Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumen Dalam Mengkonsumsi Minyak Goreng Bermerek Di Kota Medan (Studi Kasus: Kecamatan Medan Deli)

(1)

FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMEN

DALAM MENGKONSUMSI MINYAK GORENG BERMEREK

DI KOTA MEDAN

(Studi Kasus: Kecamatan Medan Deli)

SKRIPSI

LAILATUN NAJMI DALIMUNTHE

090304016

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMEN

DALAM MENGKONSUMSI MINYAK GORENG BERMEREK

DI KOTA MEDAN

(Studi Kasus: Kecamatan Medan Deli)

SKRIPSI Oleh:

LAILATUN NAJMI DALIMUNTHE 090304016

AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Srajana Di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan Disetujui Oleh:

Komisi Pembimbing

Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Kelin Tarigan. MS) (Ir. Sinar Indra Kesuma. M.Si) NIP : 130 365 300 NIP : 19650926199303002

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

ABSTRAK

LAILATUN NAJMI DALIMUNTHE (090304016) dengan judul penelitian Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumen Dalam Mengkonsumsi Minyak Goreng Bermerek Di Kota Medan (Studi Kasus: Kecamatan Medan Deli) yangdibimbing oleh Bapak Prof. Dr. Kelin Tarigan. MS, M.Sc dan Bapak Ir. Sinar Indra Kesuma Ginting. M.Si.

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi konsumen dalam mengkonsumsi minyak goreng bermerek dan untuk menganalisis pengaruh harga minyak goreng bermerek, pendapatan, tingkat pendidikan, dan jumlah tanggungan terhadap keputusan konsumen dalam mengkonsumsi minyak goreng bermerek di Kota Medan, Kecamatan Medan Deli. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive, Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Medan Deli. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode penelusuran (Accidental Sampling). Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif dan metode regresi linier berganda.

Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan pendapatan konsumen memiliki pengaruh positif yang nyata terhadap konsumsi minyak goreng bermerek di Kota Medan, Kecamatan Medan Deli. Kemudian harga beli minyak goreng bermerek, pendidikan, dan jumlah anggota keluarga memiliki pengaruh negative dan tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi minyak goreng bermerek di Kota Medan, Kecamatan Medan Deli.

Kata Kunci : Keputusan pembelian, Perilaku konsumen, Konsumsi minyak goreng bermerek


(4)

RIWAYAT HIDUP

Penulis memiliki nama lengkap Lailatun Najmi Dalimunthe, lahir pada tanggal 29 Agustus 1991. Penulis merupakan anak pertama dari pasangan Bapak Fahmi Dalimunthe dan Ibu Mubdillah Nasution. Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut :

1. Tahun 1997 masuk Sekolah Dasar Negeri 112216 SeiBerombang hingga tahun 2003.

2. Tahun 2003 masuk Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Sei Berombang dan tamat tahun 2006.

3. Tahun 2006 masuk sekolah Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Panai Hilir dan tamat tahun 2009.

4. Tahun 2009 diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur Pembinaan Minat dan Prestasi (PMP).

5. Bulan Juli – Agustus 2013 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Sei Rampah, Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara. 6. Bulan Oktober 2013 melakukan penelitian skripsi di Kota Medan.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Adapun judul skripsi ini adalah “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumen Dalam Mengkonsumsi Minyak Goreng Bermerek Di Kota Medan (Studi Kasus: Kecamatan Medan Deli)”.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Kelin Tarigan. MS selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Ir. Sinar Indra Kesuma M.Si selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah membimbing dan memberikan masukan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan benar.

2. Ibu Dr. Ir. Salmiah, M.S selaku Ketua Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku sekretaris Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

4. Seluruh dosen dan staf pengajar Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

5. Seluruh pegawai di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, khususnya pegawai Program Studi Agribisnis yang telah membantu seluruh proses administrasi.


(6)

6. Seluruh instansi dan responden yang terkait dengan penelitian penulis.

Penulis menyampaikan segala hormat dan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ayahanda Fahmi Dalimunthe dan Ibunda Mubdillah Nasution atas doa, kasih sayang, motivasi, dan dukungan yang diberikan kepada penulis. Terima kasih sebesar-besarnya kepada adik-adik (Pagol, Paisal, Laila, Madi, Sari, Ijar, Irma, Aisyah, dan Abil), kakek (Mahran Dalimunthe) atas dukungan baik secara moril dan materi, serta doa dan motivasi yang telah diberikan selama ini.

Terima kasih juga diucapkan kepada sahabat-sahabat penulis yang selalu memberi semangat dan motivasi, yaitu Winda Ayu Wulandari, Mahda Sari Putri, Imelda KS Pasaribu, Sitri Sorga, Aminah Nur ML, Naila Husna Tagore Putri, dan teman-teman PKL di Sei Rampah, serta teman-teman-teman-teman stambuk 2009 yang telah banyak membantu dan memberikan semangat baik semasa perkuliahan maupun dalam meneyelesaikan skripsi ini. Terimakasih kepada Adis, Dwi, Ira, Feri, Fahri, Amri dan teman-teman seluruhnya dari UKM TAEKWONDO USU yang turut mendo’akan dan memotivasi penulis.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna, sehingga penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun untuk penyempurnaan skripsi ini. Penulis juga berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca dan pihak-pihak yang membutuhkan. Akhir kata, penulis mengcapkan terima kasih.

Medan, Juni 2014


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK

RIWAYAT HIDUP

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI iii

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN viii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang 1

Identifikasi Masalah 6

Tujuan Penelitian 7

Kegunaan Penelitian 7

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN

KERANGKA PEMIKIRAN 8

Tinjauan Pustaka 8

Kelapa Sawit 8

Minyak Goreng 8

Landasan Teori 9

Teori Permintaan 9

Teori Harga 12

Konsumen 13

Perilaku Konsumen 15

Keputusan Pembelian 16

Penelitian Sebelumnya 19

Skala Likert 20

Kerangka Pemikiran 20

Hipotesis penelitian 22

METODE PENELITIAN 23

Metode Penentuan Daerah Sampel Penelitian 23

Metode Penentuan Sampel 24

Metode Pengumpulan Data 25


(8)

Asumsi Kalasik 28

Uji Normalitas 28

Uji Multikolinearitas 28

Uji Heteroskedastisitas 29

Koefisien Determinasi (R2) 29

Nilai F hitung 30

Nilai t hitung 30

Definisi dan Batasan Operasional 31

Definisi 31

Batasan Operasional 32

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN 33

Deskripsi Daerah Penelitian 33

Letak Geografis Kota Medan dan Lingkup Wilayah Penelitian 33 Luas Wilayah dan Rasio Terhadap Luas Kota Madya 33

Kepadaan Penduduk 35

Kota Medan Secara Ekonomi 37

Kota Medan Secara Sosial 38

Karakteristik Sampel Penelitian 39

Tingkat Pendidikan 39

Jumlah Tanggungan 40

Pendapatan 41

HASIL DAN PEMBAHASAN 42

Analisis Faktor-Faktor Apa Saja Yang Mempengaruhi Konsumen Dalam

Mengkonsumsi Minyak Goreng Bermerek 42

Uji Normalitas 42

Uji Heteroskedastisitas 44

Uji Multikolinearitas 45

Interpretasi Hasil 45

Uji Kesesuaian Model 47

Uji F (Uji Simultan) 47

Uji t (Uji Parsial) 48

Pembahasan 49

Perilaku Konsumen Minyak Goring Bermerek Di Kota Medan 51

Kebutuhan Sehari-Hari 52

Kebiasaan 52

Dorongan Dari Orang Lain/ Teman 52

Dorongan Dari Anggota Keluarga 53

Harga 53

Mutu/Kualitas 53

Promosi Dari Penjual/ Iklan 54


(9)

KESIMPULAN DAN SARAN 55

Kesimpulan 55

Saran 56

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

1 Kandungan Kolestrol Pada Beberapa Minyak Nabati Dan Lemak Daging

2 Analisis Gizi Minyak Sawit, Minyak Kelapa, Minyak Kacang Tanah, dan Minyak Wijen Per 100 Gram

3 Penduduk Dan Rumah Tangga Menurut Kecamatan Tahun 2011

4 Parameter Tingkat Keputusan Konsumen

5 Luas Wilayah dan Rasio terhadap Luas Kota Medan

6 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Kota Medan Tahun 2011

7 Struktur Perekonomian Kota Medan 2007-2011 8 Indeks Pembangunan Masyarakat

9 Pendidikan Sampel Minyak Goreng Bermerek 10 Jumlah Tanggungan Sampel Minyak Goreng 11 Jumlah Pendapatan Sampel Minyak Goreng 12 Nilai Coefficient dan VIF

13 Analisis Regresi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumen Dalam Mengkonsumsi Minyak Goreng Bermerek

14 Skor Rataan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

1 Skema Kerangka Pemikiran 2 Histogram

3 Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul

1 Karakteristik Responden Konsumen Minyak Goreng Bermerek di Kota Medan Kecamatan Medan Deli Tahun 2013

2 Kriteria Perilaku Konsumen Minyak Goreng Bermerek di Kota Medan Kecamatan Medan Deli tahun 2013

3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Pembelian Konsumen Minyak Goreng Bermerek di Kota Medan Kecamatan Medan Deli Tahun 2013

4 Descriptive Statistics

5 Correlations

6 Variables Entered/Removed

7 Model Summary

8 ANOVA

9 Coefficients

10 Coefficient Correlations

11 Collinearity Diagnostics

12 Residuals Statistics

13 Histogram

14 Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual


(13)

ABSTRAK

LAILATUN NAJMI DALIMUNTHE (090304016) dengan judul penelitian Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumen Dalam Mengkonsumsi Minyak Goreng Bermerek Di Kota Medan (Studi Kasus: Kecamatan Medan Deli) yangdibimbing oleh Bapak Prof. Dr. Kelin Tarigan. MS, M.Sc dan Bapak Ir. Sinar Indra Kesuma Ginting. M.Si.

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi konsumen dalam mengkonsumsi minyak goreng bermerek dan untuk menganalisis pengaruh harga minyak goreng bermerek, pendapatan, tingkat pendidikan, dan jumlah tanggungan terhadap keputusan konsumen dalam mengkonsumsi minyak goreng bermerek di Kota Medan, Kecamatan Medan Deli. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive, Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Medan Deli. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode penelusuran (Accidental Sampling). Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif dan metode regresi linier berganda.

Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan pendapatan konsumen memiliki pengaruh positif yang nyata terhadap konsumsi minyak goreng bermerek di Kota Medan, Kecamatan Medan Deli. Kemudian harga beli minyak goreng bermerek, pendidikan, dan jumlah anggota keluarga memiliki pengaruh negative dan tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi minyak goreng bermerek di Kota Medan, Kecamatan Medan Deli.

Kata Kunci : Keputusan pembelian, Perilaku konsumen, Konsumsi minyak goreng bermerek


(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Di Indonesia hampir semua bahan makanan digoreng, bahkan daging yang kandungan lemaknya tinggi saja pun digoreng. Di Indonesia sejak zaman dulu kelapa melimpah sehingga semua makanan digoreng, demikian juga sekarang produksi minyak sawit melimpah, sehingga kebiasaan menggoreng makanan terus berlanjut.

Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari yang dimurnikan dan berbentuk cair dalam suhu kamar dan biasanya digunakan untuk menggoreng makanan. Minyak goreng dari tumbuhan biasanya dihasilkan dari tanaman seperti (Anonimus, 2013).

Di Indonesia sendiri minyak goreng yang paling banyak digunakan adalah minyak goreng yang bahan bakunya dari kelapa sawit. Minyak goreng yang terbuat dari bahan kelapa sawit ini sangat ideal karena dari segi harga dan ketersediaannya, selain itu Indonesia sendiri adalah salah satu negara penghasil kelapa sawit yang terbesar.

Minyak goreng kelapa sawit ini terbagi ke dalam dua segmen, yaitu minyak goreng curah dan minyak goreng bermerek. Minyak goreng curah dan minyak goreng bermerek adalah sama-sama hasil dari proses industri. Namun, berbeda dari kualitas dan prosesnya. Untuk minyak goreng curah penyaringannya hanya dilakukan satu kali penyaringan, berwarna kuning keruh dan


(15)

didistribusikan dalam bentuk non kemasan. Sedangkan minyak goreng bermerek 2-4 kali proses penyaringan, minyak yang jernih dan dikemas dengan merek tertentu (Anonimus. 2012).

Dalam penggunaannya, minyak goreng bermerek jauh lebih baik ketimbang minyak goreng curah. Minyak goreng curah sebenarnya juga sudah layak digunakan tetapi kurang bersih, kurang higienis. Hal ini bisa dilihat pada minyak yang bau tengik dan warnanya kurang bersih. Pada minyak goreng kemasan proses pemurniannya sudah dilakukan lebih baik (Anonimus. 2012).

Minyak goreng bermerek memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan minyak goreng curah. Meski demikian harga minyak goreng bermerek tidak jauh berbeda dari harga minyak goreng curah. Perubahan harga minyak goreng akan sangat terasa bagi pemilik usaha industri makanan yang banyak menggunakan minyak goreng, pengusaha warung makan, dan ibu- ibu rumah tangga. Selain itu, minyak goreng bermerek sama halnya dengan minyak goreng curah mudah diperoleh karena selain tersedia di pasar modern juga tersedia di pasar tradisional.

Kadar kolestrol dalam minyak sawit terdiri dari sitosterol, campesterol, sigmasterol, dan kolesterol dalam jumlah sedikit. Dalam CPO, kadar sterol berkisar antara 360 – 620 ppm, sedangkan kadar kolesterol yang terkandung hanya sekitar 10 ppm saja, atau sebesar 0,001% dari CPO, jadi persentase kadar kolesterol dalam minyak sawit sangat kecil (Tim Penulis, 1997).

Dibandingkan minyak nabati dan lemak hewan yang lain, minyak kelapa sawit ternyata mempunyai kandungan kolesterol yang rendah. Perbandingan kadar kolesterol berbagai minyak pangan dapat dilihat pada tabel berikut.


(16)

Tabel 1. Kandungan Kolestrol Pada Beberapa Minyak Nabati Dan Lemak Daging

No Jenis Minyak Kadar Kolestrol Rata-rata (ppm)

Golongan (ppm)

1 Minyak sawit 12 - 19 16 Bebas

2 Minyak kedelai 20 – 35 28 Bebas

3 Minyak rape 25 – 30 - Bebas

4 Minyak jagung 10 – 95 57 Bebas

5 Mentega 3200 – 1400 3150 Tinggi

6 Lemak daging 800 – 1400 1100 Tinggi

Sumber: (Tim Penulis, 1997)

Dengan melihat unsur-unsur yang terkandung dalam minyak sawit, tak dapat disangkal bahwa minyak sawit merupakan salah satu bahan makanan yang mengandung kalori cukup tinggi. Berikut ini akan ditampilkan tabel untuk membandingkan besarnya kalori dan zat-zat yang terkandung dalam beberapa minyak nabati (Tim Penulis, 1997).

Tabel 2. Analisis Gizi Minyak Sawit, Minyak Kelapa, Minyak Kacang Tanah, dan Minyak Wijen Per 100 Gram

Zat Makanan Minyak Sawit Minyak Kelapa Minyak Kacang Tanah Minyak Wijen

Kalori (kal) 900 886 900 900

Air (g) 0 0 0 0

Protein (g) 0 1 0 0

Lemak (g) 100 98 100 100

Karbohidrat (g) 0 0 0 0

Mineral (g) 0 1 0 0

Kalsium (mg) 0 3 0 0

Fosfor (mg) 0 0 0 0

Besi (mg) 0 0 0 0

Vitamin A (SI) 60000 0 0 0

Vitamin B1 (mg) 0 0 0 0

Vitamin C (mg) 0 0 0 0

Sumber : (Tim Penulis, 1997)

Keberadaan minyak goreng yang beredar bebas di pasaran membuat konsumen leluasa untuk memilih mengkonsumsi minyak goreng yang bagaimana, apakah


(17)

minyak goreng bermerek atau minyak goreng curah. Saat ini minyak goreng bermerek yang banyak beredar di pasaran antara lain, Bimoli, Filma, Kunci Mas, Sania, dan lainnya. Sehubungan dengan banyaknya ragam minyak goreng yang di jual di pasaran, perilaku konsumen erat kaitannya dengan konsumsi minyak goreng itu sendiri. Perilaku pembelian seseorang dapat dikatakan sesuatu yang unik (Suryani, 2008).

Suryani (2008) mengembangkan model perilaku konsumen dengan menetapkan tiga faktor yang berpengaruh terhadap perilaku konsumen dalam pembelian. Faktor pertama yang berpengaruh pada perilaku konsumen adalah stimulus pemasaran. Stimulus pemasaran meliputi harga, produk, promosi, serta lokasi. Faktor kedua berasal dari konsumen meliputi motivasi, sikap, serta karakteristik konsumen (jumlah tanggungan, pendapatan, dan lain-lain). Pengaruh yang ketiga respon konsumen yaitu hasil akhir dari proses keputusan konsumen dan suatu pertimbangan yang menyeluruh dari semua faktor di atas.

Seiring dengan makin tingginya tingkat pendidikan dan tingkat ekonomi masyarakat, peralihan pola konsumsi dari minyak goreng curah ke minyak goreng bermerek pun semakin besar. Hanya saja kelemahan yang dimiliki oleh minyak goreng bermerek adalah harganya yang relatif lebih mahal dibandingkan dengan minyak goreng curah. Pasalnya minyak goreng yang dikemas dalam botol atau plastik dianggap lebih bersih dan higienis oleh masyarakat daripada minyak goreng yang dijual eceran oleh pedagang keliling yang ditempatkan di dalam jerigen dan drum. Hal ini semakin membuka lebar peluang pasar bagi industri minyak goreng bermerek, mengingat pula bahwa minyak goreng merupakan


(18)

bahan pokok kebutuhan sehari-hari sehingga tentunya hampir seluruh masyarakat Indonesia mengkonsumsinya.

Minyak goreng curah memiliki kualitas dan higienitas yang buruk. Hal ini membuat pemerintah berupaya menghilangkan minyak goreng curah dari pasaranpada 2015 dengan alasan mengurangi risiko kesehatan konsumen. Pemerintah akan menurunkan secara bertahap jumlah produksi migor curah dan membatasi pertumbuhan pasar minyak ini hingga 80 persen sampai 2015. Alasannya bukan pada nilai ekonomi bisnis melainkan kesehatan konsumen. Hal ini semakin membuka lebar peluang pasar bagi industri minyak goreng kemasan bermerek (Top Brand Dalam Pasar Komoditi Bermerek,” www.frontier.co.iddiakses 2 Mei 2014)

Saat ini terdapat lebih dari 20 merek minyak goreng kemasan nasional yang ada di pasar. Artinya, kompetisi di produk minyak goreng bermerek memiliki tekanan yang tinggi. Puluhan merek minyak goreng tersebar di toko atau swalayan mulai dari Bimoli, Kunci Mas, Filma, Tropical, Sunco, Fortune, Gurih, dan lain-lain. Potensi pasar minyak goreng bermerek memang masih menjanjikan. Persaingan bisnis minyak goreng di tanah air pun semakin ramai. Merek-merek minyak goreng kemasan yang ada menawarkan harga dan kualitas yang hampir sama. Ditambah lagi, konsumen minyak goreng bukanlah tipe konsumen yang loyal untuk produk ini. Pada kasus minyak goreng, konsumen akan memilih minyak goreng bukan karena kandungannya namun lebih pada hal-hal yang sifatnya direct behaviour, misalnya harga promo, bundling, dll. Hal ini membuat persaingan


(19)

bisnis antar minyak goreng kemasan bermerek semakin ketat (Top Brand Dalam Pasar Komoditi Bermerek,” www.frontier.co.iddiakses 2 Mei 2014)

Sepanjang tahun 2007 sampai dengan tahun 2008 terjadi kenaikan harga barang-barang kebutuhan pokok, salah satunya minyak goreng. Kenaikan harga ini sangat berpengaruh terhadap daya beli masyarakat. Selain memperhatikan mutu, tingkat harga juga merupakan pertimbangan masyarakat di dalam membeli minyak goreng. Hal ini disebabkan minyak goreng merupakan bahan kebutuhan pokok sehari-hari, sehingga sangat sensitif terhadap perubahan harga. Minyak goreng bermerek yang akan menguasai pangsa pasar adalah minyak goreng yang mempunyai harga sesuai dengan daya beli masyarakat (harga murah).

Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam mengkonsumsi minyak goreng bermerek.

Identifikasi Masalah:

Berdasarkan penjelasan di atas, permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah:

1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi konsumen dalam mengkonsumsi minyak goreng bermerek di lokasi penelitian?

2. Bagaimana pengaruh perilaku konsumen terhadap konsumsi minyak goreng bermerek di lokasi penelitian?


(20)

Tujuan Penelitian:

1. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi konsumen dalam mengkonsumsi minyak goreng bermerek di lokasi penelitian.

2. Untuk menganalisis pengaruh perilaku konsumen terhadap konsumsi minyak goreng bermerek di lokasi penelitian.

Kegunaan Penelitian:

1. Sebagai bahan informasi bagi mahasiswa yang melakukan penelitian. 2. Sebagai bahan informasi bagi pemerintah mengenai konsumen minyak

goreng bermerek.


(21)

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN

KERANGKA PEMIKIRAN

Tinjauan Pustaka

Kelapa Sawit

Kelapa sawit tumbuh dengan baik pada dataran rendah di daerah tropis yang beriklim basah, yaitu sepanjang garis khatulistiwa antara 23,5o LU-23,5o LS. Adapun negara yang potensial untuk menjadi produsen kelapa sawit terbesar bila ditinjau dari segi lahan dan iklim yaitu Brasil, Indonesia, dan Colombia. Di Indonesia sendiri yang mempunyai luas areal tanaman untuk penyebaran perkebunan kelapa sawit antara lain Riau, Sumatera Utara, dan Sumatera Selatan. Komposisi kepemilikan usaha yang paling dominan yaitu perkebunan besar swasta nasional (PBSN), disusul kemudian oleh perkebunan rakyat dan perkebunan negara. Wilayah di Indonesia yang memiliki perkebunan kelapa sawit terluas adalah Pulau Sumatera, yaitu 76,93% (Pahan, 2006).

