umum

  pengetahuan, keterampilan dan “Meningkatkan

  • (kecerdasan), bakat, dan minat peserta didik; menyalurkan aspirasi, harapan, dan memenuhi
  • kebutuhan peserta didik; dengan terpenuhinya hal tersebut diharapkan Peserta - didik dapat mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan hidup yang lebih lanjut dapat belajar dengan baik dan mencapai cita-cita mereka ”.

  Secara umum manajemen pelayanan peserta didik bertujuan “mengatur kegiatan peserta didik agar kegiatan-kegiatan tersebut menunjang proses pembelajaran di lembaga pendidikan (sekolah) lebih lanjut proses pembelajaran di lembaga pendidikan atau sekolah dapat berjalan lancar, tertib dan teratur sehingga dapat memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan sekolah dan tujuan pendidikan secara keseluruhan

  ” (Prihatin, 2011:9). Fungsi manajamen peserta didik adalah sebagai

  “wahana peserta didik untuk mengembangkan diri seoptimal mungkin baik yang berkenaan dengan segi- segi individualitasnya, segi sosial, aspirasi, kebutuhan dan segi-segi potensi siswa lainnya

  ”. Fungsi manajemen peserta didik secara umum adalah sebagai “wahana bagi peserta didik untuk mengembangkan diri seoptimal mungkin, baik yang berkenaan dengan dimensi-dimensi individu, sosial, aspirasi, kebutuhan- nya, dan dimensi potensi peserta didik lainnya ”.

  Fungsi manajemen peserta didik secara khusus adalah sebagai berikut:

  a.

  

“Fungsi yang berkenaan dengan pengembangan

individualitas peserta didik, ialah agar mereka dapat mengembangkan potensi-potensi individuali- tasnya tanpa banyak terhambat. Potensi-potensi bawaan tersebut meliputi: kemampuan umum (kecerdasan), kemampuan khusus (bakat), dan kemampuan lainnya; b.

Fungsi yang berkenaan dengan pengembangan

fungsi social peserta didik, ialah agar peserta didik dapat mengadakan sosialisasi dengan teman sebayanya, dengan orangtua dan keluarganya, dengan lingkungan social disekolahnya, dan lingkungan social masyarakat dimana mereka berada. Fungsi ini berkaitan dengan hakikat peserta didik sebagai makluk social; c.

  

Fungsi yang berkenaan dengan penyaluran

aspirasi dan harapan peserta didik, ialah agar peserta didik dapat menyalurkan hobi, kesenangan, dan minat. Hobi, kesenangan, dan minat peserta didik patut disalurkan karena dapat menunjang perkembangan diri peserta didik secara keseluruhan; d.

Fungsi yang berkenaan dengan pemenuhan

kebutuhan dan kesejahteraan peserta didik ialah agar peserta didik sejahtera dalam hidupnya ”.

2.1.3 Prinsip-prinsip manajemen peserta didik

  Depdiknas (2000;87) mengemukakan prinsip dasar dalam manajemen peserta didik, yaitu:

  • obyek, sehingga harus didorong untuk berperan

    serta dalam setiap perencanaan dan pengambilan

    keputusan yang terkait dengan kegiatan mereka; Kondisi siswa sangat beragam, ditinjau dari kondisi -

    fisik, kemampuan intelektual, social, ekonomi,

    minat, dan seterusnya. Oleh karena itu diperlukan

    wahana yang beragam sehingga setiap siswa

    memiliki wahana untuk berkembang secara

    optimal;

    Siswa akan termotivasi belajar jika mereka

  

“Siswa harus diperlakukan sebagai subyek bukan

  • menyenangi apa yang ia kerjakan ”.

  2.1.4 Pendekatan manajemen peserta didik

  Ada dua macam pendekatan yang digunakan dalam menejemen peserta didik. Pertama, “pendekatan kuantitatif (the quantitative approach). Pendekatan ini lebih menitikberatkan pada bidang/ segi administratif dan birokratif lembaga pendidikan. Kedua, pendekatan kualitatif (the qualitative approach). Pendekatan ini lebih memberikan perhatian kepada kesejahteraan peserta didik ”.

  2.1.5 Ruang lingkup manajemen peserta didik

  Menurut Prihatin (2011;13-14) ruang lingkup manajemen peserta didik mencakup:

  

“perencanaan peserta didik, penerimaan peserta

didik, pengelompokan peserta didik, kehadiran

peserta didik, pembinaan disiplin peserta didik,

kenaikan kelas dan penjurusan, perpindahan

peserta didik, kelulusan dan alumni, kegiatan

ekstrakurikuler, tata laksana manajemen peserta

didik, peranan kepala sekolah dalam manajemen

peserta didik, mengatur layanan peserta didik”.

