PERAN PENYIDIK POLRI DALAM PENERAPAN DIV

PERAN PENYIDIK POLRI DALAM PENERAPAN DIVERSITERHADAP ANAK YANG
BERKONFLIK DENGAN HUKUM(STUDI DI PPA POLRES LOMBOK BARAT)
ROLE OF INDONESIAN POLICE INVESTIGATOR INIMPLEMENTATION OF DIVERSION TO
THE CHILD WHOCONFLICT WITH LAW
Selamet Riadi
Magister Ilmu Hukum Universitas MataramEmail :
selametriadiyahoocom@gmail.com
Naskah diterima : 25/06/2016; revisi : 05/08/2016; disetujui : 25/08/2016
A��
� �����
Reerring to Law No. 11 o 2012 concerning Juvenile Criminal Justice System and
IndonesianGovernment Regulation No. 65 o 2012 on Guidelines or
Implementation o Diversion and Treatmento Child Aged under twelve (12)
years. Application o Diversion against child who conflict withlaw use concept o
restorative justice investigation involving offender and victim as well
as related party with principle o the best interests or the child. At level o
investigation o a child who becomecriminal offender, within 1 x 24
hours, investigator must ask consideration to the Correctionaladviser rom BAPAS
and proessional social worker to accompany the children during inspectionuntil
the application o diversion. Investigator must endeavour diversion within 7
(seven) days aferinvestigation. Diversion agreement At this stage o investigation

can be ormed as conciliation with orwithout compensation, handed back to
the parent, participating in education or training in
educationalinstitutions and public service. When investigation successully
carried Diversion, investigator handsthe results to the District Court or a
determination o diversion.
Keywords : Investigator , Diversion , child who conflict with law.
A��
� ����
Mengacu pada Undang-Undang Nomor 11 tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan
Pidana Anak danPeraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65 tahun 2012
Tentang Pedoman PelaksanaanDiversi dan Penanganan Anak Yang Belum Berumur
12 (dua belas) Tahun. Dalam penerapanDiversi terhadap anak yang berkonflik
dengan hukum penyidik menggunakan konsep
restorative justice dengan melibatkan pelaku dan korban serta
pihak terkait dengan prinsip kepentingan terbaikterhadap anak. Pada tingkat
penyidikan anak yang menjadi pelaku tindak pidana, penyidik dalamwaktu 1x24 jam
penyidik wajib meminta pertimbangan kepada Pembimbing KemasyarakatanBAPAS
dan Pekerja Sosial profesional untuk melakukan pendampingan saat pemeriksaan
sampaidengan penerapan diversi. Penyidik wajib mengupayakan Diversi dalam
waktu 7 (tujuh) hari setelahdilakukan penyidikan. Kesepakatan Diversi Pada tahap

penyidik dapat berbentuk perdamaiandengan atau tanpa ganti kerugian,
menyerahkan kembali kepada orang tua, keikutsertaan dalampendidikan atau
pelatihan di lembaga pendidikan dan pelayanan kemasyarakatan. Apabila
berhasildilakukan Diversi penyidik menyerahakan hasil kesepakat Diversi ke
pengadilan Negeri untukuntuk dikelurkan penetapan Diversi.
Kata Kunci: Penyidik, Diversi, Anak Yang Berkonflik Dengan Hukum.

PENDAHULUAN
Negara Republik Indonesia telahmeratifikasi konvensi hak anak melaluiKeppress No.
36 tahun 1990. Peratifikasianini sebagai upaya negara
untuk memberikanperlindungan terhadap anak. Dari berbagaiisu yang ada dalam
konvensi hak anaksalah satunya yang sangat membutuhkanperhatian khusus
adalah anak, anakyang memerlukan perlindungan khususdiantaranya anak yang
berkonflikdengan hukum. Dalam hukum nasionalperlindungan khusus tindak pidana
olehanak telah diatur dalam Undang-undangPerlindungan Anak No. 23 Tahun 2002
dandiatur juga di dalam Undang-undang No.11 Tahun 2012 Tentang Sistem
PeradilanPidana Anak yang telah menggantikanUndang-undang No. 3 Tahun 1997
TentangPengadilan Anak yang bertujuan
untuk lebih memberikan perlindungan terhadapanak yang berhadapan dengan
hukum(ABH).Anak merupakan aset bangsa,

sebagai bagian dari generasi muda anak berperansangat strategis sebagai
successor
suatu bangsa. Dalam konteks Indonesia, anakadalah penerus cita-cita
perjuangan bangsa. Peran strategis ini telah disadarioleh masyarakat Internasional
untukmelahirkan sebuah konvensi The BeijingRules yang intinya menekankan
posisianak sebagai makhluk manusia yang harusmendapatkan perlindungan atas
hak-hakyang dimilikinya.Kedudukan anak sebagai generasi mudayang akan
meneruskan cita-cita leluhur bangsa. Calon-calon pemimpin bangsa dimasa
mendatang sebagai sumber
harapan bagi generasi terdahulu dan mendapatkesempatan seluas luasnya untuk
tumbuhdan berkembang dengan wajar baik secararohani maupun secara jasmani
dan sosial.Perlindungan anak merupakan usaha dankegiatan lapisan masyarakat
dalam berbagaikedudukan dan peranan yang
menyadari betul pentingnya anak bagi nusa dan bangsa di kemudian hari, jika
mereka telahmatang dalam pertumbuhannya baik fisikmaupun mental sehingga
nanti tiba saatnyamenggantikan generasi terdahulu.
1
Menurut Maidin Gultom bahwa,
“Perlindungan anak merupakan peker- jaan penting yang harus terus dilaku-kan oleh
seluruh unsur negara kita. Ben-tuk-bentuk perlindungan anak inipundilakukan dari segala

aspek, mulai padapembinaan pada keluarga, kontrol sosialterhadap pergaulan anak, dan
penanga-nan yang tepat melalui peraturan-pera-turan yang baik yang dibuat oleh
sebuahnegara.”
2
Dalam Pasal 1 angka 2 Undang-UndangNo. 23 Tahun 2002 Tentang
PerlindunganAnak menentukan bahwa perlindungananak adalah segala kegiatan
untuk menjamindan melindungi anak dan hak-haknya agardapat hidup tumbuh,
berkembang dan berpartisipasi, secara optimal
sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, sertamendapat perlindungan dari
kekerasandan diskriminasi.
3
Perlindungan anak jugadapat diartikan sebagai segala upaya yangditujukan untuk
mencegah, rehabilitasi,dan memberdayakan anak yang mengalamitindak
perlakukan salah
(child abused)

