IMPLEMENTASI TAX PLANNING PAJAK PENGHASI
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 10 (2013)
IMPLEMENTASI TAX PLANNING PAJAK PENGHASILAN BADAN
PT. INDOJAYA MANDIRI
Nurul Ifadhoh
[email protected]
Lailatul Amanah
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya
ABSTRACT
The tax payers has full responsibility for counting, depositing and reporting by themselves the amount of tax payable
and tax liability. This research is meant to analyze maximisation of tax saving. The effort for tax saving is often done
by tax payer which is known as tax planning. Descriptive research is applied by the researcher in order to discuss the
implementation of tax planning at PT Indojaya Mandiri. The taking of company’s internal data is performed by the
researcher as a support for the validity of this thesis. The implementation of tax planning as management instrument
in income tax saving is carried out in various ways which do not violate the prevailing tax provisions. The
implementation of tax planning which is performed by the PT Indojaya Mandiri has not maximize yet. By
implementing tax planning there is a corporate income tax saving as much as Rp 26,627,299. Therefore, a company
will be avoided from tax waste and will be able to fulfill their tax liability when they implement proper tax planning.
Keywords: Tax Planning, Tax Saving, Income Tax.
ABSTRAK
Wajib pajak mempunyai tanggung jawab penuh untuk menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri
jumlah pajak yang terutang dan jumlah kewajiban perpajakannya. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis maximalisasi Tax saving. Upaya untuk penghematan pajak sering dilakukan oleh Wajib
pajak yang disebut dengan Tax Planning. Jenis penelitian deskriptif yang diambil peneliti untuk
membahas penerapan Tax Planning di PT. Indojaya Mandiri. Pengambilan data internal perusahaan
sebagai penunjang untuk keabsahan skripsi ini. Penerapan Tax Planning sebagai alat manajemen untuk
penghematan pajak penghasilan dilakukan dengan berbagai cara yang tidak melanggar ketentuan
perpajakan yang berlaku. Penerapan Tax Planning yang dilakukan oleh PT. Indojaya Mandiri masih
belum maksimal. Dengan penerapan Tax Planning terdapat penghematan pajak penghasilan badan
sebesar Rp.26.627.299. sehingga menerapkan Tax Planning yang baik maka perusahaan akan terhindar
dari pemborosan pajak dan tetap memenuhi kewajiban perpajakannya.
Kata Kunci: Tax Planning, penghematan pajak, Pajak penghasilan
PENDAHULUAN
Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara. Negara menerapkan sistem pajak
Self Assessment, dimana setiap Wajib Pajak diberikan kepercayaan untuk mendaftarkan diri,
menghitung hutang pajaknya sendiri, dan melaporkan hasil perhitungan pajaknya ke Kantor
Pelayanan Pajak. Dalam hal ini Wajib Pajak dianggap paling tahu mengenai besarnya pajak
terutang karena Wajib Pajak tentu lebih memahami penghasilannya sendiri. Pada Pasal 12 ayat
(1) UU KUP yang menyebutkan, “Setiap Wajib Pajak wajib membayar pajak yang terutang
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, dengan tidak
menggantungkan pada adanya surat ketetapan pajak”, dan Pasal 12 ayat (2) yang menyebutkan,
“Jumlah Pajak yang terutang menurut Surat Pemberitahuan yang disampaikan oleh Wajib Pajak
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 10 (2013)
2
adalah jumlah pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”.
Sehingga aparat pajak hanya mengawasi saja, melakukan pelayanan, dan penyuluhan kepada
Wajib Pajak. yang bertujuan untuk melindungi dan mengurangi kesenjangan yang ada di
masyarakat.
