BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Pengembangan Pengelolaan Laboratorium IPA di SMA Negeri 1 Boja

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Peningkatan mutu masih merupakan prioritas pembangunan pendidikan di Indonesia. Sasarannya adalah perbaikan mutu proses belajar mengajar di kelas dengan berorientasi pada setiap aspek perkembangan siswa. Secara naluriah, siswa menginginkan pengalaman belajar yang konkret, menyenangkan, dan mencakup semua aspek perkembangan dirinya. (Modul Materi Fasilitas Peningkatan Kompetensi Pengelola Laboratorium Biologi SMA/SMK Provinsi Jateng, 2013). Oleh karena itu, sistem pembelajaran yang dipandang efektif adalah pembelajaran yang menekankan pada perencanaan dan pelaksanaan kegiatan ilmiah yang sering disebut sebagai pembelajaran secara inkuiri.

  Dalam pembelajaran inkuiri siswa dilatih untuk mengembangkan keterampilan ilmiah, misalnya mengamati, mengumpulkan data, mengajukan pertanyaan, menyusun hipotesis, merancang eksperimen, maupun menarik kesimpulan. Dengan demikian pembelajaran inkuiri tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan eksperimen. Bidang sains khususnya

  IPA (fisika, kimia dan biologi) sangat cocok untuk diajarkan dengan cara melalui pembelajaran inkuiri. (Modul Materi Fasilitas Peningkatan Kompetensi Pengelola Laboratorium Biologi SMA/SMK Provinsi Jateng, 2013).

  Sesuai dengan karakteristik pembelajaran IPA di sekolah yang mengutamakan kerja ilmiah, sehingga siswa dapat bersikap ilmiah dan selanjutnya konsep yang telah dikuasai akan diterapkan dalam usaha pemenuhan kebutuhan hidup. Tuntutan pembelajaran

  IPA tidak mungkin dapat terpenuhi apabila tidak didukung oleh kemampuan guru dalam menyelenggarakan kegiatan praktikum di laboratorium sebagai kunci keberhasilan pembelajaran IPA. (Modul Pendidikan dan Pelatihan Kepala Laboratorium, 2013).

  Dalam pendidikan IPA kegiatan laboratorium merupakan bagian integral dari kegiatan belajar mengajar. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya peranan kegiatan laboratorium untuk mencapai tujuan pendidikan. Diketahui laboratorium adalah tempat riset ilmiah, eksperimen, pengukuran ataupun pelatihan ilmiah dilakukan. Laboratorium biasanya dibuat untuk memungkinkan dilakukannya kegiatan-kegiatan tersebut secara terkendali (Anonim, 2007). Sementara menurut Emha (2006), laboratorium diartikan sebagai suatu tempat untuk mengadakan percobaan, penyelidikan, dan sebagainya yang berhubungan dengan ilmu fisika, kimia, dan biologi atau bidang ilmu lain.

  Peran penting suatu laboratorium, sebagai sarana belajar mengeksplorasi pengetahuan yang didapatkan melalui kegiatan eksperimen. Laboratorium merupakan sumber belajar yang efektif untuk mencapai kompetensi yang diharapkan bagi siswa. Bahkan sebenarnya laboratorium memiliki multi fungsi untuk tercapainya kompetensi ilmiah bagi siswa. Laboratorium sangat diperlukan untuk mendukung keefektifan pelaksanaan proses pembelajaran dalam hal, yaitu sebagai sarana belajar, sebagai media, serta sekaligus sebagai sumber belajar. Selain itu laboratorium juga dapat didayagunakan secara lebih luas untuk melakukan eksplorasi pengetahuan dan keterampilan siswa melalui kegiatan penelitian. Agar kesinambungan dan daya guna laboratorium dapat dipertahankan, laboratorium perlu dikelola secara baik. (Modul Materi Fasilitas Peningkatan Kompetensi Pengelola Laboratorium Biologi SMA/SMK Provinsi Jateng, 2013)