,eksploitasi, dan penelantaran, agar dapatmenjamin kelangsungan hidup dan
tumbuhkembang anak secara wajar, baik fisik,mental dan sosial.
4
Kenakalan anak setiap tahun selalumeningkat, apabila dicermati

dalamperkembangan tindak pidana yangdilakukan oleh anak selama ini, baik dari
1 Maidin Gultom. Perlindungan hukum TerhadapAnak Dalam Sistem Peradilan
Pidana Anak Dindonesia.Bandung: Rafika Aditama. 2008. hlm 332 ibid, hlm 343 Pasal 1
Angka 2 Undang-Undang No.23 Tahun2002 Tentang Perlindungan Anak4 Konvensi, Media
Advokasi dan Penegakan HakAnak-anak, Volume II No. 2 Medan Lembaga AdvokasiAnak
Indonesia, 1998, hlm 3
kualitas maupun modus operandi yangdilakukan, terkadang tindakan
pelanggaranyang dilakukan anak dirasakan telahmeresahkan semua pihak
khususnya paraorang tua. meningkatnya perilaku tindakkekerasan yang dilakukan
anak seolah-olahtidak berbanding lurus dengan usia pelaku.Oleh karena itu,
berbagai upaya pencegahandan penanggulangan kenakalan anak perlusegera
dilakukan.Dewasa ini, upaya pencegahan danpenanggulangan kenakalan anak
(politikkriminal anak) dilakukan melaluipenyelenggaraan sistem peradilan anak
(Juvenile Justice)
. Sistem peradilan anakadalah merupakan proses rangkaiantindakan represif dari
sistem penegakan hukum pidana, dan dalam kasus anakyang berkonflik dengan
hukum dimanapenjatuhan pidana nya sangat berbedadengan
orang dewasa, sebagaimana dalam
The Declaration of The Right of the Child
yang disahkan Majelis Umum Perserikatan bangsabangsa pada tanggal 20 November1958 dimana dalam mukadimah di alenia3

ditetapkan :
Where as the child by reasonof this physical and mental immaturity,needs special
safeguards and care, includingappropriate legal protection, before as well asafter birth
.
5
Dari alinea itu dapat dipahami bahwa karena alasan fisik dan
mental yang belum matang dan dewasa, maka anak-anak membutuhkan
perlindungan sertaperawatan khusus termasuk
perlindungan hukum sebelum maupun sesudah merekadilahirkan.Terkait
dalam memberikan Perlindunganterhadap anak yang berhadapan
dengan hukum (ABH), sistem peradilan anak harus dimaknai secara luas tidak hany
adimaknai hanya sekedar penanganan anakyang berhadapan dengan hukum
semata.Tapi didalam sistem peradilan pidanaanak harus juga dimaknai mencangkup
5 Alinia Ketiga Deleration Of The Raight Of TheChild (Proclaimed By General Assembly
Resolustion)1386 (XIV) OF 20 November 1959 )
akar permasalahan (root causes) mengapaanak melakukan perbuatan pidana
dan bagaimana upaya pencegahannya.
6
Dalam Hukum Internasional Anakyang berhadapan dengan hukum atauchildren in
conflict with the law adalahseseorang yang berusia di bawah 18 tahunyang

berhadapan dengan sistem peradilanpidana dikarenakan yang
bersangkutandisangka atau dituduh melakukan tindakpidana. Persinggungan anak
dengan sistemperadilan pidana menjadi titik permulaananak yang berhadapan
dengan hukum.Dengan demikian inilah dalam sistemperadilan pidana anak

dipergunakan untukmenggambarkan sistem peradilan
pidanayang dikontruksikan khusus pada anak.
7
Menurut Undang-undang No. 11Tahun 2012 tentang Sistem PeradilanPidana Anak.
Yang dimaksud
dengananak yang berhadapan dengan hukum di bagi menjadi 3 (tiga) golongan, yai
tu anakyang berkonflik dengan hukum; anak yangmenjadi korban tindak pidana;
dan anakyang menjadi saksi tindak pidana. Sehinggadilihat dari definisi tersebut,
terdapat suatumaksud oleh pembuat Undang-undangyang ingin mengelaborasi
definisi anakyang berhadapan dengan hukum denganUndang-undang No. 23 Tahun
2002 tentangPerlindungan Anak didalam Undang-undang tersebut tidak terdapat
definisimengenai anak yang berhadapan dengan hukum tetapi
dijelaskan bahwa anak yang berhadapan dengan hukum ini berhak
atasperlindungan.Kebijakan Legislatif tentang perlindun-gan hukum terhadap anak
yang berhadapandengan hukum melalui Diversi dalam sistemperadilan anak adalah

dengan membentukperaturan perundang- undangan yang men-gatur tentang
Diversi didalam sistem pera-dilan pidana anak. Dengan diundangkanya
6 Wagiati Soetojo, Hukum Pidana Anak, Fafika Adit-ama, Bandung, 2006, Hlm. 187 M.
Nasir, Anak Bukan Untuk Dihukum, SinarGrafika, Jakarta, 2013, Hlm. 23
Undang-undang Nomor 11 Tahun 2012tentang Sistem Peradilan Pidana Anak
padatanggal 30 Juli Tahun 2012, maka Indonesiasudah secara sah memiliki suatu
peraturanyang memberikan perlindungan hukum
ter- hadap anak yang berhadapan dengan hu-kum salah satu metodenya adalah
Diversi.
8
Diversi, merupakan pemberian ke-wenangan kepada aparat penegak hukumuntuk
mengambil tindakan-tindakan ke- bijakan dalam menangani atau menyele-saikan
masalah pelanggaran anak dengantidak mengambil jalan formal antara
lainmenghentikan atau tidak meneruskan ke-pada proses peradilan pidana atau
mengem- balikan kepada masyarakat dan bentuk- bentuk kegiatan pelayanan sosial
lainnya.
9
Aplikasi diversi sebenarnya untukmemberikan jaminan perlindunganterhadap anak
yang berhadapan dengan hukum dalam peradilan pidana anak diIndonesia, dengan
mengaplikasikan di dalamsetiap tahap pemeriksaan. Aplikasi

Diversidan pendekatan keadilan Restorativedimaksudkan untuk menghindari
anakdari proses peradilan pidana sehingga
dapatmenghindari dari stigmatisasi terhadapanak yang berhadapan dengan
hukum.Serta diharapkan anak dapat kembali kedalam lingkungan sosial secara
wajar.
10
Keadilan Restorative justice adalah suatuproses dimana semua pihak yang
terlibatdalam suatu tindak pidana tertentu bersamasama mengatasi masalah serta
menciptakansuatu kewajiban untuk membuat segalasesuatunya bisa menjadi lebih
baik denganmelibatkan korban, pelaku ( anak ) danmasyarakat dalam mencari
solusi untukmemperbaiki serta menentramkan hatiyang tidak
berdasarkan pembalasan.
11