Pada dasarnya pajak merupakan hak dan kewajiban wajib pajak untuk mematuhinya,
namun para pengusaha dan hampir seluruh wajib pajak berasumsi membayar pajak itu
mengurangi aset yang mereka miliki, oleh karena itu banyak manajemen suatu perusahan
melakukan tindakan-tindakan terhadap kondisi keuangan pada laporan keuangan diolah
sedemikian rupa agar hasil dari rekayasa laporan keuangan memberikan dampak terhadap
perpajakan supaya perusahaan membayar pajak serendah-rendahnya. Tidak terlepas dengan
hal ini banyak perusahaan melakukan kecurangan tehadap undang-undang perpajakan baik
disengaja atau tidak. Dalam peraturan perpajakan apabila diketahui seorang wajib pajak baik
orang pribadi atau badan apabila terbukti melakukan kecurangan terkait dengan pajak maka
sanksi tegas akan dikenakan terhadap wajib pajak tersebut. Yang tentunya akan membawa
suatu kerugian yang cukup signifikan terhadap aset ekonomis wajib pajak baik pribadi atau
badan. Rekayasa perpajakan sebenarnya bisa dilakukan dengan tanpa melanggar undangundang perpajakan yaitu dengan melakukan tax planning yang tentunya wajib pajak pribadi
atau badan harus mengetahui tentang detail suatu undang-undang terkait dengan perpajakan
sesuai dengan usaha wajib pajak pribadi atau badan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi perencanaan pajak (tax planning)
pada PT. Indojaya Mandiri sehingga dapat meminimalkan pajak penghasilan badan yang
dilakukan secara legal agar tidak merugikan negara dan menguntungkan bagi perusahaan.
TINJAUAN TEORETIS DAN SATUAN KAJIAN
Pajak
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat
dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat
ditujukan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum(Resmi, 2008:1),
sedangkan(waluyo, 2010:3) menjelaskan pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang
melalui norma-norma umum dan yang dapat dipaksakannya, tanpa adanya kontraprestasi yang
dapat ditujukan dalam hal yang individual, dimaksudkan untuk membiayai pengeluaran
pemerintah.
Bantuan, baik secara langsung maupun tidak yang dipaksakan oleh kekuasaan publik dari
penduduk atau barang untuk menutup belanja pemerintah merupakan definisi pajak(Purwono,
2010:6), selanjutnya(Priantara, 2012:2) menjelaskan pajak adalah adanya aliran dari sektor privat
ke sektor publik secara dipaksakan yang dipungut berdasarkan keuntungan ekonomi tertentu
dari nilai setara dalam rangka pemenuhan kebutuhan negara dan objek-objek sosial.
Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri yang melekat pada
pengertian pajak, adalah :
1. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan pelaksanaannya yang sifatnya
dapat dipaksakan
2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh
pemerintah
3. Pemungutan pajak mengisyaratkan adanya (sumber daya) dari sektor swasta ke sektor
negara
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 10 (2013)
3
4. Pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran umum sehubungan dengan pengeluaran
pemerintah
Fungsi Pajak
Menurut Waluyo (2011:6) pajak yang dipungut pemerintah memiliki 2 fungsi, antara lain :
1. Fungsi penerimaan (Budgeter)Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan
bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah.
Contoh : dinasukkannya pajak dalam APBN sebagai penerimaan dalam negeri
2. Fungsi Mengatur (Reguler) Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan
kebijakan di bidang sosial dan ekonomi.
Contoh : dikenakan pajak yang lebih tinggi terhadap minuman keras, dapat ditekan.
Asas-asas Pemungutan Pajak
Waluyo (2011:13) menjelaskan bahwa untuk mencapai tujuan pemungutan pajak perlu
memegang teguh asas-asas pemungutan dalam memilih alternatif pemungutannya, sehingga
terdapat keserasian pemungutan pajak dengan tujuan dan asas yang masih diperlukan lagi
yaitu pemahaman atas perlakuan pajak tertentu.
Terdapat tiga asas yang digunakan untuk memungut pajak dalam pajak penghasilan, adalah
sebagai berikut :
1. Asas Tempat
2. Asas Kebangsaan
3. Asas Sumber
Pengelompokan Pajak
Menurut Waluyo (2011:14) Pajak dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok, adalah
sebagai berikut :
1. Menurut Golongannya: a. Pajak Langsung, adalah pajak yang pembebanannya tidak dapat
dilimpahkan pihak lain, tetapi harus menjadi beban langsung Wajib Pajak yang
bersangkutan. Contoh : Pajak Penghasilan (PPh). b. Pajak Tidak Langsung, adalah pajak yang
pembebanannya dapat dilimpahkan kepada pihak lain.Contoh : Pajak Pertambahan Nilai
(PPN)
2. Menurut sifatnya: a. Pajak Subjektif, adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada
subjeknya yang selanjutnya dicari syarat objektifnya, dalam arti memperhatikan keadaan
dari Wajib Pajak.Contoh : Pajak Penghasilan (PPh). b. Pajak Objektif, adalah pajak yang
berpangkal atau berdasarkan pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri Wajib
Pajak.Contoh : Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
3. Menurut Lembaga Pemungutannya:a. Pajak Pusat, adalah pajak yang dipungut oleh
pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara.Contoh : Pajak
Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Bumi
dan Bangunan, dan Bea Materai. b. Pajak daerah, adalah pajak yang dipungut oleh
pemerintahan daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.