Minyak Goreng

Di Indonesia sendiri minyak goreng yang paling banyak digunakan adalah minyak goreng yang bahan bakunya dari kelapa sawit. Minyak goreng yang terbuat dari bahan kelapa sawit ini sangat ideal karena dari segi harga dan ketersediaannya, selain itu Indonesia sendiri adalah salah satu negara penghasil kelapa sawit yang terbesar.

Minyak goreng yang dikonsumsi masyarakat pada masa sebelum orde baru dan sampai pada awal pembangunan jangka panjang (PJP) 1 didominasi oleh jenis


(22)

minyak goreng yang berasal dari kelapa. Semenjak semakin meningkatnya produksi kelapa sawit pada tahun 1970-an, minyak goreng asal kelapa tergeser oleh minyak goreng bahan baku sawit. Dibandingkan dengan minyak sawit, minyak kelapa mengandung lemak jenuh dalam jumlah tinggi. Minyak sawit rendah lemak jenuh karena produksi minyak sawit melalui proses pemanasan dan pengepresan (Amang, 1996).

Minyak goreng dikonsumsi hampir seluruh masyarakat, baik itu di tingkat rumah tangga maupun industri makanan. Fungsi minyak goreng pada umumnya bukan sebagai bahan baku namun hanya sebagai bahan pembantu. Fungsi minyak goreng sangat penting dalam menciptakan aroma, rasa, warna, daya simpan dan dalam beberapa hal juga dapat sebagai alat peningkat nilai gizi (Amang, 1996).

Landasan Teori

Teori Permintaan

Permintaan diartikan sebagai jumlah barang yang dibutuhkan konsumen yang mempunyai kemampuan untuk membeli pada berbagai tingkat harga. Salah satu konsep permintaan dalam pasar yaitu permintaan konsumen atau yang disebut dengan konsumsi. Konsumsi merupakan bagian dari permintaan agregat yang di samping faktor-faktor lain yang mempengaruhinya. Permintaan konsumen (secara perseorangan) tidak akan mampu mempengaruhi harga dan persediaan barang, akan tetapi jika bersama-sama akan membentuk sisi dalam pasar (Umar,2000).

Kurva permintaan menunjukkan kesediaan konsumen untuk membeli suatu barang pada setiap tingkat harga yang harus mereka bayar. Semakin tinggi harga


(23)

yang ditawarkan maka jumlah barang yang diminta semakin rendah dan apabila harga barang yang ditawarkan semakin rendah maka jumlah yang diminta semakin meningkat (Pyndick, 2003).

Menurut Bangun (2007), permintaan seseorang atau masyarakat terhadap suatu komoditi ditentukan oleh banyak faktor, seperti:

1. Harga komoditi itu sendiri

Jika harga semakin murah, permintaan terhadap suatu produk akan bertambah. Hal ini berkaitan dengan hokum permintaan, jika harga suatu barang meningkat cateris paribus, jumlah suatu barang yang diminta akan berkurang, dan begitu sebaliknya.

2. Harga komoditi lain yang berkaitan erat dengan komoditi tersebut

Pengaruh harga komoditas lain terhadap jumlah permintaan suatu barang tergantung pada jenis barangnya. Jenis barang yang ditentukan yaitu barang substitusi dan barang komplementer.

3. Pendapatan rumah tangga dan pendapatan masyarakat

Tingkat pendapatan mencerminkan daya beli. Semakin tinggi tingkat pendapatan, maka daya beli akan suatu barang juga akan meningkat.


(24)

4. Selera

Semakin tinggi minat dan keinginan konsumen terhadap suatu barang, maka akan semakin tinggi pula tingkat permintaannya. Sebaliknya semakin berkurang keinginan konsumen akan suatu barang maka permintaaan juga akan berkurang.

5. Jumlah penduduk

Jumlah penduduk merupakan faktor yang mempengarui permintaan atas suatu barang. Semakin tinggi tingkat pertumbuhan penduduk maka semakin tinggi jumah permintaan akan suatu barang. Sebaliknya jika jumlah penduduk semakin berkurang maka permintaan akan suatu barang akan berkurang.

6. Perkiraan harga di masa mendatang

Perkiraan harga suatu barang di masa yang akan datang akan mempengaruhi jumlah permintaan suatu barang. Apabila diramalkan terjadi kenaikan harga suatu barang tertentu di masa yang akan datang, maka permintaan barang tersebut akan bertambah. Sebaliknya, apabila diramalkan harga suatu barang akan turun di masa yang akan datang maka permintaan suatu barang akan berkurang.

Perubahan permintaan dapat dibedakan menjadi:

1. Pergerakan sepanjang kurva perminaan

Perubahan permintaan sepanjang kurva permintaan terjadi bila harga komoditi yang diminta berubah (naik atau turun). Penurunan harga komoditi tersebut akan menaikkan jumlah yang diminta dan kenaikan harga komoditi mengurangi jumlah yang diminta


(25)

2. Pergeseran kurva permintaan

Pergeseran kurva permintaan ke kanan atau ke kiri disebabkan oleh perubahan permintaan yang ditimbulkan oleh faktor-faktor selain harga komoditi tersebut.

Kemudian menurut Sukirno (2008), teori permintaan menerangkan tentang ciri hubungan antara jumlah permintaan dan harga. Berdasarkan ciri hubungan antara permintaan dan harga dapat dibuat grafik kurva permintaan.

Teori Harga

Harga pasar suatu komoditi dan jumlah yang diperjualbelikan ditentukan oleh permintaan dan penawaran dari komoditi tersebut. Dengan harga pasar dimaksudkan harga yang disepakati oleh penjual dan pembeli (Sugiarto, 2000).

Kurva penawaran menunjukkan jumlah barang yang bersedia di jula oleh para produsen pada harga yang akan diterimnya di pasar, sambil mempertahankan agar setiap faktor yang mempengaruhi jumlah penawaran tetap. Sedangkan kurva permintaan menyatakan berapa banyak konsumen bersedia membeli karena harga per unit berubah (Pyndick, 2003).

Kurva permintaan menggambarkan hubungan hubungan antara harga dengan jumlah barang yang diminta. Dalam permintaan terdapat variabel yaitu jumlah barang yang diminta dan harga barang itu sendiri dengan asumsi variabel-variabel lainnya konstan (ceteris paribus). Dalam hal ini yag dianggap variabel-variabel lainnya misalnya harga barang lain, pendapatan, selera konsumen, pengeluaran, dan jumlah penduduk tetap (Simbolon, 2007).


(26)

Gambar 1. Kurva permintaan

Konsumen

Istilah konsumen sering diartikan sebagai individu yang membeli barang dan jasa untuk digunakan sendiri. Dalam konteks barang dan jasa yang dibeli kemudian digunakan langsung oleh individu sering disebut sebagai “pemakai akhir” atau “konsumen” akhir (Sumarwan, 2004).

Menurut Setiadi (2005) pembelian konsumen dipengaruhi oleh beberapa faktor yang antara lain:

1. Umur

Orang mengubah barang dan jasa yang mereka beli selama masa hidupnya. Umur berhubungan dengan selera akan makanan, pakaian, perabot, dan rekreasi. Membeli juga dibentuk oleh tahap daur hidup keluarga, tahap-tahap yang mungkin dilalui oleh keluarga sesuai dengan kedewasaannya.

Q 3 Q 2

Q 1 P 1

P 2 P 3

Harga (Rp)


(27)

2. Pendapatan

Pendapatan masyarakat mencerminkan daya beli masyarakat. Tinggi atau rendahnya pendapatan masyrakat akan mempengaruhi kualitas maupun kuantitas permintaan. Pendapatan yang lebih rendah berarti bahwa secara total hanya ada uang yang sedikit untuk dibelanjakan, sehingga masyarakat akan membelanjakan lebih sedikit uang untuk beberapa dan mungkin pula terhadap sebagian besar barang. Jika permintaan terhadap sebuah barang berkurang ketika pendapatan berkurang, barang tersebut dinamakan barang normal (normal goods). Pendapatan seseorang mempengaruhi pilihan produk.

3. Pendidikan

Kalau orang bertindak, mereka belajar. Pembelajaran menggambarkan perubahan dalam tingkat individual yang muncul dari proses pendidikan yang dijalani. Pendidikan seseorang sangat mempengaruhi pilihannya. Apabila pendidikan konsumen tinggi maka akan lebih memilih barang yang berkualitas baik, tingkat pendidikan dapat dilihat dari pendidikan terakhir konsumen. 4. Harga barang lain

Permintaan terhadap suatu barang dapat dipengaruhi oleh harga barang-barang lain yang ada kaitannya. Seperti barang yang saling mengganti (substitusi) atau barang yang saling melengkapi (komplementer). Naik turunnya harga barang substitusi dan komplementer dapat mempengaruhi permintaan terhadap barang yang digantikan atau yang dilengkapi.


(28)

Kenaikan terhadap harga barang itu sendiri dapat mempengaruhi jumlah permintaannya. Karena akibat kenaikan tersebut pembeli mencari barang lain yang dapat digunakan sebagai barang pengganti terhadap barang yang mengalami kenaikan dan atau pembeli mengurangi jumlah barang yang diminta tersebut. Oleh karena itu naik turunnya harga barang tersebut secara langsung dapat mempengaruhi jumlah barang yang diminta.

Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen adalah proses dan aktivitas ketika seseorang berhubungan dengan pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan, serta pengevaluasian produk dan jasa demi memenuhi kebutuhan dan keinginan. Perilaku konsumen merupakan hal-hal yang mendasari konsumen untuk membuat keputusan pembelian. Untuk barang berharga jual rendah (low-involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan mudah, sedangkan untuk barang berharga jual tinggi (high-involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan pertimbangan yang matang.

Banyak pengertian perilaku konsumen yang dikemukakan oleh para ahli. Salah satunya adalah Engel, yaitu suatu tindakan yang langsung mendapatkan, mengkonsumsi, serta menghabiskan produk dan jasa termasuk proses keputusan yang mendahuluinya dan penyusul tindakan tersebut. Perilaku konsumen terbagi dua yaitu perilaku yang tampak diantaranya jumlah pembelian, waktu, karena siapa, bagaimana dilakukan pembelian itu, sedangkan yang kedua adalah perilaku yang tidak tampak diantaranya persepsi, ingatan terhadap informasi dan pemasaran kepemilikan oleh konsumen (Umar, 2000).


(29)

Keputusan Pembelian

Proses pengambilan keputusan konsumen dalam pembelian ditentukan oleh perilaku konsumen. Proses tersebut merupakan sebuah pendekatan penyelesaian masalah pada kegiatan manusia untuk membeli barang dan jasa dalam memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen, yaitu faktor internal dan faktor stimulus pemasaran

Faktor internal meliputi sosial dan ekonomi.