8 Angger Sigit Pramukti & Fuady Primaharsya,Sistem Peradilan Pidana Anak, Pustaka Yustisia,
Jog-yarta, 2015. hlm. 689 ibid, hlm. 6810 Ibid, hlm. 611 Ibid, hlm. 9
Dari sudut pandang psikologis, berbagaisikap dan tindakan sewenangwenangterhadap anak, membuat mereka menjadianak-anak yang bermasalah
sehinggamengganggu proses pertumbuhan/perkembangan secara tidak sehat. Hal
initidak terlepas dari semakin kompleksnyamasalah yang dihadapi anak-anak
zamansekarang, ditambah lagi faktor-faktorpenunjang untuk terjadinya proses

belajarsecara tidak langsung, seperti tayangan-tayangan kekerasan di layar kaca,
sampai berita kekerasan serius yang muncul akhir-akhir ini. Sementara pada diri
seorang anak,proses imitasilah (meniru) paling dominanmemberikan pengaruh
terhadap dirinya.Berdasarkan data yang tercatat dalamstatistik kriminal Direktorat
JenderalPemasyarakatan (Ditjenpas) pada tahun2012 terdapat lebih dari 12.566
anakyang disangka sebagai pelaku tindakpidana. Dilihat dari jumlah anak
yang berhadapan dengan hukum dari tahunpertahun cenderung mengalami
kenaikan.Pada tahun 2008 berjumlah 1.867,pada tahun 2009 berjumlah 2.023,
padatahun 2010 berjumlah 2.356, pada tahun2011 berjumlah 2.726, pada tahun
2012 berjumlah 3.211 tahanan anak di rumahtahanan dan lembaga
pemasyarakatan diseluruh Indonesia.
12
Dari Kasus-kasus kejahatan yangmelibatkan anak sebagai pelaku
tindakkejahatan atau anak yang berkonflikdengan hukum perlu mendapat
perhatiankhusus. Mengingat anak adalah individuyang masih labil, maka perlu
hukum acarapidana yang khusus anak harus diterapkansecara maksimal mengingat
dengan adanyaUndang-undang yang mengatur tentangsistem peradilan pidana
anak di Indonesiasehingga dapat memberikan jaminanperlidungan terhadap anak.
12 Http/Ditjenpas.go.id/main/statistik kriminal, diakses pada hari minggu 10 Januari
2016 ,pukul 20.00Wita

Bertitik tolak dari kompleksnyapermasalahan berkaitan denganperlindungan yang
harus diberikan kepadaseorang anak yang berkonflik dengan hukum tentu harus
ada upaya dari berbagaipihak untuk menyelamatkan anak bangsa.Polisi adalah
sebagai garda terdepandalam penegakan hukum memilikitanggung-jawab yang
cukup besar untukmensinergikan tugas dan wewenang Polrisebagaimana yang
telah diatur dalamUndang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentangKepolisian Negara
Republik Indonesiayaitu bahwa Kepolisian Republik Indonesiamemiliki tugas
Memelihara Keamanan danKetertiban Masyarakat, penegakan hukumdan pelindung
dan pengayom masyarakat.Kepolisian sebagai penegak hukum yangpertama dalam
penanganan terhadap anakyang berkonflik dengan hukum sehinggasalah satu cara
yang dapat ditempuh dalampenanganan perkara pidana anak adalahmelalui
pendekatan
restorative justice
,yang dilaksanakan dengan cara pengalihan(Diversi). Restorative justice
merupakanproses penyelesaian yang dilakukan di luarsistem peradilan pidana
(Criminal JusticeSystem)
dengan melibatkan korban, pelaku,keluarga korban dan masyarakat sertapihakpihak yang berkepentingan dengansuatu tindak pidana yang terjadi untukmencapai
kesepakatan dan penyelesaian.Restorative justice dianggap cara berfikir/paradigma
baru dalam memandang sebuahtindak kejahatan yang dilakukan
olehseorang.Karena masih tingginya angka
anak yang berkonflik dengan hukum yang akhirnya berujung pada pemidanaan yan

g mana hal tersebut sudah tidak sesuai dengantujuan dari konvensi hak anak
yaitukepentingan terbaik bagi anak oleh karenaitu, Kepolisian Resort Lombok
Barat (PolresLobar) khususnya di Unit PerlindunganPerempuan dan Anak (PPA),
dituntutmampu melakukan penerapan Diversidengan mengedepankan konsep
Restorative Justice dalam menangani perkara tindakpidana anak. Pengalihan proses
peradilananak atau yang disebut dengan
Diversi berguna untuk menghindari efek negatifdari proses-proses peradilan
pidana,misalnya labelisasi akibat
pernyataan bersalah maupun vonis hukuman. Dalampenerapan Diversi terhadap
tindak pidanayang dilakukan oleh anak, sehingga polisikhususnya penyidik anak
telah memilikipayung hukum baik berdasarkan Undang-undang No 11 tahun 2012
tentang SistemPeradilan Pidana Anak serta
peraturaninternal kepolisian yaitu Undang-undangNo 2 tahun 2002 tentang
Kepolisian RIperaturan perundang-undangan yangmemberi wewenang untuk
tindakantersebut.Berdasarkan Pasal 7 ayat 1 Undang-undang Sistem Peradilan Anak
dijelaskanyaitu; pada tingkat penyidikan,penuntutandan pemeriksaan perkara anak
di pengadilannegeri wajib diupayakan Diversi sehinggapenulis berkeinginan untuk
meneliti lebih dalam tentang bagaimana penerapanDiversi oleh penyidik polri
terhadap anakyang berkonflik dengan hukum berdasarkanperaturan perundang
undangan
yang berkaitan dengan perlindungan anak, hal inilah yang ingin dikaji, dibahas, dan
disajikan oleh penulis dalam bentuk uraianilmiah (tesis) dengan judul’’ Peran
PenyidikDalam Penerapan Diversi Terhadap AnakYang Berkonflik Dengan
Hukum.”Berdasarkan latar belakang permasalahanyang telah di uraikan di atas
maka dapatdirumuskan beberapa permasalahan
dalampenelitian ini yaitu: Bagaimanakah peranpenyidik POLRI dalam penerapan
Diversiterhadap anak yang berkonflik dengan hukum? dan Bagaimana penerapan
Diversiterhadap anak yang berkonflik
dengan hukum di Unit Pelayanan Perempuan danAnak Polres Lobar?Secara umum
penelitian ini bertujuanuntuk menjelaskan mengenai peran
penyidik dalam penerapan Diversi terhadapanak yang melakukan tindak
pidanadikaitkan nya dalam sistem peradilanpidana anak menurut ketentuan
UUPerlindungan Anak, UU sistem PeradilanPidana anak dan UU Kepolisian RI
dengantetap melindungi hak-hak anak sebagaigenerasi penerus terlepas dari
apapun bentuk tindak pidana yang dilakukan olehanak. Sedangkan secara khusus,
penelitianini bertujuan untuk mengetahui danmenganalisis mengenai peran
penyidikPOLRI dalam penerapan Diversi terhadapanak
yang berkonflik dengan hukum danuntuk menganalisa penerapan Diversiterhadap
anak yang berkonflik dengan hukum di Unit Perlindungan Perempuandan Anak
Polres Lombok Barat.Dengan berpijak pada judul danpermasalahan yang melandasi
penelitianini, maka jenis penelitian yang dilaksanakandalam penulisan tesis ini
menggunakan jenis penelitian yuridis empiris yaitusuatu bentuk penelitian lapangan
untukmencari keterangan berupa data atauinformasi tentang masalah yang
ditelitidengan menggunakan metode pendekatannormative yaitu penelitian yang
mengkaji literatur-literatur dan peraturan perundang-undangan yang ada kaitannya
denganmasalah yang diteliti.
PEMBAHASAN
A. Proses Diversi pada tahap penyidikan