2.2 Kegiatan Manajemen Peserta Didik

  Ruang lingkup atau garapan manajemen peserta

  

“perencanaan peserta didik (analisis kebutuhan

peserta didik), rekrutmen peserta didik, seleksi

peserta didik, penerimaan peserta didik baru,

orientasi peserta didik baru, penempatan peserta

didik, pencatatan dan pelaporan peserta didik,

kelulusan dan alumni, pembinaan dan

pengembangan peserta didik, evaluasi peserta didik

dan mutasi peserta didik”.

  2.2.1 Perencanaan Peserta Didik.

  Analisis kebutuhan peserta didik yaitu penetapan peserta didik yang dibutuhkan oleh lembaga pendidikan yang meliputi:

  

a. “Merencanakan jumlah peserta didik yang akan

diterima dengan pertimbangan daya tampung kelas/

jumlah kelas yang tersedia serta pertimbangan rasio

peserta didik dengan guru. Secara ideal rasio peserta

didik dengan guru adalah 1:30, b. Menyusun

program kesiswaan yaitu visi dan misi sekolah,

minat dan bakat siswa,sarana dan prasarana yang

ada, anggaran yang tersedia dan tenaga

kependidikan yang tersedia”.

  2.2.2 Rekrutmen Peserta Didik

  Rekrutmen peserta didik pada hakekatnya adalah “proses pencarian, menentukan peserta didik yang nantinya akan menjadi peserta didik di lembaga sekolah yang bersangkutan ”.

  Langkah- langkah kegiatan tersebut adalah;

  

a. “Membentuk panitia penerimaan peserta didik

baru yang melibatkan semua unsur guru, pegawai

TU dan dewan sekolah/ komite sekolah; b.

Pembuatan dan pemasangan pengumuman

penerimaan peserta didik baru yang dilakukan

secara terbuka. Informasi yang harus ada dalam

peng-umuman tersebut adalah gambaran singkat

lembaga, persyaratan pendaftaran siswa baru,

tempat pendaftaran, cara pendaftaran, waktu

pendaftaran, biaya pendaftaran, waktu dan tempat

seleksi dan

pengumuman hasil seleksi”.

  2.2.3 Seleksi Peserta Didik

  Seleksi peserta didik adalah suatu kegiatan pemilihan calon peserta didik baru untuk menentukan diterima atau tidaknya calon peserta didik menjadi peserta didik di lembaga pendidikan/ sekolah berdasarkan ketentuan yang berlaku. Adapun cara- cara seleksi yang dapat digunakan adalah; a.

  “melalui tes atau ujian; b. Melalui penelusuran bakat kemampuan, biasanya berdasarkan pada prestasi yang diperoleh oleh calon peserta didik dalam bidang olahraga atau kesenian; c. Berdasarkan nilai STTB atau nilai UAN ”.

  2.2.4 Penerimaan Peserta Didik Baru

  Prihatin (2011:51) menyatakan bahwa Penerimaan peserta didik baru sebenarnya adalah

  

“salah satu kegiatan manajemen peserta didik yang

sangat penting”. Dikatakan demikan karena

misalkan tidak ada peserta didik yang diterima di

suatu sekolah, berarti tidak ada kegiatan yang harus

ditangani atau diatur. Ada beberapa hal yang harus

diperhatikan dalam penerimaan peserta didik baru

yaitu “kebijakan penerimaan peserta didik baru,

system penerimaan peserta didik baru, criteria

penerimaan peserta didik baru, prosedur

penerimaan peserta didik baru, dan problem-

problem penerimaan peserta didik baru”.

