BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tumbuhan Salaon (Indigofera tinctoria L.) - Studi Penggunaan Serbuk Daun Salaon(Indigofera tinctoria L.), Gambir (Uncaria gambir (Hunter) Roxb), Biji Alpukat (Persea americana Mill) dan Kapur Tohor Dalam Sediaan Pewarna

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tumbuhan Salaon (Indigofera tinctoria L.)

  Salaon merupakan tumbuhan yang digunakan sebagai pewarna benang dalam pembuatan ulos di daerah Samosir yang dapat menghasilkan warna biru alami (Niessen, 2009).

  Indigofera dalam bahasa latin berarti indigo menghasilkan warna biru

  alami dari organ daun (Muzayyinah, 2012). Genus Indigofera (kira-kira 700 jenis) tersebar di seluruh wilayah tropika dan subtropika di Asia, Afrika dan Amerika.

  Kira-kira 40 jenis asli Asia Tenggara dan banyak jenisnya yang telah dibudidayakan di seluruh wilayah tropika (Suheryanto, 2012).

  Indigofera adalah sosok nama tumbuhan yang tidak asing bagi kalangan pecinta warna alami, pecinta batik tulis. Warna indigo yang oleh masyarakat umum dikenal dengan nila terkandung di dalam jenis tumbuhan Indigofera (Muzayyinah, 2012).

  Indigofera tinctoria L. tumbuh tersebar luas di Indonesia juga di negara

  lain diantaranya Taiwan, Jepang, India, dan Thailand. Tumbuhan ini sudah ada sejak dulu dan para pengrajin telah menggunakan pewarna indigo untuk memberi warna biru pada pembuatan batik dan tenunan tradisional kuno (Suheryanto, 2012).

2.1.1 Nama daerah

  Nama daerah Indigofera tinctoria L. di Jawa: tom, brendel, nila (Jawa), tarum (Sunda) (Heyne, 1987). Di Sumatera: salaon (Samosir) (Niessen, 2009). Sedangkan di negara-negara lain Indigofera tinctoria L. mempunyai nama yang berbeda juga, seperti di Malaysia: nila, tarum, Filipina: tagung-tagung (Bisaya), taiom (Ilokano), taiung (Pampango), Kamboja: trom, Laos: khaam, Thailand: khraam, Vietnam: cham nhuom (Lemmens, 1992).

  2.1.2 Morfologi tumbuhan

  Tumbuhan salaon (Indigofera tinctoria L.) merupakan tumbuhan perdu tegak, bercabang banyak, tinggi 1-1,80 m. Ujung ranting hijau atau kemerahan.

  Anak-anak daunnya berukuran kecil tersusun ganda dengan jumlah antara 5-13 helai. Bentuk helaiannya bundar telur sampai lonjong. Tandan bunga ke luar di cabang sisi yang pendek atau di ketiak daun yang tumbuh tegak atau agak tegak. Umumnya polongnya berbentuk bulat lurus sampai agak melengkung, berisi 3-12 biji. Jumlah polong pada tiap pohonnya banyak (Steenis, 2005).

  2.1.3 Identifikasi tumbuhan

  Tanaman salaon (Indigofera tinctoria L.) dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Nama daerah : Salaon Divisio : Spermatophyta Sub-divisio : Angiospermae Klas : Dicotyledoneae Sub-klas : Sympetae Famili : Fabaceae Spesies : Indigofera tinctoria L.

  2.1.4 Kandungan daun salaon Daun salaon (Indigofera tintoria L.) mengandung tanin, flavonoid, alkaloid, glikosida dan fenol (Swadhini, 2011).

  Daun salaon (Indigofera tinctoria L.) mengandung zat warna yang disebut dengan indigo, merupakan senyawa indoksil yang larut dalam air dan mudah teroksidasi menjadi indigo yang berwarna biru (Lemmens, 1992).

Gambar 2.1. Struktur indigo ((Lemmens, 1992).

  2.1.5 Kegunaan tumbuhan salaon (Indigofera tinctoria L.)

  Daun salaon dimanfaatkan sebagai pewarna biru benang dalam pembuatan ulos (Niessen, 2009). Tumbuhan Indigofera tinctoria L. juga digunakan untuk memberikan warna biru pada pembuatan batik, tenunan tradisional kuno, dan tekstil lainnya (Suheryanto, 2012).