Penyidikan, adalah serangkaian tindakanpenyidik selama pemeriksaan
pendahuluan,untuk mencari bukti-bukti tentang tindakpidana. Tindakan ini meliputi
pemanggilandan pemeriksaan saksi-saksi, penyitaan barang bukti,
penggeledahan, pemanggilan,pemeriksaan tersangka, melakukanpenangkapan
dan penahanan. Penyelidikanadalah serangkaian tindakan penyelidikuntuk mencari
dan menemukan suatuperistiwa yang diduga sebagai peristiwapidana guna
menentukan dapat atautidaknya dilakukannya penyidikan dengancara yang diatur
dalam Undang-undang (KUHP).
13
Menurut Pasal 1 ayat (3) Undang-undang Nomor 11 tahun 2012 TentangSistem
Peradilan Pidana Anak disebutkanpengertian anak yang berkonflik dengan hukum
adalah anak yang telah berumur 12( dua belas ) tahun, tetapi belum mencapai18
(delapan belas) tahun, yang didugamelakukan tindak pidana.
14
Dalam melakukan penyidikan terhadapperkara anak, diusahakan dilaksanakanoleh
polisi wanita, dalam beberapa hal jikaperlu bantuan dengan polisi pria. Penyidikanak
juga harus mempunyai pengetahuanseperti psikologi, sosiologi, harus
jugamencintai anak, berdedikasi dan dapatmenyelami jiwa
anak. Secara umum berdasarkan ketentuanUndang-undang Nomor 11 Tahun
2012 bahwa penyidikan terhadap anak sebagaipelaku tindak pidana hanya dapat
dilakukanapabila pelaku tindak pidana telah berusia12 (dua belas ) tahun tetapi
belum mencapaiumur 18 (delapan belas) tahun, terhadapanak di bawah umur 12
( dua belas tahun)ketika anak melakukan tindak pidanapenyidik mengambil
keputusan untukmenyerahkan kembali kepada orang tua/wali dan mengikut
sertakan dalam programpendidikan, Pembinaan dan pembimbingandi instansi
pemerintahDalam Penyidikan terhadap anak
yang berkonflik dengan hukum dilakukanoleh Penyidik Anak, yang
ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan KepalaKepolisian RI atau Pejabat yang
ditunjukolehnya. Dengan demikian Penyidik Umumtidak dapat melakukan
penyidikan atastindak pidana yang dilakukan oleh anak,
13 Pasal 1 ayat (2) Perkap Nomor 14 Tahun 2012Tentang Menajemen Penyidikan Tindak
Pidana.14 Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Nomor 11 tahun2012 Tentang sistem Peradilan
Pidana Anak
kecuali dalam hal tertentu, seperti belumada Penyidik Anak di tempat
tersebut.Berdasarkan Undang-Undang Nomor 11tahun 2012 tentang Sistem
Peradilan PidanaAnak penyidikan yang dilakukan olehpenyidik terhadap perkara
anak terdapatpersyaratan yang harus dipenuhi, yaitu:
15
a. Telah Berpengalaman sebagai penyidik b. Mempunyai minat, perhatian, dedikasid
an memahami masalah anakc. Telah mengikuti pelatihan teknistentang peradilan
anak.Dalam hal belum terdapat Penyidik anakyang memenuhi persyaratan
sebagaimanadimaksud pada Pasal 26 ayat (3),
tugasPenyidikan dilaksanakan oleh Penyidikyang melakukan tugas penyidikan
tindakpidana yang dilakukan oleh orang dewasa.
16
Penyidikan terhadap anak yang berkonflik dengan hukum diupayakandalam
suasana kekeluargaan, dan
untukitu penyidik juga diwajibkan memintapertimbangan atau saran dari