Pajak Daerah terdiri atas : 1. Pajak propinsi, contoh : Pajak Kendaraan Bermotor dan Pajak
Bahan Bakar Kendaraan Bermotor. 2. Pajak Kabupaten/Kota, contoh : Pajak Hotel, Pajak
Restoran, dan Pajak Hiburan.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 10 (2013)
4
Sistem Pemungutan Pajak
Waluyo (2011:17) mengungkapkan bahwa Pada saat pajak terutang akan dipungut,
terdapat 3 sistem pemungutan pajak yang akan digunakan oleh Wajib Pajak, yaitu:
a.Sistem Official Assessment
b.Sistem Self Assessment
c.Sistem Withholding
Tarif Pajak
Menurut Priantara (2012:14) menyatakan struktur tarif yang berhubungan dengan pola
persentase tarif pajak dikenal 4 (empat) macam tarif, adalah sebagai berikut :
1. Tarif Pajak Tetap
2. Tarif proporsional
3. Tarif degresif
Tabel 1
Tarif Degresif
No
Dasar Pengenaan Pajak
Tarif Pajak
1
s.d Rp 50.000.000
30%
2
>Rp 50.000.000 s.d Rp 200.000.000
20%
3
>Rp 200.000.000 s.d Rp 500.000.000
10%
4
>Rp 500.000.000
5%
Sumber : Priantara (20012:14)
4. Tarif progresif
Tarif progresif terdapat 3 jenis, antara lain :
a. Tarif progresif – proporsional
b. Tarif progresif – progresif:
c. Tarif progresif – degresif
Tarif pajak yang digunakan sebagai tarif pemotongan atas penghasilan yang terutang Pajak
Penghasilan Pasal 21 yaitu tarif sebagaimana diatur dalam Pasal 17 ayat (1) Undang-undang
pajak penghasilan, kecuali ditetapkan lain dengan peraturan pemerintah, misalnya: besar tarif PPh
pasal 21 yang ditetapkan terhadap Wajib Pajak yang tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP) menjadi lebih tinggi 20% daripada tarif yang ditetapkan terhadap Wajib Pajak yang
dapat menunjukkan NPWP. Kepemilikan NPWP dapat dibuktikan dengan cara menunjukkan
kartu NPWP.
Subjek Pajak
Priantara (2012:179) mengemukakan bahwa pajak penghasilan jenis pajak subjektif,
dimana dalam pengenaan pajaknya harus dilihat terlebih dahulu subjeknya baru kemudian
melihat objeknya. Menurut Undang-undang PPh tidak semua orang atau badan yang
berkedudukan di Indonesia dikenakan pajak walaupun menerima atau memperoleh
penghasilan yang merupakan objek pajak.
Pasal 1 Undang-undang PPh menyebutkan bahwa PPh dikenakan terhadap subjek pajak
atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak atau bagian tahun pajak.