  Tumbuhan Indigofera tinctoria L. juga dimanfaatkan sebagai tanaman penutup tanah dan sebagai pupuk hijau, khususnya di perkebunan teh, kopi dan karet. Daunnya digunakan dalam pengobatan tradisional untuk menyembuhkan penyakit ayan, untuk luka dan borok (Muzayyinah, 2012).

2.2 Uraian Tumbuhan Gambir (Uncaria gambir (Hunter) Roxb.)

  Tanaman gambir merupakan tanaman yang dapat tumbuh dikawasan hutan dengan ketinggian antara 10-800 meter dari permukaan laut.Tanaman ini mulai dapat dipanen setelah berumur 12-14 bulan. Pengembangbiakan tanaman gambir khususnya di Daerah Pulau Sumatera dilakukan dengan cara penyemaian biji pada suatu tempat tertentu (Amos, 2004). Gambir dirawat dengan disiram air yang cukup, dijaga kelembaban tanahnya dan dipupuk dengan pupuk organik (Hariana, 2004).

  2.2.1 Nama daerah

  Pada setiap daerah daun gambir mempunyai nama yang berbeda-beda, di

  ,

  Sumatera: sontang (Batak), gambie (Minangkabau), pengilom (Lampung) Jawa: gambir (Jawa), gambhir (Madura), Maluku: gabi dan gagabere (Halmahera), Sulawesi: gambe (Ternate), (Hariana, 2004)

  2.2.2 Morfologi tumbuhan gambir

  Tanaman gambir (Uncaria gambir (Hunter) Roxb.) adalah tanaman menjalar dari famili Rubiaceae. Batang tanaman gambir berkayu dengan ukuran lingkar batang pohon yang sudah tua bisa mencapai 18 inci. Daunnya berbentuk oval sampai bulat dengan panjang 8-14 cm dan lebar 4-6,5 cm. Pangkal daun membulat dan berbentuk sangat tipis. Panjang tangkai daun 0,5-0,75 cm. Dalam satu ranting tumbuh beberapa helai dahan yang sejajar atau mempunyai arah yang sama antara daun yang satu dengan daun yang lain. Bentuk bunganya adalah seperti pipa yang berjuntaian kemuka, kesamping, dan menghadap kedahan, sepanjang lebih kurang 2-4 cm, dengan jumlah antara 40-60 helai, yang terpisah- pisah antara helai yang satu dengan helai yang lainnya (Amos, 2004).

  2.2.3 Identifikasi tumbuhan

  Tanaman Uncaria gambir Roxb. dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Nama : Gambir Divisio : Spermatophyta Sub-divisio : Angiospermae Klas : Dicotyledoneae Sub-klas : Sympetae Famili : Rubiaceae Spesies : Uncaria gambir (Hunter) Roxb.

  2.2.4 Kandungan kimia daun gambir Kandungan utama gambir adalah katekin dan asam katekutanat.

  Kandungan katekin dalam gambir selain dalam bentuk katekin murni terdapat juga dalam bentuk katekol (Amos, 2004). Gambir juga mengandung sedikit

  

quercetine yaitu bahan pewarna yang memiliki warna kuning. Katekin bila

  mengalami pemanasan cukup lama atau pemanasan dengan larutan bersifat basa dengan mudah akan menjadi katekin tanat, karena kondensasi sendiri dan menjadi mudah larut dalam air panas (Hayani, 2003).

Gambar 2.2 Struktur katekin (Ahmad dan Hakim, 2008).

  2.2.5 Kegunaaan tumbuhan gambir Di Indonesia, gambir pada umumnya digunakan untuk menyirih.

  Kegunaan gambir yang lebih penting adalah sebagai bahan penyamak kulit dan pewarna. Kegunaan gambir lainnya adalah sebagai penstimulasi keluarnya getah empedu sehingga membantu kelancaran proses di perut dan usus, sebagai bahan campuran obat luka bakar, diare, disentri, kumur-kumur, sariawan dan sebagai penyamak kulit (Agoes, 2010).