1. Kebijakan Penerimaan Peserta Didik.

  Kebijakan dalam penerimaan peserta didik baru sebenarnya menggunakan dasar-dasar manajemen peserta didik, bahwa agar calon peserta didik/ seseorang diterima sebagai peserta didik disuatu sekolah atau lembaga pendidikan, haruslah memenuhi beberapa persyaratan sebagaimana yang telah di tentukan oleh sekolah. Sungguhpun setiap orang mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan layanan pendidikan, tidak secara otomatis mereka dapat diterima disuatu lembaga pendidikan atau sekolah. Sebab untuk dapat diterima menjadi peserta didik di suatu sekolah, calon peserta didik terlebih dahulu harus meme- nuhi kewajiban-kewajiban yang telah ditentukan. Kebijakan operasional penerimaan peserta didik baru, memuat beberapa aturan mengenai jumlah peserta didik yang bisa diterima disuatu sekolah. Penentuan mengenai berapa jumlah peserta didik yang akan diterima, tentu saja juga didasarkan atas kenyataan-kenyataan yang ada di sekolah seperti daya tampung kelas, criteria peserta didik yang bisa diterima, berapa anggaran yang tersedia, sarana dan prasarana apa yang sudah ada/belum ada, berapa tenaga kependidikan yang tersedia, berapa jumlah peserta didik yang tinggal di kelas, dan lain- lain.

  Kebijakan operasional penerimaan peserta didik baru, juga memuat sistem pendaftaran dan untuk peserta didik baru. Selain itu juga kebijakan penerimaan peserta didik baru juga berisi tentang kapan waktu pendaftaran akan dimulai dan kapan waktu pendaftaran akan diakhiri. Selanjutnya kebijakan yang lain memuat tentang siapa saja personalia yang akan terlibat dalam menangani pendaftaran, seleksi, dan penerimaan peserta didik sekolah buat berdasarkan petunjuk-petunjuk yang diberikan oleh dinas pendidikan kabupaten/kota. Petunjuk ini harus diperhatikan, karena ini dibuat dalam rangka mendapatkan calon peserta didik sebagaimana yang diinginkan atau diharapkan.

2. Sistem Penerimaan Peserta didik

  Sistem yang dimaksud disini lebih menunjuk kepada cara. Berarti sistem penerimaan peserta didik baru adalah bagaimana cara penerimaan peserta didik baru. Disini ada dua macam sistem penerimaan calon peserta didik baru. Pertama, dengan menggunakan sistem promosi ke sekolah- sekolah, sedangkan yang kedua dengan sistem seleksi. Yang dimaksud dengan sistem promosi adalah penerimaan calon peserta didik baru yang sebelumnya tanpa menggunakan seleksi. Mereka yang mendaftar sebagai calon peserta didik baru disuatu sekolah diterima semua, dan mereka yang mendaftar menjadi calon peserta didik baru tidak ada yang ditolak. Sistem promosi demikian secara umum berlaku untuk kebanyakan sekolah yang pendaftarnya kurang dari daya tampung yang telah ditentukan.

  Kedua, adalah sistem seleksi. Sistem ini bisa digolongkan menjadi tiga macam, pertama seleksi berdasarkan nilai UAN, kedua berdasarkan penelusuran minat dan kemampuan (PMDK), sedangkan yang ketiga adalah seleksi berdasarkan hasil nilai tes masuk dari calon peserta didik. peserta didik baru tersebut, masih juga bergantung kepada seberapa banyak calon peserta didik baru yang mendaftar atau memilih jurusan yang akan dimasukinya. Semakin banyak pendaftar dan peminatnya, persaingan masuknya semakin ketat.

3. Kriteria penerimaan peserta didik baru

  Yang dimaksud dengan criteria adalah patokan/ batasan yang menentukan bisa tidaknya seorang calon peserta didik untuk diterima menjadi peserta didik atau tidak. Ada dua macam criteria penerima- an peserta didik. Pertama, adalah criteria acuan patokan (standard criterien referenced), yaitu status penerimaan peserta didik yang didasarkan atas patokan/ batasan yang telah ditentukan oleh sekolah sebelumnya. Dalam hal ini sekolah membuat patokan terlebih dahulu bagi calon peserta didik dengan kemampuan minimal setingkat mana yang bisa diterima disekolah tersebut. Sebagai konsekuensi dari penerimaan yang didasarkan atas criteria patokan seperti ini, jika semua calon peserta didik yang mengikuti seleksi memenuhi patokan minimal yang sama sesuai ketentuan, maka mereka harus diterima semua; sebaliknya, jika calon peserta didik yang mendaftar kurang dari patokan minimal yang sudah ditentukan sekolah sebelumnya, haruslah ditolak atau tidak diterima semua.

  Kedua, Kriteria acuan norma (norma criterian referenced), yaitu “status penerimaan calon peserta didik yang didasarkan atas keseluruhan prestasi sekolah menetapkan criteria penerimaan berdasar- kan prestasi keseluruhan peserta didik. Prestasi ini dijumlahkan kemudian dicari reratanya. Calon peserta didik yang nilainya berada diatas rata-rata, digolongkan sebagai calon yang dapat diterima sebagai calon peserta didik baru. Sementara pendaftar yang berada dibawah rata-rata termasuk peserta didik yang tidak diterima/ ditolak.