PembimbingKemasyarakatan setelah tindak pidanadilaporkan atau diadukan sesuai
denganUndang-undang No. 11 Tahun 2012.Diperiksa dalam suasana
kekeluargaan, berarti pada waktu memeriksa tersangkaanak, penyidik tidak
memakai pakaianseragam/dinas, dan melakukan pendekatansecara efektif, aktif,
dan simpatik.Konsep Diversi adalah suatu konsepuntuk pengalihan suatu kasus dari
peradilanformal ke peradilan informal denganmenggunakan proses
Restorative justices
.
Restorative Justice
merupakan suatu prosesdimana semua yang terlibat dalam suatutindak pidana
tertentu bersama-sama dalammengatasi masalah serta menciptakansuatu
kewajiban untuk membuat segalasesuatunya menjadi lebih baik dengan
15 Pasal 26 ayat (3) Undang–Undang Nomor 11 Ta- hun 2012 Tentang Sistem Perdilan
Pidana Anak.16 Ibid Pasal 26 ayat (4)
melibatkan korban, anak (pelaku) danmasyarakat dalam mencari sebuah
solusiuntuk memperbaiki serta menentramkan hati yang tidak berdasarkan
pembalasan.Dalam pasal 7 ayat (1) Undang-undang No. 11 tahun 2012 ,
dikemukakan bahwa Diversi wajib di upayakan setiaptingkat pemeriksaan, baik itu
penyidikan,penuntutan, dan pemeriksaan dipengadilan negeri. Dalam Pasal 7 ayat
(2) juga disebutkan mengenai syarat Diverisiadalah tindak pidana yang dilakukan
anaktersebut diancam dengan pidana penjarakurang dari 7 (tujuh) tahun serta
bukanmerupakan pengulangan tidak pidanaketentuan pidana kurang dari 7
(tujuh)tahun tersebut mengacu pada hukumpidana. Sedangkan pengulangan
tindakpidana yang dimaksud dalam Undang-undang No. 11 tahun 2012 tindak
pidanayang dilakukan oleh anak, baik itu sejenismaupun tidak sejenis, termasuk
juga tindakpidana yang di selesaikan melalui Diversi.Dalam Penerapan diversi, di
manamenjadi suatu kewajiban untukdilaksanakan pada tingkat penyidikanadalah
tindak pidana yang dilakukan olahanak, umur anak saat melakukan tindakpidana.
Ketentuan tersebut merupakanindikator bahwa semakin rendahancaman pidana
semakin tinggi prioritasdilakukannya Diversi. Sedangkan umuranak yang dimaksud
adalah untuk prioritasdalam pelaksanaan Diversi dan semakinmuda umur anak
semakin tinggi prioritaspelaksanaan diversi. Apabila kesepakatanDiversi sudah
dicapai, maka harus adapersetujuan dari korban/keluarga korbanDalam sistem
peradilan pidana anakpasal 9 ayat (2) kesepakatan deversi harusmendapatkan
persetujuan dari korban dan/atau keluarga anak korban serta kesediaananak dan
keluarganya/kecuali untuk:
17
17 Ibid Pasal 9 ayat (2)
a. Tidak pidana yang dilakukan adalahtindak pidana pelanggaran. b. Tindak pidana
yang dilakukan adalahtindak pidana ringan.c. Tindak pidana yang dilakukan
tidakmenimbulkan korban,ataud. Nilai kerugian korban tidak lebih dariupah
minimum provinsi setempat.Keempat hal tersebut diatas meruapkansuatu
alrternatif yang berarti apabila adasatu kriteria saja yang terpenuhi maka persetujuan Diversi tersebut tidak membutuh-kan persetujuan. Apabila terdapat
kesepak-atan Diversi dalam seperti yang disebutkandiatas, maka kesepakatan
tersebut dapat di- lakukan olah penyidik beserta pelaku/kelu-arganya, pembimbing
kemasyarakatan dandapat juga melibatkan tokoh masyarakat.Kesepakatan
mengenai hal tersebutdiatas rekomendasi dari Pembimbingkemasyarakatan

dapat berbentuk:a. Pengembalian kerugian dalam hal adakorban. b. Rehabilitasi
medis dan psikososial.c. Penyerahan kembali kepada orang tua/walid. Keikutsertaan
dalam pendidikan ataupelatihan di lembaga pendidikan ataupelatihan di lembaga
pendidikan atauLPKS paling lama 3 ( tiga) bulan.e. Pelayanan masyarakat paling
lama 3 (tiga ) bulan.
18
Kesepakatan Diversi antara kedua belah pihak (anak sebagai pelaku dankorban)
selain didampingi oleh orang tua/wali anak, pembimbing Kemasyarakatan,Pekerja
sosial, Profesional, pada tingkatpenyidikan dapat juga didampingi olehtokoh
masyarakat selanjutnya hasilkesepakatan kedua belah pihak dituangkan
18 Pasal 9 & pasal 10 Undang-Undang No. 11 tahun2012 tentang Sistem Peradilan Pidana
Anak.
didalam kesepakatan Diversi dan ditandatangani olah para pihak yang
bersangkutan.Kemudian hasil kesepakatan Diversi tersebutdi sampaikan kepada
atasan langsung ditingkat pemeriksaan kepolisian (kanit PPAPolda, Polres, Polsek)
dalam waktu 3 (tiga) hari sejak tercapainya kesepakatan Diversi,untuk kemudian
dikeluarkan Penetapanoleh Ketua Pengadilan Negeri. Penetapanyang dimaksud,
harus dikeluarkan dalamwaktu paling lama 3 (tiga) hari. Penetapantersebut
kemudian disampaikan kepadaPembimbing Kemasyarakatan, Penyidik,Penuntut dan
Hakim. Setelah penerimasurat penetapan tersebut penyidik POLRIkemudian
mengeluarkan surat penetapanpenghentian penyidikan.Apabila dalam proses
penerapan Diversitidak penghasilan kesepakatan, maka pera-dilan pidana anak
tetap dilanjutkan hinggadi tingkat selanjutnya. Pengawasan prosesdiversi
merupakan tanggung jawab daripada atasan langsung penyidik di unit
Per- lindungan Perempuan dan Anak, baik itusatker Polda, Polres, Polsek. Selama
prosesDiversi berlangsung sampai dengan pelak-sanaan kesepakatan Diversi
pembimb-ing Kemasyarakatan wajib melaksanakanpendampingan, pembimbingan
dan penga-wasan. Apabila kesepakatan Diversi tidakdilakukan dalam waktu yang
telah diten-tukan, Pembimbing Kemasyarakatan wajibsegera melaporkan kepada
atasan langsungpenyidik anak di kepolisian dan atasantersebut langsung menindak
lanjuti laporantersebut dalam waktu paling lama 7 (tujuh) hari setelah laporan
tersebut diterima.
B. Penerapan Diversi di Unit PPA PolresLobar
1. Unit Pelayanan Perempuan danAnak (PPA)
Berdasarkan Pasal 1 butir (9) PeraturanKapolri Nomor 3 Tahun 2008
TentangPembentukan Ruang Pelayanan KhususDan Tata Cara Pemeriksaan Saksi
Dan/
Atau Korban Tindak
Pidana, menyebutkan bahwa Unit Pelayanan Perempuan dan Anakyang selanjutnya
disingkat UPPA adalahunit yang bertugas memberikan pelayanandalam bentuk
perlindungan terhadapperempuan dan anak yang menjadi korbankejahatan dan
penegakan hukum terhadapperempuan dan anak yang menjadi pelakutindak
pidana.Tugas Unit Pelayanan Perempuan danAnak diatur dan dijelaskan dalam Pasal
10ayat (2) Peraturan Kapolri Nomor 3 Tahun2008 yang menyebutkan bahwa Tugas
UnitPelayanan Perempuan dan Anak meliputi :1. Penerimaan laporan/pengaduan
tentangtindak pidana;2. Membuat laporan polisi;3. Memberi konseling;4.
Mengirimkan korban ke PPT atau RSterdekat;5. Pelaksanaan penyidikan perkara;6.
Meminta visum;7. Memberi penjelasan kepada pelapor ten-tang posisi kasus, hak-