Pasal 2 ayat (1) menyebutkan bahwa yang menjadi subjek pajak adalah :
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 10 (2013)
5
a. Orang Pribadi;
b. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak;
c. Badan;
Wajib Pajak
Wajib pajak menurut pasal 1 undang-undang nomor 28 tahu 2007 tentang perubahan
ketiga undang-undang nomor 6 tahun 1983 tentang ketentuan umum dan tatacara perpajakan,
Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan
pemungut pajak yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
Tabel 2
Perbedaan wajib pajak dalam negeri dan luar negeri
Wajib pajak Dalam Negeri
Bertempat tinggal/berada di
Indonesia >183 hari dalam
waktu 12 bulan, berniat tinggal
di Indonesia
Badan yang
didirikan/berkedudukan di
Indonesia
Wajib Pajak Luar Negeri
Tidak bertempat tinggal/berada di Indonesia
IMPLEMENTASI TAX PLANNING PAJAK PENGHASILAN BADAN
PT. INDOJAYA MANDIRI
Nurul Ifadhoh
[email protected]
Lailatul Amanah
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya
ABSTRACT
The tax payers has full responsibility for counting, depositing and reporting by themselves the amount of tax payable
and tax liability. This research is meant to analyze maximisation of tax saving. The effort for tax saving is often done
by tax payer which is known as tax planning. Descriptive research is applied by the researcher in order to discuss the
implementation of tax planning at PT Indojaya Mandiri. The taking of company’s internal data is performed by the
researcher as a support for the validity of this thesis. The implementation of tax planning as management instrument
in income tax saving is carried out in various ways which do not violate the prevailing tax provisions. The
implementation of tax planning which is performed by the PT Indojaya Mandiri has not maximize yet. By
implementing tax planning there is a corporate income tax saving as much as Rp 26,627,299. Therefore, a company
will be avoided from tax waste and will be able to fulfill their tax liability when they implement proper tax planning.
Keywords: Tax Planning, Tax Saving, Income Tax.
ABSTRAK
Wajib pajak mempunyai tanggung jawab penuh untuk menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri
jumlah pajak yang terutang dan jumlah kewajiban perpajakannya. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis maximalisasi Tax saving. Upaya untuk penghematan pajak sering dilakukan oleh Wajib
pajak yang disebut dengan Tax Planning. Jenis penelitian deskriptif yang diambil peneliti untuk
membahas penerapan Tax Planning di PT. Indojaya Mandiri. Pengambilan data internal perusahaan
sebagai penunjang untuk keabsahan skripsi ini. Penerapan Tax Planning sebagai alat manajemen untuk
penghematan pajak penghasilan dilakukan dengan berbagai cara yang tidak melanggar ketentuan
perpajakan yang berlaku. Penerapan Tax Planning yang dilakukan oleh PT. Indojaya Mandiri masih
belum maksimal. Dengan penerapan Tax Planning terdapat penghematan pajak penghasilan badan
sebesar Rp.26.627.299. sehingga menerapkan Tax Planning yang baik maka perusahaan akan terhindar
dari pemborosan pajak dan tetap memenuhi kewajiban perpajakannya.
Kata Kunci: Tax Planning, penghematan pajak, Pajak penghasilan
PENDAHULUAN
Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara. Negara menerapkan sistem pajak
Self Assessment, dimana setiap Wajib Pajak diberikan kepercayaan untuk mendaftarkan diri,
menghitung hutang pajaknya sendiri, dan melaporkan hasil perhitungan pajaknya ke Kantor
Pelayanan Pajak. Dalam hal ini Wajib Pajak dianggap paling tahu mengenai besarnya pajak
terutang karena Wajib Pajak tentu lebih memahami penghasilannya sendiri. Pada Pasal 12 ayat
(1) UU KUP yang menyebutkan, “Setiap Wajib Pajak wajib membayar pajak yang terutang
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, dengan tidak
menggantungkan pada adanya surat ketetapan pajak”, dan Pasal 12 ayat (2) yang menyebutkan,
“Jumlah Pajak yang terutang menurut Surat Pemberitahuan yang disampaikan oleh Wajib Pajak
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 10 (2013)
2
adalah jumlah pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”.
Sehingga aparat pajak hanya mengawasi saja, melakukan pelayanan, dan penyuluhan kepada
Wajib Pajak. yang bertujuan untuk melindungi dan mengurangi kesenjangan yang ada di
masyarakat.