  Ketiga, criteria yang didasarkan atas daya tamping sekolah, sekolah terlebih dahulu menentu- kan berapa jumlah daya tampungnya, atau berapa calon peserta didik baru yang akan diterima. Setelah sekolah menentukan, kemudian merangking prestasi calon peserta didik baru mulai dari yang berprestasi paling atas sampai dengan prestasi yang paling bawah. Penentuan peserta didik baru yang diterima dilakukan dengan cara mengurutkan dari atas ke bawah, sampai dengan daya tampung tersebut terpenuhi. Jika ada diantara peserta didik yang rangkingnya sama, sedangkan mereka sama- sama berada dirangking kritis penerimaan, sekolah bisa mengambil suatu kebijaksanaan antara lain, melalui tes ulang atau dapat pula memilih diantara mereka dengan mengamati prestasi lainnya, bisa juga menangguhkan penerimaan mereka dengan menempatkannya dalam cadangan, dengan catatan jika sewaktu-waktu ada calon peserta didik baru yang rangkingnya berada diatasnya mengundurkan diri, yang bersangkutan bisa dipanggil untuk bisa mengisi formasi tersebut (Prihatin, 2011:55).

4. Prosedur Penerimaan Peserta Didik Baru

  Prihatin (2011:56) mengklasifikasikan bahwa:

  “prosedur penerimaan peserta didik baru antara lain pembentukan panitia penerimaan peserta didik baru, rapat penentuan peserta didik baru, pembuatan, pemasangan atau pengiriman pengumuman, pendaftaran peserta didik baru, seleksi, penentuan peserta didik yang diterima, pengumuman peserta didik yang diterima, dan registrasi peserta didik yang diterima”.

  Secara lebih detail dijelaskan antara lain: a.

  Pembentukan panitia penerimaan peserta didik baru. Kegiatan pertama yang harus dilakukan kepala sekolah dalam penerimaan peserta didik baru adalah pembentukan panitia. Panitia ini dibentuk dengan maksud agar secepat mungkin melaksanakan pekerjaannya. Panitia yang sudah dibentuk, umumnya diformalkan dengan mengguna kan Surat Keputusan (SK) kepala sekolah. Adapun susunan panitia penerimaan peserta didik baru dapat mengambil alternative sebagai berikut; Ketua umum : Kepala sekolah Ketua pelaksana : Wakil kepala sekolah urusan kesiswaan Sekretaris : Kepala TU dan guru Bendahara : Bendaharawan sekolah Pembantu umum : Guru Seksi-seksi: Kesekretariatan : pegawai TU Publikasi : Guru Pendaftaran : Guru Seleksi : Guru Pengawasan : Guru Mereka yang sudah tergabung dalam kepanitian bertanggungjawab atas tugasnya masing-masing dan juga ada kerjasama dengan tim yang lain; b.

  Rapat Penerimaan Peserta Didik, rapat penerima- an peserta didik baru dipimpin oleh wakil kepala sekolah urusan bidang kepesertadidikan. Yang dibicarakan dalam rapat ini adalah keseluruhan ketentuan dalam penerimaan peserta didik baru. Sungguhpun penerimaan peserta didik baru merupakan pekerjaan rutin yang dilakukan setiap tahun, tetapi ketentuan-ketentuan yang berkenaan dengan penerimaan harus senantiasa dibicarakan agar tidak dilupakan oleh mereka yang terlibat. Dalam rapat ini keseluruhan anggota panitia dapat berbicara sesuai dengan kapasitas masing-masing. Kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan dibicara- kan setuntas mungkin sehingga setelah rapat selesai, seluruh anggota panitia tinggal menindak- lanjuti saja. Apa yang sudah disepakati dalam rapat harusnya jangan sampai dimentahkan lagi, melainkan diikuti dengan langkah tindak lanjut. Keputusan rapat panitia dicatat dalam buku notulen rapat yang berisi tentang: tanggal rapat, waktu rapat, tempat rapat, agenda rapat, daftar hadir peserta rapat dan hal-hal lain yang menjadi keputusan rapat; c.

  Pembuatan, Pengiriman/ pemasangan peng- keputusaan mengenai hasil rapat sebelumnya, kemudian dibuatlah pengumuman yang berisi gambaran singkat mengenai sekolah, persyaratan pendaftaran peserta didik, cara, waktu, tempat pendaftaran, biaya pendaftaran, waktu dan tempat seleksi, serta waktu pengumuman hasil seleksi di umumkan; d.