hak, dan kewajiban-nya;8. Menjamin kerahasiaan informasi yangdiperoleh;9.
Menjamin keamanan dan keselamatankorban;10. Menyalurkankorban ke Lembaga
BantuanHukum (LBH) / rumah aman;11. Mengadakan koordinasi dan kerja
samadengan lintas sektoral;12.Memberi tahu perkembangan penanga-nan kasus
kepada pelapor;13.Membuat laporan kegiatan sesuai prose-dur.Berdasarkan Pasal 1
butir (2) PeraturanKapolri Nomor 3 Tahun 2008
menyebutkan bahwa Ruang Pelayanan Khusus (RPK)adalah ruangan yang aman dan
nyamandiperuntukkan khusus bagi saksi dan/ataukorban tindak pidana termasuk
tersangkatindak pidana yang terdiri dari perempuandan anak yang patut
diperlakukan ataumembutuhkan perlakuan secara khusus,dan perkaranya sedang
ditangani di kantorpolisi.
2. Pelaksanaan Diversi di Unit PPAPolres Lobar.
Dalam penerapan Diversi fungsi pe-nyidik Reserse kriminal di unit Perlind-ungan
Perempuan dan Anak Polres Lobaradalah salah satu fungsi
di kepolisian yangmelakukan penanganan anak yang berha-dapan dengan hukum
(ABH) baik prosesPenyelidikan, penyidikan sampai denganpenangkapan dan
penahanan merupakansalah satu tugas dan fungsi penyidik.
Dalampenerapan sistem peradilan pidana anaktelah diatur secara tegas bahwa
penyidik didalam penanganan anak yang berkonflikdengan hukum penyidik yang
menanganipidana anak wajib mengupayakan diversidengan menggunakan konsep
Restorative Justice
yaitu penyelesaian perkara pidanadengan cara kekeluargaan antara pelakudengan
korban dan keluarga korban. Kepolisian merupakan institusi negarayang pertama
kali dalam melakukan prosesperadilan terhadap pelaku maupun korbandalam
penegakan hukum baik itu terhadapanak yang berkonflik dengan hukum. Penangkapan, penahan, penyelidikan, dan pe-nyidikan merupakan kewenangan kepolisian dalam pelaksanaan sistem peradilanpidana anak. Dalam menjalankan
prosespenerapan Diversi dalam peradilan pidanaanak dari penyidikan kepolisian
diberikankewenangan yang disebut dengan diskresi
(discretionary power)
. Kewenangan diskresiadalah kewenangan legal yang berikan olehUndang-undang di
mana kepolisian berhakuntuk meneruskan atau tidak menerus-kan suatu perkara.
Berdasarkan kewenangan ini pula kepolisian dapat mengalihkan
(diversion)
terhadap suatu perkara pidanayang dilakukan oleh anak sehingga anak ti-dak perlu
berhadapan dengan penyelesaianperadilan pidana secara formal.Secara peraturan
perundang-undangandi dalam pelaksanaan peradilan pidana anakpenyidik Polri
berpedoman berdasarkanUndang-Undang No. 11 tahun 2012 tentangSistem
Peradilan Pidana Anak yang telahmengatur secara detail tentang
pelaksanaanpenerapan Diversi terhadap anak
yang berkonflik dengan hukum. Secara garis besar terdapat tiga bentuk diversi yait
udiversi dalam bentuk peringatan; diversiinformal, dan diversi formal
harus berdampak positif kepada korban, keluarga,dan anak. Melihat pada
kenyataan yangterjadi dalam menyelesaikan perkara tindakpidana yang dilakukan
oleh anak, penyidiksebagai pihak yang melakukan pemeriksaanawal terhadap anak
dapat dikatakan telahmelakukan upaya-upaya yang mengarahkepada penerapan

diversi.Berdasarakan Hasil Wawancara penulisdengan I Yoman Suardana, SH Kepala
UnitPelayanan Perempuan dan Anak (PPA)Lombok Barat menyampaikan:
’’Terhadap anak yang berkonflik dengnhukum atau anak yang diduga melaku-kan tindak pidana
dilihat dari jumlahkasus yang dilaporkan dipolres Lombok Barat tidak semua
kasus anak dilimpah-kan atau dilanjutkan ketingkat kejaksaanketika proses
penyidikan, terkadang jugadari pihak pelaku maupun pelapor telahmelakukan upaya
perdamaian sepertipada tahun 2015 sebanyak 6 kasus na-mun berkasnya yang disampaikan
ke ke- jaksaan hanya 3 kasus itu artinya upayadiversi telah diupayakan didalam
prosespenyidikan.
Biasanya perdamaian dengan cara
Restorative Justice
terjadi karena bantuanpihak ketiga seperti tokoh agama atautokoh masyarakat.
Perdamaian itu biasanyadisertai dengan ganti rugi yang ditandaidengan surat
kesepakatan Diversi antarakorban dan pelaku dengan melibatkanPembimbing
Kemasyarakatan dari Bapas.’’
19
Dalam pelaksanaan di lapangan prosesDiversi dengan
Restorative Justice
penyidikterkadang dilibatkan dan tidak dilibatkannamun apabila perkara tersebut
sudahdiselesaikan secara damai biasanya pihakkorban, pelaku dan tokoh
masyarakatatau pihak-pihak yang terlibat datang keUnit PPA Lombok Barat untuk
memintapendapat dan saran namun apabila didalamkasus-kasus tertentu seperti
pemerkosaandan pencurian disertai dengan kekerasansampai dengan mengancam
jiwa seseorangdimana korban atau orang keluargakorban biasanya tidak bersedia
melakukanperdamaian dengan adanya suratpernyataan yang ditandatangani oleh
pihakkorban maka dalam kasus seperti ini akandilanjurkan ke tingkat Hasil
penelitian di lapangan bahwadalam penerapan Diversi terhadap anakyang
berkonflik dengan hukum di PolresLombok Barat tidak harus ditangani
ataudilaporkan di unit perlindungan perempuandan anak yang ada di Polres tetapi
penerapanDiversi juga dilaksanakan di tingkatkesatuan polsek seluruh jajaran yang
adadi wilayah hukum Polres Lombok Baratdikarenakan polsek merupakan kesatuan
di bawah polres yang berhubungan langsungkepada masyarakat di tingkat
kecamatanmaupun desa sehingga dengan melibatkanperan serta Babinkamtibmas
yang ada disetiap desa maupun di kelurahan untukmembantu penyidik dalam
Menerapkandiversi ketika anak menjadi pelaku tindakpidana sehingga penerapan
Diversicenderung lebih banyak dilakukan di unitPPA tingkat polsekpolsek.Berdasarkan data tindak pidana yang di19 Wawancara Dengan Kepala Unit PerlindunganPerempuan dan Anak Sat. Reskrim Polres
LombokBarat, I Yoman Suardana, SH.
lakukan oleh anak di Unit Perlindungan Perempuan dan
LombokBarat.
N O
J E N I S
T I N D A K
P I D
4
2 0 1 5
2 0 1 6
1
.
P
e
t
u
b
u
h
1
1
2
.
n
g
a
n
i
a
a
n
1
1

