PERNIKAHAN DAN KELUARGA DAN KELUARGA

PERNIKAHAN DAN KELUARGA
Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Sebagian Tugas Mata Kuliah
Sosiologi Antropologi

Dosen Pengampu : Muhammad Ariez Musthofa, M.Si

Disusun oleh :
Muhammad Humam Ismail ( 1603970)

DEPARTEMEN PSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2016

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Syukur Alhamdulillah saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga dalam keteguhan hati dan kerja keras penulis masih diberi
kesempatan untuk mengerjakan dan menyusun makalah yang berjudul “Pernikahan dan
Keluarga”. Dalam penyusunan makalah ini tidak mungkin dapat terwujud tanpa adanya bantuan

dan peran serta dari pembimbing mata kuliah Sosiologi Antropologi yaitu bapak Muhammad
Ariez Musthofa, M.Si.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu saya
menerima segala saran dan kritik agar saya dapat memperbaiki makalah ini.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Bandung,

Januari 2017

Penyusun
1

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah 3
1.2 Rumusan Masalah3

1.3 Tujuan

3

1.4 Manfaat

4

1.5 Metode

4

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pernikahan
2.2 Inses

5
7

2.3 Keluarga 9

2.4 Perceraian 10
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan

13

DAFTAR PUSTAKA

2

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pernikahan merupakan ikatan lahir batin antara seorang laki-laki dan perempuan
sebagai suami istri dengan tujuan untuk membentuk suatu rumah tangga yang kekal dan
bahagia yang diridhoi dan di berkahi oleh Allah SWT.
Keluarga merupakan kelompok terkecil yang ada didalam sebuah masyarakat
yang mempunyai fungsi dan peran masing masing. Terdiri atas orang orang yang
menganggap bahwa mereka mempunyai hubungan darah,pernikahan atau adopsi.

Pentingnya mengetahui dan mempelajari pengertian perkawinan dan keluarga
adalah supaya kita dapat mengetahui secara lebih dalam arti pentingnya perkawinan
karena semakin banyaknya orang yang tidak mengetahui tentang esensi sebuah
perkawinan dalam keluarga. Maka dari itu makalah ini kami buat agar kita mengetahui
lebih dalam esensi dari sebuah perkawinan dalam keluarga.

1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pernikahan?
2. Apa yang dimaksud dengan inses?
3. Apa yang dimaksud dengan keluarga?
4. Apa yang dimaksud dengan perceraian?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu pernikahan dan macamnya
2. Untuk mengetahui apa itu insen dan apa penyebabnya
3. Untuk mengetahui apa itu keluarga dan perannya
4. Untuk mengetahui apa itu perceraian dan apa penyebabnya
1.4 Manfaat
1. Menambah wawasan tentang pernikahan dan keluarga.
2. Lebih memahami pentingnnya keluarga dan pernikahan dalam tatanan
masyarakat.


3

1.5 Metode
Saya membuat makalah ini menggunakan metode studi pustaka.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pernikahan
Dalam tinjauan bahasa, pernikahan diartikan sama dengan perkawinan. Namun,
pada beberapa daerah seringkali dibedakan antara perkawinan dengan pernikahan.
Perkawinan memiliki makna yang lebih sempit dan rendah secara moral, karena identik
dengan relasi fisik semata.
Undang – undang Perkawinan No. 1 th 1974 menyebutkan, Perkawinan ialah
ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan
tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha
Esa (Wantjik, 1976). Dan definisi ini, jelaslah bahwa perkawinan hanya dapat dilakukan
4

oleh seorang pria dan seorang wanita. Bukan laki – laki dengan laki – laki (guy),

Perempuan dengan perempuan (lesbian), ataupun lebih dari dua orang dalam jenis yang
heterogen (poligami), dalam konteks hukum ke Indonesiaan.
Tujuan pernikahan adalah kebahagiaan dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa. Jadi, pernikahan yang hanya sekedar untuk pemuasan libido seksual, kontrak
kerja, tekanan, bukanlah termasuk konsep pernikahan yang diakui oleh Undang-Undang.
Secara umum, pernikahan merupakan bentuk komitmen tertinggi untuk melakukan relasi
kerjasama abadi antara laki – laki dan perempuan, yang dilandasi atas dasar keikhlasan,
kepasrahan / kepercayaan, menerima dan memberi (take and give), serta kesatuan tujuan.
Manusia yang takut dengan pernikahan hanyalah ketakutan akan komitmen dan tanggung
jawab.
Pernikahan bukan hanya sekedar institusi yang bisa melepaskan libido seksual
manusia semata, namun di dalamnya juga terdapat relasi social yang dibangun bersama
komitmen yang terucap (aqad). Sehingga menuntut individu berubah menjadi peran
barunya (suami / istri). Seperti yang dikatakan oleh Horby (1957) Marriage is the union
of two persons as husband dan wife.