Sosial:

1. Motivasi

Seorang konsumen tergerak untuk membeli suatu produk karena ada sesuatu yang menggerakkan. Menurut Jeffrey, et al (1996) dalam Suryani (2008) menyatakan proses motivasi terjadi karena adanya kebutuhan, keinginan maupun harapan yang tidak terpenuhi yang menyebabkan timbulnya ketegangan. Pada tingkat tertentu ketegangan ini akan berubah menjadi hasrat yang mendorong individu melakukan suatu perilaku tertentu guna memenuhi kebutuhan, keinginan, dan hasrat tersebut. 2. Pengalaman

Pengalaman merupakan proses pembelajaran dalam perilaku seseorang dan kebanyakan perilaku manusia adalah hasil dari proses pembelajaran. Secara teori pembelajaran seseorang terjadi dari hasil dorongan, rangsangan isyarat, dan tanggapan (Umar, 2000).

3. Kelompok Acuan

Kelompok acuan seseorang terdiri atas semua kelompok di sekitar individu yang mempunyai pengaruh baik langsung maupun tidak langsung terhadap perilaku individu tersebut. Kelompok acuan mempengaruhi pendirian dan konsep pribadi


(30)

seseorang, karena individu biasanya berhasrat untuk berperilaku sama dengan kelompok acuan tersebut (Suryani, 2008).

4. Keluarga

Keluarga mempunyai peran penting dalam keputusan pembelian. Konsumen sebagai anggota keluarga yang sering berinteraksi dengan anggota keluarga yang lain, perilakunya secara tidak langsung dipengaruhi oleh hasil interaksi tersebut. Oleh karena itu secara tidak langsung atau tidak langsung keputusan pembelian dipengaruhi oleh keluarga (Suryani, 2008).

Ekonomi:

1. Pendapatan

Pembelian mencerminkan daya beli masyarakat. Tinggi atau rendahnya pendapatan masyarakat akan mempengaruhi kuantitas dan kualitas pembelian. Pendapatan yang lebih rendah berarti secara total hanya ada sedikit uang untuk dibelanjakan sehingga seseorang akan membelanjakan lebih sedikit uang untuk beberapa dan mungkin pula terhadap sebagian besar barang (Setiadi, 2003). 2. Jumlah Tanggungan

Jumlah tanggungan akan mempengaruhi jumlah pembelian terhadap suatu barang. Semakin banyak tanggungan, maka jumlah pemebelian akan semakin meningkat. Hal ini berkaitan dengan usaha pemenuhan akan kecukupan kebutuhan setiap individu yang ada di suatu tempat (Sukirno, 2003).

Faktor stimulus pemasaran meliputi harga, kualitas produk, promosi, dan lokasi a. Harga.

Harga adalah jumlah yang dibutuhkan untuk memperoleh suatu barang dan pelayanan yang menyertainya. Konsumen sangat tergantung pada harga sebagai


(31)

indikator kualitas produk terutama pada waktu harus membuat keputusan pembelian sedangkan informasi yang dimiliki tidak lengkap. Persepsi konsumen terhadap produk sering berubah-ubah seiring dengan perubahan yang terjadi pada harga. Harga merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam keputusan pembelian, apabila harga murah maka konsumen dengan sendirinya tertarik serta diikuti dengan jumlah pembelian yang lebih banyak (Sumarwan, 2004).

b. Kualitas Produk

Kepuasan pelanggan sangat berkaitan erat dengan kualitas. Kualitas memuaskan yang sudah dirasakan konsumen memberikan kepuasan terhadap keinginan konsumen. Konsumen yang puas selanjutnya kembali membeli produk tersebut (Kotler, 1994).

c. Promosi.

Promosi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan suatu program pemasaran. Betapapun berkualitasnya suatu produk, bila konsumen belum pernah mendengarnya dan tidak yakin bahwa produk itu akan berguna bagi mereka, maka mereka tidak akan pernah membelinya (Kotler, 1994).

Pada hakikatnya promosi adalah suatu bentuk komunikasi pemasaran. Yang dimaksud dengan komunikasi pemasaran adalah aktivitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi, membujuk, atau mengingatkan pasar sasaran atas produknya agar bersedia menerima, membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan (Kotler, 1994).

d. Lokasi

Lokasi atau tempat yang disebut dengan pasar merupakan pertemuan pembeli dan penjual yang bertemu secara teratur dan melakukan transaksi jual beli. Tempat


(32)

pembelian sangat berpengaruh saat konsumen membeli karena tempat menentukan gengsi bagi sebagian orang (Mangkunegara, 2002).

Penelitian Sebelumnya

Penelitian yang berjudul “Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi minyak goreng di kota medan” oleh Faoeza (2009). Penelitian ini menguji faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi minyak goreng di Kota Medan dan tingkat elastisitasnya serta mengetahui jenis barang dari minyak goreng.

Adapun alat uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan Ordinary Least Square (OLS) yaitu regresi linier berganda dengan menggunakan perangkat lunak SPSS 17. Adapun hasil dari uji tersebut adalah sebagai berikut :

1. Terdapat perbedaan karakteristik konsumen minyak goreng bermerek dan minyak goreng curah dalam mengkonsumsi minyak goreng di Kota Medan. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi minyak goreng secara signifikan

adalah jumlah tanggungan keluarga dan minyak goreng bersifat inelastis serta merupakan barang inferior.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi minyak goreng curah dan minyak goreng bermerek adalah harga minyak goreng itu sendiri dan jumlah tanggungan keluarga.

4. Minyak goreng curah dan minyak goreng bermerek merupakan barang yang bersifat elastis dan merupakan barang inferior.

Skala Likert

Skala Likert digunakan untuk mengukur persepsi atau perilaku seseorang. Skala ini menilai sikap atau tingkah laku yang diinginkan oleh peneliti dengan cara


(33)

mengajukan beberapa pertanyaan kepada responden. Kemudian responden memberi pilihan respon atau jawaban dalam bentuk skala yang diukur yang telah disediakan, yakni: sangat setuju (5), setuju (4), cukup setuju (3), tidak setuju (2), dan sangat tidak setuju (1) (Nazir, 2003).

Menurut Sugiono (2012) menjelaskan bahwa Skala Likert merupakan metode pengukuran yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dibagikan kepada responden untuk mengetahui skala sikap suatu objek tertentu.

Kerangka Pemikiran

Penyediaan kebutuhan minyak goreng di Medan diperoleh dari perkebunan kelapa sawit pada dasarnya. Baik itu dari perkebunan rakyat maupun milik negara. Hasil olahan dari kelapa sawit tersebut salah satunya adalah minyak goreng. Minyak goreng terbagi ke dalam dua segmen yaitu minyak goreng curah dan minyak goreng bermerek.

Perbedaan dari kedua minyak goreng tersebut adalah dari segi bentuk kemasan dan kebersihannya. Seiring dengan makin tingginya tingkat pendidikan dan tingkat ekonomi masyarakat, peralihan pola konsumsi dari minyak goreng curah ke minyak goreng bermerek pun semakin besar. Minyak goreng yang dikemas tentu lebih bersih dan higienis daripada minyak goreng yang dijual eceran atau minyak yang disebut dengan minyak goreng curah.


(34)

Bedasarkan penjelasan tersebut adapun beberapa faktor yang mempengaruhi konsumsi minyak goreng bermerek yaitu harga minyak goreng bermerek, pendapatan rata-rata, pendidikan, dan jumlah tanggungan. Kemudian perilaku konsumen terhadap konsumsi minyak goreng bermerek terbagi dua yaitu perilaku yang tempak antara lain jumlah pembelian, waktu, karena siapa, dan dan bagaimana dilakukan pembelian itu, sedangkan yang kedua adalah perilaku yang tidak tampak antara lain persepsi, ingatan terhadap informasi dan pemasaran kepemilikan oleh konsumen.

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Konsumen

Faktor-faktor yang mempengaruhi: 1. Harga minyak goreng bermerek 2. Pendapatan rata-rata

3. Pendidikan

4. Jumlah tanggungan

5. Harga minyak goreng curah

Konsumsi minyak goreng bermerek

Perilaku Konsumen 1. Perilaku yang tampak 2. Perilaku yang tidak

tampak

Keterangan :


(35)

Hipotesis Penelitian

1. Harga minyak goreng bermerek, pendapatan, pendidikan, dan jumlah tanggungan berpengaruh nyata terhadap jumlah pembelian.


(36)

METODE PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Sampel Penelitian

Penentuan daerah penelitian ditentukan secara purposif atau sengaja berdasarkan pertimbangan tertentu. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Medan Deli. Hal ini dikarenakan jumlah populasi rumah tangga terbanyak ada di Kecamatan Medan Deli.

Tabel 3. Penduduk Dan Rumah Tangga Menurut Kecamatan Tahun 2011

No Kecamatan Penduduk Rumah

Tangga

Rata-Rata Anggota Rumah

Tangga

1 Medan Tuntungan 81.798 19.114 4,28

2 Medan Johor 125.456 28.844 4,35

3 Medan Amplas 115.543 26.717 4,32

4 Medan Denai 141.866 31.305 4,53

5 Medan Area 96.647 21.545 4,49

6 Medan Kota 72.663 17.026 4,27

7 Medan Maimun 39.646 9.128 4,34

8 Medan Polonia 53384 12.122 4,40

9 Medan Baru 39.564 10.657 3,71

10 Medan Selayang 99.982 26.661 3,75

11 Medan Sunggal 112.918 26.133 4,32

12 Medan Helvetia 145.239 32.016 4,54

13 Medan Petisah 61.832 15.120 4,09

14 Medan Barat 70.881 16.386 4,33

15 Medan Timur 108.758 25.136 4,33

16 Medan Perjuangan 93.483 22.320 4,19

17 Medan Tembung 133.784 29.886 4,48

18 Medan Deli 170.013 38.917 4,37

19 Medan Labuhan 112.316 24.907 4,51

20 Medan Marelan 145.788 33.446 4,36

21 Medan Belawan 97.663 21.076 4,54

Kota medan 2.117.224 488.462 4,33


(37)

Metode Penentuan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode penelusuran (Accidental Sampling), yaitu pengambilan sampel tidak ditetapkan lebih dahulu dimana peneliti langsung mengumpulkan data dari unit sampling yang memenuhi kriteria sampel. Kriterianya adalah orang yang mengkonsumsi minyak goreng bermerek.

Menurut Sugiono (2006), sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti dan yang dianggap dapat menggambarkan populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah individu yang mengonsumsi minyak goreng bermerek. Penentuan besarnya sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode Slovin, dengan rumus:

�= �

�+��� Dimana:

n = ukuran sampel N = ukuran populasi

E = kesalahan pengambilan sampel yang ditolerir, dalam hal ini 15% Dengan demikian, besarnya sampel yang diperoleh sebanyak:

�= ��.���

�+��.���(�.��)�

�= ��.���


(38)

�= ��.���

���,����

�=��,��=�������������

Banyaknya sampel adalah 44 rumah tangga yang ada di Kecamatan Medan Deli. Maka diharapkan besar sampel tersebut dapat mewakili populasi.

Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber informasi dengan menggunakan instrument kuesioner dan wawancara. Sedangkan data sekunder diperoleh secara tidak langsung melalui pihak ketiga seperti, BPS Kota Medan, internet, dan instansi lain terkait.