Anak (PPA) Polres
A N A TAHUN2
r

0

s
a

e
n

P
y

e
a
1

1

3
b
2
k
1
a
1
u
1
a
6
D
S
3

.
u
4

P
a

l

e
n

n

.
o
5

P
s

a

.
l

B
a

6

r

a
m
a

e
i

.
r
J

c
1
e

P
i

a

a
r
n

b
n
e

a
a
n

n

u

c
1
l

m

h

w
k

4
2

I
I

V

E
2

R

2

Dapat dilihat di atas Berdasarkan jumlahdata anak yang berkonflik dengan hukumdi
unit perlindungan perempuan dan anakpada tahun 2014 terdapat 4 kasus
padatahun 2015 terdapat 6 kasus dan sedangkanpada
tahun 2016 baru terdapat 2 kasus,dari jumlah data kasus yang di tanganidi Polres
lombok Barat. Dalam waktu 3tiga tahun terakhir terdiri dari 12 kasusyang terjadi
terdapat 7 (tujuh) kasus yangdapat diterapkan Diversi dengan Konsep
Restorative Justice
dan 5 (lima) kasusdilimpahkan kejaksaan untuk dilanjutkanke tahap penuntutan.
Berdasarkan 5 (lima)kasus yang diteruskan ke kejaksaan dapatdikatakan dalam
penerapannya Diversiyang dilaksanakan di Polres
Lombok barat masih dikategorikan kurang efektifdan melalui kewenangan diskresi
yangdiberikan kepada penyidik polri dalampenerapan Diversi yang di amanatkan
olehUndang-undang No. 2 tahun 2002 tentangKepolisian RI masih belum
dipergunakansecara maksimal dalam menangani perkaraanak.Dari jumlah data
kasus yang ada beberapa khusus yang ditangani olehpenyidik Polres Lobar tidak
dapat dilakukandiversi dikarenakan kasus anak tersebutmenurut penyidik di unit
PPA
berdasarkanpertimbangan penyidik kasus tersebut harus teruskan ke kejaksaan sep
erti kasuspencabulan dan pemerkosaan Sedangkanuntuk kasus tindak pidana
ringan sepertikasus pencurian biasa dan penganiayaanringan sudah dilakukan
upaya diversi baik itu dengan cara
Restorative Justice
maupun dengan cara kewenangan Diskresikepolisian berdasarkan UndangUndangNo. 2 tahun 2002 tentang kepolisian RI.Sebagaimana yang disampaikan
olehpenyidik pembantu PPA Polres Lobar, bahwa:
20
” Berhasil tidaknya penerapanDiversi penyidik biasanya melihat dariancaman
pidananya atau kasus yangdilakukan oleh pelaku apabila tindakpidanya ringan atau

ancaman pidananyadi bawah 7 (tujuh) tahun seperti kasuspenganiayaan ringan
atau pencurian biasa lebih besar kemungkinan bisa diupayakandiversi melalui
konsep
Restorative Justice
.Namun untuk kasus tertentu sepertiPemerkosaan dan penganiayaan
berat biasanya kasus tersebut dilimpahkan ataudilanjutkan ke kejaksaan. Namun
karenamelihat pelakunya masih anak-anaksehingga harus tetap memperhatikan
hak- hak anak pada saat penyidikan.Diversi terhadap anak yang berkonflikdengan
hukum dapat menghasilkankesepakatan dalam pelaksanaan diversiyaitu:
perdamaian dengan atau tanpa gantikerugian; penyerahan kembali kepada
20 Wawancara dengan penyidik pembantu Unit Per- lindungan Perempuan Dan Anak
Polres Lombok Barat,Made Jelantik Oka
rangtua/wali; keikutsertaan dalampendidikan atau pelatihan ke lembagapendidikan,
lembaga penyelenggaraankesejahteraan sosial atau lembagakesejahteraan sosial;
program pelayananmasyarakat. Oleh karena itu dalam tataranpelaksanaan lembaga
pendidikan, lembagakesejahteraan sosial dan program pelayananmasyarakat harus
mampu sebagai wadahatau agen perubahan perilaku anak pelakutindak pidana
menjadi pribadi yang cerdasdan berkualitas. Namun dalam tataranpraktek masih
dipertanyakan, masihminimnya program-program yang memihakkepada anak, dan
secara struktur harusdilakukan pembenahan untuk menunjangkepentingan anak
tersebut.Dimana pengawasan pelaksanaandiversi di bawah atasan langsung
yang bertanggungjawab untuk melakukanmonitoring. Apabila hasil
kesepakatandiversi tidak dijalankan dengan baikpihak pelaku atau keluarganya
tidakmenyelesaikan kewajibannya. Dalam halini secara langsung Bapas
menyampaikankepada penyidik harus memproses ke tahappenyidikan formal,
Sementara penyidiktelah mengeluarkan surat pemberhentianpenyidikan. Hal ini
akan sangat krusialapabila tidak adanya laporan dari Bapaskepada penyidik apakah
proses diversi berhasil membuat anak menjadi lebih baik.Dari manfaat diversi yang
telah dise- butkan di atas, seharusnya pihak penyidikan dapat lebih mengupayakan diversi.Upaya diversi merupakan amanat UndangUndang Sistem Peradilan Pidana Anak,dan upaya diversi juga banyak
manfaatnyakarena dapat mengurangi jumlah perkaraanak yang dilanjutkan pada
tahap penuntu-tan. Bahkan penyidik memiliki waktu lebihkarena tidak harus
melakukan peradilan se-cara formal yang telah diupayakan diversidan tidak terjadi
penumpukan perkara.Berdasarkan ketentuan perundanganundangan yang terdapat
didalam sistem
peradilan pidana anak, kepolisianmempunyai kewenangan dan kebijakantersendiri
dalam menentukan apakahkasus anak tersebut dapat diselesaikanmelalui
pengalihan atau tidak Sepertikasus pencabulan dan pemerkosaan
yang biasanya diteruskan ke penuntutan. Apabiladiversi berhasil dilakukan maka
penyidikwajib berkoordinasi dengan pembimbingkemasyarakatan (bapas) dalam
melakukanpembimbingan terhadap pelaku.
Namun jika diversi tidak berhasil atau kepolisian berdasarkan ketentuan
kasus tersebut harusditeruskan maka proses akan dilanjutkandengan pelimpahan
berkas ke kejaksaandengan melampirkan berita acara Diversi.Namun terkadang
dalam melaksanakantugasnya penyidik di unit Perlindunganperempuan dan anak
Polres LombokBarat tidak berhasil dalam mengupayakanpenerapan diversi dengan
Restorative Justice dikarenakan pihak keluarga korbantidak bersedia melakukan
perdamaian yangditandai dengan adanya surat pernyataanyang meminta agar
pelaku dapat dihukumdan diproses layaknya pelaku dewasa.Berdasarkan temuan