2.3 Uraian Tumbuhan Alpukat (Persea americana L.)

  Pohon buah alpukat berasal dari Amerika Tengah, tumbuh liar di hutan- hutan, banyak juga ditanam di kebun dan di pekarangan yang lapisan tanahnya gembur dan subur serta tidak tergenang air. Walau dapat berbuah di dataran rendah, tapi hasil akan memuaskan bila ditanam pada ketinggian 200-1.000 m di atas permukaan laut, pada daerah tropik dan subtropik yang banyak curah hujannya (Astawan, 2008).

  2.3.1 Nama daerah

  Tanaman dikotil ini terkenal dalam berbagai nama di berbagai daerah di Indonesia, antara lain: Sumatera: apokat, alpokat, avokat (Aceh), jamboo pooan, pookat (Lampung), advokat, boah pokat, jamboo pokat (Batak), Jawa: apokat, avokat, plokat (Jawa), alpuket, apuket, jambu wolanda (Sunda) (Astawan, 2008).

  2.3.2 Morfologi tumbuhan alpukat

  Pohonya kecil tingginya 3-10 m, berakar tunggang, batang berkayu, bulat, warnanya coklat kotor, banyak bercabang, ranting berambut halus. Daun tunggal, bertangkai yang panjangnya 1,5-5 cm, daun muda warnanya kemerahan dan berambut rapat, daun tua warnanya hijau dan gundul. Bunganya bunga majemuk, berkelamin dua, tersusun dalam malai yang keluar dekat ujung ranting, warnanya kuning kehijauan. Buahnya bentuk bola atau bulat telur, panjang 5-20 cm, warnanya hijau atau hijau kekuningan, berbintik-bintik ungu berbiji satu, daging buah jika sudah masak lunak, warnanya hijau kekuningan. Biji bulat seperti bola, diameter 2,5-5 cm, keping biji berwarna putih kemerahan (Astawan, 2008).

  2.3.3 Identifikasi tumbuhan alpukat

  Sistematika dari tanaman alpukat adalah sebagai berikut: Nama : Alpukat Divisio : Spermatophyta Sub-divisio : Angiospermae Klas : Dicotyledoneae Sub-klas : Sympetae Famili : Lauraceae Genus : Persea Species : Persea americana Mill

  2.3.4 Kandungan kimia tanaman alpukat

  Kandungan kimianya, antara lain:

  • buah : tanin, glikosida
  • daun : flavonoida, saponin, glikosida, polifenol, quersetin, gula alkohol
  • biji : flavonoida

Gambar 2.3 Struktur flavonoida (Robinson, 1995)

  2.3.5 Kegunaan tanaman alpukat

  Tanaman alpukat dapat digunakan untuk pengobatan sariawan, melembabkan kulit kering, kencing batu, sakit kepala, nyeri saraf, nyeri lambung, saluran nafas membengkak, sakit gigi, kencing manis dan haid yang tidak teratur (Astawan, 2008)

  2.4 Kapur Tohor Kapur tohor, atau dikenal pula dengan nama kimia kalsium oksida (CaO) ,

  biasanya dibuat melalui dekomposisi termal bahan-bahan seperti batu gamping (limestone), atau cangkang kerang (atau cangkang molluska lainnya), yang mengandung kalsium karbonat (CaCO

  3 ; mineral kalsit) sebagai kapur bakar (lime kiln ). Hal ini dilakukan dengan memanaskan material ini di atas 825°C (1.517°F),

  sebuah proses yang disebut kalsinasi atau pembakaran kapur, untuk membebaskan molekul karbon dioksida (CO

  2 ), meninggalkan kapur mentah. Kalsium oksida

  merupakan kristal basa, kaustik, zat padat putih pada suhu kamar. Kalsium oksida dicampur dengan sedikit air menyebabkan CaO mengembang dan menghasilkan panas serta menjadi serbuk kapur yang dikenal sebagai kalsium hidroksida (Ca(OH) 2 ). Serbuk kapur akan menjadi cair jika campuran airnya berlebihan. Serbuk kapur jika didiamkan terlalu lama, kandungan airnya akan hilang dan mengikat karbondioksida di udara sehingga kembali menjadi kalsium karbonat seperti semula (Anonim, 2007).

  2.5 Rambut

  Rambut merupakan salah satu adneksa kulit yang terdapat pada seluruh tubuh kecuali telapak tangan, telapak kaki, kuku dan bibir. Jenis rambut pada manusia pada garis besarnya dapat digolongkan dua jenis, yaitu rambut terminal yang kasar, mengandung banyak pigmen, terdapat di kepala, alis, bulu mata, ketiak, serta rambut velus yang halus, sedikit mengandung pigmen dan terdapat hampir di seluruh tubuh (Soepardiman, 2010).