Metode Analis Data

Untuk identifikasi masalah 1 untuk melihat faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi konsumsi minyak goreng digunakan metode regresi linear berganda. Data yang dibutuhkan untuk hal ini adalah data harga minyak goreng, pendapaan rata-rata, tingkat pendidikan konsumen, dan jumlah tanggungan konsumen, dimana nilai-nilai parameter tersebut selanjutnya akan diduga, adapun fungsinya adalah :


(39)

Y = a + b₁X₁ + b₂X₂ + b₃X₃ + b4X4 + e

Keterangan,

Y = Konsumsi minyak goreng bermerek (kg/bln) a = Konstanta

b1-b4 = koefisien regresi

X1 = Harga minyak goreng bermerek (Rp/kg) X2 = Pendapatan rata-rata (Rp/Bln)

X3 = Jumlah tanggungan (orang) X4 = Pendidikan (tahun)

e = kesalahan pengganggu

Hipotesis yang digunakan adalah:

H0 : Harga minyak goreng bermerek, pendapatan rata-rata, jumlah tanggungan, dan pendidikan, tidak berpengaruh terhadap konsumsi minyak goreng bermerek di lokasi penelitian

H1 : Harga minyak goreng bermerek, pendapatan rata-rata, jumlah tanggungan, dan pendidikan, berpengaruh terhadap konsumsi minyak goreng bermerek di lokasi penelitian


(40)

Untuk identifikasi masalah 2 digunakan analisis deskriftif dengan menjumlahkan atau menskorkan data-data yang diperoleh.

Table 4. Parameter Tingkat Keputusan Konsumen

No Parameter Pernyataan Skor

1 Membeli minyak goreng bermerek karena kebutuhan

a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Ragu-ragu d. Setuju e. Sangat setuju

1 2 3 4 5 2 Membeli minyak goreng bermerek

berdasarkan pengalaman membeli sebelumnya

a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Ragu-ragu d. Setuju e. Sangat setuju

1 2 3 4 5 3 Membeli minyak goreng bermerek karena

pengaruh dari orang lain/ teman

a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Ragu-ragu d. Setuju e. Sangat setuju

1 2 3 4 5 4 Membeli minyak goreng bermerek karena

pengaruh dari anggota keluarga

a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Ragu-ragu d. Setuju e. Sangat setuju

1 2 3 4 5 5 Membeli minyak goreng bermerek karena

harga

a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Ragu-ragu d. Setuju e. Sangat setuju

1 2 3 4 5 6 Membeli minyak goreng bermerek karena

kualitasnya baik

a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Ragu-ragu d. Setuju e. Sangat setuju

1 2 3 4 5 7 Membeli minyak goreng bermerek karena

adanya promosi dari penjual/ iklan

a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Ragu-ragu d. Setuju e. Sangat setuju

1 2 3 4 5 8 Membeli minyak goreng bermerek karena

kemudahan memperolehnya

a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Ragu-ragu d. Setuju e. Sangat setuju

1 2 3 4 5


(41)

Untuk mengukur tingkat keputusan konsumen digunakan metode scoring dengan 8 parameter.

Untuk mengukur range dari skor digunakan rumus:

�����=������������ − ������������

��������������

Jumlah tingkat skor keputusan konsumen adalah 8-40. Apabila skor berada pada : ≥10-20 = tingkat keputusan rendah

21-31 = tingkat keputusan sedang ≥32 = tingkat keputusan tinggi

Uji Asumsi Klasik

Untuk dapat mangaplikasikan OLS terdapat setidaknya beberapa persyaratan yang harus dipenuhi yaitu BLUE (Best Linear Unbiased Estimator) dimana untuk memperoleh model regresi yang terbail. Dengan demikian sebelum data diestimasi dengan metode OLS ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi sebagai berikut:

1. Uji Linieritas

Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah persamaan regresi yang diperoleh linear atau tidak dengan uji F. Kriteria yang digunakan adalah bila Fhitung > Ftabel bentuk hubungan adalah linier.

2. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinearitas dimaksudkan untuk menghindari adanya hubungan yang linear antar variabel bebas. Menurut Gujarati (1994), Multikolinearitas dapat dideteksi dengan beberapa metode, diantaranya adalah dengan melihat :


(42)

• Jika nilai Toleransi atau VIF (Variance Inflation Factor) kurang dari 0,1 atau nilai VIF melebihi 10

• Terdapat koefisien korelasi sederhana yang mencapai atau melebihi 0,8 Jika nilai F-hitung melebihi nilai F-Tabel dari regresi antar variabel bebas (Sujianto, 2009)

3. Uji Heteroskedastisitas

Uji heterokedastisitas dilakukan untuk mengetahui populasi Y yang berhubungan dengan berbagai nilai X mempunyai varians yang sama. Heteroskedastitas dapat dideteksi dengan beberapa metode, diantara adalah:

• Metode grafik, yaitu melalui grafik penyebaran nilai-nilai residual terhadap nilai-nilai prediksi. Jika membentuk suatu pola tertentu maka terjadi heteroskedstisitas.

• Dengan uji Park, terdapat dua tahap prosedur. Dalam tahap pertama kita melakukan regresi OLS dengan tidak memandang persoalan heteroskedastisitas yaitu dengan persamaan awal

Koefisien Determinasi (R2)

Uji koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerengkan variasi variabel independen. Nilai (R2) yang semakin mendekati 1, berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel independen.


(43)

Uji F

Untuk mengetahui apakah masing-masing faktor tersebut secara serempak berpengaruh nyata atau tidak terhadap jumlah pembelian minyak goreng bermerek (Y), maka digunakan uji F. Untuk perhitungan uji F dibantu dengan penghitungan SPSS setelah itu membandingkan nilai F hasil perhitungan dengan nilai F menurut tabel. Apabila hasil perhitungannya menunjukkan.

1. F-hitung > Ftabel ,maka H0 ditolak dan Ha diterima.

Artinya : variasi dari model regresi berhasil menerangkan variasi variabel bebas secara keseluruhan,sejauh mana pengaruhnya terhadap variabel tidak bebas (variabel terikat).

2. F-hitung ≤ Ftabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak

Artinya: variasi dari model regresi tidak berhasil menerangkan variasi variabel bebas secara keseluruhan, sejauh mana pengaruhnya terhadap variabel tidak bebas (variabel terikat).

Uji t

Uji t digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel bebas secara parsial berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel terikat. Derajat kepercayaan yang digunakan adalah 0,05% (Firdaus, 2004)

Kriteria uji yang diajukan:

Jika sig.< 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima Jika sig.> 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak


(44)

Definisi Dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami penelitian ini maka dibuat definisi dan batasan operasional.

Definisi

1. Konsumen adalah individu yang membeli dan mengkonsumsi untuk memenuhi kebutuhan sendiri.

2. Minyak goreng bermerek adalah minyak goreng yang berasal dari proses industri dimana telah dilakukan penyaringan 2-4 kali dan didistribusikan dalam bentuk kemasan.

3. Pangsa pasar adalah besarnya bagian atau luasnya total pasar yang dapat dikuasai oleh suatu perusahaan yang biasanya dinyatakan dengan persentase.

4. Harga adalah harga yang sudah ditetapkan oleh pedagang minyak goreng bermerek.

5. Pendapatan konsumen adalah pendapatan keluarga rata-rata per bulan. 6. Jumlah tanggungan adalah jumlah anggota keluarga yang menjadi


(45)

Batasan Operasional

1. Penelitian dilakukan di Kot Medan Kecamatan Medan Deli. 2. Waktu penelitian dilakukan pada tahun 2013

3. Sampel penelitian adalah konsumen yang mengkonsumsi minyak goreng bermerek di Kota Medan Kecamatan Medan Deli dan dianggap mampu memberikan informasi yang dibutuhkan.


(46)

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN

KARAKTERISTIK SAMPEL

Deskripsi Daerah Penelitian

Letak Geografis Kota Medan dan Lingkup Wilayah Penelitian

Letak geografis Kota Medan pada kisaran 3° 30' – 3° 43' LU dan 98° 35' - 98° 44' BT dengan ketinggian 2,5 - 37,5 m dpl

,

serta memiliki luas wilayah sebesar 265,10 Km² (26.510 Ha). Secara administratif, Kota Medan terdiri dari 21 Kecamatan dan 151 Kelurahan serta memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:

• Utara : Kabupaten Deli Serdang dan Selat Malaka • Selatan : Kabupaten Deli Serdang

• Barat : Kabupaten Deli Serdang • Timur : Kabupaten Deli Serdang

Luas Wilayah dan Rasio Terhadap Luas Kota Madya Medan

Luas wilayah biasanya menjadi salah satu indikator dalam menganalisis potensi yang dimiliki oleh suatu daerah. Semakin luas sebuah daerah maka akan semakin besar pula peluang untuk meningkatkan berbagai potensi yang dimiliki. Misalnya pemanfaatan lahan pertanian, pemukiman penduduk, serta berbagai pemanfaatan lainnya. Selain itu, luas lahan juga menjadi faktor penting dalam melakukan pemetaan dan pemerataan penduduk. Secara rinci sebaran luas wilayah menurut kecamatan di Kota Medan adalah sebagai berikut :


(47)

Tabel 5. Luas Wilayah dan Rasio terhadap Luas Kota Medan

No Kecamatan

Luas Wilayah (Km²)

Rasio terhadap Luas Kota Madya (%)

1 Medan Tuntungan 20,68 7,80

2 Medan Johor 14,58 5,50 3 Medan Amplas 11,19 4,22 4 Medan Denai 9,05 3,41 5 Medan Area 5,52 2,08 6 Medan Kota 5,27 1,99 7 Medan Maimun 2,98 1,12 8 Medan Polonia 9,01 3,40 9 Medan Baru 5,84 2,20 10 Medan Selayang 12,81 4,83 11 Medan Sunggal 15,44 5,82 12 Medan Helvetia 13,16 4,96 13 Medan Petisah 6,82 2,57 14 Medan Barat 5,33 2,01 15 Medan Timur 7,76 2,93 16 Medan Perjuangan 4,09 1,54 17 Medan Tembung 7,99 3,01 18 Medan Deli 20,84 7,86 19 Medan Labuhan 36,67 13,83 20 Medan Marelan 23,82 8,99 21 Medan Belawan

Total

26,25 265,10

9,90 100,00 Sumber : Medan Dalam Angka, 2012

Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa, luas wilayah terbesar di Kota Medan adalah Kecamatan Medan Labuhan yaitu 36,67 Km² atau sebesar 13,83% dari seluruh luas wilayah Kota Medan. Dan Kecamatan yang memiliki luas paling sedikit adalah Kecamatan Medan Maimun yaitu 2,98 Km² atau sebesar 1,12% dari total luas Kota Medan.

Kecamatan Medan Deli adalah lokasi yang dijadikan untuk penelitian ini. Kecamatan Medan Deli adalah salah satu dari


(48)

penduduknya adalah pendatang sedangkan penduduk asli Suku Melayu Deli 30% saja.