  Pendaftaran calon Peserta Didik baru, yang harus disediakan oleh panitia pada saat pendaftaran peserta didik baru seperti loket untuk mendaftar, loket untuk informasi, serta formulir pendaftaran peserta didik baru. Hal-hal yang sebaiknya di ketahui oleh calon peserta didik baru yang akan mendaftar yaitu mengenai kapan formulir pendaf- taran bisa diambil, tentang bagaimana cara mengisi formulir pendaftaran, dan kapan formulir tersebut bisa dikembalikan (Prihatin, 2011:61); e.

  Seleksi Peserta Didik Baru, seleksi atau penya- ringan peserta didik baru selain dengan mengguna- kan nilai raport dan nilai ebtanas murni, juga dapatmenggunakan tes, jika yang digunakan sebagi alat seleksi adalah tes maka yang harus diperhati- kan dalam mengatur pengawas dan peserta tes. Pengawas perlu diatur agar dalam pengerjaan tugasnya dapat sesuai dengan yang ditentukan, sehari sebelum menjalankan tugasnya sebagai pengawas perlu diberikan pengarahan mengenai apa yang dibolehkan dan apa yang tidak dibolehkan f.

  Penentuan Peserta Didik yang diterima, berdasar- kan ketentuan yang telah ditetapkan, maka panitia penerimaan peserta didik baru mengadakan pengumuman bagi calon peserta didik baru yang memenuhi syarat. Berdasarkan hasil yang telah ditentukan terhadap peserta didik yang akan diterima, maka diperoleh tiga hal kebijakan sekolah, seperti peserta didik yang akan diterima, peserta didik yang menjadi cadangan, serta peserta didik yang tidak diterima/ ditolak. Hasil penentuan tersebut kemudian diumumkan (Dirjen Dikdasmen, 2007). Pengumuman dapat dilakukan dengan menempelkan daftar nama dan nomor pendaftaran di papan pengumuman atau mengirimkan surat pemberitahuan langsung ke alamat calon peserta didik.

  g.

  Pendaftaran ulang/registrasi, calon peserta didik yang dinyatakan diterima diharuskan mendaftar ulang dengan memenuhi persyaratan dan per- lengkapan yang diminta sekolah, sekolah harus menetapkan batas waktu pendaftaran ulang dimulai dan ditutup. Menurut Prihatin (2011:65) hal ini diperlukan karena calon peserta didik yang tidak daftar ulang dinyatakan gugur dan kehilangan haknya sebagai calon peserta didik di sekolah tersebut dan kemudian dapat diisi dengan cadangan. Begitu juga yang menjadi cadangan ada saatnya dipanggil untuk registrasi dan sekaligus dibuka dan kapan batas akhir ditutup dan jika cadangan ini tidak mendaftar ulang sampai batas waktu yang telah ditentukan maka akan diisi oleh cadangan lain.

5. Problema Penerimaan Peserta Didik Baru

  Terdapat banyak problem atau masalah yang muncul dalam penerimaan peserta didik baru yang harus diselesaikan. Pertama, adanya peserta didik yang hasil tes, jumlah danem, kecakapannya sama dan mereka berada pada batas bawah penerimaan calon peserta didik baru. Kedua, adanya calon peserta didik yang dari segi kemampuan/ potensinnya masih kalah di bandingkan dengan yang lainnya sementara yang bersangkutan orang tuanya mempunyai kekuasaan yang tinggi di daerah tersebut. Ketiga, terbatasnya daya tampung sarana prasarana sekolah sementara di daerah tersebut sangat banyak calon peserta didik baru yang mempunyai kecakapan yang tinggi. Ketiga masalah tersebut haruslah dapat diselesaikan dengan baik dan penuh bijaksana oleh kepala sekolah bersama dengan panitia atau aparat sekolah lainnya.