2.5.1 Anatomi rambut

  Rambut dapat dibedakan menjadi bagian-bagian rambut seperti yang terlihat pada Gambar 2.3 berikut:

Gambar 2.4. Anatomi rambut (Scott, dkk., 1976).

  Menurut Bariqina dan Ideawati (2001), rambut dapat dibedakan menjadi bagian-bagian rambut yang terdiri dari tiga bagian sebagai berikut: a.

  Ujung rambut Pada rambut yang baru tumbuh serta sama sekali belum/tidak pernah dipotong mempunyai ujung rambut yang runcing.

  b.

  Batang rambut Batang rambut adalah bagian rambut yang terdapat di atas permukaan kulit berupa benang-benang halus yang terdiri dari zat tanduk atau keratin.

  Pada potongan melintang batang rambut dapat dibedakan menjadi tiga lapisan yang tersusun teratur yaitu: 1)

  Selaput rambut (Kutikula) Kutikula adalah lapisan yang paling luar dari rambut yang terdiri atas sel-sel tanduk yang gepeng atau pipih dan tersusun seperti sisik ikan. Bagian bawah menutupi bagian di atasnya. Kutikula berfungsi untuk membuat rambut dapat ditarik memanjang dan bila dilepaskan akan kembali pada posisi semula; melindungi bagian dalam dari batang rambut; rambut dapat dikeriting dan dicat karena cairan obat keriting/cat rambut dapat meresap dalam korteks rambut. 2)

  Kulit rambut ( Korteks) Kulit rambut terdiri atas sel-sel tanduk yang membentuk kumparan, tersusun secara memanjang, dan mengandung melanin. Granul-granul pigmen yang terdapat pada korteks ini akan memberikan warna pada rambut. Sel–sel tanduk terdiri atas serabut-serabut keratin yang tersusun memanjang. Tiap serabut terbentuk oleh molekul-molekul keratin seperti tali dalam bentuk spiral.

  3) Sumsum rambut (Medula)

  Medula terletak pada lapisan paling dalam dari batang rambut yang dibentuk oleh zat tanduk yang tersusun sangat renggang dan membentuk semacam jala/anyaman sehingga terdapat rongga-rongga yang berisi udara.

Gambar 2.5. Batang rambut (Scott, dkk., 1976). c.

  Akar Rambut Akar rambut adalah bagian rambut yang tertanam miring di dalam kulit, terselubung oleh kantong rambut (folikel rambut). Bagian-bagian dari akar rambut adalah sebagai berikut: 1)

  Kantong rambut (folikel) Folikel merupakan suatu saluran yang menyerupai tabung dan berfungsi untuk melindung akar rambut, mulai dari permukaan kulit sampai di bagian terbawah umbi rambut. Jika bentuk folikel lurus maka rambut juga lurus. Jika bentuk folikel agak melengkung maka rambut agak berombak, sedangkan jika bentuk folikel sangat melengkung maka rambut akan keriting (Bariqina dan Ideawati, 2001). 2)

  Papil rambut Papil rambut adalah bagian bawah folikel rambut berbentuk lonjong seperti telur yang ujung bawahnya terbuka berisi jaringan ikat tanpa serabut elastis, ke dalamnya masuk pembuluh kapiler untuk mensuplai nutrisi ke umbi rambut. Diantara sel-sel papil terdapat sel-sel melanosit yang menghasilkan pigmen melanin yang memberi warna pada kulit yang disebarkan ke dalam korteks dan medula rambut (Syaifuddin, 2009).

  3) Umbi rambut (matriks)

  Umbi rambut adalah ujung akar rambut terbawah yang melebar. Struktur bagian akar rambut ini berbeda dengan struktur batang dan akar rambut diatasnya. Sel-sel akar rambut berwarna keputih-putihan dan masih lembek. Pertumbuhan rambut terjadi karena sel-sel umbi rambut bertambah banyak secara mitosis. Pada umbi rambut melekat otot penegak rambut yang menyebabkan rambut halus berdiri bila ada suatu rangsangan dari luar tubuh (Bariqina dan Ideawati, 2001).