Gambar 1. Peta Kecamatan Medan Deli.

Kepadatan Penduduk

Jumlah penduduk Kota Medan tahun 2011 sebanyak 2.117.224 jiwa, jika dibandingkan dengan lahan seluas 265,10 Km² dapat digambarkan kepadatan penduduk Kota Medan adalah sebanyak 7.987 jiwa/Km². Angka ini menggambarkan bahwa setiap 1 Km² terdapat 7.987 jiwa. Secara rinci, kepadatan penduduk Kota Medan menurut Kecamatan dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Kota Medan Tahun 2011


(49)

No Kecamatan

Luas Wilayah (Km²)

Jumlah Penduduk Kepadatan (Jiwa) Penduduk (Jiwa/ Km²) 1 Medan Tuntungan 20,68 81.798 3.955 2 Medan Johor 14,58 125.456 8.605 3 Medan Amplas 11,19 115.543 10.326 4 Medan Denai 9,05 141.866 15.676 5 Medan Area 5,52 96.647 17.509 6 Medan Kota 5,27 72.663 13.788 7 Medan Maimun 2,98 39.646 13.304 8 Medan Polonia 9,01 53.384 5.925 9 Medan Baru 5,84 39.564 6.775 10 Medan Selayang 12,81 99.982 7.805 11 Medan Sunggal 15,44 112.918 7.313 12 Medan Helvetia 13,16 145.239 11.036 13 Medan Petisah 6,82 61.832 9.066 14 Medan Barat 5,33 70.881 13.298 15 Medan Timur 7,76 108.758 14.015 16 Medan Perjuangan 4,09 93.483 22.856 17 Medan Tembung 7,99 133.784 16.744 18 Medan Deli 20,84 170.013 8.158 19 Medan Labuhan 36,67 112.316 3.063 20 Medan Marelan 23,82 145.788 6.130 21 Medan Belawan

Total 26,25 265,10

95.663 3.644 2.117.224 7.987 Sumber : Medan Dalam Angka, 2012

Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa kepadatan penduduk tertinggi di Kota Medan adalah Kecamatan Medan Perjuangan yaitu sebesar 22.856 Jiwa/ Km². Wilayah yang dimiliki oleh Kecamatan Medan Perjuangan relatif kecil jika dibandingkan dengan jumlah penduduk yang ada. Sedangkan kepadatan penduduk paling rendah adalah Kecamatan Medan Labuhan yaitu sebesar 3.063 Jiwa/Km², padahal Kecamatan Medan Labuhan merupakan Kecamatan yang memiliki wilayah terluas diantara kecamatan-kecamatan lainnya di Kota Medan. Hal ini menunjukkan bahwa wilayah yang dimiliki oleh Kecamatan Medan Labuhan relatif sangat besar jika dibandingkan dengan jumlah penduduk yang menempatinya.


(50)

Kota Medan Secara Ekonomi

Pada hakekatnya pembangunan ekonomi daerah adalah serangkaian usaha dan kebijakan yang bertujuan meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja dan pemerataan pembagian pendapatan masyarakat. Kinerja pembangunan ekonomi daerah mempunyai peranan yang amat penting karena keberhasilan dibidang ekonomi dapat menyediakan sumberdaya yang lebih luas bagi pembangunan daerah dibidang lainnya. Oleh karena itu, aspek ekonomi secara umum dijadikan salah satu ukuran penting untuk menilai kemajuan, kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat daerah.

Peranan atau kontribusi sektor ekonomi menunjukkan besarnya kemampuan masing-masing sektor ekonomi dalam menciptakan nilai tambah dan menggambarkan kemampuan memproduksi barang dan jasa dari masing-masing sektor ekonomi. Untuk mengetahui struktur ekonomi Kota Medan dapat dilihat dari kontribusi setiap sektor dalam pembentukan PDRB menurut lapangan usaha atas dasar harga yang berlaku.


(51)

Tabel 7. Struktur Perekonomian Kota Medan 2007-2011

No Kelompok Sektor Kontribusi Terhadap PDRB (%) 2007 2008 2009 2010 2011 1

2

Pertanian Pertambangan

2,922 2,845 2,815 2,773 2,671 0,007 0,005 0,004 0,004 0,003 Primer 2,928 2,850 2,819 2,778 2,674 3

4 5

Industri

Listrik, Gas dan Air Bangunan

16,296 16,283 15,963 14,891 14,973 2,257 1,876 1,750 1,706 1,698 9,817 9,774 9,548 9,498 9,782 Sekunder 28,370 27,934 27,263 26,096 26,454 6 7 8 9 Perdagangan Pengangkutan Keuangan Jasa

25,983 25,438 25,916 26,741 26,924 18,760 19,021 19,082 19,958 18,948 13,409 14,127 14,625 13,797 14,274 10,547 10,627 10,292 10,626 10,723 Tersier 68,700 69,214 69,917 71,125 70,870 Jumlah 100 100 100 100 100 Sumber :Medan Dalam Angka, 2012

Berdasarkan tabel 7 di atas, struktur perekonomian Kota Medan tidak berbeda jauh selama rentang waktu 2007-2011. Untuk sektor perdagangan merupakan sektor yang paling besar peranannya terhadap pembentukan PDRB Kota Medan diikuti sektor pengangkutan. Selanjutnya sektor industri, sektor keuangan dan yang terakhir sektor bangunan atau kontruksi. Sedangkan sektor yang paling berkontribusi sedikit adalah pertambangan, diikuti listrik, gas dan air serta yang terakhir adalah sektor pertanian.

Kota Medan Secara Sosial

Kondisi sosial yang terbagi atas pendidikan, kesehatan, kemiskinan, keamanan dan ketertiban, agama dan lainnya merupakan faktor penunjang dan penghambat bagi pertumbuhan ekonomi Kota Medan.


(52)

IPM (Indeks Pembangunan Masyarakat) Kota Medan mengalami peningkatan selama masa waktu 2007-2010 dimana mengindikasikan bahwa tingkat kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat cenderung semakin membaik. Selain itu, peningkatan ini juga meningkatkan daya beli dan pendapatan masyarakat sehingga mampu meningkatkan derajat kesehatan dan tingkat pendidikan yang ditandai dengan bertambahnya usia harapan hidup, rata-rata lama bersekolah dan meningkatnya konsumsi (daya beli) perkapita masyarakat Kota Medan. Berikut adalah Tabel Indeks Pembangunan Masyarakat Kota Medan.

Tabel 8. Indeks Pembangunan Masyarakat Tahun Harapan

Hidup Melek Huruf Rata-rata Lama Sekolah Pengeluaran rill per kapita

IPM

(Tahun) (%) (Tahun) (000 Rp) HDI

2007 2008 2009 2010 71,1 71,5 71,7 71,7 99,10 99,29 99,31 99,31 10,7 10,7 10,8 10,8 620,70 631,05 632,32 632,34 75,60 76,70 76,99 76,99 Sumber : Medan Dalam Angka, 2012

Karakteristik Sampel Penelitian

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsumen yang mengkonsumsi minyak goreng bermerek di Kota Medan khususnya Kecamatan Medan Deli. Karakteristik konsumen yang dimaksud meliputi karakteristik sosial ekonomi yang terdiri dari jumlah tanggungan, umur, pendapatan, harga minyak goreng, dan tingkat pendidikan.

a. Tingkat Pendidikan

Pendidikan konsumen erat hubungnnya dengan pengetahuan terhadap suatu barang baik dari segi kualitas maupun manfaatnya. Adapun pendidikan konsumen


(53)

sampel di daerah penelitian Kota Medan Kecamatan Medan Deli dari SD sampai Perguruan Tinggi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 9. Pendidikan Sampel Minyak Goreng Bermerek

No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 SD 1 2.28

2 SLTP 1 2.28

3 SLTA 5 11.36

4 Diploma 4 9.09

5 Sarjana 25 56.81

6 Pasca sarjana 8 18.18

Jumlah 44 100

Sumber: Analisis Data Lampiran 2

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan konsumen sampel rata-rata SARJANA dan Perguruan PASCA SARJANA. Untuk jumlah konsumen sampel yang terbesar adalah pada SARJANA yaitu sebesar 25 orang atau 56.81 %

sedangkan terkecil berada pada tingkat SD dan SLTP yaitu masing-masing sebesar 1 orang atau 2.28 %.

b. Jumlah Tanggungan

Dalam membeli dan mengkonsumsi minyak goreng, jumlah konsumsi sampel sangat dipengaruhi oleh anggota keluarga yang menjadi tanggungannya. Adapun jumlah tanggungan atau jumlah anggota keluarga pada daerah penelitian dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 10. Jumlah Tanggungan Sampel Minyak Goreng

No Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah (Jiwa) Persentase(%)

1 0 – 2 4 9,09

2 3 – 5 40 90,91

Jumlah 44 100


(54)

Dari tabel di atas dapat dilihat jumlah tanggungan terbanyak ada pada kelompok 3-5 yaitu sebanyak 44 orang atau 90,91 % dan yang terkecil pada kelompok 0-2 yaitu sebanyak 4 orang atau 9,09 %.

c. Pendapatan

Daya beli masyarakat dapat dilihat melalui pendapatannya, jika pendapatan yang diperoleh cukup tinggi, maka pada umumnya daya beli masyarakat juga tinggi. Pendapatan konsumen minyak goreng di daerah penelitian digolongkan berdasarkan penggolongan pengeluaran perkapita per bulan cukup bervariasi, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 11. Jumlah Pendapatan Sampel Minyak Goreng

No Pendapatan Jumlah (Jiwa) Jumlah (%)

1 Rp.2.000.000 – Rp. 2.900.000 17 38,64

2 Rp.3.000.000 – Rp. 3.900.000 22 50

3 Rp.4.000.000 – Rp. 4.900.000 3 6,82

4 Rp.5.000.000 – Rp. 5.900.000 2 4,54

Jumlah 44 100

Sumber: Analisis Data Lampiran 2

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pendapatan konsumen terbanyak ada pada kelompok Rp.3.000.000 – Rp.3.900.000 atau 50 %. Pendapatan konsumen yang terkecil berada pada kelompok Rp.5.000.000 – Rp. 5.900.000 atau 4,54 %.


(55)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Analisis Faktor-Faktor Apa Saja Yang Mempengaruhi Konsumen Dalam Mengkonsumsi Minyak Goreng Bermerek

Untuk memperoleh hasil dari faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi konsumen dalam mengkonsumsi minyak goreng bermerek, maka dilakukan penelitian terhadap 44 sampel konsumen minyak goreng bermerek yang dilakukan di Kecamatan Medan Deli. Adapun yang telah diteliti adalah apakah jumlah tanggungan, pendapatan, harga minyak goreng bermerek, harga minyak goreng curah, dan tingkat pendidikan akan mempengaruhi jumlah konsumsi minyak goreng bermerek di Kota Medan.

Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah variabel pengganggu (e) memiliki distribusi normal atau tidak. Uji normalitas dapat dilihat dari posisi normal sebaran data dengan menggunakan standard deviasi dari histogram dan menggunakan One-Sample Kolmogorof –Smirnov test.