2.2.5 Orientasi Peserta Didik Baru

  Orientasi peserta didik baru merupakan kegiatan pengenalan situasi dan kondisi lembaga pendidikan/ sekolah dimana peserta didik baru akan menempuh pendidikan. Keadaan dan kondisi tersebut meliputi lingkungan fisik dan ligkungan social sekolah. Tujuan mengerti dan menaati peraturan yang berlaku disekolah, agar peserta didik berpartisipasi aktif kegiatan yang diselenggarakan oleh sekolah, agar peserta didik siap menghadapi lingkungan yang baru, baik secara fisik, mental dan emosional sehingga merasa nyaman dalam mengikuti proses pembelajaran, agar peserta didik dapat melakukan adaptasi dengan lingkungan sekolah

  ”. Berdasarkan uraian diatas, orientasi peserta didik baru diperlukan bagi peserta didik baru agar mereka mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru di sekitarnya. Penyesuaian lingkungan dibutuhkan agar peserta didik nantinya dapat bersosialisasi lebih luas dalam cakupan social. Para peserta didik baru tersebut bukan hanya berkomunikasi serta bergaul dengan teman sebayanya saja, tetapi juga dengan orang yang lebih dewasa. Kegiatan ini juga sebagai tahap awal bagi peserta didik untuk mengenal berbagai tata tertib serta peraturan yang ada di sekolah, dimana mereka mengenal aturan yang belum mereka dapatkan di sekolah atau dilembaga pendidikn sebelumnya.

2.2.6 Penempatan Peserta Didik

  Penempatan peserta didik adalah kegiatan pengelompokan peserta didik baru yang dilakukan dengan system kelas. Pengelompokan peserta didik pada kelas dilakukan sebelum peserta didik mengikuti proses pembelajaran. Pengelompokan peserta didik dapat dilakukan berdasarkan pada perbedaan individu

  2.2.7 Pencatatan dan pelaporan peserta didik

  Kegiatan ini dimulai sejak peserta didik diterima di sekolah sampai peserta didik tamat/ lulus atau meninggalkan sekolah. Pencatatan peserta didik bertujuan agar sekolah bisa memberikan bimbingan yang secara optimal terhadap peserta didik. Pelaporan peserta didik dilakukan sebagai bentuk tanggung jawab sekolah agar pihak-pihak terkait bisa mengetahui bagaimana perkembangan peserta didik di sekolah tersebut. Sarana dan prasarana/ alat yang diperlukan untuk mendukung pencatatan dan pelaporan peserta didik adalah buku induk siswa, buku klaper siswa, daftar presensi, buku catatan pribadi peserta didik, daftar mutasi peserta didik, daftar nilai, buku leger, dan buku rapor. Buku raport merupakan alat atau sarana untuk melaporkan kumpulan prestasi belajar anak kepada orang tu atau anak itu sendiri.

  2.2.8 Pembinaan dan pengembangan peserta didik

  Pembangunan dibidang pendidikan diarahkan pada pengembangan sumber daya manusia yang bermutu tinggi, guna memenuhi kebutuhan dan menghadapi tantangan kehidupan dimasa depan. Melalui pendidikan, potensi sumber daya manusia diaktualisasikan secara optimal dan seluruh aspek kepribadian dikembangkan secara terpadu. Sejalan dengan peningkatan mutu sumber daya manusia, kementerian Pendidikan dan Kebudayaan terus berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan.

  (Direktorat PSMP), Ditjen Mandikdasmen, dalam hal ini telah melakukan berbagai upaya, baik pengembangan mutu pembelajaran, pengadaan sarana dan prasarana, perbaikan manajemen kelembagaan sekolah, maupun pembinaan kegiatan kepesertadidikan.

  Peningkatan mutu pendidikan disekolah menyangkut aspek akademis dan non akademis yang dilakukan dalam bentuk kegiatan kurikuler ataupun ekstra kurikuler, melalui berbagai program yang sistematis dan sistemik. Dengan upaya seperti itu peserta didik (siswa) diharapkan memperoleh pengalaman belajar yang utuh hingga seluruh modali- tas belajarnya berkembang secara optimal.

  Untuk pengembangan peserta didik meliputi layanan layanan kusus yang menunjang manajemen peserta didik. Layanan yang diperlukan peserta didik disekolah meliputi: layanan bimbingan dan konseling, layanan perpustakaan, layanan kantin, layanan kesehatan,layanan transportasi, layanan asrama dan layanan ekstrakurikuler. Sementara untuk layanan asrama di MTs. NU 02 Al Ma’arif Boja Kabupaten Kendal belum ada.

2.2.9 Evaluasi peserta didik

  Evaluasi hasil belajar peserta didik berarti kegiatan menilai proses dan hasil belajar peserta didik baik yang berupa kegiatan kurikuler, kokurikuler, maupun ekstrakurikuler. Kegiatan ini bertujuan untuk melihat kemajuan/perkembangan belajar peserta didik dalam hal penguasaan materi yang telah dipelajari sesuai dengan tujuan-tujuan tertentu yang telah ditetapkan.