  2.5.2 Struktur rambut

  Rambut dapat berwujud tebal atau kasar, halus atau tipis, dan normal atau sedang. Keadaan atau wujud rambut dapat dilihat berbentuk lurus, berombak, atau keriting.

  Menurut Bariqina dan Ideawati (2001), struktur rambut dengan bentuk folikel memberi perbedaan pada penampang rambut sebagai berikut: Rambut lurus dengan folikel seperti silinder lurus, bentuk penampangnya

  • bulat dan panjang.
  • bentuk penampangnya oval dan panjang.

  Rambut berombak dengan folikel seperti silinder yang melengkung/bengkok,

  • busur, bentuk penampangnya semi oval dan panjang.

  Rambut keriting dengan folikel seperti silinder yang melengkung menyerupai

  2.5.3 Jenis rambut

  a. Jenis rambut menurut morfologinya, yaitu:

  1. Rambut velus Rambut velus adalah rambut sangat halus dengan pigmen sedikit. Rambut ini terdapat diseluruh tubuh kecuali pada bibir, telapak tangan, dan kaki.

  2. Rambut terminal Rambut terminal adalah rambut yang sangat kasar dan tebal serta berpigmen banyak. Terdapat pada bagian tubuh tertentu seperti kepala, alis, bulu mata, dan ketiak. b. Jenis rambut menurut sifatnya 1.

  Rambut berminyak Jenis rambut ini mempunyai kelenjar minyak yang bekerja secara berlebihan sehingga rambut selalu berminyak. Rambut berminyak kelihatan mengkilap, tebal, dan lengket.

  2. Rambut normal Rambut ini mempunyai kelenjar minyak yang meproduksi minyak secara cukup. Rambut normal lebih mudah pemeliharaannya serta tidak terlalu kaku sehingga mudah dibentuk menjadi berbagai jenis model rambut.

  3. Rambut kering Jenis rambut ini tampak kering, mengembang, dan mudah rapuh. Hal ini karena kandungan minyak pada kelenjar lemaknya sedikit sekali akibat kurang aktifnya kelenjar minyak (Putro, 1998).

2.5.4 Fisiologi rambut

2.5.4.1 Pertumbuhan rambut

  Rambut dapat tumbuh dan bertambah panjang. Hal ini disebabkan karena sel-sel daerah matrix/umbi rambut secara terus menerus membelah. Rambut mengalami proses pertumbuhan menjadi dewasa dan bertambah panjang lalu rontok dan kemudian terjadi pergantian rambut baru. Inilah yang dinamakan siklus pertumbuhan rambut (Rostamailis, dkk., 2008).

  Siklus pertumbuhan rambut telah dimulai saat janin berusia 4 bulan di dalam kandungan. Pada usia ini bibit rambut sudah ada dan menyebar rata diseluruh permukaan kulit. Diakhir bulan ke-enam atau awal bulan ketujuh usia kandungan, rambut pertama sudah mulai tumbuh di permukaan kulit, yaitu berupa rambut lanugo, atau rambut khusus bayi dalam kandungan. Kemudian menjelang bayi lahir atau tidak lama sesudah bayi lahir, rambut bayi ini akan rontok, diganti dengan rambut terminal. Itulah sebabnya ketika bayi lahir, ada yang hanya berambut halus dan ada juga yang sudah berambut kasar dan agak panjang, bahkan kadang-kadang sudah mencapai panjangnya antara 2-3 centimeter. Kecepatan pertumbuhan rambut sekitar 1/3 milimeter per hari atau sekitar 1 centimeter perbulan. Dengan demikian kalau seorang bayi lahir dengan panjang rambut 2 centimeter, berarti pada bulan ke 7 kehamilan, rambut lanugo bayi sudah diganti dengan rambut dewasa terminal. Rambut tidak mengalami pertumbuhan secara terus menerus. Pada waktu-waktu tertentu pertumbuhan rambut itu terhenti dan setelah mengalami istirahat sebentar, rambut akan rontok sampai ke umbi rambutnya. Sementara itu, papil rambut sudah membuat persiapan rambut baru sebagai gantinya (Rostamailis, dkk., 2008).

  Pertumbuhan rambut mengalami pergantian melalui 3 fase (Tranggono dan Latifah, 2007), yaitu:

  1. Fase anagen (fase pertumbuhan) Fase anagen adalah fase pertumbuhan rambut ketika papil rambut terus membentuk sel rambut secara mitosis. Fase anagen berlangsung 2-5 tahun.