  Henry Fayol (dalam Salirawati, 2009) menyatakan bahwa pengelolaan laboratorium hendaknya dijalankan berkaitan dengan unsur atau fungsi-fungsi manajer, yakni perencanaan, pengorganisasian, pemberian komando, pengkoordinasian, dan pengendalian. Menurut Luther M. Gullick (dalam Rosbiono, 2004:24) menyatakan fungsi-fungsi manajemen yang penting adalah perencanaan, pengorganisasian, pengadaan tenaga kerja, pemberian bimbingan, pengkoordinasian, pelaporan, dan penganggaran. Sementara menurut Terry (dalam Salirawati, 2009) yang mengemukakan fungsi manajemen menjadi empat, yaitu Planning,

  

Organizing, Actuating, dan Controlling (disingkat POAC).

  Dalam konteks pengelolaan laboratorium meliputi aspek: 1) perencanaan, 2) penataan, 3) pengadministrasian, dan 4) pengamanan, perawatan, dan pengawasan.

  Salah satu bagian dari pengelolaan laboratorium ini adalah staf atau personal laboratorium. Menurut Wirjosoemarto, dkk (2004: 46-47) tentang struktur organisasi dan pengelolaan laboratorium adalah meliputi 1) personal laboratorium mempunyai tanggung jawab terhadap efektifitas dan efesiensi laboratorium termasuk fasilitas, 2) alat-alat dan bahan-bahan praktikum. Pada sekolah menengah, biasanya laboratorium dikelola oleh seorang penanggung jawab laboratorium yang diangkat dari salah seorang guru. Hal ini sesuai Permendiknas No. 26 tahun 2008, kepala laboratorium/bengkel Sekolah/Madarasah adalah guru yang berkualifikasi pendidikan minimal sarjana (S1) dan telah berpengalaman minimal 3 tahun sebagai pengelola praktikum serta memiliki sertifikat kepala laboratorium sekolah/Madrasah dari perguruan tinggi atau lembaga lain yang ditetapkan oleh pemerintah.

  Dilihat dari fungsinya, laboratorium menjadi tempat untuk mendalami konsep, mengembangkan metode pembelajaran, memperkaya pengetahuan dan keterampilan, serta untuk belajar memahami karakteristik alam dan lingkungan melalui optimalisasi keterampilan proses serta mengembangkan sikap ilmiah maka laboratorium sangat diperlukan dalam pembentukan sikap ilmiah siswa.

  Dalam kenyataannya, berdasarkan hasil pemantauan Direktorat Pendidikan Menengah Umum dan Inspektorat Jendral diperoleh informasi bahwa masih banyak laboratorium sekolah yang belum dimanfaatkan sebagaimana mestinya, bahkan pengelolaan dan pemanfaatannya sebagai sumber belajar belum optimal atau ada yang belum digunakan sama sekali dan masih banyak sekolah yang memiliki keterbatasan fasisilitas laboratorium, sehingga hal ini menjadi kendala dalam pelaksanaan praktikum di sekolah (Anonim, 2003). Tak sedikit sekolah yang memiliki laboratorium lengkap, tetapi tidak digunakan dengan maksimal. Berbagai hal menjadi kendalanya, antara lain pengadaan alat dan bahan terutama di sekolah negeri biasanya dilakukan melalui kiriman dari pemerintah, kurang berfungsinya laboran secara optimal, bahkan tidak adanya petugas laboratorium (laboran) yang berfungsi untuk mengelola laboratorium sekolah.