  2.2.10 Kelulusan dan alumni

  Kelulusan adalah “kegiatan paling akhir dari manajemen peserta didik

  ”. Kelulusan merupakan pernyataan dari lembaga pendidikan bahwa peserta didik telah menyelesaikan seluruh program pendidikan yang harus diikuti dan berhasil lulus ujian akhir, peserta didik tersebut berhak mendapatkan surat tanda lulus atau sertifikat (STTB). Sementara itu hubungan antara sekolah dengan para alumni tetap dapat dipelihara lewat pertemuan-pertemuan yang diselenggarakan oleh para alumni yang biasa disebut Reuni. Bahkan saat ini setiap lembaga pendidikan (sekolah) ada organisasi alumninya dalam bentuk IKA (Ikatan Keluarga Alumni).

  2.2.11 Mutasi Peserta didik

  Secara garis besar mutasi peserta didik diartikan sebagai “proses perpindahan peserta didik dari sekolah satu ke sekolah lain atau perpindahan peserta didik yang berada dalam sekolah

  ”. Oleh karena itu ada dua jenis mutasi peserta didik yaitu mutasi ekstern dan mutasi intern(Badrudin, 2013:69).

1. Mutasi Ekstern

  Mutasi ekstern adalah perpindahan peserta didik dari satu sekolah ke sekolah yang lain. Perpindahan ini hendaknya menguntungkan kedua belah pihak, artinya perpindahan tersebut harus dikaitkan dengan kondisi orang tuanya, serta sekolah yang akan ditempati ( Badrudin, 2013:69).

2. Mutasi Intern

  Mutasi intern adalah perpindahan peserta didik dalam suatu sekolah. Dalam hal ini berkaitan dengan kenaikan kelas. Maksud kenaikan kelas adalah peserta didik yang telah dapat menyelesaikan program pendidikan selama satu tahun, apabila telah memenuhi persyaratan untuk dinaikan, maka kepadanya berhak untuk naik kelas berikutnya (Badrudin, 2013:71).

2.3 Peran serta guru dalam manajemen peserta didik

  Badrudin (2013:49) menyatakan pada dasarnya pembinaan peserta didik disekolah merupakan tanggungjawab semua tenaga kependidikan. Guru merupakan tenaga pendidik yang kerap kali berhadapan dengan peserta didik dalam proses pendidikan. Guru sebagai pendidik bertanggungjawab atas terselenggaranya proses tersebut di sekolah, baik melalui bimbingan, pengajaran, dan atau latihan. Seluruh tanggung jawab itu dijalankan dalam upaya memfasilitasi peserta didik agar kompetensi dan seluruh aspek pribadinya berkembang optimal. Apabila guru melakukan satu bagian dari tanggungjawabnya, maka perkembangan peserta didik tidak mungkin optimal. Dengan kata lain pencapaian hasil pada diri peserta didik yang optimal, mempersyaratkan pelayanan dari guru yang optimal pula. Oleh karena guru merupakan tenaga kependidikan, maka guru pun bertanggungjawab atas terselenggaranya pembinaan peserta didik disekolah secara umum dan secara khusus yang terpadu dalam setiap mata pelajaran yang menjadi tanggungjawab masing-masing. Dengan demikian setiap guru sebagai pendidik sebaiknya memahami, menguasai, dan menerapkan kompetensi bidang pembinaan peserta didik.

2.4 Peran serta kepala sekolah dalam manajemen peserta didik

  Keberhasilan program peserta didik yang terdapat dalam kegiatan peserta didik dapat dipengaruhi oleh beberapa factor, diantaranya sumber daya manusia yang tersedia yaitu kepala sekolah yang dapat meumuskan program kegiatan yang sesuai dengan kebutukan sekolah dan mengambil keputusan yang terbaik untuk kemajuan dan keberhasilan pendidikan. Selain itu juga didukung oleh kemampuan dan kreativitas dari guru-guru sebagai pembimbing dan Pembina di lapangan, adanya dana, sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan serta dukungan orang tua untuk memfasilitasi keikutsertaan anak- anaknya dalam kegiatan/program ekstrakurikuler ( Daryanto, 2013:152).