  2. Fase katagen (fase istirahat) Fase ini berlangsung hanya beberapa minggu. Selama fase istirahat, rambut berhenti tumbuh, umbi rambut mengkerut dan menjauhkan diri dari papil rambut, membentuk bonggol rambut, tetapi rambut belum rontok.

3. Fase telogen (fase kerontokan)

  Fase ini berlangsung lebih kurang 100 hari. Ketika rambut baru sudah cukup panjang dan akan ke luar dari kulit, rambut lama akan terdesak dan rontok.

  Pada akhir fase ini, folikel rambut beralih ke fase anagen secara spontan

2.6 Pewarnaan Rambut

  Sediaan pewarna rambut adalah sediaan kosmetika yang digunakan dalam tata rias rambut untuk mewarnai rambut, baik untuk mengembalikan warna rambut asalnya atau warna lain (Ditjen POM, 1985). Warna rambut manusia bermacam-macam, tergantung pada jenis pigmen yang terdapat di dalam korteks rambut. Ketika usia semakin lanjut maka warna rambut semakin memutih, karena mulai kehilangan pigmen yang disebabkan oleh menurunnya fungsi melanosit dan menurunnya aktivitas tirosin. Pemutihan rambut juga dapat terjadi karena faktor keturunan (Putro, 1998).

  Pewarnaan rambut dapat dilakukan dengan berbagai cara, menggunakan berbagai jenis zat warna baik zat warna alam maupun sintetik.

  Pewarnaan rambut dapat dibedakan menjadi (Ditjen POM, 1985).

  1. Pewarnaan berdasarkan daya lekat zat warna.

  2. Pewarnaan berdasarkan proses sistem pewarnaan.

2.6.1 Berdasarkan daya lekat zat warna

2.6.1.1 Pewarna rambut temporer

  Pewarna rambut temporer bertahan pada rambut untuk waktu yang singkat, hanya sampai pada pencucian berikutnya. Pewarna ini melapisi kutikula rambut tetapi tidak berpenetrasi ke dalam korteks rambut (Dalton, 1985).

  Jenis sediaan pewarna rambut yang digunakan untuk pewarnaan rambut temporer meliputi bilasan warna, sampo warna termasuk juga kombinasinya dengan bilasan warna, krayon rambut, dan semprot pewarnaan rambut (Ditjen POM, 1985).

  2.6.1.2 Pewarna rambut semipermanen

  Pewarna rambut semipermanen adalah pewarna rambut yang memiliki daya lekat tidak terlalu lama, daya lekatnya ada yang 4-6 minggu, ada juga 6-8 minggu. Pewarnaan rambut ini masih dapat tahan terhadap keramas, tetapi jika berulang dikeramas, zat warnanya akan luntur juga (Ditjen POM, 1985).

  Tujuan pemberian pewarna semipermanen selain untuk menyegarkan warna rambut yang kusam, dapat pula digunakan saat pewarnaan permanen untuk mempertahankan kemilau rambut. Oleh sebab itu, rambut putih yang dicat hitam dengan jenis zat yang bersifat semipermanen ini secara perlahan-lahan, setelah 4-6 minggu, akan menguning kecoklatan dan akhirnya rambut akan kembali menjadi putih atau putih kekuningan (Bariqina dan Ideawati, 2001).

  2.6.1.3 Pewarna rambut permanen

  Pewarna rambut permanen berpenetrasi ke dalam kutikula dan terdeposit pada korteks rambut (Dalton, 1985). Pewarna rambut jenis ini memiliki daya lekat yang jauh lebih lama sehingga tidak luntur karena keramas dengan sampo dan dapat bertahan 3-4 bulan (Ditjen POM, 1985).

  Pewarna permanen terdapat dalam berbagai bentuk dan macam, seperti krim, jeli, dan cairan. Bahan pewarna ini meliputi campuran zat warna nabati dengan zat warna senyawa logam, zat warna derivat fenol seperti pirogalol, dan zat warna amino seperti orto atau para diaminobenzen, aminohidroksibenzen, dan meta disubstitusi fenilendiamin. Pewarna ini berguna untuk menutupi warna rambut putih, rambut beruban, serta rambut dengan warna asli untuk mendapatkan warna-warna yang mendekati warna asli menurut selera atau zaman (Bariqina dan Ideawati, 2001).