Bentuk-bentuk Perkawinan
Bentuk organisasi perkawinan dan keluarga yang terdapat diantara bangsa yang
primitive ada tiga macam, yaitu: monogami, poligini, dan poliandri. Dari yang tiga ini,
monogami, atau penyatuan seorang laki-laki dengan seorang perempuan untuk jangka

waktu tertentu, telah menjadi tipe perkawinan yang tetap berlangsung. Di antara orngorang primitive alasan untuk terus hidupnya monogami lebih berdasarkan pada sifat
biologis dari pada sifat psikologis.
Poligini dan poliandri termasuk dalam jenis perkawinan yang disebut poligani,
poligani adalah keadaan perkawinan atau kebiasaan mempunyai lebih dari satu suami
atau istri yang saat bersama. Poligini adalah bentuk perkawinan dimana seorang kaki-laki
mempunyai dua atau lebih istri pada waktu yang bersamaan. Sebab-sebab terjadinya
5

poligini dapat berdasarkan keadaan status ekonomi dan status social,karena hal tersebut
akan meletakka diatas status yang beristri.
Namun, poligami itu tidak mempunyai dasar kebenaran yang praktis pada hari
tua. Keadaan itu akan cenderung memahitkan kehidupan perempuan, dan tidak konsisten
dengan tipe hubungan pribadi yang lebih baik antara anggota keluaraga yang pentinga
bagi nilai-nilai social dari lembaga tersebut.
Bentuk perkawinan yang ketiga yang terdapat di kalangan bangsa-bangsa yang
premitif adalah poliandri, atau penyatuan seoranga perempuan dengan lebih dari suatu
suami. Diantara penyebabnya yang utama adalah jumlah banyaknya laki-laki dengan
perempuan yang tidak seimbang. Dibeberapa daerah yang berpadang pasir subur
kelahirannya bagi laki-laki jauh melebihi kelahiran banyi perempuan.


B. Incest dan Tabu Incest
Tabu Incest
Tabu incest adalah hubungan perkawinan antar dua orang yang masih berhubungan darah
langsung. Tabu incest diterima secara universal, tetapi dalam praktiknya ada perbedaan. Ada
yang membolehkan pernikahan antar sepupu dan ada pula yang melarangnya. Tabu incest
dianggap cukup mengerikan, karena dapat sangat berpengaruh terhadap enetika keturunan.Halhal yang memungkinkan tabu incest terjadi,yakni perkawinan yang terjadi dalam populasi
terisolasi,dan hubungan inses terjadi dalam struktur masyaraat elit.

Incest

6

Hubungan sedarah (Inggris : Incest) adalah hubungan badan atau hubungan seksual yang
terjadi antara dua orang yang mempunyai ikatan pertalian darah, misal ayah dengan anak
perempuannya, ibu dengan anak laki-lakinya, atau antar sesama saudara kandung atau saudara
tiri.
Incest terbagi menjadi 2 (dua) jenis, yaitu:
1. Incest yang bersifat sukarela (tanpa paksaan)
Hubungan seksual yang dilakukan terjadi karena unsur suka sama suka.
2. Incest yang bersifat paksaan

Hubungan seksual dilakukan karena unsur keterpaksaan, misalkan pada anak perempuan
diancam akan dibunuh oleh ayahnya karena tidak mau melayani nafsu seksual. Incest seperti ini
pada masyarakat lebih dikenal dengan perkosaan incest.
Beberapa faktor yang menyebabkan hubungan incest ini terjadi yaitu :
1. Faktor ekonomi (kemiskinan)
2. Kurangnya bergaul di lingkungan sekitar
3. Tidak berfungsinya peran salah satu anggota kelurganya
Incest antara ayah dan anak perempuannya adalah yang paling sering terjadi.
Penyebabnya adalah ketiadaan ibu sebagai pendamping ayah dan pemandu anak
perempuan.
4. Karena ketidaksengajaan
5. Pengaruh alcohol, dll
Inses menurut hukum pidana
Incest atau yang lebih dikenal dengan hubungan seksual sedarah dalam KUHPidana
sangatlah penting, terutama mengenai sanksi-sanksinya. Pengaturan untuk kasus-kasus inses
masih berdasarkan pada Pasal 285, Pasal 287, Pasal 294 ayat (1), dan Pasal 295 ayat (1) butir (1).
Pasal 285 KUH Pidana dengan jelas menyebutkan bahwa “barang siapa dengan
kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa perempuan yang bukan istrinya bersetubuh dengan
dia, diluar pernikahan, dengan kekerasan atau ancaman kekerasan, yang diancam dengan pidana
penjara paling lama dua belas tahun” untuk pasal 285 KUHPidana kurang tepat karena pasal ini