Pada dasarnya pajak merupakan hak dan kewajiban wajib pajak untuk mematuhinya,
namun para pengusaha dan hampir seluruh wajib pajak berasumsi membayar pajak itu
mengurangi aset yang mereka miliki, oleh karena itu banyak manajemen suatu perusahan
melakukan tindakan-tindakan terhadap kondisi keuangan pada laporan keuangan diolah
sedemikian rupa agar hasil dari rekayasa laporan keuangan memberikan dampak terhadap
perpajakan supaya perusahaan membayar pajak serendah-rendahnya. Tidak terlepas dengan
hal ini banyak perusahaan melakukan kecurangan tehadap undang-undang perpajakan baik
disengaja atau tidak. Dalam peraturan perpajakan apabila diketahui seorang wajib pajak baik
orang pribadi atau badan apabila terbukti melakukan kecurangan terkait dengan pajak maka
sanksi tegas akan dikenakan terhadap wajib pajak tersebut. Yang tentunya akan membawa
suatu kerugian yang cukup signifikan terhadap aset ekonomis wajib pajak baik pribadi atau
badan. Rekayasa perpajakan sebenarnya bisa dilakukan dengan tanpa melanggar undangundang perpajakan yaitu dengan melakukan tax planning yang tentunya wajib pajak pribadi
atau badan harus mengetahui tentang detail suatu undang-undang terkait dengan perpajakan
sesuai dengan usaha wajib pajak pribadi atau badan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi perencanaan pajak (tax planning)
pada PT. Indojaya Mandiri sehingga dapat meminimalkan pajak penghasilan badan yang
dilakukan secara legal agar tidak merugikan negara dan menguntungkan bagi perusahaan.
TINJAUAN TEORETIS DAN SATUAN KAJIAN
Pajak
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat
dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat
ditujukan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum(Resmi, 2008:1),
sedangkan(waluyo, 2010:3) menjelaskan pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang
melalui norma-norma umum dan yang dapat dipaksakannya, tanpa adanya kontraprestasi yang
dapat ditujukan dalam hal yang individual, dimaksudkan untuk membiayai pengeluaran
pemerintah.
Bantuan, baik secara langsung maupun tidak yang dipaksakan oleh kekuasaan publik dari
penduduk atau barang untuk menutup belanja pemerintah merupakan definisi pajak(Purwono,
2010:6), selanjutnya(Priantara, 2012:2) menjelaskan pajak adalah adanya aliran dari sektor privat
ke sektor publik secara dipaksakan yang dipungut berdasarkan keuntungan ekonomi tertentu
dari nilai setara dalam rangka pemenuhan kebutuhan negara dan objek-objek sosial.
Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri yang melekat pada
pengertian pajak, adalah :
1. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan pelaksanaannya yang sifatnya
dapat dipaksakan
2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh
pemerintah
3. Pemungutan pajak mengisyaratkan adanya (sumber daya) dari sektor swasta ke sektor
negara
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 10 (2013)
3
4. Pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran umum sehubungan dengan pengeluaran
pemerintah
Fungsi Pajak
Menurut Waluyo (2011:6) pajak yang dipungut pemerintah memiliki 2 fungsi, antara lain :
1. Fungsi penerimaan (Budgeter)Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan
bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah.
Contoh : dinasukkannya pajak dalam APBN sebagai penerimaan dalam negeri
2. Fungsi Mengatur (Reguler) Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan
kebijakan di bidang sosial dan ekonomi.
Contoh : dikenakan pajak yang lebih tinggi terhadap minuman keras, dapat ditekan.
Asas-asas Pemungutan Pajak
Waluyo (2011:13) menjelaskan bahwa untuk mencapai tujuan pemungutan pajak perlu
memegang teguh asas-asas pemungutan dalam memilih alternatif pemungutannya, sehingga
terdapat keserasian pemungutan pajak dengan tujuan dan asas yang masih diperlukan lagi
yaitu pemahaman atas perlakuan pajak tertentu.
Terdapat tiga asas yang digunakan untuk memungut pajak dalam pajak penghasilan, adalah
sebagai berikut :
1. Asas Tempat
2. Asas Kebangsaan
3. Asas Sumber
Pengelompokan Pajak
Menurut Waluyo (2011:14) Pajak dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok, adalah
sebagai berikut :
1. Menurut Golongannya: a. Pajak Langsung, adalah pajak yang pembebanannya tidak dapat
dilimpahkan pihak lain, tetapi harus menjadi beban langsung Wajib Pajak yang
bersangkutan. Contoh : Pajak Penghasilan (PPh). b. Pajak Tidak Langsung, adalah pajak yang
pembebanannya dapat dilimpahkan kepada pihak lain.Contoh : Pajak Pertambahan Nilai
(PPN)
2. Menurut sifatnya: a. Pajak Subjektif, adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada
subjeknya yang selanjutnya dicari syarat objektifnya, dalam arti memperhatikan keadaan
dari Wajib Pajak.Contoh : Pajak Penghasilan (PPh). b. Pajak Objektif, adalah pajak yang
berpangkal atau berdasarkan pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri Wajib
Pajak.Contoh : Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
3. Menurut Lembaga Pemungutannya:a. Pajak Pusat, adalah pajak yang dipungut oleh
pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara.Contoh : Pajak
Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Bumi
dan Bangunan, dan Bea Materai. b. Pajak daerah, adalah pajak yang dipungut oleh
pemerintahan daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.