  Susunan rambut atau berbagai macam tebal rambut akan mempengaruhi daya penyerapan cat. Pada umumnya, rambut halus lebih cepat dan lebih mudah menyerap cat dibanding rambut kasar dan tebal. Keadaan rambut yang kurang sehat, misalnya kutikula terbuka, akan cepat menyerap cat warna dalam jumlah yang lebih besar sehingga mengakibatkan warna tidak merata. Jenis rambut dengan kutikula yang sangat padat atau rapat dapat menolak peresapan pewarna secara cepat sehingga memerlukan waktu olah yang lebih lama (Bariqina dan Ideawati, 2001).

  Pada proses pewarnaan rambut, yang perlu diperhatikan adalah jangan langsung mengeramasi rambut yang baru saja diberi warna karena dapat mengakibatkan berkurangnya kemilau rambut dan bahkan dapat menghilangkan warna rambut tersebut. Penggunaan sampo dan conditioner jenis tertentu sangat baik untuk rambut yang telah diwarnai (Bariqina dan Ideawati, 2001).

Gambar 2.6. Deposit zat warna pada proses pewarnaan rambut (Mitsui, 1997)

  Keterangan: a = Pewarna rambut temporer b = Pewarna rambut semi permanen c = Pewarna rambut permanen

  Mekanisme penempatan/deposit zat warna dari ketiga jenis pewarna rambut di atas yang diilustrasikan pada sehelai rambut dapat dilihat pada Gambar 2.6 di atas.

2.6.2 Berdasarkan proses sistem pewarnaan

  Berdasarkan proses sistem pewarnaan, pewarna rambut dibagi 2 golongan, yaitu pewarna rambut langsung dan pewarna rambut tidak langsung (Ditjen POM, 1985).

  2.6.2.1 Pewarna rambut langsung

  Sediaan pewarna rambut langsung telah menggunakan zat warna, sehingga dapat langsung digunakan dalam pewarnaan rambut tanpa terlebih dahulu harus dibangkitkan dengan pembangkit warna, pewarna rambut langsung terdiri dari: 1.

  Pewarna rambut langsung dengan zat warna alam 2. Pewarna rambut langsung dengan zat warna sintetik

  Zat warna alam meliputi bahan warna nabati, ekstrak, sari komponen warna bahan nabati. Sedangkan zat warna sintetik berdasarkan pola warna komponen warna bahan nabati.

  2.6.2.2 Pewarna rambut tidak langsung

  Pewarna rambut tidak langsung disajikan dalam dua komponen yaitu masing-masing berisi komponen zat warna dan komponen pembangkit warna.

  Pewarna rambut tidak langsung terdiri dari: 1.

  Pewarna rambut tidak langsung dengan zat warna senyawa logam 2. Pewarna rambut tidak langsung dengan zat warna oksidatif.

  Dalam hal ini peranan pewarna rambut ditentukan oleh jenis senyawa logam dan jenis pembangkit warnanya. Jenis senyawa logam yang digunakan misalnya tembaga (II) sulfat, zat pembangkitnya misalnya pirogalol (Ditjen POM, 1985).

2.7 Uji Iritasi

  Sebagian besar zat yang terkandung dalam pewarna rambut merupakan iritan kulit. Banyak produk kosmetik yang dapat menyebabkan gangguan kulit yang bersifat iritan ataupun alergi. Uji keamanan yang dilakukan pada kosmetika meliputi dua aspek, yakni uji keamanan sebagai bahan dan uji keamanan untuk produk kosmetika sebelum diedarkan. Uji keamanan produk kosmetika dilakukan pada panel manusia untuk menetapkan apakah produk kosmetika itu memberikan efek toksik atau tidak (Ditjen POM, 1985). Untuk mencegah terjadinya reaksi iritasi terhadap produk pewarna rambut, perlu dilakukan uji iritasi terhadap sukarelawan. Uji iritasi ini dapat dilakukan dengan mengoleskan sediaan pewarna rambut pada lengan bawah bagian dalam atau bagian belakang telinga dan dibiarkan selama 24 jam untuk kemudian diamati apakah terjadi reaksi iritasi (Scott, dkk., 1976).