adalah pasal pemerkosaan, demikian juga dengan Pasal 287 yang menyebutkan “barang siapa
7

bersetubuh dengan perempuan yang bukan istrinya, sedangkan diketahui atau harus patut
disangkanya, bahwa perempuan itu belum cukup 15 tahun kalau tidak nyata berapa umurnya,
bahwa perempuan itu belum masanya untuk kawin, dihukum penjara selama-lamanya Sembilan
tahun”, pasal ini juga belum tepat untuk pengaturan inses
Dalam kitab Undang-Undang Hukum Pidana pengaturan mengenai insesdisebutkan
secara jelas dalam buku ke II Bab XIV tentang kejahatan terhadap kesusilaan Pasal 294 ayat (1)
R. Soesilo(1995:215), yaitu:
Barang siapa melakukan perbuatan cabul dengan anaknya yang belum dewasa, anak tiri
atau anak pungutnya, anak peliharaannya, atau dengan seseorang yang belum dewasa yang
dipercayakan kepadanya untuk ditanggung, dididik atau dijaga, atau dengan bujang atau orang
sebawahnya yang belum dewasa, dihukum penjara selama-lamanya tujuh tahun.

C. Keluarga
Pengertian keluarga adalah kelompok pertama tempat anak-anak melakukan kontak.
Dalam keluargalah senyum pertama diperlihatkan. Anak itu mengenal ibunya, dan
tersenyum yang tidak dapat dilakukan oleh hewan manapun juga. Didalam keluargalah
kesadaran kemanusiaa si anak terbentuk. Anggota keluarga lainnya seperti ayah, ibu, abang,

kakak, teman, tetangga, kakek dan nenek dan sebagainya kesemuanya di temukan atas dasar
keluarga.
Keluarga yang merupakan lembaga yang paling tua serta yang paling universal
merupakan lemnaga yang social dasar dalam sebagian besar masyarakat dan di bina serta
dilindungi oleh Negara. Ia merupakan kelompok utama yang di bentuk melalui upoacara
perkawinan antara seoarang laki-laki dengan seorang perempuan, yang kemudiannya
menghasilkan lahirnya suatu anak atau lebih. Anak-anak ini berdasarkan untuk menjadi
anggota masyarakat yang terhormat
Warisan
8

Warisan pernikahan dan keluarga dalam bentuk apapun yang lazim ditemukan dalan
suatu masyarakat – digunakan pula untuk menghitung hak warisan.
Wewenang
Wewenang yaitu menurut sejarahnya suatu system dimana para laki laki lebih
mendominasi para perempuan.
Meskipun bentuk pernikahan dan keluarga suatu kelompok berbeda dengan kelompok
lain. Keluarga adalah fenomena yang bersifat universal.Fungsi larangan hubungan sedarah
membantu keluarga untuk menghindari kekacauan peran. Larangan hubunngan sedarah ini
memaksa orang memandang keluarga lain untuk mencari pasangan pernikahannya.
Keluarga adalah satu-satunya lembaga social, disamping agama, yang secara resmi telah
berkembang disemua masyarakat. Istilah ‘struktur sosial’ dalam antropologi sering kali
dipergunakan dalam pengertian struktur keluarga dan kekeluargaan. Disamping itu, keluarga itu
merupakan dasar pembantu utama struktur sosial yang leepadabih luas, dengan pengertian bahwa
lembaga lembaga lainnya tergantung pada eksistensinya.
Macam- macam garis keturunan
System bilateral yaitu dimana masyarakat menganggap bahwa mereka memunyai hubungan
baik dengan keluarga ayah ataupun keluarga ibu. Tetapi ada

beberapa kelompok yang

menggunakan suatu system patrilineal dimana garis keturunan hanya ditarik dari garis ayah,
kelompok lain menggunakan system matrilineal , dimana garis keturunan hanya ditarik melalui
garis ibu.