(56)

Gambar 2. Histogram

Berdasarkan gambar 2, dapat dilihat bahwa histogram memiliki kurva yang simetris, berarti dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.


(57)

Jika dilihat dari gambar 3, plot (gradien antar probabilitas kumulatif observasi dan probabilitas kumulatif harapan) berada di sepanjang garis, maka residual mengikuti distribusi normal. Kemudian normalitas juga dapat dilihat pada lampiran 2, One Sample Kolmogorov Smirnov Test diperoleh bahwa data berdistribusi normal.

Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidak penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas yaitu adanya ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi.

Gambar 4. Scatterplot

Berdasarkan gambar diatas, dapat diketahui bahwa titik-titik tidak membentuk pola yang jelas, dan titik-titik menyebar secara acak. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas dalam model regresi.


(58)

Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas dapat dilihat dari nilai Tolerance dan VIF dari masing-masing variabel dibawah ini:

Tabel 12. Nilai Coefficient dan VIF

Variabel Toleransi VIF

Harga Beli Minyak Goreng Bermerek 0.575 1,740

Pendapatan 0.503 1,989

Pendidikan 0.825 1,212

Jumlah tanggungan 0.623 1,604

Sumber : Analisis Data Lampiran 4

Berdasarkan tabel, nilai Tolerance dari masing-masing variabel besar dari 0,05 dan korelasi antara variabel independen (bebas) juga dapat dilihat dari nilai VIF (variance-inflating factor) yaitu lebih kecil dari 10. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel yang digunakan dalam persamaan tidak terjadi gejala multikolinearitas.

Interpretasi Hasil

Analisis regresi linier berganda dilakukan terhadap semua variabel independen dengan tingkat signifikansi 0,05 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 13. Analisis Regresi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumen Dalam Mengkonsumsi Minyak Goreng Bermerek

Penduga Koefisien Regresi Signifikan t Signifikan F

Constant -0.609 -0.610

Harga Beli Minyak

Goreng Bermerek 6.750E-5 0.846

Pendapatan 7.748E-7 7.798

Pendidikan -0.077 -1.045

Tanggungan 0.003 0.108

R2 = 0,781 0,000


(59)

Berdasarkan tabel 13, maka dapat diperoleh persamaan sebagai berikut :

Y = -0.609+ 6.750E-5 X1 + 7.748E-7X2 + -0.077X3 + 0.003X4 + e

Dari persamaan tersebut dapat diinterpretasikan pengaruh harga minyak goreng bermerek, pendapatan, pendidikan, dan jumlah tanggungan terhadap konsumsi minyak goreng bermerek adalah sebagai berikut :

1. Harga Minyak Goreng Bermerek (X1)

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa harga minyak goreng bermerek memiliki nilai koefisien sebesar 0,00006750. Artinya jika harga minyak goreng bermerek meningkat sebesar Rp 1.000/kg maka konsumsi minyak goreng bermerek akan meningkat sebesar 0,06750 kg, dimana faktor lain dianggap tetap.

2. Pendapatan (X2)

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan memiliki nilai koefisien sebesar 0,0000007748. Artinya jika pendapatan meningkat sebesar Rp1.000 maka, nilai ini menunjukkan jumlah konsumsi minyak goreng bermerek akan meningkat sebesar 0, 0007748 kg, dimana faktor lain dianggap tetap.

3. Tingkat Pendidikan (X3)

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa koefisien regresi tingkat pendidikan diperoleh sebesar -0.077. Artinya nilai ini menunjukkan ketika tingkat pendidikan bertambah 1 tahun maka jumlah konsumsi minyak goreng bermerek menurun sebesar -0.077 kg, dimana faktor lain dianggap tetap. 4. Jumlah Anggota Keluarga (X4)


(60)

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa koefisien regresi jumlah anggota keluarga diperoleh sebesar 0.003. Artinya nilai ini menunjukkan ketika jumlah anggota keluarga bertambah 1 orang maka jumlah konsumsi minyak goreng bermerek juga akan meningkat sebesar 0,003 kg, dimana faktor lain dianggap tetap.

Uji Kesesuaian Model

Berdasarkan lampiran 2 diperoleh nilai R-square (R2) sebesar 0,781. Hal ini berarti bahwa keempat variabel bebas yaitu harga minyak goreng bermerek, pendapatan, pendidikan dan jumlah anggota keluarga mampu menjelaskan varians permintaan sebesar 78,1 persen dan sisanya 21,9 persen dijelaskan oleh variabel lain diluar dari model persamaan.

Uji F (Uji Simultan)

Berdasarkan lampiran 2 diperoleh nilai signifikan F sebesar 0,000 yaitu lebih kecil dibandingkan dengan α sebesar 0,05 (5%). Dengan demikian H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini menunjukkan variabel bebas secara serempak berpengaruh secara nyata terhadap konsumsi minyak goreng bermerek di Kota Medan.


(61)

Uji t (Uji Parsial)

Berdasarkan lampiran 2 diperoleh nilai signifikan t sebagai berikut :

1. Harga Beli Minyak Goreng Bermerek

Harga beli Minyak Goreng Bermerek (X1) diperoleh sebesar 0,403 yaitu lebih besar dibandingkan dengan α sebesar 0,05 (5%). Dengan demikian H0 diterima dan H1 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh harga beli minyak goreng curah terhadap konsumsi minyak goreng bermerek di Kota Medan adalah tidak nyata.

2. Pendapatan

Pendapatan konsumen (X2) diperoleh sebesar 0,000 yaitu lebih kecil dibandingkan dengan α sebesar 0,05 (5%). Dengan demikian H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh pendapatan terhadap konsumsi minyak goreng bermerek di Kota Medan adalah nyata.

3. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan (X3) diperoleh sebesar 0,302 yaitu lebih besar dibandingkan dengan α sebesar 0,05 (5%). Dengan demikian H0 diterima dan H1 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh pendidikan terhadap konsumsi minyak goreng bermerek di Kota Medan adalah tidak nyata.

4. Jumlah Anggota Keluarga

Jumlah anggota keluarga (X4) diperoleh sebesar 0,915 yaitu lebih besar dibandingkan dengan α sebesar 0,05 (5%). Dengan demikian H0 diterima dan H1 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh harga beli minyak goreng


(62)

curah terhadap konsumsi minyak goreng bermerek di Kota Medan adalah tidak nyata.

Pembahasan

1. Harga Beli Minyak Goreng Bermerek

Hasil penelitian menunjukkan jika harga minyak goreng bermerek meningkat maka jumlah konsumsi minyak goreng bermerek juga akan meningkat. Namun hal ini berpengaruh secara tidak nyata terhadap konsumsi minyak goreng bermerek di Kota Medan. Menurut Pracoyo (2006), bila harga naik maka permintaan akan turun dan sebaliknya bila harga turun permintaan akan naik. Dengan demikian perubahan harga terhadap permintaan mempunyai arah yang berkebalikan.

Namun pada penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang ada. Hal ini dikarenakan minyak goreng merupakan salah satu bahan makanan pokok yang selalu dikonsumsi oleh konsumen. Minyak goreng yang ada di pasar ada 2 jenis yaitu, minyak goreng bermerek dan minyak goreng curah. Minyak goreng bermerek memiliki harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan minyak goreng curah. Tetapi minyak goreng bermerek tetap menjadi pilihan konsumen dikarenakan kualitasnya yang lebih baik dibandingkan dengan minyak goreng curah. Sehingga apabila harga minyak goreng bermerek meningkat, maka konsumen akan tetap membeli dan mengkonsumsi minyak goreng bermerek tersebut tetapi digantikan dengan minyak goreng merek lain yang harganya lebih murah dari yang biasa dikonsumsi.


(63)

2. Pendapatan

Dari hasil penelitian, jika pendapatan konsumen meningkat maka konsumsi minyak goreng bermerek juga akan meningkat. Menurut teori, bila pendapatan seseorang meningkat maka akan meningkatkan permintaannya terhadap suatu barang. Maka hubungan antara pendapatan dengan jumlah barang yang diminta adalah positif (Pracoyo, 2006). Dalam hal ini pendapatan berpengaruh secara nyata terhadap konsumsi minyak goreng bermerek di Kota Medan. 3. Pendidikan

Jika tingkat pendidikan meningkat maka jumlah konsumsi minyak goreng bermerek akan menurun. Namun hal ini berpengaruh secara tidak nyata terhadap konsumsi minyak goreng bermerek di Kota Medan. Pendidikan menjadi hal yang dapat mempengaruhi konsumsi minyak goreng bermerek. Sebab pada saat seseorang pendidikannya semakin tinggi, mereka tidak lagi sekedar memenuhi kebutuhan makan dan minum melainkan juga memenuhi kebutuhan informasi, pergaulan masyarakat yang lebih baik, serta kebutuhan akan pengakuan orang lain terhadap keberadaannya.

4. Jumlah anggota keluarga

Jika jumlah anggota keluarga konsumen meningkat maka konsumsi minyak goreng bermerek menurun. Namun, dalam hal ini berpengaruh secara tidak nyata terhadap konsumsi minyak goreng bermerek di Kota Medan dan tidak sesuai dengan teori yang ada. Menurut teori, semakin banyak jumlah anggota keluarga maka akan meningkatkan permintaan suatu barang. Hubungan antara jumlah anggota keluarga dengan jumlah barang yang diminta adalah positif (Pracoyo, 2006).


(64)

Perilaku Konsumen Minyak Goreng Bermerek Di Kota Medan (Alasan Konsumen Membeli Minyak Goreng Bermerek)

Ada beberapa perilaku yang dimiliki konsumen dalam melakukan kegiatan pembelian suatu barang. Perilaku ini dapat digolongkan menjadi rendah, sedang dan tinggi. Perilaku ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Untuk melihat alasan konsumen membeli minyak goreng bermerek dapat kita identifikasi dari faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam membeli minyak goreng bermerek, maka dibuat parameter faktor-faktor tersebut sehingga nantinya juga didapat penggolongan perilaku konsumen minyak goreng bermerek. Berikut dapat dilihat apa alasan konsumen membeli minyak goreng bermerek.

Tabel 14. Skor Rataan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

No Parameter Skor Yang

Diharapkan

Skor Rataan Yang Diperoleh

Ketercapaian

1 Kebutuhan Sehari-hari (2) 5 4.22 84.4 %

2 Kebiasaan 5 3.68 73.6 %

3 Dorongan Dari Orang Lain/ Teman

5 2.54 50.8 %

4 Dorongan Dari Anggota Keluarga

5 3.20 64 %

5 Harga (3) 5 3.77 75.4 %

6 Mutu/Kualitas (1) 5 4.31 86.2 %

7 Promosi Dari Penjual/ Iklan

5 2.86 57.2 %

8 Kemudahan Memperolehnya

5 3.36 67.2 %

Jumlah 40 27.94 69.85 %

Sumber : Analisis Data Lampiran 2

Berdasarkan tabel diatas dapat diambil beberapa kesimpulan dari parameter faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen terhadap pembelian minyak goreng bermerek. Berdasarkan hasil parameter perilaku pembelian konsumen


(65)

terhadap minyak goreng bermerek, dapat kita ketahui bahwa parameter mutu/kualitas, kebutuhan sehari-hari, dan harga menjadi alasan utama mengapa minyak goreng bermerek dibeli oleh konsumen. Hal ini bisa kita lihat dari jumlah persentase jawaban yang diperoleh yaitu: 86.2%, 84.4 %, 75.4 % sehingga untuk lebih jelasnya akan dibahas satu per satu mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen terhadap pembelian minyak goreng bermerek.

