PENDAHULUAN Latar Belakang - Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumen Dalam Mengkonsumsi Minyak Goreng Bermerek Di Kota Medan (Studi Kasus: Kecamatan Medan Deli)
PENDAHULUAN Latar Belakang
Di Indonesia hampir semua bahan makanan digoreng, bahkan daging yang kandungan lemaknya tinggi saja pun digoreng. Di Indonesia sejak zaman dulu kelapa melimpah sehingga semua makanan digoreng, demikian juga sekarang produksi minyak sawit melimpah, sehingga kebiasaan menggoreng makanan terus berlanjut. Minyak goreng adalah minyak yang berasal daritumbuhan atau hewan yang dimurnikan dan berbentuk cair dalam suhu kamar dan biasanya digunakan untuk menggoreng makanan. Minyak goreng dari tumbuhan biasanya dihasilkan dari tanaman sepertiji-bijian, kacang-kacangan, jagung, dan kedelai (Anonimus, 2013). Di Indonesia sendiri minyak goreng yang paling banyak digunakan adalah minyak goreng yang bahan bakunya dari kelapa sawit. Minyak goreng yang terbuat dari bahan kelapa sawit ini sangat ideal karena dari segi harga dan ketersediaannya, selain itu Indonesia sendiri adalah salah satu negara penghasil kelapa sawit yang terbesar. Minyak goreng kelapa sawit ini terbagi ke dalam dua segmen, yaitu minyak goreng curah dan minyak goreng bermerek. Minyak goreng curah dan minyak goreng bermerek adalah sama-sama hasil dari proses industri. Namun, berbeda dari kualitas dan prosesnya. Untuk minyak goreng curah penyaringannya hanya dilakukan satu kali penyaringan, berwarna kuning keruh dan didistribusikan dalam bentuk non kemasan. Sedangkan minyak goreng bermerek 2-4 kali proses penyaringan, minyak yang jernih dan dikemas dengan merek tertentu (Anonimus. 2012).
Dalam penggunaannya, minyak goreng bermerek jauh lebih baik ketimbang minyak goreng curah. Minyak goreng curah sebenarnya juga sudah layak digunakan tetapi kurang bersih, kurang higienis. Hal ini bisa dilihat pada minyak yang bau tengik dan warnanya kurang bersih. Pada minyak goreng kemasan proses pemurniannya sudah dilakukan lebih baik (Anonimus. 2012). Minyak goreng bermerek memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan minyak goreng curah. Meski demikian harga minyak goreng bermerek tidak jauh berbeda dari harga minyak goreng curah. Perubahan harga minyak goreng akan sangat terasa bagi pemilik usaha industri makanan yang banyak menggunakan minyak goreng, pengusaha warung makan, dan ibu- ibu rumah tangga. Selain itu, minyak goreng bermerek sama halnya dengan minyak goreng curah mudah diperoleh karena selain tersedia di pasar modern juga tersedia di pasar tradisional. Kadar kolestrol dalam minyak sawit terdiri dari sitosterol, campesterol, sigmasterol, dan kolesterol dalam jumlah sedikit. Dalam CPO, kadar sterol berkisar antara 360 – 620 ppm, sedangkan kadar kolesterol yang terkandung hanya sekitar 10 ppm saja, atau sebesar 0,001% dari CPO, jadi persentase kadar kolesterol dalam minyak sawit sangat kecil (Tim Penulis, 1997). Dibandingkan minyak nabati dan lemak hewan yang lain, minyak kelapa sawit ternyata mempunyai kandungan kolesterol yang rendah. Perbandingan kadar kolesterol berbagai minyak pangan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1. Kandungan Kolestrol Pada Beberapa Minyak Nabati Dan Lemak Daging No Jenis Minyak Kadar Kolestrol Rata-rata Golongan (ppm) (ppm)
1 Minyak sawit 12 - 19
16 Bebas
2 Minyak kedelai 20 – 35
28 Bebas
3 Minyak rape - 25 – 30 Bebas
4 Minyak jagung 10 – 95
57 Bebas
5 Mentega 3200 – 1400 3150 Tinggi
6 Lemak daging 800 – 1400 1100 Tinggi Sumber: (Tim Penulis, 1997) Dengan melihat unsur-unsur yang terkandung dalam minyak sawit, tak dapat disangkal bahwa minyak sawit merupakan salah satu bahan makanan yang mengandung kalori cukup tinggi. Berikut ini akan ditampilkan tabel untuk membandingkan besarnya kalori dan zat-zat yang terkandung dalam beberapa minyak nabati (Tim Penulis, 1997).
Tabel 2. Analisis Gizi Minyak Sawit, Minyak Kelapa, Minyak Kacang Tanah,
dan Minyak Wijen Per 100 Gram Zat Makanan Minyak Minyak Minyak Kacang Minyak Sawit Kelapa Tanah WijenKalori (kal) 900 886 900 900 Air (g) Protein (g)
1 Lemak (g) 100 98 100 100 Karbohidrat (g) Mineral (g)
1 Kalsium (mg)
3 Fosfor (mg) Besi (mg) Vitamin A (SI) 60000 Vitamin B1 (mg) Vitamin C (mg) Sumber : (Tim Penulis, 1997) Keberadaan minyak goreng yang beredar bebas di pasaran membuat konsumen leluasa untuk memilih mengkonsumsi minyak goreng yang bagaimana, apakah minyak goreng bermerek atau minyak goreng curah. Saat ini minyak goreng bermerek yang banyak beredar di pasaran antara lain, Bimoli, Filma, Kunci Mas, Sania, dan lainnya. Sehubungan dengan banyaknya ragam minyak goreng yang di jual di pasaran, perilaku konsumen erat kaitannya dengan konsumsi minyak goreng itu sendiri. Perilaku pembelian seseorang dapat dikatakan sesuatu yang unik (Suryani, 2008).