D. Perceraian
Perceraian merupakan suatu proses dimana sebelumnya pasangan tersebut sudah
(pasti) berusaha untuk mempertahankannya namun mungkin jalan terbaiknya adalah suatu
"perceraian". Perlu diketahui bahwa proses perceraian di Indonesia hanya dapat dilakukan di
Pengadilan Agama (khusus untuk beragama Islam) atau di Pengadilan Negeri (khusus untuk
9

yang non-Islam). Pengadilan Agama untuk yang beragama Islam dan Pengadilan Negeri
untuk yang beragama non-Muslim. Indonesia merupakan negara yang masih menjunjung
tinggi adat ketimuran, dimana pernikahan dianggap sebagai sesuatu yang sakral. Namun
demikian, angka perceraian kerap melonjaktinggi di beberapa Pengadilan Agama di
Indonesia.
Penyebab Perceraian
Menurut Newman & Newman (1984) ada empat faktor yang memberikan kontribusi
terhadap perceraian, yaitu :
a.

Usia saat menikah

b.

Di Amerika Serikat, angka perceraian cukup tinggi diantara pasangan yang menikah

sebelum usia 20 tahun.
c.

Tingkat pendapatan

Angka perceraian di populasi yang memiliki pendapatan dan tingkat pendidikan rendah
cenderung labih tinggi dibandingkan mereka yang ada dikalangan menengah ke atas.
d.

Perbedaan

perkembangan

sosio

emosional

diantara

pasangan

Wanita dilaporkan lebih banyak mengalami stress dan problem penyesuaian diri dalam
perkawinan di bandingkan laki-laki. Kepuasan dalam perkawinan juga tergantung pada
kualitas-kualitas suami; seperti : stabilitas identitas maskulin, kebahagiaan dari
perkawinan orangtua, tingkat pendidikan, dan status sosialnya.
e.

Sejarah keluarga berkaitan dengan perceraian
Ada sejumlah bukti yang menunjukkan bahwa anak-anak dari keluarga yang

bercerai cenderung mengalami perceraian dalam kehidupan rumah tangganya.

10

Beberapa hal yang merupakan dampak perceraian pada anak, yakni:
1. Tingkat kepercayaan seorang anak kepada orang tuanya akan bergeser dan berubah.
Ibarat piring yang sudah pecah, maka jiwa seorang anak tak akan utuh seperti semula.
2. Paradigma si anak terhadap esensi sebuah kebenaran yang hakiki akan berubah. Dia
akan apatis dan apriori terhadap khotbah dan wejangan, dan menganggapnya sebagai
kemunafikan orang dewasa.
3. Tingkat konsentrasi seorang anak dalam segala hal termasuk dalam hal belajar, akan
kabur dan ngambang.
4. Rasa hormat seorang anak kepada orang tuanya yang sudah dianggap panutan
baginya akan luntur secara perlahan.
5. Rasa percaya diri si anak akan hilang, sedangkan sikap skeptis dan ragu semakin
besar.

11

BAB III
PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Perkawinan adalah suatu hubungan yang paling penting dari semua hubungan
antara manusia. Ia juga diberikan nama sebagai suatu ujian yang paling berat
mengenai penyesuaian diri seorang.

Pengertian keluarga adalah kelompok pertama tempat anak-anak melakukan
kontak. Dalam keluargalah senyum pertama diperlihatkan. Anak itu mengenal ibunya,
dan tersenyum yang tidak dapat dilakukan oleh hewan manapun juga. Didalam
keluargalah kesadaran kemanusiaa si anak terbentuk. Anggota keluarga lainnya
seperti ayah, ibu, abang, kakak, teman, tetangga, kakek dan nenek dan sebagainya
kesemuanya di temukan atas dasar keluarga.

Perceraian hukumnya halal, tapi sangat dibenci oleh Allah. Oleh karena itu jangan
menjadikan perceraian sebuah jalan keluar untuk sebuah masalah dalam keluarga.

12

Karena bukan hanya suami dan istri yangmenderita kerugian. Tetapi juga anak hasil
pernikahan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Gandhi Mahatma, Kaum Perempuan dan Ketidaksamaan Sosial.Penerbit Pustaka Pelajar:
Yogyakarta,2002.
James M. Heslin. (2006). Sosiologi dengan Pendekatan Membumi. Jakarta: Erlangga.
William J. Goode. (2002). Sosiologi keluarga. Jakarta: PT Bumi Aksara.

13