  Kurangnya perhatian pengelolaan laboratorium, baik pemenuhan alat dan bahan praktik menyebabkan minimnya pengetahuan siswa tentang pelajaran yang diterima dalam kelas. Siswa hanya sebatas mengetahui teori, tanpa mengerti praktek secara ilmiah. Pada dasarnya pengelolaan laboratorium merupakan tanggung jawab bersama baik pengelola maupun pengguna. Oleh karena itu, setiap orang yang terlibat harus memiliki kesadaran dan merasa terpanggil untuk mengatur, memelihara, dan mengusahakan keselamatan kerja. Mengatur dan memelihara laboratorium merupakan upaya agar laboratorium selalu tetap berfungsi sebagaimana mestinya sehingga diperlukan usaha dari pihak terkait untuk memberdayakan dan mengaktifkan kembali fungsi laboratorium secara optimal di sekolah-sekolah demi meningkatkan mutu pendidikan. Keadaan tersebut juga dialami oleh SMA Negeri 1 Boja, yang terletak di Jalan Raya Bebengan No. 203 D Boja Kabupaten Kendal. Berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan Kepala SMA Negeri 1 Boja dan beberapa guru IPA, diperoleh informasi bahwa, belum lengkapnya Prosedur Operasional Standar (POS), belum tertatanya inventaris alat dan bahan laboratorium, serta alat dan bahan praktikum belum mencukupi, sehingga hal tersebut berdampak diantaranya: a) Pengelolaan laboratorium meliputi penyimpanan dan pemeliharaan alat serta keselamatan kerja di laboratorium belum dilaksanakan secara baik, b) terjadinya kerusakan alat-alat laboratorium dan bahan praktikum, c) tidak cukupnya/terbatasnya alat-alat dan bahan mengakibatkan tidak setiap siswa mendapat kesempatan belajar untuk mengadakan eksperimen, d) Fungsi laboratorium IPA dalam kegiatan yang bersifat ilmiah belum dimanfaatkan sebagaimana mestinya, e) Pemanfaatan laboratorium IPA (fisika, kimia, biologi) meliputi pemanfaatan penggunaan ruang laboratorium dan pemanfaatan alat-alat laboratorium belum optimal.

  Berdasarkan hasil wawancara terhadap guru IPA, sesuai dengan analisis silabus pada dasarnya kegiatan laboratorium setiap semester seharusnya lima hingga enam kali. Sedangkan pelaksanaannya guru mapel IPA hanya menggunakan tiga sampai empat kali untuk setiap satu semester. Dari sini diketahui bahwa penggunaan laboratorium belum dimanfaatkan secara optimal. Sesungguhnya pihak SMA Negeri 1 Boja telah melakukan berbagai upaya dalam pengelolaan laboratorium IPA seperti (1) Melibatkan Stakeholder yang terkait dalam penyusunan renstra laboratorium; (2) pengadaan sarana dan prasarana laboratorium; (3) perbaikan fasilitas laboratorium; (4) kerja sama dengan instansi pendidikan lain; dan (5) peningkatan kemampuan pengelola laboratorium. Upaya-upaya yang dilakukan oleh pihak SMA Negeri 1 Boja tersebut merupakan bukti besarnya perhatian pihak lembaga terhadap aspek pengelolaan laboratorium IPA sebagai salah satu skala prioritas bagi pencapaian tujuan pendidikan nasional.

  Meskipun sudah dilakukan beberapa upaya, namun masih belum optimal dan banyak persoalan yang harus segera diselesaikan untuk mewujudkan pengelolaan laboratorium IPA yang lebih baik di Kawedanan Boja atau bahkan di lingkup Kabupaten Kendal dan sekitarnya. Melihat data-data di atas, maka bisa dikatakan bahwa SMA Negeri 1 Boja perlu strategi alternatif pengembangan pengelolaan laboratorium IPA untuk meningkatkan mutu pendidikan. Guna meningkatkan pengelolaan laboratorium IPA yang baik ditentukan oleh aspek perencanaan, penataan, pengadministrasian, pemeliharaan, perawatan dan keselamatan kerja, serta pengawasan yang ada pada laboratorium