peneliti di lapangan,upaya yang dilakukan oleh penyidik di UnitPPA khususnya
didalam penerapan Diversiterhadap anak yang berkonflik
dengan hukum dengan konsep Restorative Justicekurang efektif dikarenakan
penyidik yangditugaskan sebagai penyidik-penyidik diUnit Perlindungan Perempuan
dan Anak diPolres Lobar secara kemampuan penyidiksendiri masih belum
memahami konsepDiversi serta dari jumlah penyidik yangada masih belum
mempunyai sikap sebagaiPenyidik dan sertifikat pelatihan maupunkejuruan
mengenai pelaksanaan diversi baikyang dilaksanakan dari internal
kepolisianmaupun dari instansi terkait. sehinggaperan penyidik di dalam
penerapannyamasih kurang memberikan perlindunganterhadap anak yang
berhadapan dengan hukum karena dari beberapa kasus yang ditangani unit
perlindungan perempuan dan
anak (PPA) merupakan permintaan daripihak pelaku dengan korban yang
memintapenyidik untuk melakukan perdamaian.
SIMPULAN
1) Proses diversi pada tingkat penyidikan berdasarkan Pasal 7 ayat (1) Undangundang No. 11 Tahun 2012 TentangSistem Peradilan Pidana Anak pada
tingkatpenyidikan wajib diupayakan diversidalam pasal 7 ayat (2) juga
disebutkanmengenai syarat diversi adalah tindakpidana yang dilakukan anak
tersebutdiancam dengan pidana penjara kurangdari 7 (tujuh) tahun dan bukan
merupakanPengulangan tindak pidana. Pada pasal 8ayat (1) Undang-undang No. 11
tahun2012 dijelaskan dalam proses diversipada tingkat penyidikan dilakukanmelalui
musyawarah dengan melibatkanorang tua/wali anak, PembimbingKemasyarakatan
dan Pekerja Sosialdengan mengedepankan pendekatan
Restorative Justice
.2) Penerapan diversi di Unit PerlindunganPerempuan dan Anak Polres Lobar
dalam hal ini Berdasarkan hasil penelitian di lapangan bahwa penanganan tindakpid
ana yang dilakukan oleh anak tidaksemua kasus dapat diselesaikan denganproses
Diversi melalui pendekatan
restorative justice
hal tersebutdikarenakan penyidik melihat ancamanpidananya tidak memungkinkan
untukdilakukan Diversi seperti tindak pidanapemerkosaan dan pencabulan
sehinggapenyidik melanjutkan kasus tersebut ketingkat kejaksaan. Penerapan
Diversidengan melibatkan Keluarga Korban,tokoh masyarakat dan
Pembimbingkemasyarakatan dari Bapas. Dari hasilPenelitian dalam penerapan
diversi wajibadanya persetujuan dari pihak korbandengan pelaku tetapi dalam
praktik di lapangan terkadang dari pihak korbantidak menyetujui upaya diversi
danmemintakepada penyidik agar dilanjutkanke proses pidana. Fakta di lapangan
jugaterdapat terjadinya ketimpangan dalampenerapan diversi dikarenakan
darikemampuan penyidik sendiri masihkurang memahami konsep diversi
sertaditemukan sebagian penyidik yang adadi unit PPA masih belum memiliki
sikapsebagai penyidik sebagaimana yang telahdiatur di dalam Pasal 26 ayat (1)
Undang-undang No. 11 atau 2012 sistem PeradilanPidana Anak.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU:
Angger Sigit Pramukti & Fuady Primaharsya,2015. Sistem Peradilan
PidanaAnak, Pustaka Yustisia, Jogyarta.Maidin Gultom, 2008. Perlindungan
hukumTerhadap Anak Dalam SistemPeradilan Pidana Anak Dindonesia.Bandung: Rafika
Aditama.M. Nasir, 2013. Anak Bukan UntukDihukum, Sinar Grafika, Jakarta.Sudikno
Mertukusumo, 2014. PenemuanHukum, Sebuah Pengantar, Edisikedua, Cahaya Atma

Pusaka,Yogyakarta.Wagiati Soetojo, 2006. Hukum PidanaAnak, Fafika Aditama, Bandung.Alinia
Ketiga Deleration Of The Raight OfThe Child (Proclaimed By GeneralAssembly
Resolustion) 1386 (XIV)OF 20 November 1959Konvensi, Media Advokasi dan PenegakanHak
Anak-anak, Volume II No. 2Medan Lembaga Advokasi AnakIndonesia, 1998PERUNDANGUNDANGAN:Undang-undang Dasar Republik Indonesiatahun 1945.Kitab Undangundang Hukum Pidana.Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002tentang perlindungan
Anak
Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan PidanaAnak.Undang-undang
Nomor 2 tahun 202 tentang Kepolisian RepublikIndonesiaPerkap Nomor 14 Tahun 2012
Tentang menejemen Penyidikan TindakPidanaPeraturan KAPOLRI 10/2007, 6 Juli 2007 tentang
Unit PelayananPerempuan dan Anak (PPA) dan 3/2008 tentang PembentukanRPK dan Tata Cara
Pemeriksaan Saksi&/Korban Tindak PidanaWIBSITEHttp/Ditjenpas.go.id/main/statistik
kriminal,diakses pada hari minggu 10 Januari 2016 ,pukul 20.00 Wita.WWW.Gusriadi
blokspot.com, sistem peradilan Pidana Anak,di aksespada hari selasa 5 januari 2016Ruslan
Efendi, Peran, Wewenang dan Kekuasaan, htt;/Ruslan.web.id/archives/269. Diakses pada
tanggal 16 Januari 2016 Pukul 23.30.Wita
(http://www.academia.edu/30038425/PERAN_PENYIDIK_POLRI_DALAM_PENERAPAN_
DIVERSI_TERHADAP_ANAK_YANG_BERKONFLIK_DENGAN_HUKUM_STUDI_DI_PPA_POL
RES_LOMBOK_BARAT_ROLE_OF_INDONESIAN_POLICE_INVESTIGATOR_IN_IMPLEMENT
ATION_OF_DIVERSION_TO_THE_CHILD_WHO_CONFLICT_WITH_LAW)