Kebutuhan Sehari-Hari

Berdasarkan tabel dapat kita lihat untuk parameter kebutuhan sehari-hari rataan skor yang diperoleh yaitu 4.22 dengan persentase ketercapaian 84.4 % dari skor 5 yang diharapkan. Berdasarkan keterangan dari responden, mereka membeli minyak goreng karena telah menjadi kebutuhan sehari-hari yaitu untuk memasak lauk pauk dengan menggunakan minyak goreng. Oleh karena itu, parameter kebutuhan sehari-hari menjadi faktor utama kenapa responden membeli minyak goreng bermerek.

Kebiasaan

Berdasarkan tabel diatas, dapat kita lihat bahwa parameter kebiasaan memperoleh rataan skor yaitu 3.68 dengan persentase ketercapaian 73.6 % dari 5 skor yang diharapkan. Berdasarkan keterangan dari responden, mereka membeli minyak goreng bermerek bukan merupakan suatu kebiasaan.

Dorongan Dari Orang Lain/ Teman

Berdasarkan tabel dapat kita lihat untuk parameter dorongan dari orang lain/teman diperoleh rataan skor yaitu 2.54 dengan persentase ketercapaian 50.8 % dari 5 skor yang diharapkan. Berdasarkan keterangan dari responden dalam melakukan


(66)

kegiatan pembelian minyak goreng bermerek bukan karena adanya dorongan dari orang lain atau teman.

Dorongan Dari Anggota Keluarga

Berdasarkan tabel dapat kita lihat untuk parameter dorongan dari anggota keluarga diperoleh rataan skor yaitu 3.20 dengan persentase ketercapaian 64 % dari 5 skor yang diharapkan. Berdasarkan keterangan dari responden dalam melakukan kegiatan pembelian minyak goreng bermerek bukan karena adanya dorongan dari anggota keluarga.

Harga

Berdasarkan tabel dapat kita lihat untuk parameter harga rataan skor yang diperoleh yaitu 3.77 dengan persentase ketercapaian 75.4 % dari skor 5 yang diharapkan. Berdasarkan keterangan dari responden, mereka membeli minyak goreng bermerek karena harganya yang tidak jauh berbeda dari harga minyak goreng curah. Oleh karena itu, parameter kebutuhan harga menjadi faktor utama kenapa responden tetap membeli minyak goreng bermerek.

Mutu/Kualitas

Berdasarkan tabel dapat kita lihat untuk parameter mutu/kualitas skor yang diperoleh yaitu 2.86 dengan persentase ketercapaian 57.2 % dari skor 5 yang diharapkan. Berdasarkan keterangan dari responden, mereka membeli minyak goreng bermerek karena kualitasnya yang baik jika dibandingankan dengan minyak goreng curah. Oleh karena itu, parameter mutu/kualitas menjadi faktor utama kenapa responden tetap membeli minyak goreng bermerek.


(67)

Promosi Dari Penjual/ Iklan

Berdasarkan tabel dapat dilihat untuk parameter promosi dari penjual atau iklan skor yang diperoleh yaitu 2.86 dengan persentase ketercapaian 57.2 % dari skor 5 yang diharapkan. Berdasarkan keterangan dari responden, mereka membeli minyak goreng bermerek bukan karena promosi dari penjual atau iklan. Oleh karena itu, parameter promosi dari penjual atau iklan tidak menjadi faktor utama kenapa responden dalam membeli minyak goreng bermerek.

Kemudahan Memperolehnya

Berdasarkan tabel dapat kita lihat untuk parameter promosi dari penjual atau iklan skor yang diperoleh yaitu 3.36 dengan persentase ketercapaian 67.2 % dari skor 5 yang diharapkan. Berdasarkan keterangan dari responden, mereka membeli minyak goreng bermerek bukan karena kemudahan dalam memperolehnya. Oleh karena itu, parameter kemudahan dalam memperoleh minyak goreng tidak menjadi faktor utama kenapa responden dalam membeli minyak goreng bermerek.


(68)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam mengkonsumsi minyak goreng bermerek di Kota Medan Kecamatan Medan Deli, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Harga beli minyak goreng bermerek, pendidikan, dan jumlah anggota keluarga tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi minyak goreng bermerek di kota medan. Namun, pendapatan berpengaruh nyata terhadap konsumsi minyak goreng bermerek di kota Medan.

2. Alasan konsumen dalam membeli minyak goreng bermerek dikarenakan beberapa alasan yaitu karena mutu/ kualitasnya, karena nerupakan kebutuhan sehari-hari, dan dikarenakan harganya yang tidak terlalu jauh berbeda dengan harga minyak goreng curah dengan Mutu/Kualitas (86.2 %), Kebutuhan Sehari-hari (84.4 %), Harga (75.4 %). Kemudian


(69)

Saran

1. Kepada Produsen

Produsen sebaiknya tetap menjaga ketersedian minyak goreng tersebut supaya kebutuhan minyak goreng bermerek tercukupi dan tetap menjaga kualitas dari minyak goreng tersebut.

2. Kepada Pemerintah

Hendaknya kepada pemerintah mensosialisasikan kebaikan dari minyak goreng bermerek. Hal ini sejalan dengan program pemerintah untuk mengurangi peredaran minyak goreng curah di pasaran dalam melindungi konsumen dan menjaga stabilisasi harga minyak goreng.

3. Peneliti Selanjutnya

Agar melakukan penelitian mengenai perilaku dan pengambilan keputusan konsumen dalam mengkonsumsi minyak goreng baik curah maupun bermerek.


(1)

Lampiran 4. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N Konsumsi minyak goreng

bermerek 2.4773 .69846 44

harga minyak goreng bermerek 1.3784E4 865.33854 44

pendapatan 3.0591E6 7.43129E5 44

jumlah tanggungan 15.3409 2.44895 44

pendidikan 3.3636 .78031 44

Correlations

Konsumsi minyak goreng

bermerek

harga minyak goreng

bermerek pendapatan

jumlah

tanggungan pendidikan Pearson

Correlation

Konsumsi minyak

goreng bermerek 1.000 .617 .876 .433 -.027

harga minyak

goreng bermerek .617 1.000 .635 .359 -.070

Pendapatan .876 .635 1.000 .514 .074

jumlah

tanggungan .433 .359 .514 1.000 .360

Pendidikan -.027 -.070 .074 .360 1.000

Sig. (1-tailed) Konsumsi minyak

goreng bermerek . .000 .000 .002 .431

harga minyak

goreng bermerek .000 . .000 .008 .325

Pendapatan .000 .000 . .000 .316

jumlah

tanggungan .002 .008 .000 . .008

Pendidikan .431 .325 .316 .008 .

N Konsumsi minyak

goreng bermerek 44 44 44 44 44

harga minyak

goreng bermerek 44 44 44 44 44

Pendapatan 44 44 44 44 44

jumlah

tanggungan 44 44 44 44 44


(2)

Variables Entered/Removedb

Model Variables Entered

Variables

Removed Method 1 pendidikan, harga

minyak goreng bermerek, jumlah tanggungan, pendapatana

. Enter

a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: Konsumsi minyak goreng bermerek

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Change Statistics R Square

Change F Change df1 df2 Sig. F Change

1 .884a .781 .758 .34336 .781 34.734 4 39 .000

a. Predictors: (Constant), pendidikan, harga minyak goreng bermerek, jumlah tanggungan, pendapatan

b. Dependent Variable: Konsumsi minyak goreng bermerek

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 16.379 4 4.095 34.734 .000a

Residual 4.598 39 .118

Total 20.977 43

a. Predictors: (Constant), pendidikan, harga minyak goreng bermerek, jumlah tanggungan, pendapatan b. Dependent Variable: Konsumsi minyak goreng bermerek


(3)

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standar dized Coefficie nts

T Sig.

95% Confidence

Interval for B Correlations

Collinearity Statistics

B

Std.

Error Beta

Lower Bound

Upper Bound

Zero-order Partial Part Tolera

nce VIF 1 (Constant) -.609 .997 -.610 .545 -2.625 1.408

harga minyak

goreng bermerek 6.750E-5 .000 .084 .846 .403 .000 .000 .617 .134 .063 .575 1.740 pendapatan 7.748E-7 .000 .824 7.798 .000 .000 .000 .876 .781 .585 .503 1.989 jumlah

tanggungan .003 .027 .010 .108 .915 -.052 .058 .433 .017 .008 .623 1.604 pendidikan -.077 .074 -.086 -1.045 .302 -.227 .072 -.027 -.165 -.078 .825 1.212 a. Dependent Variable: Konsumsi minyak

goreng bermerek

Coefficient Correlationsa

Model pendidikan

harga minyak goreng bermerek

jumlah

tanggungan pendapatan

1 Correlations Pendidikan 1.000 .185 -.388 .011

harga minyak goreng bermerek .185 1.000 -.117 -.551

jumlah tanggungan -.388 -.117 1.000 -.370

Pendapatan .011 -.551 -.370 1.000

Covariances Pendidikan .005 1.092E-6 .000 8.137E-11

harga minyak goreng bermerek 1.092E-6 6.370E-9 -2.526E-7 -4.369E-12 jumlah tanggungan .000 -2.526E-7 .001 -9.942E-10 Pendapatan 8.137E-11 -4.369E-12 -9.942E-10 9.873E-15 a. Dependent Variable: Konsumsi minyak goreng bermerek


(4)

Collinearity Diagnosticsa

Model Dimension Eigenvalue

Condition Index

Variance Proportions

(Constant)

harga minyak goreng

bermerek pendapatan

jumlah

tanggungan pendidikan

1 1 4.912 1.000 .00 .00 .00 .00 .00

2 .049 10.001 .00 .00 .24 .00 .47

3 .025 13.893 .03 .02 .31 .00 .32

4 .012 20.160 .01 .01 .17 1.00 .15

5 .001 63.023 .96 .97 .28 .00 .06

a. Dependent Variable: Konsumsi minyak goreng bermerek

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N Predicted Value 1.6045 4.0991 2.4773 .61718 44 Std. Predicted Value -1.414 2.628 .000 1.000 44 Standard Error of Predicted

Value .065 .217 .111 .033 44

Adjusted Predicted Value 1.3409 4.1232 2.4706 .62850 44

Residual -.61520 .75297 .00000 .32700 44

Std. Residual -1.792 2.193 .000 .952 44

Stud. Residual -1.899 2.301 .009 1.007 44

Deleted Residual -.69097 .82881 .00668 .36766 44 Stud. Deleted Residual -1.968 2.443 .011 1.029 44

Mahal. Distance .570 16.220 3.909 3.176 44

Cook's Distance .000 .295 .026 .049 44

Centered Leverage Value .013 .377 .091 .074 44 a. Dependent Variable: Konsumsi minyak goreng bermerek


(5)

(6)