  Peran kepala sekolah dalam memajukan kualitas lembaga pendidikan memiliki andil tersendiri, mengingat kepala sekolah adalah pemegang kebijakan sentral yang mengatur dinamika sebuah lembaga pendidikan. Program dan kegiatan dapat berjalan dengan lancar bila kepala sekolah dapat mengatur struktur dan kewenangan masing-masing sumber daya manusia, mengadakan rapat berkala, menetapkan perencanaan kegiatan satu tahun, melakukan terobosan kegiatan, mengadakan kerjasama dengan pihak luar demi kemajuan sekolah serta melakukan kaderisasi kepemimpinan.

  Mulyasa (2013:44) menyatakan bahwa kebutuhan utama yang harus dipenuhi oleh kepala sekolah adalah bahwa peserta didik harus dapat belajar secara optimal. Proses belajar harus menjadi perhatian utama kepala sekolah, dan segala fasilitas yang ada harus diarahkan pada kegiatan belajar peserta didik, karena melalui proses belajar yang optimal paling tidak peserta didik sudah dapat diberi layanan prima. Layanan prima harus diberikan pada semua peserta didik yang ada, bukan hanya peserta didik yang normal saja, tetapi juga perlu diberikan pada peserta didik yang mempunyai masalah seperti lambat belajar ( slow

  

leaner), karena peserta didik seperti ini harus mendapat

  layanan dan pembelajaran yang agak berbeda. Layanan peserta didik juga harus diarahkan pada tersedianya sarana dan prasarana yang diperlukan oleh peserta didik seperti buku, alat tulis dan alat-alat olahraga. Layanan lainnya menyangkut kesehatan peserta didik terlatih. Perhatian pada peserta didik juga termasuk bagaimana memperhatikan motivasi belajar mereka. Peserta didik yang belajarnya masihmemerlukan motivasi dibimbing dengan menugaskan guru bimbingan dan konseling (Mulyasa, 2013:45).

2.5 Kerangka Berpikir

  Satu-satunya manajemen yang dapat mengelola seluruh sumber daya pendidikan di sekolah khususnya masalah peserta didik adalah manajemen peserta didik. Keberadaan manajemen peserta didik sangat dibutuh- kan oleh lembaga pendidikan/ sekolah/ madrasah karena peserta didik atau siswa merupakan subyek sekaligus obyek dalam proses pemindahan atau transformasi ilmu pengetahuan dan ketrampilan. Kepala sekolah sebagai pimpinan di sekolah menyelenggarakan berbagai program dalam bidang pendidikan, salah satunya adalah dalam bidang kepesertadidikan. Semua kegiatan yang ada di sekolah/madrasah pada akhirnya bertujuan untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya, oleh sebab itu peran kepala sekolah dinilai sangat penting untuk menciptakan situasi dan kondisi lingkungan sekolah agar para peserta didik dapat mengembangkan dirinya secara optimal. Program yang dilakukan melalui penerimaan siswa baru, pembinaan peserta didik, dan pemantapan program peserta didik. Penerimaan peserta didik baru adalah suatu proses pendataan dan pelayanan kepada peserta didik yang baru masuk sekolah, setelah mereka memenuhi persyaratan tertentu yang telah ditetapkan oleh suatu lembaga pendidikan.

Dokumen yang terkait

BAB II LANDASAN TEORI - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Meningkatkan Harga Diri Melalui Bimbingan Kelompok dengan Teknik Diskusi Kelompok Peserta Didik SMP Negeri 2 Patebon Kendal

0 0 22

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Meningkatkan Harga Diri Melalui Bimbingan Kelompok dengan Teknik Diskusi Kelompok Peserta Didik SMP Negeri 2 Patebon Kendal

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Meningkatkan Harga Diri Melalui Bimbingan Kelompok dengan Teknik Diskusi Kelompok Peserta Didik SMP Negeri 2 Patebon Kendal

0 0 78

BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Pengembangan Pengelolaan Laboratorium IPA di SMA Negeri 1 Boja

0 0 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Pengembangan Pengelolaan Laboratorium IPA di SMA Negeri 1 Boja

0 0 39

BAB III METODE PENELITIAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Pengembangan Pengelolaan Laboratorium IPA di SMA Negeri 1 Boja

0 0 9

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Pengembangan Pengelolaan Laboratorium IPA di SMA Negeri 1 Boja

0 0 69

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Pengembangan Pengelolaan Laboratorium IPA di SMA Negeri 1 Boja

0 0 19

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Pengembangan Pengelolaan Laboratorium IPA di SMA Negeri 1 Boja

0 0 203

BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Manajemen Peserta Didik di MTs NU 02 Al Ma’arif Boja Kabupaten Kendal

0 0 12