Pajak Daerah terdiri atas : 1. Pajak propinsi, contoh : Pajak Kendaraan Bermotor dan Pajak
Bahan Bakar Kendaraan Bermotor. 2. Pajak Kabupaten/Kota, contoh : Pajak Hotel, Pajak
Restoran, dan Pajak Hiburan.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 10 (2013)
4
Sistem Pemungutan Pajak
Waluyo (2011:17) mengungkapkan bahwa Pada saat pajak terutang akan dipungut,
terdapat 3 sistem pemungutan pajak yang akan digunakan oleh Wajib Pajak, yaitu:
a.Sistem Official Assessment
b.Sistem Self Assessment
c.Sistem Withholding
Tarif Pajak
Menurut Priantara (2012:14) menyatakan struktur tarif yang berhubungan dengan pola
persentase tarif pajak dikenal 4 (empat) macam tarif, adalah sebagai berikut :
1. Tarif Pajak Tetap
2. Tarif proporsional
3. Tarif degresif
Tabel 1
Tarif Degresif
No
Dasar Pengenaan Pajak
Tarif Pajak
1
s.d Rp 50.000.000
30%
2
>Rp 50.000.000 s.d Rp 200.000.000
20%
3
>Rp 200.000.000 s.d Rp 500.000.000
10%
4
>Rp 500.000.000
5%
Sumber : Priantara (20012:14)
4. Tarif progresif
Tarif progresif terdapat 3 jenis, antara lain :
a. Tarif progresif – proporsional
b. Tarif progresif – progresif:
c. Tarif progresif – degresif
Tarif pajak yang digunakan sebagai tarif pemotongan atas penghasilan yang terutang Pajak
Penghasilan Pasal 21 yaitu tarif sebagaimana diatur dalam Pasal 17 ayat (1) Undang-undang
pajak penghasilan, kecuali ditetapkan lain dengan peraturan pemerintah, misalnya: besar tarif PPh
pasal 21 yang ditetapkan terhadap Wajib Pajak yang tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP) menjadi lebih tinggi 20% daripada tarif yang ditetapkan terhadap Wajib Pajak yang
dapat menunjukkan NPWP. Kepemilikan NPWP dapat dibuktikan dengan cara menunjukkan
kartu NPWP.
Subjek Pajak
Priantara (2012:179) mengemukakan bahwa pajak penghasilan jenis pajak subjektif,
dimana dalam pengenaan pajaknya harus dilihat terlebih dahulu subjeknya baru kemudian
melihat objeknya. Menurut Undang-undang PPh tidak semua orang atau badan yang
berkedudukan di Indonesia dikenakan pajak walaupun menerima atau memperoleh
penghasilan yang merupakan objek pajak.
Pasal 1 Undang-undang PPh menyebutkan bahwa PPh dikenakan terhadap subjek pajak
atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak atau bagian tahun pajak.
Pasal 2 ayat (1) menyebutkan bahwa yang menjadi subjek pajak adalah :
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 10 (2013)
5
a. Orang Pribadi;
b. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak;
c. Badan;
Wajib Pajak
Wajib pajak menurut pasal 1 undang-undang nomor 28 tahu 2007 tentang perubahan
ketiga undang-undang nomor 6 tahun 1983 tentang ketentuan umum dan tatacara perpajakan,
Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan
pemungut pajak yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
Tabel 2
Perbedaan wajib pajak dalam negeri dan luar negeri
Wajib pajak Dalam Negeri
Bertempat tinggal/berada di
Indonesia >183 hari dalam
waktu 12 bulan, berniat tinggal
di Indonesia
Badan yang
didirikan/berkedudukan di
Indonesia
Wajib Pajak Luar Negeri
Tidak bertempat tinggal/berada di Indonesia