Suryani (2008) mengembangkan model perilaku konsumen dengan menetapkan tiga faktor yang berpengaruh terhadap perilaku konsumen dalam pembelian.
Faktor pertama yang berpengaruh pada perilaku konsumen adalah stimulus pemasaran. Stimulus pemasaran meliputi harga, produk, promosi, serta lokasi.
Faktor kedua berasal dari konsumen meliputi motivasi, sikap, serta karakteristik konsumen (jumlah tanggungan, pendapatan, dan lain-lain). Pengaruh yang ketiga respon konsumen yaitu hasil akhir dari proses keputusan konsumen dan suatu pertimbangan yang menyeluruh dari semua faktor di atas.
Seiring dengan makin tingginya tingkat pendidikan dan tingkat ekonomi masyarakat, peralihan pola konsumsi dari minyak goreng curah ke minyak goreng bermerek pun semakin besar. Hanya saja kelemahan yang dimiliki oleh minyak goreng bermerek adalah harganya yang relatif lebih mahal dibandingkan dengan minyak goreng curah. Pasalnya minyak goreng yang dikemas dalam botol atau plastik dianggap lebih bersih dan higienis oleh masyarakat daripada minyak goreng yang dijual eceran oleh pedagang keliling yang ditempatkan di dalam jerigen dan drum. Hal ini semakin membuka lebar peluang pasar bagi industri minyak goreng bermerek, mengingat pula bahwa minyak goreng merupakan bahan pokok kebutuhan sehari-hari sehingga tentunya hampir seluruh masyarakat Indonesia mengkonsumsinya.
Minyak goreng curah memiliki kualitas dan higienitas yang buruk. Hal ini membuat pemerintah berupaya menghilangkan minyak goreng curah dari pasaranpada 2015 dengan alasan mengurangi risiko kesehatan konsumen. Pemerintah akan menurunkan secara bertahap jumlah produksi migor curah dan membatasi pertumbuhan pasar minyak ini hingga 80 persen sampai 2015.
Alasannya bukan pada nilai ekonomi bisnis melainkan kesehatan konsumen. Hal ini semakin membuka lebar peluang pasar bagi industri minyak goreng kemasan bermerek (Top Brand Dalam Pasar Komoditi Bermerek,” www.frontier.co.iddiakses 2 Mei 2014) Saat ini terdapat lebih dari 20 merek minyak goreng kemasan nasional yang ada di pasar. Artinya, kompetisi di produk minyak goreng bermerek memiliki tekanan yang tinggi. Puluhan merek minyak goreng tersebar di toko atau swalayan mulai dari Bimoli, Kunci Mas, Filma, Tropical, Sunco, Fortune, Gurih, dan lain-lain.
Potensi pasar minyak goreng bermerek memang masih menjanjikan. Persaingan bisnis minyak goreng di tanah air pun semakin ramai. Merek-merek minyak goreng kemasan yang ada menawarkan harga dan kualitas yang hampir sama. Ditambah lagi, konsumen minyak goreng bukanlah tipe konsumen yang loyal untuk produk ini. Pada kasus minyak goreng, konsumen akan memilih minyak goreng bukan karena kandungannya namun lebih pada hal-hal yang sifatnya direct behaviour, misalnya harga promo, bundling, dll. Hal ini membuat persaingan bisnis antar minyak goreng kemasan bermerek semakin ketat (Top Brand Dalam Pasar Komoditi Bermerek,” www.frontier.co.iddiakses 2 Mei 2014) Sepanjang tahun 2007 sampai dengan tahun 2008 terjadi kenaikan harga barang- barang kebutuhan pokok, salah satunya minyak goreng. Kenaikan harga ini sangat berpengaruh terhadap daya beli masyarakat. Selain memperhatikan mutu, tingkat harga juga merupakan pertimbangan masyarakat di dalam membeli minyak goreng. Hal ini disebabkan minyak goreng merupakan bahan kebutuhan pokok sehari-hari, sehingga sangat sensitif terhadap perubahan harga. Minyak goreng bermerek yang akan menguasai pangsa pasar adalah minyak goreng yang mempunyai harga sesuai dengan daya beli masyarakat (harga murah).
Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam mengkonsumsi minyak goreng bermerek.
Identifikasi Masalah:
Berdasarkan penjelasan di atas, permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah:
1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi konsumen dalam mengkonsumsi minyak goreng bermerek di lokasi penelitian?
2. Bagaimana pengaruh perilaku konsumen terhadap konsumsi minyak goreng bermerek di lokasi penelitian?
Tujuan Penelitian: 1.
Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi konsumen dalam mengkonsumsi minyak goreng bermerek di lokasi penelitian.
2. Untuk menganalisis pengaruh perilaku konsumen terhadap konsumsi minyak goreng bermerek di lokasi penelitian.
Kegunaan Penelitian: 1.
Sebagai bahan informasi bagi mahasiswa yang melakukan penelitian.
2. Sebagai bahan informasi bagi pemerintah mengenai konsumen minyak goreng bermerek.
3. Sebagai bahan referensi dan studi bagi pihak-pihak yang membutuhkan.