  IPA tersebut, dengan melakukan perbaikan secara berkesinambungan. Pengembangan pengelolaan laboratorium IPA memerlukan strategi yang tepat yang tertuang dalam rencana strategis (Renstra). Beberapa penelitian yang berkaitan dengan pengelolaan laboratorium oleh Rina Widi Astuti (2010) yang dilakukan di SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 2 Kabupaten Blora, Dewi Indrayani (2010) yang dilakukan di SMA Negeri Se-Kabupaten Blora Agus Mianta tentang Pengaruh Kompetensi Pengelola Terhadap Efektivitas Manajemen Laboratorium IPA di Kota Yogyakarta, Nur Raina Novianti (2011) yang dilakukan di SMP Negeri dan Swasta di Kabupaten Kuningan Jawa Barat, dan I Nyoman Mastika, dkk. (2014) yang dilakukan di SMA Negeri Kota Denpasar. Sementara penelitian yang berkaitan dengan pengelolaan laboratorium berdasarkan analisis SWOT oleh Mulyono (2006) yang dilakukan di Klinik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.

  1.2 Rumusan Masalah

  Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut.

  1. Apa saja yang menjadi faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam pengembangan pengelolaan laboratorium IPA di SMA Negeri 1 Boja? 2. Strategi apa saja yang perlu dilakukan untuk pengembangan pengelolaan laboratorium IPA di

  SMA Negeri 1 Boja?

  1.3 Tujuan Penelitan Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

  1. faktor-faktor kekuatan, Mendiskripsikan kelemahan, peluang dan ancaman dalam pengembangan pengelolaan laboratorium IPA di SMA Negeri 1 Boja.

  2. Menyusun strategi pengembangan pengelolaan laboratorium IPA di SMA Negeri 1 Boja dalam bentuk draf.

1.4 Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

  Secara teoritis dapat memberikan masukan berupa strategi pengembangan pengelolaan laboratorium IPA, khususnya strategi pengembangan pengelolaan laboratorium IPA berdasarkan analisis SWOT.

2. Manfaat Praktis

  Secara praktis penelitian ini bermanfaat bagi pihak sekolah dalam memberikan alternatif strategi pengembangan pengelolaan laboratorium IPA di SMA Negeri 1 Boja berdasarkan analisis SWOT.

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Meningkatkan Self Efficacy (Efikasi Diri) Siswa yang Rendah di Kelas XI IPS SMAN I Kendal Melalui Layanan Konseling Kelompok Behavioral

0 2 104

Bab II Kajian Teori - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Manajemen Sarana Prasarana Di SMP Negeri 1 Limbangan Kabupaten Kendal Tahun 2014/2015

0 0 24

Bab III Metode Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Manajemen Sarana Prasarana Di SMP Negeri 1 Limbangan Kabupaten Kendal Tahun 2014/2015

0 0 14

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Manajemen Sarana Prasarana Di SMP Negeri 1 Limbangan Kabupaten Kendal Tahun 2014/2015

0 0 38

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Manajemen Sarana Prasarana Di SMP Negeri 1 Limbangan Kabupaten Kendal Tahun 2014/2015

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Manajemen Sarana Prasarana Di SMP Negeri 1 Limbangan Kabupaten Kendal Tahun 2014/2015

0 0 33

BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Meningkatkan Harga Diri Melalui Bimbingan Kelompok dengan Teknik Diskusi Kelompok Peserta Didik SMP Negeri 2 Patebon Kendal

0 0 8

BAB II LANDASAN TEORI - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Meningkatkan Harga Diri Melalui Bimbingan Kelompok dengan Teknik Diskusi Kelompok Peserta Didik SMP Negeri 2 Patebon Kendal

0 0 22

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Meningkatkan Harga Diri Melalui Bimbingan Kelompok dengan Teknik Diskusi Kelompok Peserta Didik SMP Negeri 2 Patebon Kendal

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Meningkatkan Harga Diri Melalui Bimbingan Kelompok dengan Teknik Diskusi Kelompok Peserta Didik SMP Negeri 2 Patebon Kendal

0 0 78